KETAATAN KEPADA HUKUM TUHAN DAN FUNGSI P
KETAATAN KEPADA HUKUM TUHAN
DAN FUNGSI PROFETIK AGAMA
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam Kompetensi Dasar 1
Tahun Pelajaran 2010 / 2011
Oleh:
1. Dewi Ermayanti
K1510014
2. Dewi Mulyani
K1510015
3. Dita Nugraheni Septyaningrum
K1510018
4. Inayah Probowati
K1510025
5. Lingga Pracna Paramita
K1510028
6. Nurul Fathatun A.
K1510034
PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL / BANGUNAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek penting dalam pengenalan kepada Allah sebenarnya adalah
memahami kehendak-Nya. Secara umum kita bisa berkata bahwa semua kejadian dan
pernak-perniknya yang disebut kehidupan adalah manifestasi-manifestasi dari Kehendak
Allah SWT. Kehendak Allah karena itu merupakan aktualitas dari setiap hasrat ilahiyah
yang menjadi peristiwa yang kemudian bisa dirasakan, baik dengan panca inderawi
maupun dengan kehalusan citarasa. Dan karena itu pula, pengungkapan suatu kejadian
sebagai Kehendak Allah harus disertai dengan pemahaman dan ilmu.
Kesederhanaan pengetahuan manusia tentang ketaatan kepada Allah lah yang
menjadikan manusia lalai terhadap perannya. Apabila tidak diketahuinya dasar
tersebut, semakin merebaknya ketidaktaatan manusia terhadap perintah Allah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas adalah;
Bagaimanakah ketaatan manusia itu, dan kenyataan yang ada pada kondisi Islam
saat ini, serta bagaimana cara mengatasi pihak yang tidak berpengetahuan tentang
ketaatan kepada Allah. Dengan perumusan masalah pengumpulan materi dari
berbagai pustaka kemudian diadakan presentasi yang akhirnya disimpulkan dan
diterapkan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
sebagai
tonggak
untuk
kehidupan
selanjutnya.
Agama Islam PTS/B
2
BAB II
KAJIAN TEORI
KONSEP KETAATAN KEPADA HUKUM TUHAN
DAN FUNGSI PROFETIK
AGAMA
A. Ketaatan Kepada Hukum Tuhan
Di dalam pembahasan tentang perintah Allah untuk taat kepada Rasul-Nya, AlBaihaqi berkata : " Bahwa keterangan tentang ketaatan kepada Allah adalah dengan
mentaati
utusan-Nya,
Allah
Subhanahu
wa
Ta'ala
berfirman.
"Artinya : Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya
mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka
barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa
dirinya sendiri dan barangsiapa menetapi janjinya kepada Allah maka Allah akan
memberinya
pahala
yang
besar".
[Al-Fath
Dan
:
10]
firman-Nya.
"Artinya : Barangsiapa yang menta'ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati
Allah".
[An-Nisaa
:
80]
Imam Syafi'i berkata : " Dalam ayat ini Allah mengajarkan kepada mereka bahwa
membai'at Rasulullah berarti sama dengan membai'at Allah dan taat kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah taat kepada Allah, maka Allah berfirman.
"Artinya : Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan,
dan
mereka
Agama Islam PTS/B
menerima
dengan
sepenuhnya".
[An-Nisa
:
65].
3
Imam Syafi'i mengatakan : "Ayat ini diturunkan pada seorang laki-laki yang bersengketa
dengan Az-Zubair tentang hak penyiraman tanah kebun, lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam memutuskan bahwa penyiraman itu adalah milik Az-Zubair, dan ketetapan itu
adalah Sunnah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mana dalam Al-Qur'an
tidak
ada
suatu
hukum
yang
menetapkan
tentang
perkara
ini.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Az-Zubair :
Bahwa seorang laki-laki dari golongan Anshar bersengketa dengan Az-Zubair tentang
tanah datar yang penuh bebatuan dan tempat mengalirnya air, yang mana air dari tempat
itu digunakan untuk menyirami pohon kurma, laki-laki dari golongan Anshar itu
berkata :"Biarkan air itu mengalir", lalu Zubair tidak memenuhi permintaan itu, maka
kedua orang ini menyerahkan perkara itu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,
maka
Rasulullah
Shallallahu
'alaihi
wa
sallam
bersabda.
"Artinya : Siramilah wahai Zubair kemudian alirkanlah air itu kepada tetangga".
Lalu laki-laki Anshar itu berkata : "Wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
apakah keputusan itu didasari karena Az-Zubair adalah saudara sepupumu", maka
berubahlah roman wajah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda.
"Artinya : Wahai Zubair siramlah kemudian bendunglah air itu hingga kembali
kepada
dinding-dinding
(pembatas)".
Kemudian Az-Zubair berkata : "Demi Allah sesungguhnya aku menduga bahwa ayat
ini
diturunkan
berkenaan
dengan
hal
itu".
Yakni
ayat.
"Artinya : Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan". [An-Nisa :
65]
Agama Islam PTS/B
4
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu
'anhu,
ia
berkata
:
Bersabda
Rasulullah
Shallallahu
'alaihi
wa
sallam.
"Artinya : Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan
barangsiapa yang durhaka terhadapku maka ia telah durhaka terhadap Allah".
Dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Jabir bin Abdullah, ia berkata : "Datang
malaikat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam saat beliau tidur, sebagian malaikat
berkata bahwa beliau tidur dan sebagian lain berkata bahwa yang tidur adalah matanya
namun hatinya jaga. Malaikat ini berkata : "Sesungguhnya sahabat kalian ini memiliki
perumpamaan maka berilah perumpamaan baginya". Maka di antara malaikat ada yang
berkata : "Sesungguhnya beliau tidur", sebagian lain berkata : "Sesungguhnya mata
beliau tidur namun hatinya jaga", maka malaikat itu berkata : "Perumpamaannya adalah
bagaikan seorang laki-laki yang membangun sebuah rumah, di dalam rumah itu ia
menyediakan meja yang di atasnya terdapat hidangan, lalu ia mengutus orang untuk
mengundang. Adapun yang memenuhi undangan itu maka ia masuk ke dalam rumah itu
dan memakan hidangan itu, sedangkan yang tidak memenuhi undangan tersebut, maka
tidak masuk ke dalam rumah itu dan tidak memakan hidangan tersebut". Para malaikat itu
berkata : "Ta'wilkanlah itu padanya sehingga dipahaminya". Maka di antara mereka ada
yang berkata : "Sesungguhnya beliau sedang tidur", sebagian lainnya berkata :
"Sesungguhnya matanya tertidur sedangkan hatinya jaga", maka berkata malaikat itu :
"Rumah itu adalah Surga, sedang orang yang mengundang itu adalah Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Barangsiapa yang mentaati Muhammad Shallallahu 'alaihi
wa sallam berarti ia taat kepada Allah, dan barangsiapa yang durhaka terhadap
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam berarti ia telah durhaka terhadap Allah.
