BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Desa Progresive - Analisis Pengaruh Kulitas Infrastruktur Jalan Terhadap Harga-Harga Hasil Pertanian Di Kecamatan Dolok Silau

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Desa Progresive

  Dasar pertimbangan untuk menentukan unsur Desa Lokalitas Pesisir Pantai dapat diproksi dari uraian teoritis yang dikemukakan Mosher AT (1974) dalam bukunya ” Creating A Progressive Rural Structure ” yang disadur oleh Wirjomidjojo R dan Sudjanadi dengan judul ” Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif”. Untuk memajukan pertanian yang progresif harus memenuhi dulu dua syarat yakni :

1. Syarat pokok : a.

  Tersedianya pasar untuk hasil usaha tani b. Adanya teknologi yang senantiasa berubah c. Tersedianya saprodi setempat yang lancar d. Adanya perangsang produksi e. Adanya sarana pengangkutan yang lancar 2. Syarat Pelancar : a.

  Pendidikan pembangunan b. Kredit Produksi c. Kegiatan gotong royong petani d. Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanian dari lokalitas usahatani yang progresif : 1) Satu Pusat Pasar dengan beberapa tempat jual beli untuk hasil bumi dan saluran-saluran untuk melancarkan sarana produksi dan alat-alat pertanian. 2) Cukup terdapatnya jalan baik dari usahatani menuju ketempat pusat pasat ataupun dari pusat pasar ke dunia luar.

  3) Percobaan pengujian lokal untuk memperoleh cara-cara bertani yang menguntungkan, 4) Jasa-jasa Dinas Penyuluhan Pertanian , 5) Tersedianya Krdit Usahatani dan unsur penunjang lainnya.

Gambar 2.1 : Dua Macam Organisasi Bagi Masing-Masing Kegiatan

  Penunjang Pertanian (A.T .Mosher : 1087)

  Unsur –unsur dasar yang dikemukan ini dapat dimodefikasi untuk pembangunan Desa Lokalitas Pesisir pantai antara lain : a. Adanya pasar input dan out put

  b. Tersedianya sarana yang menghubungi pasar lokal dengan pasar di kota

  c. Adanya lembaga Tranformasi teknologi proses tangkap dan proses pengolahan hasil tangkap d. Jasa Penyuluhan Perikanan

  e. Tersedianya Kredit Usaha Perikanan

  f. Tersedianya informasi yang berkaitan dengan usaha perikanan

  g. Adanya tenaga pendamping

2.2. Infrastruktur

2.2.1.Pengertian Infrastruktur

  Infrastruktur merupakan keseluruhan elemen yang berguna untuk berfungsinya perekonomian dengan memfasilitasi sirkulasi barang, manusia dan ide.

  Setiap usaha meningkatkan dan mendiversifikasi produksi, memperluas perdagangan, menyebarkan penduduk, mengurangi kemiskinan, serta memperbaiki kondisi lengkungan membutuhkan prasarana infrastruktur (Meiningtyas Dwi hidayatika, 2007). Infrastruktur adalah segala struktur yang berwujud fisik yang inefisiensi dari aktivitas masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

  Menurut Macmillan Distionary of Modern Economics (1996), infrastruktur merupakan elemen struktural ekonomi yang memfasilitasi arus barang dan jasa antara pembeli dan penjual. Sedangkan the Routledge Dictionary of Economics (1995) memberikan pengertian yang lebih luas yaitu bahwa infrastruktur juga merupakan pelayanan utama dari suatu negara yang membantu kegiatan ekonomi dan kegiatan masyarakat sehingga dapat berlangsung melalui penyediaan transportasi dan fasilitas pendukumg lainnya. Hirschman (1958) mendefenisikan infrastruktur sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan. Tanpa infrastruktur, kegiatan produksi pada berbagai sektor kegiatan ekonomi tidak dapat berfungsi. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup soasial dan ekonomi (Grigg, 1988). Moteff (2003), mendefenisikan infrastruktur tidak hanya terbatas pada sudut pandang ekonomi melainkan juga pertahanan dan keberlanjutan pemerintah. Selanjutnya Vaughn dan Pollard (2003), menyatakan infrastruktur secara umum meliputi jalan, jembatan, air dan sistem pembuangan, bandar udara, pelabuhan, bangunan umum, dan juga termasuk sekolah-sekolah, fasilitas kesehatan, penjara, rekreasi, pembangkit listrik, keamanan, kebakaran, tempat pembuangan sampah, dan telekomunikasi.

  • Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi publik utilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), pekerjaan umum (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).
  • Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi.
  • Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi.

  Pemerintah melalui PP No. 42/2005 tentang KPPI, menjelaskan beberapa jenis infrastruktur yang penyediannya diatur pemerintah, yaitu : infrastruktur transportasi, jalan, pengairan, air minum dan sanitasi, telematika, listrik dan pengangkutan migas. Penggolongan tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai infrastruktur dasar karena sifatnya yang merupakan kepentingan umum dan dibutuhkan masyarakat luas sehingga perlu diatur oleh pemerintah. Pengertian diatur tidak sama dengan dibangun oleh pemerintah, karena penyediaan infrastruktur tersebut dapat dikerjasamakan pembangunan dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.

2.2.2. Peran Infrastruktur Jalan dalam Perekonomian

  Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Menurut menyediakan pelayanan untuk mendukung pembangunan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup. Menurut Prof.Dr.Ir.Danang Parikesit,M.Sc mengemukakan bahwa infrastruktur jalan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur jalan bertanggung jawab sebesar 5%-25% pada harga akhir sebuah komoditi yang ada di pasar. Apabila sistem transportasi tidak didorong secara bagus maka akan mengalami kenaikan harga-harga komoditi produk yang cukup besar dan hal itu akan mempengaruhi tingkat belanja masyarakat.

  Dalam Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang jalan, dijelaskan bahwa peran infrastruktur jalan adalah sebagai bagian prasarana transportasi yang mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosisal budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Selain itu, jalan sebagi prasarana bagi distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

  Infrastruktur jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi darat yang dominan (90% angkutan barang menggunakan moda jalan dan 95% angkutan penumpang menggunakan moda jalan) dan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan, sehingga harus dipertahankan fungsinya dengan baik melalui sistem pemeliharaan yang baik pula. Terbukti betapa besarnya peran jalan selama ini dalam mendukung mobilitas dan distribusi penumpang, barang dan jasa.

  Salah satu fokus program kabinet Indonesia bersatu jilid II adalah membangun infrastruktur. Masyarakat internasional menggolongkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan infrastruktur terburuk. Dari 12 negarayang diteliti (Asian Development Bank/ADB, 2003). Indonesia menempati peringkat terbawah berbagai elemen infrastruktur keras fisik, seperti, jalan raya, pelabuhan, irigasi dan jaringan kereta api serba terbatas. Kualitasnya terus memburuk akibat anggaran pemeliharaan terbatas. Di negara mana pun, pembangunan infrastruktur merupakan tanggung jawab pemerintah. Besar kecilnya anggaran infrastruktur akan menunjukkan sejauh mana pemerintah peduli pada pembangunan infrastruktur.

  Kualitas infrastruktur, baik yang keras fisik (jalan, pelabuhan, irigasi), keras nonfisik (telepon, internet, listrik, air) memainkan peran vital karena merupakan penggerak perekonomian. Infrastruktur berhubungan dengan tiga hal (Hartanto,2004) pertama, dukungan dasar bagi pengembangan pabrik/industri, misalnya, listrik, jalan dan jaringan telekomunikasi. Kedua, biaya produksi dan distribusi, baik bahan baku dan produk jadi. Ketiga, keterkaitan dengan pasar dan proses pemasaran.

  Pemasaran (marketing) adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk barang.

  Kaitan antara kualitas infrastruktur jalan dengan sistem pemasaran yaitu apabila kualitas infrastruktur jalan baik, maka sistem pemasaran hasil produksi lancar.

2.2.4.Pengaruh Kualitas Infrastruktur Terhadap Harga

  Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi mempunyai hubungan yang erat dan saling ketergantungan satu sama lain. Perbaikan dan peningkatan infrastruktur pada umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, terciptanya penurunan ongkos pengiriman barang-barang, terdapatnya pengangkutan barang-barang dengan kecepatan yang lebih tinggi dan perbaikan kualitas dan jasa-jasa pengangkutan tersebut.

