BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Terhadap Larangan Praktik Insider Trading di Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan pasar modal di setiap negara merupakan hal yang fundamental

  dalam pembangunan ekonomi. Selain berfungsi sebagai sarana untuk menghimpun dana dan mengalokasikan dana masyarakat, pasar modal sebagai institusi ekonomi juga memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya bagi perkembangan dunia usaha. Namun, tidak dapat dipungkiri kenyataan, bahwa di dalam pasar modal sudah sejak lama terjadi tindak kejahatan ataupun pelanggaran-pelanggaran yang sangat

   merugikan berbagai pihak.

  Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang biasanya diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan itu diantaranya adalah saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai

   produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call).

  Dasar hukum Pasar Modal di Indonesia saat ini adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Dalam Pasal 1 angka 13 UUPM, ditentukan definisi Pasar Modal. Pasar Modal adalah suatu kegiatan yang 1 Asril Sitompul, Zulkarnain Sitompul, dan Bismar Nasution, Insider Trading, Kejahatan Di , (Jakarta: Books Terrace & Library, 2007), hal. 1.

  Pasar Modal 2 Andrias Harefa, ”Pasar Modal dan Transaksi Saham”, (Jakarta: Rubrik EUREKA/Edukasi

  bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

  Perdagangan efek di pasar modal, merupakan hal penting bagi kehidupan pasar modal itu sendiri, dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain keterbukaan dan ketersediaan informasi perusahaan emiten, adanya otoritas yang kuat dan regulasi yang cukup. Ketiga Faktor tersebut akan mendukung dalam pembentukan pasar yang efisien yaitu suatu keadaan pasar dimana harga-harga saham yang diperdagangkan di dalamnya mencerminkan informasi tentang keadaan perusahaannya yang sahamnya

   diperdagangkan di pasar modal tersebut.

  Orang yang terlibat langsung di dalam Pasar Modal merupakan pihak yang menempati posisi sebagai orang yang dipercaya, termasuk orang-orang berkedudukan sebagai direksi, komisaris, pemegang saham, perantara, dan pengawas pasar modal. Orang-orang yang menempati posisi tersebut disebut sebagai orang dalam (insider). Dalam UUPM pada Pasal 95 diberikan arti kepada orang dalam sebagi pihak-pihak yang tergolong dalam Pasar Modal: Pasal 95 UUPM, menentukan:

  Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas Efek: a.

  Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau b. Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan.

  Berdasarkan ketentuan Pasal 95 UUPM dapat dikategorikan orang dalam (insider) meliputi: direksi, komisaris, atau pengawas perusahaan terbuka, pemegang saham utama perusahan terbuka, orang yang karena kedudukannya, profesinya atau karena hubungan kepercayaan, dan lain-lain. Apabila salah seorang di antara direksi, komisaris, pejabat, atau pegawai suatu perusahaan publik menjual saham, maka sebagai investor dan pihak lain harus berhati-hati menyikapi hal tersebut, sebab orang dalam (insider) mungkin saja menjual sahamnya dengan berbagai pertimbangan yang kemungkinan besar merupakan cara untuk menyiasati pasar. Namun, jika orang dalam perusahaan melakukan pembelian saham perusahaan, terutama dalam jumlah yang besar, maka biasanya hanya ada satu alasan yaitu untuk mengharapkan atau memperkirakan bahwa harga saham yang dibelinya itu suatu saat akan naik dan dapat menjualnya dalam waktu dekat untuk memperoleh keuntungan.

  Melalui pasar modal, perusahaan publik atau pihak-pihak yang berinvestasi di pasar modal bisa memperoleh dana segar dengan menjual efek melalui prosedur

  

Initial Public Offering (IPO) atau efek utang (obligasi). Namun, dalam kegiatan

transaksi efek di Pasar Modal tidak bisa dielakkan dari kejahatan dan pelanggaran.

  Pada akhir tahun

  2003 dan berlanjut sampai pada tahun 2007 terjadi kenaikan indeks Bursa Efek

5 Jakarta (dulu BEJ sekarang BEI) secara ekstrim. Indeks melonjak dari kisaran 450-

  500 hingga mencapai di atas 1500. Bagi otoritas pasar modal, hal ini seharusnya 4 Menurut Pasal 104 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, perdagangan orang dalam

  

(insider trading) dikategorikan sebagai kejahatan, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah). 5 Koran Internet, “BEJ dan BES Resmi Bergabung Menjadi BEI“, Sabtu Tanggal 01

Desember 2007, Lihat juga di: www.koraninternet.com, diakses tanggal 19 Februari 2011. Pada tanggal 1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), resmi bergabung

menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Perubahan nama menjadi BEI melalui Depkum HAM sejak 27 menjadi perhatian, karena keadaan demikian telah mengancam pasar modal Indonesia

   disebabkan karena perdagangan orang-orang dalam pasar modal itu sendiri.

  Sejak tahun 2007 sampai pada tahun 2009, indeks BEI menguat hingga 40 persen ditutup pada posisi 2.530,92 poin. Pada bulan ini indeks BEI mencatat rekor tertingginya di posisi 3.645,610 poin. Kenaikan indeks tersebut didukung oleh pelaksanaan prinsip keterbukaan, namun, kenaikan indeks BEI tidak didukung oleh jumlah investor saham yang ada saat ini, dapat dilihat pada sub account yang terdaftar di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang dari dulu hingga sekarang tak bergeser dari angka 299.219 investor, itu artinya, pemain saham tidak

   ada tambahan atau itu-itu saja.

