PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG KAR (2)

PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP PEMEGANG KARTU
KREDIT SEBAGAI ALAT
PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI
PERDAGANGAN
Oleh
Abuyazid Bustomi,SH.,MH1
ABSTRAK
Kartu
Kredit
sebagai
alat
pembayaran jenis baru, adalah merupakan
salah satu usaha perkembangan dari
potensi, inisiatif dan daya kreasi di bidang
alat-alat pembayaran yang ada di dalam
masyarakat. Perkembangan penggunaan
Kartu Kredit boleh dikatakan sangat pesat.
Perkembangan
tersebut
sebenarnya

didorong oleh berbagai faktor yang
berkenaan dengan pengunaan kemudahan,
kepraktisan dan citra diri pemegang kartu.
Hubungan hukum antara Penerbit
dan Pemegang Kartu Kridit dituangkan
secara
tertulis
dalam
suatu
perjanjian/dokumen yang bentuknya baku
dan sudah dipersiapkan lebih dahulu oleh
penerbit. Hubungan hukum yang terjadi
antara Penerbit dengan Pemegang Kartu
Kredit adalah hubungan pemberian kredit,
dengan atas hak perjanjian pinjammeminjam.
Perjanjian Kartu Kredit adalah
perjanjian untuk menerbitkan kartu kredit
yang dapat dimanfaatkan pemegangnya
untuk membayarkan barang atau jasa
perjanjian kartu kredit ini mengacu pada

perjanjian pinjam meminjam yang diatur
dalam
pasal 1754
KUH Perdata.
Mekanisme penggunaan kartu kredit
melibatkan empat pihak yaitu sebagai
bertikut : Penerbit (Issure), pemegang
kartu (Card holder), pengusaha atau
pedagang
(Merchant)
pengelola
(Acquirer), hubungan hukum diantara
pihak timbul karena adanya perjanjian,
dengan demikian penyalahgunaan kartu
kredit ditinjau dari aspek perjanjian adalah
wanprestasi.

Perlindungan Hukum bagi Para
Pihak yang terkait dalam Penggunaan
Kartu Kredit sebagai alat pembayaran

dalam transaksi perdagangan, penggunaan
kartu kredit masing-masing dilindungi
oleh hukum, baik secara hukum Publik
maupun
Hukum
Perdata,
yang
kesemuanya berdasarkan Perjanjian yang
telah disepakati dan perjanian tersebut
berlaku sebagai undang-undang bagi para
pihak yang telah menyepakatinya, yaitu :
Bank atau pihak yang menerbitkan kartu
kredit (issuer), pemegang kertu (card
holder)
dan
pengusaha/
pedagang
(merchant).
Kata Kunci : Kartu Kredit/Credit Card
sebagai alat pembayaran


A. Latar belakang
Perkembangan perekonomian dan
kemajuan masyarakat terutama di bidang
perdagangan,
uang
sebagai
alat
pembayaran
dirasakan
mempunyai
kelemahan dalam menyelesaikan transaksi,
terutama untuk transaksi dalam jumlah
yang besar. Penyelesaian transaksi dengan
membawa sejumlah uang yang besar selain
tidak praktis, juga dapat menimbulkan
risiko-risiko tertentu.
Untuk mengatasi keadaan tersebut
di atas, maka dicarilah jenis alat
pembayaran baru selain mata uang. Alat

pembayaran yang dimaksud adalah dengan
mempergunakan surat-surat atau akta-akta
lain yang bernilai uang. Surat-surat atau
akta-akta yang bernilai uang ini disebut
surat perniagaan (handelspapieren).2
Dalam perkembangan selanjutnya,
dunia perbankan melahirkan suatu tawaran
instrumen baru berupa Kartu Kredit/Credit
Card sebagai alat pembayaran jenis baru,
adalah merupakan salah satu usaha
perkembangan dari potensi, inisiatif dan
. Purwosutjipto, H.M.N., Pengantar
Hukum Dagang Indonesia Jilid 7, Djambatan,
Jakarta, 1984, halaman 1.
2

. Abuyazid Bustomi, SH.,MH, Dosen
Fakultas Hukum Universitas Palembang.
1


2
daya kreasi di bidang alat-alat pembayaran
yang ada di dalam masyarakat.
Di Indonesia penggunaan Kartu
Kredit mulai diperkenalkan tahun 1980-an
oleh bank-bank tertentu. Perkembangan
penggunaan Kartu Kredit boleh dikatakan
sangat pesat. Perkembangan tersebut
sebenarnya didorong oleh berbagai faktor
yang berkenaan dengan pengunaan
kemudahan, kepraktisan dan citra diri
pemegang kartu. 3
Kartu kredit mempunyai kelebihankelebihan tertentu dibandingkan dengan
alat pembayaran tunai. Penggunaan Kartu
Kredit dalam fungsinya sebagai alat atau
sarana pembayaran, telah memberikan
suatu substitusi alat pembayaran yang sah.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
Kartu redit merupakan instrumen baru
dalam dunia perdagangan dan merupakan

surat-surat berharga yang mempunyai nilai
uang.
Kartu Kredit mirip dengan surat
berharga, tetapi dalam pengertian hukum
belumlah dapat dipandang sebagai surat
berharga. Sebab kartu kridit hanya
berfungsi sebagai alat pembayaran
(pengganti uang kontan), walaupun secara
tidak langsung hak tagih tersebut dapat
dipenuhi oleh pihak ketiga tetapi bukan
oleh pemegang kartu kredit, melainkan
oleh slip pembayaran yang telah
ditandatangani oleh pemegang kartu
kredit.
Pemegang
Kartu
Kredit
di
masyarakat berhubungan dengan hukum,
maka hukum dipandang sebagai sesuatu

yang esensial bagi penciptaan dan
pembinaan pasar Sifat esensial hukum di
sini disebabkan oleh karena mampu
memberikan prediktabilitas kepada para
pelaku ekonomi, dalam memberikan
kepastian hukum dalam rangka mereka
menjalankan usahanya.
Dalam melaksanakan perannya di
tengah kehidupan bersama, hukum
memiliki fungsi yang sangat penting, yang
.Abdul Kadir Muhammad, Segi
Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan,
CitraAditya Bakti, Jakarta, 2000 , halaman 265
3

oleh J.F. Glastra Van Loon dalam bukunya
Dirdjosisworo disebutkan yaitu :
1. Penertiban (penataan) masyarakat
dan pengaturan pergaulan hidup
2. Penyelesaian pertikaian.

