BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kegiatan Ekstrakurikuler 2.1.1. Pengertian Ekstrakurikuler - Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kegiatan Ekstrakurikuler 2.1.1. Pengertian Ekstrakurikuler Menurut Depdiknas (2003), kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan

  pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling. Untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. Pengembangan ini dapat dilakukan melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di kampus (Dazefa, 2010).

  Menurut Mahoney (2005), mengemukakan manfaat positif tentang keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler bagi remaja, keterlibatan menghubungkan kegiatan untuk hasil-hasil yang positif pada hal sosial, emosional, dan akademis. Menurut Mahoney (2005) kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan bersama yang dilakukan di kampus, namun sebagai kegiatan tambahan dan bukan merupakan kegiatan utama di kampus, tetapi memiliki tujuan jelas yang berguna pada pengembangan anak. Sebagian besar kegiatan ekstrakurikuler dilakukan setelah jam kuliah, meskipun beberapa kampus melakukannya kegiatannya di akhir pekan, terutama pada sekolah menengah. Ekstrakurikuler merupakan wadah pembentuk karakter mahasiswa dalam lingkungan kampus yang bertujuan untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dan kemampuan sosial melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan materi kurikulum. Orang yang terlibat dengan kegiatan ekstrakurikuler di masa kecil menengah juga memiliki hasil psikososial dan akademik yang lebih positif. Keterlibatan ekstrakurikuler dapat mempengaruhi persepsi pengembangan diri, kepentingan aktivitas, atau kerjasama jangka panjang dalam kegiatan selama masa remaja (Dazefa, 2010).

  Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:291) ekstrakurikuler itu adalah : “suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan mahasiswa”. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan kepada mahasiswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka (Azhari, 2012).

  Menurut Sayotte (2010), kegiatan ekstrakurikuler adalah upaya untuk mempersiapkan mahasiswa untuk memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial. Melalui pengembangan aspek-aspek tersebut diharapkan mahasiswa dapat menghadapi dan mengatasi berbagai perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam lingkungan pada lingkup terkecil dan terdekat, hingga lingkup yang lokal, nasional, regional, bahkan global. Karena sasaran kompetensi yang diharapkan itu meliputi jangkauan kompetensi yang amat luas, berupa aspek intelektual, sikap emosional, dan keterampilan, maka pada akhirnya kegiatan ekstrakurikuler menjadi tidak terbatas pada program untuk membantu pembentukan kepribadian yang utuh termasuk di dalamnya pengembangan minat dan bakat mahasiswa. Program kegiatan ekstrakurikuler dengan demikian harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan kurikuler, maupun pengembangan pembentukan kepribadian (Dazefa, 2010).

  Berdasarkan dari penjelasan tentang pengertian ekstrakurikuler tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang dilakukan, baik di kampus ataupun di luar kampus, dengan tujuan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan mahasiswa, mengenal hubungan antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.

  2.1.2. Fungsi Ekstrakurikuler

  Fungsi kegiatan ekstrakurikuler seperti tercantum dalam petunjuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler Depdikbud (1995 : 134) yaitu : “kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta usaha pemantapan dan pembentukan kepribadian siswa agar terpadu kea rah kemampuan mandiri, percaya diri dan kreatif” (Dazefa, 2010).

  2.1.3. Tujuan Ekstrakurikuler

  Menurut Lutan (2000), kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar mahasiswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan, mengenal hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya dalam arti: Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Dazefa, 2010).

  Selain itu tujuan ekstrakurikuler jugxa untuk lebih memantapkan pendidikan kepribadian dan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.

2.1.4. Misi Kegiatan Ekstrakurikuler

  Menurut Mahoney (2005), misi dari kegiatan ekstrakurikuler pada umumnya adalah untuk mendukung pengembangan seperti inisiatif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan organisasi, dan kemampuan pemecahan masalah sosial, dan hal-hal yang tidak dipelajari di kelas belajar kebanyakan. Jika misi kampus adalah untuk membantu mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang produktif dan untuk menikmati hidup dengan prioritas akademik yang jelas, maka berbeda dengan kegiatan ekstrakurikuler. Misi khusus dari kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut: a.

