PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP LUNTURNYA. doc

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP LUNTURNYA BUDAYA SOPAN
SANTUN PADA GENERASI MUDA INDONESIA
Rulita Nurfahmi1, Siti Gita Permana2 dan M. Januar Ibnu Adham3
1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika,FKIP,UNSIKA

2

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika,FKIP,UNSIKA
3

Dosen Program Studi Pendidikan Matematika,FKIP,UNSIKA
Abstrak

Di era global yang semakin mengedepankan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang canggih tanpa disadari membawa akses negatif yang
besar pula. Dampak negatif yang terasa saat ini antara lain:
kebangkrutan moral bangsa. Sopan santun remaja yang kini mulai
luntur dibutuhkan perhatian dari generasi tua untuk membantu
menanamkan karakter kesopanan remaja dan akhlak agama yang

baik. Penanaman akhlak agama juga dilakukan untuk membentuk
karakter kesopanan pada anak sejak kecil. Selain itu pendidikan
karakter yang di propagandakan oleh pemerintah juga diperlukan
untuk membentuk karakter remaja yang berbudi luhur yang
mengetahui tata krama dan sopan santun.
Kata kunci : Globalisasi, Sopan Santun, Remaja.
Abstrak
In a global age that increasingly put forward advanced science and
sophisticated technology unknowingly brings great negative access as well.
Negative impacts that are feels this time include: the moral bankruptcy of
the nation. politeness of teenagers is now beginning to wear off it takes the
attention of the older generation to help instill character adolescent
propriety and good religious morality. Cultivation of religious morality is
also done to form the character of decency in children since childhood. In
addition, character education in government is also necessary for forming a
virtuous young character who knows manners and politeness.
Keyword : Globalization, Politeness, Teens

PENDAHULUAN
Era globalisasi merupakan proses yang mendorong umat manusia untuk

beranjak dari cara hidup dengan wawasan nasional semata-mata ke arah cara
hidup dengan wawasan global.
Pada masa era global yang semakin mengedepankan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang canggih tanpa disadari membawa akses negatif yang besar pula.
Dampak negatif yang terasa saat ini antara lain: kebangkrutan moral bangsa,
perilaku seks bebas, pembunuhan, maraknya tindak kekerasan, perilaku sosial
yang menyimpang dari tuntunan nilai moral, inkoherensi politisi atas retorika
politik, maka pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-religius menjadi
sebuah pilihan yang relevan untuk diterapkan.
Kebudayaan Indonesia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan.
Perubahan kebudayaan yang terjadi sangat pesat, yaitu karena pengaruh
globalisasi yang masuk ke dalam kebudayaan Indonesia.
Begitupula dengan perilaku para remaja seiring dengan perkembangan
zaman, tingkah laku para remaja berubah dari waktu ke waktu. Rasa hormat
terhadap orang yang lebih tua sering kali tak ditunjukkan. Datangnya kebudayaan
dari barat sangat mempengaruhi nilai-nilai tradisional bangsa Indonesia, sehingga
semakin lama nilai tradisional negara kita sendiri semakin pudar. Para remaja
Indonesia kian mengikuti dan mencontoh kebudayaan luar negeri dan melupakan
nilai-nilai tradisional negara sendiri, seperti contohnya kebudayaan sopan santun.
Beberapa tahun terakhir ini budaya sopan santun khususnya di sekolah

mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari generasi muda atau remaja yang
cenderung kehilangan etika sopan santun terhadap teman sebayanya, orang yang
lebih tua maupun dengan gurunya.
Kehidupan remaja zaman dahulu dan zaman sekarang yang kita ketahui
sangat jauh berbeda. Pengaruh lingkungan hingga sosialisasi bisa menjadi
menyebabkan remaja zaman dahulu bedaaan dengan remaja zaman sekarang.
Pada remaja zaman dahulu, mereka diajarkan bagaimana bersikap dan
bertutur kata. Seperti kebiasaan mencium tangan kepada orang yang lebih tua
umurnya. Hal seperti ini sering diajarkan oleh orang tua kepada anaknya.
Tumbuhnya rasa hormat terhadap orang yang lebih tua dan kepada sesama remaja