Muhammad
adalah
(sosok)
yang
dapat
membedakan
manusia".
Dan telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu,
bahwa
Rasulullah
Shallallahu
'alaihi
wa
sallam
bersabda.
"Artinya : 'Setiap umatku akan masuk Surga kecuali yang tidak mau.?'. Para sahabat
Agama Islam PTS/B
5
bertanya : 'Wahai Rasulullah siapakah yang tidak mau ?'. Beliau bersabda : 'Barangsiapa
yang taat kepadaku maka ia masuk Surga dan barangsiapa yang tidak taat padaku maka
dialah
yang
tidak
mau
(masuk
Surga)".
Berkata Imam Syafi'i : Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan
sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui
orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada
kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan
ditimpa
cobaan
atau
ditimpa
azab
yang
pedih".
[An-Nur
:
63]
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Sufyan tentang firman Allah : "Maka hendaklah
orang-orang yang menyalahi perintah rasul takut akan ditimpa cobaan". Ia (Sufyan)
berkata : Maksudnya adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menutup hati
mereka untuk menerima segala sesuatu yang diberikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam kepada mereka dan meninggalkan segala sesuatu yang dilarang Rasulullah
Shallallahu
'alaihi
wa
sallam
terhadap
mereka,
maka
Allah
berfirman.
"Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya
bagimu
maka
tinggalkanlah".
[Al-Hasyr
:
7].
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Mas'ud
Radhiyallahu 'anhu, bahwa ia berkata : "Allah Subhanahu wa Ta'ala melaknat wanita
yang mentato tubuhnya, wanita yang meminta di tato tubuhnya, wanita yang mencabut
bulu (alis dan bulu mata) dan wanita yang membuat cela diantara giginya untuk
memperindah (dirinya) dengan merubah bentuk ciptaan Allah", kemudian ucapan Ibnu
Mas'ud ini sampai kepada seorang wanita yang dikenal dengan panggilan Ummu Yaq'ub,
maka Ummu Yaq'ub datang kepada Ibnu Mas'ud dan berkata : "Sesungguhnya telah
sampai berita kepadaku bahwa engkau mengucapkan begin dan begitu", maka Ibnu
Mas'ud berkata : "Apa tidak boleh saya melaknat orang yang dilaknat Rasulullah, dan hal
Agama Islam PTS/B
6
itu telah disebutkan dalam Kitabullah", lalu Ummu Yaq'ub berkata : "Sesungguhnya saya
telah membaca seluruh Al-Qur'an dan saya tidak mendapatkan tentang hal itu", Ibnu
Mas'ud berkata : "Jika engkau telah membaca Al-Qur'an maka engkau telah mendapatkan
tentang
itu,
apakah
engkau
membaca
firman
Allah.
"Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya
bagimu
maka
tinggalkan".
[Al-Hasyr
:
7]
Wanita itu menjawab : "Ya", Ibnu Mas'ud berkata : "Sesungguhnya Rasulullah
Shallalahu
'alaihi
wa
sallam
telah
melarang
hal
itu".
Berkata Imam Syafi'i : "Al-Qur'an juga telah menerangkan bahwa sesungguhnya
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberi petunjuk pada jalan yang lurus, Allah
berfirman.
"Artinya : Tetapi kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan
dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu
benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus (Yaitu) jalan Allah". [Asy-Syura :
52-53]
Berkata Imam Syafi'i : "Kewajiban bagi manusia yang hidup di zaman Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan bagi manusia yang hidup setelah beliau adalah
kewajiban yang sama, yaitu diwajibkan bagi tiap-tiap manusia untuk taat kepada
Rasulullah
Shallallahu
'alaihi
wa
sallam.
Kemudian Al-Baihaqi mengeluarkan suatu riwayat dengan sanadnya dari Maimun
bin
Marhan
tentang
firman
Allah.
"Artinya : Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (As-Sunnah)". [An-Nisa' : 59]
Agama Islam PTS/B
7
Maksud "mengembalikan kepada Allah" dalam ayat ini adalah mengembalikan
kepada kitab-Nya yaitu Al-Qur'an, sedangkan mengembalikan kepada Rasul Shallallahu
'alaihi wa sallam, jika beliau telah wafat "adalah kembali kepada Sunnah beliau".
Selanjutnya Al-Baihaqi menyebutkan suatu hadits riwayat Abu Daud dari Abu Rafi'i, ia
berkata
:
Bersabda
Rasulullah
Shallallahu
'laihi
wa
sallam.
"Artinya : Sungguh aku akan dapatkan seseorang di antara kalian yang tengah
bersandar di atas dipannya kemudian datang kepadanya suatu perkara dariku yang aku
perintahkan kepadanya atau aku larang baginya, lalu ia berkata: "Saya tidak tahu, apa
yang
kami
temukan
di
dalam
Kitabullah
maka
kami
mengikutinya".
Imam Syafi'i berkata : "Dalam hadits ini terkandung berita dari Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau memberitahukan kepada umatnya bahwa mereka
diharuskan mengikuti Sunnah Rasulullah walaupun tidak ada nashnya di dalam AlQur'an".
Kemudian Al-Baihaqi menyebutkan suatu hadits yang diriwayatkan pula oleh Abu
Daud dari Al-'Irbadh bin Syariyah, ia berkata : "Kami singgah bersama Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam di Khaibar dan bersama beliau ada para sahabat beliau, di
antara penduduk Khaibar terdapat seorang laki-laki yang datang menemui Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, laki-laki itu berkata : "Wahai Muhammad, apakah kalian
akan menyembelih keledai-keledai kami, apakah kalian akan memakan buah-buahan
kami, dan apakah kalian akan memukuli wanita-wanita kami .?, maka Nabi Shallallahu
'alaihi
wa
sallam
marah
dan
beliau
bersabda.
"Artinya : Wahai Ibnu Auf (seorang sahabat) naikilah kudamu, kemudian serukan
panggilan
agar
mereka
berkumpul
untuk
melaksanakan
shalat".
Maka para sahabat berkumpul dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengimami
mereka
shalat,
Agama Islam PTS/B
kemudian
beliau
berdiri
dan
bersabda.
