FULL PAPER KRITIK TERHADAP SISTEM POLITI
TUGAS MAKALAH
MATA KULIAH
SISTEM POLITIK DI INDONESIA
Prof Drs. Purwo Santoso, MA, Ph.D
Dibuat Oleh :
Bayu Mahendra, S.H.
12912076
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013
1
KRITIK TERHADAP SISTEM POLITIK DI INDONESIA ERA REFORMASI
A.
PENDAHULUAN
Orde baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya Soeharto sebagai
presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32 Tahun, setelah sebelumnya krisis
ekonomi menghancurkan legitimasi pemerintahan Orde Baru. Reformasi diharapkan
dapat menjadi angin segar untuk memperbaiki sistem politik dan pemerintahan di
Indonesia dimana seiring dengan bergulirnya reformasi keran demokrasi telah dibuka
secara lebar.
Perubahan terbesar pasca reformasi adalah diadakannya pemilu yang diikuti oleh
banyak partai dan hal tersebut membawa konsekwensi pola relasi antara presiden dan
DPR mengalami perubahan mendasar. Jika pada masa lalu DPR hanya menjadi tukang
stempel dimasa kini mereka bertindak mengawasi presiden. Disini dapat dilihat bahwa
model politik yang digunakan tidak lagi executive heavy seperti masa orde baru, tetapi
juga tidak terlalu legislative heavy seperti pada masa orde lama.
Sistem Presidensial yang diimbangi dengan sistem multi partai untuk membentuk
parlemen yang betul – betul mengawasi presiden bukanlah solusi yang tanpa
menimbulkan problematika baru. Para ahli perbandingan politik Scott Mainwaring atau
Juan Linz dan Artueo Valensuela
1
mengatakan paling tidak ada tiga kelemahan dalam
sistem ini yaitu pertama kemungkinan munculnya kelumpuhan pemerintahan atau
deadlock akibat konflik eksekutif – legislative. Kedua kekakuan sistemik yang melekat
pada sistem presidensial akibat masa jabatan eksekutif yang bersifat tetap, sehingga tidak
1
Juan Linz dan Arturo Valensuela, 1994 hlm 6- 8
2
ada peluang untuk mengganti presiden di tengah jalan apabila kinerjanya tidak
memuaskan publik. Ketiga prinsip “the winner takes all” yang inheren dalam sistem
presidensial sehingga memberikan peluang bagi presiden untuk mengklaim pilihan –
pilihan kebijakan politiknya atas nama rakyat dibandingan parlemen (DPR) yang
didominasi kepentingan partisan dari partai – partai politik.
Apabila dilihat di era pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dengan kabinet pelanginya dimana institusi pembantu presiden banyak di isi oleh orang –
orang dari parpol. Hal ini merupakan keniscayaan apabila presiden mengharapkan
dukungan yang cukup besar di DPR. Namun kemudian misi utama kabinet menjadi
bergeser lebih banyak menjalankan misi mengadakan kompromi dan akomodasi dengan
partai – partai politik. Dari uraian pendahuluan di atas maka penulis merasa sangat
tertarik untuk mengulas dan memberikan kritik terhadap Sistem Politik di Indonesia era
Reformasi.
B. Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Politik di Indonesia di Program Magister
Hukum Universitas Indonesia, dengan tujuan lainnya adalah :
1. Untuk mengetahui sistem politik di era reformasi
2. Untuk
mengetengahkan kritik terhadap sistem politik dan pemerintahan yang
berjalan saat ini
3
C.
PEMBAHASAN
-
Pengertian Sistem
Kata system berasal dari kata syn’ dan ‘histanai’ yang artinya “to place together”
(menempatkan bersama-sama). Sistem diartikan sebagai “a complex of ideas, principles,
forming a coherent whole, as the American system of government” (suatu kompleks
gagasan, prinsip dan lain sebagainya, yang membentuk suatu keseluruhan yang
berhubung – hubungan, seperti misalnya sistem pemerintahan Amerika).2
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah merupakan
sesuatu yang berhubung-hungan satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan.
Suatu sistem dengan demikian pasti mempunyai struktur yang di dalamnya terdapat
elemen – elemen yang satu satu sama lain saling berjalinan, dan tidak dapat dipisahkan
satu dari yang lain sehingga membentuk suatu kesatuan yang bulat.