3. Memelihara dan mempertahankan
tata tertib dan aturan-aturan dan
jika perlu dengan kekerasan.
4. Pengertian atau memelihara dan
mempertahankan hal tersebut.
5. Pengubahan tata tertib dan aturanaturan dalam rangka penyesuaian
pada kebutuhan-kebutuhan dari
masyarakat.
6. Pengaturan tentang pengubahan
tersebut, agar dapat memenuhi
tuntutan
keadilan
(rechsvaardigheid), hasil guna
(doelmatigheid) dan kepastian
hukum (rechtzekerheid)4
Penggunaan kartu kredit
berkembang setelah deregulasi perbankan
dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Menteri
Keuangan

No.1251/KMK.013/1988
tanggal
20
Desember 1988, tentang Tata Cara
Pelaksanaan
Lembaga
Pembiayaan,
dimana bisnis kartu kredit ini digolongkan
sebagai kelompok usaha jasa pembiayaan.
Perjanjian Kartu Kredit adalah
perjanjian untuk menerbitkan kartu kredit
yang dapat dimanfaatkan pemegangnya
untuk membayarkan barang atau jasa
perjanjian kartu kredit ini mengacu pada
perjanjian piunjam meminjam yang diatur
dalam
pasal 1754 KUH Perdata.5
Mekanisme penggunaan kartu kredit
melibatkan empat pihak yaitu sebagai
bertikut : Penerbit (Issure), pemegang

kartu (Card holder), pengusaha atau
pedagang
(Merchant)
pengelola
(Acquirer), hubungan hukum diantara
pihak timbul karena adanya perjanjian,
.Soedjono Dirdjojosisworo,
Pemanfaatan Ilmu-ilmu Sosial Bagi Pengembang
Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1997, halaman
147-148
5
. Soebekti, Hukum Perjanjian, Cetakan
ke-2. Penerbit Alumni Bandung, 1996. halaman .
35.
4

Volume 7 Nomor I. Bulan Januari Tahun 2015

2

3
dengan demikian penyalahgunaan kartu
kredit ditinjau dari aspek perjanjian adalah
wanprestasi.6
Banyak manfaat yang didapat dari
penggunaan kartu kredit antara lain
sebagai alat pembayaran pengganti uang
tunai atau cek. Kartu ini memungkinkan si
pemegang memperoleh pelayanan jasa
yaitu di hotel-hotel, di rumah makan, pasar
swalayan dan sebagainya. Disamping
aman penggunaannya, kartu kredit juga
dianggap lebih efisien.7
Bertitik tolak dari uraian diatas
tersebut, maka penulis tertarik untuk
meneliti dan menngkaji tulisan ini dengan
Judul : ” Perlindungan Hukum
Terhadap Pemegang Kartu Kredit
Sebagai Alat Pembayaran Dalam
Transaksi Perdagangan ‘’
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, maka
permasalahannya
dapat
dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana
hubungan
hukum
antara penerbit dan pemegang
kartu kredit ?
2. Bagaimanakah
bentuk
perlindungan hukum terhadap
pemegang kartu kredit sebagai alat
pembayaran
dalam
transaksi
perdagangan?
C. R uang Lingkup

Tujuan dari ruang lingkup ini atau
pembatasan dalam pembahasan yang
sesuai dengan permasalahan dengan tujuan
adalah
untuk
memfokuskan
pada
pembahasan nantinya yang sesuai dengan
permasalahan
sehingga
akhirnya
mendapatkan suatu kesimpulan.
D. Metode Penelitian
Metode
pendekatan
yang
digunakan
penulis
adalah
metode
penelitian normatif. penelitian yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah
berupa deskriptif analitis yaitu penelitian
yang
menggambarkan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan
dikaitkan dengan teori- teori hukum positif
yang
menyangkut
permasalahan
Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang
Kartu Kredit Sebagai Alat Pembayaran
Dalam Transaksi Perdagangan.
Data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan
dengan
cara
mencari
konsepsi, teori-teori, dan pendapatpendapat yang terdapat dalam buku-buku,
majalah serta
peraturan perundangundangan (UU No. 10 tahun 1998 tentang
Perbankan).
Kitab
Undang-Undang
Hukum Perdata (KUH Perdata) dan
peraturan yang berhubungan dengan
permasalahan.
PEMBAHASAN

Untuk mendapatkan gambaran yang
jelas dan menyeluruh maka kajian dalam
penulisan bidang hukum perbankan
tentang kartu kredit yang dititik beratkan
pada Perlindungan Hukum Terhadap
Pemegang Kartu Kredit Sebagai Alat
Pembayaran
Dalam
Transaksi
Perdagangan

. Johannes Ibrahim, dkk. Kartru Kredit
Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan. PT.
Refika Aditama, Bandung, 2004, halaman 20.
7
. Mariam Darus Badrulzaman,
Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung,
1995. halaman 28
6

A.

