NIKEL LATERIT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARU
NIKEL LATERIT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBENTUKANNYA
Oleh
Edi Yasa Ardiansyah
Dosen Teknik Pertambangan-Institut Teknologi Medan
Email : [email protected]
Nikel laterit merupakan salah satu mineral bijih di Indonesia yang mempunyai peran penting dalam
pemasukan atau penambahan pendapatan Negara dalam sektor pertambangan. Mineral ini banyak
dimanfaatkan dalam industri manufaktur terutama sebagai bahan pelapis untuk anti karat.
Kebutuhan akan mineral bijih nikel saat ini semakin meningkat sesuai dengan besarnya
pertumbuhan industri manufaktur, terutama untuk pasar dunia khususnya ke RRC. Nikel laterit
merupakan sumber bahan tambang yang sangat penting dan menyumbang pemenuhan terhadap 40%
dari produksi nikel dunia,
Deposit nikel laterit secara umum terbentuk dari hasil pelapukan batuan induk dari jenis ultrabasa
(ultramafic). dominan terbentuk daerah yang mempunyai iklim tropis sampai sub-tropis
Faktor yang mempengaruhi Pembentukan pembentukan nikel laterit adalah kondisi topografi dan
morfologi, kondisi batuan dasar, kondisi air tanah, iklim dan struktur geologi
Faktor-faktor pembentukan nikel laterit secara umum harus bekerja secara proposional dan intens
dalam artian bahwa tidak dapat salah satu atau hanya beberapa faktor dominan saja yang bekerja
untuk proses pembentukannya.
Kata Kunci : Nikel Laterit, Faktor pembentukanya
Nickel Laterite ore mineral is one in Indonesia which has an important role in importing or adding
state income in the mining sector. The Minerals is widely utilized in the manufacturing industry
mainly as a coating for anti rust. The need for mineral ores nickel is currently increasing in
accordance with the magnitude of the growth of the manufacturing industry, especially for the world
market, especially to China. Nickel Laterite mine material is a source of great importance and
contributes to the fulfillment of 40% of the world's nickel production,
Nickel Laterite deposits are generally formed from the weathering of parent rock results from this type
of ultrabasa (ultramafic). the area had formed the dominant climate is sub-tropical to tropical
Factors affecting the formation of lateritic nickel is formation conditions and morphology,
topography of the bedrock conditions, k ondisi groundwater, climatic and geological structure
The factors forming Nickel Laterite in General should be proportional and intense work in the sense
that there can be one or just a few dominant factor that worked for the process of its formation.
Keyword : Nickel Laterite, Factor affecting
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara produsen
nikel kedua yang terbesar setelah Rusia
dan PT Inco Tbk (Vale) merupakan
produsen terbesar penghasil nikel di
Indonesia berupa nikel matte, selanjutnya
PT.Aneka Tambang (Pomala) yang
menghasilkan ferro nikel.
Nikel laterit merupakan sumber bahan
tambang yang sangat penting. Endapan
nikel laterite terbentuk dari hasil
pelapukan yang Dari batuan induk dari
jenis ultrabasa. Mineral ini umumnya
terbentuk pada wilayah yang beriklim
tropis sampai sub-tropis. Negara-negara
yang kebanyakan mengandung nikel
laterite diantaranya, Philipina, Indonesia,
Columbia dan Australia.
Batuan induk dari endapan Nikel Laterite
adalah batuan ultrabasa yaitu harzburgite
(peridotit yang kaya akan unsur
orthopiroksen), dunit dan jenis peridotit
lainnya, Nikel dengan kadar yang cukup
baik umumnya mengandung mineral
Garnierite (max. Ni 40%). Ni terlarut
(leached) dari fase limonite (Fe
Oxyhydroxide) dan terendapkan bersama
mineral silicate hydrous atau mensubtitusi
unsure Mg pada serpentinite yang
teralterasi (Pelletier,1996).
Nikel laterit merupakan bahan mineral
yang terbentuk dari hasil pelapukan, yang
dalam prosesnya dipengaruhi oleh proses
enrichment supergene terhadap endapan
hydrous silicate ini.
Pemahaman tentang pembentukan nikel
laterit serta faktor-faktor pembentukannya
merupakan hal penting yang harus
dipahami oleh para ekplorer untuk
membantu dalam kegiatan eksplorasi.
Selama ini masih minimnya pengetahuan
dan pemahaman tentang pembentukan
nikel laterit tersebut berakibat pada resiko
investasi.
Maka
penulis
berusaha
memaparkarkan berbagai hal tentang
pembentukan nikel laterit berdasarkan
hasil pengalaman di lapangan
2. Proses Kimia Pembentukan Nikel
Nikel terbentuk bersama mineral silikat
kaya akan unsur Mg (olivin). Olivin adalah
jenis mineral yang tidak stabil selama
pelapukan berlangsung. Saprolite adalah
produk pelapukan pertama, meninggalkan
sedikitnya 20% fabric dari batuan aslinya
(parent rock). Batas antara batuan dasar,
saprolite dan wathering front tidak jelas
dan bahkan perubahannya gradasional.