yang lainnya. Hal ini menjadikan remaja lebih maju dalam berpikir dan dapat
bersikap lebih dewasa karena dari kebiasaan menghormati orang.
Sedangkan remaja zaman sekarang, banyak yang tingkah lakunya tidak
tahu sopan santun dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan. Karena
globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak
sesuka hati mereka.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Damayanti dan
Jatiningsih [ dikutip dalam Kholifah dan Tri,p.7] terkait sikap sopan santun remaja
pedesaan dan perkotaan di Madiun, menunjukkan bahwa dari 29 remaja pedesaan

dan 27 remaja perkotaan terdapat perbedaan yang signifikan antara sopan santun
remaja pedesaan dan perkotaan, selanjutnya hasil observasi tambahan bahwa
remaja di pedesaan lebih ramah, berpakaian sopan serta menghormati yang lebih
tua ketika bergaul. Berbeda dengan remaja di perkotaan yang cenderung acuh,
serta tidak memiliki perbedaan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua
maupun teman sebaya.
Bukan hanya itu para remaja sekarang sudah tidak memperhatikan sopan
santunnya terhadap guru, hanya karna penampilan guru yang salah mereka berani
mentertawakannya. Atau guru itu saat mengajar atau saat menerangkan sesuatu
ada yang keliru dengan spontannya menentertawakan.
Rendahnya sopan santun peserta didik kepada guru, juga diperkuat dengan
hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sujiyanto (2012) pada peserta
didikkelas XI SMA Negeri Rembang Purbalingga yang berjumlah 36 siswa,
menunjukkan bahwa terdapat 13 peserta didik memiliki tingkat sopan santun yang
masih rendah kepada guru.
KAJIAN TEORI
Globalisasi
Secara etimologis, globalisasi berasal dari kata “global” yang berarti
sedunia atau sejagat. Istilah yang konon dipopulerkan oleh Theodore Lavitte pada
tahun 1985 ini, menurut Mukti Ali, menunjukkan satu corak kesadaran baru yang

memperhatikan persoalan- persoalan baru, hal-hal yang khusus dan universal,

lokal, regional dan internasional yang saling berhubungan dengan cara yang dulu
belum pernah terjadi.
Globalisasi dan Perubahan Budaya tidak perlu dihadapi dengan sikap
menutup diri yang ekstrim. Sebaliknya, dengan memahami bagaimana
kebudayaan itu dikonstruksi melalui wacana dan praksis, misalnya, kita juga dapat
memanfaatkan proses globalisasi sebagai sarana utnuk memperkaya kemajemukan
kebudayaan-kebudayaan kita [Bachtiar Alam,1998].
Kebudayaan
Kata budaya diambil dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang
mempunyai arti bahwa segala sesuatu yang ada hubungannya dengan akal dan
budi manusia. Secara harfiah, budaya ialah cara hidup yang dimiliki sekelompok
masyarakat yang diwariskan secara turun temurun kepada generasi berikutnya.
Adapun perbedaan antara agama, suku, politik, pakaian, lagu, bahasa, bangunan,
maupun karya seni itu akan membuat terbentuknya suatu budaya. Menurut Ki
Hajar Dewantara budaya adalah hasil perjuangan masyarakat terhadap alam &
zaman yang membuktikan kemakmuran & kejayaan hidup masyarakat dalam
menyikapi atau menghadapi kesulitan & rintangan untuk mencapai kemakmuran,
keselamatan dan kebahagiaan di hidupnya.