  Pada januari 2010 indeks BEI naik pada level 3.600, hal ini merupakan cerminan investor saham semakin nyakin akan perekonomian nasional kedepan stabil dan akan terus terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, perekonomian nasional mencatat penguatan pertumbuhan ekonomi hingga 6,2 persen sepanjang 2010. Pergerakan indeks BEI tersebut, tidak terlepas dari dukungan kinerja emiten anggota bursa yang baik meskipun tidak terjadi

   kenaikan jumlah investor.

  Jumlah emiten yang ditargetkan otoritas BEI untuk melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) sebanyak 25 emiten menunjukkan situasi 6 7 Asril Sitompul, Zulkarnain Sitompul, dan Bismar Nasution, Op. cit., hal. 2.

  http://rambu.wordpress.com/2010/10/20/kenaikan-ihsg-dapat-memprovokasi-investor-oleh- zubi-mahrofi/, diakses tanggal 21 Desember 2012. Ditulis oleh Zubi Mahrofi, judul: “Kenaikan IHSG Dapat Memprovokasi Investor”. peluang tambahan yang dapat dimanfaatkan para investor di 2010. Pasar modal akan diwarnai aksi korporasi untuk menjaring dana segar dari masyarakat. Maka, dengan peringkat ekonomi Indonesia yang akan naik memicu perusahaan yang membutuhkan dana tambahan untuk ekspansi mencatatkan sahamnya di BEI melalui mekanisme

  IPO. Pada 2010 tercatat 14 perusahaan yang sudah mencatatkan sahamnya di BEI

   dengan nilai emisi keseluruhan mencapai Rp16,390 triliun.

  Mengingatkan kembali kejadian pelanggaran-pelanggaran di pasar modal dimana telah banyak terjadi kasus yang pada pokoknya akibat dari perdagangan orang dalam. Seperti kasus Indosat pada bulan Mei 2002 sehubungan dengan penjualan saham Indosat melalui cara penawaran terbatas (private placement) yang merugikan negara sebesar lebih kurang Rp.400 Milyar. Indosat gagal mencapai target penjualan saham karena adanya praktek insider trading yang dilakukan oleh perusahaan penjamin penjualan, yaitu Merril Lynch. Sementara perusahaan sekuritas Nusantara dituduh ikut menawarkan saham Indosat tersebut, padahal perusahaan ini belum mendapat izin usaha dari Badan Pengawas Pasa Modal dan Lembaga Keuangan

   (Bapepam-LK). 9 Dari 14 emiten yang mencatatkan sahamnya dibursa, yakni, PT Elang Mahkota Teknologi

Tbk (EMTK), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI),

PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Golden

Prima Retailindo Tbk (GOLD). Selain itu, PT Skybee Tbk (SKYB), PT BPD Jabar Banten Tbk

(BJBR), dan PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), PT Evergreen Invesco Tbk (GREN), PT

Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), serta PT Berau Coal Energy (BRAU), PT Harum Energy Tbk

(HRUM), PT CBP Indofood Tbk (ICBP). Calon emiten yang akan listing yakni, PT Tower Bersama

Infrastruktur, PT Krakatau Steel, PT Agung Podomoro, PT Midi Utama, PT Aditech Adiwiyasa, PT

Wintermar Offshore Marine, PT Bumi Resources Mineral, PT Borneo Energy, PT Megapolitan Development, PT Multifilling Mitra Indonesia, PT Martina Berto, dan Bank Sinar Mas. Kasus PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, pada waktu menyampaikan laporan tahunan dalam bentuk Form 20-F kepada US-SEC yang berakibat Telkom diharuskan melakukan audit ulang atas laporan keuangan tahunannya untuk tahun buku 2002 dan menyampaikannya kembali pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Masalahnya adalah dalam penyampaian laporan tahunan tersebut ditolak

   US-SEC dengan alasan penolakan adalah: 1.

  Laporan Keuangan Telkom 2002 tidak direview oleh auditor yang sudah berpengalaman;

  2. Telkom tidak mendapatkan izin dari auditor anak perusahaannya (Telkomsel) untuk melampirkan laporan hasil audit di dalam Form 20-F; dan

3. Telkom tidak melampirkan laporan hasil audit beberapa anak perusahaan lainnya di dalam Form 20-F.

  Setelah diteliti dan diaudit ulang kembali, ditemukan bahwa hasil audit tahun 2002 mengalami banyak penyimpangan bahkan dari tahun-tahun sebelumnya.

  Dimana bahwa Telkom tidak memasukkan laporan Form 20-F pada waktunya sehingga oleh New York Stock Exchange (NYSE) menempatkan Telkom ke dalam daftar perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan dengan ancaman

  

akan dihapus (delist) dari pencatatan NYSE.

  Penyesatan informasi yang paling terasa belakangan ini adalah penyesatan informasi tentang rencana aksi korporasi sejumlah perusahaan terbuka di Indonesia.

  Penyesatan informasi itu mengakibatkan informasi di dalam dan di luar Bursa Efek Indonesia menjadi simpang siur sehingga membuat investor semakin panik dan akhirnya menjual saham-saham dengan harga murah. Penyesatan informasi itu 11 Ibid., hal. 89-90. bermula dari pernyataan antara komisaris dan direksi sebuah perusahaan asing tentang jadi atau tidaknya pelaksanaan penawaran terhadap tender saham perusahaan terbuka di Indonesia yang baru saja diambil alih. Penyesatan lainnya juga tentang ketidakjelasan informasi gadai saham sejumlah perusahaan terbuka di Indonesia dan

   penundaan akuisisi sebuah bank.

