DIAGNOSIS POLA USAHA TANI DAN KINERJA DI (1)

Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010

Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010

Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010
DIAGNOSIS POLA USAHA TANI DAN KINERJA DIVERSIFIKASI
TANAMAN PANGAN BERBASIS PADI DI KECAMATAN BUAYMADANG
OGAN KOMERING ULU TIMUR

Oleh :
M u n a j a t1

ABSTRACT

This research aim to identified the food plant farm cropping with paddy base,
and to analyze the food plant with paddy base in Buay Madang East OKU region.
The result shown that there’re three farm cropping with paddy base in Buay Madang,
(paddy-paddy-soy bean), (paddy-paddy-peanut) and (paddy, paddy, long bean). The
best profit for the farmer from the diversification of the food plant with paddy base
were fisrt type, paddy-paddy-soy bean, and then followed by the second type and the
third type.


Keywords: Farm cropping, Food plant, Paddy base, Diversification

I. PENDAHULUAN
Mengacu pada kebijakan pembangunan pertanian, pengembangan pola tanam
dan diversifikasi usahatani di lahan sawah memiliki justifikasi yang kuat. Wacana
diversifikasi usahatani sesungguhnya telah berkembang sejak pelita II (1974 – 1978),
dalam rangka memantapkan program intensifikasi dan ekstensifikasi menuju
swasembada pangan. Pengembangan intensifikasi palawija dan hortikultura perlu
dilakukan secara simultan dan terpadu dengan budidaya tanaman padi ( Rusastra, et
al.,2004)

Diversifikasi usahatani dalam pertanian bukanlah hal yang baru bagi sebagian
besar petani skala kecil Indonesia (Kasryno, 2003). Pada awalnya, alasan petani
melakukan diversifikasiusahatani adalah untuk memenuhi keragaman kebutuhan
konsumsi kelaurga. Dalam konteks ekonomi, diversifikasi pertanian diarahkan untuk
1

Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Baturaja


Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010
memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan pendapatan petani dengan tingkat
stabilitas yang lebih tinggi. Dengan demikian diversifikasi pertanian (demand driven
farming system diversification) memerlukan instrumen kebijakan pembangunan

pertanian yang berbeda dengan diversifikasi intensifikasi usahatani (supply driven}
dengan sasaran utama memenuhi kebutuhan dan memperoleh surplus produksi
(Timmer,1992)
Padi merupakan tanaman yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini
merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Selain beras
merupakan komoditas penting tidak hanya di Indonesia, tapi juga di belahan dunia
lainnya. Beras tidak hanya menjadi makanan pokok sekitar 3 miliar penduduk dunia
atau sekitar separuh warga dunia, di banyak negara Asia beras menyediakan 30-80
persen kebutuhan konsumsi kalori per kapita, menjadi gantungan hidup sebagian
besar penduduk bahkan menjadi penghasil devisa negara.
Dalam upaya menyediakan kebutuhan pangan khususnya beras serta
peningkatan kesejahteraan petani padi, dapat dilakukan dengan berbagai upaya
peningkatan produksi usahatani dengan cara diversifikasi.

Mengingat bahwa


tantangan terbesar saat ini adalah menciptakan kecukupan pangan. Saat ini sedang
terjadi peningkatan permintaan terhadap produk pangan yang luar biasa karena terjadi
perebutan untuk konsumsi akibat peningkatan jumlah penduduk.
Indonesia adalah produsen sekaligus konsumen penting beras. Sekitar 70 %
dari 25,4 juta rumah tangga petani adalah petani pangan. Mereka menggantungkan
hidupnya pada padi yang ditanam di lahan-lahan sempit, kurang lebih dari 0,25
hektar. Begitu pentingnya beras, maka persoalan beras tidak hanya berdimensi
ekonomi, tapi juga sosial, politik, budaya dan sejarah (Khudori, 2008).
Salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan sebagai pusat penghasil
beras yakni Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur hal ini didukung oleh adanya
bendungan perjaya dan jaringan irigasi yang memadai, dengan air yang mengalir
sepanjang tahun dari saluran irigasi komering, sesungguhnya implkasi dari pengairan
irigasi ini menyebabkan Kecamatan Buaymadang Kabupaten OKU Timur menjadi
kawasan subur yang dapat ditanami sepanjang tahun. Dengan kondisi yang demikian

Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010
tidaklah mengherankan bila kemudian di kecamatan ini menjadi sentral produksi padi
di Kabupaten OKU Timur, bahkan di Daerah Sumatra Selatan pun Kecamatan
Buaymadang yang memiliki sawah beririgasi teknis cukup luas yakni lebih dari

26.000 hektar.
Namun pada sisi yang lain, permasalahan dalam usahatani tanaman pangan
berbasis padi adalah masalah lahan dimana sesungguhnya telah terjadi fragmentasi
lahan akibat pewarisan, penjualan atau adanya dampak dari pembangunanotonomi
daerah. Oleh karena itu, dengan lahan yang terbatas tersebut jalan keluar yang sering
dilakukan petani adalah dengan melakukan diversifikasi berupa pola tanam sehingga
para petani berharap dengan menggunakan lahan yang demikian dapat menghasilkan
hasil yang maksimum atau memuaskan dengan mengoptimalisasikan lahan dengan
cara diversifikasi usahatani berbasis padi dengan memperhatikan keanekaragaman
potensi sumber daya pertanian yang ada. Berkaitan dengan uraian tersebut di atas,
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola tanam usahatani tanaman pangan
berbasis padi serta menganalisis kinerja diversifikasi tanaman pangan berbasis padi di
Kecamatan Buaymadang Ogan Komering Ulu Timur.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Buay Madang Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan mempertimbangkan bahwa daerah ini merupakan salah satu pusat dari
produksi padi irigasi teknis dan banyak petani yang melakukan diversifikasi dilahan
usahataninya di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Pengumpulan data
dilapangan dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Oktober 2009.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.
Sementara Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi di lapangan dan
wawancara langsung pada petani contoh dengan menggunakan daftar pertanyaan.
Metode penarikan contoh yang digunakan adalah metode acak berlapis berimbang
(Proportionate stratified random sampling), terhadap pola usahatani berbasis padi

Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010
yang ada terhadap masing-masing 10 petani sehinga jumlah petani contoh sebanyak
30 petani dari 115 petani yang ada .
Tabel 1. Jumlah petani contoh pada masing-masing pola usahatani
Pola Usahatani

Populasi (Orang)

Jumlah Petani Contoh (Orang)

I
II
III

Total

35
42
38
115

10
10
10
30

Data yang diperoleh dilapangan diolah secara tabulasi dan matematik. Untuk
melihat pola usahatani berbasis tanaman padi dilakukan dengan identifikasi seluruh
petani sampel terhadap tanaman yang di budidayakan, sementara untuk melihat
kinerja diversifikasi usahatani dilakukan dengan pendekatan matematis terhadap
biaya usahatani, penerimaan dan pendapatan dari setiap strata usahatani.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pola Usahatani

Berdasarkan hasil kajian diagnosis terhadap pola usahatani padi di Kecamatan
Buaymadang secara dominan didapat tiga pola usahatani, pola usahatani yang paling
banyak di usahakan petani adalah pola usahatani padi – padi – kacang tanah. Adapun
ketiga kombinasi pola usahatani tersebut adalah :
1. kombinasi padi, padi , kedelai
2. kombinasi padi, padi, kacang tanah
3. kombinasi padi, padi, kacang panjang

B. Kinerja Diversifikasi Usahatani Tanaman Pangan Berbasis Padi
Dalam menganalisis kinerja diversifikasi usahatani tanaman pangan berbasis
padi di Kecamatan Bauymadang Kabupaten OKU Timur di lakukan dengan

Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010
menganlisis tahapan-tahapan usahatani mulai dari pengadaan sarana produksi
usahatani, biaya usahatani, produksi usahatani dari diversifikasi itu sendiri,
penerimaan dan pendapatan dari masing-masing ketiga pola usahatani yang ada.
1. Pengadaan Sarana Produksi Usahatani
Petani di Kecamatan Buay Madang umumnya mendapatkan benih yang akan
ditanam berasal dari bantuan pemerintah atau membuat benih sendiri yang berasal
dari tanaman sebelumnya. Benih tersebut berupa padi varietas ciliwung, kedelai

