MAKALAH MATA KULIAH PROGRAM STUDI MAGIST
MAKALAH MATA KULIAH
Pembelajaran Kimia Dengan Pendekatan Saintifik
‘’ Pendekatan, Strategi, Metode, Takhnik, Gaya, Model
dan Pendekatan Saintifik”
Disusun Oleh:
Chandra Aprianto
Havizhah
Dede Nova Silaban
Wely Aprilianti
Dessy Rizki Amelia
Rifka Anisa
P2A817002
P2A817003
P2A817006
P2A817008
P2A817012
P2A817013
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karna atas berkat rahmad dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun dalam rangka menyelesaikan tugas dalam mata kuliah Pembelajaran Kimia Dengan
Pendekatan Saintifik yang membahas tentang “Pendekatan, Strategi, Metode, Takhnik,
Gaya, Model dan Pendekatan Saintifik”.
Adapun kumpulan materi dalam makalah ini diperoleh dari literature yang ada,
sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna. Sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun baik mengenai isi maupun penulisan dari makalah ini. Semoga isi
dari makalah ini dapat memperluas wawasan para pembaca.
Jambi,
Penulis
2
Januari 2018
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...............................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
1
2
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................................................
4
4
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan
Pembelajaran....................................................................................... 5
2.2 Strategi
Pembelajaran.............................................................................................
9
2.3 Metode
Pembelajaran.............................................................................................
11
2.4 Tekhnik Pembelajaran............................................................................................
15
2.5.Gaya /Teknik
Pembelajaran...................................................................................
16
2.6.Model Pembelajaran...............................................................................................
17
2.7. Pendekatan Saintifik.............................................................................................
21
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ .
3
24
25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut
adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4)
teknik pembelajaran, (5) gaya pembelajaran, dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan
dipaparkan pengertian istilah – istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan
tentang penggunaan istilah tersebut.
Scientific Approach (Pendekatan Ilmiah) dalam Kurikulum 2013 Pendekatan saintifik
menjadi landasan dalam pembelajaran di kurikulum 2013 karena terdapat upaya
meningkatkan kualitas berpikir peserta didik. Kurikulum 2013 yang hadir berbasiskan pada
kompetensi, mengupayakan agar peserta didik dapat mempelajari ilmu pengetahuan
sebagaimana ilmuwan mengkaji obyek penelitiannya.
Melalui pendekatan saintifik juga peserta didik tidak hanya dilatih untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar, namun juga mengembangkan aspek lain
dari peserta didik dalam pembelajaran. Pada sosialisasi kurikulum 2013 dinyatakan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep,
hukum, prinsip yang ditemukan.
1.2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.3.
1.
Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran?
Apakah yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?
Apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran?
Apakah yang dimaksud dengan tekhnik pembelajaran?
Apakah yang dimaksud dengan gaya belajar?
Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran?
Apakah yang dimaksud dengan pendekatan saintifik (science approach)?
Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran?
4
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran?
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tekhnik pembelajaran?
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gaya belajar?
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran?
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan saintifik (science
approach)?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach).
Macam -macam pendekatan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan Konstektual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti
apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya
nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan
suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
menggapainya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting,yaitu:
a. Mengaitkan
Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru
menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah
dikenal siswa. Jadi dengan demikian,mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.
b. Mengalami
Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi
5
lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentukbentuk penelitian yang aktif.
c. Menerapkan
Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru
dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.
d. Kerjasama
Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan.
Sebaliknya,siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang
komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa
mempelajari bahan ajar,tetapi konsisten dengan dunia nyata.
e. Mentransfer
Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman
bukan hapalan.
2. Pendekatan Konstrutivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih
menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat
diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam
lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan
siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang
sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang
pembelajar dalam memberikan arti,serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial.
Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme ,tetapi terdapat beberapa pendekatan
konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains.
Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial
dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial);sedangkan yang lain seperti Piaget
melihat konstruksi individu (konstruktivisme individu) yang utama
a. Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep
diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka
berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk
struktur emosional atau kognitif dan strateginya
b. Konstruktivisme social
Berbeda dengan Piaget,Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial,yaitu
terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama.
Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks
budaya yang berbeda. Interaksi sosial,alat-alat budaya,dan aktivitasnya membentuk
perkembangan dan kemampuan belajar individual.
Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme
6
1.
Dengan adanya pendekatan konstruktivisme,pengembangan pengetahuan bagi peserta
didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau
pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan
pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman
yang ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka
pelajari.
4. Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa
yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis
sesuai dengan materi yang dipelajari
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan
logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat
premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks,peneliti dapat menarik lebih
dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan
dari sesuatu yang umum kesesuatuyangkhusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum
ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan
aturan,prinsip umum dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau penerapan aturan,prinsip
umum ke dalam keadaan khusus.
4. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.
Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus
menuju keadaan umum.
APB Statement No. 4 adalah contoh dari penelitian induksi,Statement ini adalah suatu usaha
APB untuk membangun sebuah teori akuntansi. Generally Accepted Accounting Principles
(GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan (statement) dibangun berdasarkan observasi
dari praktek yang ada.
5. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai
konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).
Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep
merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana
konsep itu diperoleh.
