BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gunung Berapi - Kajian Kandungan Mineral Kalium, Natrium Dan Kalsium Pada Sayuran Kubis (Brassica Oleracea L.) Yang Diperoleh Dari Lahan Hasil Pertanian Pasca Letusan Gunung Sinabung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gunung Berapi

  adanya pengaruh dari luar dan dalam bumi itu sendiri. Pengaruh dari dalam bumi berupa tenaga yang sangat besar sehingga dapat membentuk muka bumi beraneka ragam. Tenaga yang berasal dari dalam bumi ini disebut endogen, contoh tektonisme, vulkanisme, dan seisme. Sedangkan tenaga yang berasal dari luar bumi disebut eksogen, conroh pelapukan dan erosi pengikisan. Karena tenaga endogen inilah, akhirnya terbentuk sebuah gunung. Gunung merupakan tonjolan pada kulit bumi yang terdiri dari lereng dan puncak (Hartuti, 2009).

  Rangkaian dari gunung-gunung akan membentuk pegunungan. Gunung dan pegunungan terbentuk karena adanya tenaga endogen. Apabila suatu tempat di permukaan bumi pernah atau masih mengeluarkan magma, maka terbentuklah gunung berapi. Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang didefinisikan sebagai suatu saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan saat meletus. Secara singkat, gunung berapi adalah gunung yang masih aktif dalam mengeluarkan material di dalamnya (Hartuti, 2009).

2.1.1 Jenis Gunung Berapi Berdasarkan Bentuknya a.

  Gunung berapi kerucut atau gunung berapi strato (Stratovolcano)

  Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah – ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis – lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang – kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali.

  Gunung berapi perisai (Shieldvolcano) Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.

  c.

  Cinder Cone Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya diatas 500 meter dari tanah di sekitarnya.

  d.

  Kaldera Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.

2.1.2 Klasifikasi Gunung Berapi di Indonesia a.

  Gunung Berapi Tipe A Gunung berapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang- kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. b.

  Gunung Berapi Tipe B Gunung berapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmetik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.

  Gunung Berapi Tipe C Gunung berapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkat lemah.

  2.1.3 Gunung Berapi Meletus Gunung berapi meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1000

  C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1200

  C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung merapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif (Hartuti, 2009).

  2.1.4 Ciri – Ciri Gunung Berapi Meletus Menurut Hartuti (2009), Gunung berapi yang meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain a.

  Suhu di sekitar gunung naik.

  b.

  Mata air menjadi kering. c.

  Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa) d. Tumbuhan di sekitar gunung layu e. Binatang di sekitar gunung bermigrasi.

  2.1.5 Status Gunung Berapi kegunungapian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu gunung sedang berproses.

  Berikut beberapa status dari gunung berapi yang digunakan sebagai isyarat keadaan suatu gunung.

  Status Makna Tindakan

  AWAS

  • Menandakan gunung berapi akan segera atau sedang meletus atau dalam keadaan kritis yang menimbulkan bencana.
  • Letusan pembukaan dimulai dengan keluarnya abu dan asap.
  • Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam.
  • Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan.
  • Koordinasi dilakukan secara harian.
  • Diadakan piket penuh dan terus- menerus .

  SIAGA

  • Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak menuju letusan.
  • Peningkatan intensif kegiatan seismik.
  • Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana.
  • Jika terjadi peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu.
  • Sosialisasi di wilayah terancam.
  • Penyiapan sarana darurat.
  • Koordinasi harian.
  • Diadakan piket penuh dan terus- menerus.

  WASPADA

  • Gunung selalu melakukan aktivitas dalam bentuk apa pun.
  • Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal.
  • Peningkatan aktivitas vulkanis.
  • Sedikit perubahan aktivitas yang diaki- batkan oleh aktivitas magma, tektonik, dan hidrotermal.
  • Penyuluhan/sosialis asi.
  • Penilaian bahaya.
  • Pengecekan sarana.
  • Pelaksanaan Piket terbatas.

  NORMAL

  • Tidak ada gejala adanya aktivitas tekanan magma.
  • Level aktivitas masih pada posisi dasar.
  • Pengamatan rutin.
  • Survei dan

  Penyelidikan (Hartuti, 2009)

2.2 Gunung Sinabung

  Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung di dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Koordinat puncak Gunung Sinabung adalah 03

  o

  10’ LU dan 98

  o

  23’ BT dengan puncak tertinggi gunung ini adalah 2.460 meter dari permukaan laut yang menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600 (Anonim, 2014).

