PANDANGAN ISLAM TERHADAP LGBT lesbian ga

PANDANGAN ISLAM TERHADAP LGBT
(lesbian, gay, biseksual, transgender)

Disusun Oleh:
NURUL HANIFAH
1303685

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucapkan kepada Allah SWT
karena bimbinganNya lah maka penulis bias menyelesaikan sebuah makalah dengan judul
“Pandangan Islah terhadap LGBT (Lesbian, Gay, Biseks, Transgender)”.
Adapun dalam proses penulisannya penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak
terkait yang telah membantu penulis dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyususnan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Harapan penyusun, Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai judul yang penulis bahas dan bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri
dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya, pada kehidupan saat ini maupun dimasa yang
akan datang.
Bandung, 10 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH ….………..….………..….………..….…….…..1-2
B. RUMUSAN MASALAH ….………..….………..….………..….………..….…………2
C. TUJUAN PENULISAN ….………..….………..….………..….…….…..….………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LGBT ….………..….………..….………..….………..….………..…....3
B. SEJARAH LGBT ….………..….………..….………..….………..….………..….……4-8
C. SEBAB-SEBAB TERJADINYA LGBT ….………..….………..….………..….…….8-11
D. LGBT MENURUT PANDANGAN ISLAM ….………..….………..….……...…….11-17

E. SOLUSI UNTUK MENCEGAH DAN MENGATASI LGBT ….………..….………17-18
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ….………..….………..….………..….………..….………..….…..……19
B. SARAN ……………………………………………………………………………….19-20
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran diturunkan kepada manusia sebagai pedoman. Diantaranya pernikahan antar
lawan jenis, laki-laki dengan perempuan, tidak semata untuk memenuhi hasrat biologis namun
sebagai ikatan suci untuk menciptakan ketenangan hidup dengan membentuk keluarga sakinah
dan mengembangkan keturunan umat manusia yang berakhlak mulia. Perkawinan yang
dilakukan kaum homoseksual dan lesbian tidak akan menghasilkan anak, selain itu akan
mengancam kepunahan generasi manusia. Melakukan seks sesama jenis semata-mata untuk
menyalurkan kepuasan nafsu syahwat yang menyimpang.
Adapun pengertian LGBT sendiri yaitu Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender. Lesbian
adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama
perempuan, Gay adalah sebuah istilah bagi laki-laki yang umumnya digunakan untuk merujuk
orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual, Biseksualitas merupakan ketertarikan

romantis, ketertarikan atau kebiasaan seksual kepada pria maupun wanita. Istilah yang
digunakan dalam konteks ketertarikan manusia untuk menunjukkan perasaan romantis atau
seksual kepada pria maupun wanita sekaligus.
Lesbian dan Gay telah mengukir sejarah tersendiri dalam perjalanan umat manusia.
Sejarah mengatakan, bahwa seks sesama jenis pada zaman dahulu memang ada dan menjadi
salah satu bagian dari pola seks manusia. Berbagai kitab suci seperti Al-Quran, Injil, dan
Taurat telah menjelaskan tentang kaum Nabi Luth AS. Meskipun perilaku seksual sejenis itu
dikutuk, namun pada kenyataannya, banyak masyarakat mempraktekkan moral bejat tersebut.
Sudah barang tentu, dengan latar belakang dan pelaku yang berbeda, seperti yang dilakukan di
hotel, kos-kosan, tempat remang-remang dan tempat lain.
Satu hal yang menjadi pertanyaan ialah “Bagaimana perspektif hukum, khususnya Islam,
sebagai agama mayoritas di negara Indonesia dalam menyikapi kaum dengan ciri khas
bendera pelangi tersebut? Dibenarkankah jika LGBT dilegalkan di Indonesia?”
Muncul berbagai pro dan kontra mengenai golongan LGBT. Tak jarang, mereka yang
menginginkan agar LGBT dilegalkan di Indonesia menjadikan hak asasi manusia (HAM)

sebagai tameng utama. Kemerdekaan berekspresi merupakan salah satu hak fundamental yang
diakui dalam sebuah negara hukum yang demokratis dan menjunjung tinggi HAM.
Memang benar bahwa setiap manusia mempunyai kebebasannya masing-masing, tapi jika
ditelaah lebih dalam sudah jelas dikatakan bahwa kebebasan yang dimiliki berbanding lurus

dengan batasan-batasan yang harus dipenuhi pula seperti; apakah melanggar agama,
kesusilaan, kepentingan umum, hingga keutuhan bangsa?
Pada kenyataannya, dengan banyaknya desas-desus yang memperbincangkan mengenai
status kaum bendera pelangi ini mengarahkan pada satu kesimpulan bahwasanya masyarakat
Indonesia merasa keamanan dan ketertiban mereka terancam. Bahkan, dengan hanya satu
kata: “LGBT” dapat menimbulkan benih–benih keretakan keutuhan bangsa ini.
Para pihak yang kontra merasa bahwa dengan adanya kaum LGBT yang tak lazim
tumbuh di tengah masyarakat Indonesia dengan adat dan agamanya yang kental sehingga
kenyamanan mereka untuk bersosialisasi dengan bebas pun terenggut. Masyarakat satu sama
lain bersikap lebih waspada dan mencurigai terhadap kehadiran kaum LGBT. Seolah-olah
masyarakat suatu negara terbagi menjadi dua golongan, kaum LGBT dan non-LGBT.
Dalam agama Islam pun sudah terang Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa melarang keras
hamba-Nya agar tidak masuk ke dalam golongan orang–orang yang menyukai sesama jenis,
seperti lesbi ataupun gay, biseksual, dan transgender. Dalam masalah penetapan hukum, sudah
tentu ada yang mendukung dan ada yang menolak. Bahkan, dalam upaya menetapkan hukum
Allah sebagai hukum positif, mungkin lebih banyak yang tidak mendukung daripada yang
mendukung. Akan tetapi, peringatan Allah mengharuskan decision maker (pembuat
keputusan) agar mendahulukan kehendak Tuhan daripada selera manusia yang tak ada
ujungnya.
B. Rumusan Masalah

1.

Apa pengertian dari LGBT?

2.

Bagaimana sejarah LGBT?

3.

Mengapa terjadi LGBT?

4.

Bagaiaman LGBT menurut pandangan Islam?

5.

Apa solusi untuk mencegah dan mengatasi LGBT?