Perubahaan Kebudayaan
Menurut MacIver Perubahan sosial dan budaya adalah perubahanperubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai perubahan
terhadap keseimbangan (Equilibrium). Dengan demikian, perubahan sosial akan
terjadi seiring dengan dinamika masyarakat dan merupakan hal penting dalam
memenuhi kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat. Perubahan sosial
budaya juga seringkali dipengaruhi faktor-faktor luar, seperti paham, pandangan
hidup, dan cara hidup masyrakat, yang secara umum dan perlahan mulai diterima
oleh kelompok atau masyarakat lain sebagai suatu kelaziman.
Dalam pengertian budaya, globalisasi merupakan proses akulturasi normanorma, seperti pluralitas keagamaan, Hak Asasi Manusia (HAM), dan bahkan
gaya hidup. Globalisasi juga berakibat pada krisis akhlak yang terjadi hampir di
semua lapisan masyarakat, mulai dari pelajar hingga pejabat negara.
Sopan Santun

Menurut Taryati [dikutip dalam Suharti, 2004] Pengertian sopan santun
adalah suatu aturan atau tata cara yang berkembang secara turun temurun dalam
suatu budaya di masyarakat yang bisa bermanfaat bagi pergaulan antar sesama
manusia sehingga terjalin suatu hubungan yang akrab, saling hormat
menghormati.
Pengertian sopan santun secara Islam adalah sopan santun terdiri dari 2
kata, yaitu sopan dan santun. Sopan artinya hormat dengan Takzim menurut adat

yang baik. Sedangkan arti santun adalah baik dan halus budi bahasa serta tingkah
lakunya, suka menolong dan berbelas kasihan. Dengan demikian pengertian sopan
santun adalah suatu bentuk tingkah laku yang baik dan halus serta diiringi sikap
hormat orang lain menurut adat yang baik ketika berkomunikasi dan dan bergaul
yang bisa ditunjukkan kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Adam,2011), Kebudayaan diartikan sebagai
buah budi manusia, adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat,
yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya
guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib
dan damai. Menurut Koentjoroningrat (Adam,2013), Kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Sedang
di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, budaya diartikan sebagai pikiran; akal
budi (Poerwadarminta, W.J.S.,2011:180).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa budaya sopan
santun adalah cara hidup yang diciptakan secara turun temurun oleh sekelompok
orang dalam memperlakukan orang lain secara halus dan baik, baik itu budi
bahasa maupun tingkah laku dengan menggunakan akal budi dan nurani.
Sedangkan sosial budaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dicipta

manusia dengan pemikiran dan akal budi dalam kehidupan bermasyarakat untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

PEMBAHASAN
Pada masa era global yang semakin mengedepankan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang canggih tanpa disadari membawa ekses negatif yang besar pula.
Dampak negatif yang terasa saat ini antara lain: kebangkrutan moral bangsa,
perilaku seks bebas, pembunuhan, maraknya tindak kekerasan, perilaku sosial
yang menyimpang dari tuntunan nilai moral, inkoherensi politisi atas retorika
politik, maka pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-religius menjadi
sebuah pilihan yang relevan untuk diterapkan.
Kebudayaan Indonesia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan.
Perubahan kebudayaan yang terjadi sangat pesat, yaitu karena pengaruh
globalisasi yang masuk ke dalam kebudayaan Indonesia.
Menurut Taryati [dikutip dalam Suharti, 2004] Pengertian sopan santun
adalah suatu aturan atau tata cara yang berkembang secara turun temurun dalam
suatu budaya di masyarakat yang bisa bermanfaat bagi pergaulan antar sesama
manusia sehingga terjalin suatu hubungan yang akrab, saling hormat
menghormati.
Merosotnya budaya sopan santun siswa dipengaruhi banyak faktor, baik

faktor tersebut dari siswa, dari guru yang merupakan faktor internal ada juga
faktor dari eksternal. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau
yang lebih akrab kita sebut TIK atau ICT, Kadang menjadi kambing hitam dalam
masalah ini. Tetapi bukan hanya TIK atau ICT yang menjadi faktor eksternal,
pengaruh moderenisasi kultur, pergaulan bebas dan penyalahgunaan obat – obat
terlarang juga mengambil peranan dalam proses hilangnya sopan santun siswa
terhadap guru. Dan faktor – faktor eksternal yang mempengaruhinya yaitu :
1. Pengaruh perkembangan TIK, kebebasan meng-akses informasi yang didukung
oleh akses dari internet yang mudah melalui laptop, TAB, malahan dari
handphone / smartphone sehingga mempengaruhi pikiran siswa.
2. Moderenisasi kultur, kemudahan akses internet membuat siswa bisa melihat
budaya dari negara lain. Yang secara tidak langsung mereka mengaplikasikan
dikehidupan sehari – hari tanpa adanya filterisasi terhadap budaya yang
diambil.