  Penyesatan informasi tersebut di atas, sangat jauh dari prinsip keterbukaan di dalam pasar modal. Sehingga dapat menimbulkan kerugian kepada investor khususnya investor kecil karena salah dalam mengambil keputusan menjual atau membeli sebuah saham. Informasi yang menyesatkan jelas telah melanggar ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Dalam Pasal 90 UUPM antara lain disebutkan bahwa setiap pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan saran dan atau cara apapun serta dilarang membuat pernyataan yang tidak benar mengenai fakta materil.

  Kasus tersebut di atas, menggambarkan fenomena perdagangan orang dalam dimana terjadi permainan dalam memperjualbelikan saham efek secara tidak fair.

  Contoh di atas merupakan sebahagian kecil dari berbagai kasus yang ada. Secara garis besarnya, adapun pelanggaran-pelanggaran yang dapat ditemukan dalam Pasar

  

  modal diantaranya ialah: 1.

  Informasi menyesatkan; 13 14 Kompas, Jumat, tanggal 10 Oktober 2008, hal. 15.

  http://bocahpinggiran.wordpress.com/2008/12/20/pelanggaran-prinsip-disclosure-dalam-

2. Transaksi benturan kepentingan; 3.

  Manipulasi pasar; 4. Kegiatan pasar modal tanpa izin; 5. Pengendalian inheren; 6. Keterbukaan informasi; dan 7. Perdagangan orang dalam (insider trading).

  Penyesatan informasi biasanya didahului dengan menghembuskan isu negatif atau positif, bergantung pada tujuan pihak yang menyebarkan isu itu, apakah akan membeli atau menjual saham. Setelah rumor dihembuskan, pihak tersebut akan melakukan aksi jual atau membeli saham dalam jumlah tertentu untuk memperkuat isu yang disebarkannya. Setelah harga saham jatuh atau meningkat ke tingkat yang diinginkan, saat itu pulalah puhak yang menyebarkan rumor tersebut melakukan aksi

  

  beli atau jual atas saham tersebut secara besar-besaran. Penyesatan informasi dalam pasar modal merupakan suatu bentuk pelanggaran dari prinsip keterbukaan dan dapat dikategorikan sebagai tindakan perdagangan orang dalam atau insider trading.

  Pasar modal yang tidak efisien, dapat dikatakan bahwa harga-harga saham tidak mencerminkan kondisi perusahaan emiten. Tidak efisiennya pasar modal, berkaitan erat dengan keterbukaan informasi, dimana bahwa semakin baik keterbukaan informasi, maka akan semakin efisien pasar modal yang bersangkutan.

  Demikian sebaliknya, semakin tertutup informasi dalam pasar modal itu, maka akan semakin tidak efisien dan semakin besar kemungkinan terjadinya kecurangan.

  Kecurangan yang terjadi beragam jenisnya diantaranya adalah perdagangan orang dalam (insider tarding).

  Dalam konteks pasar modal yang tidak efisien ini, berakibat kepada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada tahun 2008, Bursa Efek Indonesia terkoreksi harga sahamnya sebesar -47% atau terparah kedua di antara sejumlah bursa utama dunia menyusul kepanikan pemodal akibat krisis finansial yang melanda bursa dunia. Dimana bahwa Shang Hai tercatat -60% dan IHSG tercatat -47% pada tanggal 31 Desember 2007 sampai dengan 8 Oktober 2008. Akibat koreksi tersebut harga terhadap laba indeks bursa Indonesia pun anjlok mencapai 9,33 kali yang terhitung cukup murah dan seharusnya mengundang pembelian kembali. Pada pihak lain, nilai tukar rupiah semakin melemah seiring dengan aksi spekulasi investor sementara potensi resesi ekonomi global mendorong harga minyak bergerak di bawah US$83 per barel. Rupiah diperdagangkan pada level Rp.9.865 per US$ melemah Rp.200 dari

   posisi sebelumnya.

  Sementara itu, Departemen Keuangan melalui otoritas pasar modal meminta Grup Bakrie memberikan penjelasan kepada publik atas rumor yang beredar di pasar bahwa telah terjadi gagal bayar atas gadai saham, karena rontoknya harga saham Grup Bakrie ikut mempengaruhi bursa saham Indonesia. Sehubungan dengan itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyatakan bahwa ”korporasi bertanggung jawab menyampaikan disclosure sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut, Bapepam dan BEI telah meminta kepada Grup Bakrie suatu penjelasan detail dan yang konkrit karena itu adalah tanggung jawab emiten dalam hal ini kelompok tersebut kepada

   pemegang saham”.

  Mengingat tindakan-tindakan pelanggaran di dalam pasar modal tersebut, suatu langkah yang diambil pemerintah mengeluarkan Perpu Jaringan Pengaman Sektor Keuangan, membentuk gugus penanganan krisis keuangan yang terdiri dari 12 orang penyidik Polri dan 15 orang Jaksa Penuntut Umum yang spesialis di bidang tindak pidana ekonomi khususnya pelanggaran di bidang pasar modal dan

   perbankan.