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
a. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
b. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
c. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
d. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalarnan
7
e. Konsep yang benar membentuk pengertian
f. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan
konsep adalah:
a. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
b. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
c. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai
konsep yang komplek.
d. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu:
1. Tahap enaktik, Tahap enaktik dimulai dari:
a. Pengenalan benda konkret.
b. Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
c. Pengamatan,penafsiran tentang benda baru
2. Tahap simbolik, Tahap simbolik siperkenalkan dengan:
a. Simbol,lambang,kode,seperti angka,huruf. kode,seperti (?=,/) dll.
b. Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa
cukup mengerti akan ciri-cirinya.
c. Memberi nama,dan istilah serta defenisi.
3. Tahap ikonik, Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak,seperti
Menyebut nama,istilah,defmisi,apakah siswa sudah mampu mengatakannya
6.
Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai
suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada
pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini
penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih
psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat
mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi
pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian,
keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya
.
7. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science,Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,Teknologi
dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan
proses, CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. (Susilo,1999). Istilah Sains
Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology Society (STS),
Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan
Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu
Environtment,yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat
(STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains,teknologi,dan isu yang ada di masyarakat.
8
Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup
memiliki bekal pengetahuan,sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang
masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan
yang telah diambilnya
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme,yaitu
peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa
yang telah mereka ketahui.
2.2 Strategi pembelajaran.
Strategi (strategy), menurut T Raka Joni (1991) adalah ilmu dan kiat dalam
memanfaatkan segala sumber yang dintiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kemudian A.J. Romiszowski (1981) berpendapat bahwa strategi adalah suatu
pandangan umum tentang rangkaian tindakan yang diadaptasi clari perintah-perintah
terpilih untuk metode pembelajaran. Lebih lanjut ditunjukkan bahwa strategi
pembelajaran itu banyak ragamnya, ibarat berada dalam satu rentangan (continum)
antara dua ujung yang saling berlawanan, yaitu ekspositoridan diskoveri/inkuiri.
Selanjutnya Dick & Carey (1990) menyatakan bahwa strategi menunjukan
komponen umum suatu set bahan ajar instruksional dan prosedur yang akan digunakan
bersama bahan ajar tersebut untuk memperoleh hasil belajar tertentu. Komponen yang
dimaksud, meliputi kegiatan pra-instruksional, penyajian informasi, partisipasi peserta
didik, tes, dan tindak lanjut. Dengan demikian strategi menunjukkan langkah-langkah
kegiatan (syntax) atau prosedur yang digunakan dalam menyajikan bahan ajar untuk
mencapai tujuan, kompetensi, hasil belajar. Suatu strategi dipilih untuk melaksanakan
metode-metode pembelajaran terpilih.
Barangkali dalam setiap langkah strategi yang mencerminkan suatu metode
pembelajaran, mendorong lvor K. Davies (1981) untuk memaknai bahwa strategi
merupakan metode dalam arti luas yang menggambarkan cara mengajarkan dan
mengolah tugas-tugas mengajar, contoh: strategi perkuliahan/ceramah, tutorial, dan studi
kasus. Pandangan Davies tersebut sejalan dengan Jerome Brunner dalam menggunakan
terminologi metode pembelajaran induktif (berpikir induktif , berpikir evaluatif), metode
belajar bagaimana belajar (learning how to learn) atau berpikir divergen ala Guildford.
Metode pembelajaran pengetahuan Brunner ini, di samping inkuiri, diskoveri,
pengatasan masalah (problem solving), dan sainstifik merupakan metode-metode yang
banyak memberikan peluang dan tanggung-jawab pada peserta didik untuk mandiri,
berpikir kritis dan kreatif dalam rangka menilai kebenaran dan kebermaknaan tentang
sesuatu objek (Conny Semiawan, 1997).
Pandangan tentang strategi sebagai metode dalam arti luas tersebut juga diikuti
oleh Muhibbin Syah (1995) bahwa dibandingkan dengan strategi, metode secara umum
kurang berorientasi pada tujuan (less goal-oriented) karena metode dianggap lebih luas
daripada strategi. Gagasan ini bukan berarti mengurangi signifikansi metode, lantaran
strategi itu ada dan berlaku dalam kerangka metode pembelajaran.
Ketepatan dalam memilih strategi sangat memungkinkan keterlaksanaan metode
metode terpilih dapat mewujudkan terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif,
menyenangkan, sehingga peserta didik rnerasa dipermudah dalam mewujudkan hasil
belajar yang diharapkan. Dengan demikian, strategi merupakan komponen pembelajaran
yang memungkinkan terlaksananya metode-metode terpilih untuk menyajikan bahan ajar
selama kegiatan pembelajaran
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
9
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David,
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari
strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)
exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina
Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran
dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi
dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera
masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling
efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh
sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil
perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang
paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan
teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan
ukuran baku keberhasilan.
Macam-macam strategi pembelajaran meliputi: Strategi Pembelajaran Ekspositori
(SPE), Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI), Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM),
Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK), Stategi Pembelajaran Kontekstual (CTL), Srategi
Pembelajaran Afektif, Strategi Pembelajaran Kreatif Produk, Strategi Pembelajaran Inkuiri
ktif , Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek, Strategi Pembelajaran Kuantum, Strategi
Pembelajaran Siklus, Srategi Pembelajaran Berbasis Komputer dan Berbasis Elektronik (ELearning), Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB).
