YANG BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB SESUAI

YANG BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB SESUAI KODE ETIK
JURNALISTIK DALAM MASYARAKAT DEMOKRATIS INDONESIA
A. Pers yang Bebas serta Bertanggung Jawab
1. Landasan Hukum Pers Indonesia
a. Pasal 28 UUD 1945
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang- undang”.
b. Pasal 28 F UUD 1945
“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia”.
c. Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
Lebih rincinya lagi terdapat pada Piagam Hak Asasi Manusia, Bab VI, Pasal 20 dan 21 yang
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 20 : “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya”.
Pasal 21 : “Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah
dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.
d. Undang-Undang No. 39 Tahun 2000 Pasal 14 Ayat 1 dan 2 tentang Hak Asasi Manusia
(1) “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang diperlukan untuk

mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya”.
(2) “Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia”.
e. Undang-undang No. 40 Tahun 1999 dalam Pasal 2 dan Pasal 4 ayat 1 tentang pers
Pasal 2 berbunyi, “Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang
berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan supremasi hukum”.
Pasal 4 Ayat 1 berbunyi, “Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara”.
2. Norma-Norma Pers Nasional
Pers sebagai salah satu unsur mass media yang hadir di tengah- tengah masyarakat demi
kepentingan umum, harus sanggup hidup bersama-sama dan berdampingan dengan lembagalembaga masyarakat lainnya dalam suatu suasana keserasian/sosiologis. Dalam hal ini, corak
hubungan antara satu dengan yang lainnya tidak akan luput dari pengaruh falsafah yang dianut
oleh masyarakat dan bangsa kita, yakni Pancasila dan struktur sosial dan politik yang berlaku di
sini.
Dalam melaksanakan fungsinya sehari-hari, partisipasi pers dalam pembangunan melibatkan
lembaga-lembaga masyarakat lainnya yang lingkup hubungannya, dapat dibagi dalam dua
golongan sebagai berikut:
1) Hubungan antara pers dan pemerintah
2) Hubungan antara pers dan masyarakat / golongan-golongan dalam masyarakat.

Hubungan antara pers dan pemerintah terjalin dalam bentuk yang dijiwai oleh semangat

persekawanan (partnership) dalam mengusahakan terwujudnya masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila.
Dalam alam pembangunan, stabilitas politik, ekonomi dan sosial merupakan prasyarat untuk
suksesnya usaha-usaha pembangunan yang sedang diselenggarakan. Dalam hal ini hendaknya
pers merasa “terpanggil” untuk membantu pemerintah dalam menjalankan kekuasaan
pemerintahan umum demi kemantapan stabilitas yang dinamis, tanpa mengurangi hak-haknya
memberikan kritik yang sehat dan konstruktif dalam alam kebebasan yang bertanggung jawab.
Dalam negara yang sedang membangun, pers sebagai lembaga masyarakat secara implisif perlu
juga dibangun. Dalam hal ini, pemerintah sejauh kemampuannya merasa “terpanggil” untuk
membantu usaha-usaha pers untuk membangun dirinya sendiri, agar dalam waktu secepat
mungkin pers sendiri mampu mengembangkan dirinya atas dasar kekuatan sendiri.
Jika terjadi perbedaan atau konflik pendapat antara pemerintah dan pers dalam menjalankan
fungsinya masing-masing, maka yang dijadikan dasar penyelesaian adalah ketentuan-ketentuan
hukum yang berlaku, namun tetap dengan berlandaskan pada itikad baik untuk menjamin atau
menegakkan asas kebebasan pers yang bertanggung jawab. Hubungan antara pers dan
masyarakat dijiwai semangat dan itikad baik untuk saling membina demi kemajuan masingmasing.
Dalam menjalankan fungsi-fungsinya sebagai sarana penerangan, pendidikan umum, kontrol
sosial dan hiburan pers menjadi wahana bagi pembinaan pendapat umum yang sehat. Di satu
pihak, pers ikut menajamkan daya tangkap dan daya tanggap masyarakat terhadap langkahlangkah kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Di lain pihak, dengan meningkatkan daya
tangkap dan daya tanggap masyarakat tersebut yang akan tercermin dalam peningkatan secara

kualitatif dankuantitatif pendapat umum yang disuarakan, pers dapat menjadi wahana untuk
menyampaikan pendapat umum tersebut sebagai “denyut jantung” rakyat kepada pemerintah
untuk dipakai sebagai bahan pengkajian bagi tepat tidaknya langkah-langkah kebijaksanaan
tersebut. Dengan demikian pers membantu masyarakat meningkatkan partisipasinya dalam
melaksanakan tugas-tugas nasional melalui komunikasi dua arahnya.
Dalam alam dan suasana membangun di mana pers sendiri masih memerlukan pembangunan diri
di segala bidang, masyarakat perlu membantu dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan
terhadap segala kekurangan yang terdapat di dalam pers atau secara positifnya, bantuan
masyarakat ini diwujudkan dalam tetap menumpahkan kepercayaan masyarakat terhadap pers
nasional sebagai salah satu sumber informasinya yang pokok. Dengan jalan demikian perbedaan
atau konflik pendapat di dalam tubuh pers atau lingkungan pers sendiri, atau antara pers dengan
masyarakat cq. golongan dalam masyarakat, dicarikan penyelesaiannya atas dasar hukum yang
berlaku, namun tetap berlandaskan pada itikad baik dari suatu pers yang bertanggung jawab
dalam alam hidup Pancasila.
3. Organisasi Pers