3. Pergaulan bebas, merupakan efek dari moderenisasi kultur yang tidak sesuai
dengan adat istiadat Indonesia. Hal ini akan menimbulkan sifat meniru budaya
barat yang cendrung bebas tanpa ada ikatan adat istiadat yang telah lama
berlaku dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
4. Penyalahgunaan obat – obat terlarang, sifat labil dalam diri siswa akan

membuat siswa mencari – cari jati dirinya. Bila mana hal ini tidak tersalur
secara positif, siswa akan terjerumus dalam kenikmatan semu obat – obat
terlarang yang akan berpengaruh pada tingkah laku siswa tersebut.
5. Kurangnya pembiasaan sopan santun di rumah. Sebagian besar waktu anak
dihabiskan di rumah atau dilingkungan keluarga sehingga sikap orang tua yang
tidak mencerminkan norma-norma kesopanan akan mudah ditiru anak.
Selain kelima faktor eksternal diatas, masih ada satu faktor lagi yang tidak
bisa kita abaikan sebagai penyebab lunturnya budaya sopan santun siswa yaitu
faktor dari guru. Berikut ulasan faktor eksternal ditinjau dari guru :
a) Penampilan guru, ini sangat penting karena siswa akan menilai rapi atau kucel
cara berpakaian guru, harum atau bau aroma tubuh guru tersebut, panjang atau
pendek rambut guru (khusus guru laki – laki).
b) Telat atau jarang masuk, dengan beban 24 jam pelajaran dan banyaknya
adminitrasi yang harus dibuat oleh seorang guru ditambah lagi ada side job
untuk menambah penghasilan. Akan berdampak pada performa guru tersebut
sehingga sering telat dan tidak masuk.
c) Pilih kasih, sifat ini yang sering tidak disadari oleh guru dan sering
membanding – bandingkan siswa yang satu dengan siswa yang lain.
d) PR dan tugas sering tidak dikoreksi, dengan mengoreksi dan memberikan nilai
merupakan reward bagi siswa dimana guru telah menghargai hasil kerja keras

siswa tersebut.
e) Berkata kasar, perkataan yang kasar akan membat pandangan negatif siswa
terhadap guru.
f) Suka perintah, suka memerintah siswa diwaktu dan tempat yang tidak
sepantasnya.
g) Menghukum semena-mena, guru hanyalah manusia biasa dimana ada masalah
diluar sekolah yang sering terbawa disekolah. Perlunya sikap profesional guru
untuk membedakan masalah sekolah dengan masalah luar sekolah. Sehingga
siswa tidak menjadi pelampiasan untuk masalah – masalah guru tersebut.

Selain faktor eksternal, ada faktor internal yang menyebabkan hilangnya
sopan santun siswa terhadap guru. Berikut adalah faktor internal penyebab
lunturnya budaya sopan santun siswa :
1. Posisi sosial lebih tinggi dari guru, hal ini sering terjadi bila mana sang siswa
berasal dari keluarga yang terpandang atau orang tuanya merupakan pejabat.
Jadi dengan posisi orang tuanya tersebut siswa seakan tidak takut pada apapun
termasuk pada guru karena orangtunya pasti akan mendukung anaknya.
2. Posisi ekonomi lebih baik dari guru, hal ini banyak terjadi disekolah favorit
dan internasional. Siswa tersebut akan memandang rendah gurunya, karena
posisi ekonominya lebih baik dari gurunya. Dimana siswa kesekolah dengan
kendaraan mobil, sedangkan sang guru hanya naik sepeda motor.
3. Siswa lebih paham dengan materi yang diajarkan, pada masa sekarang
pendalaman materi bukan hanya didapat dari sekolah. Bagi siswa yang serius
belajar, mereka akan mencari cara untuk menperdalam materi dengan cara
kursus baik melalui lembaga atau privat. Hal ini memungkinkan siswa bisa saja
lebih paham dari siswa lainya. Apa lagi bila siswa itu lebih paham dari gurunya
maka akan memberikan pandangan rendah terhadap guru tersebut.
Pembudayaan merupakan suatu proses pembiasaan. Pembudayaan sopan
santun dapat dimaksudkan sebagai upaya pembiasaan sikap sopan santun agar
menjadi bagian dari pola hidup seseorang yang dapat dicerminkan melalui sikap
dan