Endapan nikel laterite dicirikan dengan
adanya speroidal weathering sepanjang
joints dan fractures (boulder saprolite).
Selama pelapukan berlangsung, Mg larut
dan Silika larut bersama groundwater. Ini
menyebabkan fabric dari batuan induknya
totally change. Sebagai hasilnya, Fe-Oxide
mendominasi dengan membentuk lapisan
horizontal diatas saprolite yang sekarang
kita kenal sebagai Limonite. nikel
umumnya berasosiasi dengan Fe-Oxide
terutama dari jenis Goethite.
3. Genesis Nikel Laterit
Endapan nikel laterite terbentuk baik pada
mineral jenis silicate atau oxide.
Kemiripan radius ion Ni2+ dan Mg2+
memungkinkan substitusi ion diantara
keduanya. Umumnya, mineral bijih dari
jenis hidrous silicate seperti talc, smectite,
sepiolite, dan chlorite terbentuk selama
proses metamorphisme temperature rendah
dan selama proses pelapukan dari batuan
induk. Umumnya, mineral – mineral
tersebut mempunyai variasi ratio Mg dan
Ni. Mineral garnierite dari jenis silikat
mempunyai ciri poor kristalin, tekstur
afanitik, dan berstuktur seperti serpentinite
(Brindley,1978).
Pelapukan kimia pada batuan ultra mafik
kompleks ofiolit menghasilkan Mg, Fe, Ni
yang larut (leached), Si cenderung
membentuk koloid dari partikel-partikel
silika yang sangat halus.
Didalam larutan, Fe teroksidasi dan
mengendap sebagai ferri-hydroksida,
akhirnya membentuk mineral-mineral
seperti geothit, limonit, dan haematit dekat
permukaan. Bersama mineral-mineral ini
selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah
kecil. Nikel terlarut (leached) akan
terendapkan bersama mineral silica
hydrous atau mensubtitusi unsur mg.
Pada jenis endapan ini, Si hanya sebagian
terlarut melalui air tanah, sisanya akan
bergabung dengan Fe, Ni, dan Al
membentuk mineral lempung (clay
minerals) seperti Ni-rich Nontronite pada
bagian tengah profil saprolite (lihat profil).
Ni-rich serpentine juga dapat digantikan
oleh smectite atau kuarsa jika profil
deposit ini tetap kontak dalam waktu lama
dengan air tanah. Kadar nikel pada
endapan ini lebih rendah dari endapan
Hydrosilicate yakni sekitar 1,2% (Brand et
al,1998).
Secara mineralogi nikel laterit dapat dibagi
dalam tiga kategori (Brand et al,1998).
a. Hydrous Silicate Deposits
Profil dari type ini secara vertikal dari
bawah ke atas: Ore horizon pada lapisan
saprolite (Mg - Ni silicate), kadar nikel
antara 1,8% - 2,5%. Pada zona ini
berkembang box-works, veining, relic
structure, fracture dan grain boundaries
dan dapat terbentuk mineral yang kaya
dengan nikel; Garnierite (max. Ni 40%).
Ni terlarut (leached) dari fase limonite (FeOxyhydroxide) dan terendapkan bersama
mineral silika hydrous atau mensubstitusi
unsur Mg pada serpentinite yang teralterasi
(Pelletier,1996). Jadi, meskipun nikel
laterit adalah produk pelapukan, tapi dapat
dikatakan
juga
bahwa
proses
meningkatkan supergene sangat penting
dalam pembentukan formasi dan nilai
ekonomis dari endapan hydrous silicate
ini. Tipe ini dapat ditemui di beberapa
tempat seperti di New Caledonia,
Indonesia, Philippina, Dominika, dan
Columbia.
b. Clay Silicate Deposits
Gambar 1. Profil nikel laterit
3. Oxide Deposits
Tipe terakhir adalah Oxide Deposit.
Berdasarkan profil yang ditampilkan,
bagian bawah profil menunjukkan
protolith dari jenis harzburgitic peridotite
(sebagian besar terdiri dari mineral jenis
olivin, serpentine dan piroksen). Endapan
ini sangat rentan terhadap pelapukan
terutama di daerah tropis. Di atasnya
terbentuk
saprolite dan mendekati
permukaan terbentuk limonite dan
ferricrete. Kandungan nikel pada tipe
Oxide deposit ini berasosiasi dengan
goethite (FeOOH) dan Mn-Oxide. Sebagai
tambahan, nikel laterit sangat jarang atau
sama sekali tidak terbentuk pada batuan
karbonat yang mengandung mineral talk.
Secara mineralogi nikel laterite dapat
dibagi dalam tiga kategori (Brand et
al,1998).