varietas lokal (wilis), kacang tanah dan kacang panjang.
Pupuk yang diberikan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk
organik berupa pupuk kandang. Pengadaan pupuk kandang dilakukan petani dengan
cara membuatnya sendiri dengan menggunakan kotoran hewan. Sedangkan pupuk
anorganik berupa pupuk Urea, SP-18 dan Ponska. Pupuk anorganik dibeli petani
melalui kios pertanian yang ada di kios pertanian desa-desa Kecamatan Buay
Madang. Harga masing-masing pupuk adalah ; Urea Rp 1200, SP-18 Rp 2500 dan
Ponska Rp 2600 per kilogram. Petani didaerah Kecamatan Buay Madang sangat
jarang menggunakan pupuk NPK untuk tanamannya dikarenakan harga yang relatif
tinggi dan keberadaan pupuk tersebut jarang ada.
Sedangkan untuk penggunaan pestisida, yang digunakan petani contoh
Kecamatan Buay Madang yaitu terdiri dari insektisida dengan jumlah 1 liter per
hektar seharga Rp 25.000, fungisida dengan 0,25 liter per hektar seharga Rp 35.000,
herbisida dengan 1 liter per 1 hektar seharga Rp 26.000 dan ZPT/PPC dengan 0,5 liter
per hektar seharga Rp 10.000. berikut merupakan tabel penggunaan pestisida.

Tabel 2. Jenis Penggunaan Pestisida
No
1
2

3
4

Jenis Penggunaan
Pestisida
Insektisida
Fungisida
Herbisida
ZPT/PPC

Jumlah
(liter/ha)
1
0,25
1
0,5

Harga satuan
(Rp/Liter)
25.000

140.000
26.000
20.000

Biaya pembelian
pestisida (Rp)
25.000
35.000
26.000
10.000

Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010
Sedangkan peralatan yang pada umumnya digunakan petani contoh
Kecamatan Buay Madang yaitu berupa sabit dengan harga berkisar antara Rp 20.000
sampai dengan Rp 50.000, cangkul dengan harga berkisar antara Rp 50.000 sampai
dengan Rp 75.000 dan hand sprayer dengan harga berkisar antara Rp 200.000 sampai
dengan Rp 350.000. Berikut merupakan tabel dari penggunaan peralatan usahatani
petani contoh Kecamatan Buay Madang.
Tabel 3. Harga dan Jenis Peralatan yang Digunakan Dalam Setiap Pola Usahatani
No

Peralatan
1
Sabit
2
Cangkul
3
Hand sprayer

Harga ( Rp/unit)
20.000 sampai 50.000
50.000 sampai 75.000
200.000 sampai 350.000

2. Biaya Usahatani
a. Lahan
Luasan rata-rata petani contoh pola usahatani yaitu 0,67 hektar. Luasan pola
usahatani I lebih luas dibanding dengan pola usahatani II dan pola usahatani III. Pada
lampiran tersebut terlihat luas garapan petani contoh bervariasi untuk masing-masing
pola usahatani.
Status lahan yang dimiliki petani contoh di daerah ini sebagian adalah sewa
sebesar 56,67 persen kemudian milik sendiri 43,33 persen.
b. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam setiap pola usahatani di Kecamatan Buay
Madang ini berasal dari dalam dan luar keluarga. Tenaga luar keluarga digunakan
pada waktu-waktu tertentu saja dan sebagian besar pada tanaman padi khususnya
pada waktu penanaman dan pemanenan, pengolahan tanah dilakukan dengan
menggunakan traktor yang disewa oleh petani dengan harga Rp 500.000 yang
dilakukan oleh 2 orang dalam 1 hari per hektar begitu pula pada tanaman kedelai dan

Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010
kacang tanah pada saat pengolahan tanah, sedangkan dalam pemberian pupuk dan
pestisida dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga.
Biaya produksi usahatani adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam proses
produksi yaitu mulai dari persiapan tanaman hingga produksi setiap jenis tanaman
pada setiap pola usahatani. Biaya usahatani terbagi atas biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap dalam usahatani ini adalah biaya penyusutan alat yang meliputi
penyusutan alat cangkul, sabit, dan hand sprayer. Biaya variabel dalam usahatani
sayuran ini adalah biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi. Biaya sarana
produksi meliputi biaya benih, pupuk dan pestisida.
Tabel 4. Rerata Biaya Produksi Pola Usahatani I Perluasan Garapan Petani Contoh
Kecamatan Buay Madang, September 2008 / Agustus 2009. (0,67 ha)
No
1
2
3