  Abu vulkanik atau pasir vulkanik merupakan bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Abu vulkanik maupun pasir vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh disekitar kawah sampai radius 5-7 km dari kawah, sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak bahkan mencapai ribuan kilometer dari kawah disebabkan oleh adanya hembusan angin (Sudaryo dan Sutjipto, 2009).

  

Gambar 1. Letusan Gunung Sinabung (Tanggal 1 Februari 2014)

  Menurut Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL), (1994) komposisi kimia tanah abu vulkanik gunung merapi yaitu SiO

  2 (54,56%), Al

  2 O 3 (18,37%),

  Fe O (18,59%), CaO (8,33%), MgO (2,45%), Na O (3,62%), K O (2,32%), MnO

  2

  3

  2

  2

  (0,17%), TiO

  2 (0,92%), P

2 O 6 (0,32%), dan H 2 O (0,11%).

2.3 Kubis

  Tanaman kubis berasal dari Eropa dan Asia, terutama tumbuh di daerah Great Britain dan Mediteranean. Asal usul tanaman kubis dibudidaya berawal dari kubis liar (Brassica oleracea var. sylvestris) yang tumbuh di sepanjang pantai laut tengah, Inggris, Denmark dan sebelah utara Perancis barat serta pantai Glamorgan (Rukmana, 1994).

  Yang dimaksud kubis disini ialah kubis yang dapat membentuk telur yang bentuknya seperti kepala. Umumnya semai kubis yang baru tumbuh mempunyai hipokotil yang berwarna merah, panjang beberapa centimeter, dua keping, akar tunggang. Daun pertama mempunyai tungkai yang panjang dan tangkai-tangkai daun selanjutnya makin memendek, kemudian daun mementuk roset dan daun kubis tidak berbulu tapi tertutup lapisan lilin. Daun-daun yang pertama akan berikutnya mulai membengkok dan membungkus atau menutupi daun-daun muda yang terbentuk kemudian, makin lama dan makin banyak daun muda yang terbantuk maka akan kelihatan seakan-akan membentuk telur atau kepala. Bentuk kepala atau telur bermacam-macam, dari bentuk bulat, bulat pipih sampai bulat meruncing, dan garis tengah dapat mencapai lebih dari 20 cm (Pracaya, 1992).

  Kubis termasuk tanaman sayuran semusim yang dipanen sekaligus dan dikonsumsi dari bagian tamanan yang berupa daun yang berumur kurang dari 1 tahun dan pemanenannya dilakukan sekali kemudian dibongkar untuk diganti dengan tanaman baru (Vincent, 1998).

  2.3.1 Klasifikasi Menurut Pracaya (1992), klasifikasi tumbuhan kubis (Brassica oleracea var. capitata) secara sistematik adalah sebagai berikut:

  Nama Lokal : Kubis Dunia (kingdom) : Plantae Superdivisi (Superdivisi) : Spermatophyta Divisi (divisi) : Magnoliophyta Kelas (classis) : Magnoliopsida Bangsa (ordo) : Capparales Suku (family) :

  Marga (genus) : Jenis (Spesies) : Brassica oleracea var. capitata L.

  2.3.2 Varietas dan Jenis Menurut Novery (1999), Kubis merupakan tanaman sayur yang terdiri dari yaitu kubis putih, kubis merah, dan kubis savoy.

  1. Kubis putih (B.oleracea. var. capitata L. f. alba DC) Kubis dari kelompok ini daunya berwarna putih. Dalam kelompok ini terdiri dari kubis kepala bulat atau kol bulat, kubis kepala bulat datar, dan kubis kepala bulat runcing.

  2. Kubis merah (B.oleracea. var. capitata L.f. rubra) Sesuai dengan namanya, daun kubis merah berwarna merah keunguan. Di bagian daun sebelah luar terdapat lapisan lilin. Pada umumnya kubis merah mempunyai bentuk kepala bulat.

  3. Kubis savoy (B.oleracea. var. sabauda L.) Kubis savoy mempunyai daun yang khas, yaitu kriting. Oleh karena itu, sebutan lain dari kubis savoy adalah kubis keriting atau kubis babat.

  Namun, kubis jenis ini belum popular dan belum terlalu disukai konsumen, mungkin karena rasanya belum cocok dengan lidah.