Organisasi Pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers (ps. 1: 5).
Organisasi-organisasi tersebut mempunyai latar belakang sejarah, alur perjuangan dan penentuan
tata krama professional berupa kode etik masing-masing. PWI (Persatuan Wartawan Indonesia)
yang lahir di Surakarta, dalam kongresnya yang berlangsung tanggal 8-9 Februari 1946 dan SPS

(Serikat Penerbit Surat Kabar) yang lahir di serambi Kepatihan Yogyakarta pada hari Sabtu
tanggal 8 Juni 1946, merupakan komponen penting dalam pembinaan pers Indonesia. Ketika itu
di Indonesia sedang berkobar revolusi fisik melawan kolonialisme Belanda yang mencoba
menjajah kembali negeri kita.
Dari organisasi inilah adanya komponen sistem pers nasional, yang di dalamnya terdapat Dewan
Pers sebagai lembaga tertinggi dalam sistem pembinaan pers di Indonesia dan memegang
peranan utama dalam membangun institusi bagi pertumbuhan dan perkembangan pers. Dewan
pers yang independent, dibentuk dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan
meningkatkan kehidupan pers nasional (UU No. 40/1999 ps. 15: 1).
Dan Dewan pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;
2. Melakukan pengkajian untuk pengembangan pers;
3. Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;
4. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas
kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers
5. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat dan pemerintah;
6.

Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan di bidang pers dan
meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;


7. Mendata perusahaan pers (ps. 15: 2).
Anggota Dewan Pers terdiri dari:
1. Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;
2. Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers;
3. Tokoh masyarakat, ahli bidang pers atau komunikasi dan bidang lainnya yang dipilih oleh
organisasi perusahaan pers;
4. Ketua dan wakil ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota;
5. Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 3 pasal 15 ditetapkan
dengan keputusan presiden;

6. Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu hanya dapat
dipilih kembali untuk satu periode berikutnya
4. Sistem Pers Indonesia
Sistem pers merupakan subsistem dari sistem komunikasi, sedangkan sistem komunikasi itu
sendiri merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan (sistem sosial). Sistem komunikasi adalah
sebuah pola tetap tentang hubungan manusia yang berkaitan dengan proses pertukaran lambanglambang yang berarti untuk mencapai saling pengertian dan saling mempengaruhi dalam rangka
mewujudkan suatu masyarakat yang harmonis.
Ciri khas sistem pers adalah sebagai berikut :



integrasi (integaration )



keteraturan (regularity )



keutuhan (wholeness )



organisasi (organization )



koherensi (coherence )




keterhubungan (connectedness ) dan



ketergantungan (interdependence ) dari bagian-bagiannya.

Inti permasalahan dalam sistem kebebasan pers adalah sistem kebebasan untuk mengeluarkan
pendapat (freedom of expression ) di negara-negara barat atau sistem kemerdekaan untuk
“mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan”, sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 UUD
1945.
Faham dasar sistem pers Indonesia tercermin dalam konsideran Undang-undang Pers, yang
menegaskan bahwa “Pers Indonesia (nasional) sebagai wahana komunikasi massa, penyebar
informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak, kewajiban, dan
peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional, sehingga
harus mendapat jaminan dan perlindungan hukum, serta bebas dari campur tangan dan paksaan
dari manapun”.
Dengan demikian, sistem pers Indonesia tidak lain adalah sistem pers yang berlaku di Indonesia.
Kata “Indonesia” adalah pemberi, sifat, warna, dan kekhasan pada sistem pers tersebut. Dalam
kenyataan, dapat dijumpai perbedaan-perbedaan essensial sistem pers Indonesia dari periode

yang satu ke periode yang lain, misalnya Sistem Pers Demokrasi Liberal, Sistem Pers Demokrasi
Terpimpin, Sistem Pers Demokrasi Pancasila, dan Sistem Pers di era reformasi, sedangkan
falsafah negaranya tidak berubah

