PENGUJIAN EKSTRAK AIR DAN FRAKSI FRAKSI

JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.IV, No. 1, Januari 2015
PENGUJIAN EKSTRAK AIR DAN FRAKSI-FRAKSI DAUN TEH HIJAU (Camellia
sinensis (L.) Kuntze) TERHADAP AKTIVITAS BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
(Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus)
Seno Aulia Ardiansyah1, Putranti Adirestuti2, Yesi Desmiaty2
1

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, 2Universitas Jenderal Achmad Yani

Abstrak
Telah dilakukan pengujian ekstrak air, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air daun teh
hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) terhadap aktivitas bakteri penyebab jerawat yaitu
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus dengan menggunakan metode difusi agar
perforasi. Ekstraksi daun teh hijau dilakukan dengan cara perebusan menggunakan pelarut air,
dilanjutkan dengan fraksinasi cair-cair menggunakan pelarut n-heksan-air (1:1) dan etil asetatair (1:1). Hasil pengujian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat paling potensial dalam
menghambat kedua bakteri uji. Konsentrasi hambat minimum (KHM) dari fraksi etil asetat
terhadap aktivitas Propionibacterium acnes adalah 2%, dengan diameter hambat 14,15 mm,
sedangkan konsentrasi hambat minimum (KHM) dari fraksi etil asetat terhadap aktivitas

Staphylococcus aureus adalah 2%, dengan diameter hambat 14,84 mm. Hasil pemeriksaan
kandungan kimia fraksi etil asetat daun teh hijau menunjukkan terdapatnya flavonoid, polifenol,
tanin, monoterpenoid dan seskuiterpenoid, serta steroid dan triterpenoid. Senyawa tersebut
diduga menjadi zat aktif yang berperan dalam menghambat aktivitas bakteri.
Kata Kunci : daun teh hijau (Camellia sinensis), Konsentrasi Hambat Minimum (KHM),
Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus
Abstract
The experiment of water extract, n-hexane fraction, aethyl acetate fraction and water fraction of
green tea leaves (Camellia sinensis (L.) Kuntze) had been studied to activity of bacteria which
cause acne were Propionibacterium acnes and Staphylococcus aureus use perforation diffusion
method. The extraction was done by poached with water solvent and then fractionated use nhexane-water solvent (1:1) and aethyl acetate-water solvent (1:1). The result showed that aethyl
acetate fraction was the most potential in inhibited activity of bacteria. The minimum inhibiting
concentrations (MIC) from aethyl acetate fraction to the activity of Propionibacterium acnes
were 2%, with inhibiting area 14.15 mm, while the MIC from aethyl acetate fraction to the
activity of Staphylococcus aureus were 2%, with inhibiting area 14.84 mm. The phytochemical
screening of aethyl acetate fraction green tea leaves showed the presence of flavonoid,
polyphenol, tannin, monoterpenoid-sesquiterpenoid and steroid-triterpenoid. All substances
supposed as the active compounds in inhibited the bacteria activity.
Keywords: green tea leaves (Camellia sinensis),Miminimum Inhibiting Concentrations (MIC),
Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus

_________________________________________________________________________

28

JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.IV, No. 1, Januari 2015
memecahkan asam lemak bebas dari lipid

PENDAHULUAN
Teh hijau (green tea) telah lama

kulit. Asam lemak ini dapat menimbulkan

bermanfaat dalam pengobatan tradisional

radang jaringan dan ikut menyebabkan akne

antara lain untuk pengobatan jerawat. Salah


(Jawetz, et al, 1995).

satu komponen kimia yang terkandung di

Penelitian yang bersifat pengujian

dalam daun teh hijau adalah katekin

ekstrak beserta fraksi dari daun teh hijau

(polifenol), senyawa tersebut mempunyai

terhadap aktivitas bakteri telah banyak

kemampuan sebagai antibakteri (Alam

dilakukan, misalnya terhadap Streptococcus

Syah, 2006).


mutan dan Streptococcus sobrinus. Namun,

Akne atau yang sering kita kenal

secara tradisional air seduhan teh juga

sebagai jerawat adalah kondisi abnormal

umum digunakan sebagai pencuci muka,

kulit akibat gangguan berlebihan produksi

maka diduga ekstrak teh berkhasiat sebagai

kelenjar minyak (sebaceous gland) yang

obat jerawat.