2.3 Metode pembelajaran
Metode (method), menurut Fred Percival dan Henry Ellington (1984) adalah
cara yang umum untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik atau
mempraktikkan teori yang telah dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Batasan ini hampir sama dengan pendapat Tardif dalam Muhibbin Syah (1995)
bahwa metode diartikan sebagai cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan
kegiatan penyajiart materi pelajaran kepada peserta didik.
Selanjutnya Reigeluth (1983) mengartikan bahwa metode mencakup rumusan
tentang pengorganisasian bahan ajar, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan
10
dengan memperhatikan tujuan, hambatan, dan karakteristik peserta didik sehingga
diperoleh hasil yang efektif, efisien, dan menimbulkan daya tarik pembelajaran.
Pendapat Reigeluth tersebut didukung oleh Jerome Brunner (dalam Conny
Semiawan, 1997) dengan menyebut metode pembelajaran induktif atau berpikir induktif.
Kemudian J.E. Kemp (1994) menggunakannya untuk mengelompokan pola mengajar
dan belajar, yaitu klasikal, mandiri, dan interaksi guru-peserta didik atau pengajaran
kelompok.
Berbagai pendapat di atas, menunjukkan bahwa metode berhubungan dengan
cara yang memungkinkan peserta didik memperoleh kemudahan dalam rangka
mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh guru. Ketepatgunaan dalam memilih
metode sangat berpeluang bagi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif,
menyenangkan,
sehingga
kegiatan
pembelajaran (instructional
activities) dapat
berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik untuk dapat
meraih hasil belajar sesuai yang diharapkan.
Dengan demikian metode merupakan suatu komponen yang sangat menentukan
terciptanya kondisi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Dalam konteks
kondisi pembelajaran yang menyenangkan itu, lvor K Davies (1981) menegaskan bahwa
suatu kegiatan pembelajaran tidak selalu menjamin orang (baca: peserta didik) akan
dapat belajar, Hal ini menunjukkan bahwa sebaik apapun seorang guru dalam
merancang/mendesain suatu program pembelajaran, kiranya tidak akan dapat secara
optimal mewujudkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan, apabila tidak didukung
oleh pemilihan sekaligus penggunaan metode tepat.
Metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
1. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah,
dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya
inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan
dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan
belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih
untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne &
Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah,
metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan
memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi
hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif
untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
3. Metode Demonstrasi
11
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat
efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti:
Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses
mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru
atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat
pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
Kelemahan metode Demonstrasi :
a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan.
4. Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari
satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga
macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
5. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa
membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
d. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat
lebih lama.
e. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung
jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru
hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
6. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di
mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang
dipelajarinya.
7.Metode Study Tour (Karya wisata)
12
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan
mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan
selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil
kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
8.
Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya
langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan
manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan
membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.
9.
Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya
lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang
pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal,
kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan
dengan team pendidik tersebut.
10. Peer Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu
metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode
mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada
menarik kesimpulan. Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir
dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa.
Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan
pendapatnya.
12. Project Method
Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan
meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
13. Taileren Method
Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagiansebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja
berkaitan dengan masalahnya
14. Metode Global (ganze method)
Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca
keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil
intisaridari materi tersebut.
2.4 Teknik Pembelajaran
Teknik (technic), menurut T Raka Joni (1991) menunjukkan keragaman khas
dalam mengaplikasikan suatu metode sesuai dengan latar (setting) tertentu, seperti
kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah,
kemampuan dan kesiapan peserta didik dan sebagainya. Contoh dengan menggunakan
metode ceramah, maka dapat disebutkan rentangan teknik berceramah mulai dari yang
13
diibaratkan tape-recorder dalam menyampaikan bahan ajar pelajaran sampai dengan
menampilkan berbagai alat bantu/media untuk menyampaikan isi pelajaran yang
dirancang berdasarkan teori pembelajaran mutakhir. Demikian halnya dengan teknik
bertanya-jawab, teknik berdiskusi dan sebagainya.
Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan
metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah
pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode
diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif
dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti
teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
2.5.Gaya/Taktik Pembelajaran.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan
metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua
orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam
taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi
dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang
satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan
tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,
pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat).
Taktik (tactic), pengertiannya sama dengan teknik yang disebutkan di atas. lstilah
ini digunakan apabila metode sebagaimana diuraikan di atas berdasarkan pendapat para
ahli yang intinya, yaitu cara yang memungkinkan peserta didik memperoleh kemudahan
dalam rangka mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh guru disebut dengan
menggunakan istilah teknik
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya
dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Berdasarkan
uraian di atas, bahwa
melaksanakan tugasnya
seorang guru dituntut
memliki keterampilan
mengembangkan
pembelajaran
yang
menyenangkan,
untuk
dapat
secara
profesional,
dapat memahami dan
yang memadai dalam
berbagai
model
efektif,
kreatif
dan
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum.
14
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia,
para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran,
yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian
tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru
(calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada
proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada
dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model
pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masingmasing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang
bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah
ada.