8
"Artinya : Apakah seorang di antara kalian yang bersandar pada dipannya menduga,
bahwa Allah tidak mengharamkan sesuatu kecuali yang ada di dalam Al-Qur'an ini,
ketahuilah bahwa sesungguhnya aku -demi Allah- telah memerintahkan, aku telah
menasehati, dan aku telah melarang beberapa hal, sesungguhnya semua itu adalah sama
dengan Al-Qur'an atau lebih, dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak membolehkan
bagi kalian untuk masuk ke dalam rumah-rumah para ahlul kitab kecuali dengan izin,
tidak boleh memukul para wanita mereka, tidak boleh memakan buah-buahan mereka,
kecuali jika mereka memberi pada kalian dari apa yang ada pada mereka".
Agama Islam PTS/B
9
B. Fungsi Profetik Agama
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan
oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan
hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti
apa yang diuraikan di bawah:
Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya
manusia.
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia sentiasanya
memberi penerangan kepada dunia(secara keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di
dalam dunia. Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit dicapai melalui indra
manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam
menerangkan kepada umatnya bahwa dunia adalah ciptaan Allah(s.w.t) dan setiap
manusia harus menaati Allah(s.w.t).
Menjawab pelbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sebagian pertanyaan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan yang
tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan setelah mati,
tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan manusia, pertanyaanpertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk menjawabnya. Maka, agama itulah
fungsinya untuk menjawab soalan-soalan ini.
Memberi
rasa
kekitaan
kepada
sesuatu
kelompok
manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah
karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama,
melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
Memainkan
fungsi
peranan
sosial.
Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama
sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh
penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial.
Agama Islam PTS/B
10
Agama sebagai institusi keyakinan memiliki perangkat-perangkat yang memberikan
penjelasan dan konsepsi pada Tuhan, manusia dan alam semesta. Dari—nya memberikan
arah orientasi yang akan di capai oleh penganutnya untuk mewujudkan konsepsi ideal itu.
Dalam pencapaian tujuan itu, kadang menumbuhkan sikap fundamentalisme dan
radikalisme,
sebagai
konsekwensi
menghadapi
tantangan
dan
hambatan.
Sementara kekuasaan sebagai salah satu perangkat agama, sangat di tentukan oleh
“siapa” yang menjalankan kekuasaan itu. Artinya untuk tegaknya hukum-hukum agama
perlu di topang oleh kekuasaan yang pro—hukum agama. Walhasil pelaksanaan
kekuasaan diwarnai oleh nilai-nilai kultural keagamaan. Sisi ini merupakan penyatuan
agama dengan negara dalam pelasanaan kekuasaan, di samping sisi lain yakni pemisahan
agama dan negara serta pengakuan negara terhadapap nilai-nilai keberagamaan atau
pluralisme
dalam
arti
luas.
Agama Rakyat
Agama rakyat merupakan keyakinan yang hidup dan berkembang di dalam
masyarakat dan menjadi pendorong serta penggerak terjadinya perbaikan dan perubahan,
yang kadang dipengaruhi faktor kekuasaan. Agama rakyat itu merupakan agama
monoteisme yang melakukan perlawanan terhadap agama multiteisme. Agama
multiteisme meniscayakan dirinya sebagai pendukung banyak kebenaran yang hakikatnya
kebodohan dan kerusakan. Sebab kebenaran dan keadilan memiliki substansi pada suatu
kausa prima yang teraktualkan oleh manusia melalui sikap dan tingkah lakunya.
Agama rakyat dalam realitasnya dalam kehidupan masyarakat selalu memiliki
banyak sisi. Artinya realitas sosial selalu dipengaruhi oleh posisi agama. Olehnya itu,
Zainuddin Maliki menuliskan bahwa tesis agama rakyat dengan melihat fungsi-fungsinya
dalam
masyarakat,
dapat
di
kemukakan
berikut
:
Pertama, Integrasi. Agama rakyat dalam hal ini di posisikan sebagai kekuatan
penyatu dan kekuatan tarik-menarik (kohesi) sosial. Bahwa agama berfungsi sebagai
Agama Islam PTS/B
11
perekat yang menyatukan dan menjaga harmoni dalam masyarakat, meskipun
menghadapi perubahan sosial dan kekacauan. Dari itu masyarakat memiliki keyakinan
dan
kesadaran
kolektif
yang
berfungsi
mempersatukan
sistem
sosial.
Klaim fungsional ini memang memiliki akibat, tetapi masih memerlukan kualifikasi
tertentu, sebab meski agama rakyat dalam konteks Indonesia bergerak ke arah integrasi
negara, agama rakyat ternyata secara simultan mengalami disfungsional, sehingga justru
memberikan kontribusi yang kuat bagi timbulnya pengkotakan-pengkotan, yang di situ
muncul kelompok tertentu yang menganggap agama rakyat tidak memiliki makna selain
retorika
kosong
dari
elit
politik.
Kedua, legitimasi. Di sini agama rakyat di posisikan sebagai kekuatan legitimasi bagi
penguasa dalam menjalankan otoritas dan kekuasaannya di tengah konflik sosial-politik
dan ketidak-pastian. Antara pemimpin dan yang di pimpin merupakan faktor yang sangat
berpengaruh bagi kelangsungan sistem sosial. Dalam hal ini karakteristik otoritas
pemimpin akan menentukan legitimasi di hadapan yang di pimpin. Karakteristik itu bisa
berasal
dari
sumber
tradisonal,
legal
rasional
dan
kharisma
pemimpin.
Legitimasi ini tidak hanya dalam hubungan penguasa dan yang dikuasai, melainkan
juga menyangkut proses suatu sistem sosial dalam memberikan persetujuan masyarakat
dan institusi yang ada di dalamnya. Bahwa agama rakyat merupakan fenomena episodik
yang muncul tatkala keadaan menghadapi krisis, tetapi berubah kembali ketika keadaan
telah normal kembali. Selanjutnya munculnya agama rakyat mirip dengan manuver
kontrol sosial oleh elit politik dan bukan gerakan massa yang mencerminkan perjuangan
rakyat dalam mencoba mencari instrumen makna bagi kehidupan masyarakat.
Olehnya itu perlu diwaspadai ketika agama itu sekedar dijadikan sebagai instrument.
legitimasi tindakan penguasa yang tidak menggambarkan realitas sosial yang autentik,
dan di pakai tidak secara konsisten melainkan hanya secara episodik sesuai kebutuhan elit
politik ketika harus menghadapi krisis. Sebaiknya dalam hal ini, pemimpin politik dalam
masyarakat mendasarkan legitimasi kekuasaan dan otoritasnya pada efektifitas dalam
Agama Islam PTS/B
12
memperjuangan kebutuhan dan kepentingan masyarakat, ketimbang mengkaitkan dengan
agama
dan
nilai
moral.