menyebabkan penyumbatan saluran folikel


Penelitian

ini

dilakukan

untuk

hambatan

yang

rambut dan pori-pori kulit. Daerah yang

mengetahui

mudah terkena jerawat ialah di muka, dada,

diberikan oleh ekstrak serta fraksi-fraksi


belakang dan atas lengan (Djuanda, 2005).

dari daun teh hijau terhadap bakteri

Jenis akne yang umumnya sering

adanya

Propionibacterium

acnes

dan

diderita oleh setiap orang adalah akne

Staphylococcus aureus, mengacu pada sifat

vulgaris, sehingga sering dianggap sebagai


komponen

kelainan kulit yang timbul secara fisiologis.

dikandung oleh ekstrak dan fraksi daun teh

Seorang peneliti

hijau tersebut.

yang bernama Kligman

senyawa

antibakteri

yang

dalam bukunya Acne: Morphogenesis and

Treatment (1975) mengatakan

tidak ada

seorang pun (artinya 100%), yang sama

METODOLOGI
Alat

sekali tidak pernah menderita penyakit ini.

Tabung reaksi, pipet tetes, pipet

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak

volume, corong, erlenmeyer, gelas kimia,

85% populasi mengalami jerawat pada usia

gelas ukur, labu ukur, bunsen, batang


12-25 tahun, 15% populasi mengalaminya

pengaduk, kaki tiga dan kasa, cawan

hingga usia 25 tahun. Jika tidak teratasi

penguap,

dengan baik, gangguan jerawat dapat

maserator, corong pisah, oven (WTC

menetap hingga usia 40 tahun (Djuanda,

Binder), kertas saring (Whatman), krus

2005). Jerawat dapat disebabkan oleh

silikat, tanur, eksikator, mortir dan stamfer,


bakteri, terutama Propionibacterium acnes

timbangan analitik (Sartorius BL 210 S),

dan Staphylococcus aureus. Kedua bakteri

cawan petri, pipet agar (mikro pipet),

ini

spatel, jarum ose, jangka sorong, inkubator

menghasilkan

lipase,

yang

dapat


rotavapor,

alat

destilasi,

29

JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.IV, No. 1, Januari 2015
(Memmert), batang pengaduk, pembakar

kering dalam 2,1 L air suling kemudian

bunsen,

UV-Vis

disaring. Proses perebusan diulang sampai

(Shimadzu UV-1601), Laminar Air Flow,

didapat filtrat yang cukup bening atau

Autoklaf (Passed Hiramaya), dan Vortex

jernih. Ekstrak yang diperoleh diuapkan

mixer (VM-1000).

dan dipekatkan diatas tangas air. Sejumlah

spektofotometer

ekstrak kental (50 gram) dilarutkan dalam

Bahan
Simplisia daun teh hijau (Camellia
sinensis (L.) Kuntze) (Gambar 1), air
suling, etanol, kloroform, n-heksan, etil
asetat, serbuk magnesium, amil alkohol,
asam asetat, larutan besi (III) klorida, asam
asetat anhidrida, asam sulfat P, larutan
bismuth nitrat P, asam nitrat, Kalium Iodida
P, raksa (II) klorida, eter, toluen, kalium
hidroksida, larutan gelatin 1%, pelarut
dimetilsulfoksida (DMSO), asam klorida,
bakteri uji (Propionibacterium acnes dan
Staphylococcus aureus), natrium klorida,
Mannitol Salt Agar (MSA), Nutrient Agar
(NA), Nutrient Broth (NB), Triptone Soya

pelarut air 100 mL, kemudian diekstraksi
cair-cair (ECC) dengan n-heksan (1:1),
sehingga didapatkan dua fraksi yaitu fraksi
air dan fraksi n-heksan. Pada fraksi air
diekstraksi cair-cair (ECC) dengan etil
asetat

dikocok

dan

fraksi etil asetat. Ketiga fraksi tersebut yaitu
fraksi air, fraksi n-heksan dan fraksi etil
asetat diuapkan hingga diperoleh ekstrak
kental dan diuji aktivitasnya terhadap
bakteri

Propionibacterium

Daun teh hijau (Camellia sinensis
(L). Kuntze) diperoleh dari perkebunan
Pusat Penelitian Teh dan Kina di Gambung,
Ciwidey (Jawa Barat). Daun teh yang
digunakan adalah daun teh segar dengan
ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi,
bagian yang diambil adalah tiga teratas
bagian daunnya (dimulai dari peko/ daun

