PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 1 dengan Usia Awal Menopause

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 1 dengan Usia Awal Menopause

Fitri Firdausiya, NIM : G0008098, Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Rabu, Tanggal 2 November 2011

Pembimbing Utama

Nama : Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes NIP : 19470927 197610 2 001

Pembimbing Pendamping

Nama : Nur Hafidha Hikmayani, dr., MClinEpid NIP : 19761225 200501 2 001

Penguji Utama

Nama : Yulia Lanti Retno Dewi, dr., M.Si NIP : 19610806 199203 2 001

Anggota Penguji

Nama : Indriyati, Dra NIP : 19581201 198601 001

Surakarta, ………………….

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes.

Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang segera tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Oktober 2011

Fitri Firdausiya G0008098

ABSTRAK

Hubungan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 1 Dengan Usia Awal Menopause Fitri Firdausiya* ) , Rosalia Sri Hidayati* ) , Nur Hafidha H* ) , Yulia Lanti Retno

Dewi* ) , Indriyati* )

Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan penyakit diabetes melitus tipe 1 dengan usia awal menopause.

Metode Penelitian: Observasional analitik dengan pendekatan retrospective cohort dengan jumlah sampel 45 wanita menopause yang berobat jalan ke poliklinik penyakit dalam RSUD DR. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Diabetes melitus tipe

1 diidentifikasi dari rekam medis yang dikonfirmasi dengan dokter yang merawat. Sedangkan kuesioner digunakan untuk mengetahui usia awal menopause dan riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan regresi linier berganda.

Hasil Penelitian: Uji analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa penyakit diabetes melitus tipe 1 mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan usia awal menopause. Wanita dengan DM tipe 1 akan memasuki usia awal menopause lebih cepat dua tahun jika dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita DM (b = -2.1, p = 0.001, IK 95% = -3.3, -0.9). Penggunaan kontrasepsi hormonal berhubungan dengan usia awal menopause. Wanita yang menggunakan kontrasepsi akan mengalami menopause satu tahun lebih lambat dibandingkan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal (b = 1.6, p = 0.007, IK 95% = 0.5, 2.7). DM tipe 1 dan kontrasepsi hormonal berkontribusi terhadap usia awal

menopause sebesar 28.5% (Adjusted R 2 = 0.285). Simpulan: Penyakit diabetes melitus tipe 1 mempercepat usia awal menopause 2.1

tahun.

Kata kunci: usia awal menopause, diabetes melitus tipe 1, kontrasepsi hormonal *) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRACT

Association between Type 1 Diabetes Mellitus and Onset of Menopause Fitri Firdausiya* ) , Rosalia Sri Hidayati* ) , Nur Hafidha H* ) , Yulia Lanti Retno

Dewi* ) , Indriyati* )

Objective: This research aims to examine the association between type 1 diabetes mellitus and onset of menopause.

Methods: This was an observational study using retrospective cohort design. Subject were coming regurly menopause women patient clinic at the Department of Internal Medicine RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Mojokerto. Type 1 diabetes mellitus was identified using medical record was confirmed with the treating doctor physician. A questionnaire was used to obtain age of menopause and use of hormonal contraception. Data were analyzed using multiple linier regression.

Result: Multiple linier regression analysis showed that type 1 diabetes mellitus was statistically significant associated with onset of menopause had association. Women with type 1 diabetes experienced menopause two years earlier than non diabetes women (b = -2.1, p = 0.001, CI 95% = -3.3, -0.9). The use of hormonal contraception also had significant association with onset of menopause. Women used hormonal contraception had a year older age at menopause compared with non diabetes women (b = 1.6, p = 0.007, CI 95% = 0.5, 2.7). Type 1 diabetes mellitus and use of hormonal

contraception contributed to onset of menopause by 28.5% (Adjusted R 2 = 0.285).

Conclusion: Type 1 diabetes mellitus has stronger association with age at menopause after adjustment for use of hormonal contraception.

Keywords: age at menopause, type 1 diabetes mellitus, hormonal contraception *) Faculty of Medicine Sebelas Maret University Surakarta

PRAKATA

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 1 Dengan Usia Awal Menopause.

Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik atas bantuan, bimbingan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr, SpPD-KR-FINASIM., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr.,M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah member bimbingan, saran, dan petunjuk guna penyusunan skripsi ini.

4. Nur Hafidha Hikmayani, dr., MClinEpid., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberi bimbingan dan saran.

5. Yulia Lanti Retno Dewi, dr., M.Si., selaku Penguji Utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Indriyati, Dra., selaku Anggota Penguji yang telah memberi masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Sri Mujiwati, Drg., selaku direktur RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto yang telah membantu proses penelitian.

8. Sahid, dr., Sp.PD dan Rudi, dr., Sp.PD, selaku dokter spesialis penyakit dalam RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto yang telah membantu proses penelitian.

9. Pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

10. Papa Eddy Susanto, Mama Alfiah, Pravilla, Veralyn, Desi, Budi, Khalisa dan Davinia yang memberikan dukungan pada penyelesain skripsi ini.

11. Mahmed Agil Dzulfikar, Arni, Aila, Ayu, Elsa, Niawati dan teman-teman yang telah memberikan bantuan pada proses pembuatan skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu kedokteran dan masyarakat.

Surakarta, Oktober 2011

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan

Penyaring DM ………………...............................................

Tabel 4.1 Nilai Rentang, Rerata dan Simpangan Baku pada Variabel Usia dan

Usia Awal Menopause …..................................................................

Tabel 4.2 Rerata Usia Awal Menopause Menurut Status DM Tpe 1 dan

Pemakaian Kontrasepsi Hormonal ....................................................