C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa pengertian LGBT
2. Mengetahui bagaimana sejarah LGBT
3. Mengetahui penyebab terjadinya LGBT
4. Mengetahui LGBT menurut pandangan Islam
5. Mengetahui solusi untuk mencegah dan mengatasi LGBT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian LGBT
LGBT atau GLBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan transgender". Istilah
ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay"karena
istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan. Akronim ini dibuat
dengan tujuan untuk menekankan keanekaragaman "budaya yang berdasarkan identitas
seksualitas dan gender".
Istilah LGBT sangat banyak digunakan untuk penunjukkan diri. Istilah ini juga diterapkan
oleh mayoritas komunitas dan media yang berbasis identitas seksualitas dan gender
di Amerika Serikat dan beberapa negara berbahasa Inggris lainnya. Berikut adalah penjelasan
pengertian mengenai LGBT:
1. Lesbian :Istilah ini menggambarkan hubungan terlarang yang melibatkan sesama wanita
atau wanita yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan.

2. Gay :istilah ini digunakan untuk menggambarkan seorang pria yang tertarik dengan
sesama pria atau disebut homoseks.
Bila ditelusuri secara gramatikal, tidak ada perbedaan penggunaan kata antara
homoseksual dan lesbian. Dalam bahasa arab kedua-duanya dinamakan al-liwath.
Pelakunya dinamakan al-luthiy. Namun Imam Al-Mawardi dalam kitabnya al-Hawi alKabir menyebut homoseksual dengan liwath, dan lesbian dengan sihaq atau musaahaqah.
3. Biseksual :merupakan ketertarikan romantis, ketertarikan seksual, atau kebiasaan seksual
kepada pria maupun wanita. Istilah ini umumnya digunakan dalam konteks ketertarikan
manusia untuk menunjukkan perasaan romantis atau seksual kepada pria maupun wanita
sekaligus. Istilah ini juga didefinisikan sebagai meliputi ketertarikan romantis atau seksual

pada semua jenis identitas gender atau pada seseorang tanpa mempedulikan jenis kelamin
atau gender biologis orang tersebut, yang terkadang disebut panseksualitas
4. Transgender : istilah ini digunakan untuk seseorang yang dirinya merasa naluri, jiwa,
kepribadiannya, tidak sama dengan jenis kelamin yang ia miliki sejak lahir, missal terlahir
pria namun dia merasa dirinya wanita, dan sebaliknya.

B. Sejarah LGBT
Sebelum revolusi seksual pada tahun 1960-an, tidak ada kosakata non-peyoratif untuk
menyebut kaum yang bukan heteroseksual. Istilah terdekat, "gender ketiga", telah ada sejak
tahun 1860-an, tetapi tidak banyak disetujui.

Istilah pertama yang banyak digunakan, "homoseksual", dikatakan mengandung konotasi
negatif dan cenderung digantikan oleh "homofil" pada era 1950-an dan 1960-an, dan
lalu gay pada tahun 1970-an. Frase "gay dan lesbian" menjadi lebih umum setelah identitas
kaum lesbian semakin

terbentuk. Pada

tahun

1970, Daughters

of

Bilitis menjadikan

isu feminisme atau hak kaum gay sebagai prioritas. Maka, karena kesetaraan didahulukan,
perbedaan peran antar laki-laki dan perempuan dipandang bersifat patriarkal oleh feminis
lesbian. Banyak feminis lesbian yang menolak bekerja sama dengan kaum gay. Lesbian yang
lebih berpandangan esensialis merasa bahwa pendapat feminis lesbian yang separatis dan
beramarah itu merugikan hak-hak kaum gay. Selanjutnya, kaum biseksual dan transgender

juga meminta pengakuan dalam komunitas yang lebih besar. Setelah euforia kerusuhan
Stonewall mereda, dimulai dari akhir 1970-an dan awal 1980-an, terjadi perubahan
pandangan;

beberapa

gay

dan

lesbian

menjadi

kurang

menerima

kaum


biseksual dan transgender. Kaum transgender dituduh terlalu banyak membuat stereotip dan
biseksual hanyalah gay atau lesbian yang takut untuk mengakui identitas seksual
mereka. Setiap komunitas yang disebut dalam akronim LGBT telah berjuang untuk
mengembangkan identitasnya masing-masing, seperti apakah, dan bagaimana bersekutu
dengan komunitas lain; konflik tersebut terus berlanjut hingga kini.
Akronim LGBT kadang-kadang digunakan di Amerika Serikat dimulai dari sekitar tahun
1988. Baru pada tahun 1990-an istilah ini banyak digunakan. Meskipun komunitas LGBT

menuai kontroversi mengenai penerimaan universal atau kelompok anggota yang berbeda
(biseksual dan transgender kadang-kadang dipinggirkan oleh komunitas LGBT), istilah ini
dipandang positif. Walaupun singkatan LGBT tidak meliputi komunitas yang lebih kecil (lihat
bagian Ragam di bawah), akronim ini secara umum dianggap mewakili kaum yang tidak
disebutkan. Secara keseluruhan, penggunaan istilah LGBT telah membantu mengantarkan
orang-orang yang terpinggirkan ke komunitas umum.
Aktris transgender Candis Cayne pada tahun 2009 menyebut komunitas LGBT sebagai
"minoritas besar terakhir", dan menambahkan bahwa "Kita masih bisa diganggu secara
terbuka" dan "disebut di televisi."
Tidak semua orang yang disebutkan setuju dengan istilah LGBT atau GLBT. Contohnya,
ada yang berpendapat bahwa pergerakan transgender dan transeksual tidak sama dengan
lesbian, gay, dan biseksual (LGB). Argumen ini bertumpu pada gagasan bahwa transgender

dan transeksualitas berkaitan dengan identitas gender yang terlepas dari orientasi seksual. Isu
LGB dipandang sebagai masalah orientasi atau rangsangan seksual. Pemisahan ini dilakukan
dalam tindakan politik: tujuan LGB dianggap berbeda dari transgender dan transeksual,
seperti pengesahan pernikahan sesama jenis dan perjuangan hak asasi yang tidak menyangkut
kaum transgender dan interseks. Beberapa interseks ingin dimasukkan ke dalam kelompok
LGBT dan lebih menyukai istilah "LGBTI", sementara yang lainnya meyakini bahwa mereka
bukan bagian dari komunitas LGBT dan lebih memilih tidak diliputi dalam istilah tersebut.
Ada pula keyakinan "separatisme lesbian dan gay" (tidak sama dengan "separatisme
lesbian"), yang meyakini bahwa lesbian dan gay sebaiknya membentuk komunitas yang
terpisah dari kelompok-kelompok lain dalam lingkup LGBTQ. Meskipun jumlahnya tidak
cukup besar untuk disebut pergerakan, kaum separatis berperan penting, vokal, dan aktif
dalam komunitas LGBT. Dalam beberapa kasus separatis menolak keberadaan atau hak
kesetaraan

orientasi

non-monoseksual dan transeksualitas.

