DAMPAK PERBEDAAN STATUS SOSIAL EKONOMI M

DAMPAK PERBEDAAN STATUS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI INDONESIA

Oleh: Riyami Buton

Setiap manusia dihadapan Tuhan adalah sama. Pernyataan tersebut merupakan hal yang secara
universal diakui oleh manusia. Namun dalam masyarakat, dipandang ada yang berbeda karena status
yang dimiliki.

Perjalanan proses pembangunan tak selamanya mampu memberikan hasil sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh masyarakat. Pembangunan yang dilakukan di masyarakat akan menimbulkan
dampak sosial dan budaya bagi masyarakat. Pendapat ini berlandaskan pada asumsi pembangunan
itu adalah proses perubahan (sosial dan budaya). Selain itu masyarakat tidak dapat dilepaskan dari
unsur-unsur pokok pembangunan itu sendiri, seperti teknologi dan birokrasi.

Dalam lingkungan masyarakat dapat dilihat bahwa ada pembeda-bedaan yang berlaku dan diterima
secara luas oleh masyarakat. Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab
sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain-lain. Perbedaan ras,
suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan
lain sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain. Beragamnya orang yang ada
di suatu lingkungan akan memunculkan stratifikasi sosial (pengkelas-kelasan) atau diferensiasi sosial
(pembeda-bedaan).


Manusia merupakan sekumpulan individu yang membentuk sistem sosial tertentu dan secara
bersama-sama, memiliki tujuan bersama yang hendak dicapai, dan hidup dalam satu wilayah
tertentu (dengan batas tertentu)serta memiliki pemerintahan untuk mengatur tujuan-tujuan
kelompoknya atau individu dalam organisasinya. Dalam masyarakat itu kemudian semakin lama
terbentuk suatu struktur yang jelas yaitu terbentuknya kebiasan-kebiasan, cara (usage), nilai/norma,
dan adat istiadat. Struktur sosial yang terbentuk ini kemudian lama-kelamaan menyebabkan adanya
spesilisasi dalam masyarakat yang mengarah terciptanya status sosial yang berbeda antar individu.

Perbedaan status sosial di masyarakat tentunya akan diikuti pula oleh perbedaan peran yang dimiliki
sesuai dengan status sosial yang melekat pada diri seseorang. Perbedaan-perbedaan inilah yang
menimbulkan setiap individu dalam suatu masyarakat menimbulkan adanya pelapisan sosial atau
yang lebih dikenal dengan stratifikasi sosial .

Esensi dari stratifikasi sosial adalah setiap individu memiliki beberapa posisi sosial dan masingmasing orang memerankan beberapa peran, sehingga hal ini memungkinkan untuk
mengklasifikasikan individu-individu kedalam kategori status-peran,dimana perangkingan didasarkan
atas posisi relative dari peran-peran yang mereka mainkan secara keseluruhan.

Pada zaman kuno, sebagaimana yang dikemukaan oleh Aritoteles, mengatakan bahwa di dalam tiap
Negara terdapat tiga unsur yaitu, mereka yang kaya sekali, mereka yang miskin, dan mereka yang ada

ditengah-tengahnya. Hal itu menunjukkan pada zaman dahulu orang telah mengenal dan mengakui
adanya sistem pelapisan dalan masyarakat sebagai akibat adanya sesuatu yang mereka anggap
berharga, sehingga ada yang mempunyai kedudukan diatas dan pula di bawah.

Pada umumnya mereka yang menduduki lapisan atas tidak hanya memeiliki satu macam saja dari
sesuatu yang dihargai oleh masyarakat, akan tetapi kedudukan yang tinggi tersebut bersifat
kumulatif. Artinya mereka yang mempunyai uang banyak, misalnya, akan mudah mendapatkan
tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, bahkan mungkin kehormatan tertentu.

Cara yang paling mudah untuk mengerti pengertian konsep sratifikasi sosial atau perbedaan status
sosial adalah dengan berfikir membanding-bandingkan kemampuan, baik kemampuan kecerdasan,
jabatan, maupun ekonomi, dan apa yang dimiliki anggota masyarakat yang satu dengan anggota
masyarakat yang lainnya.

