KONTROL STRUKTUR TERHADAP MODEL URAT KUA
Seminar Nasional Kebumian XI-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 19 September 2017
KONTROL STRUKTUR TERHADAP MODEL URAT KUARSA
PEMBAWA MINERAL SULFIDA DI KALI MOJO, PACITAN,
JAWA TIMUR
Fredy1,2, Prasetyadi1, Gazali1,2, Reyzananda1
1)
UPN “Veteran” Yogyakarta
2)
GeoPangea Research Group
Abstract
Kali Mojo is a river formed by fault zone structure that’s trending Northeast – Southwest with its
kinematic is a Normal Left Slip Fault (N 2290 E/ 820 - N 2300 E/ 830). And then this fault structure cutted
by fault that have trending Northwest – Southeast with its kinematic is a Normal Right Slip Fault (N 329 0
E/ 820 – N 1210 E/ 700). The Northeast – Southwest system was cutting over the volcanic rock, which is an
andesitic lava coherent-clogged that’s part of the Late Eocene - Early Miocene Mandalika Rock
Formation. This volcanic rock is a part of the central facies of the ancient volcanic activity of Tegalombo
Volcano that has undergone a very strong intensity of alteration, characterized by the presence of
prophylitic alteration, argillic alteration and silification alteration. Silicification alteration is wholly
formed on the veins formed by the stress strain of the left slip fault movement. The vein textures that are
formed are massive quartz and disseminated base metals. These quartz veins have undergone richness in
sulfide mineral (pyrite, chalcopyrite, chalcocite) and have a general bearing of N335 0E to N1550E with a
dip ranging from 360 to 710. Mineralization in Kali Mojo forms an Epithermal High Sulfidation system
controlled by fault movement and the ore body controlled by tensional fracture.
Keywords : Kali Mojo, model, quartz vein, sulfide minerals
Author’s Email: [email protected]
SARI
Kali Mojo merupakan sungai yang dibentuk oleh struktur sesar yang bearah Timurlaut – Baratdaya dengan
kinematik sesar mendatar kiri turun (N 229 0 E/ 820 – N 2300 E/ 830). Sistem sesar mendatar kiri turun ini
kemudian dipotong oleh struktur sesar berarah Baratlaut – Tenggara dengan kinematik sesar mendatar
kanan turun (N 3290 E/ 820 – N 1210 E/ 700) yang merupakan sesar periode kedua, sehingga menyebabkan
kedudukan bidang urat di daerah ini terpotong. Struktur sesar pada periode pertama memotong batuan
beku vulkanik lava andesit koheren yang merupakan bagian dari Formasi Mandalika yang berumur Eosen
Akhir – Miosen Awal. Batuan gunungapi ini merupakan bagian fasies pusat dari kegiatan Gunungapi
Purba Tegalombo yang mengalami intensitas alterasi batuan yang sangat kuat, ditandai dengan hadirnya
alterasi profilitik, argilik dan silisifikasi. Alterasi silisifikasi secara keseluruhan terbentuk pada urat-urat
yang terbentuk akibat gaya tarikan dari pergerakan sesar mendatar kiri. Tekstur urat yang terbentuk adalah
massive quartz dan base metals disseminated pada tubuh urat. Urat-urat kuarsa ini mengalami
pengakayaan mineral sulfida (pyrite, chalcopyrite, galena, chalcocite, covelite) serta memiliki arah umum
N3350E - N1550E dengan kedudukan berkisar 360 – 710. Mineralisasi di Kali Mojo membentuk
Epithermal High Sulfidation system yang dikontrol oleh pergerakan sesar dan tensional fracture sebagai
ore body-nya.
Kata Kunci: Kali Mojo, struktur, model, urat kuarsa, mineral sulfida
Email Penulis: [email protected]
I.
PENDAHULUAN
Dari sudut pandang pengkajian mineralisasi, tentulah tatanan tektonik pulau Jawa, khususnya
Pegunungan Selatan Jawa Timur tidak dapat dipisahkan dari sejarah tektonik global, yaitu interaksi
antara lempeng Eurasia di Utara dengan lempeng Indo-Australia di Selatan. Dengan berlangsungnya
proses tektonik yang bekerja, maka secara langsung mempengaruhi terbentuknya jalur gunung api
Oligo-Miosen dan struktur tektonik, baik patahan serta rekahan-rekahan akibat aktivitas tektonik.