B. Kode etik Jurnalistik
Kode Etik adalah suatu pedoman tingkah laku yang hanya berlaku bagi sekelompok orang yang
menjalankan profesi tertentu. Menurut pasal 7 ayat 2 UU No 40 tahun 1999, Kode Etik
Jurnalistik adalah kode etik yang disepakati organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan
Pers. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kode Etik Jurnalistik” diartikan sebagai aturan
tata susila kewartawanan; norma tertulis yang mengatur sikap, tingkah laku dan tata krama
penerbitan.
Adapun ciri-ciri dari kode etik adalah sebagai berikut :
1. Kode etik memiliki sanksi yang bersifat moral bagi anggotanya, bukan sanksi pidana.
2. Daya jangkau suatu kode etik hanya berlaku pada anggota organisasi atau kelompok
tersebut.
3. Kode etik dibuat dan disusun oleh lembaga/kelompok profesi yang bersangkutan sesuai
dengan aturan organisasi dan bukan dari pihak luar.
Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) dibentuk pada tanggal 6 Agustus 1999 disepakati dan
ditandatangani oleh wakil dari 26 organisasi wartawan. Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)
merupakan kode etik yang disepakati semua organisasi wartawan cetak dan elektronik termasuk

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan Himpunan Praktisi
Penyiaran Indonesia (HPPI).
C. Kode Praktik Jurnalistik
Di luar kode Etik Jurnalistik yang telah disusun masing-masing organisasi wartawan, Dewan
Pers menyusun Kode Praktik media sebagai upaya penegakkan independensi serta penerapan
prinsip pers mengatur sendiri. Kode etik yang disusun ini juga berfungsi menjamin berlakunya
etika dan standar jurnalis professional serta media yang bertanggungjawab. Jika semua media
patuh pada kode etik yang telah berlaku dan disepakati diharapkan bisa menerapkan regulasi
sendiri dan lepas dari ketentuan undang-undang atau peraturan khusus. Dewan Pers memandang
perlu disusun kode praktik yang berlaku bagi media untuk mempraktikkan standarisasi kerja
jurnalistik, yang meliputi sebagai berikut .
http://pknsman3purworejo.blogspot.com/2013/05/pers-yang-bebas-dan-bertanggung-jawab.html



About



Contact




More



Menu

February 25, 201511:20:39


twitter



facebook




google



rss



linkedin



dribbble



pinterest

Makalah Komplit


Home



ARTIKEL



DOWNLOAD SOFTWARE



GAMES ANDROID



With Sub Menu



MAKALAH LENGKAP

Text to sea

Beranda » artikel » PERAN DAN FUNGSI PERS INDONESIA

PERAN DAN FUNGSI PERS INDONESIA
18.47 0 artikel

Fungsi dan peranan pers Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun
1999 tentang pers, fungi pers ialah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial .
Sementara Pasal 6 UU Pers menegaskan bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:
memenuhi hak masyarakat untuk mengetahuimenegakkkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong
terwujudnya
supremasi
hukum
dan
hak
asasi
manusia,
serta menghormati kebhinekaan mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,
akurat, dan benarmelakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum memperjuangkan keadilan dan kebenaran Berdasarkan fungsi dan peranan
pers yang demikian, lembaga pers sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi( the fourth estate)
setelah lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif , serta pembentuk opini publik yang paling potensial
dan
efektif.

Fungsi peranan pers itu baru dapat dijalankan secra optimal apabila terdapat jaminan kebebasan pers
dari pemerintah. Menurut tokoh pers, jakob oetama , kebebsan pers menjadi syarat mutlak agar pers
secara optimal dapat melakukan pernananya. Sulit dibayangkan bagaiman peranan pers tersebut dapat
dijalankan apabila tidak ada jaminan terhadap kebebasan pers. Pemerintah orde baru di Indonesia
sebagai rezim pemerintahn yang sangat membatasi kebebasan pers .
hal ini terlihat, dengan keluarnya Peraturna Menteri Penerangan No. 1 tahun 1984 tentang Surat Izn
Usaha penerbitan Pers (SIUPP), yang dalam praktiknya ternyata menjadi senjata ampuh untuk
mengontrol isi redaksional pers dan pembredelan. Albert Camus, novelis terkenal dari Perancis pernah
mengatakan bahwa pers bebas dapat baik dan dapat buruk , namun tanpa pers bebas yang ada hanya
celaka. Oleh karena salah satu fungsinya ialah melakukan kontrol sosial itulah, pers melakukan kritik dan
koreksi terhadap segal sesuatu yang menrutnya tidak beres dalam segala persoalan.
Karena itu, ada anggapan bahwa pers lebih suka memberitakan hah-hal yang slah daripada yang benar.
Pandangan seperti itu sesungguhnya melihat peran dan fungsi pers tidak secara komprehensif,
melainkan parsial dan ketinggalan jaman.Karena kenyataannya, pers sekarang juga memberitakan
keberhasilan seseorang, lembaga pemerintahan atau perusahaan yang meraih kesuksesan serta
perjuangan
mereka
untuk
tetap
hidup
di
tengah
berbagai
kesulitan.

Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, fungsi pers ialah sebagai media
informasi,
pendidikan,
hiburan
dan
kontrol
sosial
.
Sementara Pasal 6 UU Pers menegaskan bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:
memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui, menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong
terwujudnya
supremasi
hukum
dan
hak
asasi
manusia,
serta menghormati kebhinekaan mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,
akurat dan benar, melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan
kepentingan
umum,
memperjuangkan
keadilan
dan
kebenaran.
Berdasarkan fungsi dan peranan pers yang demikian, lembaga pers sering disebut sebagai pilar keempat
demokrasi ( the fourth estate) setelah lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif , serta pembentuk opini
publik yang paling potensial dan efektif. Fungsi peranan pers itu baru dapat dijalankan secara optimal
apabila
terdapat
jaminan
kebebasan
pers
dari
pemerintah.
Menurut tokoh pers, Jakob Oetama , kebebasan pers menjadi syarat mutlak agar pers secara optimal
dapat
melakukan
pernannya.
Sulit
dibayangkan
bagaimana
peranan pers tersebut dapat dijalankan apabila tidak ada jaminan terhadap kebebasan pers.

Pemerintah Orde Baru di Indonesia sebagai rezim pemerintah yang sangat membatasi kebebasan pers,
hal ini terlihat dengan keluarnya Peraturan Menteri Penerangan No. 1 tahun 1984 tentang Surat Izin
Usaha penerbitan Pers (SIUPP), yang dalam praktiknya ternyata menjadi senjata ampuh untuk
mengontrol
isi
redaksional
pers
dan
pembredelan.
Albert Camus, novelis terkenal dari Perancis pernah mengatakan bahwa pers bebas dapat baik dan dapat
buruk
,
namun
tanpa
pers
bebas
yang
ada
hanya
celaka.
Oleh karena salah satu fungsinya ialah melakukan kontrol sosial itulah, pers melakukan kritik dan koreksi
terhadap segala sesuatu yang menurutnya tidak beres dalam segala persoalan.
Karena itu, ada anggapan bahwa pers lebih suka memberitakan hah-hal yang salah daripada yang benar.
Pandangan seperti itu sesungguhnya melihat peran dan fungsi pers tidak secara komprehensif,
melainkan parsial dan ketinggalan jaman.Karena kenyataannya, pers sekarang juga memberitakan
keberhasilan seseorang, lembaga pemerintahan atau perusahaan yang meraih kesuksesan serta
perjuangan
mereka
untuk
tetap
hidup
di
tengah
berbagai
kesulitan.
Peranan
Pers
Pada
asa
Orde
Baru
dan
Reformasi
Negara demokrasi adalah negara yang mengikutsertakan partisipasi rakyat dalam pemerintahan serta
menjamin terpenuhinya hak dasar rakyat dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara. Salah satu hak
dasar rakyat yang harus dijamin adalah kemerdekaan menyampaikan pikiran, baik secara lisan maupun
tulisan.
Pers adalah salah satu sarana bagi warga negara untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat serta
memiliki peranan penting dalam negara demokrasi. Pers yang bebas dan bertanggung jawab memegang
peranan penting dalam masyarakat demokratis dan merupakan salah satu unsur bagi negara dan
pemerintahan yang demokratis. Menurut Miriam Budiardjo, bahwa salah satu ciri negara demokrasi
adalah
memiliki
pers
yang
bebas
dan
bertanggung
jawab.
Pengertian
Pers
Ada
2
pengertian
tentang
pers,
yaitu
sbb
:
1. Dalam arti sempit ; Pers adalah media cetak yang mencakup surat kabar, koran, majalah, tabloid, dan
buletin-buletin
pada
kantor
berita.
2. Dalam arti luas ; Pers mencakup semua media komunikasi, yaitu media cetak, media audio visual, dan
media
elektronik.
Contohnya
radio,
televisi,
film,
internet,
dsb.
Perkembangan
Pers
di
Indonesia
Sejarah perkembangan pers di Indonesia tidak terlepas dari sejarah politik Indonesia. Pada masa
pergerakan sampai masa kemerdekaan, pers di Indonesia terbagi menjadi 3 golongan, yaitu pers
Kolonial,
pers
Cina,
dan
pers
Nasional.

Pers Kolonial adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Belanda di Indonesia pada masa kolonial /
penjajahan. Pers kolonial meliputi surat kabar, majalah, dan koran berbahasa Belanda, daerah atau
Indonesia
yang
bertujuan
membela
kepentingan
kaum
kolonialis
Belanda.
Pers Cina adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Cina di Indonesia. Pers Cina meliputi korankoran, majalah dalam bahasa Cina, Indonesia atau Belanda yang diterbitkan oleh golongan penduduk
keturunan
Cina.
Pers Nasional adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Indonesia terutama orang-orang
pergerakan dan diperuntukkan bagi orang Indonesia. Pers ini bertujuan memperjuangkan hak-hak
bangsa Indonesia di masa penjajahan. Tirtohadisorejo atau Raden Djokomono, pendiri surat kabar
mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang menjadi harian, dianggap sebagai tokoh
pemrakarsa
pers
Nasional.
Adapun perkembangan pers Nasional dapat dikategorikan menjadi beberapa peiode sbb :
1.
Tahun
1945