Dalam lingkup masyarakat yang ada di Indonesia, status sosial sering menjadi momok bagi
masyarakat. Dimana jabatan serta kekayaan sebagai acuan untuk mencapai sebuah keinginan bagi
orang yang memilikinya, dalam arti bahwa yang kaya makin kaya, dan yang miskin makin miskin.

A.


Kerangka Teori

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa Perbedaan ialah selisi atau sesuatu yang
membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan Status sosial adalah sekumpulan
hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton). Orang yang
memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat
dibandingkan dengan orang yang status sosial nya rendah.

Sedangkan istilah sosial pada departemen sosial menunjukan pada kegiatan-kegiatan di lapangan
sosial artinya kegiatan-kegiatan sosial yang ditunjukan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang

dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan, misalnya tuna karya, tuna susila, dan lain-lain
yang ruang lingkupnya adalah pekerjaan kesetaran sosial .

Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya,
(menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial tinggi yang akan ditempatkan lebih tinggi
dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosial nya rendah.

Kelas sosial adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi (menurut Barger). Ekonomi dalam hal ini
cukup luas yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan pekerjaan

seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan/perekonomian individu.

Selanjutnya golongan masyarakat dapat diartikan sebagai penggolong anggota-anggota masyarakat
ke dalam suatu kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama atau dianggap sejenis, dalam
kamus sosiologi dinyatakan sebagai kategori orang-orang tertentu dalam suatu masyarakat yang
didasarkan pada cirri-ciri mental tertentu.

Dalam bahasa sosiologi, golongan masyarakat dikenal deang sosial stratification berasal dari stratum
(jamaknya, strata yang berarti lapisan). Pitirm A. Sorikin, menyatakan bahwa sosial stratification
bersingkat (hirarkis) perwujudan adalah kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas lebih rendah. Selanjutnya
menurut Sorokin dasar dan inti lapisan masyarakat tidak adanya keseimbangan dalam pembagian
hak dan kewajiban dan tanggung jawab nilai-niali sosial dan pengaruhnya diantara anggoat-anggoat
masyarakat atau keluarga.

Max Weber berkeras bahwa “kelas sosial ” itu adalah potensial bukannya selalu aktual bahwa orangorang dalam situasi bersama dalam suatu struktur sosial tidak mesti melihat situasinya dengan jalan
yang sama, tetapi menafsirkannya dalam berbagai cara yang tarsedia bagi mereka atau yang telah di
isyaratkan oleh lingkungan budayah dalam mana mereka hidup. Suatu pluralisme yang “sama” dan
dicapai kesimpulan-kesimpulan yang berada mengenai keadilan atau ketidakadilan, ketakterelaan
takdir seseorang dalam masyarakat, dan mengenai sistem sosial menyeluruh atau kemungkinankemungkinan adanya sesuatu alternatif bagi system itu lagi.


Bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyaratak itu banyak akan tetapi secara prinsip bentuk-bentuk
tersebut dapat di klasifikasikan kedalam macam tiga kelas, yaitu yang ekonomis, politis, dan yang
didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat, umumnya, ketiga bentuk pokok tadi
mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya, dimana terjadi saling pengaruhmempengaruhi. Misalnya, mereka yang termasuk dalam suatu lapisan atas dasar ukuran politisi,
biasanya juga merupakan orang-orang menduduki suatu lapisan tertentu atas dasar ekonomis,

demikian juga mereka yang kaya, biasanya menempati jabatan-jabatan yang senatiasa penting. Akan
tetapi, tidak semua demikiannya. Hal itu semuanya tergantung pada system nilai yang berlaku serta
berkembang dalam masyarakat bersangkutan.

B. Pengertian Status Sosial

Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya
(menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi
dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosial nya rendah.

Sratifikasi sosial adalah dimensi vertikal dari struktur sosial masyarakat, dalam artian malihat
perbedaan masyarakat berdasarakn pelapisan yang ada, apakah berlapis-lapis secara vertikal dan
apakah pelapisan tersebut terbuka atau tertutup. Soerjono soekanto mengatakan sosial sratification
adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau sistem

berlapis-lapis dalam masyarakat. Sratifikasi sosial merupakan konsep sosiologi,dalam artian kita
tidak akan menemukan masyarakat seperti kue lapis; tetapi pelapisan adalah suatu konsep untuk
menyatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan secara vertikal menjadi kelas atas, kelas menengah,
dan kelas bawah berdasarkan kriteria tertentu.