Dalam kaitannya dengan pengertian ini maka Almond dan Powell mengatakan
bahwa sistem menunjukkan saling ketergantungan dari bagian – bagian dan perbatasan
antara sistem dengan lingkungannya. Yang dimaksud saling ketergantungan adalah
bahwa bila cirri – ciri dari salah satu bagian dalam suatu sistem berubah maka semua
bagian yang lain dan sistem itu secara keseluruhan akan terpengaruh.3
-
Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya negara kota. Pada
awalnya politik berhubungan dengan berbagai macam kegiatan dalam negara/kehidupan
negara.4
2
Sukarna, Sistem Politik, 1990, hlm.13
Rusnadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia:Suatu Model Pengantar, 1988, hlm.4
4
Mariam Budiarjo, dkk, “Dasar-dasar ilmu Politik”, Gramedia, 2003, hlm. 8
3
4
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan,
dasar - dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan negara. Politik pada dasarnya
menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik biasanya
menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan. 5
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan
masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat
tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
-
Pengertian Sistem Politik
Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang
membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur
pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur
individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan
Negara dengan Negara.6
Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja
seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain
dan menunjukkan suatu proses yang langggeng.
-
Pengertian Sistem Politik di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai
kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk
proses penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan,
seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.
5
6
Murshadi “Ilmu Tata Negara; untuk slta kelas III” Rhineka Putra, bandung, 1999, hlm. 31
Lihat dalam wikipedia berbahasa Indonesia-pengertian-sistem-politik
5
Politik adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi
negara ( termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Dalam Penyusunan
keputusan-keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan
terjalinnya kerjasama yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga
memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan masyarakat/negara.
Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga
Negara. Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR,
DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,
Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang akan membuat keputusan-keputusan yang
berkaitan dengan kepentingan umum.
Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok
kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media
Komunikasi Politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah
merupakan infrastruktur politik, melalui badan-badan inilah masyarakat dapat
menyalurkan aspirasinya. Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam proses pembuatan
keputusan. Dengan adanya partisipasi masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat
pemerintah sesuai dengan aspirasi dan kehendak rakyat.
Sistem politik Indonesia dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa dan
mencapai tujuan nasional, maka sesuai dengan pancasila dan undang-undang Dasar 1945,
pemerintah republik Indonesia menyelenggarakan politik Negara, yaitu keseluruhan
penyelenggaraan politik, yang cenderung agak sentralistik karena UUD 1945 itu sendiri
yang integralistik, dengan memanfaatkan dan mendayagunakan segala kemampuan
aparatur Negara serta segenap dana dan daya, demi terciptanya tujuan nasional, dan
6
terlaksananya tugas Negara sebagaimana di tetapkan dalam UUD 1945. Hal ini karena
para Founding Fathers menginginkan Negara ini bersatu pada mulanya, banyaknya
suku,agama,pulau,bahasa dan corak ragam lainya di negeri ini.7
-
Kritik terhadap Sistem Politik di Era Reforasi
Sistem politik Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia sejak
zaman kerajaan, penjajahan, kemerdekaan sampai masa reformasi sekarang. Para
founding father bangsa telah merumuskan secara seksama sistem politik yang menjadi
acuan dalam pengelolaan negara. Hal ini tentunya dilakukan dengan melihat kondisi dan
situasi bangsa pada saat itu. Sistem politik Indonesia pada masa reformasi saat ini
mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Bermunculan lembaga dan sistem
yang baru dalam rangka merespon permasalahan bangsa yang semakin kompleks.
Orde Baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya soeharto sebagai
presiden yang telah memimpimn Indonesia selama 32 tahun, pada tanggal 1 Mei Pak
Harto akhirnya mengundurkan diri yang di sambut oleh masyarakat, utamnya di Jakarta
dengan tumpah ruah di jalan, mereka bersujud kepada Pemilik Alam dengan berlinang air
mata. Sesyukur itukah mereka, entahlah, mereka memang sudah bosan di pimpin selama
setengah abad hanya dua orang saja.8 setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan
legitimasi pemerintahn Orde Baru.
Dalam kaitan ini, Jhon Mcbeth9 memberikan komentar bahwa tanpa kehancuran
di bidang ekonomi,yang selama ini menjadi landasan legitimasi pemerintahan soeharto,
tidak akan ada kesempatan untuk perubahan politik. Sejak soeharto lengser dari kursi
Roby Nurhadi & Syafrizal Rambe. 1998. “Profil Politik Indonesia Pasca Orde Baru”Jakarta,2005 h.1-2.