Ketiga, Profetik. Fungsi profetik agama rakyat sebagai sumber penilaian profetik
bagi sebuah bangsa. Ia memperlihatkan jarak antara potensi bangsa dan apa yang sedang
dicapainya. Sistem keyakinan dalam hal ini dibutuhkan untuk menjamin moralitas
kesatuan dalam suatu negara. Oleh karena itu diperlukan otoritas untuk menciptakan dan
menjalankan hukum yang berlaku bagi semua anggota masyarakat. Moralitas individu
yang dibutuhkan, dengan meninggalkan egoisme dan lebih memberi simpati kepada
semua
manusia
atas
penderitaan
dan
kenestapaan.
Agama rakyat memposisikan dirinya sebagai medium pembebasan atas segala
kerusakan dan kebobrokan yang menimpa termasuk dilakukan oleh penguasa. Dalam hal
ini jika penguasa merupakan pendukung status quo maka agama rakyat menjadi
pendukung perubahan yang anti kemapanan dengan orientasi nilai-nilai humanistransenden. Nilai-nilai profetik keagamaan menjadi orientasi ideal serta motivasi dalam
menghadapi segala tantangan dan rintangan. Walhasil terjadi di kotomi antara agama
rakyat yang pro-perubahan dengan orientasi nilai-nilai humanis-transenden dengan
pendukung
realitas
sosial
yang
rusak
dan
bobrok.
Agama dan Perencanaan Sosial
Wacana agama dan perubahan sosial saat ini menjadi penggalan pendek sejarah
peradaban. Hubungan tersebut di bangun dari rumusan pertanyaan dan ragam
argumentasi mengenai letak agama dalam perubahan sosial. Merujuk pada Max Weber
(1864-1920), agama-lah yang berjasa melahirkan perubahan sosial yang paling
spektakuler dalam sejarah peradaban manusia. Dengan nilai-nilai keagamaan mendorong
penganutnya untuk melakukan perubahan sosial dalam rangka melahirkan peradaban
yang
lebih
humanis.
Sepanjang sejarah, agama berkonfrontasi bukan dengan non-agama. Agama berjuang
melawan agama. Agama monoteisme yang berdasarkan kesadaran, wawasan cinta dan
Agama Islam PTS/B
13
kebutuhan seseorang, primordial, kebutuhan filosofis berdiri berhadapan dengan agama
yang lahir dari kebodohan dan ketakutan. Pendikotomian itu berdasarkan nilai-nilai keagamaan yang terdapat pada setiap agama dan keyakinan. Bahwa di agama dan
keyakinan itu selalu mengakui dan meng-orientasikan diri pada keadaan yang humanistransenden.
Setiap kali Nabi diutus kepada agama monoteisme yang merupakan agama
revolusioner, untuk bangkit dan melawan agama multiteisme, umat manusia di seru untuk
mengikuti hukum alam yang mengatur jagad raya, perjalanan penciptaan yang
merupakan kehendak Tuhan. Pada dasarnya, kewajiban agama monoteisme adalah
pemberontakan, penolakan dan kata ‘tidak’ di hadapan kekuasaan yang lain.
Sebaliknya, bertentangan dengan penyembahan Tuhan, ada penyembangan penguasa
arogan yang memberontak melawan perintah-perintah Tuhan, yang menyeru manusia
untuk melawan sistem kebenaran yang mengatur alam dan kehidupan manusia,
menimbulkan perbudakan dan berbagai macam berhala yang mewakili berbagai
kekuasaan
masyarakat.
Dari sini orang-orang tertindas membentuk suatu barisan perjuangan yang belum di
selewengkan sehingga memungkinkan dilakukannya deduksi dari bagian-bagian kitab
suci agama. Perlawanan itu ditujukan pada para aristokrat yang kaya, orang-orang
serakah yang hidup dalam kemakmuran dan kemewahan, penguasa tanpa punya rasa
tanggung jawab yang jelas-jelas atas namanya sendiri maupun dengan melindungi dirinya
di
bawah
legitimasi
agama
Tuhan
dan
rakyat.
Agama monoteisme mengumandangkan bahwa Tuhan adalah pendukung orangorang yang tertindas dan tertekan. Ia menyeru rakyat untuk menegakkan keadilan. Agama
monoteisme lahir dari kesadaran dan kebutuhan terhadap cinta, penyembahan dan
kesadaran bagi rakyat. Lebih dari itu, ia berbentuk suatu gerakan kritik melawan sejarah
yang
telah
Agama Islam PTS/B
dirusak
dan
diracuni.
14
Perubahan sosial menjadikan gerakan yang selalu berasosiasi dengan tindakantindakan yang dilakukan untuk memberikan respon atau reaksi atas kondisi tertentu di
masyarakat. Respon atau reaksi terhadap suatu keadaan, adalah respon yang diberikan
oleh agama monoteisme dalam masyarakat yang ingin mendorong perubahan. Perubahan
sosial itu diawali dengan terjadinya relasi kekuasaan atau perubahan tata kekuasaan yang
tentunya hal itu bukan akhir, tetapi awal. Artinya, perubahan yang dimaksud bukan
sekedar suatu proyek penggantian kekuasaan, atau sirkulasi kekuasaan—melainkan suatu
proses yang selalu aktif dan pro-perubahan sehingga terwujud suatu peradaban yang
humanis-transenden.
Agama Islam PTS/B
15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Agama sebagai bagian dari kebudayaan manusia tidak hanya dipandang sebagai
bentuk ekspresi tapi juga isi. Ekspresi berupa tanda-tanda fisik sedangkan isi adalah
fungsi (Umberto Eco, 1976). Dalam ranah kebudayaan, simbolisasi melalui kata, kalimat,
teks, perilaku sampai peribadatan pertama-tama muncul sebagai representasi dari isi.
Objek aktual di dunia ini akan bernilai guna jika ia ditandai dan fungsinya telah dikenali.
Ketika manusia pertama kali menemukan suatu tumbuhan dan mengenali fungsinya
untuk kesehatan, maka tumbuhan itu adalah obat (ekspresi) yang menjadi bagian dari
kebudayaan manusia karena berguna untuk menyembuhkan suatu penyakit (isi-fungsi).
Begitu pula dalam agama, ekspresi simbolik harus merepresentasikan isi dari keluhuran
agama. Dalam skala kecil, ucapan salam, cara berpakaian, pola hubungan, dan bentuk
peribadatan bukan sekadar ekspresi simbolik semata tapi isi yang dikontekstualisasikan.
B. Saran
Berkaitan dengan materi pembahasan di atas dapat disarankan sebagai berikut:
1. Agar manusia taat kepada hukum Allah, manusia memerlukan kesadaran bahwa
Allah lah Sang Maha Pencipta.
2. Untuk mengatasi pihak yang kurang sadar terhadap ketaatan kepada
Allah,
manusia hendaknya menyadari bahwa ada surga dan neraka sebagai timbal
balik perbuatan manusia di dunia.