1950-an
Pada masa ini, pers sering disebut sebagai pers perjuangan. Pers Indonesia menjadi salah satu alat
perjuangan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Beberapa hari setelah teks proklamasi dibacakan
Bung Karno, terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasuk pers.
Hal
yang
diperebutkan
terutama
adalah
peralatan
percetakan.
Pada bulan September-Desember 1945, kondisi pers RI semakin kuat, yang ditandai oleh mulai
beredarnya koran Soeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia (Jakarta), Merdeka, Independent,
Indonesian News Bulletin, Warta Indonesia, dan The Voice of Free Indonesia.
Tahun
1950

1960-an
Masa ini merupakan masa pemerintahan parlementer atau masa demokrasi liberal. Pada masa
demokrasi liberal, banyak didirikan partai politik dalam rangka memperkuat sistem pemerintah
parlementer. Pers, pada masa itu merupakan alat propaganda dari Par-Pol. Beberapa partai politik
memiliki media/koran sebagai corong partainya. Pada masa itu, pers dikenal sebagai pers partisipan.
3.
Tahun
1970-an
Orde baru mulai berkuasa pada awal tahun 1970-an. Pada masa itu, pers mengalami depolitisasi dan
komersialisasi pers. Pada tahun 1973, Pemerintah Orde Baru mengeluarkan peraturan yang memaksa
penggabungan partai-partai politik menjadi tiga partai, yaitu Golkar, PDI, dan PPP. Peraturan tersebut
menghentikan hubungan partai-partai politik dan organisasi massa terhadap pers sehingga pers tidak lagi
mendapat
dana
dari
partai
politik.
4.
Tahun
1980-an
Pada tahun 1982, Departemen Penerangan mengeluarkan Peraturan Menteri Penerangan No. 1 Tahun
1984 tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Dengan adanya SIUPP, sebuah penerbitan pers

yang izin penerbitannya dicabut oleh Departemen Penerangan akan langsung ditutup oleh pemerintah.
Oleh karena itu, pers sangat mudah ditutup dan dibekukan kegiatannya. Pers yang mengkritik
pembangunan dianggap sebagai pers yang berani melawan pemerintah. Pers seperti ini dapat ditutup
dengan
cara
dicabut
SIUPP-nya.
Tahun
1990-an
Pada tahun 1990-an, pers di Indonesia mulai melakukan repolitisasi lagi. Maksudnya, pada tahun 1990an sebelum gerakan reformasi dan jatuhnya Soeharto, pers di Indonesia mulai menentang pemerinah
dengan memuat artikel-artikel yang kritis terhadap tokoh dan kebijakan Ord Baru. Pada tahun 1994, ada
tiga
majalah
mingguan
yang
ditutup,
yaitu
Tempo,
DeTIK,
dan
Editor.
6.
Masa
Reformasi
(1998/1999)

sekarang
Pada masa reformasi, pers Indonesia menikmati kebebasan pers. Pada masa ini terbentuk UU Nomor 40
Tahun 1999 tentang Pers. Era reformasi ditandai dengan terbukanya keran kebebasan informasi. Di dunia
pers, kebebasan itu ditunjukkan dengan dipermudahnya pengurusan SIUPP. Sebelum tahun 1998, proses
untuk memperoleh SIUPP melibatkan 16 tahap, tetapi dengan instalasi Kabinet BJ. Habibie proses
tersebut
melibatkan
3
tahap
saja.
Berdasarkan perkembangan pers tersebut, dapat diketahui bahwa pers di Indonesia senantiasa
berkembang
dan
berubah
sejalan
dengan
tuntutan
perkembangan
zaman.
Pers di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan identitas. Adapun perubahan-perubahan
tersebut
adalah
sbb
:
Tahun
1945-an,
pers
di
Indonesia
dimulai
sebagai
pers
perjuangan.
Tahun
yang
yang

1950-an
mempunyai

dan

tahun

Tahun
komersial,
jumlah

1970-an
dan
tahun
dengan
pencarian
pembaca

tujuan

sama

1960-an
menjadi
pers
dengan
partai-partai

1980-an
dana

partisan
politik
mendanainya.

menjadi
periode
masyarakat
yang

pers
serta
tinggi.

Awal tahun 1990-an, pers memulai proses repolitisasi. Awal reformasi 1999, lahir pers bebas di bawah
kebijakan pemerintahan BJ. Habibie, yang kemudian diteruskan pemerintahan Abdurrahman Wahid dan
Megawati Soekarnoputri, hingga sekarang ini. Fungsi dan Peranan Pers dalam Masyarakat Demokratis
Indonesia Pers atau media amat dibutuhkan baik oleh pemerintah maupun rakyat dalam kehidupan
bernegara.
Pemerintah mengharapkan dukungan dan ketaatan masyarakat untuk menjalankan program dan
kebijakan negara. Sedangkan masyarakat juga ingin mengetahui program dan kebijakan pemerintah yang

telah,

sedang,

dan

akan

dilaksanakan.