Proses ekstraksi dilakukan dengan
cara merebus 300 gram serbuk simplisia

dan

Penyiapan Bakteri Uji
Bakteri uji yang digunakan adalah

Staphylococcus

acnes
aureus.

dan

Bakteri

uji

disuspensikan dengan cara mencampurkan
kultur bakteri berumur 24 jam pada 37oC ke
dalam larutan natrium klorida fisiologis.
Kepekatan

suspensi

diukur

dengan

menggunakan alat spektrofotometer pada
panjang gelombang 580 nm dan transmitan
25 %.
Pengujian Aktivitas Antibakteri

pucuk).
Ekstraksi dan Fraksinasi

acnes

Staphylococcus aureus.

Propionibacterium

Pengumpulan dan Pengolahan Bahan

dibiarkan

memisah sehingga didapatkan fraksi air dan

Agar (TSA), dan Triptone Soya Broth
(TSB).

(1:1),

Media

agar

yang

masih

cair

dicampur dengan suspensi satu jenis bakteri
dalam

cawan

petri,

dan

dibiarkan

membeku. Media yang telah padat dibuat

30

JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.IV, No. 1, Januari 2015
lubang dengan menggunakan perforator.

pembersihan simplisia dari pengotornya

Setiap cawan dibuat 6 lubang untuk diisi

seperti

dengan 6 konsentrasi zat uji yang berbeda-

lainnya yang bertujuan untuk menjaga

beda yaitu : 20, 40, 60, 80 dan 100 %
masing-masing 50 L. Pembuatan beberapa

kualitas daun, pengeringan, dan pembuatan

konsentrasi zat uji tersebut dilakukan

dilakukan dibawah sinar matahari secara

dengan menggunakan pelarut DMSO yang

tidak

juga diuji sebagai blanko. Semua cawan

menjaga

yang telah diisi zat uji diinkubasikan pada

perubahan kimia. Bahan yang telah kering

suhu 30-35oC (untuk bakteri) selama 24

disimpan dalam tempat dan wadah tertutup.

jam. Diameter hambat yang terbentuk
diukur

dengan

menggunakan

jangka

sorong.

serbuk

serangga

simplisia.

langsung

atau

Proses

yang

pengotor

pengeringan

bertujuan

kemungkinan

untuk

terjadinya

Skrining Fitokimia
Skrining

fitokimia

simplisia,

ekstrak, dan fraksi-fraksi daun teh hijau
Konsentrasi zat uji yang telah

memberikan diameter hambat 14-16 mm.,
kemudian diuji kembali daya hambatnya
terhadap

bakteri

uji

dengan

variasi

konsentrasi yang lebih sempit dengan
rentang konsentrasi 1-20 %. Konsentrasi zat
uji

debu,

terkecil

yang

masih

menghambat

pertumbuhan mikroorganisme uji dengan
diameter 14-16 mm merupakan KHM.

bertujuan

untuk

mengetahui

metabolit

sekunder yang terkandung dalam daun teh
hijau sehingga dapat dihubungkan dengan
aktivitas

mikrobiologinya.

Selain

itu,

penapisan fitokimia juga dapat digunakan
sebagai alat pengendalian mutu sediaan
obat alam. Berdasarkan tabel 1, hasil
skrining fitokimia menunjukkan beberapa
metabolit sekunder yang terkandung dalam
simplisia, ekstrak maupun fraksi, antara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada

tahap

awal

lain: flavonoid, polifenol, tanin, steroid dan
penelitian

dilakukan penyiapan simplisia daun teh
hijau

meliputi

pengumpulan

monotepenoid,

monoterpenoid

dan

triterpenoid.

simplisia,

Gambar 1. Simplisia dan daun teh hijau (Camellia sinensis L. Kuntze)

31

JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.IV, No. 1, Januari 2015
Tabel 1. Hasil skrining fitokimia simplisia, ekstrak air daun teh hijau, dan fraksi-fraksi
Golongan Metabolit
Sekunder
Alkaloid

