FUNGSI DAN PERAN KURIKULUM (1)

FUNGSI DAN PERAN KURIKULUM
BAB I
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan system Pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih mengarah
pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klaksikal, dengan
berorientasi pada kuantitas agar mampu melayani sebanyak-banyaknya peserta didik,
sehingga tidak dapat meng akomodir kebutuhan peserta didik secara individual diluar
kelompok, pada hakikatnya Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan potensi
kecerdasan serta bakat yang di miliki peserta didik secara optimal sehingga peserta
didik dapat mengembangkan potensi diri yang di milikinya menjadi suatu prestasi
yang punya nilai jual.
Dalam hal ini jelas bahwa system pendidikan di Indonesia sudah mulai di pokuskan
pada keberhasilan pada peserta didik dengan jaminan kemampuan yang diarahkan
pada life skill yang kelak kemudian hari dapat menopang kesejahtraan peserta didik
itu sendiri untuk keluarganya serta masa depannya dengan kehidupan yang layak di
masyarakat. Bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah pembangunan sumber
daya manusia yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesuksesan dan
kesinambungan pembangunan nasional, oleh karenanya yang menjadi pra syarat
utamanya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusianya yang harus benarbenar diperhatikan serta dirancang sedemikian rupa yang diimbangi dengan lajunya
perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga selaras dengan tujuan
pembangunan nasional yang ingin di capai.

Pendidikan Non Formal merupakan salah satu wadah yang tepat di dalam upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia, konsekuensinya pembangunan di bidang
pendidikan mutlak harus diutamakan dan dioptimalkan.
Yang harus di ingat adalah bahwa peningkatan kualitas pendidikan harus di mulai dari
pendidikan informal, sementara pendidikan non formar merupakan wadah serta
pondasi untuk menampung masyarakat dari keluarga pra sejahtera agar memiliki
kualitas serta dapat hidup layak dan sejajar dengan masyarakat dari keluarga
menengah keatas. pendidikan pada jenjang pendidikan non formal merupakan satuan
pendidikan yang membekali dan mempersiapkan warga belajar untuk dapat mengikuti
tumbuh kembangnya dunia ilmu pengetahuan dan teknologi agar warga belajar
menguasai kecakapan khusus sehingga memiliki bekal yang matang.
Dalam hal in. yang merupakan tantangan bagi tutor atau pamong belajar pada jenjang
pendidikan non formal mengenal lebih jauh tentang fungsi dan peran kurikulum
pendidikan non formal guna mampu menguasai bahan sehingga dapat memenuhi
standar prioritas tingkat keberhasilan warga belajar untuk melangkah pada jenjang
pendidikan selanjutnya.
1.1 Latar Belakang
Yang melatar belakang belakangi Penulis mengambil thema “ Fungsi dan Peran
kurikulum dalam Proses Pembelajaran ” dari mata kuliah Teori dan Proses
Pembelajaran PLS/PNF adalah merupakan kajian dari pengembangan peda

pelaksanaan proses pembelajaran bagi warga belajar yang lebih diarahkan pada
penggalian kemampuan yang ada pada diri pesrta didik /warga belajar.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari Penulis menyajikan Tema diatas adalah sejalan
dengan standar pembangunan pendidikan Nasional diarahkan pada komponen penting
dalam mencapai target Indek Pembangunan Manusia yang juga merupakan adopsi dari
Konsep Comunnity-Based Education yang lebih ditekankan kepada pendekatan dimana
masyarakat harus terlibat aktif dalam peningkatan serta pelaksanaan pendidikan bagi

anak-anak. Masyarakat diarahkan serta di ajak untuk terlibat aktif dalam
meningkatkan layanan pendidikan bagi generasi muda yang disesuaikan dengan
kebutuhan serta potensi masyarakat yang ada di sekitar wilayahnya masing-masing.
1.3 Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Otonom.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Nasional
Pendidikan.
5. Intrusi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Wajib