4. Tektonik Setting
Nikel laterite berkembang di kompleks
Ophiolite pada rentang waktu Phanerozoic,
terutama Cretaseous-Miosen. Ophiolite ini
telah mengalami fault dan joint sebagai
efek dari tectonic uplift yang dapat
memicu
intensitas
pelapukan
dan
perubahan pada water table level. Deposit
Nikel lainnya ditemukan pada Archean
Craton yang tergolong stabil berasosiasi
dengan layer mafic complexes and
komatiite (Butt,1975).
Semakin banyak zona shear dan step fault
yang terbentuk di batuan induk ultrabasa,
maka semakin tinggi pula tingkat
enrichment proses untuk menghasilkan
grade nikel yang tinggi. Sebaliknya, zona
thrust
fault
berasosiasi
dengan
emplacement kompleks ophiolite dan
bersama dengan greenstone membentuk
zona serpentine milonite atau talccarbonates-altered
ultramafic
rocks.
Komposisi seperti itu tidak memungkinkan
terbentuknya Nikel pada endapan residu
(regolith/lapukan).
5. Kondisi yang mempengaruhi
pembentukan nikel laterit
1. Kondisi Topografi dan Morfologi
Dua faktor tersebut sangat penting dalam
endapan nikel laterit karena kaitannya
dengan posisi water table, stuktur dan
drainage. Zona enrichment nikel laterit
berada di topografi bagian atas (upper hill
slope,crest, plateau, atau terrace). Kondisi
water table pada zona ini dangkal, apalagi
ditambah dengan adanya zona patahan dan
shear or joint. In consequence, akan
mempercepat proses palarutan kimia
(leaching processes) yang pada akhirnya
akan
terbentuk
endapan
saprolite
mengandung nikel yang cukup tebal.
Sebaliknya, pada topografi yang rendah,
water table yang dalam akan menghambat
proses pelarutan unsur – unsur dari batuan
induk (baca:enrichment proses).
2. Kondisi batuan dasar
Nikel laterit secara umum ditemukan
berlimpah
pada
batuan
ultrabasa
(ultramafik) (SiO2 < 45%) hingga basa
(mafik). Dimana pada batuan ini umumnya
dijumpai mineral olivine yang merupakan
mineral
yang
sangat
mendukung
pembentukan nikel laterit.
3. Kondisi Air Tanah
Air tanah terutama air permukaan
mempunyai peran penting dalam proses
pembentukan nikel laterit. Air tanah
berperan untuk melarutkan unsur-unsur
kimia tanah yang membantu proses
pelapukan batuan induk , Selain sebagai
pelarut air tanah juga berperan dalam
proses
pengkayaan
unsur-unsur
(enrichment) dalam pembentukan nikel
laterit dimana proses pengkayaan sangat
membentuhkan
naik
turunnya
air
permukaan.
4. Kondisi Iklim
Kondisi iklim yang ekstrim sangat
dibutuhkan dalam proses pembentukan
nikel laterit, dimana tingginya curah hujan
dan perubahan temperatur yang sangat
signifikan terjadi, sehingga mengakibatkan
proses pelapukan terhadap batuan dasar
dapat berjalan dengan baik sehingga
pembentukan nikel berjalan dengan
sempurna.
5. Kondisi Stuktur Geologi
Struktur geologi baik secara regional
maupun lokal sangat mempengaruhi
pembentukan mineral nikel, besarnya
intensitas terjadinya pembentukan struktur
geologi (patahan, kekar) terutama secara
lokal tentunya akan sangat membantu
dalam proses pelapukan secara kimiawi.
Rekahan yang terjadi terhadap batuan akan
memudahkan penetrasi air tanah dan
reagen-reagen kimia untuk masuk dan
mempercepat proses pelapukan.
6. Kondisi Vegetasi
Vegetasi airi juga mempunyai peran
penting dalam pembentuakn nikel laterit,
dimana selain akar tanaman yang
memudahkan penetrasi air tanah dan
pelapukan,
namun
ketinggian
dan
kerimbunan serta kerapatan tanaman juga
menjadi faktor pertimbangan, Karena
tanaman yang terlalu rapat, rimbun dan
terlalu tinggi mengakibatkan intensitas
kontak massa batuan dengan matahari
sebagai faktor penyuplai panas akan
rendah, sehingga akan mempengaruhi
proses pelapukan.
Tingkat Dominasi pengaruh
pembentukan nikel laterit.
faktor
Dalam pembentukan nikel laterit, secara
umum dipengaruhi oleh berbagai kondisi
lingkungan yang tersebut diatas, namun
tingkat dominasi kondisi mempunyai
hubungan erat terhadap jumlah deposit
yang dihasilkan suatu sumberdaya nikel
laterit disuatu tempat.
Faktor-faktor pembentukan nikel laterit
secara umum harus bekerja secara
proposional dan seimbang dalam artian
bahwa tidak dapat salah satu atau hanya
beberapa faktor dominan saja yang bekerja
untuk proses pembentukan ini.