Tabel 4.3 Hasil Uji Regresi Linier Univariat antara Variabel Usia Awal

Menopause dan Diabetes Melitus Tipe 1 …......................................

Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Linier Univariat antara Variabel Usia Awal

Menopause dan Kontrasepsi Hormonal ............................................

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda antara Variabel Usia Awal

Menopause dengan Diabetes Melitus Tipe 1 dan Kontrasepsi Hormonal ………….………………………………………….........

Tabel 4.6 Rangkuman Uji Multikolinieritas antara Variabel Status Diabetes

Melitus Tipe 1 dan Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal ......

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Hetereokedastisitas ….....................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium …...................................

21

Gambar 4.1 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Status Diabetes

Melitus Tipe 1 …..........................................................................

34

Gambar 4.2 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Riwayat Pemakaian

Kontrasepsi Hormonal ……………….….....................................

35

Gambar 4.3 Histogram Normalitas Variabel Dependen (Usia Awal

Menopause) ….............................................................................

38

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Daftar Sampel dan Data Hasil Penelitian Lampiran 5. Perhitungan Hasil Uji Statistik dengan SPSS versi 17.0 Lampiran 6. Surat Ijin penelitian

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pola penyakit di Indonesia mengalami pergeseran yang cukup signifikan sebagai dampak positif dari pembangunan. Penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur turun dan di lain pihak penyakit menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif makin meningkat dengan tajam. Di antara penyakit degeneratif, diabetes melitus merupakan salah satu di antara penyakit tidak menular yang diprediksi semakin meningkat jumlahnya di masa datang. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Gustaviani, 2007). Diabetes melitus sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2000 pengidap diabetes melitus di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. Data terakhir dari WHO menunjukkan peningkatan tertinggi jumlah pasien diabetes melitus adalah di Asia Tenggara termasuk Indonesia, Indonesia berada pada tingkat ke-4 penyandang DM terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, India dan Cina (Suyono, 2007).

Peningkatan jumlah penderita diabetes melitus di dunia dari tahun ke tahun berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, life expectancy bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas yang meningkat dan kegiatan fisik yang kurang (Darmono, 2007).

Diabetes melitus tipe 1 adalah kelainan sistemik akibat gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan hiperglikemi kronis (Pulungan, 2009). DM tipe 1 juga mengalami peningkatan prevalensi. Di Amerika Serikat tahun 2007 dilaporkan 186.300 anak usia kurang dari 20 tahun menyandang DM tipe 1 atau tipe 2. Di Finlandia, tidak sulit menemukan DM tipe 1 karena angka kejadiannya dilaporkan paling tinggi di dunia, sedangkan di Jepang memiliki angka yang paling rendah (Pulungan, 2009). Di Indonesia jumlah penyandang DM tipe 1 juga belum diketahui meskipun angkanya dilaporkan cukup meningkat tajam akhir-akhir ini. Sebagai gambaran, jumlah anak penderita DM tipe 1 dalam Ikatan Keluarga Penderita DM Anak dan Remaja (IKADAR) sudah mencapai 400-an orang (Pulungan, 2009).

Peningkatan prevalensi diabetes melitus perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan (Darmono, 2007). Dampak negatif yang ditimbulkan dari penyakit diabetes melitus ini bermacam-macam misalnya komplikasi pada berbagai organ tubuh yaitu kardiovaskuler, ginjal, mata dan juga organ Peningkatan prevalensi diabetes melitus perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan (Darmono, 2007). Dampak negatif yang ditimbulkan dari penyakit diabetes melitus ini bermacam-macam misalnya komplikasi pada berbagai organ tubuh yaitu kardiovaskuler, ginjal, mata dan juga organ

Menopause merupakan suatu titik alamiah dalam proses penuaan dan merupakan masa yang penting pada kehidupan seorang wanita pada masa ini terjadi perubahan pada tubuh wanita yang akan mempengaruhi kehidupan sosial, emosi dan fungsi kerja berbagai sistem organ tubuh. Menopause didefinisikan secara klinis sebagai waktu di mana seorang wanita tidak mengalami menstruasi selama satu tahun, yang diawali dengan tidak teraturnya periode menstruasi dan diikuti dengan berhentinya periode menstruasi. Walaupun masa waktu yang dihabiskan selama menopause (kurang lebih sepertiga dari masa hidup) terus meningkat, usia onset menopause tidak banyak berubah yaitu sekitar 50-51 tahun. Berdasarkan survei Perkumpulan Menopause Indonesia tahun 2005, usia menopause rata- rata wanita Indonesia adalah 49±0,2 tahun (Soewondo, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause antara lain: usia awal haid (menarche), genetik, diabetes melitus, perokok berat dan minum alkohol, kurang gizi, wanita vegetarian, sosial ekonomi (Baziad, 2003). Sebuah penelitian di Amerika menyebutkan bahwa DM tipe 1 secara signifikan merupakan faktor risiko pada percepatan usia awal menopause dan juga wanita DM tipe 1 akan mengalami penurunan usia reproduktif sebesar

17% bila dibandingkan dengan wanita tanpa penyakit diabetes (Dorman, 2001). Dalam laporan lain diungkapkan bahwa wanita dengan DM tipe 1 rata- rata akan mengalami menopause 8 tahun lebih cepat daripada saudara perempuan mereka yang tidak menderita diabetes, sedangkan pada DM tipe 2 tidak demikian (Harris, 2008). Dalam penelitian lain juga disebutkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara DM tipe 2 terhadap usia awal menopause (Lopez, 2000).

