KONSEP PENDIDIKAN SMK DI INDONESIA DALAM

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan masyarakat. Proses pendidikan
berada dan berkembang bersama perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan
keduanya merupakan proses yang satu. Masalah pendidikan tidak dapat dipecahkan
keseluruhannya hanya dengan mempergunakan metode ilmiah semata, akan tetapi untuk
memecahkan masalah pendidikan seseorang harus menggunakan analisis filsafat (Jalaludin
dan Idi,1997:24).
Filsafat pendidikan, dapat dikatakan paling erat kaitannya dengan progresivisme,
yaitu suatu aliran pemikiran yang menganjurkan bahwa kebenaran ditentukan oleh fungsi.
Progresivisme adalah aliran filsafat pendidikan yang berfokus pada siswa dengan
memberikan keterampilan dan pengethuan yang diperlukan tidak hanya untuk bertahan
hidup, tetapi juga untuk berhasil dalam masyarakat kontemporer dan kompetitif.
Seperti namanya, progresivisme adalah sebuah filosofi yang beradaptasi untuk
membantu siswa dalam bermasyarakat dan bernegara saat ini. Ini adalah filsafat yang
mempromosikan pendidikan yang membantu siswa dalam mengembangkan jenis
keterampilan pemecahan masalah yang akan memungkinkan mereka untuk berfungsi dengan
baik dalam masyarakat kompetitif. Progresivisme berfokus pada mendidik siswa dengan cara
yang membuat mereka menjadi orang dewasa yang produktif fungsi cekatan dalam dunia
yang senantiasa berubah.

Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar dimasa mendatang. Karenanya, cara terbaik mempersiapkan siswa untuk
masa depan yang tidak diketahui adalah membekali mereka dengan strategi-strategi pemecah
masalah yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan-tantangan baru dalam kehidupan
dan menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan pada saat ini (Jalaludin, 2007 : 19).
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di Indonesia?
2. Bagaimana korelasi antara pendidikan di SMK dengan filsafat pendidikan
progresivisme?

BAB II
PEMBAHASAN
a. Konsep Pendidikan SMK Di Indonesia
Pendidikan kejuruan di Indonesia telah beberapa kali berganti nama yang kemudian
saat ini disebut Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan SDM yang memiliki kemampuan,
keterampilan, dan keahlian. Lulusan SMK diharapkan dapat mengembangkan diri apabila
terjun dalam dunia kerja. Pendidikan SMK itu sendiri bertujuan meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan peserta didik untuk memasuki

lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional.
SMK mempunyai dua kelebihan bila dibandingkan dengan SMA, pertama lulusan
dari institusi ini dapat mengisi peluang kerja pada dunia usaha/Industri, karena terkait dengan
satu sertifikat yang dimiliki oleh lulusan melalui uji kemampuan kompetensi. Dengan
sertifikat tersebut mereka mempunyai peluang untuk bekerja. Kedua, lulusan SMK dapat
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sepanjang lulusan tersebut
memenuhi persyaratan baik nilai maupun program studi kejuruan sesuai dengan kriteria yang
dipersyaratkan.
Salah satu konsepsi pada pendidikan kejuruan adalah sistem magang bagi peserta
didik SMK. Di Jerman sistem ini disebut dual system, di Australia disebut dengan Appretice
System, di Indonesia sistem magang 2 khususnya pada SMK operasionalnya disebut dengan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan saat ini sering disebut Praktik Kerja Industri (Prakerin)
yang merupakan bagian dari PSG pada SMK (Sugihartono, 2009).
Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha/Dunia Industri
menjadi pusat perhatian dunia pendidikan kejuruan. Untuk itu pemerintah telah menyiapkan
konsep “link and match” dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Pendidikan berbasis
sistem ganda akan membawa konsekuensi dalam proses pelaksanaan pembelajaran yaitu di
sekolah mendapatkan teori dan praktik dasar kejuruan sebagian proses pelaksanaan
pembelajaran lainnya dilaksanakan di dunia usaha/Industri, yaitu keterampilan produktif yang
diperoleh melalui prinsip learning by doing yang diperoleh dalam Prakerin.