2.6 Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan
model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Macam-macam model pembelajaran yaitu:
1. Model Studen Teams – Achievement Divisions (STAD)
2. Model examples – non examples
3. Model lesson study
4. Model pembelajaran ARIAS (assurance, relevance, interest, assessment, dan
satisfaction).
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi
Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model
pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali
penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat
divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain
pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur
umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada caracara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi
pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan
tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo,
rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan
dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue
print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan
langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai
dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai
15
dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan
menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia,
para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran,
yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian
tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru
(calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada
proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada
dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model
pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masingmasing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang
bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah
ada.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan
model pembelajaran.Pada dasarnya model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model
Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Unsur-Unsur Model Pembelajaran Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan
bahwa setiap model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur
berikut: a. Sintak (syntax) b. Sistem sosial (the social system) c. Prinsip reaksi (principles of
reaction) d. Sistem pendukung (support system). Macam Model Pembelajaran Menurut Karli
dan Yuliariatiningsih (2002) adalah: (a) model pembelajaran kontekstual (CTL), (b) model
pembelajaran berdasarkan masalah, (c) model pembelajaran konstruktivisme, (d) model
dengan pendekatan lingkungan, (e) model pengajaran langsung, (f) model pembelajarn
terpadu, dan (g) model pembelajaran interaktif. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai
pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan model sangat
dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan
dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
Di bawah ini akan diuraikan secara singkat dari masing-masing model pembelajaran :
1. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL
merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan
dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran
kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan
menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya
menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan
strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Dengan mengutip pemikiran
Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen yang harus diperhatikan dalam
16
pembelajaran kontekstual, yaitu : Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang
sudah dimiliki oleh peserta didik. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju
bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus). Pembelajaran harus ditekankan pada
pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk
memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan
konsep.
2. Bermain Peran (Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya
pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal
relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang
diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan
menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba
mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan
mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi
parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Dengan
mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan pembelajaran
bermain peran meliputi : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; (2)
memilih peran; (3) menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan
pengamat; (6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap I ;
(8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10) membagi pengalaman
dan pengambilan keputusan.
2. Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003)
menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional
dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi
dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan
peserta didik. Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut:
Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar. Membantu peserta didik
menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan. Membantu peserta didik
menyusun tujuan belajar. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar.
Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.
3. Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu
belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang
dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran
harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi
pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar,
melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran harus diorganisir secara spesifik
untuk memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan
belajar tertentu,dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar
17
dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya.
Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar
tertentu merupakan dasar untuk memperoleh balikan (feedback). Tujuan utama evaluasi
adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta
didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta
didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehinga seluruh peserta didik
dapat mencapai tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas).
4. Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction)
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang
disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai
dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Pembelajaran dengan sistem modul
memiliki karakteristik sebagai berikut: Setiap modul harus memberikan informasi dan
petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik,
bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan. Modul merupakan
pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin
karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus : (1) memungkinkan peserta didik
mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik
mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada
tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur. Setiap modul memiliki mekanisme untuk
mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik
bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar. Pada umumnya pembelajaran dengan
sistem modul akan melibatkan beberapa komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta
didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6)
kunci jawaban.
5. Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau
peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisikondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1)
aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa
berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan
fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas
tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis.
2.7. Pendekatan Saintifik
Scientific Approach (Pendekatan Ilmiah) dalam Kurikulum 2013 Pendekatan saintifik
menjadi landasan dalam pembelajaran di kurikulum 2013 karena terdapat upaya
meningkatkan kualitas berpikir peserta didik. Kurikulum 2013 yang hadir berbasiskan pada
kompetensi, mengupayakan agar peserta didik dapat mempelajari ilmu pengetahuan
sebagaimana ilmuwan mengkaji obyek penelitiannya.
Melalui pendekatan saintifik juga peserta didik tidak hanya dilatih untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar, namun juga mengembangkan aspek lain
dari peserta didik dalam pembelajaran. Pada sosialisasi kurikulum 2013 dinyatakan bahwa
18
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep,
hukum, prinsip yang ditemukan.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari
guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan
bukan hanya diberi tahu.
Pendekatan saintifik yang memusatkan pada penemuan fakta, konsep, prinsip, hukum
dan teori maka, Nuryani (2012: 50-58) mengemukakan perbedaan dari kelimanya. Fakta
merupakan semua pengetahuan yang telah diketahui oleh manusia, tetapi belum
terorganisasikan secara sistematis. Dalam suatu fakta terdapat konsep-konsep dan prinsipprinsip yang digunakan untuk menguraikan suatu kejadian, bahkan mungkin ditemukan
hokum-hukum yang melahirkan suatu teori. Sedangkan, konsep merupakan suatu abstraksi
yang menggambarkan ciri-ciri, karakter, atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari
suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena di alam yang
membedakannya dari kelompok lainnya.