Sampai saat ini, penelitian ilmiah mengenai dampak penyakit DM tipe

1 terhadap usia awal menopause relatif masih sedikit. Di samping itu wanita dalam masa perimenopause sendiri akan mengalami keluhan-keluhan yang membuat mereka tidak nyaman seperti disfungsi seksual, dan peningkatan risiko penyakit jantung (Greene, 2010). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan penyakit diabetes melitus tipe 1 dengan usia awal menopause.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan penyakit diabetes melitus tipe 1 dengan usia awal menopause?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penyakit diabetes melitus tipe 1 dengan usia awal menopause

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis Diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu kedokteran dan penelitian selanjutnya tentang hubungan penyakit diabetes melitus tipe 1 dengan usia awal menopause.

2. Manfaat Praktis Menambah pengetahuan masyarakat terutama para wanita dengan DM tipe 1 mengenai risiko percepatan usia awal menopause sehingga bisa dilakukan edukasi sebagai upaya promotif-preventif terhadap konsekuensi fisik psikologis dari menopause yang mungkin terjadi lebih awal.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Menopause

a. Pengertian Menopause

Menopause berasal dari bahasa Yunani, kata men dan pausis. Men berarti menstruasi haid, atau datang bulan, sedangkan pausis berarti

berhenti, penghentian, atau stop. Jadi, menopause dapat diartikan sebagai mati haid (Gultom, 2003).

Menopause merupakan suatu proses alamiah, perjalanan normal seorang wanita, sesuai dengan pertambahan umur, tentunya semua fungsi organ tubuh juga mulai menunjukkan adanya perubahan- perubahan yang sangat signifikan (Gultom, 2003).

Menurut Guyton et al. (2007), menopause diartikan sebagai periode ketika siklus terhenti dan hormon-hormon kelamin wanita menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada. Selain definisi di atas, menopause juga didefinisikan sebagai menstruasi paling akhir sampai tidak mendapat menstruasi selama 12 bulan. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya satu tahun (Wirakusumah, 2003).

b. Penggolongan Menopause ü Menurut etiologinya ada dua macam menopause yaitu:

a) Menopause fisiologi

Penyebab menopause fisiologi adalah burning out ovarium. Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita, kira-kira 400 folikel primordial tumbuh menjadi folikel matang dan berovulasi, dan beratus-ratus dari ribuan ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel primordial yang akan dirangsang oleh Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Kemudian produksi estrogen dari ovarium berkurang sewaktu folikel primordial mencapai nol (Guyton et al., 2007).

Saat wanita berada pada masa menjelang menopause (perimenopause), FSH dan LH terus diproduksi oleh kelenjar hiposisis secara normal. Akan tetapi, karena ovarium semakin tua, maka kedua ovarium tidak dapat merespon FSH dan LH sebagaimana mestinya. Akibatnya, estrogen dan progesteron yang diproduksi juga semakin berkurang. Menopause terjadi ketika kedua ovarium tidak lagi dapat menghasilkan hormon-hormon tersebut dalam jumlah yang cukup untuk dapat mempertahankan siklus menstruasi (Spencer, 2007).

Ketika produksi estrogen di bawah nilai kritis, estrogen tidak lagi dapat menghambat produksi gonadotropin FSH dan LH. Sebaliknya, FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi sesudah menopause dalam jumlah besar dan kontinu, tetapi ketika folikel primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi estrogen oleh ovarium turun secara nyata menjadi nol (Guyton et al., 2007).

b) Menopause artifisial atau buatan

Menopause artifisial ialah berhentinya haid yang disebabkan intervensi medis tertentu. Misalnya bedah pengangkatan kedua ovarium karena abnormalitas dalam struktur dan fungsinya sebelum usia menopause alami. Demikian pula obat-obatan tertentu, radiasi dan kemoterapi (penggunaan agen kimiawi untuk merawat berbagai penyakit, khususnya kanker) dapat menyebabkan berhentinya haid (Suryoprajogo, 2009). Menopause artifisial umumnya menimbulkan keluhan yang lebih banyak dibandingkan dengan menopause alamiah (Prawirohardjo, 2007).

ü Menurut onset terjadinya ada empat macam menopause yaitu

(Spencer, 2007):

a) Menopause dini: menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun

b) Menopause cepat: menopause yang terjadi sebelum usia 45 tahun b) Menopause cepat: menopause yang terjadi sebelum usia 45 tahun

d) Menopause lambat: menopause yang terjadi diatas usia 55 tahun

c. Gejala Menopause

Hal yang menjadi perhatian utama saat menopause adalah terjadinya defisensi hormon estrogen. Setelah menopause, ovarium berhenti memproduksi sejumlah besar estrogen, oleh karena itu, gejala dan penyakit yang berkaitan dengan defisiensi estrogen juga meningkat (Shifren, 2007). Menopause merupakan suatu hal yang negatif bagi sebagian wanita karena dianggap sebagai awal proses penuaan dan timbulnya berbagai macam penyakit. Menopause bukanlah suatu penyakit yang perlu diterapi, tetapi terkadang terapi diperlukan dalam masa transisi memasuki masa menopause untuk mengurangi gejala yang menyertainya dan untuk mencegah penyakit-penyakit yang berhubungan dengan menopause dan masa tua (Smith, et al., 2000).

Menurut National Institutes of Health (2005) gejala utama pada menopause antara lain:

a. gejala vasomotor : gejolak panas (hot flashes), berkeringat pada

malam hari (night sweats).

b. Amenorrhea

c. kekeringan vagina (vaginal dryness).

Gejala lainnya meliputi gangguan saat tidur, kehilangan gairah seksual, stres inkontinensia urin, keluhan somatik, dan gangguan psikogenik (NIH, 2005), mudah lelah, iritabilitas, susah tidur (insomnia), palpitasi, ingatan menurun, sulit berkonsentrasi, perubahan mood, dan depresi (Spencer, 2007).