Hal

ini

dapat

meluas

menjadi bifobia dan transfobia. Separatis punya lawan yang kuat - Peter Tatchell dari
kelompok hak LGBT berpendapat bahwa memisahkan transgender dari LGB merupakan
"kegilaan politik". Banyak orang mencoba mengganti singkatan LGBT dengan istilah
umum. Kata seperti "queer" dan "pelangi" telah dicoba tetapi tidak banyak digunakan.
"Queer" mengandung konotasi negatif bagi orang tua yang mengingat pengunaannya sebagai
hinaan dan ejekan dan penggunaan (negatif) semacam itu masih terus berlanjut. Banyak pula

orang

muda

yang

memahami queer sebagai

istilah

yang

lebih

politis

dibanding

"LGBT". "Pelangi" punya konotasi yang berkaitan dengan hippies, pergerakan Zaman Baru,
dan organisasi seperti Rainbow/PUSH Coalition di Amerika Serikat.
1. Bagaimana perkembangan LGBT di Indonesia?
Lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) kini semakin marak
diperbincangkan, baik itu di Indonesia pada khususnya maupun dunia pada umumnya.
Satu hal yang menjadi pertanyaan ialah “Bagaimana perspektif hukum, khususnya Islam,
sebagai agama mayoritas di negara Indonesia dalam menyikapi kaum dengan ciri khas
bendera pelangi tersebut? Dibenarkankah jika LGBT dilegalkan di Indonesia? Muncul
berbagai pro dan kontra mengenai golongan LGBT. Tak jarang, mereka yang
menginginkan agar LGBT dilegalkan di Indonesia menjadikan hak asasi manusia (HAM)
sebagai tameng utama. Kemerdekaan berekspresi merupakan salah satu hak fundamental
yang diakui dalam sebuah negara hukum yang demokratis dan menjunjung tinggi HAM.
Di Jakarta, lesbian, gay, biseksual dan transgender secara hukum diberi label
sebagai "Cacat" atau cacat mental dan karenanya tidak dilindungi oleh hukum. Sementara
Indonesia telah memungkinkan hubungan seksual pribadi dan konsensus antara orangorang dari jenis kelamin yang sama sejak tahun 1993, memiliki usia yang lebih tinggi dari
persetujuan untuk hubungan sesama jenis dari hubungan heteroseksual (17 untuk
heteroseksual dan 18 untuk homoseksual). Konstitusi tidak secara eksplisit membahas
orientasi seksual atau identitas gender. Itu menjamin semua warga dalam berbagai hak
hukum, termasuk persamaan di depan hukum, kesempatan yang sama, perlakuan yang
manusiawi di tempat kerja, kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, berkumpul
secara damai, dan berserikat. Hak tersebut semua jelas dibatasi oleh undang-undang yang
dirancang untuk melindungi ketertiban umum dan moralitas agama.
Indonesia sebagai salah satu negara hukum, jaminan mengenai kebebasan
berekspresi diatur dalam UUD 1945 Amendemen II, yaitu dalam Pasal 28 E Ayat (2) yang
menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”. Selanjutnya dalam ayat (3)
dinyatakan “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat”.

Selain itu, UU RI No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia secara lebih
dalam mengatur mengenai kebebasan berekpresi tersebut, dalam Pasal 22 Ayat (3) UU
tersebut menyebutkan bahwa “Setiap orang bebas mempunyai, mengeluarkan, dan
menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan atau tulisan melalui media
cetak maupun media cetak elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama,
kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa”.
Memang benar bahwa setiap manusia mempunyai kebebasannya masing-masing,
tapi jika ditelaah lebih dalam sudah jelas dikatakan bahwa kebebasan yang dimiliki
berbanding lurus dengan batasan-batasan yang harus dipenuhi pula seperti; apakah
melanggar agama, kesusilaan, kepentingan umum, hingga keutuhan bangsa?
Pada kenyataannya, dengan banyaknya desas-desus yang memperbincangkan mengenai
status kaum bendera pelangi ini mengarahkan pada satu kesimpulan bahwasanya
masyarakat Indonesia merasa keamanan dan ketertiban mereka terancam. Bahkan, dengan
hanya satu kata: “LGBT” dapat menimbulkan benih–benih keretakan keutuhan bangsa ini.
Sebagaimana menurut UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada
amendemen yang II sudah secara tegas memasukkan hak atas rasa aman ini di dalam pasal
28A-28I. Juga, diatur dalam Pasal 30 UURI No 39 Tahun 2009 tentang HAM yang
berbunyi: “Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu”.
Pasal 35 bahwa “Setiap orang berhak hidup di dalam tatanan masyarakat dan
kenegaraan yang damai, aman, dan tenteram yang menghormati, melindungi, dan
melaksanakan sepenuhnya hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia sebagaimana
diatur dalam undang-undang ini”.
Para pihak yang kontra merasa bahwa dengan adanya kaum LGBT yang tak lazim
tumbuh di tengah masyarakat Indonesia dengan adat dan agamanya yang kental sehingga
kenyamanan mereka untuk bersosialisasi dengan bebas pun terenggut. Masyarakat satu
sama lain bersikap lebih waspada dan mencurigai terhadap kehadiran kaum LGBT.
Seolah-olah masyarakat suatu negara terbagi menjadi dua golongan, kaum LGBT dan
non-LGBT.
Kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di Indonesia akan
menghadapi tantangan hukum dan prasangka yang tidak dialami oleh penduduk non-

LGBT. Adat istiadat tradisional kurang menyetujui homoseksualitas dan berlintas-busana,
yang berdampak kepada kebijakan publik. Misalnya, pasangan sesama jenis di Indonesia,
atau rumah tangga yang dikepalai oleh pasangan sesama jenis, dianggap tidak memenuhi
syarat untuk mendapatkan perlindungan hukum yang lazim diberikan kepada pasangan
lawan jenis yang menikah. Pentingnya di Indonesia untuk menjaga keselarasan dan
tatanan sosial, mengarah kepada penekanan lebih penting atas kewajiban daripada hak
pribadi, hal ini berarti bahwa hak asasi manusia beserta hak homoseksual sangat rapuh.
Namun, komunitas LGBT di Indonesia telah terus menjadi lebih terlihat dan aktif secara
politik.
Status waria, transeksual atau transgender lainnya