Praktik Kerja Industri merupakan suatu bentuk pendidikan yang melibatkan peserta
didik langsung bekerja di Dunia Usaha/Dunia Industri. Praktik Kerja Industri bertujuan agar
peserta didik memiliki kompetensi yang sesuai dengan harapan dan tuntutan Dunia
Usaha/Dunia Industri, disamping juga agar diperoleh pengalaman kerja sebagai salah satu hal
untuk meningkatkan keahlian profesioanal. Praktik Kerja Industri ini mulai dipopulerkan

pada tahun 1994 melalui kebijakan Pendidikan Sistem Ganda. Hal ini cukup beralasan
mengingat Dunia Industri memerlukan tenaga kerja yang berkualitas dan ahli di bidangnya
untuk mengoperasikan peralatan teknologi yang canggih. 3 Praktik Kerja Industri yang
disingkat dengan “Prakerin” adalah bagian dari kompetensi pembelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik pada sekolah kejuruan di Dunia Usaha/Dunia Industri. Prakerin
merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan dalam konsep “link and match” melalui Pendidikan Sistem Ganda (PSG) antara
dunia pendidikan dengan dunia kerja.
Tujuan penyelenggaraan Praktik Kerja Industri adalah untuk meningkatkan kualitas
lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik pengetahuan, keterampilan, maupun etos
kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja, sehingga lulusan SMK siap masuk ke pasar
kerja. Jenis keahlian dan jumlah lulusan yang dihasilkan oleh SMK belum semua sesuai
dengan permintaan pasar kerja (Samsudi 2008).
Belum sesuainya jenis keahlian lulusan dengan permintaan pasar kerja tersebut

disebabkan masih ditemukannya berbagai kendala, salah satunya kendala yang dirasakan
adalah ditemukannya berbagai masalah yang muncul dalam proses pembelajaran seperti
kurangnya kompetensi yang dimiliki siswa, kurang mendukungnya sarana dan prasarana
sekolah.
b. Korelasi Antara Pendidikan di SMK Dengan Filsafat Pendidikan Progresivisme
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebenarnya menurut hemat penulis telah cukup
menjawab problematika pendidikan di Indonesia, jika dikelola secara baik oleh pemerintah.
Tujuan pendidikan, kurikulum, dan hal lain menyangkut pendidikan yang dianjurkan aliran
progresivisme pendidikan sebenarnya tercermin dalam SMK. Hal yang salah selama ini
menurut penulis ada pada pemahaman yang keliru yang berkembang di masyarakat yang
seakan-akan “menganak tiri-kan” SMK dan mengagungagungkan SMA.
Mengapa banyak yang tidak berminat ke SMK ? Ini semua sebagian besar mungkin
karena masalah gengsi dan alur kehidupan. Kondisi SMK yang tidak lagi dikembangkan dan
minimnya jumlah SMK, membuat SMK seolah-olah menjadi tidak begitu bermakna. Banyak
orang yang memiliki gengsi tinggi, hal tersebut membuatnya lebih memilih SMA, mengapa
demikian? Apakah duduk di bangku SMK merupakan hal yang menimbulkan rasa malu?
Pemerintah perlu melakukan pembenahan untuk pengembangan SMK supaya masyarakat
yang ingin mendapatkan pendidikan yang langsung sesuai dengan bidangnya bisa
mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya.


Hal ini sebenarnya mulai perlahanlahan dilakukan pemerintah. Dalam pemberitaan
Koran Tempo Interaktif, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyatakan bahwa
kebutuhan tenaga kerja terampil dari SMK lebih banyak. Untuk itu, tahun pada tahun 2009
lalu, komposisi SMK ditargetkan menjadi 40 persen. Konsep kejuruan ini ternyata telah
diakui pemerintah sebagai langkah menanggulangi pengangguran yang terus bertambah di
Indonesia (Tempo Interaktif, 26/03/2009).
Pendidikan kejuruan atau SMK sebenarnya baik dalam rangka membina bakat dan
kreatifitas peserta didik sehingga ketika keluar dari dunia pendidikan formal dan berhadapan
dengan kehidupan masyarakat, mereka tidak akan kewalahan menciptakan lapangan kerja
sendiri.
Berkaitan dengan itu pula, SMK akan mampu menjawab tantangan persaingan dunia
kerja karena bakat dan kreatifitas yang dikembangkan berbeda-beda bidangnya. Hal ini
bertolak belakang dengan sistem pendidikan di SMA yang diseragamkan dari Sabang sampai
Merauke, walaupun karakteristik budaya dan daerahnya berbeda-beda. Pola pendidikan di
SMK bahkan bisa berbeda pada setiap daerah tergantung karakteristik daerahnya, bahkan
yang lebih kini terjadi bahwa SMK diarahkan untuk menjawab peluang kerja perusahaanperusahaan atau pemilik modal yang menjadi sponsor atau penyumbangnya. Hal ini bisa kita
lihat ketika pertengahan tahun lalu PT Toyota Astra Motor (TAM) menyelenggarakan
pendidikan berbasis kemitraan, Toyota-Technical Education Program (T-TEP) yang
menggandeng SMK se-Indonesia. Tujuan kerja sama ini adalah mempersiapkan lulusan dari
sekolah