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menopause

a. Usia saat haid pertama kali (menarche)

Terdapat hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki menopause (Kasdu, 2002). Wanita yang terlambat mendapat haid, misalnya pada usia 16 atau

17 tahun, akan mengalami menopause lebih awal. Sedangkan wanita yang cepat mendapat haid, misalnya pada usia 10 atau 13 tahun, cenderung lebih lambat memasuki masa menopause (Wirakusumah, 2003).

b. Faktor keturunan

Pada umumnya, banyak wanita yang tampaknya mengalami menopause pada usia yang mirip dengan ibunya, jadi ada kemungkinan faktor genetis yang menentukan usia menopause (Spencer, 2007).

c. Merokok

Merokok terbukti dapat meningkatkan risiko mengalami menopause dini. Semakin lama menjadi perokok, terlebih jika perokok berat, semakin cepat seseorang wanita akan mengalami menopause (Spencer, 2007).

d. Pernikahan

Wanita yang telah menikah umumnya mendapat menopause satu tahun lebih lambat daripada mereka yang tidak menikah (Wirakusumah, 2003).

e. Usia melahirkan

Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan, persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi dan akan memperlambat proses penuaan tubuh (Kasdu, 2002).

f. Diabetes melitus

DM merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi usia awal menopause. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian di Amerika yang menyebutkan bahwa DM tipe 1 menyebabkan penurunan usia reproduktif sebesar 17% bila dibandingkan dengan wanita tanpa DM dan secara signifikan merupakan faktor risiko pada percepatan usia awal menopause (Dorman, 2001). Wanita dengan

DM tipe 1 rata-rata akan mengalami menopause 8 tahun lebih cepat daripada saudara perempuan mereka yang tidak menderita diabetes, sedangkan pada DM tipe 2 tidak demikian (Harris, 2008).

g. Pemakaian kontrasepsi

Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang menggunakan hormon steroid (estrogen, progesteron dan derivatnya) yang dimasukkan dalam tubuh sehingga mencegah terjadinya ovulasi pada seorang wanita. Untuk mencapai tujuan tersebut, kontrasepsi hormonal dapat dilakukan dalam berbagai cara, antara lain penggunaan obat per oral, suntikan, intra-vaginal atau implantasi subkutan. Pil hormonal yang dipakai sekarang adalah tidak terbuat dari estrogen dan progesteron alamiah, melainkan dari steroid sintetik (Prawirohardjo, 2007).

Wanita yang menggunakan kontrasepsi jenis hormonal akan lebih lama memasuki masa menopause karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur (Kasdu, 2002).

h. Pengangkatan rahim (histerektomi)

Pengangkatan rahim pada wanita usia reproduksi mengakibatkan turunnya atau menghilangnya secara tiba-tiba produksi hormon steroid pada ovarium terutama estrogen dan Pengangkatan rahim pada wanita usia reproduksi mengakibatkan turunnya atau menghilangnya secara tiba-tiba produksi hormon steroid pada ovarium terutama estrogen dan

i. Radiasi

Pengobatan ini sebenarnya ditujukan untuk membunuh sel kanker, tetapi sayangnya juga dapat merusak ovarium. Hal ini adalah salah satu penyebab premature ovarian failure (POF) (Spencer, 2007).

2. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Gustaviani, 2007).

a. Diagnosis Diabetes Melitus

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai.

Tabel 2.1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan

Penyaring dan Diagnosis DM

Bukan DM

Belum pasti DM

DM

Kadar glukosa darah sewaktu

Plasma darah Darah kapiler

110-199 90-199

Kadar glukosa

darah puasa

Plasma darah Darah kapiler

110-125 90-109

Sumber: Suyono, 2007

b. Klasifikasi Diabetes Melitus Menurut American Diabetes Association 2005 Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi:

1) Diabetes melitus tipe I: Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut. Terjadi melalui proses imunologik dan idiopatik.

2) Diabetes Melitus tipe II: Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.

3) Diabetes Melitus tipe lain:

a) Defek genetik fungsi sel beta a) Defek genetik fungsi sel beta

c) Penyakit eksokrin pankreas: pankreatitis, trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, dan lainnya.

d) Endokrinopati: akromegali, sindrom cushing, feokromositoma, hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.

e) Karena obat atau zat kimia

f) Infeksi: rubella kongenital, Citomegalovirus , dan lainnya.

g) Imunologi (jarang): sindrom”Stiff-man”, antibodi antireseptor insulin, dan lainnya.

h) Sindrom genetik lain: sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom Turner, sindrom Wolfram, ataksia Friedreich, korea Huntington, sindrom Laurence-Moon-Biedl, distrofi miotonik, porfiria, sindroma Prader Willi, dan lainnya.

4) Diabetes melitus Kehamilan/gestasional: secara tradisional merupakan istilah yang digunakan untuk wanita yang menderita diabetes selama kehamilan dan kembali normal sesudah hamil.

c. Diabetes Melitus tipe 1

Pada diabetes melitus tipe 1, pankreas tidak memproduksi insulin. Insulin adalah hormon yang berpengaruh dalam regulasi tubuh untuk mengubah glukosa menjadi energi. Orang dengan diabetes tipe 1 memerlukan insulin harian dan harus berhati-hati memonitor kada glukosa darah. Diabetes melitus tipe 1 lebih sedikit daripada diabetes tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 dapat diderita pada semua usia, tetapi biasanya pertama kali didiagnosis saat anak-anak atau dewasa muda yakni sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes (Bare and Suzanne, 2002). Dari keseluruhan kasus diabetes melitus, diabetes melitus tipe 1 berjumlah sekitar 5-10% (Greene, 2010).