di

Indonesia

sangat

kompleks. Cross-dressing terkadang tidak dapat diterima, ilegal dan beberapa toleransi
publik diberikan kepada beberapa orang transgender yang bekerja di salon kecantikan atau
di industri hiburan, terutama selebriti acara bincang-bincang Dorce Gamalama. Namun,
hukum tidak melindungi orang-orang transgender dari diskriminasi atau pelecehan dan
juga tidak menyediakan untuk operasi ganti kelamin atau membiarkan kaum transgender
untuk mendapatkan dokumen hukum baru setelah mereka telah membuat perubahan.
Diskriminasi, pelecehan, bahkan kekerasan yang ditujukan pada orang-orang
transgender tidak jarang terjadi. Orang transgender yang tidak menyembunyikan identitas
gender mereka sering merasa sulit untuk mempertahankan pekerjaan yang sah dan dengan
demikian sering dipaksa menjadi pelacur dan melakukan kegiatan ilegal lainnya untuk
bertahan hidup.
Majelis Ulama Indonesia memutuskan bahwa kaum transgender harus tetap pada
jenis kelamin pada saat mereka dilahirkan. "Jika mereka tidak mau menyembuhkan diri
secara medis dan agama," kata anggota Majelis, mereka harus rela "untuk menerima nasib
mereka untuk ditertawakan dan dilecehkan."
Amerika Serikat dan Eropa menginginkan Indonesia menganut pelegalan LGBT
sebagaimana yang telah dilegalkan di berbagai negara Barat. Jika kelompok LGBT tetap
ingin mempertahankan pilihannya tanpa ada keinginan untuk memperbaiki keadaannya
menjadi manusia normal seutuhnya, mengapa harus berusaha menginginkan LGBT
menjadi kebutuhan sosial? Sedangkan, masyarakat Indonesia sangat tegas dan keras

melarang segala bentuk praktik LGBT berdasar ketentuan hukum, perundang-undangan,
nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.
C. Sebab-sebab Terjadinya LGBT
Ada banyak faktor yang menyebabkan seorang pria menjadi gay atau penyuka sesama
jenis. Menurut psikolog Elly Risman Musa, faktor pemicu itu di antaranya adalah ia berada
di lingkungan di mana homoseksual dianggap sesuatu yang biasa atau umum. Karena tidak
ada nilai-nilai moral atau agama yang membekali pengetahuannya sehingga ia memiliki
wawasan yang tidak lurus mengenai hubungan antara pria dan perempuan.
Seseorang dapat tumbuh menjadi seorang gay karena pengalaman buruk dengan
pengasuhan keluarga seperti memiliki ibu yang dominan sehingga anak tidak memperoleh
gambaran seorang tokoh laki-laki, atau sebaliknya. Faktor lain yang mungkin membuat
seseorang keluar dari fitrahnya adalah pengalaman seks dini, yang disebabkan karena
menyaksikan gambar-gambar porno dari televisi, DVD, Internet, komik ataupun media lain di
sekitarnya.
Kemudian salah satu referensi mengatakan bahwa terjadinya LGBT disebabkan karena
beberapa hal sebagai berikut:
1.

Tidak bepegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Di dalam Al-Qur’an dalam
banyak ayat memerintahkan kita untuk menjaga diri, menundukkan pandangan dan
menjaga kehormatan, di dalam As-Sunnah pun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dengan tegas memerintahkan kita ketika akan tidur di antara sesama jenis agar
membuat pembatas yang akan menghalangi kita ketika diluar kesadaran dalam tidur.

2.

Bodoh terhadap Islam dan hukum-hukum yang ada di dalamnya, bodoh terhadap
syari’at adalah pemicu utama seseorang untuk berani berbuat dosa, dan merupakan
perkara yang disepakati bagi orang yang memiliki akal sehat.

3.

Mempelajari agama bukan pada ahlinya, dan pemicu utama kerusakan terbesar dan
kebinasaan karena bermuara pada bergampangan menimba ilmu dari orang yang tidak
jelas jati dirinya, hingga sampai ada yang menghalalkan LGBT dan berbagai kemaksiatan
lainnya, jika apabila dipelajari ilmu dari orang semacam ini maka kemungkinan terjatuh
pada perbuatan tersebut akan mudah karena sudah diyakini boleh-boleh saja.

4.

Mengikuti hawa nafsu. Hawa nafsu adalah kecenderungan jiwa kepada perkara yang
haram. Dinamakan hawa karena menyeret pelakunya di dunia kepada kehancuran dan di
akhirat kepada neraka Hawiyah”

5.

Tasyabbuh (menyerupai) sesama jenis, khususnya ini terjadi pada “waria” yang
awalnya mereka adalah laki-laki namun kemudian mereka melelang harga diri mereka dan
berdandan seperti wanita yang akibatnya berani melakukan liwath.

6.

Membujang. Hidup membujang memiliki nilai tersendiri dikalangan sufyisme, yang
tidak mau kalah tanding dengan para biarawan dan biarawati, tidak heran jika di dapati
ada dari mereka “tidak hanya terjangkiti” bahkan pemain utama homoseks.

7.

Merasa bahwa dirinya aman dari fitnah. Orang yang merasa dirinya aman dari fitnah
alias “PD” bahwa ia tidak mungkin akan terjatuh pada perbuatan semisal homoseks maka
ini bertanda kalau justru ia yang akan condong ke arah sana, karena ini bentuk sikap
bangga diri, angkuh dan sombong, apabila sifat seperti ini telah merasuki dirinya maka ia
akan jauh dari muhasabah (intropeksi) diri, dan dia merasa seolah-oleh tidak butuh lagi
dengan hidayah dari Allah SWT.

8.

Diantara wasilah utama terjerumusnya seseorang ke jurang homoseks, free sex dan
semisalnya karena berawal dari ikhtilath. Sekali ber-ikhtilath setelahnya akan tergoreskan
satu titik hitam pada hati seseorang, yang goresan tersebut berasal dari pandangan mata.
Dan akan semakin besar goresan hitam pada hati tersebut apabila semakin terus terulang
atau apabila sampai menyentuh apa yang harom untuk disentuh maka akan memperparah
keruhnya goresan.

9.

Berkurangnya keimanan. Sudah menjadi keyakinan bagi setiap muslim, bahwasanya
iman bertambah dan berkurang, bertambah dengan keta’atan dan berkurang dengan
maksiat. Dan lenyapnya keimanan kaum Luth terhadap Allah dan Nabi-Nya
(Luth ‘Alaihis salam) disebabkan karena berbuat fahisy (homoseks).

10. Hilangnya rasa takut kepada Alloh SWT, apabila rasa takut telah lenyap dari
seseorang maka ia akan semakin gagah berani berbuat dosa walaupun terang-terangan
melakukannya, baik dosa kecil maupun dosa besar ia terjang tanpa peduli apapun
akibatnya.