  Kegiatan ekstrakurikuler secara langsung mendukung karya akademis. Hal ini meningkatkan keterampilan yang dialihkan ke ruang kelas, atau menyediakan konteks untuk aplikasi praktis keterampilan belajar di ruang kelas.

  b.

  Kegiatan ekstrakurikuler adalah kompensasi dan secara tidak langsung mendukung kegiatan akademik. Pada kegiatan ini mahasiswa dapat mengikutinya dengan lebih santai daripada saat mengikuti kegiatan akademik. c.

  Kegiatan ekstrakurikuler bersifat komplementer terhadap perkembangan remaja. Kegiatan ekstrakurikuler mempunyai aspek-aspek lain dari perkembangan remaja seperti pemecahan masalah sosial, perencanaan strategis dan pengorganisasian, dan pelatihan kepemimpinan.

  d.

  Kegiatan ekstrakurikuler membantu dalam pekerjaan akademis atau tugas tugas remaja lainnya.

  e.

  Kegiatan ekstrakurikuler adalah netral terhadap aspek-aspek lain dari kehidupan remaja, dapat mempengaruhi secara positif atau negative (Dazefa, 2010).

2.1.5 Tahapan Kegiatan Ekstrakurikuler

  Menurut Mahoney (2005), kegiatan ekstrakurikuler biasanya bergerak melalui empat tahapan, yaitu: a.

  Bermain Spontan (Spontaneous Play) membutuhkan negosiasi dan pemecahan masalah secara spontan.

  b.

  Permainan Rekreasi (Recreational Games) Kegiatan ekstrakurikuler berpusat pada kebugaran, keterampilan membina hubungan dengan koordinasi, persahabatan, dan bermain.

  c.

  Rekreasi Tim (Recreational Team Sports) Kegiatan ekstrakurikuler mengedepankan pengembangan keterampilan para pesertanya. d.

  Kompetisi Elit (Elite Competition) Dalam kegiatan ekstrakurikuler, usaha dan keadilan subordinasi dapat melihat keterampilan kinerja dan prestasi (Dazefa, 2010).

  2.1.6. Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler

  Mahoney (2005), menyatakan bahwa berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler akan mempengaruhi secara positif perkembangan selama masa remaja dalam jangka pendek dan jangka panjang. Manfaat kegiatan ekstrakurikuler antara lain: a.

  Membantu remaja memperoleh pendidikan pada hal kepercayaan dan keterampilan kognitif yang dibutuhkan untuk memahami peran pekerjaan orang dewasa.

  b.

  Bekerja melalui isu-isu identitas personal dan sosial.

  c.

  Memperoleh keterampilan interpersonal yang dibutuhkan untuk membentuk d. keterampilan emosi dan perilaku yang dibutuhkan untuk menjadi orang Memperbaiki dewasa yang independen (Dazefa, 2010).

  2.1.7. Manfaat Keterlibatan Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler

  Menurut Mahoney (2005), manfaat keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut: a.

  Peningkatan Tingkat Pendidikan dan Prestasi.

  Partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler meningkatkan pencapaian pendidikan, termasuk rendahnya tingkat kegagalan sekolah dan putus sekolah, kinerja akademik yang lebih baik, meningkatkan kompetensi interpersonal, dan aspirasi yang lebih tinggi untuk masa depan.

  b.

  Mengurangi Masalah Perilaku.

  Partisipasi dalam kegiatan organisasi dikaitkan dengan berkurangnya masalah perilaku pada masa remaja dan menjadi dewasa muda. Partisipasi kegiatan ekstrakurikuler terkait dengan rendahnya tingkat kenakalan seperti penggunaan alkohol dan obat-obatan, agresi, perilaku antisosial, dan kejahatan.

  c.

  Meningkatkan Kemampuan Psikososial.