Diabetes melitus tipe 1 dapat dikatakan suatu penyakit autoimun yang mempengaruhi pankreas. Sel beta pankreas yang memproduksi insulin rusak, sehingga akan terjadi kekurangan insulin secara absolut. Tanpa insulin untuk memindahkan glukosa ke dalam sel, kadar glukosa menjadi tinggi, kondisi ini disebut hiperglikemia. Karena tubuh tidak dapat menggunakan glukosa, maka akan keluar melalui urin dan akan hilang. Gejala-gejalanya meliputi: Badan lemah, berat badan berkurang, sering buang air kecil, dan mudah lapar dan haus adalah gejala- gejalanya (Greene, 2010).

Menurut Greene (2010) laki-laki dan perempuan mempunyai risiko yang sama untuk menderita diabetes melitus tipe 1, dengan faktor resiko antara lain: · Menderita sakit saat masih usia dini (early infant) · Memiliki orang tua dengan diabetes melitus tipe 1 (faktor risiko

akan meningkat jika ayahnya menderita diabetes melitus tipe 1) · Memiliki ibu yang menderita preeklampsia selama hamil

· Memiliki penyakit autoimun lain seperti penyakit Grave, tiroiditis Hashimoto (salah satu bentuk hipotiroidisme), penyakit Addison, multiple sklerosis atau anemia pernisiosa.

d. Komplikasi Diabetes Melitus tipe 1 Komplikasi DM dapat dikategorikan menjadi (FK UI, 2001):

a) Akut

1) Koma hipoglikemia

2) Ketoasidosis

3) Koma hiperosmolar nonketotik

b) Kronik

1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar yaitu pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

2) Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil yaitu retinopati diabetik, nefropati diabetik.

3) Neuropati diabetik.

4) Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran kemih. Diabetes dapat menyebabkan komplikasi spesifik pada wanita.

Wanita dengan diabetes akan mengalami peningkatan risiko terkena penyakit infeksi, gangguan dalam kesehatan seksual, penurunan lubrikasi vagina yang menyebabkan nyeri atau tidak nyaman saat senggama (Greene, 2010).

Pada wanita hamil dengan diabetes terjadi peningkatan risiko cacat pada bayi. Kadar glukosa darah yang tinggi selama kehamilan mempengaruhi perkembangan organ janin selama 6 minggu awal. Pada wanita dengan DM tipe 1, kehamilan dapat mempengaruhi dosis insulin yang mereka butuhkan (Greene, 2010).

DM tipe 1 juga dapat mempengaruhi usia menopause. Perubahan kadar estrogen dan kadar hormon lainnya yang terjadi selama masa perimenopause dapat menyebabkan fluktuasi kadar glukosa darah. Wanita dengan diabetes juga akan mengalami peningkatan risiko terjadinya menopause prematur, yang dapat DM tipe 1 juga dapat mempengaruhi usia menopause. Perubahan kadar estrogen dan kadar hormon lainnya yang terjadi selama masa perimenopause dapat menyebabkan fluktuasi kadar glukosa darah. Wanita dengan diabetes juga akan mengalami peningkatan risiko terjadinya menopause prematur, yang dapat

3. Hubungan Diabetes Melitus Tipe 1 Dengan Menopause

Seiring bertambahnya usia, fungsi ovarium akan menurun sehingga menyebabkan produksi estrogen dan progesteron berkurang. Hal ini menyebabkan gejala menopause (Spencer, 2007). Menurut penelitian dari Dorman et al (2001) dan Harris (2008), salah satu faktor yang mempercepat menopause adalah diabetes melitus tipe 1. Menurut Harris (2008) wanita dengan DM tipe 1 akan mengalami menopause pada usia 8 tahun lebih muda dibandingkan dengan wanita non DM. Hal ini menyebabkan penurunan usia reproduktisf sebesar 17% pada wanita dengan DM tipe 1 (Dorman, 2001).

Pada DM tipe 1 terjadi defisiensi insulin absolut dan peningkatan hormon glukagon, katekolamin dan kortisol (Soewondo, 2007). Peningkatan hormon kortisol tersebut mempengaruhi hipofisis yang menyebabkan penurunan hormon gonad sehingga akan mempengaruhi pembentukan estrogen dan progesteron (Sherwood, 2006).

Defisiensi insulin absolut yang terjadi pada DM tipe 1 juga mempengaruhi hipofisis yang menyebabkan penurunan sekresi FSH dan LH oleh hiposisis. Penurunan sekresi FSH dan LH menyebabkan penurunan pematangan folikel, tidak terjadinya ovulasi, tidak ada Defisiensi insulin absolut yang terjadi pada DM tipe 1 juga mempengaruhi hipofisis yang menyebabkan penurunan sekresi FSH dan LH oleh hiposisis. Penurunan sekresi FSH dan LH menyebabkan penurunan pematangan folikel, tidak terjadinya ovulasi, tidak ada

Gambar 2.1 Aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium (Nong, 2010)

pankreas

Kelenjar adrenal

tiroid

Kelenjar endokrin lain

Kelenjar hipofisis

hipotalamus

Estrogen ovarium Progesteron

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan : : menyebabkan : diteliti

: tidak diteliti

Defisiensi insulin

absolut

Hormon estrogen dan progesteron

Menopause

· Faktor

genetik · Histerektomi · Merokok · Usia

menarche · Pernikahan · Usia

melahirkan · Radiasi

Stereidogenesis ovarium oleh sel granulosa dan sel

teka

katekolamin, kortisol

Sekresi FSH dan LH

Mempengaruhi

hipofisis

Fungsi seluler dari sel granulosa

Wanita dengan

DM tipe 1

C. Hipotesis

Terdapat hubungan antara penyakit diabetes melitus tipe 1 dengan usia awal menopause.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik pada populasi dengan pendekatan retrospective cohort karena cocok untuk penelitian dengan paparan yang langka (DM tipe 1). Keunggulan dari metode ini adalah ekonomis dibandingkan dengan prospective cohort dan masih lebih unggul daripada case control karena kedua kelompok subjek penelitian berasal dari populasi yang sama (Taufiqurrahman, 2004).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto dalam waktu 1 bulan. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena prevalensi diabetes melitus tipe 1 cukup tinggi (berdasarkan konfirmasi peneliti dengan dokter spesialis penyakit dalam di RSUD Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto).