Sebagai contoh potensi nikel yang terdapat
di provinsi Sulawesi Tenggara dimana
sebaran satuan ophiolit (ultramafic) hampir
menutupi sebagian besar provinsi ini,
namun kenyataan bahwa satuan ophiolit
yang terdapat di sekitar kabupaten Konawe
Selatan dan Konawe menghasilkan nikel
laterit yang berbentuk spot-spot sedangkan
di wilayah Konawe Utara, Kolaka dan
sebagian Kolaka Utara sebaliknya relatif
homogen, mempunyai cadangan nikel
laterit yang tebal dan besar
Berdasarkan pengamatan lapangan dan
analisa kondisi daerah yang dilakuan
penulis, menunjukan bahwa daerah-daerah
yang terdapat potensi endapan nikel laterit
semua faktor-faktor pembentukan bekerja
dengan baik, dimana morfologi daerah
umumnya miring landai hingga landai,
intensitas kontak batuan ophiolit dengan
air tanah cukup tinggi, hampir rata-rata
daerah yang berpotensi endapan nikel
homogen berada disekitar pinggir pantai
atau dekat danau (PT.Inco.Tbk) dan
ketebalan endapan nikel lebih dari 10-20
meter pada beberapa tempat lebih dari 20
m, intensitas penyinaran matahari relatif
tinggi, hal ini tentu akan mempengaruhi
proses pelapukan massa batuan selain itu
banyaknya terdapat struktur geologi
berupa kekar dan sesar yang terbentuk baik
selama pembentukan sesar utama Sulawesi
maupun proses subduksi, struktur ini
berperan sebagai agen penetrasi air ke
dalam massa batuan sehingga proses
pelapukan dan pengkayaan berjalan
sempurna.
Sedangkan pada daerah yang terdapat
nikel berbentuk spot-spot secara umum
hampir sama dengan daerah yang
mempunyai endapan nikel laterit yang
homogen, namun hal yang masih kurang
intensitas anatar lain adalah hujan, dimana
hujan yang merupakan salah satu agen
untuk mempengaruhi proses pelapukan
dan pengkayaan relatif rendah, sehingga
kontak antara massa batuan dengan air
tanah/permukaan kurang atau tidak ada
sama sekali, akibatnya proses pelapukan/
pembentukan nikel laterit tidak berjalan
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 2. Singkapan batuan ultramafik yang
lapuk mengkulit bawang namun intensitas
kontak air permukaan rendah dan nikel lateri
terbentuk spot-spot (Lokasi Ulu Meraka
-Konawe)
Selain itu faktor vegetasi juga mendukung,
pada beberapa tempat yang terdapat
endapan nikel laterit yang berlimpah
mempunyai vegetasi yang jarang dan tidak
rimbun serta relatif tidak tinggi (sekitar 510 meter), karena hal ini berpengaruh
terhadap intensitas penyinaran matahari.
KESIMPULAN
Dari analisa diatas dapat disimpulkan
bahwa dalam pembentukan nikel laterit:
1. Semua faktor-faktor harus terpenuhi
dan bekerja secara proposional serta
intens.
2. Faktor lingkungan cekungan juga harus
menjadi perhatian untuk kegiatan
eksplorasi
3. Perlu dilakukan pengkajian yang lebih
mendalam tentang intensitas pengaruh
setiap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pembentukan nikel
laterit.
Bagdja, M. P., 1998. Eksplorasi Geokimia
Regional, Bersistem Daerah Kabupaten
Kendari, dan Kolaka, Sulawesi Tenggara,
Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
Bemmelen, R.W. van, 1949, The Geology of
Indonesia Vol.II, Martinus Nijhoff, The
Hague.
Edi Yasa,A, 2013, Penyelidikan Pendahuluan
Potensi Nikel Laterit di Daerah
Pondidaha Kec. Gong Gua Kab.Konawe
Prov.Sulawesi
Tenggara,
Fakultas
Teknologi Mineral-ITM, Medan
Simanjuntak, T.O., Surono dan Sukido,
1993, Peta Geologi Lembar Kolaka,
Sulawesi, sekala 1 : 250.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Sismin, Data
Digital
Potensi
Bahan
Galian Indonesia, Direktorat Sumberdaya
Mineral,Bandung.
Sufriadin, 2013 “ Mineralogi, Geokimia, dan
Prilaku Leaching pada endapan Laterit
Nikel Soroako Sulawesi Selatan”,
Desertasi,UGM
Tim Inventarisasi Sumberdaya Mineral dan
Energi,2001 “ Laporan Inventarisasi
Sumber daya Mineral dan Energi Kec.
Asera Kab. Kendari, Propinsi Sulawesi
Tenggara, Dinas Pertambangan dan
Energi, Kabupaten Kendari, Unaaha.
Peter,W.C., 1978, “Exploration and Mining
Geology”, Jhon Wiley & Sons, New York,
Chichester Brisbane, Toronto.