Belajar Pendidikan dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.
6. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Rencana Stratejik Pembangunan
provinsi.
7. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah Provinsi.
8. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeriharaan Bahasa Sastra dan
Aksara Daerah.
9. Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah.
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Mendiknas Nomor 22 dan 23.
1.4 Hasil Yang Ingin Dicapai.
Secara prioritas dari kajian makalah yang penulis paparkan, ada hal-hal yang ingin di
capai dan juga merupakan salah satu dukungan dari akselerasi Program
pengembangan dilapangan terkait kompetensi dasar berbasis masyarakat
berwawasan luas, dalam upaya meningkatan perluasan akses dan kualitas Pendidikan

Non formal sehingga warga belajar memiliki kecakapan hidup untuk kesejahtraan serta
kemandirian generasi muda pada masa yang akan datang dengan mengimbangi
lajunya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi modern dewasa ini.
BAB II
FUNGSI DAN PERAN KURIKULUM DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam
dunia pendidikan. Dalam pengertian sederhana, kurikulum dianggap sebagai sejumlah
mata pelajaran (subjects) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai
akhir program pelajaran untuk memperoleh ijazah, sedangkan dalam pengertian lebih
luas kurikulum mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang
dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.
Kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu
peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif. Ketiga peranan
kurikulum tersebut harus berjalan seimbang dan harmonis untuk mencapai tujuan
pendidikan secara optimal. Pelaksanaan ketiga peranan kurikulum menjadi tanggung
jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan.
2.1 Fungsi Kurikulum
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah bagi
pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak


guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, masyarakat, dan pihak peserta didik itu
sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi peserta didik, kurikulum memiliki enam fungsi,
yaitu fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan,
fungsi pemilihan/seleksi, dan fungsi diagnostik.
Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu sistem (system), artinya kurikulum
tersebut merupakan suatu kesatuan atau totalitas yang terdiri dari beberapa
komponen, di mana antara komponen satu dengan komponen lainnya saling
berhubungan dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan. Komponenkomponen kurikulum tersebut, yaitu tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan
evaluasi.
Tujuan kurikulum menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan terbina dari
suatu proses pendidikan. Dengan demikian suatu tujuan memberikan petunjuk
mengenai arah perubahan yang dicita-citakan dari suatu kurikulum. Tujuan yang jelas
akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan isi/bahan ajar, strategi
pembelajaran, media, dan evaluasi. Bahkan dalam berbagai model pengembangan
kurikulum, tujuan dianggap sebagai dasar, arah, dan patokan dalam menentukan
komponen-komponen yang lainnya. Tujuan yang harus dicapai dalam pendidikan di
Indonesia bersifat hierarkis, yang terdiri atas Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan
Institusional, Tujuan Mata Pelajaran, dan Tujuan Instruksional (Umum dan Khusus).
Isi/materi kurikulum menempati posisi yang penting dan turut menentukan kualitas

pendidikan. Secara umum isi/materi kurikulum merupakan pengetahuan ilmiah yang
terdiri atas fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan yang perlu diberikan kepada
siswa. Pengetahuan ilmiah tersebut jumlahnya sangat banyak dan tidak mungkin
semuanya dijadikan sebagai isi kurikulum. Oleh karena itu, perlu diadakan pilihanpilihan. Untuk menentukan pengetahuan mana saja yang akan dijadikan isi kurikulum,
diperlukan berbagai kriteria.
Strategi pembelajaran merupakan bagian integral dalam pengkajian tentang
kurikulum. Strategi pembelajaran ini berkaitan dengan siasat, cara atau sistem
penyampaian isi kurikulum. Pada dasarnya ada dua jenis strategi pembelajaran, yaitu
strategi pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) dan yang
berorientasi kepada siswa (student oriented). Strategi pertama disebut model
ekspositori atau model informasi, sedangkan strategi kedua disebut model inkuiri atau
problem solving. Strategi mana yang digunakan atau dipilih biasanya diserahkan
sepenuhnya kepada guru dengan mempertimbangkan hakikat tujuan, sifat bahan/isi,
dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan kurikulum dan menilai
proses implementasi kurikulum secara keseluruhan. Hasil evaluasi kurikulum dapat
dijadikan umpan balik untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum.
Selain itu, hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai masukan dalam penentuan kebijakankebijakan pengambilan keputusan tentang kurikulum dan pendidikan. Gambaran yang
komprehensif mengenai kualitas suatu kurikulum, dapat dilihat dari komponen
program, komponen proses pelaksanaan, dan komponen hasil yang dicapai.