PENGERTIAN

KARTU

KREDIT

PADA UMUMNYA
Perjanjian kartu kredit termasuk ke
dalam perjanjian tidak bernama, karena
perjanjian ini tidak diatur secara jelas
dalam KUH Perdata. Perjanjian penerbitan
kartu kredit dibuat berdasarkan pada Pasal
1338 KUH Perdata. Perjanjian kartu kredit
merupakan perjanjian menerbitkan kartu
kredit yang dilakukan oleh pihak bank dan
nasabah, dimana kartu kredit ini dapat

Volume 7 Nomor I. Bulan Januari Tahun 2015

3

4
dimanfaatkan untuk pembayaran barang
dan jasa.8
Kartu kredit merupakan salah satu
yang diterbitkan oleh bank atau dikenal
sebagai Bank Card. Kegunaannya sebagai
alat pembayaran di tempat-tempat tertentu,
juga faktor keamanan dan kenyamanan
serta kemudahan bagi pemegangnya.
Kartu kredit adalah kartu ukuran kecil
yang memuat tanda pengenal atau foto
yang memberikan hak pada orang yang
namanya tertera di atasnya untuk
melakukan Pembelian Barang Atau Jasa
Atas Rekeningnya Dan Untuk Itu Ia
Dikenakan Tagihan Secara berkala.9
Untuk memudahkan transaksi,
dengan hanya menunjukkan kartu kredit
pada penjual barang/jasa pada saat akan
membayar
perbelanjaannya.
Untuk
menghidarkan
bahaya
atau
resiko
pencurian, kehilangan dan sebagainya dari
pembayaran uang tunai dalam jumlah
besar. Sebagai perluasan dunia usaha
perbankan dengan tujuan mendapatkan
relasi atau nasabah atau lebih banyak
lagi.10

Perusahaan
ini
dibawah
pengawasan
dan
pembinaan
Menteri Keuangan.
b. Keputusan Menteri Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
1251/KMK.013/1998
tentang
Ketentuan
dan
tata
cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
Pada Pasal 1 huruf n dan o diberi
batasan mengenai :
1. Perusahaan Kartu Kredit adalah
badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayan untuk
membeli barang dan jasa
dengan menggunakan kartu
kredit.
2. Pemegang Kartu Kredit adalah
nasabah
yang
mendapat
pembiayaan dari perusahaan
kartu kredit. Pada Pasal 7,
diatur
tentang
kegiatan
perusahaan kartu kredit sebagai
berikut: kegiatan kartu kredit,
dilakukan
dalam
bentuk
penerbitan kartu kredit yang
dapat
dimanfaatkan
oleh
pemegangnya
untuk
B. PENGATURAN KARTU KREDIT
pembayaran pengadaan barang
dan jasa.
Beberapa peraturan yang sifatnya
c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun
untuk
memenuhi
kebutuhan
bagi
1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
kelancaran atau kemudahan dalam lalu
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
lintas pembayaran yaitu :
Tahun 1998 tentang Perbankan. Pada Pasal
a. Keputusan Presiden Republik
6 huruf 1, usaha Bank Umum meliputi:
Indonesia Nomor 61 Tahun 1988,
melakukan kegiatan anjak piutang, usaha
tentang Lembaga Pembiayaan.
kartu kredit, dan kegiatan wali amanat.
Pada Pasal 1 titik 7, menyatakan
Ketentuan atau peraturan-peraturan
bahwa perusahaan kartu kredit
tersebut di atas secara umum hanya
adalah
badan
usaha
yang
mengatur tentang tata cara pendirian
melakukan usaha pembayaran
perusahaan penerbit kartu kredit, dan
untuk membeli barang dan jasa
perijinan usaha. Bank Indonesia sebagai
dengan menggunakan kartu kredit.
pemegang otoritas moneter, memberikan
pedoman bagi penerbitan kartu kredit,
8
. Fuady, Munir. Hukum Tentang
dengan ketentuan sebagai berikut: ”bahwa
Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek (Leasing
kartu kredit hanya boleh dikeluarkan oleh
Factoring, Modal Ventura, Pembiayaan Konsumen
Bank yang tergolong sehat atau cukup
dan Kartu Kredit), Cetakan KE II. Penerbit PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung. 1999, halaman 156
sehat setelah mendapat persetujuan Bank
9
. John Salindeho, Sistem Jaminan
Indonesia.”
Kredit Dalam Era Pembangunan Hukum, Sinar
Sekalipun belum ada undangGrafika, Jakarta, 1999, halaman 18
undang
yang akan menjamin kepastian
10
. Ibid, halaman 37
Volume 7 Nomor I. Bulan Januari Tahun 2015
4

5
hukum yang khusus mengatur masalah
Kartu Kredit ini, tidak menjadikan
hambatan
bagi
masyarakat
untuk
melakukan
transaksi-transaksi
bisnis
sehari-hari.
Kesemuanya
ini
tentu
dilandasi oleh itikad baik masing- masing
pihak untuk bertransaksi dan menghindari
kemungkinan sengketa atau perselisihan.
C.
SYARAT
DAN
PROSEDUR
PERJANJIAN - PERJANJIAN KARTU
KREDIT