Rusmana E., Sukido, Sukarna, D., Haryanto,
E.& Simanjuntak T.O., 1993, Peta
Geologi Lembar Lasusua – Kendari,
Sulawesi, sekala 1 : 250.000, Pusat
penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
www.id.wikipedia.org/wiki/nikel_laterit,
diakses taggal 20 April 2013
PEMBENTUKANNYA
Oleh
Edi Yasa Ardiansyah
Dosen Teknik Pertambangan-Institut Teknologi Medan
Email : [email protected]
Nikel laterit merupakan salah satu mineral bijih di Indonesia yang mempunyai peran penting dalam
pemasukan atau penambahan pendapatan Negara dalam sektor pertambangan. Mineral ini banyak
dimanfaatkan dalam industri manufaktur terutama sebagai bahan pelapis untuk anti karat.
Kebutuhan akan mineral bijih nikel saat ini semakin meningkat sesuai dengan besarnya
pertumbuhan industri manufaktur, terutama untuk pasar dunia khususnya ke RRC. Nikel laterit
merupakan sumber bahan tambang yang sangat penting dan menyumbang pemenuhan terhadap 40%
dari produksi nikel dunia,
Deposit nikel laterit secara umum terbentuk dari hasil pelapukan batuan induk dari jenis ultrabasa
(ultramafic). dominan terbentuk daerah yang mempunyai iklim tropis sampai sub-tropis
Faktor yang mempengaruhi Pembentukan pembentukan nikel laterit adalah kondisi topografi dan
morfologi, kondisi batuan dasar, kondisi air tanah, iklim dan struktur geologi
Faktor-faktor pembentukan nikel laterit secara umum harus bekerja secara proposional dan intens
dalam artian bahwa tidak dapat salah satu atau hanya beberapa faktor dominan saja yang bekerja
untuk proses pembentukannya.
Kata Kunci : Nikel Laterit, Faktor pembentukanya
Nickel Laterite ore mineral is one in Indonesia which has an important role in importing or adding
state income in the mining sector. The Minerals is widely utilized in the manufacturing industry
mainly as a coating for anti rust. The need for mineral ores nickel is currently increasing in
accordance with the magnitude of the growth of the manufacturing industry, especially for the world
market, especially to China. Nickel Laterite mine material is a source of great importance and
contributes to the fulfillment of 40% of the world's nickel production,
Nickel Laterite deposits are generally formed from the weathering of parent rock results from this type
of ultrabasa (ultramafic). the area had formed the dominant climate is sub-tropical to tropical
Factors affecting the formation of lateritic nickel is formation conditions and morphology,
topography of the bedrock conditions, k ondisi groundwater, climatic and geological structure
The factors forming Nickel Laterite in General should be proportional and intense work in the sense
that there can be one or just a few dominant factor that worked for the process of its formation.
Keyword : Nickel Laterite, Factor affecting
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara produsen
nikel kedua yang terbesar setelah Rusia
dan PT Inco Tbk (Vale) merupakan
produsen terbesar penghasil nikel di
Indonesia berupa nikel matte, selanjutnya
PT.Aneka Tambang (Pomala) yang
menghasilkan ferro nikel.
Nikel laterit merupakan sumber bahan
tambang yang sangat penting. Endapan
nikel laterite terbentuk dari hasil
pelapukan yang Dari batuan induk dari
jenis ultrabasa. Mineral ini umumnya
terbentuk pada wilayah yang beriklim
tropis sampai sub-tropis. Negara-negara
yang kebanyakan mengandung nikel
laterite diantaranya, Philipina, Indonesia,
Columbia dan Australia.
Batuan induk dari endapan Nikel Laterite
adalah batuan ultrabasa yaitu harzburgite
(peridotit yang kaya akan unsur
orthopiroksen), dunit dan jenis peridotit
lainnya, Nikel dengan kadar yang cukup
baik umumnya mengandung mineral
Garnierite (max. Ni 40%). Ni terlarut
(leached) dari fase limonite (Fe
Oxyhydroxide) dan terendapkan bersama
mineral silicate hydrous atau mensubtitusi
unsure Mg pada serpentinite yang
teralterasi (Pelletier,1996).
Nikel laterit merupakan bahan mineral
yang terbentuk dari hasil pelapukan, yang
dalam prosesnya dipengaruhi oleh proses
enrichment supergene terhadap endapan
hydrous silicate ini.
Pemahaman tentang pembentukan nikel
laterit serta faktor-faktor pembentukannya
merupakan hal penting yang harus
dipahami oleh para ekplorer untuk
membantu dalam kegiatan eksplorasi.
Selama ini masih minimnya pengetahuan
dan pemahaman tentang pembentukan
nikel laterit tersebut berakibat pada resiko
investasi.
Maka
penulis
berusaha
memaparkarkan berbagai hal tentang
pembentukan nikel laterit berdasarkan
hasil pengalaman di lapangan
2. Proses Kimia Pembentukan Nikel
Nikel terbentuk bersama mineral silikat
kaya akan unsur Mg (olivin). Olivin adalah
jenis mineral yang tidak stabil selama
pelapukan berlangsung. Saprolite adalah
produk pelapukan pertama, meninggalkan
sedikitnya 20% fabric dari batuan aslinya
(parent rock). Batas antara batuan dasar,
saprolite dan wathering front tidak jelas
dan bahkan perubahannya gradasional.