11. Tidak menundukkan pandangan. Pandangan adalah faktor yang paling mendominasi
adanya keinginan untuk berbuat yang diingini oleh hati, LGB berawal dari pandangan dan
kemudian berakhir dengan pembenaran dengan seks.
12. Tasyabbuh dengan orang-orang kafir. Pelaku utama LGBT adalah dari orang-orang
yang kafir kepada Allah, banyak dari kaum muslimin terbawa arus perkembangan
teknologi, mereka menyaksikan para pelaku LGBT di sinetron, di internet dan di berbagai
macam media yang kemudian menuntut mereka untuk memperaktekkannya.
13. Adanya keyakinan bahwa ia sudah terbebas dari beban syari’at, ia boleh melakukan
apa saja yang ia kehendaki. Apabila keyakinan semacam ini telah menjalar pada diri
seseorang maka dosa sebesar apapun teranggap suatu mainan biasa yang tidak ada apaapanya.
14. Merasa dirinya pasti akan diampuni walaupun terus menerus di atas maksiat dengan
dalil hadits Mu’adz bin Jabal: …….dan hak hamba atas Alloh adalah Allah tidak akan
mengazab orang yang tidak menyekutukan dengan-Nya seseuatu apapun.”Akhirnya
dengan pemahamannya yang dangkal terhadap dalil tersebut ia semakin giat bermaksiat
yang pada akhirnya iapun binasa.
15. Kebiasaan menjima’i isteri pada dubur (anal), yang kemudian disaat-saat tidak ada
istrinya iapun mencari pengganti dengan prinsip “yang penting berdubur atau berlubang”
yang akibatnya laki-laki lain, anak-anak, orang tua jompo, binatang bahkan sesuatu yang
berlubang menjadi obyek prakteknya.
16. Putus asa, merupakan pemicu utama seseorang semakin giat berbuat LGB, sebagaimana
hal ini terjadi pada pelaku transgender, karena mereka telah diperdaya oleh keadaan yang
pada akhirnya mereka putus asa dan kemudian mereka meneruskan pekerjaan keji mereka
dengan terus menerus.
LGBT dapat juga merupakan sebuat penyakit akibat faktor kelainan otak dan genetik maupun
karena faktor psikologi.
D. LGBT Menurut Pandangan Islam
Menurut pandangan barat LGBT merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus
dilindungi. Dukungan kaum liberal terhadap pelaku LGBT tidak hanya berupa wacana namun
direalisasikan

dengan mendirikan

organisasi persatuan,

forum-forum seminar dan

pembentukan yayasan dana internasional. Bahkan beberapa negara telah melegalkan dan
memfasilitasi perkawinan sesama jenis.
Salah satu lembaga penggalangan dana pendukung perlindungan hak asasi pelaku LGBT
yaitu Global Equality Fund yang diluncurkan pada Desember 2011 oleh menteri luar negeri
AS Hillary Rodham Clinton. Lembaga ini mencakup upaya keadilan, advokasi, perlindungan
dan dialog untuk menjamin pelaku LGBT hidup bebas tanpa diskriminasi.
Pemikiran Barat dan Islam sepertinya diciptakan menjadi dua kutub berbeda yang tidak
mungkin pernah bertemu. Ini karena landasan nilai-nilai keduanya sangat bertolak belakang.
Apabila Barat lebih menonjolkan logika, ilmu pengetahuan ilmiah dan kebebasan, nilai-nilai
Islam bersumber pada keimanan dan ketaatan pada wahyu Ilahi dan sunah Nabi.
Sementara itu, Islam menghendaki pernikahan antar lawan jenis, laki-laki dengan
perempuan, tidak semata untuk memenuhi hasrat biologis namun sebagai ikatan suci untuk
menciptakan ketenangan hidup dengan membentuk keluarga sakinah dan mengembangkan
keturunan umat manusia yang bemartabat. Perkawinan sesama jenis tidak akan pernah
menghasilkan keturunan, dan mengancam kepunahan generasi manusia. Perkawinan sesama
jenis semata-mata untuk menyalurkan kepuasan nafsu hewani.
LGBT dalam pandangan Islam, sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah dalam AlQuran dan Sunah, homoseks/gay merupakan perbuatan hina dan pelanggaran berat yang
merusak harkat manusia sebagai makhluk ciptaan Allah paling mulia.
Alquran sebagai sumber ajaran agama Islam yang merupakan representasi kalimat–
kalimat Allah SWT di dalamnya terdapat berbagai pelajaran, mulai dari cerita masa lampau
hingga ramalan masa kini. Dalam masalah penetapan hukum, sudah tentu ada yang
mendukung dan ada yang menolak. Bahkan, dalam upaya menetapkan hukum Allah sebagai
hukum positif, mungkin lebih banyak yang tidak mendukung daripada yang mendukung.
Akan tetapi, peringatan Allah mengharuskan decision maker (pembuat keputusan) agar
mendahulukan kehendak Tuhan daripada selera manusia yang tak ada ujungnya.
Pada masa Nabi Luth kaum homoseks/gay langsung mendapat siksa dibalik buminya dan
dihujani batu panas dari langit. Selain zina dan pemerkosaan, pelanggaran seksual menurut
Islam termasuk LGBT, incest (persetubuhan sesama muhrim) dan menjimak binatang. Sanksi
bagi pelaku semua pelanggaran seksual tersebut adalah hukuman mati, Rasulullah SAW
bersabda: “dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:” Barang siapa

menjumpai kalian orang yang melakukan perbuatan kaum Luth, maka bunuhlah orang yang
mengerjakan dan orang yang dikerjai”.[Hadist Ibnu Majah No. 2561 Kitabul Hudud]. Dalam
hadits lain Rasulallah SAW bersabda: “Ibnu Abbas meriwayatkan: “Barang siapa menjimak
muhrimnya maka bunuhlah, dan barang siapa menjimak hewan maka bunuhlah pelaku dan
binatang yang dijimak”. [Hadist Ibnu Majah No. 2564 Kitabul Hudud].
Didalam Al Quran, Allah SWT mengabadikan bagaimana dahsyatnya laknat dan azab
langsung dari Allah SWT kepada pelaku homoseksual/gay ini di jaman Nabi Luth AS.
Pelanggaran seksual berupa homoseks umat Nabi Luth bisa dilihat dalam Al-Quran: Surat AnNaml ayat 54-55, Ash-Syu’araa’ ayat 165 – 166 dan Huud ayat 77-82.
Dalam Surat An-Naml ayat 54-55, Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah kisah) Luth,
ketika dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan hina itu dan
kalian memamerkannya?”(54)Mengapa kamu mendatangi laki-laki dengan nafsu(mu), bukan
(mendatangi) wanita? Sebenarnya kalian adalah kaum yang bodoh(55). Dalam surah AshSyu’araa’ ayat 165 – 166 Allah SWT berfirman: “Mengapa kamu mendatangi (menyukai)
jenis lelaki di antara manusia (165), dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh
Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas(166)”. Dalam
surah Huud ayat 81-82, bagaimana dahsyatnya azab dari Allah Ta’ala, sebagaimana firmanNya: “Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan
Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan
membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada
seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa
azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di
waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”(81).Maka tatkala datang azab Kami, Kami
jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka
dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi (82).
Cerita lesbian kaum Nabi Luth yang bertolak belakang dengan nilai-nilai agama Islam
bersumber pada keimanan dan ketaatan pada wahyu Ilahi dan sunah Nabi SAW. Sebuah
perilaku seks menyimpang yang membuat murka Allah Swt hingga azab diturunkan kepada
mereka sampai hancur lebur tak tersisa. Cerita gay kaum Nabi Luth AS juga telah menjadi
bagian dari perjalanan yang merentang dalam sejarah peradaban manusia. Hal ini adalah