Lebih lanjut Soerjono mengemukakan, di dalam setiap masyarakat dimana pun selalu dan pasti
mempunyai sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat bisa berupa kekayaan,
ilmu pengetahuan, status haji, darah biru, atau keturunan dari keluarga tertentu yang terhormat,
atau apapun yang bernilai ekonomis. Di berbagai masyarakat sesuatu yang dihargai tidaklah selalu
sama. Di lingkungan masyarakat pedesaan, tanah sewa dan hewan ternak,sering kali dianggap jauh
lebih berharga daripada gelar akademis, misalnya. Sementara itu dilingkungan masyarkat kota yang
modern, yang sering kali terjadi sebaliknya.

Menurut Karl Max, kelas sosial utama terdiri atas golongan proletariat, golongan kapitalis (borjuis)
dan golongan menegah (borjuis rendah). Pendapat diatas merupakan suatu penggambaran bahwa
stratifikasi sosial sebagai gejala yang universal, artinya dalam setiap masyarakat bagaimana pun juga
keberadaannya pasti didapatkan pelapisan sosial tersebut. Apa yang dikemukakan oleh Karl Marx
adalah salah satu bukti adanya sratifikasi sosial dalam masyarakat sederhana sekalipun. Kriteria jenis
kekayaan dan juga profesi pekerjaan merupakan cerita yang sederhana, sekaligus menyatakan bahwa
dalam masyarakat kita tidak akan menemukan masyarakat tanpa kelas. Perkembangan masyarakat

selanjutnya menuju masyarakat yang semakian modern dan kompleks,stratifikasi sosial yang terjadi
dalam masyarakat akan semakin banyak.

Pitirim A. Sorokin mengemukaan bahwa sistim pelapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang
tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup dengan teratur. Mereka yang memiliki barang
atau sesuatu yang lebih berharga dalam jumlah yang banyak akan menduduki lapisan atas dan
sebaliknya mereka yang memiliki dalm jumlah yang relatif sedikit atau bahkan tidak memiliki sama
sekali akan dipandang mempunyai kedudukan yang rendah.

Lebih lanjut Sorokin mengemukaan, stratifikasi sosial adalah pembendaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Perwujudannya adalah adanya kelaskalas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya disebutkan bahwa dasar dan inti dari lapisanlapisan dalam masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban,
kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota
masyarakat.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan Status Sosial

Terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan sesuatu yang dihargai dalam masyarakat
jumlahnya terbatas, akibat dari hal tersebut adalah distribusi di dalam masyarakat tidaklah
merata.Mereka yang memperoleh banyak menduduki kelas atas dan mereka yang tidak memperoleh
menduduki kelas bawah.


Barang sesuatu yang dihargai tersebut menurut Paul B Horton dan yang dikutip oleh Anshari adalah:

1. Kekayaan dan penghasilan.

Kekayaan dan penghasilan merupaka dua hal yang berkaitan erat; dimana penghasilan banyak
kekayaan juga meningkat. Faktor ekonomi ini akan menjadi salah satu ukuran dari stratifikasi sosial
yang ada. Mereka yang kaya dan memiliki penghasilan yang besar akan menduduki kelas atas;
sedangkan mereka yang miskin dan tidak berpenghasilan berada pada kelas bawah.

2.Pekerjaan

Pekerjaan disamping sebagai sarana dalam menghasilkan pendapatan juga merupakan status yang
mengandung didalamnya prestise (penghargaan). Jenis pekerjaan akan menentukan penghasilan
seseorang dan juga penghargaan masyarakat akan seseorang yang memiliki pekerjaan.

Seperti Karl Mark yang membedakan kelas borjuis sebagai orang yang memiliki modal atau capital
dan proletariat sebagai orang yang hanya memiliki tenaga saja atau sebagai buruh.

3. Pendidikan


Pendidikan secara bertingkat ada dalam masyarakat, misalnya dibedakan menjadi pendidikan dasar,
pendidikan menengah serta pendidikan tinggi. Penjenjanggan ini sekaligus menyatakan bahwa
pendidikan adalah dimensi vertikal dari stratifikasi sosial .