Endapan nikel laterite dicirikan dengan
adanya speroidal weathering sepanjang
joints dan fractures (boulder saprolite).
Selama pelapukan berlangsung, Mg larut
dan Silika larut bersama groundwater. Ini
menyebabkan fabric dari batuan induknya
totally change. Sebagai hasilnya, Fe-Oxide
mendominasi dengan membentuk lapisan
horizontal diatas saprolite yang sekarang
kita kenal sebagai Limonite. nikel
umumnya berasosiasi dengan Fe-Oxide
terutama dari jenis Goethite.
3. Genesis Nikel Laterit
Endapan nikel laterite terbentuk baik pada
mineral jenis silicate atau oxide.
Kemiripan radius ion Ni2+ dan Mg2+
memungkinkan substitusi ion diantara
keduanya. Umumnya, mineral bijih dari
jenis hidrous silicate seperti talc, smectite,
sepiolite, dan chlorite terbentuk selama
proses metamorphisme temperature rendah
dan selama proses pelapukan dari batuan
induk. Umumnya, mineral – mineral
tersebut mempunyai variasi ratio Mg dan
Ni. Mineral garnierite dari jenis silikat
mempunyai ciri poor kristalin, tekstur
afanitik, dan berstuktur seperti serpentinite
(Brindley,1978).
Pelapukan kimia pada batuan ultra mafik
kompleks ofiolit menghasilkan Mg, Fe, Ni
yang larut (leached), Si cenderung
membentuk koloid dari partikel-partikel
silika yang sangat halus.
Didalam larutan, Fe teroksidasi dan
mengendap sebagai ferri-hydroksida,
akhirnya membentuk mineral-mineral
seperti geothit, limonit, dan haematit dekat
permukaan. Bersama mineral-mineral ini
selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah
kecil. Nikel terlarut (leached) akan
terendapkan bersama mineral silica
hydrous atau mensubtitusi unsur mg.
Pada jenis endapan ini, Si hanya sebagian
terlarut melalui air tanah, sisanya akan
bergabung dengan Fe, Ni, dan Al
membentuk mineral lempung (clay
minerals) seperti Ni-rich Nontronite pada
bagian tengah profil saprolite (lihat profil).
Ni-rich serpentine juga dapat digantikan
oleh smectite atau kuarsa jika profil
deposit ini tetap kontak dalam waktu lama
dengan air tanah. Kadar nikel pada
endapan ini lebih rendah dari endapan
Hydrosilicate yakni sekitar 1,2% (Brand et
al,1998).
Secara mineralogi nikel laterit dapat dibagi
dalam tiga kategori (Brand et al,1998).
a. Hydrous Silicate Deposits
Profil dari type ini secara vertikal dari
bawah ke atas: Ore horizon pada lapisan
saprolite (Mg - Ni silicate), kadar nikel
antara 1,8% - 2,5%. Pada zona ini
berkembang box-works, veining, relic
structure, fracture dan grain boundaries
dan dapat terbentuk mineral yang kaya
dengan nikel; Garnierite (max. Ni 40%).
Ni terlarut (leached) dari fase limonite (FeOxyhydroxide) dan terendapkan bersama
mineral silika hydrous atau mensubstitusi
unsur Mg pada serpentinite yang teralterasi
(Pelletier,1996). Jadi, meskipun nikel
laterit adalah produk pelapukan, tapi dapat
dikatakan
juga
bahwa
proses
meningkatkan supergene sangat penting
dalam pembentukan formasi dan nilai
ekonomis dari endapan hydrous silicate
ini. Tipe ini dapat ditemui di beberapa
tempat seperti di New Caledonia,
Indonesia, Philippina, Dominika, dan
Columbia.
b. Clay Silicate Deposits
Gambar 1. Profil nikel laterit
3. Oxide Deposits
Tipe terakhir adalah Oxide Deposit.
Berdasarkan profil yang ditampilkan,
bagian bawah profil menunjukkan
protolith dari jenis harzburgitic peridotite
(sebagian besar terdiri dari mineral jenis
olivin, serpentine dan piroksen). Endapan
ini sangat rentan terhadap pelapukan
terutama di daerah tropis. Di atasnya
terbentuk
saprolite dan mendekati
permukaan terbentuk limonite dan
ferricrete. Kandungan nikel pada tipe
Oxide deposit ini berasosiasi dengan
goethite (FeOOH) dan Mn-Oxide. Sebagai
tambahan, nikel laterit sangat jarang atau
sama sekali tidak terbentuk pada batuan
karbonat yang mengandung mineral talk.
Secara mineralogi nikel laterite dapat
dibagi dalam tiga kategori (Brand et
al,1998).