  Secara lebih rinci penyediaan infrastruktur terhadap pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut : (1) mempercepat dan menyediakan barang-barang yang dibutuhkan, (2) tersedianya infrastruktur akan memungkinkan tersedianya barang- barang kebutuhan masyarakat dengan biaya lebih murah, (3) infrastruktur yang baik dapat memperlancar transportasi yang pada gilirannya merangsang adanya stabilitasasi dan mengurangi disparitas harga antar daerah, (4) infrastruktur yang memperlancar jasa transportasi menyebabkan hasil produksi daerah dapat diangkut dan dijual kepasar (Basri, 2002)

2.3.1. Pengertian Biaya Transportasi

  Biaya transportasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan proses transportasi. Biaya tersebut berupa biaya penyediaan prasarana, biaya penyediaan sarana dan biaya operasional transportasi. Pihak-pihak yang menanggung biaya tersebut adalah sebagai berikut : (1) pengguna (penumpang/penyewa) yaitu ongkos, (2) Pemilik sistem (operator) yaitu biaya operasional dan pemeliharaan, (3) pemerintah yaitu biaya infrastruktur dan subsidi dan (4) non pemakai yaitu perubahan nilai tanah, produktivitas dan biaya sosial lainnya.

  Biaya transportasi adalah sebagai dasar penentu tarif jasa transportasi, tingkat tarif ditentukan berdasarkan pada biaya langsung, biaya tak langsung dan keuntungan. Biaya langsung adalah jumlah biaya yang diperhitungkan dalam proses produksi yang harus dibayarkan langsung seperti gaji awak, BBM, dan biaya di terminal. Biaya tak langsung adalah biaya lain dalam menunjang proses produksi seperti biaya pemeliharaan, biaya umum/kantor dan pajak.

  Biaya operasi kendaraan merupakan penjumlahan dari biaya gerak dan biaya tetap. Biaya gerak meliputi konsumsi bahan bakar, konsumsi olie mesin, pemakaian ban, biaya perawatan, biaya awak (untuk kendaraan umum), dan depresiasi kendaraan. Biaya tetap meliputi biaya akibat bunga, biaya asuransi dan overhead cost (Leosentosa, 2010).

  Jalan merupakan prasarana penting sebagai penunjang transportasi, dimana jalan merupakan wahana tempat terjadinya gerakan transportasi sehingga terjalin hubungan antara satu daerah dengan daerah lain, hal ini dikatakan oleh Morlok (1998) yang menyatakan bahwa pengertian jalan adalah salah satu ruang dimana gerakan transportasi dapat terjadi. Jalan merupakan suatu kebutuhan yang paling esensial dalam transportasi. Tanpa adanya jalan tak mungkin disediakan jasa transportasi bagi pemakainya. Jalan ditujukan dan disediakan sebagai basis bagi alat angkutan untuk bergerak dari suatu tempat asal ke tempat tujuanya. Unsur jalan dapat berupa jalan raya, jalan kereta api, jalan air, dan jalan udara.

  Menurut world bank kaitan infrastruktur jalan dengan biaya transportasi yaitu apabila kualitas infrastruktur jalan suatu daerah buruk maka akan mengakibatkan kenaikan biaya transportasi sehingga menurunkan daya saing produk-produk daerah tersebut dibanding produk daerah yang lain. sebagai contoh tingginya biaya transportasi barang-barang bernilai tinggi seperti udang dari belahan Timur Indonesia ke pusat-pusat pemrosesan di pulau jawa melambungkan harga mereka ketitik yang terlalu mahal untuk diekspor, dan juga lebih murah untuk mengimpor buah jeruk dari Cina dibanding mengirimkan dari pulau Kalimantan ke pulau Jawa. Buruknya kulitas jalan di suatu daerah atau negara menempatkan biaya transportasi yang lebih tinggi dibanding dengan suatu daerah yang memiliki infrastruktur jalan yang baik.

2.3.3. Biaya Transportasi dan Sistem Pemasaran

  Ongkos-ongkos angkutan secara teoritis pada dasarnya dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu sebagai berikut:

  1. Variable expenses, yaitu pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya cenderung untuk berubah-ubah kira-kira secara proposional dengan atu tergantung kepada volume angkutan dari lalu lintas (traffic). Ongkos transportasi ini seringkali disebut pula sebagai pengeluaran langsung (direct expenses).

  2. Fixed expenses, yaitu pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya sekurang- kurangnya dalam jangka pendek adalah tetap dan tidak tergantung pada volume angkutan dari traffic yang bersangkutan. Ongkos ini disebut pula sebagai indirect expenses, constant expenses, dan overhead expenses.