Mereka yang lulus dari pendidikan tinggi biasanya diberikan gelar sesuai dengan keahliannya
tersebut seperti gelar SE dan SH dibelakang nama yang menunjukkan bahwa mereka yang
mencantumkan SE dan SH adalah mereka yang lulus dari pendidikan tinggi dengan keahlian bidang
ekonomi untuk SE (kepanjangan dari sarjana ekonomi), dan gelar SH bagi mereka yang tamat dari
pendidika tinggi dari fakultas Hukum, SH (sajarna Hukum). Mereka yang tamat dari jurusan sosiologi
menggunakan gelar S.Sos kepanjangan dari sajarna sosiologi. Gelar ini pada jenjang S1. Mereka yang
menamatkan diri dari pendidikan menengah dan pendidikan dasar mereka belum mendapat
gelarkarena belum mempunyai keahlian tertentu. S2 dan Doktor untuk jenjang S3. Mereka yang
memiliki gelar baik S1, S2 maupun S3 akan memiliki jenjang stratifikasi sosial atas dibandingkan
dengan mereka yang tamat pendidika menengah (SMP dan SMA) maupun yang tamat SD dan bahkan
tidak tamat SD dan tidak sekolah.

Sosiolog lain yaitu Soerjono Soekanto mengatakan bahwa kriteria yang memjadikan masyarakat
berlapis-lapis adalah: ukuran kekayaan, ukuran menandakan adanya kuantitas atau jumlah dari
sesuatu hal. Jika ukuran kekayaan berarti ada jumlah tertentu tentang kekayaan yang dapat dijadikan

sebagai suatu tolak ukur. Dari sinilah didapatkan ukuran kekayaan yang tinggi atau banyak, ukuran
sedang cukup dan ukuran sedikit atau miskin. Kekayaan sebagai ukuran dalam bentuk stratifikasi
sosial walau ada kuantitas tepai pada dasarnya adalah relative untuk suatu masyarakat.

4. Ukuran Kekuasaan

Ukuran kekusaan yang didefenisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku
seseorang maupun kelompok agar berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh orang yang
memiliki kekuasaan menjadi tolak ukur dari strartifikasi sosial yang ada dalam masyarakat. Ukuran
kekuasaan akan terkait dengan besar kecilnya dan luas sempitnya pengaruh yang dimiliki seseorang
dalam masyarakat. Semakin luas tinggi pengaruh yang dimiliki oleh seseorang semakin tinggi

stratifikasi yang dimilikinya dan semakin rendah dan sempit dan bahkan tidak memiliki pengaruh
keberadaan sesorang dalam masyarakat semakin rendah stratifikasi sosial nya. Kekuasaan yang
dimiliki seseorang bukanlah sesuatu yang bersifat formal saja seperti pejabat pemerintah setempat
maupun pejabat pemerintah yang lain.

Kekuasaan tersebut berupa kepatuhan dan ketaatan bagi seseorang untuk mengikuti apa yang
menjadi sasaran atau perntahnya. Seorang Kyai memberikan saran kepada seseoran untuk
menghentikan minum miras atau merokok dan yang bersangkutan langsung menghentikan

tndakannya, maka kyai tersebut memeiliki kekeuasaan yang tinggi atau kuat; demikian halnya orang
lain jika apa yang mereka kehendaki dan orang melakukannya, maka orang tersebut memiliki
kekuasaan yang tinggi atau kuat.

5. Ukuran Kehormatan

Kehormatan yang diperoleh oleh sesorang bukanlah dari dirinya, melainkan penilaian yang datang
dari orang lain. Apakah seseorang dihormati atau tidak oleh orang lain sangat tergantung pada orang
lain, bukan bersumber pada dirinya.