C. Subjek Penelitian

Populasi penilitian ini adalah wanita menopause yang berobat jalan ke poliklinik penyakit dalam di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.

1. Kriteria inklusi

a. Kelompok terpapar: wanita yang menderita penyakit DM tipe 1

b. Kelompok tidak terpapar (pembanding): wanita yang berobat jalan ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo namun tidak menderita DM (termasuk DM tipe 2). Alasan pemilihan kelompok pembanding dari RS yang sama adalah untuk mengurangi bias seleksi akibat perbedaan morbiditas dan faktor-faktor lain yang mendorong pasien untuk memilih berobat ke RS yang sama.

2. Kriteria eksklusi untuk kedua kelompok penelitian adalah:

a. Riwayat pengangkatan rahim

b. Riwayat radioterapi

c. Menderita penyakit endokrin lain

d. Tidak bersedia menjadi responden

D. Besar Sampel

Penelitian ini menggunakan analisis multivariat untuk mengontrol pengaruh faktor perancu (confounding factor) yang dapat menurunkan validitas penelitian. Rasio yang dianjurkan antara ukuran sampel dan jumlah variabel independen (Murti, 2010):

n= 15 hingga 20 subjek per variabel independen

Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu DM tipe 1 dan variabel perancu yaitu kontrasepsi hormonal. Untuk meningkatkan efisiensi penelitian maka digunakan rasio subjek terpapar : subjek tidak terpapar = 1 :

2 (Murti, 2010). Dengan demikian sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini sebesar 45 subjek yang terdiri dari 15 orang DM tipe 1 dan 30 orang non DM.

E. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah fixed exposure sampling . Fixed exposure sampling merupakan skema pencuplikan yang dimulai dengan memilih sampel berdasarkan status paparan subjek, yaitu terpapar atau tidak terpapar oleh faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya penyakit, sedang status penyakit subjek bervariasi mengikuti status paparan subjek. Fixed exposure sampling memastikan jumlah subjek penelitian cukup dalam kelompok terpapar dan tidak terpapar, sehingga merupakan keuntungan bagi peneliti ketika prevalensi paparan faktor yang diteliti rendah atau langka (Murti, 2010).

F. Rancangan Penelitian

G. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: Status diabetes melitus tipe 1

2. Variabel terikat: Usia awal menopause

3. Variabel perancu : Kontrasepsi hormonal

4. Variabel luar: a.Terkendali: riwayat histerektomi, riwayat radioterapi, penyakit endokrin

DM tipe 1

Non DM

Usia awal menopause

quesioner

Populasi target: wanita menopause berobat jalan ke poliklinik penyakit dalam RSUD Wahidin Sudiro Husodo

Kriteria eksklusi

quesioner

Analisis Regresi

linier berganda

Usia awal menopause

Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonl

b.Tak terkendali: Genetik, merokok, pernikahan, usia menarche dan usia

melahirkan

H. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas ( Status DM tipe 1) Adalah ada tidaknya penyakit DM tipe 1 pada subjek penelitian. DM tipe

1 adalah salah satu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu memproduksi insulin (Greene, 2010). Alat pengukuran: rekam medis yang dikonfirmasi dengan dokter yang

merawat

Skala pengukuran: nominal

2. Variabel Terikat (Usia awal menopause) Adalah usia saat terjadinya menopause pada subjek penelitian. Diagnosis menopause ditegakkan dengan hilangnya siklus seks akibat ovarium responsif terhadap stimulasi gonadotropin yang ditandai dengan tidak terjadinya menstruasi (amenorea) setelah 12 bulan tanpa ada penyebab penyakit patologis yang lain (Nelson, 2008). Alat pengukuran: kuesioner Skala pengukuran: rasio

3. Variabel Perancu (Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal) Adalah ada tidaknya penggunaan kontrasepsi hormonal pada subjek penelitian. Kontrasepsi hormonal adalah alat kontrasepsi yang bertujuan untuk mecegah kehamilan dengan menggunakan preparat yang mengandung estrogen dan progesteron (Prawirohardjo, 2007). Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal dikendalikan pada saat analisis data. Alat pengukuran: kuesioner Skala pengukuran: nominal

I. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner dan rekam medis pasien.

J. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Pembuatan proposal, seminar dan ujian.

b. Pelatihan cara pelaksanaan, pengukuran atau pengumpulan data dengan kuesioner.

c. Ijin untuk melihat rekam media pasien dan berlatih mengenali format rekam medis yang digunakan poliklinik penyakit dalam RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pemilihan subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.

b. Eksplorasi dan validasi status subjek penelitian terhadap paparan (ada tidaknya DM tipe 1) melalui rekam medis dan konfirmasi dengan dokter yang merawat.

c. Subjek penelitian yang dipilih kemudian diberikan kuesioner untuk mendapatkan data penelitian.