Roby Nurhadi. 1998. “Profil Politik Indonesia Pasca Orde Baru”Jakarta,2005. p.37
9
Jhon McBeth. 2002. “political update”. Dalam Geoff Forrester (ed). Post-soeharto Indonesia: renewal or
chaos. The Netherlands: KITLV press. Hlm. 4-5
7
8
7
kepresidenannya, bahkan sampai di penghujung abad 19, bangsa Indonesia belum
mengetahui kemana arah perubahan akan terjadi. Pada saat itu, kita baru bisa mengecap
aromanya saja. Pada tahun 1999, memang sudah di gelar pemilu multi partai. Tapi
keikutsertaan 48 partai politik dari berbagai latar belakang yang kompleks, baru sebatas
euphoria, bukan perubahan yang bermakna reformasi. Meski political will sudah
mengiringnya.
Perlahan tapi pasti, bangunan reformasi mulai terlihat fondasinya di paruh akhir
tahun 2000. Setidaknya, melalui keberanian untuk mengamandemen UUD 1945, bangsa
ini tengah memulai perubahan yang bersifat struktural. Meski, sejak Habibie naik
panggung kekuasaan, secara kultural, perubahan itu sudah terjadi. Bahkan, sampai pemilu
kedua di era reformasi, pada tahun 2004 perubahan struktural dalam format politik
Indonesia,
seakan
mencapai
klimaksnya.
Terlebih,
ketika
kesuksesan
mengamandemenkan UUD 1945, di buktikan dengan lahirnya seoramg presiden republik
Indonesia dari rahim pemilihan presiden langsung (Pemilu Presiden ).10
Era Reformasi seringkali di anggap sebagai era di mana “ banyak penumpang
gelap” masuk dalam gerbong gerakan refomasi. Hal ini dapat di lihat ketika beberapa
mantan menteri di era orde baru berkoar-koar tentang reformasi. Bahkan, para mantan
birokrat sipil maupun militer termasuk pengusaha “merubah kostum politiknya” dari
gaya orba menjadi gaya seorang reformis. Mereka terlibat aktif dalam mendanai aksi-aksi
mahasiswa dan massa. Bahkan, “ perselingkuhan” dengan media-media tertentu membuat
mereka sering “nongol” di media massa dengan tema-tema reformasi. Sudah bisa diduga
10
Roby Nurhadi & Syafrizal Rambe. 1998. “Profil Politik Indonesia Pasca Orde Baru”Jakarta,2005 h.1-2.
8
bahwa kaum-kaum oportunis tersebut berperan sebagai “kutu loncat” atau “ musang
berbulu ayam”.
Pada saat dimana partai-partai politik berdiri, kaum-kaum
yang umumnya
memiliki energi politik relatif besar tersebut, dengan mudah masuk kejajaran elit partai.
Dan akhirnya, proses rekrutmen politik berjalan secara tidak sehat. Padahal proses
rekrutmen politik tersebut seharusnya dilakukan dengan baik. Menurut Almond,
rekrutmen politik merupakan proses penyeleksian individu untuk dapat mengisi
lowongan jabatan-jabatan politik maupun pemerintahan, yang pada umumnya terdapat
dua cara, yaitu secara terbuka dan tertutup. Rekrutmen politik yang bersifat terbuka
merupakan proses penyeleksian terbuka untu seluruh warga negara. Sedangkan dengan
rekrutmen politik tertutup dimaksudkan bahwa individu tertentu saja yang dapat di rekrut
untuk menduduki jabatan politik maupun pemerintahan.11
Apalagi dilihat di era pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dengan kabinet pelanginya dimana institusi pembantu presiden banyak di isi oleh orang
– orang dari parpol. Hal ini merupakan keniscayaan apabila presiden mengharapkan
dukungan yang cukup besar di DPR. Namun kemudian misi utama kabinet menjadi
bergeser lebih banyak menjalankan misi mengadakan kompromi dan akomodasi dengan
partai – partai politik. Suatu hal yang oleh banyak pengamat disepakati merupakan
kemampuan untuk membangun sebuah jembatan yang cukup efektif dalam memelihara
pola hubungan konsultatif dengan legislatif. 12
Menurut beberapa pengamat politik kompromi dan akomodasi itu sendiri di lain
sisi mengandung beberapa hal yang kurang menguntungkan. Pertama, dengan banyaknya
11
12
Ibid hlm 13-14
Purwoko, system politik dan pemerintahan era reformasi, ejournal.undip.ac.id,
9
pihak yang terlibat dalam politik kompromi keputusan yang dibuat kerap kali berjalan
lambat dan tidak responsif. Hal ini terutama tidak saja demikian banyaknya pihak yang
harus dilibatkan, tetapi juga mempertimbangkan efek-efek politik yang akan terjadi.