Daerah penelitian berada di Pegunungan Selatan Jawa timur khususnya di Kabupaten Pacitan
bagian utara yaitu Daerah Kali Mojo, Kecamatan Tegalombo. Berdasarkan tatanan tektoniknya
termasuk kedalam busur magmatik Tersier Sunda-Banda (Carlie dan Mitchell, 1994) (Gambar 1).
1
Seminar Nasional Kebumian XI-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 19 September 2017
Daerah penelitian terletak pada jalur Pegunungan Selatan, Jawa Timur dan termasuk dalam Formasi
Andesit Tua (van Bemmelen, 1949). Batuan dari busur magmatik ini pada umumnya banyak
mengandung endapan bijih yang ekonomis. Dearah penelitian pada umumnya terdiri dari batuan sisa
paleo vulkanisme, batuan terobosan asam-basa yang telah mengalami proses alterasi dan mineralisasi
(Samodra dkk. 1990). Hal ini didukung juga oleh Fredy .,dkk (2016) telah mengidentifikasi, bahwa
Kali Mojo yang secara administrasi termasuk dalam Kecamatan Tegalombo meruapakan sisa
kegiatan Gunungapi Purba Tegalombo, yaitu
Gambar 1. Bususr Magmatic Indonesia oleh Charlie dan Mitchell, 1994
Khuluk Tegalombo yang memperlihatkan fasies pusat dan proximal dari suatu sistem gunungapi
(Gambar 2).
2
Seminar Nasional Kebumian XI-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 19 September 2017
Gambar 2. Fasies Gunungapi Purba Tegalombo (Fredy, 2016)
Sistem struktur regional di daerah Kali Mojo ini mengikuti pola struktur regional umum yang ada
di Jawa Timur, yaitu berarah Utara – Selatan, Barat – Timur, Baratlaut – Tenggara dan Timurlaut –
Baratdaya. Sedangkan di daerah enelitian ini dujumpai dua arah sesar utama yang membentuk satu
sistem sesar geser yang berarah Timurlaut – Baratdaya, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
peneliti sebelumnya yang mengemukakan adanya arah umum sesar berarah Timurlaut – Baratdaya
(Samodra dkk, 1992; Sampurna dan Samodra, 1997, Sudiarto dan Prapto, 2995; dan Fredy dkk,
2016) yang berupa sistem sesar geser/ strike-slip fault.
Dengan memperhitungkan faktor paleo-vulkanisme dan intensitas struktur geologi yang
berkembang secara regional di daerah ini, maka memungkinkannya larutan hidrotermal yang
terbentuk pada bagian akhir dari siklus pembekuan magma dan umumnya terakumulasi pada litologi
dengan permeabilitas tinggi atau pada zona lemah (rekahan) (Bateman, 1981), akan membentuk
suatu sistem endapan hidrotermal yang dikontrol oleh sistem rekahan. Interaksi antara larutan
hidrotermal dengan batuan yang dilaluinya(wall rocks) akan menyebabkan terubahnya mineral
primer menjadi mineral sekunder (alteration minerals). Keberadaan zona alterasi dan mineralisasi ini
akan membantu dalam perencanaan pengembangan eksplorasi mineral bijih yang mengandung bijih
mineral sulfia. Salah satu indikator yang berpengaruh terhadap kehadiran urat-urat pembawa mineral
bijih berharga adalah struktur rekahan (kekar, sesar). Jaringan kekar yang berkembang merupakan
jalan bagi late-magmatics untuk mengisi dan mengendapkan mineral-mineral bijih (Purwanto, 2002).
II.
METHODOLOGI PENELITIAN
Mineralisasi hidrotermal adalah hasil akhir dari suatu serangkaian proses yang dibentuk oleh
pemanasan air meteorik maupun air magmatik oleh volatile matter yang membawa mineral-mineral
logam di dalamnya, pada kegiatan volkano-plutonik. Proses tersebut akan menghasilkan zona alterasi
dan cebakan mineralisasi bijih yang akan terkonsentrasi di dalam suatu media struktur geologi,
dalam kasus ini adalah struktur sesar dan kekar.