Penghormatan bagi seseorang bukan muncul sesaat, melainkan melalui proses waktu dan evaluasi
penghormatan dengan demikian bersifat obyektif bukan bersifat subyektif. Penghargaan bagi
sessorang dalm wujud penghormatan dapat bersumber pada kepribadian seseorang tersebut karena
kejujuran, ketaqwaan beragama, berani karena benar rendah hati maupun perilaku yang di tunjuk
dalam setiap harinya seperti suka menolong, memberikan nasehat kepada kepada yang
membutuhkan dan sebagainya yang setiap saat dievalusi oleh anggota masyarakat yang lain.
Penghormatan tersebut diwujudkan orang lain akan memberikan hormat lebih dahulu atau
mengulurkan tangan berjabat tangan menempatkan duduk dalam suatu pesta atau pertemuan di
depan sendirin atau di tempat yang pas dengan kehormatannya.

6. Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ukuran Ilmu Pengetahuan akan meliputi dua ukuran yaitu: Pertama, ukuran formal yaitu ijasah
sebagai ukurannya semakin tingi gelar atau ijasah yang dimiliki semakin tinggi strata sosial nya dan
semakin rendah yang dimiliki, maka semakin rendah pula strata sosial nya. Kedua, ukuran non-formal
adalah profesional atau keahlian yang mereka miliki melalui ketrampilan yang dia lakukan. Mereka
memperoleh keahlian tersebut tidak melalui jalur pendidikan formal. Pakar pengobatan alternatif
mereka memperoleh keahliannya bukan belajar difakultas kedokteran, melainkan diperoleh dari luar
pendidikan formal yang ada.

Dalam teori sosiologi, unsur-unsur terjadinya sistem pelapisan sosial dalam masyarakat adalah:

7. Kedudukan (Status)

Kedudukan (status) sering kali juga dibedakan dengan kedudukan sosial (sosial status). Kedudukan
adalahsebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial ,sehungan dengan orang
lain dalam kelompok tersebutatau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok
lain di dalam kelompok yang lebih besar lagi.

8. Peran (Rore)

Selain kedudukan dan peran disamping unsur pokok dalam sistem berlapis-lapis dalam masyarakat,
juga mempunyai arti yang sangat penting bagi sistem sosial masyarakat. Status menunjukkan tempat
atau posisi seseorang dalam masyarakat, sedangkan peran menunjukan aspek dinamis dari status,
hal ini merupakan suatu tingkah laku yang diharapkan dari seorang individu tertentu yang
menduduki status tertentu.

Sedangkan kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan
dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya,hak-hak dan kewajibannya.
Dengan demikian kedudukan sosial tidaklah semata-mata merupakan kumpulan kedudukankedudukan seseorang dalam kelompokn yang berbeda, tapi kedudukan sosial tersebut
mempengaruhikedudukan orang tadi dalam kelompok sosial yang berbeda.

Oleh karena kedudukan sering diartikan sebagai tempat seseorang dalam suatu pola atau kelompok
sosial , maka seseorang juga mempunyai beberapa kedudukan sekaligus. Hal ini disebabkan
seseorang yang biasanya ikut dalam berbagai kelompok sosial .

Kedudukan, apabila dipisahkan dari individu yang memilikinya, hanyalah merupakan kumpulan hak
dan kewajiban. Namun, karena hak dan kewajiban itu hanya dapat terlaksanakan melalui perantara
individu, maka sulit untuk memisahkannya secara tegas.

Dalam masyarakat sering kali kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Ascribed Status

Status ini diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan
perbedaan seseorang. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya, kedudukan anak
seorang bangsawan adalah bangsawan pula, seorang anak dari kasta brahmana juga akan
memperoleh kedudukan yang demikian. Kebanyakan ascribed status dijumpai pada masyarakat
dengan sistem pelapisan sosial yang tertutup, seperti sistem pelapisan perdasarkan perbedaan ras.
Meskipun demikian, bukan berarti bahwa dalam masyrakat dengan sistem pelapisan sosial terbuka
tidak ditemui adanya ascribed status. Kita lihat misalnya kedudukan laki-laki dalam suatu keluarga
akan berbeda dengan kedudukan isteri dan anak-anaknya, karena pada umumnya laki-laki (ayah)
akan menjadi kepala keluarga.

b) Achieved Status

Yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang sengaja dilakukan, bukan
diperoleh karena kelahiran.Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari
kemampuan dari masing-masing orang dalam mengejar dan mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya,
setiap orang bisa menjadi dokter, hakim, guru, dan sebagainya, asalkan memnuh persyaratan yang
telah ditentukan. Dengan demikian tergantung pada masing-masing orang apakah sanggup dan
mampuh memenuhi persyaratan yang telah ditentukan atau tidak.