berbagai contoh yang bisa dijadikan pelajaran mengenai apa yang terjadi dan kesemuanya itu
dipandang jauh dari syariat Islam. Berikut ini adalah LGBT menurut pandangan agama Islam:
1. Lesbian :LGBT menurut pandangan agama Islam, sebagian besar ulama menjelaskan
tentang hukuman Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap para wanita kaum Luth bersamaan
dengan para lelaki mereka, yaitu ketika para lelaki merasa cukup dengan kaum lelaki
maka hukumannya pun telah diketahui, tidaklah samar bagi seorang pun. Sesuai dengan
firman Allah Ta’ala: “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth
itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari
tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan
itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim,” (QS. Hud: 82-83).
Bila ditelusuri secara gramatikal, tidak ada perbedaan penggunaan kata antara
homoseksual dan lesbian. Dalam bahasa arab kedua-duanya dinamakan al-liwath.
Pelakunya dinamakan al-luthiy. Namun Imam Al-Mawardi dalam kitabnya al-Hawi alKabir menyebut homoseksual dengan liwath, dan lesbian dengan sihaq atau musaahaqah.
Imam Al-Mawardi berkata, “Penetapan hukum haramnya praktik homoseksual menjadi
ijma’, dan itu diperkuat oleh nash-nash Al-Quran dan Al-Hadits”.
2. Gay :LGBT menurut pandangan agama Islam, diantaranya gay adalah salah satu
penyelewengan seksual, karena menyalahi sunnah Allah, dan menyalahi fitrah makhluk
ciptaanNya. Lebih kurang empat belas abad yang lalu, al-Qur’an telah memperingatkan
umat manusia ini, supaya tidak mengulangi perbuatan kaum Nabi Luth. Allah Swt
berfirman: “Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu
tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orangorang yang melampaui batas,” (QS. Asy Syu’ara: 165-166).
Setelah Rasulullah menerima wahyu tentang berita kaum Luth yang mendapat kutukan
dari Allah dan merasakan azab yang diturunkanNya, maka beliau merasa khawatir
sekiranya peristiwa itu terulang kembali kepada umat di masa beliau dan sesudahnya.
Sebuah kemaksiatan yang menjijikkan daripada zina atau seks bebas.
Rasulullah bersabda, “Sesuatu yang paling saya takuti terjadi atas kamu adalah perbuatan
kaum Luth dan dilaknat orang yang memperbuat seperti perbuatan mereka itu, Nabi
mengulangnya sampai tiga kali, “Allah melaknat orang yang berbuat seperti perbuatan
kaum Luth; Allah melaknat orang yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth; Allah

melaknat orang yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth,” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi
dan Al Hakim).
3. Biseksual :Biseksualitas merupakan ketertarikan romantis, ketertarikan seksual, atau
kebiasaan seksual kepada pria maupun wanita. Istilah ini umumnya digunakan dalam
konteks ketertarikan manusia untuk menunjukkan perasaan romantis atau seksual kepada
pria maupun wanita sekaligus. Istilah ini juga didefinisikan sebagai meliputi ketertarikan
romantis atau seksual pada semua jenis identitas gender atau pada seseorang tanpa
mempedulikan jenis kelamin atau gender biologis orang tersebut, yang terkadang disebut
panseksualitas.
Semua perbuatan LGBT adalah maksiat dan haram, tak ada satu pun yang dihalalkan
dalam agama Islam. Biseksual adalah perbuatan zina jika dilakukan dengan lawan jenis
dan sesama jenis. Jika dilakukan dengan sesama jenis, tergolong homoseksual jika
dilakukan di antara sesama laki-laki, dan tergolong lesbianisme jika dilakukan di antara
sesama wanita.
LGBT dalam Islam, hukumannya disesuaikan dengan perbuatannya. Jika tergolong zina,
hukumnya rajam (dilempar batu sampai mati) jika pelakunya muhshan (sudah menikah)
dan dicambuk seratus kali jika pelakunya bukan muhshan. Jika tergolong homoseksual,
hukumannya hukuman mati. Jika tergolong lesbian, hukumannya ta’zir.
4. Transgender : Pada dasarnya Allah menciptakan manusia ini dalam dua jenis saja, yaitu
laki-laki dan perempuan, sebagaimana firman Allah SWT: ”Dan Dia (Allah) menciptakan
dua pasang dari dua jenis laki-laki dan perempuan,” (QS. An Najm: 45). “Wahai
manusia Kami menciptakan kamu yang terdiri dari laki-laki dan perempuan,” (QS. Al
Hujurat: 13). Kedua ayat ini atas, dan ayat-ayat Al Quran lainnya menunjukkan bahwa
manusia di dunia ini hanya terdiri dari dua jenis saja, laki-laki dan perempuan, dan tidak
ada jenis lainnya. Namun kenyataannya, seseorang tidak mempunyai status yang jelas,
bukan laki-laki dan bukan perempuan. Jika penggantian kelamin dilakukan oleh seseorang
dengan tujuan tabdil dan taghyir (mengubah-ubah ciptaan Allah), maka identitasnya sama
dengan sebelum operasi dan tidak berubah dari segi hukum. Dari segi waris seorang
wanita yang melakukan operasi penggantian kelamin menjadi pria tidak akan menerima
bagian warisan pria (dua kali bagian wanita) demikian juga sebaliknya. LGBT menurut
pandangan agama Islam pada umumnya menyamakan perbuatan homoseksual dengan

perbuatan zina. Karena itu, segala implikasi hukum yang berlaku pada zina juga berlaku
pada kasus homoseksual. Bahkan pembuktian hukum pun mengacu pada kasus-kasus yang
terjadi pada zina. Sementara operasi kelamin yang dilakukan pada seorang yang
mengalami kelainan kelamin (misalnya berkelamin ganda) dengan tujuan tashih atau
takmil (perbaikan atau penyempurnaan) dan sesuai dengan hukum akan membuat identitas
kelamin tersebut menjadi jelas.
5. Bagaimanakah Pandangan Hukum di Indonesia terhadap LGBT?
Indonesia memiliki penganut agama Islam paling banyak di dunia dengan 87%
dari warganya menyebut diri sebagai Muslim. Kebijakan keluarga dari pihak berwenang
Indonesia, tekanan sosial untuk menikah dan agama berarti bahwa homoseksualitas pada
umumnya tidak didukung. Baik Muslim tradisionalis dan modernis, dan juga kelompok
agama