Kemudian, hubungan antara konsep satu dengan konsep yang lain yang memiliki
dasar kebenaran empiris yang tidak begitu tinggi dinamakan prinsip. Sedangkan, hukum
merupakan suatu pernyataan bentuk hubungan antara variabel-variabel yang begitu tinggi
sehingga dapat dikatakan variabel-variabel ini sangat saling bergantung. Hubungan antara
Pembelajaran Kimia Dengan Pendekatan Saintifik
‘’ Pendekatan, Strategi, Metode, Takhnik, Gaya, Model
dan Pendekatan Saintifik”
Disusun Oleh:
Chandra Aprianto
Havizhah
Dede Nova Silaban
Wely Aprilianti
Dessy Rizki Amelia
Rifka Anisa
P2A817002
P2A817003
P2A817006
P2A817008
P2A817012
P2A817013
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karna atas berkat rahmad dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun dalam rangka menyelesaikan tugas dalam mata kuliah Pembelajaran Kimia Dengan
Pendekatan Saintifik yang membahas tentang “Pendekatan, Strategi, Metode, Takhnik,
Gaya, Model dan Pendekatan Saintifik”.
Adapun kumpulan materi dalam makalah ini diperoleh dari literature yang ada,
sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna. Sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun baik mengenai isi maupun penulisan dari makalah ini. Semoga isi
dari makalah ini dapat memperluas wawasan para pembaca.
Jambi,
Penulis
2
Januari 2018
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...............................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
1
2
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................................................
4
4
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan
Pembelajaran....................................................................................... 5
2.2 Strategi
Pembelajaran.............................................................................................
9
2.3 Metode
Pembelajaran.............................................................................................
11
2.4 Tekhnik Pembelajaran............................................................................................
15
2.5.Gaya /Teknik
Pembelajaran...................................................................................
16
2.6.Model Pembelajaran...............................................................................................
17
2.7. Pendekatan Saintifik.............................................................................................
21
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ .
3
24
25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut
adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4)
teknik pembelajaran, (5) gaya pembelajaran, dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan
dipaparkan pengertian istilah – istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan
tentang penggunaan istilah tersebut.
Scientific Approach (Pendekatan Ilmiah) dalam Kurikulum 2013 Pendekatan saintifik
menjadi landasan dalam pembelajaran di kurikulum 2013 karena terdapat upaya
meningkatkan kualitas berpikir peserta didik. Kurikulum 2013 yang hadir berbasiskan pada
kompetensi, mengupayakan agar peserta didik dapat mempelajari ilmu pengetahuan
sebagaimana ilmuwan mengkaji obyek penelitiannya.
Melalui pendekatan saintifik juga peserta didik tidak hanya dilatih untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar, namun juga mengembangkan aspek lain
dari peserta didik dalam pembelajaran. Pada sosialisasi kurikulum 2013 dinyatakan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep,
hukum, prinsip yang ditemukan.
1.2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.3.
1.
Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran?
Apakah yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?
Apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran?
Apakah yang dimaksud dengan tekhnik pembelajaran?
Apakah yang dimaksud dengan gaya belajar?
Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran?
Apakah yang dimaksud dengan pendekatan saintifik (science approach)?
Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran?
4
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran?
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tekhnik pembelajaran?
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gaya belajar?
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran?
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan saintifik (science
approach)?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach).
Macam -macam pendekatan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan Konstektual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti
apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya
nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan
suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
menggapainya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting,yaitu:
a. Mengaitkan
Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru
menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah
dikenal siswa. Jadi dengan demikian,mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.
b. Mengalami
Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi
5
lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentukbentuk penelitian yang aktif.
c. Menerapkan
Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru
dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.
d. Kerjasama
Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan.
Sebaliknya,siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang
komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa
mempelajari bahan ajar,tetapi konsisten dengan dunia nyata.
e. Mentransfer
Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman
bukan hapalan.
2. Pendekatan Konstrutivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih
menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat
diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam
lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan
siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang
sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang
pembelajar dalam memberikan arti,serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial.
Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme ,tetapi terdapat beberapa pendekatan
konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains.
Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial
dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial);sedangkan yang lain seperti Piaget
melihat konstruksi individu (konstruktivisme individu) yang utama
a. Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep
diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka
berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk
struktur emosional atau kognitif dan strateginya
b. Konstruktivisme social
Berbeda dengan Piaget,Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial,yaitu
terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama.
Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks
budaya yang berbeda. Interaksi sosial,alat-alat budaya,dan aktivitasnya membentuk
perkembangan dan kemampuan belajar individual.
Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme
6
1.
Dengan adanya pendekatan konstruktivisme,pengembangan pengetahuan bagi peserta
didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau
pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan
pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman
yang ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka
pelajari.
4. Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa
yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis
sesuai dengan materi yang dipelajari
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan
logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat
premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks,peneliti dapat menarik lebih
dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan
dari sesuatu yang umum kesesuatuyangkhusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum
ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan
aturan,prinsip umum dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau penerapan aturan,prinsip
umum ke dalam keadaan khusus.
4. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.
Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus
menuju keadaan umum.
APB Statement No. 4 adalah contoh dari penelitian induksi,Statement ini adalah suatu usaha
APB untuk membangun sebuah teori akuntansi. Generally Accepted Accounting Principles
(GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan (statement) dibangun berdasarkan observasi
dari praktek yang ada.
5. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai
konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).
Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep
merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana
konsep itu diperoleh.