Simplisia
+

Ekstrak
Air
-

Fraksi
n-Heksan
-

Fraksi Etil
Asetat
-

Fraksi
Air
-

Flavonoid

+

+

+

+

+

Kuinon

+

-

-

-

-

Polifenol

+

+

-

+

+

Saponin

+

-

-

-

+

Tanin

+

+

-

+

+

Steroid dan Triterpenoid

+

-

-

+

-

Monoterpenoid dan
Seskuiterpenoid

+

+

+

+

+

Keterangan :
+ : Menunjukkan senyawa terdeteksi
- : Menunjukkan senyawa tidak terdeteksi
Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia
Pemeriksaan karakteristik simplisia

merebusnya dengan air dan membiarkannya
mendidih selama 5 menit. Pemilihan proses

juga perlu untuk dilakukan. Selain sebagai

ini

standarisasi bahan, juga bertujuan untuk

ekstraksi

mengetahui spesifikasi kualitas dari bahan

penelitian Amilia (2003). Proses pendidihan

yang digunakan. Pemeriksaan karakterisasi

tidak dilakukan lebih dari 5 menit karena

simplisia meliputi penetapan kadar air,

akan

kadar

abu,

pengeringan.

kadar
Hasil

sari

didasarkan
yang

pada

orientasi

telah

dilakukan

menyebabkan

senyawa

waktu
pada

polifenol

dan

susut

teroksidasi sehingga kandungan senyawa

pemeriksaan

dapat

polifenol berkurang. Dari hasil rendemen

dilihat pada tabel 2.
Ekstraksi dan Fraksinasi
Proses ekstraksi terhadap simplisia

fraksinasi menunjukkan bahwa metabolit
sekunder yang ada dalam ekstrak lebih
banyak tertarik pada fraksi etil asetat.

daun teh hijau dilakukan dengan cara
Tabel 2. Hasil karakterisasi simplisia daun teh hijau
Pemeriksaan

Hasil

Kadar Air
Kadar Abu Total

4,00 %
6,05 %

Kadar Abu Larut Air

3,09 %

Kadar Abu Tidak Larut Asam

0,33 %

Kadar Sari Larut Air

21,39 %

Kadar Sari Larut Etanol

27,32 %

Susut Pengeringan

4,41 %

32

JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.IV, No. 1, Januari 2015
menunjukkan adanya hambatan terhadap

Pengujian Aktivitas Antibakteri
Perbedaan kemampuan ekstrak dan
fraksi-fraksi

dalam

menghambat

pertumbuhan

kedua

menunjukkan

kemampuan

bakteri

bakteri Proponibacterium acnes tetapi tidak
menunjukkan hambatan terhadap bakteri

uji

Staphylococcus aureus, hal ini diduga

metabolit

karena kandungan metabolit sekunder yang

sekunder yang terkandung dalam ekstrak air

mempunyai

dan tiap fraksinya. Dari hasil penetapan

banyak terfraksi pada etil asetat dan air,

KHM ekstrak air (Tabel 3), fraksi etil asetat

sehingga fraksi n-heksan hanya dapat

(Tabel 4), fraksi n-heksan (Tabel 5), dan

menghambat

fraksi air (Tabel 6), fraksi etil asetat paling

Golongan senyawa atau metabolit sekunder

efektif dan potensial dalam menghambat

dari ekstrak serta fraksi-fraksi daun teh

pertumbuhan kedua bakteri uji. Keberadaan

hijau yang diduga dapat menghambat

metabolit sekunder flavonoid, polifenol,

aktivitas

tanin,

polifenol,

steroid

dan

triterpenoid

serta

aktivitas

satu

bakteri

antibakteri

jenis

uji

tanin,

lebih

bakteri

yaitu

uji.

flavonoid,

monoterpenoid-

monoterpenoid dan seskuiterpenoid yang

seskuiterpenoid

banyak tersari didalam fraksi etil asetat

Salah satu komponen daun teh hijau adalah

dibandingkan dengan ekstrak air dan fraksi-

katekin

fraksi lainnya, berperan dalam menghambat

mempunyai

pertumbuhan bakteri uji

antibakteri.

dan steroid-triterpenoid.