Jenis
Biaya penyusutan alat
Biaya tenaga kerja
Biaya sarana produksi
Jumlah

Per Luas Garapan (Rp)
11.732,80
4.485.100
1.973.000
6.469.823,80

Persentase (%)
0,18
69,32
30,50
100

Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa, pada pola usahatani I biaya produksi ratarata terbesar adalah untuk biaya tenaga kerja yakni sebesar Rp 4.485.100 per luas
garapan atau 69,32 persen. Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga
kerja ini digunakan untuk upah tenaga kerja luar keluarga pada saat pengolahan
tanah, penanaman dan pada saat pemanenan setiap tanaman selama 3 kali penanaman.
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa, biaya tenaga kerja untuk tanaman padi
I lebih tinggi dari pada tanaman padi ke II dan tanaman kedelai, kacang tanah dan
kacang panjang. Tingginya biaya tenaga kerja pada pola usahatani I pada tanaman
padi I ini di karenakan pengolahan lahan yang dilakukan pada luasan lahan rata-rata
0,67 hektar pada saat penanaman dan pemanenan yang memerlukan tenaga lebih
intensif dari pada penanaman selanjutnya.

Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010
Tabel 5. Rerata Biaya Produksi Pola Usahatani II Perluasan Garapan Petani Contoh
Kecamatan Buay Madang, September 2008 / Agustus 2009. (0,67 ha)
No
1
2
3

Jenis
Biaya penyusutan alat
Biaya tenaga kerja
Biaya sarana produksi
Jumlah

Per Luas Garapan (Rp)
16.154 ,17
4.276.600
1.574.600
5.867.354,17

Persentase (%)
0,28
72.88
26,84
100

Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa, pada pola usahatani II, biaya produksi ratarata terbesar adalah untuk biaya tenaga kerja yakni sebesar Rp 4.276.600 per luas
garapan atau 72,49 persen. Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga
kerja ini digunakan untuk upah tenaga kerja luar keluarga pada saat pengolahan
tanah, penanaman dan pada saat pemanenan tanaman.
Tabel 6. Rerata Biaya Produksi Pola Usahatani III Perluasan Garapan Petani
Contoh Kecamatan Buay Madang, September 2008 / Agustus 2009
(0,67 ha).
No
1
2
3

Jenis
Biaya penyusutan alat
Biaya tenaga kerja
Biaya sarana produksi
Jumlah

Per Luas Garapan (Rp)
16.000
3.731.300
1.464.100
5.211.400

Persentase (%)
0,30
71,59
28,11
100

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa, pada pola usahatani III, biaya produksi
rata-rata terbesar adalah untuk biaya tenaga kerja yakni sebesar Rp 3.731.300 per luas
garapan atau 71,16 persen. Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga
kerja ini digunakan untuk upah tenaga kerja luar keluarga pada saat pengolahan
tanah, penanaman dan pada saat pemanenan.
3. Produksi
Produksi adalah hasil yang diperoleh petani pada saat panen (Mubyarto dalam
Munajat, 1998). Setiap petani mengusahakan usahataninya selalu mengharapkan agar
tanaman dan ternak dan lain-lainnya yang mereka usahakan meningkat hasilnya. Hal
ini dapat dilihat dari berbagai usaha yang mereka lakukan untuk meningkatkan

Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010
produksi seperti penggunaan pupuk, pestisida dan sarana produksi lainnya. Pada
Tabel 7

tertera rerata produksi per luas garapan

untuk masing-masing pola

usahatani.
Tabel 7. Rerata Produksi Pola Usahatani Per Luas Garapan Petani Contoh
Kecamatan Buay Madang, September 2008/ Agustus 2009
Pola Usahatani

Total (Kg)

I. Padi, Padi, Kedelai
5.340
II. Padi, Padi, Kacang Tanah
4.603
III. Padi, Padi, Kacang Panjang
4.216
Berdasarkan Tabel 7, rerata produksi yang paling tinggi terdapat pada pola
usahatani I sebesar 5.340 kg untuk 1 periode dengan 3 kali penanaman. Dan pola
usahatani ke III dengan rerata terendah yaitu 4.216 kg. Komoditi yang dihasilkan di
Kecamatan Buay Madang ini sebagian besar dijual langsung kepada pemborong yang
datang ke lahan petani, sehingga petani tidak lagi mengeluarkan biaya transportasi.
Sebagian besar pembeli berasal dari kota Bandar Lampung.
4. Penerimaan
Secara umum penerimaan dalam usahatani adalah jumlah dari hasil produksi
riil persatuan waktu dan luas dikalikan harga per satuan produksi. Berikut merupakan
tabel penerimaan dari pola usahatani di Kecamatan Buay Madang.
Tabel. 8. Rerata Penerimaan Pola Usahatani Per Luas Garapan Petani Contoh
Kecamatan Buay Madang, September 2008/ Agustus 2009
Pola Usahatani
I. Padi, Padi, Kedelai
II. Padi, Padi, Kacang Tanah
III. Padi, Padi, Kacang Panjang