kejuruan

teknik

yang

akan

memasuki

industri

otomotif

(http://www.okezone.com/toyota-gandengsmk-se-indonesia/html/juli/2010/).
SMK adalah sekolah berbasis pengalaman seperti yang dikembangkan Dewey.
Pengalaman merupakan istilah kunci jika tidak mau disebut sebagai inti dari pendidikan di
sekolah. Belajar berdasarkan pengalaman akan membuat peserta didik tidak akan
kebingungan dan kewalahan ketika diperhadapkan pada kondisi riil dunia kerja nantinya.

Semoga SMK menjadi tawaran yang terus digaungkan pemerintah sehingga masyarakat tidak
lagi merasa gengsi untuk masuk di SMK.

BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Filsafat progresivisme dalam wujud yang murni memperkenalkan bahwa pendidikan
selalu ada dalam nuansa proses pengembangan. Pendidikan harus siap untuk memodifikasi
metode dan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan perkembangan pengetahuan dan
perubahan yang baru dalam lingkungan. Pendidikan progresif harus memperkenalkan konsep
“anak secara utuh” sebagai satu jawaban atas apa yang mereka pertimbangkan; terhadap
anggapan atau penafsiran sebagian sifat anak. Dengan demikian, sekolah menjadi pusat
“perhatian anak” dimana proses belajar ditentukan oleh setiap anak.
Tujuan pendidikan progresivisme adalah memberikan keterampilan dan alat-alat yang
bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungannya yang berada dalam proses perubahan
secara terus-menerus. Yang dimaksud dengan alat-alat adalah keterampilan pemecahan
masalah yang dapat digunakan oleh individu untuk menentukan, menganalisis, dan
memecahkan masalah. Proses belajar terpusatkan pada perilaku kooperatif dan disiplin diri,
dimana kebudayaan sangat dibutuhkan dan sangat berfungsi dalam masyarakat.

SMK sebagai bagian pendidikan di Indonesia sudah sepantasnya terus dikembangkan
dan menjadi prioritas pendidikan di Indonesia. Hal ini dirasakan perlu mengingat lulusan
SMA bahkan perguruan Tinggi yang tidak memiliki spesialisasi cenderung menjadi pemasok
utama tingkat pengangguran di Indonesia. Dengan dikembangkannya SMK dengan berbagai
minat, bakat dan kreatifitas, ditambah dengan kerjasama-kerjasama dengan berbagai
perusahaan pemilik modal diharapkan lulusan SMK akan menjadi tenaga terampil siap pakai
baik di perusahaan sponsor, maupun dengan membuka lapangan kerja sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin dan Abdullah idi. 1997. Filsafat Pendidikan. Gaya Media Pratama:Jakarta
Jalaluddin dan Abdullah idi. 2007. Filsafat Pendidikan “Manusia, Filsafat dan
Pendidikan”. Ar-Ruzz Media: Yogyakarta
Samidjo. 2008. Sekolah Kejuruan dan Permasalahannya, Wacana Akademika. Volume 3.
Nomer 4. Juli 2008:305-392.
Sumber Jurnal
Nanuru, Ricardo F. Agustus 2013. Progresivisme Pendidikan dan Relevansinya di
Indonesia Dalam Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2.
Sumber Internet
http://www.tempointeraktif.com/hg/pen didikan/2009/03/26/brk,20090326 166674,id.html.
Diakses pada Sabtu, 04 April 2015.

http://www.okezone.com/toyotagandeng-smk-seindonesia/ html/juli/2010/. Diakses pada
Sabru, 04 April 2015.
Samsudi, (2008). “Daya Serap Lulusan SMK Masih Rendah”. Disampaikan Pada Pidato Dies
Natalis ke-43-43 Unnes. Republika Online. 2008. http://202.155.208./cetak_beritaasp?
id=328575&kat_id=23&=Online. Diakses Sabtu, 04 April 2015.