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
a. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
b. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
c. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
d. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalarnan
7
e. Konsep yang benar membentuk pengertian
f. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan
konsep adalah:
a. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
b. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
c. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai
konsep yang komplek.
d. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu:
1. Tahap enaktik, Tahap enaktik dimulai dari:
a. Pengenalan benda konkret.
b. Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
c. Pengamatan,penafsiran tentang benda baru
2. Tahap simbolik, Tahap simbolik siperkenalkan dengan:
a. Simbol,lambang,kode,seperti angka,huruf. kode,seperti (?=,/) dll.
b. Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa
cukup mengerti akan ciri-cirinya.
c. Memberi nama,dan istilah serta defenisi.
3. Tahap ikonik, Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak,seperti
Menyebut nama,istilah,defmisi,apakah siswa sudah mampu mengatakannya
6.
Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai
suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada
pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini
penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih
psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat
mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi
pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian,
keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya
.
7. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science,Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,Teknologi
dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan
proses, CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. (Susilo,1999). Istilah Sains
Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology Society (STS),
Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan
Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu
Environtment,yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat
(STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains,teknologi,dan isu yang ada di masyarakat.
8
Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup
memiliki bekal pengetahuan,sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang
masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan
yang telah diambilnya
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme,yaitu
peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa
yang telah mereka ketahui.
2.2 Strategi pembelajaran.
Strategi (strategy), menurut T Raka Joni (1991) adalah ilmu dan kiat dalam
memanfaatkan segala sumber yang dintiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kemudian A.J. Romiszowski (1981) berpendapat bahwa strategi adalah suatu
pandangan umum tentang rangkaian tindakan yang diadaptasi clari perintah-perintah
terpilih untuk metode pembelajaran. Lebih lanjut ditunjukkan bahwa strategi
pembelajaran itu banyak ragamnya, ibarat berada dalam satu rentangan (continum)
antara dua ujung yang saling berlawanan, yaitu ekspositoridan diskoveri/inkuiri.
Selanjutnya Dick & Carey (1990) menyatakan bahwa strategi menunjukan
komponen umum suatu set bahan ajar instruksional dan prosedur yang akan digunakan
bersama bahan ajar tersebut untuk memperoleh hasil belajar tertentu. Komponen yang
dimaksud, meliputi kegiatan pra-instruksional, penyajian informasi, partisipasi peserta
didik, tes, dan tindak lanjut. Dengan demikian strategi menunjukkan langkah-langkah
kegiatan (syntax) atau prosedur yang digunakan dalam menyajikan bahan ajar untuk
mencapai tujuan, kompetensi, hasil belajar. Suatu strategi dipilih untuk melaksanakan
metode-metode pembelajaran terpilih.
Barangkali dalam setiap langkah strategi yang mencerminkan suatu metode
pembelajaran, mendorong lvor K. Davies (1981) untuk memaknai bahwa strategi
merupakan metode dalam arti luas yang menggambarkan cara mengajarkan dan
mengolah tugas-tugas mengajar, contoh: strategi perkuliahan/ceramah, tutorial, dan studi
kasus. Pandangan Davies tersebut sejalan dengan Jerome Brunner dalam menggunakan
terminologi metode pembelajaran induktif (berpikir induktif , berpikir evaluatif), metode
belajar bagaimana belajar (learning how to learn) atau berpikir divergen ala Guildford.
Metode pembelajaran pengetahuan Brunner ini, di samping inkuiri, diskoveri,
pengatasan masalah (problem solving), dan sainstifik merupakan metode-metode yang
banyak memberikan peluang dan tanggung-jawab pada peserta didik untuk mandiri,
berpikir kritis dan kreatif dalam rangka menilai kebenaran dan kebermaknaan tentang
sesuatu objek (Conny Semiawan, 1997).
Pandangan tentang strategi sebagai metode dalam arti luas tersebut juga diikuti
oleh Muhibbin Syah (1995) bahwa dibandingkan dengan strategi, metode secara umum
kurang berorientasi pada tujuan (less goal-oriented) karena metode dianggap lebih luas
daripada strategi. Gagasan ini bukan berarti mengurangi signifikansi metode, lantaran
strategi itu ada dan berlaku dalam kerangka metode pembelajaran.
Ketepatan dalam memilih strategi sangat memungkinkan keterlaksanaan metode
metode terpilih dapat mewujudkan terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif,
menyenangkan, sehingga peserta didik rnerasa dipermudah dalam mewujudkan hasil
belajar yang diharapkan. Dengan demikian, strategi merupakan komponen pembelajaran
yang memungkinkan terlaksananya metode-metode terpilih untuk menyajikan bahan ajar
selama kegiatan pembelajaran
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
9
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David,
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari
strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)
exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina
Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran
dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi
dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera
masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling
efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh
sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil
perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang
paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan
teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan
ukuran baku keberhasilan.
Macam-macam strategi pembelajaran meliputi: Strategi Pembelajaran Ekspositori
(SPE), Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI), Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM),
Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK), Stategi Pembelajaran Kontekstual (CTL), Srategi
Pembelajaran Afektif, Strategi Pembelajaran Kreatif Produk, Strategi Pembelajaran Inkuiri
ktif , Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek, Strategi Pembelajaran Kuantum, Strategi
Pembelajaran Siklus, Srategi Pembelajaran Berbasis Komputer dan Berbasis Elektronik (ELearning), Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB).