perilaku

keseharian.

Menurut

Ujiningsih

dan Antoro

(2010:4-6),

pembudayaan sopan santun dapat dilakukan di rumah dan di sekolah.
Pembudayaan sopan santun di rumah dapat dilakukan melalui peran orang
tua dalam mendidik anaknya. Orang tua dapat melakukan hala-hal sebagai
berikut:
a) Orang tua memberikan contoh-contoh penerapan perilaku sopan santun di
depan anak. Contoh merupakan alat pendidikan yang sekaligus dapat
memberikan pengetahuan pada anak tentang makna dan implementasi dari
sikap sopan santun itu sendiri.
b) Menanamkan sikap sopan santun melalui pembiasaan. Anak dibiasakan
bersikap sopan dalam kehidupan sehari hari baik dalam bergaul dalam satu
keluarga maupun dengan lingkungan.

c) Menanamkan sikap sopan santun sejak anak masih kecil, anak yang sejak kecil
dibiasakan bersikap sopan akan berkembang menjadi anak yang berperilaku
sopan santun dalam bergaul dengan siapa saja dan selalu dpat menempatkan
dirinya dalam suasana apapun. Sehingga sikap ini dapat diajadikan bekal awal
dalam membina karakter anak.
Pembudayaan sikap sopan santun di sekolah dapat dilakukan melalui
program yang dibuat oleh sekolah untuk mendesain skenario pembiasaan sikap
sopan santun. Sekolah dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Peran sekolah dalam membiasakan sikap sopan santun dapat dilakukan dengan
memberikan contoh sikap sopan dan santun yang ditunjukkan oleh guru. Siswa
sebagai pembelajar dapat menggunakan guru sebagai model. Dengan contoh
atau model dari guru ini siswa dengan mudah dapat meniru sehingga guru
dapat dengan mudah menananmkan sikap sopan santun.
2. Guru dapat selalu mengitegrasikan perilaku sopan santun ini dalam setiap mata
pelajaran, sehingga tanggungjawab perkembangan anak didik tidak hanya
menjadi beban guru agama dan guru BP saja.
3. Guru agama dan guru BP dapat melakukan pembiasaan yang dikaitkan dalam
penilain secara afektif. Penilaian pencapain kompetensi dalam 2 matapelajaran
ini hendaknya difokuskan pada pencapain kompetensi afektif. Kompetensi
kognitif hanya sebagai pendukung mengusaan secara afektif.
KESIMPULAN
Lunturnya budaya sopan santun siswa terhadap guru merupakan masalah
umum yang tengah dihadapi oleh dunia pendidikan masa sekarang. Terdapat
banyak faktor mempengaruhi terjadinya masalah ini baik internal maupun
eksternal. Untuk eksternal yaitu perkembangan ICT, globalisasi kultur, pergaulan
bebas dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang serta faktor dari guru sebagai
tenaga pendidik.
Kita sebagai remaja juga harus sadar diri jika perilaku kita ini memang
sudah mulai luntur karena ulah tingkah kita sendiri. Banyak kritik dari golongan
tua jika sopan santun kita mulai hilang dan kenyataannya memang iya. Mulailah
dari diri sendiri untuk merubah perilaku itu.
Mengenai permasalahan remaja yang kurang memiliki etika itu disebabkan
oleh tudak diberinya pengajaran sejak kecil, dan pengakuan dari orang tua