Agama Islam PTS/B
16
DAN FUNGSI PROFETIK AGAMA
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam Kompetensi Dasar 1
Tahun Pelajaran 2010 / 2011
Oleh:
1. Dewi Ermayanti
K1510014
2. Dewi Mulyani
K1510015
3. Dita Nugraheni Septyaningrum
K1510018
4. Inayah Probowati
K1510025
5. Lingga Pracna Paramita
K1510028
6. Nurul Fathatun A.
K1510034
PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL / BANGUNAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek penting dalam pengenalan kepada Allah sebenarnya adalah
memahami kehendak-Nya. Secara umum kita bisa berkata bahwa semua kejadian dan
pernak-perniknya yang disebut kehidupan adalah manifestasi-manifestasi dari Kehendak
Allah SWT. Kehendak Allah karena itu merupakan aktualitas dari setiap hasrat ilahiyah
yang menjadi peristiwa yang kemudian bisa dirasakan, baik dengan panca inderawi
maupun dengan kehalusan citarasa. Dan karena itu pula, pengungkapan suatu kejadian
sebagai Kehendak Allah harus disertai dengan pemahaman dan ilmu.
Kesederhanaan pengetahuan manusia tentang ketaatan kepada Allah lah yang
menjadikan manusia lalai terhadap perannya. Apabila tidak diketahuinya dasar
tersebut, semakin merebaknya ketidaktaatan manusia terhadap perintah Allah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas adalah;
Bagaimanakah ketaatan manusia itu, dan kenyataan yang ada pada kondisi Islam
saat ini, serta bagaimana cara mengatasi pihak yang tidak berpengetahuan tentang
ketaatan kepada Allah. Dengan perumusan masalah pengumpulan materi dari
berbagai pustaka kemudian diadakan presentasi yang akhirnya disimpulkan dan
diterapkan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
sebagai
tonggak
untuk
kehidupan
selanjutnya.
Agama Islam PTS/B
2
BAB II
KAJIAN TEORI
KONSEP KETAATAN KEPADA HUKUM TUHAN
DAN FUNGSI PROFETIK
AGAMA
A. Ketaatan Kepada Hukum Tuhan
Di dalam pembahasan tentang perintah Allah untuk taat kepada Rasul-Nya, AlBaihaqi berkata : " Bahwa keterangan tentang ketaatan kepada Allah adalah dengan
mentaati
utusan-Nya,
Allah
Subhanahu
wa
Ta'ala
berfirman.
"Artinya : Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya
mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka
barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa
dirinya sendiri dan barangsiapa menetapi janjinya kepada Allah maka Allah akan
memberinya
pahala
yang
besar".
[Al-Fath
Dan
:
10]
firman-Nya.
"Artinya : Barangsiapa yang menta'ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati
Allah".
[An-Nisaa
:
80]
Imam Syafi'i berkata : " Dalam ayat ini Allah mengajarkan kepada mereka bahwa
membai'at Rasulullah berarti sama dengan membai'at Allah dan taat kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah taat kepada Allah, maka Allah berfirman.
"Artinya : Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan,
dan
mereka
Agama Islam PTS/B
menerima
dengan
sepenuhnya".
[An-Nisa
:
65].
3
Imam Syafi'i mengatakan : "Ayat ini diturunkan pada seorang laki-laki yang bersengketa
dengan Az-Zubair tentang hak penyiraman tanah kebun, lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam memutuskan bahwa penyiraman itu adalah milik Az-Zubair, dan ketetapan itu
adalah Sunnah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mana dalam Al-Qur'an
tidak
ada
suatu
hukum
yang
menetapkan
tentang
perkara
ini.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Az-Zubair :
Bahwa seorang laki-laki dari golongan Anshar bersengketa dengan Az-Zubair tentang
tanah datar yang penuh bebatuan dan tempat mengalirnya air, yang mana air dari tempat
itu digunakan untuk menyirami pohon kurma, laki-laki dari golongan Anshar itu
berkata :"Biarkan air itu mengalir", lalu Zubair tidak memenuhi permintaan itu, maka
kedua orang ini menyerahkan perkara itu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,
maka
Rasulullah
Shallallahu
'alaihi
wa
sallam
bersabda.
"Artinya : Siramilah wahai Zubair kemudian alirkanlah air itu kepada tetangga".
Lalu laki-laki Anshar itu berkata : "Wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
apakah keputusan itu didasari karena Az-Zubair adalah saudara sepupumu", maka
berubahlah roman wajah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda.
"Artinya : Wahai Zubair siramlah kemudian bendunglah air itu hingga kembali
kepada
dinding-dinding
(pembatas)".
Kemudian Az-Zubair berkata : "Demi Allah sesungguhnya aku menduga bahwa ayat
ini
diturunkan
berkenaan
dengan
hal
itu".
Yakni
ayat.
"Artinya : Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan". [An-Nisa :
65]
Agama Islam PTS/B
4
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu
'anhu,
ia
berkata
:
Bersabda
Rasulullah
Shallallahu
'alaihi
wa
sallam.
"Artinya : Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan
barangsiapa yang durhaka terhadapku maka ia telah durhaka terhadap Allah".
Dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Jabir bin Abdullah, ia berkata : "Datang
malaikat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam saat beliau tidur, sebagian malaikat
berkata bahwa beliau tidur dan sebagian lain berkata bahwa yang tidur adalah matanya
namun hatinya jaga. Malaikat ini berkata : "Sesungguhnya sahabat kalian ini memiliki
perumpamaan maka berilah perumpamaan baginya". Maka di antara malaikat ada yang
berkata : "Sesungguhnya beliau tidur", sebagian lain berkata : "Sesungguhnya mata
beliau tidur namun hatinya jaga", maka malaikat itu berkata : "Perumpamaannya adalah
bagaikan seorang laki-laki yang membangun sebuah rumah, di dalam rumah itu ia
menyediakan meja yang di atasnya terdapat hidangan, lalu ia mengutus orang untuk
mengundang. Adapun yang memenuhi undangan itu maka ia masuk ke dalam rumah itu
dan memakan hidangan itu, sedangkan yang tidak memenuhi undangan tersebut, maka
tidak masuk ke dalam rumah itu dan tidak memakan hidangan tersebut". Para malaikat itu
berkata : "Ta'wilkanlah itu padanya sehingga dipahaminya". Maka di antara mereka ada
yang berkata : "Sesungguhnya beliau sedang tidur", sebagian lainnya berkata :
"Sesungguhnya matanya tertidur sedangkan hatinya jaga", maka berkata malaikat itu :
"Rumah itu adalah Surga, sedang orang yang mengundang itu adalah Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Barangsiapa yang mentaati Muhammad Shallallahu 'alaihi
wa sallam berarti ia taat kepada Allah, dan barangsiapa yang durhaka terhadap
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam berarti ia telah durhaka terhadap Allah.