Disamping kedua kedudukan tersebut di atas, sering kali dibedakan lagi satu macam kedudukan,
yaitu assigned-status,kedudukan yang diberikan. Assigned-status, artinya suatu kelompok atau
golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang karena telah berjasa kepada
masyarakat.

Di atas telah dijelaskan bahwa seseorang dalam masyarakat dapat memiliki beberapa kedudukan
sekaligus, akan tetapi biasanya salah satu kedudukan yang selalu menonjol itulah yang merupakan
kedudukan yang utama. Dengan melihat kedudukan yang menonjol tersebut, yang bersangkutan
dapat digolongkan ke dalam strata atau lapisan tertentu dalam masyarakat.

D. Dampak Perbedaan Status Sosial Ekonomi Masyakat

Sebagian pakar menyakini bahwa pelapisan masyarakat sesungguhnya mulai ada sejak masyarakat
mengenal kehidupan bersama. Terjadinya stratifikasi sosial atau sistem pelapisan dalam masyarakat
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sistem pelapisan yang terjadi dengan sendirinya artinya
tanpa disengaja,dan sistem pelapisan yang terjadi karena dengan sengaja disusun untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.

Lapisan-lapisan dalam masyarakat yang terjadi dengan sendirinya atau tidak disengaja misalnya,
lapisan yang didasarkan pada umur, jenis kelamin, kepandaian, sifat, keaslian keanggotaan kerabat
kepala masyarakat, mungkin pada batas-batas tertentu berdasarkan harta. Sedangkan sistem lapisan
dalam masyarakat yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan tertentu biasanya berkaitan dengan
pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal seperti pemerintahan,
perusahaan, partai politik, angkatan bersenjata dan sebagainya. Kekuasaan dan wewenang itu
merupakan sesuatu unsur khusus dalam sistem pelapisan masyarakat yang mempunyai sifat lain
daripada uang, tanah, dan benda ekonomis lainya. Hal ini disebabkan uang, tanah, dan jenisnya
dapat dibagi secara bebas dalam masyarakat tanpa merusak keutuhan masyarakat.

Namun demikian, apabila suatu masyarakat hendak hidup teratur dan keutuhan masyarakat tetap
terjaga maka kekuasaan dan wewenang harus pula dibagi-bagikan secara taratur, sehingga setiap
orang akan jelas dimana kekuasaan dan wewenangnya dalam organisasi, baik secara horizontal
maupun vertikal. Secara teoritis diakui bahwa manusia dapat dianggap sederajat, akan tetapi dalam
kenyataan kehidupan dalam kelompok-kelompok sosial tidak demikian halnya. Dengan demikian
pembedaan ke dalam lapisan-lapisan merupakan gejala universal serta merupakan bagian dari sistem
sosial setiap masyarakat.

Status sosial adalah merupakan kedudukan, peranan, dan tanggung jawab seseorang dalam
masyarakatnya. Status itu dikategorikan dalam dua bagian status karena seseorang mewarisi dari
keturunannya (ascribed status), dan status sosial yang digenggam sebab prestasi yang diperoleh
(achieved status). Kelompok ascribed status bertali temali dengan keturunan, kelahiran dan warisan
yang mereka peroleh dari orang tua atau kakek buyut, dan tidak dibutuhkan jerih lelah untuk masuk
dalam kategori ini. Dalam masyarakat sederhana, karakteristik ascribed status dipandang sebagai
suksesi yang tidak pernah diperdebatkan. Sebaliknya, orang yang dikelompokkan dalam kategori
achieved status adalah orang yang harus berjerih lelah, untuk menghasilkan sesuatu yang diakui oleh
masyarakat luas. Tidak dikenal paham suksesi, yang berlaku adalah usaha dan prestasi.

Fenomena dan realitas sosial serupa mencolok dalam masyarakat maju, di mana kontestasi
merupakan syarat menuju puncak prestasi. Kedua model status sosial itu terpatri dalam benak
masyarakat, diakui, diupayakan – kendati pun dicemooh – tetapi telah berlangsung berabad-abad
dalam peradaban manusia. Untuk memahami eksistensi dua status sosial itu, kita mudah mencari,
apakah kontribusi mereka bagi masyarakat dan lingkungan sosial pada zamannya.