3
Seminar Nasional Kebumian XI-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 19 September 2017
Untuk mengetahui model urat kuarsa di daerah Kali Mojo ini dilakukan beberapa pendekatan
seperti studi literatur, observasi dan pengumpulan data lapangan, analisis laboratorium dan studio.
Analisis mineralogi dilakukan pada sampel sampel terpilih, menggunakan beberapa metode seperti :
1) Petrografi, untuk mengidentifikasi jenis / tipe batuan, intensitas dan derajat batuan terubah, 2)
Mineragrafi, dilakukan pada batuan termineralisasi untuk mengidentifikasi kandungan mineralmineral logam seacara (kualitatif). Selain itu dilakukannya juga analisa studio untuk menyelaraskan
hasil data penelitian terdahulu, data lapangan, dan data laboratorium untuk menghasilkan model
struktur urat berdasarkan data permukaan yang ada di daerah ini.
III. HASIL
Secara umum gejala mineralisasi tersingkap berupa zona ubahan argilik, silisifikasi, propolitik
dan sub-propilitik. Kekar yang mengalami proses pengkayaan mineral logam terjadi pada ubahan
silisifikasi yang terbentuk di batuan beku andesit yang merupakan lava koheren dari Gunungapi
Purba Tegalombo dan merupakan bagian dari Formasi Mandalika (Gambar 3). Gejala sesar yang
tersingkap berupa kelurusan bentangalam, breksi sesar, bidang sesar dan kekar.
Alterasi hidrotermal yang tersingkap di Kali Mojo dibagi dalam 3 (tiga) zonasi batuan ubahan
yang mengacu dari pembagian yang diteliti oleh Corbett dan Leach, 1998, yaitu:
Silisifikasi (kuarsa, pirit, black sulfide, kalkopirit) dengan pola pervasif
Argilik (kaolin, illit, smektit, klorit, montmorilonit, limonit) dengan pola pervasif
Propilitik (klorit, epidot, ±kalsit, ±kalkopirit, ±pirit, ±hematit, ±2 nd Kuarsa, dan kaolin)
dengan pola pervasif
Zona Silisifikasi
Zona sislisifikasi ini menyebar dihampir 15% dari total luasan keseluruhan daerah penelitian
yang dimana pembentukan zona alterasi sislisifikasi ini diakibatkan adanya bukaan/ zona lemah yang
diakibatkan oleh proses tektonik serta tekanan fluida hidrotermal dari bawah yang, hal ini dikuatkan
oleh asamnya sifat kimia fisik mineralogi zona alterasi ini, yang terdiri oleh mineral 2 nd kuarsa dan
logam sulfida, yaitu pirit, kalkopirit, galena dan kalkosit.
.
Gambar 3. Lava koheren andesit yang telah mengalami alterasi dan
mineralisasi yang termasuk kedalam Formasi Mandalika
Kenampakan zona alterasi silisifikasi ini memiliki ciri-ciri lapangan berwarna abu-abu
kehitaman, putih, sampai dengan kuning pada zona yang mengalami proses oksidasi/ pelapukan
4
Seminar Nasional Kebumian XI-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 19 September 2017
akibat bersentuhan dengan atmosfer yang memilki oksigen sebagai reagen daripada oksidasi zona
alterasi ini, serta memiliki pola alterasi pervasif dengan intensitas ubahan yang sangat kuat (Browne,
1989). Mineralogi zona alterasi ini terdiri atas 2nd kuarsa dan kuarsa primer yang masif, pirit serta
kovelit dan kalkosit yang menggantikan kalkopirit sebagai mineral bijihnya (Gambar 5), selain itu
juga hadir mineral hasil dari pengkayaan/ supergen, yaitu jarosit yang merupakan mineral sulfat yang
terbentuk oleh rekasi kimia antara besi dengan larutan sulfat yang bersifat asam. (Gambar 4).