lainnya

seperti Kristen,

terutama Katolik

Roma umumnya

menentang

homoseksualitas. Banyak kelompok fundamentalis Islam seperti FPI (Front Pembela
Islam) dan FBR (Forum Betawi Rempuk) secara terbuka memusuhi orang-orang LGBT
dengan menyerang rumah atau tempat mereka bekerja dari orang-orang yang mereka
yakini ancaman bagi nilai-nilai Islam.
Indonesia memang memiliki reputasi sebagai sebuah negara Muslim yang relatif
moderat dan toleran, yang memang memiliki beberapa aplikasi untuk orang-orang LGBT.
Ada beberapa orang LGBT di media dan pemerintah nasional telah memungkinkan
komunitas LGBT terpisah ada, bahkan mengatur acara-acara publik. Namun, adat istiadat
sosial Islam konservatif cenderung mendominasi dalam masyarakat yang lebih luas.
Homoseksualitas dan cross-dressing tetap tabu dan orang-orang LGBT secara berkala
menjadi sasaran hukum agama setempat atau kelompok main hakim sendiri oleh para
fanatik.
Para pihak yang kontra merasa bahwa dengan adanya kaum LGBT yang tak lazim
tumbuh di tengah masyarakat Indonesia dengan adat dan agamanya yang kental sehingga
kenyamanan mereka untuk bersosialisasi dengan bebas pun terenggut. Masyarakat satu
sama lain bersikap lebih waspada dan mencurigai terhadap kehadiran kaum LGBT.
Seolah-olah masyarakat suatu negara terbagi menjadi dua golongan, kaum LGBT dan
non-LGBT.

Dalam agama Islam pun sudah terang Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa
melarang keras hamba-Nya agar tidak masuk ke dalam golongan orang–orang yang
menyukai sesama jenis, seperti lesbi ataupun gay, biseksual, dan transgender. Alquran
sebagai sumber ajaran agama Islam yang merupakan representasi kalimat–kalimat Allah
SWT di dalamnya terdapat berbagai pelajaran, mulai dari cerita masa lampau hingga
ramalan masa kini. Salah satunya ialah kisah pada zaman Nabi Luth Alaihissalam,
kaumnya yang terkenal sebagai penyuka sesama jenis dilaknat oleh Allah SWT dengan
azab yang amat pedih. Merupakan suatu pertanda bahwa Allah SWT tidaklah menyukai
perbuatan tersebut.
Dalam masalah penetapan hukum, sudah tentu ada yang mendukung dan ada yang
menolak. Bahkan, dalam upaya menetapkan hukum Allah sebagai hukum positif,
mungkin lebih banyak yang tidak mendukung daripada yang mendukung. Akan tetapi,
peringatan Allah mengharuskan decision maker (pembuat keputusan) agar mendahulukan
kehendak Tuhan daripada selera manusia yang tak ada ujungnya. Indonesia pun sebagai
negara yang berdaulat dan memiliki hukumnya sendiri sudah jelas tertera dalam pasal 1
Undang- Undang No 1 Tahun 1974 mengenai perkawinan bahwa “Perkawinan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Perkawinan bertujuan salah satunya untuk melestarikan umat manusia. Sangat
kontras bila dibandingkan dengan kaum LGBT yang merupakan penyuka sesama jenis.
Apabila dilegalkan, LGBT tentu akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah di
Indonesia.
Mulai menurunnya angka kelahiran karena sudah pasti sesama jenis tak bisa bisa
menghasilkan keturunan, hingga masalah lainnya, seperti yang sudah disinggung di atas
(keresahan masyarakat yang merasa keamanan hidupnya terusik, hingga retaknya
keutuhan bangsa yang terpecah belah menjadi golongan pro dan kontra LGBT). Selain
itu, dalam UU Perkawinan Indonesia memperhatikan pula dasar agama, yakni Ketuhanan
Yang Maha Esa. Menjadi salah satu alasan memperkuat pandangan hukum Islam
mengenai LGBT yang dilarang Allah SWT. Menimbang dari berbagai pernyataan yang
ada, dapat disimpulkan bahwa tidak dibenarkan apabila kaum LGBT menjadi legal di

Indonesia. Mengingat kembali Indonesia merupakan negara hukum dengan masyarakat
yang menghargai tradisi dan agamanya masing-masing. Tidakkah (apabila) golongan
LGBT yang keberadaannya semakin terang-terangan di Indonesia akan membuat
masyarakat normal merasa tak aman dan mengganggu kenyamanan? Sungguh sangat
salah jika menggunakan tameng HAM untuk melegalkan tindakan kelompok LGBT,
apalagi sampai telah membawa kasus ini ke forum internasional melalui lembaga
swadaya masyarakat (LSM) yang mendapat dukungan dana besar dari negara Barat.
Jika kelompok LGBT tetap ingin mempertahankan pilihannya tanpa ada
keinginan untuk memperbaiki keadaannya menjadi manusia normal seutuhnya, mengapa
harus berusaha menginginkan LGBT menjadi kebutuhan sosial? Sedangkan, masyarakat
Indonesia sangat tegas dan keras melarang segala bentuk praktik LGBT berdasar
ketentuan hukum, perundang-undangan, nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban,
kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.
E. Solusi untuk Mencegah dan Mengatasi LGBT
Beberapa solusi dapat dilakukan berdasarkan faktor penyebab munculnya LGBT.
Penanganan terhadap mereka dibedakan dari faktor penyebabnya antara lain faktor genetik,
psikologis maupun kultural.
Dengan memahami faktor-faktor tersebut, maka diharapkan dapat dirumuskan solusi
yang tepat untuk seseorang yang mengidap penyakit LGBT tersebut. Secara umum, solusi
untuk penyembuhan penyakit LGBT ini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu solusi internal dan
solusi eksternal. Solusi internal misalnya perlu adanya kesadaran dan kemauan untuk sembuh,
serta kesungguhan melakukan perubahan. Sedangkan solusi eksternal dapat berupa dukungan
keluarga dan orang-orang dekat, serta membebaskan diri dari lingkungan LGBT. Diantara
upaya penanggulangan LGBT adalah:
1. Kembali kepada ajaran Islam dan merealisasikan konsekuensinya, sehingga
tertanamlah pada diri aqidah shohihah, akhlakul karimah dan sifat-sifat yang terpuji
lainnya. ketika seseorang telah melakukan hal ini, ia akan menemukan obat penyembuh
yang paling ampuh, yang mampu menyembuhkan segala macam penyakit [termasuk
didalamnya

penyakit homoseks],

berkata:“Tidaklah

Allah

Rasulullah

menurunkan

–Shallallahu

penyakit

obatnya”. (Lihat “Shohihul Jami’”: 5558-5559).