4. Tektonik Setting
Nikel laterite berkembang di kompleks
Ophiolite pada rentang waktu Phanerozoic,
terutama Cretaseous-Miosen. Ophiolite ini
telah mengalami fault dan joint sebagai
efek dari tectonic uplift yang dapat
memicu
intensitas
pelapukan
dan
perubahan pada water table level. Deposit
Nikel lainnya ditemukan pada Archean
Craton yang tergolong stabil berasosiasi
dengan layer mafic complexes and
komatiite (Butt,1975).
Semakin banyak zona shear dan step fault
yang terbentuk di batuan induk ultrabasa,
maka semakin tinggi pula tingkat
enrichment proses untuk menghasilkan
grade nikel yang tinggi. Sebaliknya, zona
thrust
fault
berasosiasi
dengan
emplacement kompleks ophiolite dan
bersama dengan greenstone membentuk
zona serpentine milonite atau talccarbonates-altered
ultramafic
rocks.
Komposisi seperti itu tidak memungkinkan
terbentuknya Nikel pada endapan residu
(regolith/lapukan).
5. Kondisi yang mempengaruhi
pembentukan nikel laterit
1. Kondisi Topografi dan Morfologi
Dua faktor tersebut sangat penting dalam
endapan nikel laterit karena kaitannya
dengan posisi water table, stuktur dan
drainage. Zona enrichment nikel laterit
berada di topografi bagian atas (upper hill
slope,crest, plateau, atau terrace). Kondisi
water table pada zona ini dangkal, apalagi
ditambah dengan adanya zona patahan dan
shear or joint. In consequence, akan
mempercepat proses palarutan kimia
(leaching processes) yang pada akhirnya
akan
terbentuk
endapan
saprolite
mengandung nikel yang cukup tebal.
Sebaliknya, pada topografi yang rendah,
water table yang dalam akan menghambat
proses pelarutan unsur – unsur dari batuan
induk (baca:enrichment proses).
2. Kondisi batuan dasar
Nikel laterit secara umum ditemukan
berlimpah
pada
batuan
ultrabasa
(ultramafik) (SiO2 < 45%) hingga basa
(mafik). Dimana pada batuan ini umumnya
dijumpai mineral olivine yang merupakan
mineral
yang
sangat
mendukung
pembentukan nikel laterit.
3. Kondisi Air Tanah
Air tanah terutama air permukaan
mempunyai peran penting dalam proses
pembentukan nikel laterit. Air tanah
berperan untuk melarutkan unsur-unsur
kimia tanah yang membantu proses
pelapukan batuan induk , Selain sebagai
pelarut air tanah juga berperan dalam
proses
pengkayaan
unsur-unsur
(enrichment) dalam pembentukan nikel
laterit dimana proses pengkayaan sangat
membentuhkan
naik
turunnya
air
permukaan.
4. Kondisi Iklim
Kondisi iklim yang ekstrim sangat
dibutuhkan dalam proses pembentukan
nikel laterit, dimana tingginya curah hujan
dan perubahan temperatur yang sangat
signifikan terjadi, sehingga mengakibatkan
proses pelapukan terhadap batuan dasar
dapat berjalan dengan baik sehingga
pembentukan nikel berjalan dengan
sempurna.
5. Kondisi Stuktur Geologi
Struktur geologi baik secara regional
maupun lokal sangat mempengaruhi
pembentukan mineral nikel, besarnya
intensitas terjadinya pembentukan struktur
geologi (patahan, kekar) terutama secara
lokal tentunya akan sangat membantu
dalam proses pelapukan secara kimiawi.
Rekahan yang terjadi terhadap batuan akan
memudahkan penetrasi air tanah dan
reagen-reagen kimia untuk masuk dan
mempercepat proses pelapukan.
6. Kondisi Vegetasi
Vegetasi airi juga mempunyai peran
penting dalam pembentuakn nikel laterit,
dimana selain akar tanaman yang
memudahkan penetrasi air tanah dan
pelapukan,
namun
ketinggian
dan
kerimbunan serta kerapatan tanaman juga
menjadi faktor pertimbangan, Karena
tanaman yang terlalu rapat, rimbun dan
terlalu tinggi mengakibatkan intensitas
kontak massa batuan dengan matahari
sebagai faktor penyuplai panas akan
rendah, sehingga akan mempengaruhi
proses pelapukan.
Tingkat Dominasi pengaruh
pembentukan nikel laterit.
faktor
Dalam pembentukan nikel laterit, secara
umum dipengaruhi oleh berbagai kondisi
lingkungan yang tersebut diatas, namun
tingkat dominasi kondisi mempunyai
hubungan erat terhadap jumlah deposit
yang dihasilkan suatu sumberdaya nikel
laterit disuatu tempat.
Faktor-faktor pembentukan nikel laterit
secara umum harus bekerja secara
proposional dan seimbang dalam artian
bahwa tidak dapat salah satu atau hanya
beberapa faktor dominan saja yang bekerja
untuk proses pembentukan ini.