  Selanjutnya ada pula penggolongan atau pembagian ongkos-ongkos industri transportasi ini yang lebih terperinci, yaitu diklasifikasikan ke dalam lima golongan, yaitu sebagai berikut, (1) prime expenses atau out-of-pocket expenses, (2) operation expenses , (3) overhead expenses, (4) joint expenses, dan (5) oppurtunity expenses.

  Prime expenses atau out-of-pocket expenses merupakan ongkos variabel yang

  khusus dan yang langsung dikeluarkan dengan segera, terutama berupa ongkos- ongkos atau pengeluaran-pengeluaran yang diperlukan untuk loading (memuat barang) dan unloading (membongkar barang). Tingginya jenis ongkos ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: tuntutan atas kerusakan selama barang yaitu apakah lekas rusak sehingga perlu pengepakan khusus.

  Operation expenses merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dan

  diperlukan dalam menjalankan operasional usaha pengangkutan seperti pemeliharaan jalan-jalan dan jaringan jalan, pemeliharaan kendaraan angkutan, permohonan izin administrasi, dan pengeluaran untuk umum seperti gaji dan ongkos-ongkos tenaga administrasi. Overhead cost merupakan ongkos tetap seperti ongkos-ongkos untuk manajemen interest atas modal, ongkos deperesiasi atau penyusutan peralatan, dan beberapa pajak tetap. Joint cost merupakan ongkos-ongkos yang tidak dapat dialokasikan atau dibebankan secara tersendiri terhadap masing-masing produk atau service yang diberikan, misalnya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk terminal atau stasiun yang digunakan bersama-sama.

  Pada umumnya kenaikan ongkos pengangkutan sedikit banyaknya akan mengakibatkan kenaikan harga barang-barang, pertama-tama pada barang-barang yang memerlukan jasa pengangkutan dan juga kemudian dapat menimbulkan kenaikan pula pada harga barang-barang lainnya. Hal ini disebabkan karena kenaikan ongkos pengangkutan itu menyebabkan naiknya ongkos-ongkos produksi serta ongkos-ongkos pemasaran barang-barang selanjunya para penjual pada umumnya akan membebankannya kepada para konsumen (Rustian Kamaluddin: 2003:38)

2.3.4. Pengaruh Biaya Transportasi Terhadap Harga Hasil-Hasil Pertanian

  Ongkos pengangkutan merupakan salah satu unsur ongkos produksi (dalam arti luas) untuk sampainya ketersediaan barang yang diperjualbelikan di pasar. Oleh produksi dan harga jual yang lebih rendah pula.

  Dengan demikian, hal ini akan dapat pula berakibat sebagai berikut:

  • Bertambahnya kemampuan daya saing dari industri yang bersangkutan dalam menghasilkan dan memasarkan hasil produksinya.
  • Bertambahnya aksi radius dari pasar hasil produksi yang bersangkutan, yaitu bertambah luasnya wilayah ataupun cukup jauhnya pasar yang dapat dilayani.

  Hal tersebut di atas, terjadi oleh karena adanya penurunan dalam ongkos transportasi akan menurunkan ongkos total dan harga jual dari barang yang bersangkutan. Jadi, berakibat akan dapat ditawarkannya barang-barang yang diperjualbelikan dengan harga yang relatif rendah kepada para konsumen di pasar.

  (Rustian Kamaluddin: 2003;30)

2.4. Penelitian Terdahulu

  Beberapa penelelitian terdahulu yang berhubungan dengan judul penelitian penulis yaitu sebagai berikut: Mesak Lek (2013) dengan judul Aalisis Dampak Pembangunan Jalan

  Terhadap Pertumbuhan Usaha Ekonomi Rakyat di Pedalaman May Brat Provinsi Papua Barat ( studi kasus di distrik ayamaru, aitinyo, dan aifat). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pembangunan jalan terhadap pertumbuhan usaha ekonomi, pendapatan rakyat, dan manfaat sosial dan ekonomi yang di terima oleh masyarakat di pedalaman kabupaten May Barat, yang berlokasi di Dstrik Ayamaru, Aitinyo, dan Aifat. Sasaran sampel adalah masyarakat pemilik usaha, yang menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner dan focus group discussion(FGD), dengan metode analisis deskriptif, uji beda rata-rata pendapatan dan analisis SEM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdampak positif dan signifikan terhadap perubahan pendapatan usaha ekonomi masyarakat, serta berdampak sosial lebih besar daripada dampak ekonomi hal ini

  • masing terbukti dari nilai loading factor (LF=λ) X → Y1 dan X→ Y2 masing sebesar 0,540 untuk manfaat ekonomi dan 0,683 untuk manfaat sosial. Pemerintah perlu mendorong pembangunan di bidang infrastruktur jalan seperti angkutan umum yang lebih mudah dan murah, karena memberikan multiplier effect yang sangat signifikan kepada masyarakat.