Menurut Hadi Wijaya dan Rivai
Wirasasmita dalam menyebutkan unsurunsur kredit adalah :
a. Adanya orang atau badan memiliki
uang, barang atau jasa, dan bersedia
untuk meminjamkannya kepada pihak
lain, biasanya disebut kreditur.
b. Adanya orang atau badan sebagai
pihak
yang
memerlukan
atau
meminjam uang, barang atau jasa,
biasanya disebut debitur.
c. Adanya janji dan kesanggupan
membayar dari debitur kepada
kreditur.
d. Adanya perbedaan waktu, yaitu
perbedaan antara saat penyerahan
uang, barang atau jasa, oleh kreditur
dengan saat pembayaran kembali oleh
debitur
e. Adanya resiko, sebagai akibat dari
adanya perbedaan waktu (seperti
dibicarakan di atas), karena terbayang
jelas ketidak-pastian (Uncertainty)
untuk masa yang akan datang.11)
Dalam penerbitan kartu kredit
melibatkan empat pihak yaitu : penerbit,
pemegang kartu kredit, pengelola dan
pengusaha. Pihak penerbit (Bank) dalam
menerbitkan kartu kredit menentukan
sendiri syarat yang harus dipenuhi oleh
calon Pemegang (sebelum perjanjian
antara Penerbit dan Pemegang ditanda
tangani) yaitu :
1. Mengisi surat permohonan
2. Mengisi formulir perjanjian
3. Membayar uang dimuka

4. Menunjukkan rekening di Bank
5. Menunjukkan rekening di bank
atau
mempunyai
simpanan
deposito di bank
6. Menunjukkan akte pendirian dan
surat izin usaha bagi mereka yang
mempunyai perusahaan sendiri.
Untuk menjadi Pemegang Kartu
Kredit ada prosedur yang harus ditempuh
oleh calon Pemegang Kartu Kredit antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Mengajukan permohonan kepada
penerbit dengan cara mengisi
formulir aplikasi terdiri dari :
a. Data Pribadi
: Nama,
alamat,
tempat
tinggal
b. Data Pekerjaan : Nama
Perusahaan
,
alamat
perusahaan

c. Data Penghasilan : Gaji
per
tahun,
penghasila
n
tambahan,
rekening
bank kartu
kredit yang
sudah
dimiliki
2. Melampirkan
dokumen
yang
diperlukan pada formulir aplikasi
yang terdiri dari :
a. Bagi Karyawan : Foto kopi
KTP,
Foto
kopi
surat
keterangan penghasilan.
b. Bagi Dokter / Pengacara :
Foto kop KTP, Foto kopi Surat
izin praktek
.
c. Bagi Pengusaha : Foto kopi
KTP, Foto kopi STUP/Akte
pendirian/Tanda,
Daftar
Perusahaan.
3. Menyampaikan formulir aplikasi
yang sudah diisi lengkap bersama
lampiran yang diperlukan kepada
11
.Op.Cit., Johannes Ibrahim, dkk, 2004,
penerbit. Dengan menandatangani
halaman 9
Volume 7 Nomor I. Bulan Januari Tahun 2015
5

6
formulir aplikasi, maka permohon
akan
memberikan
pernyataan
sebagai berikut :
a. Data yang diisikan dalam
formulir adalah benar
b. Memberikan kuasa kepada
penerbit memeriksa kebenaran
c. Tunduk dan terikat pada syarat
dan ketentuan bagi pemegang
kartu yang ditetapkan oleh
penerbit
d. Tanggung
jawab
untuk
membayar semua biaya yang
timbul dari penggunaan kartu.
Beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh penerbit setelah menerima formulir
aplikasi adalah :
a. Penerbit
melakukan
analisis
terhadap aplikasi berikut lampiran
yang diterima bila perlu dilakukan
pengecekan
setempat
untuk
memastikan kebenaran dari data
yang
disampaikan,
termasuk
kjepada Penerbit lain, dalam hal
pemohon mencantumkan bahwa ia
sudah menjadi Pemegang kartu
kredit dari penerbit lain.
b. Penerbit
menetapkan
putusan
terhadap permohonan tersebut,
yang dapat berupa :
1. Mengabulkan
permohonan
untuk
menjadi
Pemegang
Kartu, jika hasil analisis
menunjukkan bahwa pemohon
layak menjadi pemegang kartu,
atau ;
2. Menolak permohonan tersebut,
jika terjadi sebaliknya. Sesuai
dengan
formulir
aplikasi,
penerbit
dapat
menolak
permohonan calon Pemegang
kartu tanpa harus menyebutkan
alasannya.
c. Putusan
disampaikan
kepada
pemohon dengan surat.
d. Jika
permohonan
dikabulkan,
dipersiapkan pembuatan kartu
kredit.
e. Kartu kerdit dikirimkan kepada
pemegang
kartu
dengan
Volume 7 Nomor I. Bulan

menggunakan jasa kurir. Kartu
kredit tersebut disampaikan dalam
sampul tertutup yang hanya boleh
dibuka oleh pemegang kartu.
Dalam penyampaiank kartu juga
disampaikan
pemberitahuan
tentang plafond kredit diberikan.
Pemegang kartu menanda tangani
bagian kartu kredit (signature
panel). Dengan pembubuhan tanda
tangan itu, pemegang kartu sudah
dapat menggunakannya baik untuk
mendapatkan barang atau jasa
maupun untuk mendapatkan uang
tunai (cash advance), dengan
demikian perjanjian sah menurut
hukum karena isinya disepakati
oleh semua pihak yang terkait.
D.