(polifenol),

senyawa

kemampuan

tersebut
sebagai

Pengujian aktivitas fraksi n-heksan

Tabel 3. Hasil Penetapan KHM Ekstrak Air terhadap Propionibacterium acnes dan
Staphylococcus aureus
Konsentrasi (%)(v/b)
0

Diameter Hambat (mm) dari bakteri
Propionibacterium acnes
Staphylococcus aureus
-

1

-

12,63±0,24

1,5

11,19±0,19

13,22±0,24

2

12,05±0,12

13,45±0,08

2,5

14,94±0,42

13,55±0,29

3

17,20±0,18

14,28±0,20

3,5

17,38±0,21

15,46±0,32

4

17,50±0,16

16,03±0,06

4,5

17,82±0,57

16,32±0,13

5

19,22±0,14

17,33±0,19

5,5

20,05±0,11

18,20±0,20

33

JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.IV, No. 1, Januari 2015
Tabel 4. Hasil Penetapan KHM Fraksi Etil Asetat terhadap Propionibacterium acnes
dan Staphylococcus aureus
Diameter Hambat (mm) dari bakteri
Konsentrasi (%)(v/b) Propionibacterium acnes
Staphylococcus aureus
0

-

-

1

9,50±0,51

10,90±0,81

1,5

12,21±0,14

11,27±0,25

2

14,15±0,11

14,85±0,68

2,5

14,73±0,34

16,46±0,50

3

15,23±0,28

17,35±0,40

3,5

15,74±0,32

17,87±0,31

4

16,07±0,08

18,33±0,20

4,5

18,49±0,27

18,43±0,06

5

20,28±0,18

19,97±0,03

5,5

22,77±0,06

20,68±0,08

Tabel 5. Hasil Penetapan KHM Fraksi n-Heksan terhadap Propionibacterium acnes dan
Staphylococcus aureus
Konsentrasi (%)(v/b)

Diameter Hambat (mm) dari bakteri
Propionibacterium acnes
Staphylococcus aureus

0

-

-

2,5

-

-

3

10,47±0,31

-

3,5

11,13±0,15

-

4

11,57±0,40

-

4,5

12,25±0,23

-

Tabel 6. Hasil Penetapan KHM Air Heksan terhadap Propionibacterium acnes dan
Staphylococcus aureus
Konsentrasi (%)(v/b)
0

Diameter Hambat (mm) dari bakteri
Propionibacterium acnes
Staphylococcus aureus
-

2,5

-

-

5

-

14,47±0,63

7,5

-

16,13±0,13

10

12,93±0,75

17,43±0,39

12,5

13,67±0,10

18,28±0,25

15

14,43±0,31

19,28±0,19

17,5

15,42±0,16

20,05±0,09

20

17,00±0,55

20,32±0,08

34

JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.IV, No. 1, Januari 2015
Terjemahan Nugroho Edi & Maulany

SIMPULAN
Pengujian mikrobiologi dari ekstrak

RF, EGC, Jakarta, 1995. 208. 291.

dan fraksi-fraksi daun teh hijau terhadap
aktivitas bakteri Propionibacterium acnes
dan Staphylococcus aureus menunjukkan
bahwa

fraksi

hambatan
dengan

etil

asetat

paling
ekstrak

memberikan

besar
air

dibandingkan

dan

fraksi

air.

Konsentrasi hambat minimum (KHM) dari
fraksi etil asetat terhadap aktivitas bakteri
Propionibacterium

acnes

adalah

2%,

dengan

hambat

14,15

mm,

diameter

Amilia. Formulasi Teh Cepat Saji dari
Ekstrak Teh Hijau dan Penentuan
Kadar Polifenol Sediaan Secara
Spektrofotometri

Sinar

Tampak

dengan Pereaksi Folin Ciocalteu,
Skripsi Sarjana Departemen Farmasi
FMIPA, 2003, ITB.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan,

Departemen

Kesehatan

sedangkan konsentrasi hambat minimum

Republik Indonesia, Materia Medika

(KHM) dari fraksi etil asetat terhadap

Indonesia, Jilid 1, Jakarta, 1977. 141-

aktivitas bakteri Staphylococcus aureus

144, 144-145.

adalah 2%, dengan diameter hambat 14,84
mm. Golongan senyawa atau metabolit
sekunder dari ekstrak serta fraksi-fraksi
daun

teh

hijau

yang

diduga

dapat

menghambat aktivitas bakteri uji yaitu
flavonoid, polifenol, tanin, monoterpenoidseskuiterpenoid dan steroid- triterpenoid.

DAFTAR PUSTAKA

Alam Syah, Nur. Taklukkan Penyakit
Dengan Teh Hijau, AgroMedia

Pustaka,

Jakarta,

2006.

1-4

Reinhold, New York, 453-492.
Djuanda, Adhi.,Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin,

Fakultas

Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta, 2005.
253-255.
Jawetz,

Melnick

&

Adelberg.,

Mikrobiologi Kedokteran, Edisi XX,

35