  Weka Gusmiarty dengan judul Analisis Disekonomi Dampak Kerusakan Jalan Poros Kendari-Torobulu dan Tampo-Wamengkoli terhadap Eksistensi dan Keberlanjutan Agribisnis Aneka Palma di Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun tujuan penelitian tersebut yaitu: Tujuan jangka pendek: (a) Mengidentifikasi jenis-jenis Agribisnis aneka palma yang ada sebelum dan setelah kerusakan jalan poros Kendari-Torobulu, Tampo- Wamengkoli, seta saat penelitian ini dilaksanakan, (b) Menganalisis disekonomi dampak dari kerusakan jalan poros kendari-Torobulu, Tampo-Wamengkoli terhadap eksistensi dan keberlanjutan agribisnis aneka palma, (c) menghitung willingness to pay (WTP) pelaku Agribisnis Aneka Palma terhadap kerusakan jalan poros Kendari- Torobulu, Tampo-Wamengkoli. Tujuan jangka panjang : (a Menyediakan pilihan- dan pemasaran hasil produksinya dalam rangka eksistensi dn keberlanjutan agribisnis aneka palma di tengah kendala transportasi, (b) Merumuskan strategi keberlanjutan agribisnis aneka palma di sepanjang jalan poros Kendari-Torobulu, Tampo- Wamengkoli, (c) pengaplikasian strategi keberlanjutan agribisnis aneka palma di sepanjang jalan poros Kendari-Torobulu, Tampo-Wamengkoli. Analisis yang digunakan yaitu : (a) analisi deskriptif (b) analisis contingent valuation method (CVM) dan (c) analisis SWOT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pelaku agribisnis di sekitar jalanporos Kendari-Torobulu, Tampo- Wamengkoli.

2.5. Kerangka Konseptual

  Infrastruktur jalan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Terdapat hubungan erat antara infrastruktur jalan dengan jangkuan dan lokasi kegiatan manusia dan barang-barang dan jasa. Dalam hal ini kaitannya dengan sistem pemasaran yaitu apabila infrastruktur jalan kualitasnya baik maka sistem pemasaran barang-barang dan jasa akan lancar.

  Jalan dan jembatan merupakan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembangunan pertanian. Tidak hanya menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya, atau menghubungkan satu desa dengan desa lainnya atau kota, tetapi yang lebih terasa manfaatnya adalah dalam penyaluran informasi, penyaluran sarana produksi, penyaluran hasil atau produksi, serta menjamin kelancaran transportasi dan komunikasi. Bayangkan kalau satu daerah sentra produksi suatu komoditas tidak yang diperoleh tidak bisa dibawa keluar dari desa tersebut untuk dipasarkan. Kalaupun ada pembeli yang datang maka harganya akan sangat rendah, karena dibutuhkan proses lanjutan untuk membawanya ke pasar terdekat yang jelas-jelas membutuhkan biaya yang cukup banyak. Bila jalan dan jembatan tersedia dan memadai, komoditas tersebut bisa dibawa ke pasar dan akan mendapatkan harga yang layak dan sesuai dengan perkembangan dan mekanisme pasar. Dalam hal ini petani sebagai produsen, serta pembeli sebagai konsumen tidak merasa rugi. Dengan tersedianya jalan, input produksi dapat diperoleh dengan mudah dan mungkin murah, informasi cepat diperoleh, dan komunikasi dengan daerah lainnya lancar.

  Dari uaraian diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

  X

  2 X

  1

  3 X

  3 X

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian Keterangan gambar : X1= kualitas infrastruktur jalan X1= biaya transportasi X3= sistem pemasaran Y = harga hasil pertanian

2.6. Hipotesis

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Adapun hipotesis berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas adalah sebagai berikut : 1)

  Kualitas infrastruktur jalan berpengaruh negatif terhadap biaya transportasi pemasaran hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau.

  2) Kualitas infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap sistem pemasaran hasil- hasil pertanian di kecamatan dolok silau.

  3) Kualitas infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap harga hasil-hasil pertanian di kecamatan dolok silau.