Hasil pengamatan secara mikroskopis (Gambar 6) pada conto batuan yang diambil dari sungai
di barat laut gunung Kurung, Desa Pucangombo, tepatnya di saah satu lintasan Kali Mojo
menunjukan lava andesit yang merupakan batuan beku vulkanik bersifat intermediet telah terubah
total silisifikasi, memiliki ciri pemerian berwarna putih, dengan ukuran Kristal 0,5 mm – 1,2 mm ,
dengan komposisi mineralogi 2nd kuarsa dan opak yang memiliki tekstur diseminasi di sayatan tipis
batuan.
Gambar 4. Alterasi Silisifikasi di daerah Kali Mojo yang kaya akan mineral sulfida.
Gambar 5. Kenampakan Mineral pirit, kalkopirit, kalkosit dan kovelit di dalam mineral kuarsa (urat).
Tipe alterasi ini berasosiasi dengan rekahan-rekahan ataupun kekar-kekar yang merupakan jalur
keluarnya fluida hidrotermal yang mengalterasi batuan samping (host rock) dan mengendapkan
mineral-mineral bijih emas (Au) maupun tembaga (Cu). Batuan yang teralterasi menunjukkan tekstur
diseminasi dengan ciri kehadiran mineral sulfida yang menyebar pada batuan samping yang
5
Seminar Nasional Kebumian XI-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 19 September 2017
diterobos oleh fluida hidrotermal. Temperatur stabil pengendapan mineral zona alterasi ini adalah
150º–300º C dengan kondisi larutan hidrotermal asam menurut White & Hedenquist (1995).
Gambar 6. Sayatan tipis alterasi silisifikasi: kiri: polarisasi sejajara; kanan: polarisasi .silang.
Zona Argilik
Zona argilik ini menyebar dihampir 10% dari total luasan keseluruhan daerah penelitian yang
dimana pembentukan zona alterasi argilik ini diakibatkan pada tahapan metasomatisme batuan serta
terjadinya penggantian dan perombakan ulang susunan kimia mineral primer pada tubuh batuan oleh
mineral sekunder. Proses penggantian mineral sendiri seperti terdapatnya mineral lempung negatif,
yaitu illit (dioktahedral) yang kemungkinan menggantikan mineral primer batuan yaitu muskovit dan
(trioktahedral) yang menggantikan mineral biotit, serta monmorilonit yang memiliki karakter yang
sama dengan illit dan kasus susunan ikatan kimia yang sama. Untuk kasus hadirnya smektit, penulis
mengacu pada persamaan jika kandungan Fe3+ yang lebih tinggi pada monmorilonit yang
dioktahedral.
Kenampakan zona alterasi argilik ini memberikan kenampakan ciri-ciri lapangan berwarna abuabu putih, sampai dengan kuning pada zona yang mengalami proses oksidasi/ pelapukan akibat
bersentuhan dengan atmosfer yang memiliki oksigen sebagai reagen daripada oksidasi zona alterasi
ini, serta memiliki pola alterasi pervasif dengan intensitas ubahan yang sangat kuat (Browne, 1989)
(Gambar 7).
Gambar 7. Singkapan alterasi arigilik dan sayatan tipis batuan ubahannya.
6
Seminar Nasional Kebumian XI-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 19 September 2017
Berdasarkan kehadiran mineral kuarsa, illite, smektit, montmorilonit, dan kaolinit dengan
pendekatan dalam menentukan suhu pembentukannya maka diperkirakan alterasi ini terbentuk pada
suhu > 100o C sampai 300o C (Hedenquist, 1997) (Lawless & White, 1997) (Corbett & Leach, 1996).