bahwaantara orang tua dan remaja memiliki suatu tanggungjawab yang sama
untuk saling menghormati dan menghargai.
Mengenai budaya bangsa yang diklaim oleh bangsa lain merupakan
tanggungjawab kita bersama, sehingga kit harus menjaga secara utuh mulai dari
budayanya hingga sikapnya, karena budaya menunjukan perwujudan dari sikap
yang berdasar pada saling menghormati dan menghargai sehingga terwujud suatu
bentuk sopan santun dan tatakrama yang baik.
Tentang lunturya kepribadian dan budaya bangsa merupakan dampak dari
tidak adanya sopan santun dan tatakrma alam kehidupan,maka dari itu kita harus
selalu memupuk rasa saling menghormati dan menghargai untuk menimbulkan
rasa sopan santun dan tatakrama antar sesama.
Kita sebagai remaja juga harus sadar diri jika perilaku kita ini memang
sudah mulai luntur karena ulah tingkah kita sendiri. Banyak kritik dari golongan
tua jika sopan santun kita mulai hilang dan kenyataannya memang iya. Mulailah
dari diri sendiri untuk merubah perilaku itu.
Anak-anak yang kurang peduli tentang sopan santun dapat diatasi dengan
memberikan pendidikan tatakrama mulai dari kecil melalui langkah-langkah:
1. Orang tua sebagai model.
2.Mulai dari hal kecil
3. Serta menjelaskan tujuanya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkn kehadirat ALLOH
SWT. Penulis menyadari bahwa begitu banyak pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian Tugas ini. Melalui kesempatan ini dengan segala kerendahan hati,
penulis mengucapkan TerimaKasih kepada M. Januar Ibnu Adham selaku Dosen
pembimbing serta rekan-rekan yang terlibat.

DAFTAR PUSTAKA
Online :
Andi.(2014).contoh teks argumentasi lunturnya sopan santun remaja Indonesia.
[online]

Tersedia

:

http://geografimusik.blogspot.co.id/2014/11/contoh-teks-

argumentasi-lunturnya-sopan.html. Pada : [ 29 November 2017].
Astarka,C.,T.(2015). BUDAYA SOPAN SANTUN ( AKAN ) LUNTUR.[online].
Tersedia :https://www.kompasiana.com/evaristus/budaya-sopan-santun-akanluntur-550dd4fe813311c22cbc5fbb. Pada : [ 29 November 2017].
Bob Susanto. (2015). Pengertian Budaya Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia :
http://www.spengetahuan.com/2015/03/pengertian-budaya-menurut-para-ahlilengkap.html. Pada : [ 29 November 2017].
Idasuramunhusna. (2013) . Lunturnya Sopan Santun Siswa Terhadap Guru .
[Online].Tersedia :https://idasuramunhusna.wordpress.com/2013/10/13/lunturnyabudaya-sopan-santun-siswa-terhadap-guru. Pada :[29 November 2017].
Rulam.(2012). Sopan Santun Sebuah Budaya yang Terlupakan.[online]. Tersedia:
http://www.infodiknas.com/%E2%80%9Csopan-santun%E2%80%9D-sebuahbudaya-yang-terlupakan.html pada :[29 November 2017]
Jurnal :
Darsiyah.(2013).Perubahan

Kebudayaan

Indonesia

Karena

Globalisasi.Semarang:1-7
Kholifah,Naimah.(2015).Studi

Tentang

Sopan

Santun

Pada

Peserta

Didik.1.doi:1036-2720
Rachmadiana,M.(2004). Mencium Tangan, Membungkukkan Badan.1(2).33-34
Setiawan,Dedi,Magafira,Geovani,Wulandari.(2015). Sopan Santun. Bima:1-11
Widianto,E.(2015). Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter
Anak Usia Dini Dalam Keluarga.2(1).1-75
Yanti,Pitoewas,Yanzi.(2004).Faktor-Faktor Penyebab Pergeseran Moral Dan Budi
Pekerti Peserta Didik.1-12