  Partisipasi ekstrakurikuler secara positif berhubungan dengan penyesuaian psikososial pada lingkungan remaja. Partisipasi ini terkait dengan rendahnya tingkat emosi negatif seperti perasaan depresi dan kecemasan pada masa remaja. Motivasi untuk belajar dan tinggi self-efficacy ini terkait dengan partisipasi (Dazefa, 2010).

2.1.8. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

  Kegiatan ekstrakurikuler tentu berbeda-beda jenisnya, karena banyak hal yang memang berkaitan dengan kegiatan siswa selain dari kegiatan inti. Dengan beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada, mahasiswa dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diprogramkan di sekolah dijelaskan oleh Mahoney (2005) sebagai berikut: a.

  Keterlibatan Prososial (Prosocial Activities) Kegiatan kelompok atau partisipasi dalam kegiatan sukarelawan dan jenis pelayanan masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pencerahan dan motivasi kepada peserta, untuk meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual untuk menciptakan lingkungan yang efektif, harmonis terhadap diri sendiri dan terhadap semua pihak.

  b.

  Tim Olahraga (Team Sports) Partisipasi pada satu atau lebih tim olahraga sekolah. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang dapat membina seseorang untuk dapat menjadi sehat atau menjadikan lebih baik dari sebelumnya. Dengan olahraga dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik yang merupakan faktor utama dalam kehidupan. Dengan sehatnya tubuh dan fisik maka setidaknya mental kita akan lebih kuat atau sehat juga c.

  Pertunjukan Seni (Performing Arts) Partisipasi dalam band kampus, drama, atau menari. Tujuan yang hendak dicapai adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun pengalaman berkreasi untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata yang bermanfaat langsung bagi kehidupan siswa. Mahasiswa berkreasi menciptakan berbagai kesenian secara sistematis, sehingga diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apresiatif dan pengalaman kreatif. Berdasarkan Depdiknas (2003), jenis kegiatan ekstrakurikuler ini meliputi Drum Band, Kreasi Seni Budaya, dan d.

  Kelompok Akademik (Academic Clubs) Partisipasi dalam perdebatan, ilmu pengetahuan, atau mentoring. Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah pengembangan sikap ilmiah, kejujuran dalam memecahkan gejala alam maupun sosial yang ditemui dengan kepekaan yang tinggi dengan metode yang sistematis, objektif, rasional dan berprosedur sehingga akan didapatkan kompetensi untuk mengembangkan diri dalam kehidupan (Dazefa, 2010).

  Berdasarkan Depdiknas (2003), jenis kegiatan ekstrakurikuler ini meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja, kegiatan penguasaan keilmuan, penelitian, dan kemampuan akademik.’

2.1.9. Hasil Kegiatan Ekstrakurikuler

  Hasil dari kegiatan ekstrakurikuler dapat digolongkan ke dalam tiga kategori utama: a.

  Pengurangan antisosial perilaku atau peningkatan perilaku prososial, pencegahan perilaku negatif, peningkatan perilaku positif, dan pengurangan kejahatan.

  b.

  Peningkatan kesempatan untuk ekspresi diri dan pengembangan keterampilan.

  c.

  Peningkatan prestasi sekolah yang berhubungan dengan persiapan akademik, pengembangan intelektual, dan aspirasi akademik (Dazefa, 2010).

  

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mengikuti Kegiatan

Ektrakurikuler

2.2.1 Minat

  Menurut Slameto (2003), minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya (Djaali, 2008). Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya (Herijulianti, Svasti Indriani & Artini, 2001). Minat berhubungan dengan sesuatu yang menguntungkan dan dapat menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Kesenangan merupakan minat yang sifatnta sementara. Adapun minat yang bersifat tetap dan ada unsur memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan. Semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan akan semakin kuat minat tersebut, sebaliknya minat akan menjadi pupus kalau tidak ada kesempatan untuk mengekspresikannya (Yudrik Jahja, 2011).

  Minat dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan- keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri (Sardiman, 2000). Minat lebih tetap (persistent) karena minat memuaskan kebutuhan yang penting dalam kehidupan seseorang (Hurlock, 2000).

  Kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan keterampilan interpersonal remaja. Melalui kegiatan ekstrakurikuler remaja menjalin hubungan interpersonal dengan teman sebaya anggota ekstrakurikuler yang diikuti, senior dan Pembina ekstrakurikuler. Bagi remaja yang memiliki kompetensi interpersonal rendah, afiliasi dengan peer dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan penerimaan sosial dan popularitas, menurunkan alienasi sosial, mengembangkan identitas sosial dan menurunkan perilaku antisosial (Eder & Parker dalam Mahoney, 2003). Kesadaran banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan ekstrakurikuler akan meningkatkan minat mahasiswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler.

  Menurut Andayani (2008), Minat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler merupakan kecenderungan mahasiswa untuk mengikuti kegiatan akademik yang diselenggarakan kampus di luar jam pelajaran. Remaja yang memiliki minat yang konsep yang penting bagi kecakapan sosial (Hurlock, 2002, h. 209 - 210). Pengisian waktu luang dengan kegiatan positif dan produktif seperti kegiatan ekstrakurikuler dapat memperkecil peluang terbentuknya tingkah laku agresif (Hapsari, 2010).

  Dengan demikian bahwa minat adalah keinginan atau kemauan yang menetap dalam diri seseorang untuk merasa tertarik pada sesuatu hal tertentu dan merasa senang berada dalam bidang tersebut. Minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang memberikan perhatiannya terhadap sesuatu. Bila seseorang berminat terhadap sesuatu objek, maka akan dapat kelihatan objek tersebut. Maka bisa dikatakan bahwa keberhasilan melaksanakan pekerjaan mempunyai hubungan dengan minat (Mustaqim, 2001).

2.2.2 Motivasi Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti menggerakkan.

  Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang member arah serta ketahanan (persintence) pada tingkah laku tersebut (Eveline, Hartini, 2010). Secara sederhana, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan. Secara teknis, istilah motivasi dalam psikologi diartikan sebagai berikut :

  1. Seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong timbulnya kekuatan pada diri individu; sikap yang dipengaruhi untuk mencapai suatu tujuan (Wulyo, 1990). Suatu variabel yang turut digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran (Chaplin J.P, 2001).

3. Suatu kekuatan yang mendorong atau menarik yang tercermin dalam tingkah laku yang konsisten menuju tujuan tertentu (Lusi, 1996).

  Menurut Purwanto (1988, dalam Nursalam, 2002) motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berprilaku. Motivasi juga disimpulkan sebagai perilaku yang ditimbulkan dari luar atau dalam diri sendiri untuk meningkatkan kemampuan dan pengabdian ataupun kinerja perawat untuk memberi pelayanan yang terbaik (Achmad, 2007).

  Motivasi berpengaruh dalam belajar, misalnya mahasiswa termotivasi belajar untuk mendapatkan prestasi di kampus. Prestasi merupakan salah satu tujuan yang dicapai. Prestasi yang baik akan mengangkat nama mahasiswa. Ekstrakurikuler merupakan langkah awal bagi seorang mahasiswa untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya. Melalui kegiatan ekstrakurikuler para mahasiswa dapat mengasah kemampuan yang dimilikinya untuk menjadi seseorang yang berprestasi ke jenjang yang lebih tinggi (Aribowo, 2012).

  Jenis- jenis Motivasi

  Secara umum, motivasi ada dua macam yang dikenal, yaitu Motivasi intrinsik (datang dari dalam diri individu) dan motivasi ekstrinsik (datang dari lingkungan).

  Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu, yaitu semacam dorongan yang bersumber dari dalam diri, tanpa harus menunggu rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik merupakan dorongan atau rangsangan yang bersifat konstan dan biasanya tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan luar. Oleb karena itu, para ahli sependapat bahwa motivasi intrinsik akan sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku.

  Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan tersebut bisa dimanifestasikan bersangkutan. Kelemahan dan motivasi ini adalah harus senantiasa didukung oleh lingkungan, fasilitas orang yang mengawasi, sebab kesadaran dari dalam diri individu itu belum tumbuh (Budi tandean, 2008).