Zona Profilitik
Zona alterasi ini menyebar dihampir 75% dari total luasan keseluruhan daerah penelitian dengan
himpunan mineral yang terdiri dari klorit, epidot, ±kalsit, ±kalkopirit, ±pirit, ±hematit, ±2 nd Kuarsa,
illit dan kaolin. Zona alterasi ini menyebar dibagian luar dari zona alterasi filik, zona alterasi argilik,
dan argilik lanjut. Zona ini memiliki intensitas ubahan yang bervariasi, yaitu mulai dari intensitas
ubahan lemah sampai dengan intensitas ubahan sangat kuat (Browne, 1989) (Gambar 8). Zona ini
terbentuk pada suhu
Yogyakarta, 19 September 2017
KONTROL STRUKTUR TERHADAP MODEL URAT KUARSA
PEMBAWA MINERAL SULFIDA DI KALI MOJO, PACITAN,
JAWA TIMUR
Fredy1,2, Prasetyadi1, Gazali1,2, Reyzananda1
1)
UPN “Veteran” Yogyakarta
2)
GeoPangea Research Group
Abstract
Kali Mojo is a river formed by fault zone structure that’s trending Northeast – Southwest with its
kinematic is a Normal Left Slip Fault (N 2290 E/ 820 - N 2300 E/ 830). And then this fault structure cutted
by fault that have trending Northwest – Southeast with its kinematic is a Normal Right Slip Fault (N 329 0
E/ 820 – N 1210 E/ 700). The Northeast – Southwest system was cutting over the volcanic rock, which is an
andesitic lava coherent-clogged that’s part of the Late Eocene - Early Miocene Mandalika Rock
Formation. This volcanic rock is a part of the central facies of the ancient volcanic activity of Tegalombo
Volcano that has undergone a very strong intensity of alteration, characterized by the presence of
prophylitic alteration, argillic alteration and silification alteration. Silicification alteration is wholly
formed on the veins formed by the stress strain of the left slip fault movement. The vein textures that are
formed are massive quartz and disseminated base metals. These quartz veins have undergone richness in
sulfide mineral (pyrite, chalcopyrite, chalcocite) and have a general bearing of N335 0E to N1550E with a
dip ranging from 360 to 710. Mineralization in Kali Mojo forms an Epithermal High Sulfidation system
controlled by fault movement and the ore body controlled by tensional fracture.
Keywords : Kali Mojo, model, quartz vein, sulfide minerals
Author’s Email: [email protected]
SARI
Kali Mojo merupakan sungai yang dibentuk oleh struktur sesar yang bearah Timurlaut – Baratdaya dengan
kinematik sesar mendatar kiri turun (N 229 0 E/ 820 – N 2300 E/ 830). Sistem sesar mendatar kiri turun ini
kemudian dipotong oleh struktur sesar berarah Baratlaut – Tenggara dengan kinematik sesar mendatar
kanan turun (N 3290 E/ 820 – N 1210 E/ 700) yang merupakan sesar periode kedua, sehingga menyebabkan
kedudukan bidang urat di daerah ini terpotong. Struktur sesar pada periode pertama memotong batuan
beku vulkanik lava andesit koheren yang merupakan bagian dari Formasi Mandalika yang berumur Eosen
Akhir – Miosen Awal. Batuan gunungapi ini merupakan bagian fasies pusat dari kegiatan Gunungapi
Purba Tegalombo yang mengalami intensitas alterasi batuan yang sangat kuat, ditandai dengan hadirnya
alterasi profilitik, argilik dan silisifikasi. Alterasi silisifikasi secara keseluruhan terbentuk pada urat-urat
yang terbentuk akibat gaya tarikan dari pergerakan sesar mendatar kiri. Tekstur urat yang terbentuk adalah
massive quartz dan base metals disseminated pada tubuh urat. Urat-urat kuarsa ini mengalami
pengakayaan mineral sulfida (pyrite, chalcopyrite, galena, chalcocite, covelite) serta memiliki arah umum
N3350E - N1550E dengan kedudukan berkisar 360 – 710. Mineralisasi di Kali Mojo membentuk
Epithermal High Sulfidation system yang dikontrol oleh pergerakan sesar dan tensional fracture sebagai
ore body-nya.
Kata Kunci: Kali Mojo, struktur, model, urat kuarsa, mineral sulfida
Email Penulis: [email protected]
I.
PENDAHULUAN
Dari sudut pandang pengkajian mineralisasi, tentulah tatanan tektonik pulau Jawa, khususnya
Pegunungan Selatan Jawa Timur tidak dapat dipisahkan dari sejarah tektonik global, yaitu interaksi
antara lempeng Eurasia di Utara dengan lempeng Indo-Australia di Selatan. Dengan berlangsungnya
proses tektonik yang bekerja, maka secara langsung mempengaruhi terbentuknya jalur gunung api
Oligo-Miosen dan struktur tektonik, baik patahan serta rekahan-rekahan akibat aktivitas tektonik.