Muhammad
adalah
(sosok)
yang
dapat
membedakan
manusia".
Dan telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu,
bahwa
Rasulullah
Shallallahu
'alaihi
wa
sallam
bersabda.
"Artinya : 'Setiap umatku akan masuk Surga kecuali yang tidak mau.?'. Para sahabat
Agama Islam PTS/B
5
bertanya : 'Wahai Rasulullah siapakah yang tidak mau ?'. Beliau bersabda : 'Barangsiapa
yang taat kepadaku maka ia masuk Surga dan barangsiapa yang tidak taat padaku maka
dialah
yang
tidak
mau
(masuk
Surga)".
Berkata Imam Syafi'i : Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan
sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui
orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada
kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan
ditimpa
cobaan
atau
ditimpa
azab
yang
pedih".
[An-Nur
:
63]
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Sufyan tentang firman Allah : "Maka hendaklah
orang-orang yang menyalahi perintah rasul takut akan ditimpa cobaan". Ia (Sufyan)
berkata : Maksudnya adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menutup hati
mereka untuk menerima segala sesuatu yang diberikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam kepada mereka dan meninggalkan segala sesuatu yang dilarang Rasulullah
Shallallahu
'alaihi
wa
sallam
terhadap
mereka,
maka
Allah
berfirman.
"Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya
bagimu
maka
tinggalkanlah".
[Al-Hasyr
:
7].
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Mas'ud
Radhiyallahu 'anhu, bahwa ia berkata : "Allah Subhanahu wa Ta'ala melaknat wanita
yang mentato tubuhnya, wanita yang meminta di tato tubuhnya, wanita yang mencabut
bulu (alis dan bulu mata) dan wanita yang membuat cela diantara giginya untuk
memperindah (dirinya) dengan merubah bentuk ciptaan Allah", kemudian ucapan Ibnu
Mas'ud ini sampai kepada seorang wanita yang dikenal dengan panggilan Ummu Yaq'ub,
maka Ummu Yaq'ub datang kepada Ibnu Mas'ud dan berkata : "Sesungguhnya telah
sampai berita kepadaku bahwa engkau mengucapkan begin dan begitu", maka Ibnu
Mas'ud berkata : "Apa tidak boleh saya melaknat orang yang dilaknat Rasulullah, dan hal
Agama Islam PTS/B
6
itu telah disebutkan dalam Kitabullah", lalu Ummu Yaq'ub berkata : "Sesungguhnya saya
telah membaca seluruh Al-Qur'an dan saya tidak mendapatkan tentang hal itu", Ibnu
Mas'ud berkata : "Jika engkau telah membaca Al-Qur'an maka engkau telah mendapatkan
tentang
itu,
apakah
engkau
membaca
firman
Allah.
"Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya
bagimu
maka
tinggalkan".
[Al-Hasyr
:
7]
Wanita itu menjawab : "Ya", Ibnu Mas'ud berkata : "Sesungguhnya Rasulullah
Shallalahu
'alaihi
wa
sallam
telah
melarang
hal
itu".
Berkata Imam Syafi'i : "Al-Qur'an juga telah menerangkan bahwa sesungguhnya
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberi petunjuk pada jalan yang lurus, Allah
berfirman.
"Artinya : Tetapi kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan
dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu
benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus (Yaitu) jalan Allah". [Asy-Syura :
52-53]
Berkata Imam Syafi'i : "Kewajiban bagi manusia yang hidup di zaman Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan bagi manusia yang hidup setelah beliau adalah
kewajiban yang sama, yaitu diwajibkan bagi tiap-tiap manusia untuk taat kepada
Rasulullah
Shallallahu
'alaihi
wa
sallam.
Kemudian Al-Baihaqi mengeluarkan suatu riwayat dengan sanadnya dari Maimun
bin
Marhan
tentang
firman
Allah.
"Artinya : Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (As-Sunnah)". [An-Nisa' : 59]
Agama Islam PTS/B
7
Maksud "mengembalikan kepada Allah" dalam ayat ini adalah mengembalikan
kepada kitab-Nya yaitu Al-Qur'an, sedangkan mengembalikan kepada Rasul Shallallahu
'alaihi wa sallam, jika beliau telah wafat "adalah kembali kepada Sunnah beliau".
Selanjutnya Al-Baihaqi menyebutkan suatu hadits riwayat Abu Daud dari Abu Rafi'i, ia
berkata
:
Bersabda
Rasulullah
Shallallahu
'laihi
wa
sallam.
"Artinya : Sungguh aku akan dapatkan seseorang di antara kalian yang tengah
bersandar di atas dipannya kemudian datang kepadanya suatu perkara dariku yang aku
perintahkan kepadanya atau aku larang baginya, lalu ia berkata: "Saya tidak tahu, apa
yang
kami
temukan
di
dalam
Kitabullah
maka
kami
mengikutinya".
Imam Syafi'i berkata : "Dalam hadits ini terkandung berita dari Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau memberitahukan kepada umatnya bahwa mereka
diharuskan mengikuti Sunnah Rasulullah walaupun tidak ada nashnya di dalam AlQur'an".
Kemudian Al-Baihaqi menyebutkan suatu hadits yang diriwayatkan pula oleh Abu
Daud dari Al-'Irbadh bin Syariyah, ia berkata : "Kami singgah bersama Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam di Khaibar dan bersama beliau ada para sahabat beliau, di
antara penduduk Khaibar terdapat seorang laki-laki yang datang menemui Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, laki-laki itu berkata : "Wahai Muhammad, apakah kalian
akan menyembelih keledai-keledai kami, apakah kalian akan memakan buah-buahan
kami, dan apakah kalian akan memukuli wanita-wanita kami .?, maka Nabi Shallallahu
'alaihi
wa
sallam
marah
dan
beliau
bersabda.
"Artinya : Wahai Ibnu Auf (seorang sahabat) naikilah kudamu, kemudian serukan
panggilan
agar
mereka
berkumpul
untuk
melaksanakan
shalat".
Maka para sahabat berkumpul dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengimami
mereka
shalat,
Agama Islam PTS/B
kemudian
beliau
berdiri
dan
bersabda.
8
"Artinya : Apakah seorang di antara kalian yang bersandar pada dipannya menduga,
bahwa Allah tidak mengharamkan sesuatu kecuali yang ada di dalam Al-Qur'an ini,
ketahuilah bahwa sesungguhnya aku -demi Allah- telah memerintahkan, aku telah
menasehati, dan aku telah melarang beberapa hal, sesungguhnya semua itu adalah sama
dengan Al-Qur'an atau lebih, dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak membolehkan
bagi kalian untuk masuk ke dalam rumah-rumah para ahlul kitab kecuali dengan izin,
tidak boleh memukul para wanita mereka, tidak boleh memakan buah-buahan mereka,
kecuali jika mereka memberi pada kalian dari apa yang ada pada mereka".