3. Tahap Penulisan Dilakukan setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis data.

K. Jenis Analisis Data

Data ditabulasikan dalam bentuk tabel dan grafis. Data selanjutnya dianalisis secara statistik dengan program SPSS versi 17.0 menggunakan model analisis regresi linier berganda dengan batas kemaknaan α= 0,05 untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara DM tipe 1 dengan usia awal menopause dengan memperhitungkan variabel perancu yakni penggunaan kontrasepsi hormonal.

Persamaan model analisis regresi linier berganda:

y=a+b 1 x 1 +b 2 x 2

Keterangan: y = variabel respon (variabel dependen) yaitu variabel tidak bebas dalam arti

merupakan hasil dari pengaruh sebuah atau sejumlah variabel bebas. Dalam analisis regresi linier berganda, variabel y diukur dalam skala kontinu (usia awal menopause diukur dalam tahun).

x = variabel prediktor (variabel independen) yaitu variabel bebas yang berada pada posisi sebagai prediktor terjadinya variabel y. Secara klasik variabel x diukur dalam kontinu, tetapi secara praktis bisa diterapkan pada semua jenis variabel.

x 1 = status DM ( DM tipe 1 diberi skor 1 dan non DM diberi skor 0) x 2 = riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal (memiliki riwayat

penggunaan kontrasepsi hormonal diberi skor 1 dan tidak memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal diberi skor 0)

b = koefisien regresi adalah perkiraan besarnya rata-rata perubahan yang dialami variabel y untuk setiap unit perubahan variabel x. Besarnya koefisien regresi ini mencerminkan besarnya pengaruh (efek) dari variabel x yang bersangkutan terhadap terjadinya variabel y.

b 1 = koefisien regresi status DM tipe 1

b 2 = koefisien regresi riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal

a = konstan adalah perkiraan besarnya rata-rata variabel y ketika nilai variabel xi = 0. Dengan kata lain, meskipun tanpa pengaruh suatu variabel a = konstan adalah perkiraan besarnya rata-rata variabel y ketika nilai variabel xi = 0. Dengan kata lain, meskipun tanpa pengaruh suatu variabel

Sehingga persamaan regresinya menjadi:

Adapun prosedur formal dari model analisis regresi linier berganda ini meliputi tiga tahapan (Murti, 1997), yaitu:

1. Melakukan penyaringan awal terhadap variabel-variabel penting dengan menggunakan analisis univariat

2. Memasukkan dan/ atau mengeluarkan variabel-variabel dalam model multivarat (dalam analisis ini digunakan metode enter, di mana variabel- variabel independen dimasukkan dalam model regresi secara serentak)

3. Memeriksa kemungkinan interaksi variabel-variabel dalam model. Analisis regresi linier ganda ini merupakan alat statistik yang sangat kuat untuk menganalisis hubungan antara paparan (DM tipe 1) dan efek (usia awal menopause), dengan mengendalikan secara simultan pengaruh sejumlah faktor perancu potensial (kontrasepsi hormonal). Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda diharapkan penelitian akan lebih valid karena telah mengendalikan variabel luar/ perancu (Murti, 2010).

Usia awal menopause = a + b 1 (DM tipe 1) + b 2 (kontrasepsi hormonal)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto dalam kurun waktu bulan Juni sampai bulan Juli 2011. Sampel penelitian berjumlah 45 subjek yang terdiri dari 15 orang DM tipe 1 dan 30 orang non DM. Hasil penelitian yang diperoleh melalui kuesioner yang dipandu dengan wawancara adalah sebagai berikut:

1. Usia dan usia awal menopause

Pada penelitian ini, data deskriptif usia dan usia awal menopause pada sampel disajikan dalam Tabel 4.1 Tabel 4.1 Nilai Rentang, Rerata dan Simpangan Baku pada Variabel Usia

dan Usia Awal menopause

Rentang Rerata

Simpangan Baku

Usia awal menopause

45 45-55

50.1 2.21 Usia sampel

45 45-71

55.8 5.43 (Data Primer, 2011)

Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik usia subjek penelitian. Rerata usia sampel adalah 55 tahun, dengan usia termuda 45 tahun dan usia tertua

71 tahun. Rerata usia awal menopause pada sampel adalah 50 tahun dengan usia menopause termuda pada usia 45 tahun dan usia menopause tertua usia 55 tahun.

2. Diabetes melitus tipe 1

Proporsi DM tipe 1 dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar 4.1

Gambar 4.1 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Status Diabetes

Melitus Tipe 1 Gambar 4.1 menunjukkan bahwa proporsi DM tipe 1 mencapai

sepertiga jumlah sampel penelitian.

3. Kontrasepsi hormonal

Dari hasil penelitian didapatkan proporsi riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal sebagai berikut:

Gambar 4.2 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Riwayat

Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dari Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa proporsi sampel dengan

riwayat pemakaian KB hormonal lebih besar dibandingkan proporsi sampel tanpa riwayat KB hormonal.

4. Usia awal menopause menurut status DM tipe 1 dan pemakaian kontrasepsi hormonal

Data deskriptif usia awal menopause menurut status DM tipe 1 dan pemakaian kontrasepsi hormonal dirangkum dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Rerata Usia Awal Menopause menurut Status DM tipe 1 dan

Pemakaian Kontrasepsi hormonal

Status DM Kontrasepsi Jumah Rerata usia menopause (tahun) Non DM

Non KB hormonal 14

KB hormonal

DM tipe 1 Non KB hormonal 6

KB hormonal

( Data Primer, 2011) Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 30 orang sampel yang tidak menderita DM, sebanyak 14 orang tidak menggunakan KB hormonal dan memiliki rerata usia awal menopause 49.7 tahun. Rerata usia awal menopause sampel yang tidak menderita DM namun menggunakan KB hormonal (n = 16) adalah 51.6 tahun.