Sebagai contoh potensi nikel yang terdapat
di provinsi Sulawesi Tenggara dimana
sebaran satuan ophiolit (ultramafic) hampir
menutupi sebagian besar provinsi ini,
namun kenyataan bahwa satuan ophiolit
yang terdapat di sekitar kabupaten Konawe
Selatan dan Konawe menghasilkan nikel
laterit yang berbentuk spot-spot sedangkan
di wilayah Konawe Utara, Kolaka dan
sebagian Kolaka Utara sebaliknya relatif
homogen, mempunyai cadangan nikel
laterit yang tebal dan besar
Berdasarkan pengamatan lapangan dan
analisa kondisi daerah yang dilakuan
penulis, menunjukan bahwa daerah-daerah
yang terdapat potensi endapan nikel laterit
semua faktor-faktor pembentukan bekerja
dengan baik, dimana morfologi daerah
umumnya miring landai hingga landai,
intensitas kontak batuan ophiolit dengan
air tanah cukup tinggi, hampir rata-rata
daerah yang berpotensi endapan nikel
homogen berada disekitar pinggir pantai
atau dekat danau (PT.Inco.Tbk) dan
ketebalan endapan nikel lebih dari 10-20
meter pada beberapa tempat lebih dari 20
m, intensitas penyinaran matahari relatif
tinggi, hal ini tentu akan mempengaruhi
proses pelapukan massa batuan selain itu
banyaknya terdapat struktur geologi
berupa kekar dan sesar yang terbentuk baik
selama pembentukan sesar utama Sulawesi
maupun proses subduksi, struktur ini
berperan sebagai agen penetrasi air ke
dalam massa batuan sehingga proses
pelapukan dan pengkayaan berjalan
sempurna.
Sedangkan pada daerah yang terdapat
nikel berbentuk spot-spot secara umum
hampir sama dengan daerah yang
mempunyai endapan nikel laterit yang
homogen, namun hal yang masih kurang
intensitas anatar lain adalah hujan, dimana
hujan yang merupakan salah satu agen
untuk mempengaruhi proses pelapukan
dan pengkayaan relatif rendah, sehingga
kontak antara massa batuan dengan air
tanah/permukaan kurang atau tidak ada
sama sekali, akibatnya proses pelapukan/
pembentukan nikel laterit tidak berjalan
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 2. Singkapan batuan ultramafik yang
lapuk mengkulit bawang namun intensitas
kontak air permukaan rendah dan nikel lateri
terbentuk spot-spot (Lokasi Ulu Meraka
-Konawe)
Selain itu faktor vegetasi juga mendukung,
pada beberapa tempat yang terdapat
endapan nikel laterit yang berlimpah
mempunyai vegetasi yang jarang dan tidak
rimbun serta relatif tidak tinggi (sekitar 510 meter), karena hal ini berpengaruh
terhadap intensitas penyinaran matahari.
KESIMPULAN
Dari analisa diatas dapat disimpulkan
bahwa dalam pembentukan nikel laterit:
1. Semua faktor-faktor harus terpenuhi
dan bekerja secara proposional serta
intens.
2. Faktor lingkungan cekungan juga harus
menjadi perhatian untuk kegiatan
eksplorasi
3. Perlu dilakukan pengkajian yang lebih
mendalam tentang intensitas pengaruh
setiap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pembentukan nikel
laterit.
Bagdja, M. P., 1998. Eksplorasi Geokimia
Regional, Bersistem Daerah Kabupaten
Kendari, dan Kolaka, Sulawesi Tenggara,
Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
Bemmelen, R.W. van, 1949, The Geology of
Indonesia Vol.II, Martinus Nijhoff, The
Hague.
Edi Yasa,A, 2013, Penyelidikan Pendahuluan
Potensi Nikel Laterit di Daerah
Pondidaha Kec. Gong Gua Kab.Konawe
Prov.Sulawesi
Tenggara,
Fakultas
Teknologi Mineral-ITM, Medan
Simanjuntak, T.O., Surono dan Sukido,
1993, Peta Geologi Lembar Kolaka,
Sulawesi, sekala 1 : 250.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Sismin, Data
Digital
Potensi
Bahan
Galian Indonesia, Direktorat Sumberdaya
Mineral,Bandung.
Sufriadin, 2013 “ Mineralogi, Geokimia, dan
Prilaku Leaching pada endapan Laterit
Nikel Soroako Sulawesi Selatan”,
Desertasi,UGM
Tim Inventarisasi Sumberdaya Mineral dan
Energi,2001 “ Laporan Inventarisasi
Sumber daya Mineral dan Energi Kec.
Asera Kab. Kendari, Propinsi Sulawesi
Tenggara, Dinas Pertambangan dan
Energi, Kabupaten Kendari, Unaaha.
Peter,W.C., 1978, “Exploration and Mining
Geology”, Jhon Wiley & Sons, New York,
Chichester Brisbane, Toronto.
Rusmana E., Sukido, Sukarna, D., Haryanto,
E.& Simanjuntak T.O., 1993, Peta
Geologi Lembar Lasusua – Kendari,
Sulawesi, sekala 1 : 250.000, Pusat
penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
www.id.wikipedia.org/wiki/nikel_laterit,
diakses taggal 20 April 2013