Berbicara Kurikulum berarti berbicara kerangka acuan yang harus di kuasai oleh
Tutor/Pamong belajar dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik
/warga belajar, di dalam kurikululum terdapat asas-asas kurikulum yang di dalamnya
terdapat sejumlah faktor yang harus dipertimbangkan seperti misalnya:
a) Tujuan pendidikan yang biasanya terkandung dalam filsafat suatu negara, yang
merupakan dasar filsafat.
b) Keadaan masyarakat dengan keaneka ragaman agama, adat istiadat, ekonomi,
sosial.politik dan budaya.
c) Psikologi anak, seperti perkembangannya, minat, kesanggupan, serta perbedaan
antar individu.

d) Organisasi kurikulum seperti bahan pembelajaran, misalnya, mata pelajaran yang di
sajikan dalam bentuk tertentu
Sebagai dasar wawasan yang memungkinkan penulis untuk dapat mengembangkan
yang berkaitan dengan fungsi dan peran kurikulum, maka terlebih dahulu akan penulis
paparkan pengertian dari kurikulum yaitu pedoman atau acuanyang menginformasikan
sejumlah pengalaman dalam proses kegiatan pembelajaran yang melibatkan
perubahan pada mental dan fisik melalui inter aksi antar peserta didik / warga belajar,
peserta didik/warga belajar dengan guru/pamong belajar/tutor, peserta didik/warga
belajar dengan lingkungan serta suber belajar lainnya dalam upaya pencapaian

kompetensi dasar.
Kurikulum dengan sendiri merupakan seperangkat rencana program dan pengaturan
yang di dalamnya terdapat isi serta bahan pengajaran, merupakan panduan bagi guru
dalam menginformasikan sejumlah materi pelajaran yang menjadi rambu-rambu
dalam pelaksanaan proses pembelajaran secara profesional untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan, yang teruang dalam tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum memiliki dua fungsi, yang terdiri fungsi umum dan fungsi khusus, fungsi
umum dalam kurikulum yaitu sebagai penyedia dan pengembang individu peserta
didik, sementara yang di maksud dengan fungsi khusus adalah terdiri dari dua hal
yang harus di perhatikan yaitu :
a. Fungsi Preventif yaitu, fungsi dimana guru terhindar untuk melakukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan ketetapan kurikulum.
b. Fungsi Korektif yaitu merupakan rambu-rambu sebagai pedoman dalam
membetulkan, ketika pelaksanaan menyimpang dari kurikulum.
c. Fungsi Konstruktif, yaitu memberikan yang benar bagi pelaksanaan serta
pengembangan dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku.
Dalam fungsi kurikulum ada hal – hal yang harus diperhatikan yang erat kaitannya
dengan komponen-komponen dalam fungsi kurikulum yaitu sasaran atau arah yang
hendak dituju oleh proses penyelenggaraan yang tertuang dalam Tujuan Pendidikan
Nasional yang merupakan tujuan jangka panjang juga merupakan Tujuan Ideal