Dari 15 orang sampel yang menderita DM tipe 1, sebanyak 6 orang tidak menggunakan KB hormonal dan memiliki rerata usia awal menopause

48.2 tahun. Penderita DM tipe 1 yang menggunakan KB hormonal (n = 9) memiliki rerata usia awal menopause 49.1 tahun. Secara keseluruhan, terdapat

20 orang dari sampel yang tidak menggunakan KB hormonal dengan rerata usia awal menopause 49.2 tahun. Sedangkan 25 orang dari sampel yang menggunakan KB hormonal memiliki rerata usia awal menopause 50.7 tahun.

B. Uji Asumsi Analisis Regresi Linier Untuk menguji hipotesis, digunakan analisis statistik dengan regresi linier berganda. Hasil analisis regresi tersebut dapat dilakukan apabila data variabel dependen memenuhi syarat yaitu berdistribusi normal.

Usia awal menopause sebagai variabel dependen, harus diuji normalitasnya secara deskriptif maupun analitik. Secara deskriptif, digunakan grafik histogram normalitas.

Gambar 4.3 Histogram Normalitas Variabel Dependen (Usia Awal

Menopause)

Pada gambar di atas, histogram mengikuti bentuk lonceng sehingga dapat dikatakan bahwa data variabel mempunyai distribusi normal.

Secara analitik, dapat dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov untuk memeriksa normalitas variabel usia awal menopause. Apabila p>0.05 berarti data usia awal menopause mempunyai distribusi normal sehingga dapat dilakukan regresi linier. Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan nilai p = 0.220. Hal ini menunjukkan bahwa data usia awal menopause yang diperoleh berdistribusi normal sehingga dapat dilakukan uji hipotesis

C. Analisis Regresi Linier Univariat Hasil analisis regresi linier univariat adalah sebagai berikut:

1. Hubungan antara usia awal menopause dengan diabetes melitus tipe1 Tabel 4.3 Hasil Uji Regresi Linier Univariat antara Variabel Usia Awal

Menopause dan Diabetes Melitus Tipe 1 Variabel

Interval kepercayaan 95% Diabetes melitus tipe1

0.001 -3.3, -0.9

(Data Primer, 2011)

Dari Tabel 4.3 didapatkan nilai p hubungan antara variabel usia awal menopause dengan penyakit diabetes melitus tipe 1 sebesar 0.001. Angka tersebut lebih kecil dari 0.05 sehingga variabel DM tipe 1 dapat dimasukkan ke dalam model regresi linier berganda.

2. Hubungan antara usia awal menopause dengan kontrasepsi hormonal Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Linier Univariat antara Variabel Usia Awal

Menopause dan Kontrasepsi Hormonal Variabel

Interval kepercayaan 95% Kontrasepsi hormonal

1.6 0.007 0.5, 2.7 (Data Primer, 2011) Dari Tabel 4.4 diperoleh nilai p hubungan antara variabel usia awal menopause dengan penggunaan kontrasepsi hormonal sebesar 0.007.

Angka tersebut lebih kecil dari 0.05 sehingga variabel kontrasepsi hormonal dapat dimasukkan ke dalam model regresi linier berganda.

D. Analisis Regresi Linier Berganda Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini maka digunakan analisis regresi linier berga nda dengan batas kemaknaan α = 0.05. Hasil analisis tersebut disajikan dalam Tabel 4.5 : Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda antara Variabel Usia Awal

Menopause dengan Diabetes Melitus Tipe 1 dan Kontrasepsi Hormonal

Variabel

Interval Kepercayaan 95% Diabetes melitus tipe1

Kontrasepsi hormonal Konstanta

( Data Primer, 2011) Dari Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara usia awal menopause dengan diabetes melitus tipe 1 (p = 0.001) dan penggunaan kontrasepsi hormonal (p = 0.007).

Secara matematis, analisis regresi linier berganda menghasilkan persamaan sebagai berikut:

y=a+b 1 x 1 +b 2 x 2

Sehingga model regresi yang terbentuk dari hasil analisis data penelitian ini adalah : Usia awal menopause = 49.9 – (2.1 x diabetes melitus tipe 1) + (1.6 x

kontrasepsi hormonal)

Dari persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa rerata usia awal menopause adalah 49.9 tahun jika wanita tersebut tidak menderita DM tipe I dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Nilai b sebesar -2.1 untuk variabel DM tipe 1 mengindikasikan bahwa jika diketahui seseorang wanita menderita DM tipe I dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, maka usia awal menopause diperkirakan terjadi lebih cepat dua tahun yaitu pada usia sekitar 47.8 tahun. Penggunaan KB hormonal ternyata juga berpengaruh secara signifikan terhadap usia awal menopause. Secara matematis, nilai b sebesar 1.6 untuk variabel kontrasepsi hormonal mengindikasikan bahwa usia awal menopause pada wanita pengguna KB hormonal yang tidak menderita DM tipe 1 akan terjadi lebih lambat satu tahun yaitu pada usia sekitar 51.5 tahun.

Variabel diabetes melitus tipe 1 merupakan faktor yang lebih kuat hubungannya dengan usia awal menopause, sebagaimana ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi (b) yang lebih besar dibanding dengan koefisien regresi variabel kontrasepsi hormonal.

Nilai Adjusted R 2 = 28.5% dari model analisis regresi linier berganda yang dihasilkan (Lampiran 5) mengindikasikan bahwa variabel DM tipe 1 dan penggunaan kontrasepsi hormonal mempunyai kontribusi sebesar 28.5% untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan usia awal menopause, sedangkan 71.5% sisanya, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ikut diteliti

E. Multikoliniaritas