HUBUNGAN
PENERBIT

HUKUM
DAN

ANTARA

PEMEGANG

KARTU KREDIT

Hubungan hukum antara Penerbit
dan Pemegang Kartu Kridit dituangkan
secara
tertulis
dalam
suatu
perjanjian/dokumen yang bentuknya baku
dan sudah dipersiapkan lebih dahulu oleh
penerbit. Hubungan hukum yang terjadi
antara Penerbit dengan Pemegang Kartu
Kredit adalah hubungan pemberian kredit,
dengan atas hak perjanjian pinjammeminjam. Sebagaimana dijelaskan dalam
ketentuan Pasal 1 butir 11 Undang-Undang
Perbankan No. 10 Tahun 1998, yang
menentukan bahwa., Penggunaan kartu
kredit dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pihak penerbit sebagai penyedia
uang
adalah,
kesediaannya
membayar
tagihan
dari
pegusaha,Persetujuan
atau
kesepakatan
pinjam-meminjam
tercermin pada waktu penanda
tanganan perjanjian antara penerbit
dan pemegang kartu kredit.
2. Kewajiban peminjam (dalam hal
ini cardholder) untuk membayar
Januari Tahun 2015

6

7
tagihan dari penerbit yang telah
melunasi tagihan dari pihak
pengusaha.
Dalam penggunaan kartu kredit,
penerbit akan melakukan pembayaran
terlebih dahulu atas pengeluaran yang
dilakukan oleh pemegang kartu kredit,
seolah-olah terjadi pergantian debitur,
sehingga seakan terjadi novasi subyektif
pasif. Namun demikian, bentuk hubungan
hukum tersebut tidak dapat disebut novasi
subyektif pasif, sebab dalam penggunaan
kartu kredit tidak ada perjanjian baru.
Sebaliknya, kalau ditinjau dari kewajiban
pemegang kartu kredit untuk membayar
transaksi kepada penerbit, seakan-akan
terjadi penggantian kreditur, padahal di
sini bukan subrogasi karena tidak ada
perjanjian baru pada waktu melakukan
pembayaran.
Dalam hubungan hukum tiap pihak
mempunyai hak dan kewajiban secara
timbal balik, pihak yang satu mempunyai
hak untuk menuntut dan pihak yang lain
wajib memenuhi tuntutan itu. Adapun
kewajiban penerbit antara lain :

4. Menyampaikan tagihan kepada
Pemegang
Kartu,
penagihan
dilakukan dalam satu bulan sekali
dengan
mengirimkan
slip
penagihan yang ditunjukan pada
pemegang kartu kredit.
5. Bank
berkewajiban
untuk
memenuhi setiap kewajiban yang
belum diselesaikan pada saat
terjadinya pengakhiran perjanjian
antara kedua belah pihak.
b.

Hak Penerbit Pihak Bank

1. Penerbit berhak memperoleh iuran
tahunan (annual fee) dan uang
pangkal dari pemegang kartu
kredit.
2. Penerbitan berhak memperoleh
pembayaran atas transaksi ,yanig
telah dilakukan oleh Pemegang
Karti
termasuk
bunga
keterlambatan pembayaran yaitu
pemgang
kartu
melakukan
pembayaran atas seluruh jumlah
tagihan sebelum atau pada saat
jatuh tempo yaitu sebesar 3,25 %
perbulan.
a. Kewajiban Penerbit Kartu Kredit
3. Penerbit berhak membatalkan atau
memperpanjang
keanggotaan
1. Menerbitkan kartu kredit untuk
Pemegang
Kartu
Kredit,
calon pemegang kartu kredit yang
pembatalan
ini
dapat
terjadi
karena
telah disetujui permohonannya,
beberapa
hal
antara
lain
: Si
karena
hasil
analisis
yang
Pemegang kartui dinyatakan pailit,
dilakukan oleh pihak bank
dipemegang
kartu
meninggal
menunjukkan bahwa pemohon
dunia, sedang memperpanjangh
layak untuk menjadi pemegang
kartu kredit dapat secara langsung
kartu kredit.
dilakukan oleh pihak Bank atau
2. Menjamin Pemegang Kartu Kredit
atas permintaan pemegang kartu
agar dapat menggunakan kartunya,
kredit itu sendiri.
dengan cara memberikan hak
4.
Menarik kembali kartu kreditu
kepada pemekgang kartu kredit
yang ada pada Pemegang Kartu,
untuk mendapatkan mengambil
baik yang masih berlaku atau yang
uang secara langsung di bank atau
sudah habis masa berlakunya, atau
melalui ATM.
karena alasan-alasan tertentu.
3. Penerbit membayarkan segala
5.
Mencantumkan nomor kartu kredit
transaksi yang dilakukan oleh
ke dalam daftar hitam kartu kredit
Pemegang Kartu kepada Pengusaha
yang telah dibatalkan secara
melalui pengelola.
sepihak oleh Penerbit atau atas
dasar permintaan Pemegang Kartu,
Volume 7 Nomor I. Bulan Januari Tahun 2015
7

8
daftar hitam adalah terbitan berkala
yang memuat nomor-nomor yang
tidak berlaku lagi.
6. Menolak transaksi yang dilakukan
oleh Pemeganig Kartu Kredit bila :
2. Pemegang
Kartu
belum
memenuhi
kewajibannya
kepada
Penerbit
berupa
permbayaran tagihan atas
transkasi yang dilakukan,
b. Transaksi tersebut diragukan
oleh Penerbit karena alasan-alasan
tertentu.
B. Telah habis batas kredit yanig
telah ditentukan oleh Pihak
Bank
7. Meneliti kebenaran data yang
diajukan Pemegang sesuai dengan
syarat yang diminta oleh Penerbit
antara lain : Alamat, KTP,
Rekening koran dan kekayaan.
8. Bank berhak bertukar informasi
tentang
data
atau
identitas
pemegang kartu kredit dengan
pemegang kartu kredit lainnya.
9. Bank
berhak
untuk
tidak
mengganti kartu yang dilaporkanb
hilang
atau
dicuri,
apabila
pemegang kartu dalam keadaan
tidak melunasi tagihan lebih dari
enam puiluh hari terhitung sejak
tanggal laporan diterima.
10. Dengan mengecualikan ketentuan
yang ada dalam pasal 1832
KUHPerdata bank berhak untuk
menuntut pembayaran kepada
pemegang kartu utama atas setiap
transaksi yang dilakukan oleh
pemegang kartu tambahan.
a.