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Pasal 33 disebutkan mengenai fungsi pers, dalam hal ini
pers nasional. Adapun fungsi pers nasional adalah sbb :
1.
Sebagai
wahana
komunikasi
massa.
Pers nasional sebagai sarana berkomunikasi antar warga negara, warga negara dengan pemerintah, dan
antar
berbagai
pihak.
2.
Sebagai
penyebar
informasi.
Pers nasional dapat menyebarkan informasi baik dari pemerintah atau negara kepada warga negara (dari
atas ke bawah) maupun dari warga negara ke negara (dari bawah ke atas).
3.
Sebagai
pembentuk
opini.
Berita, tulisan, dan pendapat yang dituangkan melalui pers dapat menciptakan opini kepada masyarakat
luas.
Opini
terbentuk
melalui
berita
yang
disebarkan
lewat
pers.
4. Sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol serta sebagai lembaga ekonomi.
UU No. 40 Tahun 1999 Pasal 2 menyebutkan : “Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan
rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.”
Dapat disimpulkan bahwa fungsi dan peranan pers di Indonesia antara lain sbb :
1.
media
untuk
menyatakan
2.
media
perantara
bagi
3.
penyampai
informasi
4. penyaluran opini publik.

pendapat
dan
gagasan-gagasannya.
pemerintah
dan
masyarakat.
kepada
masyarakat
luas.

Peraturan
Perundang-undangan
tentang
Kebebasan
Pers
di
Indonesia
Hak masyarakat atau warga negara Indonesia untuk mengeluarkan pikiran secara lisan, atau tulisan
mendapat
jaminan
dalam
UUD
1945
Pasal
28,
yang
berbunyi
;
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan
dengan
Undang-Undang.”
Selain itu, kebebasan pers di Indonesia memiliki landasan hukum yang termuat didalam ketentuanketentuan sbb :
1. Pasal 28 F,
untuk
serta berhak
informasi

yang menyatakan setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
mengembangkan
pribadi
dan
lingkungan
sosialnya,
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
dengan
menggunakan
segala
jenis
saluran
yang
ada.

2. Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, yang antara lain menyatakan
bahwa
setiap
orang
berhak
berkomunikasi
dan
memperoleh
informasi.
3. Pasal 19 Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi, “Setiap orang berhak atas kebebasan
mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa
gangguan, dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media
apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas wilayah.”

Antara pemerintah dan warga negara memerlukan komunikasi dan media yang dapat menghubungkan
keduanya. Apalagi saat ini perkembangan pers di Indonesia sudah maju dengan pesat. Dengan adanya
berita melalui koran, tabloid, majalah, radio, televisi, dan internet, masyarakat dapat dengan cepat
mengetahui suatu kebijakan pemerintah. Penyajian berita atau kejadian melalui pers dapat diketahui
masyarakat dengan cepat, akurat, dan efektif.
http://makalahkomplit.blogspot.com/2012/08/peran-dan-fungsi-pers-indonesia.html

awaban
1.
2.
3.
4.
dampak
1.

Terbaik:
dampak
positif:
stabilitas
keamanan
terjamin
pertumbuhan
ekonomi
bagus
pembangunan
infra
struktur
berkembang
harga-harga
terjangkau.
negatif:
demokrasi
tak
berkembang

2.
3.
ABRI
4. mengguritanya konglomerasi.

sentralistik
sangat

berperan

https://id.answers.yahoo.com/question/index;_ylt=A86.JyfMTe1UNkIA6GslnIlQ;_ylu=X3oDMTE0YWl0Yj
NyBHNlYwNzcgRwb3MDMTAEY29sbwNncTEEdnRpZANZSFMwMDJfMQ--?qid=20100125183010AA32ivb

semenjak era reformasi, yaitu semenjak digulingkannya pemerintahan soeharto(alm),
saya pribadi belum melihat adanya dampak positif yang ditimbulkan, mungkin memang ada dampak
positifnya, tapi mungkin terlalu kecil bila dibandingkan dengan dampak negatif yang ditimbulkan.
kan ada pepatah "karena nila setitik, rusak susu sebelanga". apalagi kalau nila nya yang sebelanga.
seperti kasus yang ada di ketapang sekitar tahun ' 98, dimana perang antar agama terjadi, beberapa
rumah ibadah dihancurkan, korban tewas banyak. perang saudara meletus di berbagai daerah di
sulawesi. sampe ada penggal - penggalan kepala segala, penjarahan, intimidasi terhadap kaum tionghoa