Total (Rp)
24.921.500
23.700.900
17.578.200

Dari Tabel 8. diketahui bahwa, rerata penerimaan yang paling tinggi terdapat
pada pola usahatani I yaitu sebesar Rp 24.921.500 untuk tiap 3 kali penanaman
selama 1 tahun dengan jumlah rerata luas garapan lahan 0,8 hektar. Penerimaan ini

Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010
pola usahatani ini berasal dari pola penanaman padi, padi dan kedelai. Tingginya
penerimaan ini dikarenakan adanya pengaruh luasan garapan petani contoh.
Sedangkan rerata terendah yaitu pada pola usahatani III yaitu sebesar
Rp 17.578.200 untuk tiap 3 kali penanaman selama 1 tahun dengan pola tanam padi,
padi dan kacang panjang hal ini disebabkan luasan garapan tanah yang reratanya 0,5
hektar.
Berbeda dengan pola tanaman padi, padi, kacang tanah dengan luasan lahan
yang reratanya 0,7 hektar. Pola tanaman ini menghasilkan keuntungan yang tidak
jauh berbeda dengan pola tanam padi, padi, kedelai hal ini di karenakan kacang tanah
memberikan kontribusi yang lebih besar di banding dengan tanaman kedelai dan
kacang panjang. Dengan rerata penerimaan petani contoh sebesar Rp 23.700.900.
5. Pendapatan
Berhasilnya suatu usahatani, apabila petani mendapatkan pendapatan yang
tinggi dari usahatani yang dilakukannya. Tingkat pendapatan petani dapat dilihat
dengan cara mengurangkan antara penerimaan dengan biaya total usahatani. Dari
Tabel 9 di dapat bahwa pendapatan yang paling tinggi terdapat pada pola usahatani
satu sebesar Rp. 18.704.596,20 per ha per tahun, disusul masing-masing oleh pola
usahatani ke dua dan pola usahatani ke tiga
Tabel 9. Rekapitulasi Pola I Per Hektar Petani Contoh Kecamatan Buay Madang,
September 2008/ Agustus 2009
No
1
2
3

Pola
Usahatani
I
II
III

Penerimaan (Rp/ha)

Total biaya (Rp/ha)

Pendapatan

24.921.500
23.700.900
17.578.200

6.469.823,80
5.867.354,17
5.211.400

18.704.596,20
17.833.545,83
12.366.800

Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian diagnosis pola usahatani dan kinerja diversifikasi
tanaman pangan berbasis padi di Kecamatan Buaymadang Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur, didapat kesimpulan sebagai berikut:
1.

Pola usahatani yang pada tanaman pangan berbasis padi di Kecamatan
Buaymadang terdapat tiga pola usahatani yakni (padi-padi-kedelai), (padi-padikacang tanah) dan (padi-padi-kacang panjang).

2.

Kinerja diversifikasi usahatani tanaman pangan berbasis padi yang paling
menguntungkan bagi etani adalah kinerja diversifikasi pola usahatani I yakni
padi – padi – kedelai baru diikuti masing masing kinerja diversifikasi pola
usahatani II dan III.

DAFTAR PUSTAKA
Kasryno, F. 2003. Produksi Padi an Diversifikasi Tanaman Pangan: Mencari Suatu
Solus. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertania. Bogor
Munajat. 1998. Analisis Keuntungan Komperatif Struktur Usahatani Sayuran.
Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang (tidak
dipublikasikan).
Rusastra, I. W. Handewi, P. Saliem, Supriati dan Saptana. 2004. Prospek
Pengembangan Pola Tanam dan Diversifikasi Tanaman Pangan Indonesia.
Jurnal Agro Ekonomi. 22 (1), Juli 2004: 37 – 53
Timmer, C. P. 1992. Agricultural Diversification in Asia : Lesson From The 1980’s
and Issues for The 1990’s. Trend in Agricultural Diversification: Regional
Perpective. World Bank Technical Papaer No. 180. Washington D.C. USA