Kewajiban Pemegang Kartu Kredit
1. Pemegang Kartu berkewajiban
untuk mencantumkan tanda tangan
pada kertas panel di bagian
belakang
kartu,
serta
menandatangani salesdraf yang
disediakan oleh pengusaha, setelah
itu baru sipemegang kartu kredit

2.

3.

4.
5.

6.

7.

c.

diperboleh membawa barang hasil
transaksinya,
Wajib membayar iuran tahunan
yang besarnya telah ditetapkan oleh
Bank, besarntya iuran tahunan
dapat berubah sewaktu-waktu
menurut ketentuan Bank dan
perubahannya akan diinfomasikan
kepada pemegang kartu dan
pemegang kartu kredit wajib
membayar sebagian cicilan tagihan
dan beban bunga.
Mematuhi
seluruhi
ketentuan/aturan
yang
telah
ditentukan dalam perjanjian atau
pemegang kartu kredit tunduk dan
terikat pada syarat dan ketentuan
yang telah ditetapkan dalam
perjanjian,
Wajib membayar semua biaya yang
timbul karena penggunaan kartu
kredit tersebut,
Pemegang kartu wajib segera
memberi tahukan pihak Bank
apabila terjadi perubahan alamat
atau perusahaan tempat bekerja,
Pemegang
kartu
utama
bertanggung jawab sepenuhnya
atas transaksi yang dilakukan oleh
pemegang kartu tambahan dan
Pemegang
kartu
wajib
menyelesaikan kewajibannya yang
bekum diselesaikan pada saat
pengakhiran perjanjian kedua belah
pihak.
Hak Pemegang Kartu Kredit :

1. Pemegang kartu kredit berhak
dapat melakukan penarikan uang
tunai dan fasilitas ATM, selama 24
Jam.
2. Mendapatkan pelayanan barang
dan jasa di setiap tempat yang
sudah ditunjuk oleh Bank yang
bersangkutan dan mendapatkan
fasilitas yang disediakan oleh bank
bagi pemegang Kartu Kredit,

Volume 7 Nomor I. Bulan Januari Tahun 2015

8

9
3. Pemegang Kartu Kredit berhak
mendapatkan fasilitas disediakan
oleh pihak Bank antara lain :
a.
Adanya
kemudahan
pembayaran
tanpa biaya administrasi
karena dapat membayarkan
tagihan kartu.
b.
Dana Plus dapat
mentransfer dana dari batas
kredit anda untuk apa saja
melalui teleplus.
c.
Perlindungan
asuransi perjalanan udara
bebas premi, dan masih
banyak lagi fasilitas yang
disediakan
oleh
pihak
Bank.
Hubungan hukum antara penerbit
kartu kredit dengan pengusaha dan
hubungan yang terjadi antara penerbit
dengan merchant adalah berdasarkan
perjanjian yang saling menguntungkan,
yang didasarkan dalam suatu perjanjian.
Melihat isi perjanjian yang lazim
diperjanjikan diantara kedua belah pihak,
dapat diketahui bahwa sifat hubungan
hukum dalam perjanjian yang dimaksud
adalah: hubungan hukum untuk melakukan
pekerjaan tertentu. Dalam hal ini merchant
berkewajiban melayani transaksi barang
dan atau jasa dengan setiap pemegang
kartu kredit (yang telah dikeluarkan oleh
penerbit).
Perjanjian
kerjasama
antar
perusahaan/Bank penerbit kartu kredit
dengan pengusaha/pedagang yang bersedia
menerima pembayaran dengan kartu
kredit. Perjanjian antara penerbit/ issuer
dengan
merchant,
pada
dasarnya
merupakan realisasi dari hubungan timbal
balik yang saling menguntungkan.
Perjanjian antara kedua belah pihak
diawali dengan kata sepakat sebagai dasar
perjanjian untuk melakukan kerjasama.
Pada umumnya perjanjian ini juga
merupakan perjanjian baku, yang syaratsyaratnya sudah ditentukan secara sepihak
oleh penerbit. Mengingat beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh dengan
Volume 7 Nomor I. Bulan

kesediaan merchant untuk diterima tanpa
syarat. Mengingat sasaran yang ingin
dicapai oleh perusahaan (Bank penerbit
kartu kredit) untuk memperoleh pangsa
pasar yang seluas-luasnya, tentu saja
penerbit perlu pula memperluas kerjasama
dengan
merchant juga seluas-luasnya
sehingga sudah disiapkan perjanjian
standart.
E.
PERLINDUNGAN
HUKUM
TERHADAP
PEMEGANG
KARTU
KREDIT
SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN
DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN

Penggunaan atau pemanfaatan
Kartu Kredit di dalam masyarakat
mempunyai pengaruh dengan cakupan
yang relatif cukup luas karena pemegang
kartu kredit menunjukkan kecenderungan
makin bertambah, tempat-tempat yang
bersedia menerima pembayaran juga
bertambah. Di samping itu mekanisme
Kartu Kredit juga dapat meliputi berbagai
kepentingan baik kepentingan para pihak
maupun kepentingan umum yang lain.
Luasnya
kepentingan
yang
dapat
dijangkau oleh penggunaan Kartu kredit
karena dapat melibatkan banyak pihak,
antara lain pihak yang terlibat dan
berkepentingan terhadap mekanisme kartu
kredit adalah :
1. Lembaga-lembaga keuangan, Bank
maupun bukan bank sebagai penerbit;
2. Perusahaan yang bergerak di bidang
perdagangan, barang dan jasa,
seperti toko-toko swalayan, hotel,
restoran, perusahaan- perusahaan
transportasi, agen perjanlanan dan
sebagainya;
3. Setiap orang yang mempergunakan
kartu kredit sebagai alat pembayaran.
Mengingat luasnya kepentingan
yang ada kaitannya dengan kartu kredit,
mulai dari penerbitan dan penggunaannya,
maka aspek hukumnya juga relatif cukup
luas. Aspek hukum penggunaan kartu
Januari Tahun 2015