Daerah penelitian berada di Pegunungan Selatan Jawa timur khususnya di Kabupaten Pacitan
bagian utara yaitu Daerah Kali Mojo, Kecamatan Tegalombo. Berdasarkan tatanan tektoniknya
termasuk kedalam busur magmatik Tersier Sunda-Banda (Carlie dan Mitchell, 1994) (Gambar 1).
1
Seminar Nasional Kebumian XI-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 19 September 2017
Daerah penelitian terletak pada jalur Pegunungan Selatan, Jawa Timur dan termasuk dalam Formasi
Andesit Tua (van Bemmelen, 1949). Batuan dari busur magmatik ini pada umumnya banyak
mengandung endapan bijih yang ekonomis. Dearah penelitian pada umumnya terdiri dari batuan sisa
paleo vulkanisme, batuan terobosan asam-basa yang telah mengalami proses alterasi dan mineralisasi
(Samodra dkk. 1990). Hal ini didukung juga oleh Fredy .,dkk (2016) telah mengidentifikasi, bahwa
Kali Mojo yang secara administrasi termasuk dalam Kecamatan Tegalombo meruapakan sisa
kegiatan Gunungapi Purba Tegalombo, yaitu
Gambar 1. Bususr Magmatic Indonesia oleh Charlie dan Mitchell, 1994
Khuluk Tegalombo yang memperlihatkan fasies pusat dan proximal dari suatu sistem gunungapi
(Gambar 2).
2
Seminar Nasional Kebumian XI-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 19 September 2017
Gambar 2. Fasies Gunungapi Purba Tegalombo (Fredy, 2016)
Sistem struktur regional di daerah Kali Mojo ini mengikuti pola struktur regional umum yang ada
di Jawa Timur, yaitu berarah Utara – Selatan, Barat – Timur, Baratlaut – Tenggara dan Timurlaut –
Baratdaya. Sedangkan di daerah enelitian ini dujumpai dua arah sesar utama yang membentuk satu
sistem sesar geser yang berarah Timurlaut – Baratdaya, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
peneliti sebelumnya yang mengemukakan adanya arah umum sesar berarah Timurlaut – Baratdaya
(Samodra dkk, 1992; Sampurna dan Samodra, 1997, Sudiarto dan Prapto, 2995; dan Fredy dkk,
2016) yang berupa sistem sesar geser/ strike-slip fault.
Dengan memperhitungkan faktor paleo-vulkanisme dan intensitas struktur geologi yang
berkembang secara regional di daerah ini, maka memungkinkannya larutan hidrotermal yang
terbentuk pada bagian akhir dari siklus pembekuan magma dan umumnya terakumulasi pada litologi
dengan permeabilitas tinggi atau pada zona lemah (rekahan) (Bateman, 1981), akan membentuk
suatu sistem endapan hidrotermal yang dikontrol oleh sistem rekahan. Interaksi antara larutan
hidrotermal dengan batuan yang dilaluinya(wall rocks) akan menyebabkan terubahnya mineral
primer menjadi mineral sekunder (alteration minerals). Keberadaan zona alterasi dan mineralisasi ini
akan membantu dalam perencanaan pengembangan eksplorasi mineral bijih yang mengandung bijih
mineral sulfia. Salah satu indikator yang berpengaruh terhadap kehadiran urat-urat pembawa mineral
bijih berharga adalah struktur rekahan (kekar, sesar). Jaringan kekar yang berkembang merupakan
jalan bagi late-magmatics untuk mengisi dan mengendapkan mineral-mineral bijih (Purwanto, 2002).
II.
METHODOLOGI PENELITIAN
Mineralisasi hidrotermal adalah hasil akhir dari suatu serangkaian proses yang dibentuk oleh
pemanasan air meteorik maupun air magmatik oleh volatile matter yang membawa mineral-mineral
logam di dalamnya, pada kegiatan volkano-plutonik. Proses tersebut akan menghasilkan zona alterasi
dan cebakan mineralisasi bijih yang akan terkonsentrasi di dalam suatu media struktur geologi,
dalam kasus ini adalah struktur sesar dan kekar.