Sering dalam situasi tersebut, obyektivitas menjadi tersingkir dan jalan tengah yang tidak
tuntas menjadi pilihan pemerintah. Kasus lumpur Lapindo dan fenomena pemberantasan
korupsi yang tebang pilih merupakan contoh-contoh hal tersebut.
Kedua, keterlibatan banyak partai menyebabkan keputusan yang ditujukan untuk
kepentingan umum dan masa depan bangsa, terhambat oleh kepentingan sesaat partaipartai politik (baca elite politik). Nuansa oligarki ini menyebabkan persoalan-persoalan
seperti kemiskinan, jumlah pengangguran, dan melambungnya harga-harga sembako
seolah menjadi angin lalu saja.
Ketiga, nuansa politik yang lebih diutamakan dalam beragam masalah sebagai
konsekuensi politik kompromi dan akomodasi, akhirnya memperlambat penguatan dan
pendewasaan sistem politik .
Menurut Mahfud MD saat acara diskusi Nasional "Refleksi Pelaksanaan Hukum
dan Politik 15 tahun Perjalanan Reformasi," yang diselenggarakan Forum Tanah Air
Abadi mengatakan kondisi penegakkan hukum dan politik di Indonesia selama 15 tahun
reformasi masih mengecewakan. Perbaikan sistem politik dengan melakukan penataan
hukum dari 3 hal yaitu subtansi, legal struktur, dan budaya hukum masih gagal, terutama
di wilayah legal struktur serta adanya politik yang oligarkis. Dari sisi politik terjadi
10
sentralisasi kekuasaan sehingga menjadi wajar substansi hukum saat ini lebih buruk.
"Politik menjadi tidak demokratis tapi oligarki," katanya. 13
Menurutnya, sistem politik oligarki membuat keputusan politik dilakukan secara
kolutif oleh elit penguasa. Keputusan politik ditentukan elit politik dan menjadi sangat
feodal. "Tidak ada perbaikan hukum, akibatnya proses kepemimpinan, proses prioritas
politik tidak jalan sehingga menyebabkan orientasi membangun kesejahteraan rakyat
tidak ada.
D.
PENUTUP
Politik
merupakan
salah
satu
aspek
yang
sangat
signifikan
dalam
keberlangsungan suatu negara. Baik – buruknya perkembangan suatu negara sangat
tergantung pada sistem politik yang digunakan dan subjek atau pelaku dari sistem politik
tersebut.
Saat ini sistem perpolitikan di Indonesia masih memiliki banyak catatan
diantarannya :
1. Rekrutmen politik yang tertutup sehingga hanya individu tertentu saja yang dapat di
rekrut untuk menduduki jabatan politik maupun pemerintahan. Hal ini dapat
mengakibatkan tidak efisiennya roda politik maupun pemerintahan karena individu
yang menjalankannya tidak kompeten.
2. Misi utama kabinet menjadi bergeser lebih banyak menjalankan misi mengadakan
kompromi dan akomodasi dengan partai – partai politik.
3. Politik menjadi tidak demokratis tapi oligarki
13
http://www.jurnas.com/news/94521/Mahfud_MD:_15_Tahun_Reformasi,_Hukum_dan_Politik_Indonesi
a_Mengecewakan/1/Nasional/Politik-Keamanan
11
DAFTAR PUSTAKA
Juan Linz dan Arturo Valensuela, 1994 hlm
Jhon McBeth. 2002. “political update”. Dalam Geoff Forrester (ed). Post-soeharto Indonesia:
renewal or chaos. The Netherlands: KITLV press.
Mariam Budiarjo, dkk, “Dasar-dasar ilmu Politik”, Gramedia, 2003
Murshadi “Ilmu Tata Negara; untuk slta kelas III” Rhineka Putra, bandung, 1999
Purwoko, system politik dan pemerintahan era reformasi, ejournal.undip.ac.id
Roby Nurhadi
&
Syafrizal
Rambe.
1998. “Profil
Politik Indonesia
Pasca
Orde
Pasca
Orde
Baru”Jakarta,2005
Roby Nurhadi. 1998. “Profil Politik Indonesia Pasca Orde Baru”Jakarta,2005
Roby Nurhadi
&
Syafrizal
Rambe.
1998. “Profil
Politik Indonesia
Baru”Jakarta,2005
Rusnadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia:Suatu Model Pengantar, 1988
Sukarna, Sistem Politik, 1990
http://www.jurnas.com/news/94521/Mahfud_MD:_15_Tahun_Reformasi,_Hukum_dan_Politik_
Indonesia_Mengecewakan/1/Nasional/Politik-Keamanan
12
MATA KULIAH
SISTEM POLITIK DI INDONESIA
Prof Drs. Purwo Santoso, MA, Ph.D
Dibuat Oleh :
Bayu Mahendra, S.H.