  Fakta dalam kasus tersebut di atas, pada hakikatnya dilatarbelakangi oleh adanya spekulasi atau penyesatan informasi dalam pasar modal di Indonesia yang dikategorikan oleh UUPM sebagai tindakan perdagangan orang dalam. Perdagangan orang dalam (insider trading) adalah perdagangan efek yang dilakukan mereka yang tergolong “orang dalam” perusahaan (dalam artian luas), perdagangan mana yang didasarkan karena adanya suatu “informasi orang dalam” (inside information) yang penting dan belum terbuka untuk umum, dengan perdagangan mana, pihak perdagangan insider tersebut mengharapkan akan mendapatkan keuntungan ekonomi secara pribadi, langsug atau tidak atau yang merupakan keuntungan jalan pintas (short swing profit). Dalam bahasa hukum, ini merupakan tindakan memperkaya diri

17 Ibid.

  sendiri secara tidak sah, atau memiliki apa yang sebenarnya bukan merupakan

   haknya.

  Berdasarkan pengertian insider trading tersebut di atas, maka secara yuridis, ditemukan beberapa elemen dari suatu pranata hukum insider trading, yaitu sebagai berikut: 1.

  Adanya perdangan efek; 2. Dilakukan orang dalam perusahaan; 3. Adanya inside information; 4. Inside Information tersebut belum terbuka untuk umum; 5. Perdagangan dimotivisir oleh adanya inside information tersebut; 6. Tujuannya untuk mendapat keuntungan yang tidak layak.

  Disebutkan Bismar Nasution, bahwa insdier trading bertentangan dengan prinsip keterbukaan, karena yang bersangkutan membeli atau menjual saham berdasarkan informasi dari orang dalam yang sifatnya tidak terbuka ke publik. Tindakan tersebut merugikan pihak lain yang tidak menrima informasi yang sama, sehingga pihak lain tersebut tidak dapat mengambil keputusan untuk membeli atau

   menjual saham yang dipegangnya.

  Orang dalam pasar modal belum tentu dapat dikatakan melakukan tindak pidana dalam konteks insider trading. Karena insider trading itu tidak selamanya 19 M. Irsan Nasarudin., dan Indera Surya., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 162. 20 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas

  diasumsikan sebagai kejahatan. Sebagaimana orang dalam yang membeli saham perusahaan kemudian menjualnya ketika harganya naik, merupakan suatu peristiwa biasa. Akan tetapi yang membuatnya menjadi tidak biasa adalah apabila dalam melakukan pembelian dan penjualan saham tersebut, orang dalam itu mendasarkan perbuatannya kepada adanya informasi material tentang perusahaan yang belum diinformasikan kepada publik, misalnya tentang rencana perusahaan untuk melakukan merger, atau rencana akan mengakuisisi perusahaan lain yang akan membuat nilai perusahaan itu akan menajdi naik. Apabila hal ini terjadi, maka bukan saja perbuatan tersebut menjadi perbuatan yang tidak biasa, bahkan perbuatan itu akan mengakibatkan orang dalam tersebut dapat dikenakan tuduhan melakukan

   praktek insider trading.

  Perlu dipahami bahwa di dalam insider trading tersebut hanya dikenakan terhadap pihak-pihak atau orang yang melakukan perdagangan efek atau sekuritas.

  Jadi, meskipun pihak penjual atau pembeli tidak memperoleh informasi yang sama tentang suatu barang atau jasa lain yang menjadi objek jual-beli, maka pihak-pihak tersebut tidak dikenakan tuduhan melakukan insider trading. Oleh sebab itu, maka harus ditentukan terlebih dahulu mengenai objek transaksi yang dilakukan itu adalah

   efek atau sekuritas.

21 Asril Sitompul, Zulkarnain Sitompul, dan Bismar Nasution, Insider Trading, Kejahatan Di Pasar Modal , Op. cit., hal. 3-4.

  Bentuk perdagangan orang dalam (insider trading) secara teknis diberikan

  

  batasan oleh M. Irsan Nasarudin dan Indera Surya, yaitu: 1.

  Pihak yang mengemban kepercayaan secara langsung maupun tidak langsung dari emiten atau perusahaan oknum atau disebut juga sebagai pihak yang berada dalam fiduciary position; dan 2. Pihak yang menerima informasi orang dalam dari pihak pertama (fiduciary ) atau dikenal dengan tippees.

  position

  Batasan senada juga disampaikan Herwan Parwiyanto, insider trading adalah transaksi saham berdasarkan bocoran informasi rahasia dari pihak-pihak yang terkait dengan emiten, konsultan perusahaan, atau regulator (insider information). Transaksi seperti ini biasanya melibatkan orang-orang yang menurut aturan tidak boleh melakukan transaksi dicontohkannya misalnya seorang direksi perusahaan yang

   memperdagangkan saham perusahaan sendiri.

  Praktek insider trading merupakan salah satu praktek yang melanggar prinsip keterbukaan dalam pasar modal. Selain itu, praktek tersebut juga merupakan praktek perdagangan saham yang tidak adil (unfair trading) karena posisi inside trader yang lebih baik (dalam kepemilikan informasi) dibandingkan dengan investor lain. Praktek

  

insider trading mungkin dapat dideteksi dengan cukup mudah. Hal tersebut dapat

  dideteksi dari beberapa fakta-fakta yang ada ketika praktek tersebut terjadi, diantaranya ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas efek perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam. Selain itu, dapat pula dideteksi dari adanya peningkatan harga dan volume perdagangan efek sebelum 23 M. Irsan Nasarudin dan Indera Surya, Op. cit., hal. 163. diumumkannya informasi material kepada publik dan terjadinya peningkatan atau penurunan harga dan volume perdagangan yang tidak wajar. Namun, seperti halnya bentuk kejahatan kerah putih (white collar crime) lainnya, insider trading amat sulit untuk dibuktikkan karena pembuktian tindak kejahatan ini memerlukan standar pembuktian yang tinggi. Seperti yang diungkapkan oleh Mulya Lubis dan Alexander Lay, bahwa standar pembuktian praktek insider trading tidak mudah karena praktek ini termasuk tindak pidana dalam pasar modal yang memerlukan standar pembuktian

  

beyond reasonable doubt . Standar pembuktian tersebut memungkinkan pelaku

insider trading dibebaskan oleh pengadilan karena pengadilan tidak mampu

membuktikan bahwa pelaku bersalah.