di indonesia, yang laki - laki dibunuh, yang perempuan dipaksa melayani nafsu bejad para lelaki dan
sebagainya.
duli yang namanya korupsi dilakukan oleh satu pihak saja, tapi sekarang lihatlah.dimana - mana ada yang
namanya korupsi.
dan semenjak era soeharto indonesia sudah beberapa kali berganti presiden, dan ini bukanlah hal yang
bagus bagi sebuah bangsa, habibi, gusdur, megawati dsb,
rakyat terlalu tergesa - gesa untuk mendapat perbaikan dala kehidupannya, walaupun mereka
melakukan itu karena terpojokkan oleh kebutuhan ekonomi, tapi kita semestinya tahu, untuk melakukan
perubahan pada negri sebesar ini ( indonesia tercatat sebagai negri berpenduduk terbesar ke 4)
diperlukan waktu yang tidak sedikit.
sejauh ini dampak posistf yang saya lihat adalah hilangnya gerakan aceh merdeka yang sudah ada sejak
tahun ' 89, entah apa yang terjdi dengan papua.
sebuah pilihan tepat bagi bangsa indonesia untuk kembali memilih SBY sebagai presiden, jadi ia terus
dapat melanjutkan apa yang telah ia usahakan selama 5 tahun terakhir. memang agak lambat, namun itu
semua disebabkan banyaknya musibah bencana alam yang terjadi di indonesia semenjak era SBY, dari
mulai tsunami di aceh, lumpur lapindo sidoarjo, gempa di yogya, padang dll.
tapi keadaan berangsur angsur membaik. jadi kita tunggu saja apa yang bisa dilakukan SBY dan kita
dukung dia, tapi rasanya tanpa JK, akan ada perbedaan yang cukup mencolok dalam pemerintahan.
juga baru baru ini, anggota anggota parlemen yang baru saja dilantik sudah mendapatkan kenaikan gaji
dan tunjangan - tunjangan lainnya yang akan sangat lebih berguna bila dana itu diberikan kepada para
korban bencana alam yang saat ini masih saja tidur di tenda2 pengungsian.

takkan ada habisnya bila membahas masalah ini.
tak ada api maka tak ada asap.
tapi negri kita ini hanya menghilangkan asap tanpa menhilangkan api.
akhirnya lahirlah team kontra yang begerak sesuai dengan apa yang mereka kehendaki, walaupun
mereka melakukan itu demi kesejahteraan rakyat tapi kalau caranya salah, takkan ada artinya.
itu sama saja mencuci pakaian dengan air kencing.
well
thats all
Sumber: vewbrebrbg
Is That Me ? · 5 tahun yang lalu
0
Jempol ke atas

0
Jempol ke bawah
Komentar
Laporkan Penyalahgunaan



Reformasi berasal dari re dan formasi hingga dalam bahasa Indonesia berarti Penataan kembali.
Sesuatu yang telah mapan sering kali tak sesuai lagi dengan kebutuhan sehingga perlu ditjinjau
dan ditata kembali. Dalam menata ulang seharusnya yang telah baik dan masih
bermanfaat/sesuai dengan kebutuhan tetap dipakai dan yang jelas tak bermanfaat dihilangkan
dan digantikan dengan yang baru.
Kenyataannya sering kali makna reformasi dicampur adukkan dengan revolusi yang
menghancurkan semua (yang lama dan yang sedang berjalan) dengan menggantikannya dengan
sesuatu yang serba baru dan serba lain dengan menghancurkan serta "mentabukan" semua yang
dianggap berbau lama tanpa tahu kemana arah dan tujuannya.
Jika kita mengamatinya dengan jujur, tanpa motivafi kepentingan.
1. Segi positipnya: membawa perubahan kearah yang lebih baik, jika perlu masih memanfaatkan
yang lama tetapi masih relevan (sesuai dengan kebutuhan) dan menggantikan yang sudah tak
sesuai dengan kebutuhan dengan yang baru yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Segi negatipnya: membongkar bangkir yang lama dan telah kita miliki tanpa persiapan untuk
menata ulang sehingga hasilnya amburadul, tak menuju kearah perbaikan melainkan justru tak
bermanfaat.
Anda dapat menilai reformasi yang telah dan sedang kita lakukan, apakah termasuk dalam 1 atau
2.
Kendala yang kita hadapi dalam melakukan reformasi adalah:
a. Sikap dan tindakan resisten dari mereka yang telah mapan dan menikmati kemapanan itu
sehingga: menghalangi, "mencurangi"/ mensabot atau bahkan berusaha mengembalikan ke
status quo (kondisi kemapanan lama) atau
b. Pemanfaatan kesempatan dalam kesempitan bagi mereka yang ingin menyelewengkan tujuan
mulia dari reformasi untuk "memaksakan" kehendaknya dengan merubah dasar negara yang
bersendikan Ketuhanan YME , perikemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan seluruh
komponen bangsa Indonesi, Keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia,
Musyawarah dan mupakat/tak menang-menangan dan memaksakan kehendak. menjadi
berdasarkan ideologi lain yang bukan akan menyatukan seluruh komponen bangsa yang jelas
heterogin melainkan menimbulkan perepecah kesatuan bangsa Indonesia yang telah