12912076
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013
1
KRITIK TERHADAP SISTEM POLITIK DI INDONESIA ERA REFORMASI
A.
PENDAHULUAN
Orde baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya Soeharto sebagai
presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32 Tahun, setelah sebelumnya krisis
ekonomi menghancurkan legitimasi pemerintahan Orde Baru. Reformasi diharapkan
dapat menjadi angin segar untuk memperbaiki sistem politik dan pemerintahan di
Indonesia dimana seiring dengan bergulirnya reformasi keran demokrasi telah dibuka
secara lebar.
Perubahan terbesar pasca reformasi adalah diadakannya pemilu yang diikuti oleh
banyak partai dan hal tersebut membawa konsekwensi pola relasi antara presiden dan
DPR mengalami perubahan mendasar. Jika pada masa lalu DPR hanya menjadi tukang
stempel dimasa kini mereka bertindak mengawasi presiden. Disini dapat dilihat bahwa
model politik yang digunakan tidak lagi executive heavy seperti masa orde baru, tetapi
juga tidak terlalu legislative heavy seperti pada masa orde lama.
Sistem Presidensial yang diimbangi dengan sistem multi partai untuk membentuk
parlemen yang betul – betul mengawasi presiden bukanlah solusi yang tanpa
menimbulkan problematika baru. Para ahli perbandingan politik Scott Mainwaring atau
Juan Linz dan Artueo Valensuela
1
mengatakan paling tidak ada tiga kelemahan dalam
sistem ini yaitu pertama kemungkinan munculnya kelumpuhan pemerintahan atau
deadlock akibat konflik eksekutif – legislative. Kedua kekakuan sistemik yang melekat
pada sistem presidensial akibat masa jabatan eksekutif yang bersifat tetap, sehingga tidak
1
Juan Linz dan Arturo Valensuela, 1994 hlm 6- 8
2
ada peluang untuk mengganti presiden di tengah jalan apabila kinerjanya tidak
memuaskan publik. Ketiga prinsip “the winner takes all” yang inheren dalam sistem
presidensial sehingga memberikan peluang bagi presiden untuk mengklaim pilihan –
pilihan kebijakan politiknya atas nama rakyat dibandingan parlemen (DPR) yang
didominasi kepentingan partisan dari partai – partai politik.
Apabila dilihat di era pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dengan kabinet pelanginya dimana institusi pembantu presiden banyak di isi oleh orang –
orang dari parpol. Hal ini merupakan keniscayaan apabila presiden mengharapkan
dukungan yang cukup besar di DPR. Namun kemudian misi utama kabinet menjadi
bergeser lebih banyak menjalankan misi mengadakan kompromi dan akomodasi dengan
partai – partai politik. Dari uraian pendahuluan di atas maka penulis merasa sangat
tertarik untuk mengulas dan memberikan kritik terhadap Sistem Politik di Indonesia era
Reformasi.
B. Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Politik di Indonesia di Program Magister
Hukum Universitas Indonesia, dengan tujuan lainnya adalah :
1. Untuk mengetahui sistem politik di era reformasi
2. Untuk
mengetengahkan kritik terhadap sistem politik dan pemerintahan yang
berjalan saat ini
3
C.
PEMBAHASAN
-
Pengertian Sistem
Kata system berasal dari kata syn’ dan ‘histanai’ yang artinya “to place together”
(menempatkan bersama-sama). Sistem diartikan sebagai “a complex of ideas, principles,
forming a coherent whole, as the American system of government” (suatu kompleks
gagasan, prinsip dan lain sebagainya, yang membentuk suatu keseluruhan yang
berhubung – hubungan, seperti misalnya sistem pemerintahan Amerika).2
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah merupakan
sesuatu yang berhubung-hungan satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan.
Suatu sistem dengan demikian pasti mempunyai struktur yang di dalamnya terdapat
elemen – elemen yang satu satu sama lain saling berjalinan, dan tidak dapat dipisahkan
satu dari yang lain sehingga membentuk suatu kesatuan yang bulat.
