MACAM MACAM HADITS HASIL KRITIK SANAD

MACAM-MACAM HADITS DITINJAU DARI KUALITASNYA
(HASIL KRITIK SANAD)

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas,
Mata Kuliah

: Studi Qur’an Hadits

Dosen Pengampu

: Dr. Nurul Iman, Lc, M.H.I

Disusun Oleh :
Erry Fujo Dwilaksono (17160099)

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membicarakan tentang pembagian hadits dari segi kualitasnya ini tidak dapat
dipisahkan dari pembagian hadits menurut kuantitasnya. Hadits kuantitas dibedakan
menjadi, hadits mutawatir dan hadits ahad. Untuk hadits mutawatir, memberikan
pengertian bahwa hadits iru diterima secara yaqin bil qath’i, yakni ia harus diterima dan
diamalkan dengan tanpa mengadakan penelitian, baik terhadap sanad maupun matan.
Sedangkan hadits ahad hanya sekedar memberikan faidah dzanny (prasangka) dan
karenanya harus diadakan penyelidikan lebih lanjut, baik yang berhubungan dengan sanad
maupun matan hadits, sehingga status hadits tersebut menjadi jelas diterima sebagai hujjah
atau sebaliknya.
Atas dasar di atas kami menulis makalah dengan pembahasan mengenai pembagian
hadits berdasarkan kualitasnya yang merupakan hasil kriti sanad. Sehingga pembaca akan
memahami tentang antara hadits yang dapat dijadikan hujjah dan yang tidak dapat
dijadikan hujjah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hadits shahih dan hadits hasan ?
2. Apa yang dimaksud hadits mardud dan hadits dhaif?
C. Tujuan
1. Memahami yang dimaksud dengan hadits shahih dan hadits hasan
2. Memahami yang dimaksud dengan hadits mardud dan hadits dhaif


BAB II

PEMBAHASAN
A. Hadits Shahih dan Hadits Hasan
Kata shahih berasal dari kata shahha dan shihhah yang berarti sehat, tidak cacat,
lawan kata dari sakit (saqim).1 Dalam hubungannya dengan kualitas hadits, ulama hadits
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hadits shahih adalah hadits yang sanadnya
bersambung, dari awal sampai akhir, para periwayatnya bersifat adil dan dhabit, serta
terhindar dari kejanggalan (syudzudz) dan cacat (‘illat). Sifat adil berkaitan dengan kualitas
pribadi, sedangkan sifat dhabit berkaitan dengan kapasitas intelektual. 2 Sedangkan menurut
Ibn As-Shalah hadits shahih adalah hadits musnad, yakni hadits yang sanadnya
bersambung dengan proses periwayatan oleh orang yang adil, dan melalui orang yang adil
dan dhabit hingga akhir sanad, tidak syadz dan tidak pula cacat.3
Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik sebuah simpulan bahwa hadits dapat dinilai
shahih jika memenuhi lima kriteria sebagai berikut:
a. Sanadnya bersambung (ittishal al-sanad)
b. Diriwayatkan oleh perawi yang bersifat adil (‘adalah al-ruwah)
c. Para perawinya sangat kuat daya ingatnya (dlabith al-ruwah)
d. Tidak memiliki cacat dan cela (‘adam al-‘illah), baik sanad maupun matannya

e. Tidak ada keganjilan (‘adam al-syudzudz), terutama dari segi matan
Sedangkan yang dimaksud hadits hasan secara harfiah kata hasan atau hasanah brarti
bagus, baik (khair) atu terpuji (mahmud) yang berlawanan dengan kata sayyi’ah atau
madzmumah. Selanjutnya, yang dimaksud dengan hadits hasan adalah hadits yang
sanadnya bersambung, dari awal sampai akhir, para periwayatnya bersifat adil namun kedhabit-annya agak kurang sedikit, serta terhindar dari kejanggalan (syudzudz) dan cacat
(‘illat). Perbedaan pokok antara hadits shahih dan hasan dalam hal ini dalah pada kedhabit-an periwayat. Pada hadits shahih, kualifikasi ke-dhabit-an periwayat bertingkat
sempurna, sedangkan hadits hasan ke-dhabit-an periwayat itu kurang sedikit, namn
kekurangannya tidak sampai menjadikan hadits yang diriwayatkan berkualitas lemah.
Ulama hadits hasan menjadi dua macam, yakni hasan lidzatihi (hasan dengan dirinya
sendiri) dan hasan lighairihi (hasan karena dukungan dari lainnya).
Hasan menurut bahasa ialah “sesuatu yang baik dan cantik.” Sedangkan menurut terminologi,
hadis hasan ialah hadis yang muttasil sanadnya, diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabit,