3
Seminar Nasional Kebumian XI-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 19 September 2017
Untuk mengetahui model urat kuarsa di daerah Kali Mojo ini dilakukan beberapa pendekatan
seperti studi literatur, observasi dan pengumpulan data lapangan, analisis laboratorium dan studio.
Analisis mineralogi dilakukan pada sampel sampel terpilih, menggunakan beberapa metode seperti :
1) Petrografi, untuk mengidentifikasi jenis / tipe batuan, intensitas dan derajat batuan terubah, 2)
Mineragrafi, dilakukan pada batuan termineralisasi untuk mengidentifikasi kandungan mineralmineral logam seacara (kualitatif). Selain itu dilakukannya juga analisa studio untuk menyelaraskan
hasil data penelitian terdahulu, data lapangan, dan data laboratorium untuk menghasilkan model
struktur urat berdasarkan data permukaan yang ada di daerah ini.
III. HASIL
Secara umum gejala mineralisasi tersingkap berupa zona ubahan argilik, silisifikasi, propolitik
dan sub-propilitik. Kekar yang mengalami proses pengkayaan mineral logam terjadi pada ubahan
silisifikasi yang terbentuk di batuan beku andesit yang merupakan lava koheren dari Gunungapi
Purba Tegalombo dan merupakan bagian dari Formasi Mandalika (Gambar 3). Gejala sesar yang
tersingkap berupa kelurusan bentangalam, breksi sesar, bidang sesar dan kekar.
Alterasi hidrotermal yang tersingkap di Kali Mojo dibagi dalam 3 (tiga) zonasi batuan ubahan
yang mengacu dari pembagian yang diteliti oleh Corbett dan Leach, 1998, yaitu:
Silisifikasi (kuarsa, pirit, black sulfide, kalkopirit) dengan pola pervasif
Argilik (kaolin, illit, smektit, klorit, montmorilonit, limonit) dengan pola pervasif
Propilitik (klorit, epidot, ±kalsit, ±kalkopirit, ±pirit, ±hematit, ±2 nd Kuarsa, dan kaolin)
dengan pola pervasif
Zona Silisifikasi
Zona sislisifikasi ini menyebar dihampir 15% dari total luasan keseluruhan daerah penelitian
yang dimana pembentukan zona alterasi sislisifikasi ini diakibatkan adanya bukaan/ zona lemah yang
diakibatkan oleh proses tektonik serta tekanan fluida hidrotermal dari bawah yang, hal ini dikuatkan
oleh asamnya sifat kimia fisik mineralogi zona alterasi ini, yang terdiri oleh mineral 2 nd kuarsa dan
logam sulfida, yaitu pirit, kalkopirit, galena dan kalkosit.
.
Gambar 3. Lava koheren andesit yang telah mengalami alterasi dan
mineralisasi yang termasuk kedalam Formasi Mandalika
Kenampakan zona alterasi silisifikasi ini memiliki ciri-ciri lapangan berwarna abu-abu
kehitaman, putih, sampai dengan kuning pada zona yang mengalami proses oksidasi/ pelapukan
4
Seminar Nasional Kebumian XI-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 19 September 2017
akibat bersentuhan dengan atmosfer yang memilki oksigen sebagai reagen daripada oksidasi zona
alterasi ini, serta memiliki pola alterasi pervasif dengan intensitas ubahan yang sangat kuat (Browne,
1989). Mineralogi zona alterasi ini terdiri atas 2nd kuarsa dan kuarsa primer yang masif, pirit serta
kovelit dan kalkosit yang menggantikan kalkopirit sebagai mineral bijihnya (Gambar 5), selain itu
juga hadir mineral hasil dari pengkayaan/ supergen, yaitu jarosit yang merupakan mineral sulfat yang
terbentuk oleh rekasi kimia antara besi dengan larutan sulfat yang bersifat asam. (Gambar 4).