Dalam kaitannya dengan pengertian ini maka Almond dan Powell mengatakan
bahwa sistem menunjukkan saling ketergantungan dari bagian – bagian dan perbatasan
antara sistem dengan lingkungannya. Yang dimaksud saling ketergantungan adalah
bahwa bila cirri – ciri dari salah satu bagian dalam suatu sistem berubah maka semua
bagian yang lain dan sistem itu secara keseluruhan akan terpengaruh.3
-
Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya negara kota. Pada
awalnya politik berhubungan dengan berbagai macam kegiatan dalam negara/kehidupan
negara.4
2
Sukarna, Sistem Politik, 1990, hlm.13
Rusnadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia:Suatu Model Pengantar, 1988, hlm.4
4
Mariam Budiarjo, dkk, “Dasar-dasar ilmu Politik”, Gramedia, 2003, hlm. 8
3
4
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan,
dasar - dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan negara. Politik pada dasarnya
menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik biasanya
menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan. 5
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan
masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat
tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
-
Pengertian Sistem Politik
Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang
membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur
pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur
individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan
Negara dengan Negara.6
Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja
seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain
dan menunjukkan suatu proses yang langggeng.
-
Pengertian Sistem Politik di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai
kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk
proses penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan,
seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.
5
6
Murshadi “Ilmu Tata Negara; untuk slta kelas III” Rhineka Putra, bandung, 1999, hlm. 31
Lihat dalam wikipedia berbahasa Indonesia-pengertian-sistem-politik
5
Politik adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi
negara ( termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Dalam Penyusunan
keputusan-keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan
terjalinnya kerjasama yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga
memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan masyarakat/negara.
Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga
Negara. Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR,
DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,
Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang akan membuat keputusan-keputusan yang
berkaitan dengan kepentingan umum.
Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok
kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media
Komunikasi Politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah
merupakan infrastruktur politik, melalui badan-badan inilah masyarakat dapat
menyalurkan aspirasinya. Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam proses pembuatan
keputusan. Dengan adanya partisipasi masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat
pemerintah sesuai dengan aspirasi dan kehendak rakyat.
Sistem politik Indonesia dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa dan
mencapai tujuan nasional, maka sesuai dengan pancasila dan undang-undang Dasar 1945,
pemerintah republik Indonesia menyelenggarakan politik Negara, yaitu keseluruhan
penyelenggaraan politik, yang cenderung agak sentralistik karena UUD 1945 itu sendiri
yang integralistik, dengan memanfaatkan dan mendayagunakan segala kemampuan
aparatur Negara serta segenap dana dan daya, demi terciptanya tujuan nasional, dan
6
terlaksananya tugas Negara sebagaimana di tetapkan dalam UUD 1945. Hal ini karena
para Founding Fathers menginginkan Negara ini bersatu pada mulanya, banyaknya
suku,agama,pulau,bahasa dan corak ragam lainya di negeri ini.7
-
Kritik terhadap Sistem Politik di Era Reforasi
Sistem politik Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia sejak
zaman kerajaan, penjajahan, kemerdekaan sampai masa reformasi sekarang. Para
founding father bangsa telah merumuskan secara seksama sistem politik yang menjadi
acuan dalam pengelolaan negara. Hal ini tentunya dilakukan dengan melihat kondisi dan
situasi bangsa pada saat itu. Sistem politik Indonesia pada masa reformasi saat ini
mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Bermunculan lembaga dan sistem
yang baru dalam rangka merespon permasalahan bangsa yang semakin kompleks.
Orde Baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya soeharto sebagai
presiden yang telah memimpimn Indonesia selama 32 tahun, pada tanggal 1 Mei Pak
Harto akhirnya mengundurkan diri yang di sambut oleh masyarakat, utamnya di Jakarta
dengan tumpah ruah di jalan, mereka bersujud kepada Pemilik Alam dengan berlinang air
mata. Sesyukur itukah mereka, entahlah, mereka memang sudah bosan di pimpin selama
setengah abad hanya dua orang saja.8 setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan
legitimasi pemerintahn Orde Baru.
Dalam kaitan ini, Jhon Mcbeth9 memberikan komentar bahwa tanpa kehancuran
di bidang ekonomi,yang selama ini menjadi landasan legitimasi pemerintahan soeharto,
tidak akan ada kesempatan untuk perubahan politik. Sejak soeharto lengser dari kursi
Roby Nurhadi & Syafrizal Rambe. 1998. “Profil Politik Indonesia Pasca Orde Baru”Jakarta,2005 h.1-2.