Agama Islam PTS/B
9
B. Fungsi Profetik Agama
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan
oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan
hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti
apa yang diuraikan di bawah:
Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya
manusia.
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia sentiasanya
memberi penerangan kepada dunia(secara keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di
dalam dunia. Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit dicapai melalui indra
manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam
menerangkan kepada umatnya bahwa dunia adalah ciptaan Allah(s.w.t) dan setiap
manusia harus menaati Allah(s.w.t).
Menjawab pelbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sebagian pertanyaan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan yang
tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan setelah mati,
tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan manusia, pertanyaanpertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk menjawabnya. Maka, agama itulah
fungsinya untuk menjawab soalan-soalan ini.
Memberi
rasa
kekitaan
kepada
sesuatu
kelompok
manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah
karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama,
melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
Memainkan
fungsi
peranan
sosial.
Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama
sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh
penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial.
Agama Islam PTS/B
10
Agama sebagai institusi keyakinan memiliki perangkat-perangkat yang memberikan
penjelasan dan konsepsi pada Tuhan, manusia dan alam semesta. Dari—nya memberikan
arah orientasi yang akan di capai oleh penganutnya untuk mewujudkan konsepsi ideal itu.
Dalam pencapaian tujuan itu, kadang menumbuhkan sikap fundamentalisme dan
radikalisme,
sebagai
konsekwensi
menghadapi
tantangan
dan
hambatan.
Sementara kekuasaan sebagai salah satu perangkat agama, sangat di tentukan oleh
“siapa” yang menjalankan kekuasaan itu. Artinya untuk tegaknya hukum-hukum agama
perlu di topang oleh kekuasaan yang pro—hukum agama. Walhasil pelaksanaan
kekuasaan diwarnai oleh nilai-nilai kultural keagamaan. Sisi ini merupakan penyatuan
agama dengan negara dalam pelasanaan kekuasaan, di samping sisi lain yakni pemisahan
agama dan negara serta pengakuan negara terhadapap nilai-nilai keberagamaan atau
pluralisme
dalam
arti
luas.
Agama Rakyat
Agama rakyat merupakan keyakinan yang hidup dan berkembang di dalam
masyarakat dan menjadi pendorong serta penggerak terjadinya perbaikan dan perubahan,
yang kadang dipengaruhi faktor kekuasaan. Agama rakyat itu merupakan agama
monoteisme yang melakukan perlawanan terhadap agama multiteisme. Agama
multiteisme meniscayakan dirinya sebagai pendukung banyak kebenaran yang hakikatnya
kebodohan dan kerusakan. Sebab kebenaran dan keadilan memiliki substansi pada suatu
kausa prima yang teraktualkan oleh manusia melalui sikap dan tingkah lakunya.
Agama rakyat dalam realitasnya dalam kehidupan masyarakat selalu memiliki
banyak sisi. Artinya realitas sosial selalu dipengaruhi oleh posisi agama. Olehnya itu,
Zainuddin Maliki menuliskan bahwa tesis agama rakyat dengan melihat fungsi-fungsinya
dalam
masyarakat,
dapat
di
kemukakan
berikut
:
Pertama, Integrasi. Agama rakyat dalam hal ini di posisikan sebagai kekuatan
penyatu dan kekuatan tarik-menarik (kohesi) sosial. Bahwa agama berfungsi sebagai
Agama Islam PTS/B
11
perekat yang menyatukan dan menjaga harmoni dalam masyarakat, meskipun
menghadapi perubahan sosial dan kekacauan. Dari itu masyarakat memiliki keyakinan
dan
kesadaran
kolektif
yang
berfungsi
mempersatukan
sistem
sosial.
Klaim fungsional ini memang memiliki akibat, tetapi masih memerlukan kualifikasi
tertentu, sebab meski agama rakyat dalam konteks Indonesia bergerak ke arah integrasi
negara, agama rakyat ternyata secara simultan mengalami disfungsional, sehingga justru
memberikan kontribusi yang kuat bagi timbulnya pengkotakan-pengkotan, yang di situ
muncul kelompok tertentu yang menganggap agama rakyat tidak memiliki makna selain
retorika
kosong
dari
elit
politik.
Kedua, legitimasi. Di sini agama rakyat di posisikan sebagai kekuatan legitimasi bagi
penguasa dalam menjalankan otoritas dan kekuasaannya di tengah konflik sosial-politik
dan ketidak-pastian. Antara pemimpin dan yang di pimpin merupakan faktor yang sangat
berpengaruh bagi kelangsungan sistem sosial. Dalam hal ini karakteristik otoritas
pemimpin akan menentukan legitimasi di hadapan yang di pimpin. Karakteristik itu bisa
berasal
dari
sumber
tradisonal,
legal
rasional
dan
kharisma
pemimpin.
Legitimasi ini tidak hanya dalam hubungan penguasa dan yang dikuasai, melainkan
juga menyangkut proses suatu sistem sosial dalam memberikan persetujuan masyarakat
dan institusi yang ada di dalamnya. Bahwa agama rakyat merupakan fenomena episodik
yang muncul tatkala keadaan menghadapi krisis, tetapi berubah kembali ketika keadaan
telah normal kembali. Selanjutnya munculnya agama rakyat mirip dengan manuver
kontrol sosial oleh elit politik dan bukan gerakan massa yang mencerminkan perjuangan
rakyat dalam mencoba mencari instrumen makna bagi kehidupan masyarakat.
Olehnya itu perlu diwaspadai ketika agama itu sekedar dijadikan sebagai instrument.
legitimasi tindakan penguasa yang tidak menggambarkan realitas sosial yang autentik,
dan di pakai tidak secara konsisten melainkan hanya secara episodik sesuai kebutuhan elit
politik ketika harus menghadapi krisis. Sebaiknya dalam hal ini, pemimpin politik dalam
masyarakat mendasarkan legitimasi kekuasaan dan otoritasnya pada efektifitas dalam
Agama Islam PTS/B
12
memperjuangan kebutuhan dan kepentingan masyarakat, ketimbang mengkaitkan dengan
agama
dan
nilai
moral.