  Sedangkan Achmad (2007), mengklasifikasikan motivasi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas, kampus, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi).

  Ada juga ahli yang menggolongkan motivasi itu menjadi dua macam atas dasar isi dan persangkutpautannya, yaitu : Motivasi jasmaniah, seperti misalnya yaitu kemauan.

2.2.3 Proses Pembelajaran

  Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara dosen-mahasiswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001). Dalam proses pembelajaran dosen dan mahasiswa merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling

  Menurut Hasibuan (1988) pola pembelajaran yang efektif adalah pola pembelajaran yang di dalamnya terjadi interaksi dua arah antara dosen dan mahasiswa, artinya dosen tidak harus selalu menjadi pihak yang lebih dominan, pada pola pembelajaran ini dosen tidak boleh hanya berperan sebagai pemberi informasi tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab sebagai pelaksana yang harus menciptakan situasi memimpin, merangsang dan menggerakkan mahasiswa secara aktif. Selain itu dosen harus dapat menimbulkan keberanian mahasiswa baik untuk mengeluarkan idenya atau sekedar hanya untuk bertanya, hal ini disebabkan karena mengajar bukanlah hanya suatu aktivitas yang sekedar menyampaikan informasi kepada mahasiswa, melainkan suatu proses yang menuntut perubahan peran seorang dosen dari informator menjadi pengelola belajar yang bertujuan untuk membelajarkan mahasiswa agar terlibat secara aktif sehingga terjadi perubahan- perubahan tingkah laku mahasiswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada umumnya (Pujiastuti, 2012).

  Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

  Kurikulum (Menurut SK Mendiknas No. 232/U/2000 Ps. 1 butir 6) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaiannya dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi.

  Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi (dalam SK Mendiknas No. 045/U/2002, Ps. 21) adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Jadi kurikulum berbasis Kompetensi ialah kurikulum yang disusun berdasarkan atas elemen- elemen kompetensi yang dapat menghantarkan peserta didik untuk mencapai kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lain sebagai a method

  

of inquiry yang diharapkan. Yang dimaksud dengan method inquiry diantaranya

  suatu etode pembelajaran yang menumbuhkan hasrat besar untuk ingin tahu, meningkatkan kemampuan untuk menggunakan atribut kompetensi guna menentukan pilihan jalan kehidupan masyarakat, meningkatkan cara belajat sepanjang hayat. Dengan kata lain, KBK adalah kurikulum yang menitikberatkan pada pencapaian kompetensi lulusan. Dalam Taxonomi Bloom kompetensi terdiri dari kognitif meliputi pengetahuan, Afektif meliputi sikap, nilai, minat, dan psikomotorik yang mencakup keterampilan.

  Sailah (2008) menyatakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi berupaya untuk mensinergikan hard skills. Untuk mengimplementasikannya diperlukan keberanian untuk berubah, kreativitas dosen dalam mengoptimalkan sumberdaya fasilitas dan kemauan serta komitmen yang kuat dari pemimpin perguruan tinggi untuk menerapkannya. Apabila ingin memberikan pendidikan berkarakter dan berkualitas, maka kebijakan dalam mengatur team teaching (tatap muka dalam tim dosen, bukan berarti giliran mengajar dalam satu mata kuliah), mengatur penjadwalan, menyediakan fasilitas ruangan dan alat, komitmen, dan insentif bagi dosen yang memadai. Adapun cirri-ciri kurikulum berbasis kompetensi (dalam Sailah, 2008) yaitu :

  1. Menyatakan secara jenis rincian kompetensi peserta didik sebagai luaran proses pembelajaran

  2. Materi ajar dan proses pembelajaran dirancang dengan orientasi pada pencapaian kompetensi dan berfokus pada minat peserta didik (Student

  Centered Learning ) 3.

  Lebih mensinergikan dan mengintegrasikan penguasaan ranah kognitif, psikomotorik dan afektif.