Pendidikan Bangsa Indonesia.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum yang merupakan tuntutan bagi
guru/pamong belajar dalam mengembangkan daya nalar serta wawasan dimana
seorang guru ataupun pamong belajar untuk pendidikan non formal harus mampu
menjabarkan hal – hal seperti :
a) Tujuan Institusional, yang merupakan sasaran pendidikan suatu lembaga
pendidikan.
b) Tujuan Kurikuler yaitu tujuan yang ingin di capai oleh suatu program study yang
merupakan suatu target yang ingin dicapai oleh suatu mata pelajaran yang masih di
bagi menjadi tujuan instruksional umum, dan memerlukan waktu lebih lama (tujuan
jangka panjang) memerlukan waktu yang lebih lama serta sukar di ukur, misalnya
penekanan pada peri laku peserta didik/warga belajar.
c) Isi Kurikulum, yaitu terdiri dari pengalaman-pengalaman yang aka di peroleh peserta
didik/warga belajar, dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah yang didalamnya
mencakup : tujuan khusus, bahan ajar, media pembelajaran dan sumber belajar, yang
di rancang sedemikian rupa sehingga apa yang diperpleh peserta didik/ warga belajar
sesuai dengan tujuan yang ingi di capai.
d) Metode Pembelajaran, yaitu panduan yang menjembatani kegiatan peserta
didik/warga belajar dalam memperoleh pengalaman belajar dalam satu kesatuan
untuk mencapai tujuan.

e) Evaluasi Kurikulum, adalah media untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin di
jangkau dapat tercapai atau tidak, evaluasi adalah tolak ukur dari kompetensi belajar
peserta didik, apakahmateri pelajara yang telah di sampaikan itu dapat di kuasai oleh

peserta didik atau tidak, evaluasi kurikulum juga adalah merupakan upaya untuk
mengukur tingkat keberhasilan kurikulum, juga tingkat keberhasilan proses kurikulum.
2.2 Peran Kurikulum
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum
mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Dengan kata lain bahwa kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
yaitu pembentukan manusia yang sesuai dengan falsafah hidup bangsa memegang
peranan penting dalam suatu sistem pendidikan. Maka kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan harus mampu mengantarkan anak didik menjadi manusia yang
bertaqwa, cerdas, terampil dan berbudi luhur, berilmu, bermoral, tidak hanya sebagai
mata pelajaran yang harus diberikan kepada peserta didik semata, melainkan sebagai
aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk dialami, diterima, dan dilakukan.
Kurikulum sekolah merupakan instrumen strategis untuk pengembangan kualitas
sumber daya manusia baik jangka pendek maupun jangka panjang, kurikulum sekolah
juga memiliki koherensi yang amat dekat dengan upaya pencapaian tujuan sekolah
dan atau tujuan pendidikan. Oleh karena itu perubahan dan pembaruan kurikulum

harus mengikuti perkembangan, menyesuaikan kebutuhan masyarakat dan
menghadapi tantangan yang akan datang serta menghadapi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Menurut Karim (Susilo, 2007:10) bahwa: ‘’Dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan, salah satunya adalah dengan perubahan kurikulum,
sehingga mulai Cawu 2 Tahun Ajaran 2001/2002 sudah diperkenalkan kurikulum
berbasis kompetensi yang merupakan pengembangan dari kurikulum 1994, dan kini
dikenalkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang hampir sama dengan
kurkulum berbasis kompetensi”.
Dasar perlunya perubahan kurikulum menurut Muhadi ((Susilo, 2007:10)) bahwa: “saat
terjadi perkembangan dan perubahan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara yang perlu segera dianggap dan dipertimbangkan dalam penyusunan
kurikulum baru pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Di mana peraturan
perundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap pengembangan
kurikulum seperti pembaruan dan diversifikasi kurikulum”.
Kurikulum berbasis kompetensi diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan
bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan, dengan mempersiapkan peserta didik,
melalui perencanaan pelaksanaan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif,
efisien dan berhasil guna. Kurikulum berbasis kompetensi dikembangkan untuk
memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan,
pertentangan, ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditujukan, untuk menciptakan tamatan
yang kompeten dan cerdas dalam mengemban identitas budaya bangsanya. Kurikulum
ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar
yang membangun integritas sosial serta membudayakan dan mewujudkan karakter
nasional. Juga untuk memudahkan guru dalam menyajikan pengalaman belajar yang
sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar
pendidikan universal sebagaimana yang telah dicetuskan oleh UNESCO sejak 1970
yakni: learning to know, learning to do, learning to life together dan learning to be.
KTSP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan
masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Hal tersebut diharapkan
dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang
berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso maupun mikro. Kerangka
makro erat kaitannya dengan upaya politik yang saat ini sedang ramai dibicarakan
yaitu desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke daerah, aspek mesonya
berkaitan dengan kebijakan daerah tingkat provinsi sampai tingkat kabupaten