Ketiga, Profetik. Fungsi profetik agama rakyat sebagai sumber penilaian profetik
bagi sebuah bangsa. Ia memperlihatkan jarak antara potensi bangsa dan apa yang sedang
dicapainya. Sistem keyakinan dalam hal ini dibutuhkan untuk menjamin moralitas
kesatuan dalam suatu negara. Oleh karena itu diperlukan otoritas untuk menciptakan dan
menjalankan hukum yang berlaku bagi semua anggota masyarakat. Moralitas individu
yang dibutuhkan, dengan meninggalkan egoisme dan lebih memberi simpati kepada
semua
manusia
atas
penderitaan
dan
kenestapaan.
Agama rakyat memposisikan dirinya sebagai medium pembebasan atas segala
kerusakan dan kebobrokan yang menimpa termasuk dilakukan oleh penguasa. Dalam hal
ini jika penguasa merupakan pendukung status quo maka agama rakyat menjadi
pendukung perubahan yang anti kemapanan dengan orientasi nilai-nilai humanistransenden. Nilai-nilai profetik keagamaan menjadi orientasi ideal serta motivasi dalam
menghadapi segala tantangan dan rintangan. Walhasil terjadi di kotomi antara agama
rakyat yang pro-perubahan dengan orientasi nilai-nilai humanis-transenden dengan
pendukung
realitas
sosial
yang
rusak
dan
bobrok.
Agama dan Perencanaan Sosial
Wacana agama dan perubahan sosial saat ini menjadi penggalan pendek sejarah
peradaban. Hubungan tersebut di bangun dari rumusan pertanyaan dan ragam
argumentasi mengenai letak agama dalam perubahan sosial. Merujuk pada Max Weber
(1864-1920), agama-lah yang berjasa melahirkan perubahan sosial yang paling
spektakuler dalam sejarah peradaban manusia. Dengan nilai-nilai keagamaan mendorong
penganutnya untuk melakukan perubahan sosial dalam rangka melahirkan peradaban
yang
lebih
humanis.
Sepanjang sejarah, agama berkonfrontasi bukan dengan non-agama. Agama berjuang
melawan agama. Agama monoteisme yang berdasarkan kesadaran, wawasan cinta dan
Agama Islam PTS/B
13
kebutuhan seseorang, primordial, kebutuhan filosofis berdiri berhadapan dengan agama
yang lahir dari kebodohan dan ketakutan. Pendikotomian itu berdasarkan nilai-nilai keagamaan yang terdapat pada setiap agama dan keyakinan. Bahwa di agama dan
keyakinan itu selalu mengakui dan meng-orientasikan diri pada keadaan yang humanistransenden.
Setiap kali Nabi diutus kepada agama monoteisme yang merupakan agama
revolusioner, untuk bangkit dan melawan agama multiteisme, umat manusia di seru untuk
mengikuti hukum alam yang mengatur jagad raya, perjalanan penciptaan yang
merupakan kehendak Tuhan. Pada dasarnya, kewajiban agama monoteisme adalah
pemberontakan, penolakan dan kata ‘tidak’ di hadapan kekuasaan yang lain.
Sebaliknya, bertentangan dengan penyembahan Tuhan, ada penyembangan penguasa
arogan yang memberontak melawan perintah-perintah Tuhan, yang menyeru manusia
untuk melawan sistem kebenaran yang mengatur alam dan kehidupan manusia,
menimbulkan perbudakan dan berbagai macam berhala yang mewakili berbagai
kekuasaan
masyarakat.
Dari sini orang-orang tertindas membentuk suatu barisan perjuangan yang belum di
selewengkan sehingga memungkinkan dilakukannya deduksi dari bagian-bagian kitab
suci agama. Perlawanan itu ditujukan pada para aristokrat yang kaya, orang-orang
serakah yang hidup dalam kemakmuran dan kemewahan, penguasa tanpa punya rasa
tanggung jawab yang jelas-jelas atas namanya sendiri maupun dengan melindungi dirinya
di
bawah
legitimasi
agama
Tuhan
dan
rakyat.
Agama monoteisme mengumandangkan bahwa Tuhan adalah pendukung orangorang yang tertindas dan tertekan. Ia menyeru rakyat untuk menegakkan keadilan. Agama
monoteisme lahir dari kesadaran dan kebutuhan terhadap cinta, penyembahan dan
kesadaran bagi rakyat. Lebih dari itu, ia berbentuk suatu gerakan kritik melawan sejarah
yang
telah
Agama Islam PTS/B
dirusak
dan
diracuni.
14
Perubahan sosial menjadikan gerakan yang selalu berasosiasi dengan tindakantindakan yang dilakukan untuk memberikan respon atau reaksi atas kondisi tertentu di
masyarakat. Respon atau reaksi terhadap suatu keadaan, adalah respon yang diberikan
oleh agama monoteisme dalam masyarakat yang ingin mendorong perubahan. Perubahan
sosial itu diawali dengan terjadinya relasi kekuasaan atau perubahan tata kekuasaan yang
tentunya hal itu bukan akhir, tetapi awal. Artinya, perubahan yang dimaksud bukan
sekedar suatu proyek penggantian kekuasaan, atau sirkulasi kekuasaan—melainkan suatu
proses yang selalu aktif dan pro-perubahan sehingga terwujud suatu peradaban yang
humanis-transenden.
Agama Islam PTS/B
15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Agama sebagai bagian dari kebudayaan manusia tidak hanya dipandang sebagai
bentuk ekspresi tapi juga isi. Ekspresi berupa tanda-tanda fisik sedangkan isi adalah
fungsi (Umberto Eco, 1976). Dalam ranah kebudayaan, simbolisasi melalui kata, kalimat,
teks, perilaku sampai peribadatan pertama-tama muncul sebagai representasi dari isi.
Objek aktual di dunia ini akan bernilai guna jika ia ditandai dan fungsinya telah dikenali.
Ketika manusia pertama kali menemukan suatu tumbuhan dan mengenali fungsinya
untuk kesehatan, maka tumbuhan itu adalah obat (ekspresi) yang menjadi bagian dari
kebudayaan manusia karena berguna untuk menyembuhkan suatu penyakit (isi-fungsi).
Begitu pula dalam agama, ekspresi simbolik harus merepresentasikan isi dari keluhuran
agama. Dalam skala kecil, ucapan salam, cara berpakaian, pola hubungan, dan bentuk
peribadatan bukan sekadar ekspresi simbolik semata tapi isi yang dikontekstualisasikan.
B. Saran
Berkaitan dengan materi pembahasan di atas dapat disarankan sebagai berikut:
1. Agar manusia taat kepada hukum Allah, manusia memerlukan kesadaran bahwa
Allah lah Sang Maha Pencipta.
2. Untuk mengatasi pihak yang kurang sadar terhadap ketaatan kepada
Allah,
manusia hendaknya menyadari bahwa ada surga dan neraka sebagai timbal
balik perbuatan manusia di dunia.
Agama Islam PTS/B
16