  4. Proses penilaian hasil beajar lebih ditekankan pada kemampuan untuk berkreasi secara procedural atas dasar pemahaman penerapan, analisis, dan evaluasi yang benar pula 5. Disusun oleh penyelenggara pendidikan tinggi dan pihak-pihak berkepentingan terhadap lulusan pendidikan tinggi (masyarakat profesi dan pengguna lulusan).

  Metode Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

a. Metode Ceramah

  Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama, berhubungan antara pengajar dengan pembelajar ialah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar. Dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi pengajar adalah buku catatanya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang- kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas, jika dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas dan sebagainya

b. Metode Tutorial

  Menurut Thoyib dalam sofan (1990:72) mengatakan bahwa tutor adalah: Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh tutor kepada mahasiswa untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri mahasiswa secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar. Tutorial dilaksanakan secara tatap muka atau jarak jauh berdasarkan konsep belajar mandiri.

  Sedangkan menurut Zainalchoiri (2001) mengemukakan bahwa “tutor adalah seseorang atau beberapa orang peserta didik yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar”.

  Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tutor adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mengajar, membimbing dan membantu siswa dalam pembelajaran, tutor bertugas dalam pendidikan (Pernanda, 2012).

c. Metode Skill Lab

  Menurut Bradshaw & Lowenstein (2011), pengajaran dalam skill lab mengkombinasikan metode tradisional yang terbaik dari instruksi-instruksi dengan bukti teknologi terbaru. Tanpa menghiraukan kompleksitas dari keterampilan, kemahiran dimulai dengan instruksi yang mendidik dan praktik di laboratorium dengan menggunakan alat dan manikin. Selain itu, mahasiswa disediakan peralatan dan mungkin bisa dilanjutkan di rumah.

  Pelaksanaan skill lab dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari tiga sampai lima orang yang bekerja dengan skenario dam manikin atau simulator pasien yang terpercaya, mengidentifikasi indicator untuk bermacam-macam keterampilan, mengumpukan apa yang dibutuhkan, menampilkan keterampilan, menilai dan mengobservasi efek yang timbul, dan mendokumentasikan serta melaporkan prosedur dan efeknya. Walaupun hanya satu mahassiwa yang melakukan praktik, tetapi mahasiswa lain dalam grup harus berpartisipasi misalnya dalam berdiskusi dengan fasilitator. Hal yang penting dalam skill lab adalah bagaimana mahasiswa bisa mengambil bagian ketika harus mengambil bagian dalam perawatan penyakit tertentu dan kebutuhan apa yang harus terpenuhi beserta responnya.

  Debriefing dalam skill lab diadakan dengan pertimbangan karena

  debriefing merupakan proses yang penting. Mahasiswa dan fasilitator berdiskusi tentang bagaimana cara mengaplikasikan teori ke praktik, memperbaiki kesalahan, menjawab pertanyaan, mengidentifikasi kebutuhan belajar, dan mampu menghubungkan ke klinik nanti.

   Skill lab juga terdapat evaluasi untuk keterampilan yang khusus sebagai

  bagian penilaian akhir yang diadakan di akhir semester. Mahasiswa dinilai keterampilannya untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah menguasai keterampilan tersebut atau tidak. Apabila tidak mampu, akan diadakan remedial untuk menilai kembali kemampuan mahasiswa.

d. Metode Praktikum

  Dalam kamus umum, pembelajaran praktikum dapat diartikan sebagai suatu metode mendidik untuk belajar dengan mempraktekkan segala aktifitas dalam proses belajar mengajar untuk menguasai keahlian. Menurut Tjipto Utomo (1985:109) menyatakan bahwa “bentuk kegiatan praktikum sangat efektif untuk mencapai tujuan pengajaran secara bersamaan, yaitu keterampilan kognitif, afektif dan psikomotor”. Pembelajaran dengan metode praktikum mengarahkan pada kreatifitas mencari dan menggunakan alat dan bahan yang mungkin digunakan dalam pembelajaran. Disini mahasiswa dituntut untuk berfikir kreatif agar praktikum yang ia lakukan berhasil.