  Pembuktian praktek insider trading dapat dilakukan melalui investigasi para pihak yang dideteksi telah melakukan praktik tersebut dan juga dari pemeriksaan dokumen-dokumen tertulis, termasuk di dalamnya lembaran transaksi elektronik. Dalam UUPM, ada aturan tentang perdagangan orang dalam atau insider trading yaitu dalam Pasal 95 sampai Pasal 99 dan Pasal 104. Aturan ini melarang orang dalam perusahaan berbadan hukum yang memiliki informasi orang dalam untuk membeli atau menjual saham perusahaan atau perusahaan lain yang bertransaksi dengan perusahaan tersebut. Orang dalam juga dilarang mempengaruhi pihak lain untuk menjual atau membeli saham tersebut. Orang dalam dilarang membocorkan informasi kepada pihak lain yang untuk menggunakannya untuk jual-beli saham 25 Mulya T. Lubis dan Alexander Lay, “Penegakan Hukum Pasar Modal dan Civil Penalty”, tersebut. UUPM memberikan sanksi yang berat bagi pihak-pihak yang melakukan .

  insider trading

  Praktik insider trading merupakan pelanggaran ketentuan pelaksanaan prinsip keterbukaan. Praktik insider trading terjadi apabila insider (orang dalam) melakukan perdagangan dengan menggunakan informasi fakta materiel yang belum disampaikan kepada publik (materiel non-public information). Artinya, dalam insider trading tersebut insider mempunyai informasi yang mengandung fakta materiel yang dapat mempengaruhi harga saham. Posisi insider yang lebih baik (informational

  

advantages ) dibandingkan dengan investor lain dalam perdagangan saham dapat

  menciptakan perdagangan saham yang tidak fair. Sebab praktek insider trading tersebut menciptakan distorsi pada harga saham, oleh karena harga saham tersebut

   bukan merupakan refleksi dari informasi pasar yang efisien.

B. Rumusan Masalah

  Sebagaimana yang dipaparkan di atas, maka permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimanakah karakteristik perdagangan orang dalam (insider trading) dalam pasar modal?

2. Bagaimanakah ketentuan larangan praktik insider trading dalam pasar modal? 3.

  Bagaimanakah pengawasan terhadap praktik insider trading dalam perkembangan pasar modal Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui dan mendalami karakteristik perdagangan orang dalam (insider trading) dalam pasar modal di Indonesia; 2. Untuk mengetahui dan mendalami ketentuan larangan praktik insider trading dalam pasar modal; dan

  3. Untuk mengetahui dan mendalami pengawasan terhadap praktik insider trading dalam perkembangan pasar modal Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

  Kegiatan penelitian ini, dapat memberikan sejumlah manfaat bagi semua pihak. Manfaat tersebut, dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu secara teoritis dan praktis sebagai berikut: 1.

  Manfaat teoritis. Secara teoritis adalah sebagai bahan kajian penelitian bagi peneliti lebih lanjut, bagi para akademisi, dan dapat menambah khasanah ilmu hukum pasar modal khususnya mengenai insider trading.

2. Manfaat praktis. Secara praktis adalah sebagai masukan kepada kinerja

  Komisaris, Direksi, Perantara, Pegawai, dan Masyarakat umum khususnya investor di pasar modal dalam mengelola pasar modal agar mengedepankan prinsip keterbukaan informasi fakta materil.

E. Keaslian Penelitian

  Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan pemeriksaan terhadap tesis yang sama dengan judul “Analisis Terhadap Larangan Praktek Insider Trading Di Pasar Modal”. Dalam pemeriksaan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan di Perpustakaan Program Studi Magister Ilmu Hukum USU, ditemukan: 1.

  Kriminalisasi Insider Trading Sebagai Kejahatan Pasar Modal, oleh Yasdan Rivai; 2. Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Insider Trading Dalam

  Perdagangan Saham Di Bursa Efek, oleh Syarief Oesman; 3. Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mencegah Kejahatan Insider Trading di Pasar Modal, oleh Leo Chandra Jaya Bona Parte Tampubolon.

  Bahwa judul dan masalah dalam penelitian ini tidak sama dengan permasalahan yang telah diteliti sebelumnya. Sebab masalah yang diteliti di sini adalah tentang karakteristik dikatakan insider, ketentuan larangan insider trading berdasarkan teori penyalahgunaan, dan sistem pengawasan Badan Pengawas Pasar Modal setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan.

  Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dikatakan memiliki keaslian, dan jauh dari unsur plagiat serta sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi dalam dunia pendidikan yaitu kejujuran, rasional, objektif dan terbuka. Sesuai dengan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah, maka penelitian ini

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional

1. Kerangka Teori

  Lemahnya penerapan GCG merupakan faktor yang menentukan parahnya krisis di Indonesia bahkan di Asia. Kelemahan tersebut antara lain terlihat dari minimnya pelaporan kinerja keuangan dan kewajiban-kewajiban perusahaan, kurangnya pengawasan atas aktivitas manajemen oleh Komisaris dan Auditor, serta kurangnya insentif untuk mendorong terciptanya efisiensi di perusahaan melalui

   mekanisme persaingan yang fair.

  Salah satu prinsip yang dianut dalam Good Corporate Governance (GCG) di

  

  dalam mengelola perusahaan adalah prinsip keterbukaan. Persepsi investor mengenai praktik GCG pada perusahaan-perusahaan Indonesia juga adalah paling

   rendah.

  Menurut Bismar Nasution, prinsip-prinsip GCG dimaksud adalah prinsip- prinsip tata kelola perusahaan yang baik diantaranya: a kuntabilitas ( ),

  accountability

27 Bismar Nasution, “Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Pengelolaan Perseroan

  

Terbatas Bank”, Makalah yang Disampaikan pada Seminar Sehari “Tanggung Jawab Pengurus Bank

dalam Penegakan dan Penanganan Penyimpanan di Bidang Perbankan Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas dan Undang-undang Perbankan,” diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan, Surabaya, tanggal 21 Februari 2008, hal. 1. 28 Sofyan A. Djalil, Good Corporate Governance, Makalah disampaikan pada “Lokakarya

Pengelolaan Perusahaan,” kerjasama Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan University of

  South Carolina, di Jakarta, tanggal 4 Mei 2000, hal. 3-4. Prinsip-prinsp GCG diantaranya: akuntabilitas

(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), keterbukaan (transparancy), kewajaran (fairness), dan kemandirian (independency). 29 Sofyan A. Djalil, Good Corporate Governance, Makalah disampaikan pada “Lokakarya

Pengelolaan Perusahaan,” kerjasama Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan University of pertanggungjawaban (responsibility), keterbukaan (transparancy), kewajaran (fairness), dan kemandirian (independency).

  

Keterbukaan merupakan prinsip penting ditegaskan untuk mencegah praktik-

  praktik perdagangan orang dalam (insider trading) sekaligus prinsip ini digunakan untuk menganalisis larangan perdagangan orang dalam (insider trading) di Pasar Modal. Selian itu untuk menentukan siapa-siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai orang dalam (insider) di Pasar Modal, digunakan tentang penyalahgunaan

  Terlebih dahulu dijelaskan di sini adalah prinsip keterbukaan sebagaimana dikutip berikut ini: (misappropriation theory) dan teori ini akan dijelaskan pada bagian akhir dari kerangka teori ini.

  Keterbukaan informasi di dalam kegiatan Pasar Modal merupakan nafas Pasar Modal itu sendiri. Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Keterbukaan tentang fakta materiel sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.

   Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan

  akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan

  30 Bismar Nasution dalam Sofyan A. Djalil, Op. cit., hal. 3-4. 31 Richard A. Posner dan Kenneth E. Scott, Economic of Corporation Law and Securities orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan.

  Keterbukaan sebagai jiwa Pasar Modal akan memberikan peluang bagi investor yang memungkinkan sehingga dengan pertimbangan bagi investor secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham. Keterbukaan dalam transaksi efek menyangkut seluruh informasi mengenai keadaan usahanya yang meliputi aspek keuangan, hukum, manajemen, dan harta kekayaan perusahaan yang akan melakukan emisi saham di bursa. Pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan dapat menyebabkan informasi yang diterima investor adalah menyesatkan, gambaran semu, sehingga dari informasi yang menyesatkan atau gambaran semu tersebut pihak investor menjadi rugi. Selama go public keterbukaan

   wajib terus berlangsung.

  Prinsip keterbukaan sangatlah menarik dibicarakan, isu yang sering muncul adalah pertentangan dalam menjalankan prinsip ini. Semisal, adanya kekhawatiran perusahaan bahwa jika perusahaan itu terlalu terbuka, maka strateginya dapat

  

  diketahui pesaing sehingga membahayakan kelangsungan usahanya. Bismar Nasution, mengatakan:

  Fokus sentral dari hukum pasar modal ini adalah prinsip keterbukaan, oleh karena perannya membuat investor atau pemegang saham dan pelaku-pelaku bursa mempunyai informasi yang cukup dan akurat dalam pengambilan keputusannya dalam berinvestasi di Pasar Modal. Sehingga dengan informasi ini dapat diantisipasi terjadinya perbuatan curang (fraudulent acts) atau pernyataan menyesatkan (misleading statement) atau penghilangan (omission)

  

atau insider trading di pasar modal.

  Dalam mewujudkan keterbukaan, perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan 32 33 Ibid., hal. 152.

  http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/05/pengertian-keterbukaan.html, diakses tanggal 30 Oktober 2010. 34 Bismar Nasution, ”Keterbukaan Dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal”, Makalah Disampaikan pada Seminar Mengupas serta Mencermati Fenomena Tindak Pidana di Pasar Modal, dengan perusahaan tersebut. Setiap perusahaan, dapat mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu, para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan. Ada banyak manfaat yang bisa dipetik dari penerapan prinsip ini. Salah satunya, stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Kemudian, karena adanya informasi kinerja perusahaan yang diungkap secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan, maka dimungkinkan terjadinya efisiensi pasar. Selanjutnya, jika prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan terhindarnya benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam manajemen.