Roby Nurhadi. 1998. “Profil Politik Indonesia Pasca Orde Baru”Jakarta,2005. p.37
9
Jhon McBeth. 2002. “political update”. Dalam Geoff Forrester (ed). Post-soeharto Indonesia: renewal or
chaos. The Netherlands: KITLV press. Hlm. 4-5
7
8
7
kepresidenannya, bahkan sampai di penghujung abad 19, bangsa Indonesia belum
mengetahui kemana arah perubahan akan terjadi. Pada saat itu, kita baru bisa mengecap
aromanya saja. Pada tahun 1999, memang sudah di gelar pemilu multi partai. Tapi
keikutsertaan 48 partai politik dari berbagai latar belakang yang kompleks, baru sebatas
euphoria, bukan perubahan yang bermakna reformasi. Meski political will sudah
mengiringnya.
Perlahan tapi pasti, bangunan reformasi mulai terlihat fondasinya di paruh akhir
tahun 2000. Setidaknya, melalui keberanian untuk mengamandemen UUD 1945, bangsa
ini tengah memulai perubahan yang bersifat struktural. Meski, sejak Habibie naik
panggung kekuasaan, secara kultural, perubahan itu sudah terjadi. Bahkan, sampai pemilu
kedua di era reformasi, pada tahun 2004 perubahan struktural dalam format politik
Indonesia,
seakan
mencapai
klimaksnya.
Terlebih,
ketika
kesuksesan
mengamandemenkan UUD 1945, di buktikan dengan lahirnya seoramg presiden republik
Indonesia dari rahim pemilihan presiden langsung (Pemilu Presiden ).10
Era Reformasi seringkali di anggap sebagai era di mana “ banyak penumpang
gelap” masuk dalam gerbong gerakan refomasi. Hal ini dapat di lihat ketika beberapa
mantan menteri di era orde baru berkoar-koar tentang reformasi. Bahkan, para mantan
birokrat sipil maupun militer termasuk pengusaha “merubah kostum politiknya” dari
gaya orba menjadi gaya seorang reformis. Mereka terlibat aktif dalam mendanai aksi-aksi
mahasiswa dan massa. Bahkan, “ perselingkuhan” dengan media-media tertentu membuat
mereka sering “nongol” di media massa dengan tema-tema reformasi. Sudah bisa diduga
10
Roby Nurhadi & Syafrizal Rambe. 1998. “Profil Politik Indonesia Pasca Orde Baru”Jakarta,2005 h.1-2.
8
bahwa kaum-kaum oportunis tersebut berperan sebagai “kutu loncat” atau “ musang
berbulu ayam”.
Pada saat dimana partai-partai politik berdiri, kaum-kaum
yang umumnya
memiliki energi politik relatif besar tersebut, dengan mudah masuk kejajaran elit partai.
Dan akhirnya, proses rekrutmen politik berjalan secara tidak sehat. Padahal proses
rekrutmen politik tersebut seharusnya dilakukan dengan baik. Menurut Almond,
rekrutmen politik merupakan proses penyeleksian individu untuk dapat mengisi
lowongan jabatan-jabatan politik maupun pemerintahan, yang pada umumnya terdapat
dua cara, yaitu secara terbuka dan tertutup. Rekrutmen politik yang bersifat terbuka
merupakan proses penyeleksian terbuka untu seluruh warga negara. Sedangkan dengan
rekrutmen politik tertutup dimaksudkan bahwa individu tertentu saja yang dapat di rekrut
untuk menduduki jabatan politik maupun pemerintahan.11
Apalagi dilihat di era pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dengan kabinet pelanginya dimana institusi pembantu presiden banyak di isi oleh orang
– orang dari parpol. Hal ini merupakan keniscayaan apabila presiden mengharapkan
dukungan yang cukup besar di DPR. Namun kemudian misi utama kabinet menjadi
bergeser lebih banyak menjalankan misi mengadakan kompromi dan akomodasi dengan
partai – partai politik. Suatu hal yang oleh banyak pengamat disepakati merupakan
kemampuan untuk membangun sebuah jembatan yang cukup efektif dalam memelihara
pola hubungan konsultatif dengan legislatif. 12
Menurut beberapa pengamat politik kompromi dan akomodasi itu sendiri di lain
sisi mengandung beberapa hal yang kurang menguntungkan. Pertama, dengan banyaknya
11
12
Ibid hlm 13-14
Purwoko, system politik dan pemerintahan era reformasi, ejournal.undip.ac.id,
9
pihak yang terlibat dalam politik kompromi keputusan yang dibuat kerap kali berjalan
lambat dan tidak responsif. Hal ini terutama tidak saja demikian banyaknya pihak yang
harus dilibatkan, tetapi juga mempertimbangkan efek-efek politik yang akan terjadi.