Status sosial atau yang sering disebut stratifikasi sosial menunjukkan adanya suatu
ketidakseimbangan yang sistematis dari kesejahteraan, kekuasaan dan prestise (gengsi) yang
merupakan akibat dari adanya posisi sosial (rangking sosial) seseorang di masyarakat. Sedangkan
ketidakseimbangan dapat didefinisikan sebagai perbedaan derajat dalam kesejahteraan, kekuasaan
dan hal-hal lain yang terdapat dalam masyarakat.

Adanya perbedaan status sosial dalam hal ini menyangkut perbedaan perekonomian, dapat
menimbulkan adanya kecemburuan sosial, kesejahteraan yang tidak merata, bahkan bisa
menyebabkan perbuatan yang melanggar hukum. Perbedaan status sosial ekonomi secara tidak
langsung dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat terutama yang berada pada lapisan bawah.

Adanya perbedaan status sosial ekonomi dapat menimbulkan konflik sosial tersendiri bagi
masyarakat. Konflik sosial berarti pertentangan antara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat
yang diikat atas dasar suku, ras, jenis kelamin, kelompok, status ekonomi, status sosial , bahasa,
agama, dan keyakinan politik, dalam suatu interaksi sosial yang bersifat dinamis. Baik dalam
masyarakat homogen maupun dalam masyarakat majemuk. Konflik sosial dapat terjadi karena
adanya perbedaan yang disebabkan adanya ketidak-adilan dalam akses pada sumberdaya ekonomi
dan politik. Adanya ketidak-adilan akses pada sumberdaya ekonomi dan politik memperparah
berbagai prasangka yang sudah ada di antara kelompok-kelompok sosial. Konflik sosial merupakan
hal yang sering terjadi mustahil dihilangkan sama sekali. Yang harus dicegah adalah konflik yang
menjurus pada pengrusakan dan penghilangan salah satu pihak atau para pihak yang berkonflik. Oleh
karena itu konflik harus dikendalikan, dikelola, dan diselesaikan melalui hukum yang berarti melalui
jalan damai.

Pengertian status sosial ekonomi dapat dipahami dengan jelas dengan
melihat asal katanya. Kata sosial berasal dari kata “socius” yang artinya kawan
(teman). Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan,
teman kerja dan sebagainya. Yang dimaksud teman adalah mereka yang ada
disekitar kita, yakni yang tinggal dalam suatu lingkungan tertentu dan mempunyai
sifat yang saling mempengaruhi. Sedangkan istilah ekonomi berasal dari bahasa
Yunani yaitu “oikos” yang artinya rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur,
jadi secara harafiah ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga (Shadily, 1984).
Status sosial ekonomi orangtua sangat berpengaruh bagi pemenuhan
kebutuhan hidup sehari- hari. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai potensi
serta kepribadian yang memungkinkan dia diterima dalam pergaulan dengan
individu yang lain. Karena setiap individu akan menyalurkan potensinya tersebut
untuk kepentigan tertentu, kemudian individu yang lain dapat menerima dan
mengakuinya. Atas dasar itulah dia akan mendapatkan status itu di dalam kelompok
dimana dia berada. Menurut Mulyanto (1986) mengatakan bahwa “Perkataan sosial
telah mendapat banyak interprestasi, walaupun demikian orang berpendapat bahwa
perkataan ini mencapai reciprocal behaviour atau perilaku yang saling
mempengaruhi dan saling tergantungnya manusia satu sama lain”. Status sosial
ekonomi merupakan suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial
dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat, pemberian posisi ini disertai pula
seperangkat hak dan kewajiban yang hanya dipenuhi sipembawa statusnya,
misalnya: pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan. (Soekanto, 2003).
Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan
yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam
struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status misalnya, pendapatan, dan
pekerjaan. Status sosial ekonomi orangtua sangat berdampak bagi pemenuhan
kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan mencapai
kesehatan yang maksimal. Status adalah keadaan atau kedudukan seseorang,
sedangkan pengertian sosial sangat berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat
di lingkungan sekitar. Di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat pembeda posisi
atau kedudukan seseorang maupun kelompok di dalam struktur sosial tertentu.
Perbedaan kedudukan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan stilah
lapisan sosial. Lapisan sosial merupakan sesuatu yang selalu ada dan menjadi ciri
yang umum di dalam kehidupan manusia. Seorang sosiolog yang bernama Sorokin
dalam Soekanto (2003) menyatakan bahwa lapisan sosial adalah perbedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirakri).
Sitorus (2000) mendefenisikan status sosial bahwa hal tersebut merupakan
kedudukan seseorang di masyarakat, di mana didasarkan pada pembedaan
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal, yang di wujudkan dengan adanya