1

M. Syakur Sf. 2009, ‘Ulum al-Hadits Kajian Mushthalah dan Sejarah. MASEIFA Jendela Ilmu: Kudus, h.190.
Syuhudi Ismail. 2007, Metode Penelitian Hadis Nabi. PT Bulan Bintang: Jakarta, h.35.
3
Op.Cit., h.191.
2


tetapi kadar kedhabitannya di bawah kedhabitan hadis shahih, dan hadis itu tidak syadz dan
tidak pula terdapat illat (cacat).4
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa hadis hasan sama dengan hadis shahih,
hanya saja terdapat perbedaan dalam soal ingatan perawi. Pada hadis shahih, ingatan atau
daya hafalannya harus sempurna, sedangkan pada hadis hasan, ingatan atau daya hafalannya
kurang sempurna. Dengan kata lain bahwa syarat-syarat hadis hasan dapat dirinci sebagai
berikut:
1. Sanadnya bersambung
2. Perawinya adil
3. Perawinya dhabit, tetapi kedhabitannya di bawah kedhabitan hadis shahih
4. Tidak terdapat syadz
5. Tidak ada illat.
Hadits hasan dapat dijadikan hujjah dan dapat dipraktikkan pesannya sebagaimana
hadits shahih. Hanya kadarnya tidak sekuat kualitas hadits shahih. Menurut jumhur ulama,
status kehujjahan hadits hasan seperti hadits shahih, namun ia berada di tengah-tengah
antara hadits shahih dan hadits dhaif. Menurut ibn Taymiyah, hadits hasan di bawah hadits
shahih. Jika keduanya terjadi perbedaan atau bahkan betentangan, maka harus didahulukan
hadits shahih.5
B. Hadits Mardud dan Hadits Dhaif

Mardud menurut bahasa adalah “yang ditolak” atau “yang tidak diterima”. Sedangkan
menurut istilah adalah hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat atau sebagian syarat
hadits maqbul”.6 Kata dha’if berarti lemah, lawan kata dari kuat (quwwah). Adapun yang
dimaksud dengan hadits dhaif atau lemah adalah hadits yang tidak memenuhi sebagian
atau seluruh syarat hadits shahih dan hasan.7
Berbagai macam bentuk hadits dhaif muncul karena adanya faktor yang berbedabeda. Dengan demikian jumlah hadits dhaif menjadi banyak. Alasan atau faktor terjadinya
hadits dhaif adalah sebagai berikut:
1. Karena keterputusan sanad (Inqitha’ al-isnad)
Hadits yang sanadnya tidak bersambung (munqathi’), baik di tengah sanad maupu
dengan Nabi Muhammad SAW, dinilai sebagai hadits lemah atau hadits dhaif. Di

4

Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 59.
M. Syakur Sf. Op. Cit., h. 198-199.
6
Munzier Suparta. 200, Ilmu Hadis. Raja Grafindo Persada: Jakarta, h. 125.
7
Syuhudi ismail. Op.Cit., h.36.
5


antara hadits-hadits dhaif yang diketahui karena terputus sanadnya adalah sebagai
berikut:
a) Hadits Mursal
Secara harfiah kata mursal berarti terlepas, dilepaskan, terbebas atau dikirim.
Hadits mursal adalah hadits yang disandarkan oleh Tabi’in kepada Rasulullah
SAW tanpa menyebutkan nama shahabat yang membawa hadits. 8
b) Hadits Munqathi’
Munqathi’ adalah isim fa’il dari al-inqitha’ berarti lawannya bersambung (putus). 9
Secara istilah hadits munqathi’ adalah hadits yang gugur sanadnya di satu tempat
atau lebih, atau pada sanadnya disebutkan nama seseorang yang tidak dikenal
namanya.10