  Menurut hasil penelitian bahwa salah satu fakultas di perguruan tinggi khususnya di universitas Hang tuah Surabaya adalah fakultas kedokteran.

  Mahasiswa yang mengambil program studi kedokteran akan menempuh metoda pembelajaran KBK (Kurikulum Berbasi Kompetensi) seperti CBL (Consep

  

Based Learning ) yaitu proses pembelajaran yang menuntut pendidikan yang

  penuh kompetensi dan praktek klinik yang ketat. Kondidi tersebut menuntut mahasiswa untuk dapat menyesuaikan diri terhadap metode pengajaran yang telah diterapkan tersebut. Hal ini dikarenakan pada masa SMU pola pembelajaran tentu berbeda.

  Selain program-program yang telah disebutkan di atas, mahasiswa juga mengikuti kuliah pakar, tutorial, praktikum, skill lab, data searching and collecting, kerja lapangan, konsultasi pakar, Evaluasi dan penelitian akhir. Kondisi tersebut tentu menuntut mahasiswa untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas-tugas yang di bebankan tepat waktu. Selain itu mahasiswa juga dituntut untuk mampu membagi waktu antara belajar dengan keluarga atau teman, memiliki keyakinan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam setiap mata kuliah yang dibebankan serta memiliki prioritas pada tugas-tugas mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu atau materi-materi mana yang harus dipelajari terlebih dahulu untuk menempuh ujian. Mahasiswa juga dituntut memiliki keyakinan untuk menyelesaikan semua mata kuliah yang dibebankan yudisium apabila lulus semua mata kuliah yang disajikan pada semester tersebut. Mahasiswa yang lulus yudisium dapa melanjutkan ke semester berikutnya. Sebaliknya apabila mahasiswa tidak lulus yudisium (salah satu mata kuliah mendapatkan nilai E), maka mahasiswa tidak lulus atau tidak dapat melanjutkan ke semester berikutnya.

  Oleh karena itu mahasiswa dituntut untuk bertanggung jawab dengan tugas-tugas yang dibebankan dan mampu mengatur diri sendiri dengan kebutuhan-kebutuhan di kampus. Selain itu mahasiswa juga harus mampu bekerjasama dengan teman-teman sekelompok atau sekelas dan mampu memprioritaskan pekerjaan atau kegiatan yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

2.3 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

   Prestasi Belajar adalah hasil usaha dari semua kegiatan yang dilakukan mahasiswa baik dari belajar, pengalaman dan latihan dari suatu kegiatan.

  Penilaian terhadap keberhasilan studi mahasiswa untuk setiap mata kuliah merupakan komponen tugas, Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian AKhir Semester (UAS) serta komponen penilaian lazimnya disebut dengan Indek Prestasi. Indeks Prestasi (IP) adalah nilai rata-rata yang diperoleh mahasiswa setelah menempuh sejumlah mata kuliah. Indeks Prestasi dibedakan menjadi IP semester dan IP Kumulatif.

1. IP semester adalah IP yang perhitungannya berdasarkan mata kuliah- 2.

  Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah IP yang perhitungannya berdasarkan seluruh mata kuliah yang telah ditempuh (Octaviana, 2012).

2.4 UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)

  Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan wadah kegiatan mahasiswa untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat dan minatnya masing-masing, dan keanggotaannya bersifat sukarela sesuai dengan kesamaan minat/bakat mahasiswa. System keanggotaan iuran sesama anggota UKM diatur secara mandiri oleh pengurus UKM bersama BEM dibawah arahan pimpinan universitas (Unindra, 2007).

  Tugas pokok UKM adalah merencanakan dan melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler pada tingkat universitas yang bersifat lintas fakultas/program studi dalam bidang kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Fungsi UKM adalah sebagai wahana untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler tertentu di tingkat universitas yang bersifat lintas fakultas/program studi, baik yang bersifat penalaran dan keilmuan, minat dan bakat, kesejahteraan, maupun pengabdian pada masyarakat (Unindra, 2007).