diperjuangkan bersama oleh berbagai komponen bangsa dengan pengorbanan para pahlawan
nasional (bukan hanya oleh kelompok tertentu).. Ini yang sangat berbahaya dan perlu
diwaspadai. Quo vadis bangsa Indonesia? Janganlah kita mengharapkan sesuatu dapat jatuh dari
langit, apalagi secara instant, kita harus berjuang (termasuk melakukan reformasi), tetapi
janganlah kita hancurkan anugrah Tuhan YME yang jelas sudah ada ditangan kita (baik yang pahit
maupun yang manis) hanya sekedar mendambahan yang manis yang mungkin merupakan
racundan sanggup membinasakan kita dan meludahkan yang pahit t yang sebenarnya
merupakan obat yang dapat menyembuhkan kita dari penyaki.
Saya sangat prehatin dengan jawaban dalam T & J yang ingin menghapuskan nasionalisme yang
memungkinkan tegaknya NKRI dengan Ideologi Islam dengan maksud menyatukan Malaysia
dengan Indonesia dan seluruh negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Obsesi itu
merupakan mimpi indah bagi mereka yang tak peduli terhadap Persatuan Bangsa Indonesia,
tetapi merupakan mimpi buruk bagi saya yang ikut mengalami perjuangan membebaskan bangsa
Indonesia dari penjajahan.
Coba fikir: Tiga abad kita dijajah karena diadu domba, kita berjuang bersama melawan penjajah
dengan modal persatuan seluruh komponen bangsa................. gara-gara reformasi yang disalah
gunakan oleh mereka yang memimpikan memperoleh punai terbang dilangit dengan
menelantarkan, bahkan mengorbankan ayam yang sudah jelas bermanfaat bagi kita..
ibnusomowiyono · 5 tahun yang lalu
https://id.answers.yahoo.com/question/index;_ylt=A86.J3TPUe1UhCQA.I8lnIlQ;_ylu=X3oDMTEz
Zzd0ZnBtBHNlYwNzcgRwb3MDMgRjb2xvA2dxMQR2dGlkA1lIUzAwMl8x?
qid=20091217063354AAa4lxd

AMPAK REFORMASI DI INDONESIA
Desember 30, 2011

Gerakan reformasi diIndonesiayang terjadi pada tahun 1998 telah membawa berbagai dampak
bagi bangsaIndonesia. Walaupun sudah terjadi dua belas tahun silam, dampak tersebut masih kita
rasakan sampai saat ini, baik dampak positif maupun dampak negatifnya. Dibawah ini akan
diulas sedikit tentang dampak-dampak tersebut.
Adaberbagai dampak negatif dari reformasi 1998. Pertama, iklim politik yang semrawut karena
banyak yang menyalah artikan makna dari demokrasi. Kedua, kebebasan dalam menyampaikan
pendapat semakin tidak beretika. Ketiga, banyak demonnstrasi yang harusnya sebagai sarana
menyampaikan aspirasi, justru malah mengganggu kenyamanan masyarakat. Keempat ,
meningkatnya kerusuhan di masyarakat. Itu semua karena pemerintahan pasca reformasi masih
belum mampu melaksanakan undang-undang sebagai mestinya sehingga belum dapat
mengangkat kehidupan bangsa dalam berbagai aspek.
Namun reformasi juga berdampak positif bagi bangsa Indonesia. Pertama, masyarakat yang
sebelum era reformasi dikekang kebebasannya dalam menyampaikan aspirasi, apalagi

mengkritik pemerintahan, kini dapat menyampaikan aspirasi dan kritiknya tersebut dengan
bebas. Kedua, derajat bangsa Indonesia di mata dunia semakin terangkat, karena berhasil
melepaskan diri dari pemerintahan yang kurang demokratis dan membentuk pemerintahan yang
lebih demokratis. Ketiga, Indonesia menjadi lebih terbuka terhadap dunia internasional, sehingga
mobilitas terhadap berbagai bidang semakin berkembang.
Reformasi memang telah membawa perubahan bagi bangsa Indonesia. Dampak utama dari
reformasi adalah kebebasan kita dalam menyampaikan aspirasi tidak lagi dikekang seperti yang
terjadi pada masa orde baru. Kita bebas menyalurkan aspirasi kita bagi pemerintahan, baik
berupa pendapat maupun kritik. Namun perlu diingat, bahwa kebebasan dalam beraspirasi
tersebut harus tetap mengikuti norma-norma yang berlaku. Aspirasi yang kita sampaikan harus
dapat berguna bagi kemajuan bangsa, jangan sampai malah memecah belah persatuan bangsa.
Intinya, reformasi harus bisa menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih
demokratis, sebagaimana cita-cita dari reformasi itu sendiri.
https://mohammadgie.wordpress.com/2011/12/30/dampak-reformasi-di-indonesia/