c) Hadits Mu’allaq
Mu’allaq berarti digantungkan. Hadits mu’allaq adalah hadits yang seseorang atau
lebih secara berurutan dalam sanad dinyatakan hilang. Status hadits ini adalah
dhaif kecuali ditemukan dalam buku yang sudah jelas status keshahihannya
d) Hadits Mu’adhdhal
Hadits mu’adhdhal adalah hadits yang dua orang atau lebih dalam sanadnya tidak
ada (majhul), karena hilang atau tidak disebutkan.11

e) Hadits Mudallas
Hadits mudallas adalah hadits yang terdapat perawi yang digugurkan oleh seorang
perawi secara sengaja dengan maksud untuk menutupi aibnya. Adapun perawi
yang melakukan penutupan aib perawi tersebut (gurunya) dinamakan mudallis,
sedangkan perbuatannya dinamakan tadlis. 12
2. Karena tiadanya sifat adil
a. Hadits Maudhu’
Secara bahasa al-maudhu’ adalah isim maf’ul dari wadha’a-yadha’u-wadh’an yang
mempunyai arti al-isqath (meletakkan atau menyimpan); al-iftira’ wa al-ikhtilaq
(mengada-ada atau membuat-buat); dan

at-tarku (ditinggal). Sedangkan secara

istilah hadits maudhu’ adalah hadits yang disandarkan kepada Rasulullah SAW
8

M. Syakur Sf. Op. Cit., h. 214
Mahmud Thahhan, pent. Zainul Muttaqin. 1997, Ulumul Hadits Titian Ilahi Press : Yogyakarta, h. 83.
10
Munzier Suparta. Op. Cit., h. 152.

11
M. Syakur Sf. Op. Cit., h. 215.
12
Ibid., h. 219.
9

secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan, berbuat, atau
menetapkannya.13
b. Hadits Matruk
Hadits matruk adalah hadits yang diriwayatkan oleh seseorang yang tertuduh dusta
terhadap hadits yang diriwayatkannya), atau nampak kefasikannya, baik pada
perbuatan atau pada perkataannya, atau orang yang banyak lupa atau banyak ragu.14
c. Hadits Munkar
Ulama hadits mendefisinikan dengan macam-macam, yang paling terkenal adalah
dua definisi, yaitu:
 Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar hadits munkar adalah hadits
yang dalam riwayatnya terdapat rawi yang sangat jelek hafalannya atau banyak
kesalahan atau nampak sifat fasiqnya.
 Hadits yang diriwayatkan oleh orang yang dhaif menyelisihi rawi yang
terpercaya.15

3. Karena tiadanya dhabit
a) Hadits Mudraj
Adalah hadits yang menampilkan redaksi tambahan, padahal bukan bagian dari
hadits. Macam-macam hadits idraj :
 Idraj fil matan yaitu tambahan dalam sanad, bisa di awal, tengah, atau akhir.
 Idraj fis sanad, bisa terjadi seorang rawi memasukkan suatu sanad padahal bukan
termasuk sanad dari hadits tersebut, atau seorang rawi memasukkan matan hadits
pada sanad yang bukan sanadnya.16
b) Hadits Maqlub
Adalah hadits yang lafadz matannya tertukar pada oleh salah seorang perawi, atau
seseorang pada sanadnya. Kemudian didahulukan dalam penyebutannya, yang
seharusnya disebut belakangan, atau mengakhirkan penyebutan, yang seharusnya
didahulukan, atau dengan diletakkannya sesuatu pada tempat yang lain.17
c) Hadits Mudhtharib
Adalah hadits yang diriwayatkan dengan bentuk yang bebeda-beda padahal dari satu
perawi (ynga meriwayatkan) dua atau lebih, atau dari dua perawi atau lebih yang
berdekatan. Kerancuan (idhthirab) ini bisa terjadi di sanad dan matan atau sanad dan
matan secara bersama-sama.
13