sedangkan aspek mikro melibatkan seluruh sektor dan lembaga pendidikan yang
paling bawah, tetapi terdepan dalam pelaksanaannya yaitu sekolah.
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepeduliaan
pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya
peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini menuntut
pendekatan kurikulum yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi
seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara
efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka
inilah, KTSP tampil sebagai alternatif kurikulum yang ditawarkan.
KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk
menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisien
pendidikan agar dapat memodifikasikan keinginan masyarakat setempat serta
menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, industri, dan pemerintah
dalam membentuk pribadi peserta didik. Hal tersebut dilakukan agar sekolah dapat
leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai prioritas
kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat setempat. Partisipasi
masyarakat dituntut agar lebih memahami pendidikan membantu, serta mengontrol
pengelolaan pendidikan. Dalam konsep ini sekolah dituntut memiliki tanggung jawab
yang tinggi, baik kepada orang tua, masyarakat, maupun pemerintah.
Otonomi dalam pengelolaan pendidikan merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung kepada kelompok
terkait dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Otonomi
sekolah juga berperan dalam menampung konsensus umum tentang pemberdayaan
sekolah, yang meyakini bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan sedapat
mungkin keputusan dan seharusnya dibuat oleh mereka yang berada di garis depan
(line staf) yang bertanggung jawab secara langsung terhadap pelaksanaan kebijakan,
dan terkena akibat dari kebijakan tersebut, baik guru maupun kepala sekolah.
Keterlibatan kepada sekolah dan guru dalam pengambilan keputusan sekolah juga
mendorong rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap sekolah yang pada akhirnya
mendorong mereka untuk menggunakan sumber daya yang ada efisien untuk
mencapai hasil yang optimal. Tujuan utama KTSP adalah memandirikan dan
memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan
kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan. Pemberian wewenang
(otonomi) kepada sekolah diharapkan dapat mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif.
Di samping lulusan yang kompeten, peningkatan mutu dalam KTSP antara lain akan
diperoleh melalui reformasi sekolah (school reform), yang ditandai dengan
peningkatan partisipasi orang tua, kerjasama dengan dunia industri, kelenturan
pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman
sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuhkembangkan budaya mutu dalam
suasana yang kondusif. Pemerataan pendidikan akan tampak pada tumbuhnya
partisipasi masyarakat terutama yang mampu dan peduli, sementara yang kurang
mampu akan menjadi tanggung jawab pemerintah.
Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan
strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar
proses pendidikan setiap guru dan atau pengelola sekolah dapat menentukan
bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran adalah
merupakan suatu sistem. Dengan demikian, pencapaian standar proses untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, terutama proses pembelajaran dapat dimulai dari
menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses
pembelajaran. Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas
pendidikan, namun demikian, tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan

dengan memperbaiki setiap komponen secara serempak. Hal ini selain komponen itu
keberadaannya terpencar, juga kita sulit menentukan kadar keterpengaruhan setiap
komponen.
Namun demikian, komponen yang selama ini dianggap sangat mempengaruhi proses
pendidikan adalah komponen guru. Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan
ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subyek dan obyek
belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun
lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan
guru dalam mengimplementasikan, maka semuanya akan kurang bermakna. Oleh
sebab itu, untuk mencapai stndar proses pendidikan, sebaiknya dimulai dengan
menganalisis komponen guru. Meyakinkan setiap orang khususnya pada setiap guru
bahwa pekerjaannya merupakan pekerjaan profesional merupakan upaya pertama
yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian standar proses sesuai dengan
harapan.
Mengapa demikian, sebab banyak orang termasuk guru sendiri yang meragukan
bahwa guru merupakan jabatan profesional. Ada yang beranggapan setiap orang bisa
menjadi guru walaupun mereka tidak memahami ilmu keguruan dapat saja dianggap
sebagai guru, asal paham materi pelajaran yang akan diajarkannya. Apabila mengajar
dianggap hanya sebagai proses penyampaian materi pelajaran, pendapat seperti itu
ada benarnya. Konsep mengajar yang demikian, tuntutannya sangat sederhana, yaitu
asal paham informasi yang akan diajarkannya kepada siswa, maka ia dapat menjadi
guru. Tetapi, mengajar tidak sesederhana itu. Mengajar bukan hanya sekadar
menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah perilaku siswa
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, dalam proses mengajar
terdapat kegiatan membimbing siswa agar bisa berkembang sesuai dengan tugastugas perkembangannya, melatih keterampilan baik intelektual maupun motorik
sehingga sisiwa dapat dan berani hidup di masyarakat yang cepat berubah dan penuh
persaingan, memotivasi siswa agar mereka dapat memecahkan berbagai persoalan
hidup dalam masyarakat yang penuh tantangan dan rintangan, membentuk siswa
yang memiliki kemampuan inovatif dan kreatif, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan
mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan
minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya
memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas
pembelajaran.
Dengan demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang
tidak mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru. Menurut James M .Cooper
(1990:64): “A teacher is person charged with the responsibility of helping others to
learn and to behave in new different ways”. Itulah sebabnya guru adalah pekerjaan
profesional yang membutuhkan kemampuan khusu hasil proses pendidikan yang
dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan. Menurut Dr. Wina Sanjaya, M.Pd.
(2007:15) bahwa syarat-syarat pokok dari pekerjaan profesional antara lain:
A. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang
hanya mungkin diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga
kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah;
B. Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang
spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan
yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas;
C. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang
pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi
latar belakang pendidikan akademis sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula

tingkat keahliannya, dengan demikian semakin tinggi pula tngkat penghargaan yang
diterimanya;
D. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap
sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi
terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu.
Dengan deikian, guru yang profesional berarti dituntut memiliki ilmu yang bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah; memiliki keahlian sesuai dengan bidang yang
ditekuninya; keahliannya harus sesuai dengan latar belakang pendidikan yang
didapatnya dan profesi guru yang profesional memiliki dampak sosial kemasyarakatan,
baik kepada siswa, keluarga maupun masyarakat.
KESIMPULAN
Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu sistem (system), artinya kurikulum
tersebut merupakan suatu kesatuan atau totalitas yang terdiri dari beberapa
komponen, di mana antara komponen satu dengan komponen lainnya saling
berhubungan dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan. Komponenkomponen kurikulum tersebut, yaitu tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan
evaluasi Fungsi Preventif yaitu, fungsi dimana guru terhindar untuk melakukan hal-hal
yang tidak sesuai dengan ketetapan kurikulum.
Fungsi Korektif yaitu merupakan rambu-rambu sebagai pedoman dalam membetulkan,
ketika pelaksanaan menyimpang dari kurikulum.
Fungsi Konstruktif, yaitu memberikan yang benar bagi pelaksanaan serta
pengembangan dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku.
Dalam fungsi kurikulum ada hal – hal yang harus diperhatikan yang erat kaitannya
dengan komponen-komponen dalam fungsi kurikulum yaitu sasaran atau arah yang
hendak dituju oleh proses penyelenggaraan yang tertuang dalam Tujuan Pendidikan
Nasional yang merupakan tujuan jangka panjang juga merupakan Tujuan Ideal
Pendidikan Bangsa Indonesia. Yang berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti
luas, maka fungsi kurikulum mempunyai arti sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan pada suatu tingkatan lembaga
pendidikan tertentu dan untuk memungkinkan pencapaian tujuan dari lembaga
pendidikan tersebut.
2. Sebagai batasan daripada program kegiatan (bahan pengajaran) yang akan
dijalankan pada suatu semester, kelas, maupun pada tingkat pendidikan tersebut.
3. Sebagai pedoman guru dalam menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar, sehingga
kegiatan yang dilakukan guru dengan murid terarah kepada tujuan yang ditentukan.
Dengan demikian fungsi kurikulum pada dasarnya adalah program kegiatan yang
tercantum dalam kurikulum yang akan mempengaruhi atau menentukan bentuk
pribadi murid yang diinginkan. Oleh karena itu pengembangan kurikulum perlu
memperhatikan beberapa hal:
a) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
b) Tuntutan dunia kerja.
c) Aturan agama, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d) Dinamika perkembangan global.
e) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Dalam melakukan pengembangan kurikulum, jika memperhatikan hal-hal tersebut di
atas, maka akan menghasilkan peserta didik yang memiliki kepribadian sebagai
seorang muslim dan mampu menyesuaikan diri di mana mereka hidup di tengahtengah masyarakat
Kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu
peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif. Ketiga peranan