2.3 Metode pembelajaran
Metode (method), menurut Fred Percival dan Henry Ellington (1984) adalah
cara yang umum untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik atau
mempraktikkan teori yang telah dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Batasan ini hampir sama dengan pendapat Tardif dalam Muhibbin Syah (1995)
bahwa metode diartikan sebagai cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan
kegiatan penyajiart materi pelajaran kepada peserta didik.
Selanjutnya Reigeluth (1983) mengartikan bahwa metode mencakup rumusan
tentang pengorganisasian bahan ajar, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan
10
dengan memperhatikan tujuan, hambatan, dan karakteristik peserta didik sehingga
diperoleh hasil yang efektif, efisien, dan menimbulkan daya tarik pembelajaran.
Pendapat Reigeluth tersebut didukung oleh Jerome Brunner (dalam Conny
Semiawan, 1997) dengan menyebut metode pembelajaran induktif atau berpikir induktif.
Kemudian J.E. Kemp (1994) menggunakannya untuk mengelompokan pola mengajar
dan belajar, yaitu klasikal, mandiri, dan interaksi guru-peserta didik atau pengajaran
kelompok.
Berbagai pendapat di atas, menunjukkan bahwa metode berhubungan dengan
cara yang memungkinkan peserta didik memperoleh kemudahan dalam rangka
mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh guru. Ketepatgunaan dalam memilih
metode sangat berpeluang bagi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif,
menyenangkan,
sehingga
kegiatan
pembelajaran (instructional
activities) dapat
berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik untuk dapat
meraih hasil belajar sesuai yang diharapkan.
Dengan demikian metode merupakan suatu komponen yang sangat menentukan
terciptanya kondisi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Dalam konteks
kondisi pembelajaran yang menyenangkan itu, lvor K Davies (1981) menegaskan bahwa
suatu kegiatan pembelajaran tidak selalu menjamin orang (baca: peserta didik) akan
dapat belajar, Hal ini menunjukkan bahwa sebaik apapun seorang guru dalam
merancang/mendesain suatu program pembelajaran, kiranya tidak akan dapat secara
optimal mewujudkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan, apabila tidak didukung
oleh pemilihan sekaligus penggunaan metode tepat.
Metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
1. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah,
dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya
inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan
dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan
belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih
untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne &
Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah,
metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan
memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi
hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif
untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
3. Metode Demonstrasi
11
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat
efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti:
Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses
mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru
atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat
pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
Kelemahan metode Demonstrasi :
a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan.
4. Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari
satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga
macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
5. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa
membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
d. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat
lebih lama.
e. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung
jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru
hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
6. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di
mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang
dipelajarinya.
7.Metode Study Tour (Karya wisata)
12
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan
mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan
selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil
kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
8.
Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya
langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan
manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan
membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.
9.
Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya
lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang
pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal,
kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan
dengan team pendidik tersebut.
10. Peer Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu
metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode
mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada
menarik kesimpulan. Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir
dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa.
Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan
pendapatnya.
12. Project Method
Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan
meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
13. Taileren Method
Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagiansebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja
berkaitan dengan masalahnya
14. Metode Global (ganze method)
Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca
keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil
intisaridari materi tersebut.
2.4 Teknik Pembelajaran
Teknik (technic), menurut T Raka Joni (1991) menunjukkan keragaman khas
dalam mengaplikasikan suatu metode sesuai dengan latar (setting) tertentu, seperti
kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah,
kemampuan dan kesiapan peserta didik dan sebagainya. Contoh dengan menggunakan
metode ceramah, maka dapat disebutkan rentangan teknik berceramah mulai dari yang
13
diibaratkan tape-recorder dalam menyampaikan bahan ajar pelajaran sampai dengan
menampilkan berbagai alat bantu/media untuk menyampaikan isi pelajaran yang
dirancang berdasarkan teori pembelajaran mutakhir. Demikian halnya dengan teknik
bertanya-jawab, teknik berdiskusi dan sebagainya.
Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan
metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah
pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode
diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif
dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti
teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
2.5.Gaya/Taktik Pembelajaran.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan
metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua
orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam
taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi
dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang
satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan
tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,
pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat).
Taktik (tactic), pengertiannya sama dengan teknik yang disebutkan di atas. lstilah
ini digunakan apabila metode sebagaimana diuraikan di atas berdasarkan pendapat para
ahli yang intinya, yaitu cara yang memungkinkan peserta didik memperoleh kemudahan
dalam rangka mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh guru disebut dengan
menggunakan istilah teknik
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya
dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Berdasarkan
uraian di atas, bahwa
melaksanakan tugasnya
seorang guru dituntut
memliki keterampilan
mengembangkan
pembelajaran
yang
menyenangkan,
untuk
dapat
secara
profesional,
dapat memahami dan
yang memadai dalam
berbagai
model
efektif,
kreatif
dan
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum.
14
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia,
para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran,
yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian
tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru
(calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada
proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada
dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model
pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masingmasing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang
bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah
ada.