  Beberapa waktu terakhir muncul jenis kubis baru, yaitu kubis brussel atau kol brussel (Brassica oleracea var. gemnifera). Kubis jenis ini sering disebut juga kubis tunas. Bentuknya sama persis dengan kubis kepala, tetapi ukurannya lebih kecil dan lebih padat. Tanaman kubis jenis ini pertama diusahakan di Belgia, tepanya di Brussel.

  2.3.3 Kandungan Gizi Kubis putih mengandung: kalori, karbohidrat, lemak, protein, serat makanan, Kalium, natrium dan zat besi. Dalam 100 g bahan mentah kubis terdapat 24 kalori (Novery, 1999; Soehardi, 2004).

  Menurut Calvin dan Donald (1983) dalam 100 g kubis putih memiliki kandungan gizi, yaitu: Air (92,4%); Energi (24 kalori); Protein (1,3 g); Lemak (0,2 g); Karbohidrat (5,4 g); Serat (0,8 g); Kalsium (49 mg); Fosfor (29 mg); Besi (0,4 mg); Natrium (20 mg); Kalium (233 mg); Vitamin A (130 IU); Vitamin B

  1 (0,05 mg); Vitamin B (0,05 mg); Vitamin B (0,3 mg), Vitamin C (47 mg).

  2

  3

2.4 Mineral

  Menurut Budiyanto (2004), mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh mahluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Berdasarkan jenisnya, mineral dibagi 2 macam, yaitu: a)

  Makromineral (kalsium, Alluminium, Magnesium, fosfor, kalium, natrium dan sulfur) b)

  Mikromineral (besi, iodium, flour, Mangan, zink, kuprum, kobalt dan kromium).

  Menurut almatsier, mineral adalah unsur atau senyawa kimia yang ada dalam normalnya memliki unsur Kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kesehatan. Mineral adalah bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Di samping itu, mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama

  Mineral digolongkan kedalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang ada di dalam tubuh lebih dari 0,01% berat badan dan mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg/hari, sedangkan mineral mikro terdapat dalam tubuh kurang dari 0,01% berat badan dan mineral yang dibutuhkan kurang dari 100 mg/hari. Yang termasuk mineral makro adalah natrium, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, dan sulfur. Adapun yang termasuk mineral mikro adalah besi, seng, mangan, dan tembaga (Almatsier, 2004).

  2.4.1 Kalium Kalium merupakan salah satu mineral makro yang berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa tubuh. Sebanyak 95% kalium berada di dalam cairan intraseluler. Sumber utama kalium adalah sayuran, buah dan kacang-kacangan. Kekurangan kalium karena makanan jarang terjadi, sepanjang seseorang cukup makan sayuran dan buah segar (Almatsier, 2004).

  2.4.2 Natrium Natrium adalah kation utama dalam darah dan cairan ekstraselular. Fungsi natrium di dalam tubuh bersama-sama dengan kalium menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh dan sebagai penghantar impuls dalam serabut syaraf. Perbandingan natrium dan kalium di dalam cairan intraseluler adalah 1:10, sedangkan di dalam cairan ekstraseluler 28:1. Sumber utama natrium adalah garam dapur (Almatsier,2004).

2.4.3 Kalsium yaitu 1,5 - 2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg.

  Dari jumlah ini, sebanyak 99% berada di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi, selebihnya tersebar luas didalam tubuh. Didalam cairan ekstraselular dan intraselular, kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, dan menjaga permeabilitas membran sel (Almatsier, 2004).

  Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahan susu seperti keju. Ikan yang dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Kacang-kacangan dan hasil kacang-kacangan, tahu, tempe, serta sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik (Almatsier, 2004).

2.5 Spektrofotometer Serapan Atom

  Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur- unsur logam dalam jumlah kecil (trace) dan sangat kecil (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kecil logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007).

  Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral atau absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat. Jika suatu larutan yang mengandung suatu garam logam (atau suatu senyawa logam) dihembuskan uap yang mengandung atom-atom logam itu. Atom logam bentuk gas tersebut tetap berada dalam keadaan tak tereksitasi atau dengan perkataan lain, dalam keadaan dasar. Jadi jika cahaya dengan panjang gelombang yang khas dengan logam tersebut dilewatkan nyala yang mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka cahaya tersebut akan diserap dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala (Gandjar dan Rohman, 2009).

  Dengan menyerap energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom dalam keadaan dasar dapat ditingkatkan menjadi ke tingkat eksitasi dan garis-garis spektrum serapan atom yang timbul karena serapan sinar yang menyebabkan eksitasi atom dari keadaan azas ke salah satu tingkat energi yang lebih tinggi disebut garis-garis resonansi (resonance line). Garis-garis ini akan dibaca dalam bentuk angka oleh Readout. (Gandjar dan Rohman, 2009; Bassett, dkk., 1994).