9

10
kredit paling tidak mengenai dua aspek
sekaligus. Pertama aspek hukum publik,
termasuk pidana dan aspek hukum perdata.
Aspek hukum publik dalam rangka
memberikan
perlindungan
peraturan
tentang syarat-syarat pendirian perusahaan
kartu kredit peraturan tentang syarat-syarat
pendirian perusahaan kartu kredit syarat
operasional dan sebagainya. Sedangkan
aspek perdatanya adalah mengatur tentang
hubungan hukum para pihak.
Perlindungan
hukum
tersebut
diberikan baik kepada para pihak sebagai
pihak sebagai pihak yang melakukan
kegiatan yang sah. Dan juga kepada publik
yang langsung atau tidak langsung akan
merasakan dampak penggunaan kartu
kredit.
Penggunaan
kartu
kredit
mempunyai pengaruh terhadap peredaran
uang di dalam masyarakat. Pemegang
kartu kredit memperoleh barang atau jasa
dari
merchant
adalah
berdasarkan
perjanjian tiga pihak yaitu perjanjian
antara penerbit dengan pemegang kartu
mengenai
pemberian
kesempatan
menggunakan fasilitas, dan perjanjian
antara penerbit dengan Merchant jaminan
pembelian dengan pembayaran dibelakang
oleh pihak ketiga yaitu pemegang kartu.
Hubungan di dalam perjanjianKartu Kridit
dan penggunaannya ada beberapa pihak
yang terkait secara langsung yaitu :
1. Bank pihak yang mengeluarkan kartu
kredit

pengambilan uang tunai, dengan
mengunakan kartu kredit dikenal
suatu bagian yang ada pada bank,
yaitu bagian otorisasi. Istilah
otorisasi
itu
sendiri
berarti
mekanisme pemberian persetujuan
bank untuk setiap transaksi kartu
yang nilainya melampaui floor limit
yang ditetapkan bank kepada
merchant. Bagian otorisasi ini
merupakan
alat
kontrol
dari
mekanisme
transaksi
yang
menentukan disetujui atau tidaknya
semua transaksi. Mengingat bagian
otorisasi harus melayani permintaan
otorisasi dari semua transaksi di
dalam maupun di luar negeri, maka
bagian otorisasi harus bekerja 24 jam
secara terus menerus.
2. Pemegang Kartu
Card Holder atau card member
diartikan Pemegang kartu yang
namanya tercetak di kartu dan yang
berhak menggunakan kartu pada
merchant/ pedagang. Card Holder
adalah orang yang memegang kartu
kredit secara sah. Kartu kredit tidak
dapat dipindahtangankan dan harus
ditandatangani oleh pemegang
kartu kredit tersebut, disinilah letak
perbedaan secara prinsip dengan
surat berharga lain, yang dapat
dipindahkan
sesuai
dengan
klausula yang terkandung dalam
surat tersebut. Seorang yang
memeperoleh kartu kredit disebut
pemegang kartu kredit, tetapi
bukan pemilik kartu kredit.

Bank yang mengeluarkan kartu
kredit merupakan pihak yang harus
didahului
membayar
kepada
merchant, atas semua baiaya akibat
3. Pengusaha/pedagang
penggunaan kartu kredit oleh
pemegang kartu. Setelah jatuh
Penggunaan istilah merchant
tempo, pihak bank baru menagih
diberikan kepada tempat-tempat
kepada pemegang kartu dengan
dimana
kartu
kredit
dapat
mengirimkan tagihan penggunaan
digunakan, seperti hotel, restoran,
kartu kredit atau Billing Statement.
tempat hiburan, dan lain-lain.
Dalam
Mekanisme
transaksi
Merchant adalah pihak- pihak yang
pembelian barang atau jasa maupun
menerima pembayaran dengan
Volume 7 Nomor I. Bulan Januari Tahun 2015
10

11
kartu kredit dari pemegangnya.
Tempat-tempat yang menerima
kartu
kredit
sebagai
alat
memberikan
tanda
atau
menempelkan logo dari kartu
kredit yang diterima. Tidak semua
tempat dapat menjadi merchant
dari kartu kredit, untuk dapat
menjadi merchant bagi salah satu
kredit, ada dua cara yang dapat
ditempuh :
a. Permohonan dari perusahaan
kepada pihak bank agar
ditunjuk sebagai merchant.
b Penawaran atau permintaan dari
pihak bank kepada pengusaha
yang
bersangkutan,
agar
tempatnya bersedia menjadi
merchant. Untuk memperlancar
para merchant dalam melayani
transaksi dengan kredit, maka
pihak
bank
memberikan
penjelasan-penjelasan kepada
merchant tentang mekanisme
pelayanan transaksinya.