  Pemberlakuan prinsip keterbukaan akan melarang praktek-praktek terlarang yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Praktek-praktek terlarang itu misalnya kecurangan atau penipuan (fraud) yang dapat merugikan pihak investor dalam mengambil keputusan membeli atau tidak atas efek-efek yang ditawarkan.

  Apabila pihak-pihak di dalam pasar modal menciderai prinsip keterbukaan, maka dapat berakibat kepada pasar modal yang tidak efisien sehingga menghambat pembangunan ekonomi suatu negara. Sebab baik buruknya perekonomian suatu negara, dapat diamati dari profil pasar modal suatu negara tersebut. Prinsip

   keterbukaan merupakan jiwa dalam pasar modal itu sendiri.

  Prinsip keterbukaan bertujuan untuk menciptakan pasar modal yang likuid dan efisien. Untuk mencapai tujuan pasar modal yang likuid dan efisien ini, bergantung kepada lembaga-lembaga yang ada di dalam pasar modal untuk memberikan kemampuan investasi dan kualitas pelayanan yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk menarik sumber daya domestik agar terlibat di dalam pasar modal

   dan juga merupakan tuntutan dari para investor internasional.

  Tujuan lain dari prinsip keterbukaan untuk menciptakan efisiensi dalam transaksi efek di mana para investor dalam perdagangan efek dapat melakukan

  

  perdagangan secara transparan, adil, dan bijaksana. Tanpa kewajiban keterbukaan ini mustahil tercipta pasar efisien, bahkan sebaliknya bisa terjadi kemungkinan investor yang tidak memperoleh informasi karena tidak meratanya informasi kepada investor yang disebabkan ada informasi yang tidak di-disclose atau terdapat suatu informasi yang belum tersedia untuk publik, tetapi telah disampaikan kepada orang- orang tertentu.

  35 William H. Beaver dalam Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op. cit., hal.

  1. 36 Bapepam, Cetak Biru Pasar Modal di Indonesia 2000-2004, (Jakarta: Bapepam, 1999), hal.

  17. 37 Najib A. Gysmar, Insider Trading Dalam Transaksi Efek, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

  Suatu teori yang memandang pembenaran dari prinsip keterbukaan ini difokuskan berbagai alasan sebagaimana yang disebutkan oleh John C. Coffee,

  

  adalah: a.

  Karena informasi memiliki berbagai karakteristik dari suatu barang umum; b. Ketidakefisienan yang lebih besar akan terjadi tanpa sistem keterbukaan; c. Karena munculnya teori self induced disclosure yang terlalu banyak memandang bahwa kepentingan manajer dan pemegang saham dapat diluruskan secara sempurna; dan d. Karena dalam pasar modal yang efisien, masih ada informasi lain yang dibutuhkan oleh investor rasional untuk mengoptimalkan portofolio sahamnya. Informasi demikian sangat baik diberikan melalui sistem keterbukaan secara wajib.

  Prinsip keterbukaan disebut dalam istilah lain adalah prinsip transparansi. Prinsip ini penting untuk mencegah penipuan (fraud) atau KKN. Sangat baik untuk dipahami sebagaimana yang pernah diungkapkan Barry A.K Rider, bahwa “Sun light

  

is the best disinfectant and electric light the policeman .” Dalam pasar keuangan

  pendapat tersebut tidak perlu lagi dibuktikan, tetapi lebih banyak tergantung kepada informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada siapa informasi itu disampaikan.

  Fungsi prinsip keterbukaan untuk mencegah penipuan tersebut adalah pendapat yang paling tua. Dengan demikian prinsip keterbukaan menjadi isu utama yang harus dikaji. Prinsip keterbukaan sekarang ini bukan merupakan hal baru, tetapi sudah merupakan sejarah yang panjang dalam kegiatan perusahaan atau dunia pasar

   modal. 38 John C. Coffee dalam Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op. cit., hal.

  24-25. 39 Bismar Nasution, “Aspek Hukum Dalam Transparansi Pengelolaan Perusahaan

BUMN/BUMD Sebagai Upaya Memberantas KKN”, Makalah Disampaikan pada Semiloka Peran

Masyarakat (Stakeholder) melalui lembaga Pengawasan Pengelolaan Perusahaan Dalam Mendukung

  Pelaksanaan prinsip keterbukaan merupakan perintah undang-undang, apabila diperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengaturannya tersebar pada pasal-pasalnya. Kepatuhan melaksanakan prinsip keterbukaan merupakan kunci utama dalam menciptakan Pasar Modal yang adil dan efisien. Pengertian prinsip keterbukaan ditemukan dalam Pasal 1 angka (25) UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, menentukan:

  Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh Informasi Material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.

  Setiap pihak yang melakukan penawaran tender untuk membeli efek emiten atau perusahaan publik wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan, kewajaran, dan pelaporan yang ditetapkan oleh Bapepam. Emiten atau perusahaan publik yang melakukan penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan perusahaan lain wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan. Pengaturan norma mengenai prinsip keterbukaan menghendaki kagiatan di Pasar Modal harus transparan dan terbuka ketika saat pendaftaran di bursa dan pada saat diinformasikan ke publik.

  Prinsip keterbukaan menjadi persoalan yang sangat penting dalam pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Pengertian tentang prinsip keterbukaan ditemukan dalam Pasal 1 Angka (25) UUPM. Keterbukaan tentang fakta materil sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian

   atau penjualan saham.