Hasil pengamatan secara mikroskopis (Gambar 6) pada conto batuan yang diambil dari sungai
di barat laut gunung Kurung, Desa Pucangombo, tepatnya di saah satu lintasan Kali Mojo
menunjukan lava andesit yang merupakan batuan beku vulkanik bersifat intermediet telah terubah
total silisifikasi, memiliki ciri pemerian berwarna putih, dengan ukuran Kristal 0,5 mm – 1,2 mm ,
dengan komposisi mineralogi 2nd kuarsa dan opak yang memiliki tekstur diseminasi di sayatan tipis
batuan.
Gambar 4. Alterasi Silisifikasi di daerah Kali Mojo yang kaya akan mineral sulfida.
Gambar 5. Kenampakan Mineral pirit, kalkopirit, kalkosit dan kovelit di dalam mineral kuarsa (urat).
Tipe alterasi ini berasosiasi dengan rekahan-rekahan ataupun kekar-kekar yang merupakan jalur
keluarnya fluida hidrotermal yang mengalterasi batuan samping (host rock) dan mengendapkan
mineral-mineral bijih emas (Au) maupun tembaga (Cu). Batuan yang teralterasi menunjukkan tekstur
diseminasi dengan ciri kehadiran mineral sulfida yang menyebar pada batuan samping yang
5
Seminar Nasional Kebumian XI-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 19 September 2017
diterobos oleh fluida hidrotermal. Temperatur stabil pengendapan mineral zona alterasi ini adalah
150º–300º C dengan kondisi larutan hidrotermal asam menurut White & Hedenquist (1995).
Gambar 6. Sayatan tipis alterasi silisifikasi: kiri: polarisasi sejajara; kanan: polarisasi .silang.
Zona Argilik
Zona argilik ini menyebar dihampir 10% dari total luasan keseluruhan daerah penelitian yang
dimana pembentukan zona alterasi argilik ini diakibatkan pada tahapan metasomatisme batuan serta
terjadinya penggantian dan perombakan ulang susunan kimia mineral primer pada tubuh batuan oleh
mineral sekunder. Proses penggantian mineral sendiri seperti terdapatnya mineral lempung negatif,
yaitu illit (dioktahedral) yang kemungkinan menggantikan mineral primer batuan yaitu muskovit dan
(trioktahedral) yang menggantikan mineral biotit, serta monmorilonit yang memiliki karakter yang
sama dengan illit dan kasus susunan ikatan kimia yang sama. Untuk kasus hadirnya smektit, penulis
mengacu pada persamaan jika kandungan Fe3+ yang lebih tinggi pada monmorilonit yang
dioktahedral.
Kenampakan zona alterasi argilik ini memberikan kenampakan ciri-ciri lapangan berwarna abuabu putih, sampai dengan kuning pada zona yang mengalami proses oksidasi/ pelapukan akibat
bersentuhan dengan atmosfer yang memiliki oksigen sebagai reagen daripada oksidasi zona alterasi
ini, serta memiliki pola alterasi pervasif dengan intensitas ubahan yang sangat kuat (Browne, 1989)
(Gambar 7).
Gambar 7. Singkapan alterasi arigilik dan sayatan tipis batuan ubahannya.
6
Seminar Nasional Kebumian XI-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 19 September 2017
Berdasarkan kehadiran mineral kuarsa, illite, smektit, montmorilonit, dan kaolinit dengan
pendekatan dalam menentukan suhu pembentukannya maka diperkirakan alterasi ini terbentuk pada
suhu > 100o C sampai 300o C (Hedenquist, 1997) (Lawless & White, 1997) (Corbett & Leach, 1996).
Zona Profilitik
Zona alterasi ini menyebar dihampir 75% dari total luasan keseluruhan daerah penelitian dengan
himpunan mineral yang terdiri dari klorit, epidot, ±kalsit, ±kalkopirit, ±pirit, ±hematit, ±2 nd Kuarsa,
illit dan kaolin. Zona alterasi ini menyebar dibagian luar dari zona alterasi filik, zona alterasi argilik,
dan argilik lanjut. Zona ini memiliki intensitas ubahan yang bervariasi, yaitu mulai dari intensitas
ubahan lemah sampai dengan intensitas ubahan sangat kuat (Browne, 1989) (Gambar 8). Zona ini
terbentuk pada suhu