kurikulum tersebut harus berjalan seimbang dan harmonis untuk mencapai tujuan
pendidikan secara optimal. Pelaksanaan ketiga peranan kurikulum menjadi tanggung
jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan. Berdasarkan beberapa
uraian tentang Fungsi dan Peran kurikulum, maka dapat disimpulkan beberapa hal
berikut ini:
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum
mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Dengan kata lain bahwa kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
yaitu pembentukan manusia yang sesuai dengan falsafah hidup bangsa memegang
peranan penting dalam suatu sistem pendidikan. Maka kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan harus mampu mengantarkan anak didik menjadi manusia yang
bertaqwa, cerdas, terampil dan berbudi luhur, berilmu, bermoral, tidak hanya sebagai
mata pelajaran yang harus diberikan kepada peserta didik semata, melainkan sebagai
aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk dialami, diterima, dan dilakukan. Fungsi
kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri yang berorientasi pada
pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi kurikulum mempunyai arti sebagai
berikut:
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan pada suatu tingkatan lembaga
pendidikan tertentu dan untuk memungkinkan pencapaian tujuan dari lembaga
pendidikan tersebut.
2. Sebagai batasan daripada program kegiatan (bahan pengajaran) yang akan
dijalankan pada suatu semester, kelas, maupun pada tingkat pendidikan tersebut.
3. Sebagai pedoman guru dalam menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar, sehingga
kegiatan yang dilakukan guru dengan murid terarah kepada tujuan yang ditentukan.
Dengan demikian fungsi kurikulum pada dasarnya adalah program kegiatan yang
tercantum dalam kurikulum yang akan mempengaruhi atau menentukan bentuk
pribadi murid yang diinginkan. Oleh karena itu pengembangan kurikulum perlu
memperhatikan beberapa hal:
a) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
b) Tuntutan dunia kerja.
c) Aturan agama, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d) Dinamika perkembangan global.
e) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Dalam melakukan pengembangan kurikulum, jika memperhatikan hal-hal tersebut di
atas, maka akan menghasilkan peserta didik yang memiliki kepribadian sebagai
seorang muslim dan mampu menyesuaikan diri di mana mereka hidup di tengahtengah masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 2007. Profil Baru Guru & Dosen Indonesia: Idealis, Profesional, Sejahtera.
Jakarta: Pustaka Indonesia.
Cooper, James M. (ed.) 1990. Classroom Teaching Skill. Lexington, Massachusetts
Toronto: D.C. Heath and Company.
Nurdin, Muhamad. 2004. Kiat menjadi Guru Profesional. Jogjakarta: Prismasophie.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group.
Susilo, Muhammad Joko. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen
Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyajarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:
Fokusmedia
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005. Guru dan Dosen. Bandung: Fokusmedia