melainkan

‘alaihi
Allah

wa

sallam–

menurunkan

2. Giat menghadiri majlis ilmu, memperbanyak membaca Al-Qur’an, menghayati dan
merenungi makna-makna yang terkandung didalamnya dan memperbanyak mebaca siroh
(perjalanan hidup umat terdahulu).
3. Apabila tidur dibuat pembatas dengan teman-temannya, hal ini untuk mengantisipasi
adanya penyelewengan dan ini dalam rangka melaksanakan perkataan teladan kita
Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa sallam– dari Abu Said Al-Khudriy yang diriwayatkan
oleh Al-Imam Muslim (no. 338), At-Tirmidzi (no. 2793) dan Abu Dawud (no. 4018) bahwa
Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata: «‫لَ يَ ْنظُ ُر ال َر ُج ُل إإلَى ع َْو َر إة ال َر ُج إل َولَ ا ْل َم ْرأَةُ إإلَى‬
‫احِِِ إد‬
ْ ‫ِِِرأَةُ إإلَى ا ْل َم‬
ْ ‫ضِِِى ا ْل َم‬
ْ ‫َِِِو َر إة ا ْل َم‬
‫ب ا ْل َو إ‬
‫ِِِرأَ إة فإى الثَ ْو إ‬
‫ب َوا إحِِِ ٍد َولَ تُ ْف إ‬
ٍ ‫ِِِو‬
‫ِِِرأَ إة َولَ يُ ْف إ‬
ْ َ‫ضِِِى ال َر ُجِِِ ُل إإلَى ال َر ُجِِِ إل فإى ث‬
ْ ‫»ع‬.
“Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain, dan jangan pula seorang wanita
melihat aurat wanita lain. Dan janganlah seorang laki-laki memakai satu selimut dengan
laki-laki lain, dan jangan pula seorang wanita memakai satu selimut dengan wanita lain.”
4. Menghindari ikhtilath, menundukkan pandangan dan menikah.
5. Pemberantasan kemungkaran-kemungkaran yang diindikasikan akan menimbulkan
adanya LGBT, dan ini adalah wewenang penguasa, sebab kalau setiap individu melaksakan
hal ini maka akan menimbulkan madhorat yang lebih besar, diriwayatkan oleh Al-Imam
Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudry, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda:
‫ال ْي َمِِان‬
ْ َ‫سِت إَط ْع فَبإقَ ْلبإِ إه َو َذلإِ َك أ‬
ْ ‫سِانإ إه فَِإإنْ لَ ْم َي‬
ْ ‫َمنْ َرأَى إم ْن ُك ْم ُم ْن َك ًرا فَ ْليُ َغيِ ْرهُ بإيَ إد إه فَإإنْ لَ ْم َي‬
َ ‫ست إَط ْع أَنْ يُ َغيَ َرهُ بإيَ إد إه فَبإلإ‬
‫ضِ َعفُ إ‬
“Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaklah ia
merubahnya dengan tangannya; bila ia tidak mampu, maka dengan lisannya; dan kalau
juga tidak mampu maka dengan hatinya. Dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya
iman”.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. LGBT singkatan dari lesbian, gay, bisexual dan transgender.
2. Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada
sesama perempuan. Gay adalah sebuah istilah bagi laki-laki yang umumnya digunakan
untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Biseksualitas merupakan
ketertarikan romantis, ketertarikan seksual, atau kebiasaan seksual kepada pria maupun
wanita. Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis
kelaminnya yang ditentukan.
3. Faktor pemicu LGBT antara lain ia berada di lingkungan di mana homoseksual dianggap
sesuatu yang biasa atau umum, tidak ada nilai-nilai moral atau agama yang dimiliki,
pengalaman buruk dengan pengasuhan keluarga seperti memiliki ibu yang dominan
sehingga anak tidak memperoleh gambaran seorang tokoh laki-laki, atau sebaliknya,
menyaksikan gambar-gambar porno dari televisi, DVD, Internet, komik ataupun media lain
di sekitarnya.
4. LGBT dalam pandangan Islam, sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah dalam AlQuran dan Sunah, homoseks/gay merupakan perbuatan hina dan pelanggaran berat yang
merusak harkat manusia sebagai makhluk ciptaan Allah paling mulia. Maka dari itu Haram
hukumnya seseorang masuk ke dalam golongan LGBT.

5. Masyarakat Indonesia sangat tegas dan keras melarang segala bentuk praktik LGBT
berdasar ketentuan hukum, perundang-undangan, nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban,
kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.
6. Solusi mencegah LGBT. Cara mencegahnya yaitu memberi pengarahan sejak dini agar
pengetahuan anak tentang seks tidak menyimpang, Giat menghadiri majlis ilmu,
memperbanyak membaca Al-Qur’an, Apabila tidur dibuat pembatas dengan temantemannya, Menghindari ikhtilath.
7. Solusi mengatasi LGBT. mengatasi LGBT dengan perlu adanya kesadaran dan kemauan
untuk sembuh, serta kesungguhan melakukan perubahan, dukungan keluarga dan orangorang dekat, serta membebaskan diri dari lingkungan LGBT
B. Saran
1. Sebaiknya orang tua lebih memperhatikan pergaulan anaknya karena LGBT ini bias
menyerang/mempengaruhi semua orang lewat berbagai media.
2. Sebaiknya orangtua melakukan pembatasan antara anak laki-laki dan anak perempuan
sejak dini untuk menghindari terkena virus LGBT.
3. Sebaiknya kita selaku ummat Islam bisa memilih sesuatu yang benar bukan yang salah
4. Sebaiknya pemerintah lebih bertindak tegas dan berani mengatakkan bahwa hal tersebut
salah dan dilarang di Indonesia karena hal tersebut lebih banyak mengandung keburukan
bila dibandungkan dengan kebaikannya
5. Sebaiknya kita mengajak orang yang terlanjur berada di golongan LGBT untuk kembali
ke jalan yang benar.

DAFTAR PUSTAKA
(n.d)

Retrieved

March

17,

2016,

from:

http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/16/02/03/o1yie3394-lgbtdalam-perspektif-hukum-islam-part3
(n.d) Retrieved March 17, 2016, from http://stibanks.com/detail-berita-artikel/lgbt-dalam
%C2%A0kacamata-islam-45.php
(n.d)

Retrieved

March

17,

2016,

from:

https://www.academia.edu/6863128/Makalah_Pendidikan_Kewarganegaraan
(n.d) Retrieved March 17, 2016, from: https://id.wikipedia.org/wiki/LGBT
(n.d) Retrieved March 17, 2016, from: http://www.mohlimo.com/lgbt-menurut-pandanganagama-islam/
(n.d) Retrieved March 17, 2016, from: http://islamedia.id/benarkah-allah-tidak-mengharamkanlgbt-ini-jawabannya/
(n.d) Retrieved March 17, 2016, from: https://catatanmanhaj.wordpress.com/2011/01/30/hukumhomoseks-gay-liwath-lesbian-sihaq/