tingkatan masyarakat dari yang tinggi ke yang lebih rendah dengan mengacu pada
pengelompokkan menurut kekayaan Kelas sosial biasa digunakan hanya untuk
lapisan berdasarkan unsur ekonomis. Diantara lapisan atasan dengan yang
terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan,
tidak hanya memiliki satu macam saja apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan
tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka yang
mempunyai uang lebih banyak, akan lebih mudah sekali mendapatkan tanah,
kekuasaan dan mungkin juga kehormatan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat di simpulkan bahwa pada
dasarnya kelas sosial ekonomi adalah status atau kedudukan seseorang di
masyarakat, di mana berdasarkan pada pembedaan masyarakat ke dalam kelaskelas secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari
yang tinggi ke yang rendah dengan mengacu pada pengelompokan menurut
kekayaan.

Ternyata banyak sekali dari pengunjung mengetahui blog ini dengan search “SES Indonesia”,
sayangnya post saya yang dahulu sudah terhapus, dan saya mendapatkan email dari beberapa
mahasiswa untuk mendapatkan kembali SES definition tersebut. Berikut ini saya mencoba
menuliskan kembali tentang SES.

SES sebenarnya adalah cara untuk mengklasifikasikan konsumen berdasarkan kemampuan ekonomi
ataupun status sosialnya. Ada banyak cara untuk melakukan penggolongan ini, masing-masing negara
memiliki cara yang berbeda, bahkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain bisa memiliki
pandangan yang tidak sama tentang cara pengukuran SES ini.

Dinegara yang maju, untuk mengukur SES terdiri dari beberapa variable: misalnya Income, Education,
occupation, dan mungkin kekayaan dari sebuah rumah tangga tersebut. Tetapi di beberapa Negara
termasuk Indonesia, SES diukur dengan menggunakan satu variable saja.

Di Indonesia, yang mengadakan pengukuran SES ini salah satunya adalah Nielsen (Roy Morgan juga
melakukannya). Mereka melalui beberapa pertimbangan, menggunakan monthly household
expenses untuk mengukur SES ini.

Pengambilan data untuk SES ini dilakukan di 10 kota besar, dan hasil definisi SES 2010 adalah sebagai
berikut

SES A: 3.000.000 +
SES B: 2.000.000 – 3.000.000
SES C1: 1.500.000 – 2.000.000
SES C2: 1000.000 – 1.500.000
SES D: 700.000 – 1000.000
SES E : < 700.000
Geek only:

Selain mengumpulkan data tentang monthly housesold expenses, Nielsen juga melakukan
pengumpulan banyak sekali data, diantaranya occupation, Income, education dan lain lain, dimana
variable2 ini nantinya diguanakan untuk membuat test validitas yang diperlukan

Monthly H/H Expenditure adalah belanja rutin bulanan termasuk diantaranya: air, listrik, telepon,
uang sekolah, bensin dll. Tidak termasuk :pembelian / cicilan big ticket item (rumah, mobil, arisan),
baju, entertainment ( nonton, makan diluar, clubbing) dll.
Mungkin anda merasa bahwa definisi diatas terlalu kecil atau sebaliknya, perlu diingat bahwa definisi
tersebut diambil dari 10 kota besar (ada kota yang skew ke SES atas, ada juga kota yg skew ke SES
bawah). Bila anda menginginkan kelas atas sekali, mungkin anda harus menambah variable lain
misalnya SES A pemilik kartu kredit Gold.