Sering dalam situasi tersebut, obyektivitas menjadi tersingkir dan jalan tengah yang tidak
tuntas menjadi pilihan pemerintah. Kasus lumpur Lapindo dan fenomena pemberantasan
korupsi yang tebang pilih merupakan contoh-contoh hal tersebut.
Kedua, keterlibatan banyak partai menyebabkan keputusan yang ditujukan untuk
kepentingan umum dan masa depan bangsa, terhambat oleh kepentingan sesaat partaipartai politik (baca elite politik). Nuansa oligarki ini menyebabkan persoalan-persoalan
seperti kemiskinan, jumlah pengangguran, dan melambungnya harga-harga sembako
seolah menjadi angin lalu saja.
Ketiga, nuansa politik yang lebih diutamakan dalam beragam masalah sebagai
konsekuensi politik kompromi dan akomodasi, akhirnya memperlambat penguatan dan
pendewasaan sistem politik .
Menurut Mahfud MD saat acara diskusi Nasional "Refleksi Pelaksanaan Hukum
dan Politik 15 tahun Perjalanan Reformasi," yang diselenggarakan Forum Tanah Air
Abadi mengatakan kondisi penegakkan hukum dan politik di Indonesia selama 15 tahun
reformasi masih mengecewakan. Perbaikan sistem politik dengan melakukan penataan
hukum dari 3 hal yaitu subtansi, legal struktur, dan budaya hukum masih gagal, terutama
di wilayah legal struktur serta adanya politik yang oligarkis. Dari sisi politik terjadi
10
sentralisasi kekuasaan sehingga menjadi wajar substansi hukum saat ini lebih buruk.
"Politik menjadi tidak demokratis tapi oligarki," katanya. 13
Menurutnya, sistem politik oligarki membuat keputusan politik dilakukan secara
kolutif oleh elit penguasa. Keputusan politik ditentukan elit politik dan menjadi sangat
feodal. "Tidak ada perbaikan hukum, akibatnya proses kepemimpinan, proses prioritas
politik tidak jalan sehingga menyebabkan orientasi membangun kesejahteraan rakyat
tidak ada.
D.
PENUTUP
Politik
merupakan
salah
satu
aspek
yang
sangat
signifikan
dalam
keberlangsungan suatu negara. Baik – buruknya perkembangan suatu negara sangat
tergantung pada sistem politik yang digunakan dan subjek atau pelaku dari sistem politik
tersebut.
Saat ini sistem perpolitikan di Indonesia masih memiliki banyak catatan
diantarannya :
1. Rekrutmen politik yang tertutup sehingga hanya individu tertentu saja yang dapat di
rekrut untuk menduduki jabatan politik maupun pemerintahan. Hal ini dapat
mengakibatkan tidak efisiennya roda politik maupun pemerintahan karena individu
yang menjalankannya tidak kompeten.
2. Misi utama kabinet menjadi bergeser lebih banyak menjalankan misi mengadakan
kompromi dan akomodasi dengan partai – partai politik.
3. Politik menjadi tidak demokratis tapi oligarki
13
http://www.jurnas.com/news/94521/Mahfud_MD:_15_Tahun_Reformasi,_Hukum_dan_Politik_Indonesi
a_Mengecewakan/1/Nasional/Politik-Keamanan
11
DAFTAR PUSTAKA
Juan Linz dan Arturo Valensuela, 1994 hlm
Jhon McBeth. 2002. “political update”. Dalam Geoff Forrester (ed). Post-soeharto Indonesia:
renewal or chaos. The Netherlands: KITLV press.
Mariam Budiarjo, dkk, “Dasar-dasar ilmu Politik”, Gramedia, 2003
Murshadi “Ilmu Tata Negara; untuk slta kelas III” Rhineka Putra, bandung, 1999
Purwoko, system politik dan pemerintahan era reformasi, ejournal.undip.ac.id
Roby Nurhadi
&
Syafrizal
Rambe.
1998. “Profil
Politik Indonesia
Pasca
Orde
Pasca
Orde
Baru”Jakarta,2005
Roby Nurhadi. 1998. “Profil Politik Indonesia Pasca Orde Baru”Jakarta,2005
Roby Nurhadi
&
Syafrizal
Rambe.
1998. “Profil
Politik Indonesia
Baru”Jakarta,2005
Rusnadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia:Suatu Model Pengantar, 1988
Sukarna, Sistem Politik, 1990
http://www.jurnas.com/news/94521/Mahfud_MD:_15_Tahun_Reformasi,_Hukum_dan_Politik_
Indonesia_Mengecewakan/1/Nasional/Politik-Keamanan
12