2.6 Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan
model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Macam-macam model pembelajaran yaitu:
1. Model Studen Teams – Achievement Divisions (STAD)
2. Model examples – non examples
3. Model lesson study
4. Model pembelajaran ARIAS (assurance, relevance, interest, assessment, dan
satisfaction).
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi
Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model
pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali
penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat
divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain
pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur
umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada caracara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi
pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan
tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo,
rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan
dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue
print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan
langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai
dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai
15
dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan
menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia,
para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran,
yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian
tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru
(calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada
proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada
dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model
pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masingmasing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang
bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah
ada.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan
model pembelajaran.Pada dasarnya model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model
Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Unsur-Unsur Model Pembelajaran Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan
bahwa setiap model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur
berikut: a. Sintak (syntax) b. Sistem sosial (the social system) c. Prinsip reaksi (principles of
reaction) d. Sistem pendukung (support system). Macam Model Pembelajaran Menurut Karli
dan Yuliariatiningsih (2002) adalah: (a) model pembelajaran kontekstual (CTL), (b) model
pembelajaran berdasarkan masalah, (c) model pembelajaran konstruktivisme, (d) model
dengan pendekatan lingkungan, (e) model pengajaran langsung, (f) model pembelajarn
terpadu, dan (g) model pembelajaran interaktif. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai
pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan model sangat
dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan
dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
Di bawah ini akan diuraikan secara singkat dari masing-masing model pembelajaran :
1. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL
merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan
dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran
kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan
menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya
menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan
strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Dengan mengutip pemikiran
Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen yang harus diperhatikan dalam
16
pembelajaran kontekstual, yaitu : Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang
sudah dimiliki oleh peserta didik. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju
bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus). Pembelajaran harus ditekankan pada
pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk
memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan
konsep.
2. Bermain Peran (Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya
pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal
relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang
diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan
menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba
mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan
mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi
parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Dengan
mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan pembelajaran
bermain peran meliputi : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; (2)
memilih peran; (3) menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan
pengamat; (6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap I ;
(8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10) membagi pengalaman
dan pengambilan keputusan.
2. Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003)
menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional
dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi
dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan
peserta didik. Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut:
Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar. Membantu peserta didik
menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan. Membantu peserta didik
menyusun tujuan belajar. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar.
Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.
3. Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu
belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang
dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran
harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi
pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar,
melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran harus diorganisir secara spesifik
untuk memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan
belajar tertentu,dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar
17
dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya.
Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar
tertentu merupakan dasar untuk memperoleh balikan (feedback). Tujuan utama evaluasi
adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta
didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta
didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehinga seluruh peserta didik
dapat mencapai tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas).
4. Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction)
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang
disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai
dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Pembelajaran dengan sistem modul
memiliki karakteristik sebagai berikut: Setiap modul harus memberikan informasi dan
petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik,
bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan. Modul merupakan
pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin
karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus : (1) memungkinkan peserta didik
mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik
mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada
tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur. Setiap modul memiliki mekanisme untuk
mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik
bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar. Pada umumnya pembelajaran dengan
sistem modul akan melibatkan beberapa komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta
didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6)
kunci jawaban.
5. Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau
peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisikondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1)
aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa
berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan
fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas
tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis.
2.7. Pendekatan Saintifik
Scientific Approach (Pendekatan Ilmiah) dalam Kurikulum 2013 Pendekatan saintifik
menjadi landasan dalam pembelajaran di kurikulum 2013 karena terdapat upaya
meningkatkan kualitas berpikir peserta didik. Kurikulum 2013 yang hadir berbasiskan pada
kompetensi, mengupayakan agar peserta didik dapat mempelajari ilmu pengetahuan
sebagaimana ilmuwan mengkaji obyek penelitiannya.
Melalui pendekatan saintifik juga peserta didik tidak hanya dilatih untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar, namun juga mengembangkan aspek lain
dari peserta didik dalam pembelajaran. Pada sosialisasi kurikulum 2013 dinyatakan bahwa
18
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep,
hukum, prinsip yang ditemukan.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari
guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan
bukan hanya diberi tahu.
Pendekatan saintifik yang memusatkan pada penemuan fakta, konsep, prinsip, hukum
dan teori maka, Nuryani (2012: 50-58) mengemukakan perbedaan dari kelimanya. Fakta
merupakan semua pengetahuan yang telah diketahui oleh manusia, tetapi belum
terorganisasikan secara sistematis. Dalam suatu fakta terdapat konsep-konsep dan prinsipprinsip yang digunakan untuk menguraikan suatu kejadian, bahkan mungkin ditemukan
hokum-hukum yang melahirkan suatu teori. Sedangkan, konsep merupakan suatu abstraksi
yang menggambarkan ciri-ciri, karakter, atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari
suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena di alam yang
membedakannya dari kelompok lainnya.
Kemudian, hubungan antara konsep satu dengan konsep yang lain yang memiliki
dasar kebenaran empiris yang tidak begitu tinggi dinamakan prinsip. Sedangkan, hukum
merupakan suatu pernyataan bentuk hubungan antara variabel-variabel yang begitu tinggi
sehingga dapat dikatakan variabel-variabel ini sangat saling bergantung. Hubungan antara