Munzier Suparta. Op. Cit., h. 176.
Ibid., h. 160.
15
Mahmud Thahhan. Op. Cit., h. 103.
16
Munzier Suparta. Op. Cit., h. 161.
17
Ibid., h.162
14

d) Hadits Mushahhaf dan Hadits Muharraf
 Hadits mushahhaf yaitu:
‫ما وقع فيه التغييرفي اللفظ اوالعمنى‬
“Terjadinya perubahan redaksi hadits dan maknanya”.
 Hadits muharraf
‫ما مواقعت المخالفة فيه بتغيير الشكل في الكلمة مع بقاء صورة الخط‬
“hadits yang perbedaannya terjadi disebabkan karena perubahan syakal kata dengan
masih tetapnya bentuk tulisannya”18
4. Karena kejanggalan dan kecacatan
a) Hadits Syadz

Adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang maqbul, akan tetapi bertentangan
matannya dengan periwayatan dari orang yang kualitasnya lebih utama 19

b) Hadits Mu’allal
Adalah hadits yang diketahui ‘illatnya setelah dilakukan penelitian dan
penyelidikan meskipun pada lahirnya nampak selamat dari cacat. 20

18

Ibid., h.163
Mahmud Thahhan. Op. Cit., h.127 .
20
Ibid., h. 109.
19

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hadits shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung, dari awal sampai akhir, para
periwayatnya bersifat adil dan dhabit, serta terhindar dari kejanggalan (syudzudz) dan
cacat (‘illat). Sifat adil berkaitan dengan kualitas pribadi, sedangkan sifat dhabit
berkaitan dengan kapasitas intelektual. Yang dimaksud dengan hadits hasan adalah
hadits yang sanadnya bersambung, dari awal sampai akhir, para periwayatnya bersifat
adil namun ke-dhabit-annya agak kurang sedikit, serta terhindar dari kejanggalan
(syudzudz) dan cacat (‘illat).
2. Yang tergolong dalam hadits mardud yaitu, hadits dhaif. Adapun yang dimaksud
dengan hadits dhaif atau lemah adalah hadits yang tidak memenuhi sebagian atau
seluruh syarat hadits shahih dan hasan.
Alasan atau faktor terjadinya hadits dhaif adalah sebagai berikut:
1) Karena keterputusan sanad (Inqitha’ al-isnad)
a. Hadits Mursal
b. Hadits Munqathi’
c. Haduts Mu’allaq
d. Hadits Mu’adhdhal
e. Hadits Mudallas
2) Karena tiadanya sifat adil
a. Hadits Maudhu’
b. Hadits Matruk
c. Hadits Mudallas
3) Karena tiadanya dhabit
a. Hadits Mudraj
b. Hadits Maqlub
c. Hadits Mudhtharib
d. Hadits Mushahhaf dan Hadits Muharraf
4) Karena kejanggalan dan kecacatan
a. Hadits Syadz
b. Hadits Mu’allal

B. Saran
Setelah pembaca mengerti dan memahami tentang kuliatas hadits berdasarkan kritik
sanadnya hendaknya pembaca dapat memilah mana hadits yang dapat dijadikan hujjah
dan mana yang tidak. Dan tentunyapenyusunan makalah ini tidaklah lepas dari kesalahan
dan kekurangan, oleh karena itu kepada para pembaca berkenan memberikan kritik dan
saran yang membangun demi kebaikan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Maliki, Muhammad Alawi.2006, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar.Pustaka Pelajar:
Yogyakarta
Ismail, Syuhudi. 2007, Metode Penelitian Hadis Nabi. PT Bulan Bintang: Jakarta.
Sf, M. Syakur. 2009, ‘Ulum al-Hadits Kajian Mushthalah dan Sejarah. MASEIFA Jendela
Ilmu: Kudus.
Suparta, Munzier. 200, Ilmu Hadis. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Thahhan, Mahmud, pent. Zainul Muttaqin. 1997, Ulumul Hadits Titian Ilahi Press
Yogyakarta.

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62