timbul sebagai akibat langsung dari
perjanjian-perjanjian yang telah ada.
Perjanjian kartu kredit dapat
dikatakan masuk dalam klasifikasi
perjanjian baku. Diklasifikasikannya kartu
kredit dalam perjanjian baku karena:
Dokumen yang mengandung syarat
perjanjian sudah disiapkan dan ditentukan
lebih dahulu oleh penerbit/ issuer/ sebagai
kreditur, maka semua syarat perjanjian dan
isi perjanjian yang sudah disepakati juga
merupakan undang- undang bagi para
pihak, sehingga pihak pemohon pemegang
kartu kredit debitur hanya ada pilihan
apakah menerima syarat-syarat yang sudah
ditentukan
penerbit,
kemudian
menandatangani naskah perjanjian sebagai
tanda setuju. Atau tidak menandatangani
sebagai tidak setuju sehingga ketika telah
menandatangani naskah perjanjian maka
terjadilah kata sepakat.
Dengan demikian Perlindungan
hukum tidak saja diberikan kepada
pemegang kartu kridit tetapi juga diberikan
kepada pihak-pohak yang terkait dalam
melakukan kegiatan yang sah dan juga
kepada publik yang langsung atau tidak
langsung akan merasakan dampak
penggunaan kartu kredit, berdasarkan
perjanjian tiga pihak yaitu perjanjian
antara penerbit dengan pemegang kartu
mengenai
pemberian
kesempatan
menggunakan fasilitas, dan perjanjian
antara penerbit dengan Merchant jaminan
pembelian dengan pembayaran dibelakang
oleh pihak ketiga yaitu pemegang kartu.

Perjanjian yang dilakukan oleh para
pihak tersebut diatas merupakan perjanjian
yang sifatnya insidental, dalam rangka
transaksi dan atau jasa pada saat-saat
tertentu saja. Pada dasarnya perjanjian segi
tiga tersebut di atas adalah perjanjian yang
masing-masing berdiri sendiri, tetapi
secara materi saling menguntungkan
dengan subyek ganda perusahaan/ bank
penerbit kartu kredit. Perjanjian utama
terjadi antara penerbit dengan pemegang
kartu kredit, yang intinya memberikan
PENUTUP
fasilitas kredit.
Ditinjau dari aspek hukum,
A. Kesimpulan
penggunaan kartu kredit oleh pemegang
kartu adalah berdasarkan perjanjian yaitu
perjanjian pemberian fasilitas untuk
memberi barang dan atau jasa dengan
tidak harus membayar secara tunai, antara
penerbit dengan pemegang kartu, dan
perjanjian antara penerbit kartu kredit
dengan mitranya (Merchant). Penggunaan
kartu kredit sebagai alat pembayaran di
dalam lalu lintas pembayaran adalah
Volume 7 Nomor I. Bulan Januari Tahun 2015

11

12
1. Hubungan hukum dalam perjanjian
pembuatan kartu kredit yaitu
menimbulkan hak dan kewajiban
yang timbal balik antara pihakpihak yaitu pemegang kartu kredit,
penerbit kartu kredit dan mitranya
(merchant)
tersebut
telah
ditegaskan dalam perjanjian yang
telah disepakati bersama.
2. Perlindungan Hukum tidak saja
ditujukan kepada pemegang kartu
kridit tetapi juga bagi Para Pihak
yang terkait dalam Penggunaan
Kartu Kredit dalam transaksi
perdagangan, penggunaan kartu
kredit masing-masing dilindungi
oleh hukum, baik secara hukum
Publik maupun Hukum Perdata,
yang kesemuanya berdasarkan
Perjanjian yang telah disepakati
dan perjanian tersebut berlaku
sebagai undang-undang bagi para
pihak yang telah menyepakatinya,
yaitu : Bank atau pihak yang
menerbitkan kartu kredit (issuer),
pemegang kertu (card holder) dan
pengusaha/ pedagang (merchant).
B. Saran-saran
1. Dalam pelaksanaan penerbitan
Kartu Kredit Pihak Bank kiranya
diberikan
peningkatan
pelayanan/sosialisasi
terhadap
calon Pemegang Kartu Kredit,
baik mengenai resiko dan akibat
hukum yang akan timbul apabila
lalai dalam penggunaannya.
2. Diperlukan
adanya
upaya
perlindungan hukum yang lebih
luas, tidak hanya konsumen dalam
pengertian pemegang kartu kredit
saja, tetapi dalam hal tertentu
pihak penjual barang/ jasa dan
penerbit kartu pun merupakan
pihak yang perlu mendapat
perlindungan
hukum
yang
seimbang, termasuk didalamnya
penegasan hak dan kewajiban dari
Volume 7 Nomor I. Bulan

masing-masing pihak untuk dapat
menggugat pihak lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad, Segi Hukum
Lembaga
Keuangan
dan
Pembiayaan,
Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004.
----------, Hukum Perikatan, Alumni,
Bandung. 1982.
Fuady, Munir,
Hukum Tentang
Pembiayaan Dalam Teori dan
Praktek (Leasing Factoring, Modal
Ventura, Pembiayan Konsumen,
Kartu Kredit). Cetakan Ke II.
Penerbit. P.T. Citra Aditya Bakti.
Bandung. 1999.
Johannes Ibrahim, dkk. Kartu Kredit
Dilematis Antara Kontrak dan
Kejahatan. PT. Refika Aditama,
Bandung, 2004.
John Salindeho, Sistem Jaminan Kredit
Dalam Era Pembangunan Hukum,
Sinar Grafika, Jakarta, 1999
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian
Kredit Bank, Alumni, Bandung, 1995
Munir Fuadi, Hukum Pembiayaan, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1995
Purwosutjipto, H M .N.,
Pengantar
Pokok
Hukum Dagang Indonesia,
Jilid 7,
Djambatan, Jakarta, 1984
R. Subekti, Hukum Perjanjian, cetakan ke2 Alumni Bandung 1996.
Soedjono Dirdjojosisworo, Pemanfaatan
Ilmu-ilmu Sosial Bagi Pengembang
Ilmu Hukum, Alumni, Bandung,
1997,
Soebekti, R.R., Tjitrosudibio. 1995. Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
Januari Tahun 2015
12

13
Edisi Revisi. Penerbit. P.T. Pradya
Paramita. Jakarta.

Volume 7 Nomor I. Bulan Januari Tahun 2015

13