  Keterbukaan dalam transaksi efek adalah seluruh informasi mengenai keadaan usahanya yang meliputi aspek keuangan, hukum, manajemen, dan harta kekayaan perusahaan yang akan melakukan emisi saham menyebabkan calon investor dapat memahami dan memutuskan kebijakan untuk investasinya. Maka, keterbukaan wajib terus berlangsung selama perusahaan go public. Prinsip keterbukaan dilaksanakan melalui penyampaian laporan mengenai fakta materil yang baru, larangan insider

  

trading dan larangan manipulasi pasar. Tujuan dari prinsip keterbukaan tersebut

  adalah untuk terciptanya efisiensi dalam transaksi efek. Perdagangan yang efisien adalah perdagangan efek dimana para pihak yang berkepentingan dengan perdagangan efek tersebut dapat melakukan perdagangan dengan mudah, cepat dan dengan biaya yang relatif murah, termasuk di dalamnya adanya penyelesaian

   transaksi yang cepat dan murah.

  Dalam perspektif UUPM diatur beberapa cara agar persyaratan full disclosure dapat diterapkan, yaitu kealpaan, kesalahan atau ketidakcukupan full disclosure dapat dijatuhkan sanksi kriminal bagi emiten, underwriter, direksi, komisaris, pemegang

   saham utama, akuntan atau konsultan hukum yang terlibat dalam penawaran umum. 40 41 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op. cit, hal 1. 42 Ibid., hal. 152.

  Najib A. Gysmar, Insider Trading Dalam Transaksi Efek, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 2. 43 I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Yayasan SAT SATRI Peraturan prinsip keterbukaan di pasar modal Indonesia telah memuat ketentuan-ketentuan larangan perbuatan yang menyesatkan, baik dalam prospektus maupun dalam pengumuman di media massa yang berhubungan dengan penawaran umum. Di samping itu, ketentuan larangan perbuatan menyesatkan telah sanksi berupa ancaman penjara dan denda (Pasal 104 UUPM). Ketentuan larangan perbuatan yang menyesatkan terdapat dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 UUPM.

  Pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan dapat menyebabkan informasi yang diterima investor adalah menyesatkan, informasi yang diterimnya itu selanjutnya direfleksikan dalam bentuk pergerakan saham ataupun rekomendasi-rekomendasi yang dikeluarkan oleh pialang kepada nasabahnya menjadi gambaran semu, sehingga informasi yang menyesatkan suatu keputusan investasi yang berlangsung pada saat pasar sekunder.

  Prinsip keterbukaan mulai diterapkan dalam mekanisme pasar modal yakni pada saat perusahaan memasuki tahap pra pencatatan pernyataan pendaftaran.

  Pernyataan pendaftaran yang wajib diserahkan kepada Bapepam terdiri dari

   prospektus awal (preliminary prospectus) dan dokumen-dokumen pendukung.

  Keterbukaan berlaku sejak emiten atau perusahaan publik tersebut didaftarkan (listing) di bursa, maka sejak itu emiten tersebut wajib melaporkan dan membuka ke publik mengenai segala sesuatunya yang ada di dalam prospektus.

44 John Downes dan Jordan Elliot Goodman, Dictionary of Finance and Investment Term,

  Dalam UUPM ditentukan bahwa setelah perusahaan listing di pasar modal, maka perusahaan wajib melaporkan peristiwa fakta materil, peraturan standar

  

  

  

  akuntansi, terbukaan kondisi keuangan emiten, keterbukaan mengenai merger,

  

  keterbukaan mengenai tender offer, yang menyangkut rumor dan larangan insider .

  trading

  Menurut Bismar Nasution, keterbukaan informasi yang harus segera

  

  diumumkan kepada publik adalah sebagai berikut: a.

  Prospektus setiap perusahaan publik atau emiten yang pendaftarannya telah dinyatakan efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta materil yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal; b.

  Informasi atau fakta materil yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut:

  1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan;

  2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham; 3.

  Pendapatan dari deviden yang laur biasa sifatnya; 4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5. Produk atau penemuan baru yang berarti; 6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; 7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang;

  8. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat secara terbatas yang material jumlahnya;

  9. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang material; 10.

  Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting; 11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan 45 komisaris perusahaan; dan 46 UUPM, Pasal 69 Ayat (1). 47 UUPM, Ibid., Pasal 86. 48 Ibid., Pasal 1 Angka (7).

  Ibid., Pasal 83.

12. Pengajuan tawaran.

  Pelanggaran ketentuan pelaksanaan prinsip keterbukaan dapat juga dipahami dari praktek insider trading atau perdagangan orang dalam. Artinya dalam insider

  

trading tersebut, insider (orang dalam) mempunyai informasi yang mengandung fakta

  

  materil yang dapat mempengaruhi harga saham. Perbuatan insider trading

  

merupakan sebagai perbuatan yang curang karena orang dalam tersebut dianggap

  melanggar prinsip keterbukaan atau prinsip kepercayaan atau fiduciary duty atas para pemegang saham. Oleh karena itu, maka insider trading dikatakan sebagai kejahatan yang sangat sulit dibuktikan.

  Orang dalam atau insider dalam pasar modal sebagaimana disebutkan dalam

  Pasal 95 UUPM, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang dalam adalah: a. Komisaris, Direktur, atau Pegawai, Emiten atau perusahaan publik; b. Pemegang saham utama; c. Orang perorangan yang karena kedudukannya atau profesinya atau karena hubungan usahanya dengan emiten memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi dari orang dalam; d. Pihak yang dalam waktu enam bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c tersebut.