  2.5.1 Instrument Spektrofotometer Serapan Atom Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Gandjar dan Rohman, 2009):

  Sumber sinar Nyala Monokromator

  Detektor A=0,213

  Tempat Sampel

  Readout

Gambar 2. Sistem Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom

  (sumber: Watson,1999)

  a. Sumber sinar Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow

  

catodhe lamp ). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung

  suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu.

  b. Tempat sampel Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan dasar.

  c. Monokromator Pada spektrofotometri serapan atom, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan untuk analisis. d. Detektor Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman.

  e. Readout pembacaan. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau kurva.

  2.5.2 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom Gangguan-ganguan pada SSA adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel.

  Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai berikut (Gandjar dan Rohman, 2009): a.

  Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.

  Sifat-sifat tertentu matriks sampel dapat mengganggu analisis yakni matriks tersebut dapat berpengaruh terhadap laju aliran bahan bakar gas pengoksidasi.

  Sifat-sifat tersebut adalah viskositas, tegangan permukaan, berat jenis dan tekanan uap. Gangguan matriks yang lain adalah pengendapan unsur yang dianalisis sehingga jumlah atom yang mencapai nyala menjadi lebih sedikit dari konsentrasi yang seharusnya yang terdapat dalam sampel.

  b.

  Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah/banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala.

  Terbentuknya atom-atom netral yang masih dalam keadaan dasar di dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia yaitu: disosiasi senyawa- senyawa yang tidak sempurna dan ionisasi atom-atom di dalam nyala. Terjadi disosiasi yang tidak sempurna disebabkam oleh terbentuknya senyawa- senyawa yang bersifat refraktorik (sukar diuraiakan di dalam nyala api). Contoh senyawa refraktorik adalah garam-garam fosfat, silikat, aluminat dari jumlah atom netral yang ada di dalam nyala. Ionisasi atom-atom di dalam nyala dapat terjadi jika suhu yang digunakan untuk atomisasi terlalu tinggi. Prinsip analisis dengan SSA adalah mengukur absorbansi atom-atom netral yang berada dalam keadaan dasar. Jika terbentuk ion maka akan mengganggu pengukuan absorbansi atom netral karena atom-atom yang mengalami ionisasi tidak sama spektrum atom dalam keadaan netral.

  c.

  Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang dianalisis yakni; absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terionisasi di dalam nyala.

  d.

  Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non atomic absorption) Gangguan jenis ini berarti terjadinya penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis. Penyerapan non atomik dapat disebabkan oleh adanya penyerapan cahaya oleh partikel-partikel padat yang berada di dalam nyala.

2.6 Vaidasi Metode Analisis

  Menurut Harmita (2004), validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut: a.

  Kecermatan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu:

  Metode simulasi

  • Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004). Metode penambahan baku
  • Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali.

  b.

  Keseksamaan (presisi)

  Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen.

  Selektivitas (Spesifisitas) Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada di dalam sampel.

  d.

  Linearitas dan rentang Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearias yang dapat diterima.

  e.

  Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantitasi (Limit of quantitation) Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN UMUM DINAS A. Sejarah Singkat Dinas - Penggunaan Internet Dalam Pencarian Berita Di Dinas Komunikasi Dan Informatika Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 12

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN - Peranan Agrowisata Dalam Mendukung Pendapatan Asli Kabupaten Karo

0 0 19

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata - Kampung Ladang Outbound Camp Sebagai Wadah Alternatif Wisata Outdoor Di Kota Medan

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Sungai - Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) Dan Total Zat Padat Trsuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Badan Air Khususnya Air Sungai

0 0 11

Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) Dan Total Zat Padat Trsuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Badan Air Khususnya Air Sungai

0 0 11

2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit - Analisis Determinan Pulang Atas Permintan Sendiri (Paps) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

0 0 22

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Fraksi N-Heksana Daun Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lam.)

0 0 26

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Fraksi N-Heksana Daun Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lam.)

0 1 23

KATA PENGANTAR - Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Fraksi N-Heksana Daun Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lam.)

0 0 15

Kajian Kandungan Mineral Kalium, Natrium Dan Kalsium Pada Sayuran Kubis (Brassica Oleracea L.) Yang Diperoleh Dari Lahan Hasil Pertanian Pasca Letusan Gunung Sinabung

0 0 70