TINDAK PIDANA PERBANKAN DAN PENCUCIAN UANG (MONEY

TINDAK PIDANA PERBANKAN
DAN PENCUCIAN UANG ( MONEY
LAUNDERING) ∗
by Dr. Zulkarnain Sit ompul, SH, LL. M

f or f inancial inst it ut ions, which depend so heavily
on cust omer confidence, t he import ance of being
honest is a lif e and deat h mat t er

I. Pendahuluan
Kasus bobolnya Bank BNI dengan j umlah cukup spekt akular yang kemudian disusul
dengan “ perampokan” Bank BRI, indust ri perbankan nasional seolah j udul roman “ t ak
put us dirundung malang” . Kasus-kasus ini j uga mempert ebal kepercayaan kit a akan
rendahnya et ika prof esionalisme pengel ola indust ri perbankan dan lemahnya sist em
pengawasan bank t erut ama sist em pengawasan int ernal . 1 Padahal, et ika
prof esionalisme sangat pent ing bagi pengelolaan bank karena pada dasarnya
kekayaan yang dikelol a oleh pengurus bank sebagian besar merupakan kekayaan
masyarakat yang dipercayakan padanya. Pada t ahun-t ahun t erakhir ini perbankan
memang t elah mengalami suat u uj ian yang sangat berat t erut ama dal am
prof esionalisme kepengurusan bank. Hal t ersebut t idak hanya t erj adi pada indust ri
perbankan Indonesia t et api j uga t erj adi pada indust ri perbankan di luar negeri. Hal

ini dapat dilihat dari besarnya kerugian yang diderit a oleh bank mul t inasional yang
disebabkan oleh pengurus bank sepert i pada t he Dai wa Bank , 2 Bar ing Bank dan Bank
of Cr edi t and Commer ce Int er nat i onal (BCCI) yang berakibat dit ut upnya bank-bank
t ersebut . Masing-masing bank ini menderit a kerugian melebihi US$ 1 milliar yang
disebabkan oleh t indakan manaj emen yang melawan hukum. 3
Pent ingnya et ika prof esi dalam pengelolaan bank t erkait erat dengan pot ensi
bank “ dirampok” oleh pemilik dan pengelola bank. Pot ensi ini disebabkan karena ciri
khas t ransaksi perbankan yait u volume t ransaksi sangat besar, likuid, mudah
dipalsukan dan melibat kan j umlah uang yang besar sert a seringkali melint asi bat as
negara. Masing-masing f akt or ini mempermudah t erj adinya kej ahat an oleh orang
dalam bank. Volume t ransaksi yang besar sepert i kredit perumahan dan kredit

1

Dimuat pada Ref or masi Hukum Vol. VII No. 2 Juli-Desember 2004
. Zulkarnain Sit ompul, “ Skandal BNI dan Pengawasan Int ernal” , Pil ar s, No. 32/ Th. VI/ 17-23 November 2003, hal.

100.
2
. Toshihide Iguchi, Execut ive Vice President Daiwa Bank Cabang New York melakukan t ransaksi illegal sebesar

USD 1, 1 milyar yang menyebabkan dit ut upnya bank t ersebut ol eh Pemerint ah AS. Unt uk lengkapnya lihat Ket erangan
Pers Unit ed St at es At t orney Sout hern Dist rict of New York, t anggal 2 November 1995. Ket erangan Pers ini diperoleh
dari websit e ht t p: / / www. l eclaw. com/ f il es/ cur45. ht m.
3
. Pada Baring Bank dilakukan ol eh pedagang derivat ive dan komodit i dan pada BCCI dilakukan oleh Presiden dan
wakil nya. Lihat , Thomas C. Baxt er, Jr. and Ramasast ry, "The Import ance of Being Honest - Lesson f rom an Era of
Large-Scal e Financial Fraud, " Saint Louis Uni ver si t y Law Revi ew , (Wint er 1996), hal. 19.

1

konsumsi yang disalurkan oleh bank sangat sulit dimonit or. Dengan demikian mudah
unt uk melakukan penipuan pada salah sat u t ransaksi dit engah banyaknya j umlah
t ransaksi yang legal. Jumlah t ransaksi yang besar dapat j uga membuat upaya
pendet eksian dini menj adi sulit sepert i asset yang dipindahkan mel alui perusahaan
boneka dal am
serangkaian t ranskasi yang kompleks. Asset yang likuid j uga
merupakan suat u kemudahan bagi pelanggar hukum karena lebih mudah mencuri
uang t unai dibandingkan dengan mencuri mesin f ot o copy. 4
Padahal, f ungsi bank sebagai lembaga perant ara keuangan yait u lembaga yang
menerima simpanan dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat ,

sangat pent ing bagi pert umbuhan ekonomi suat u negara. Unt uk it u dana yang
dit erima dari masyarakat it u haruslah dikelola secara berhat i-hat i sehingga pemilik
dana (nasabah penyimpan) t idak khawat ir t ent ang keamanan dan ket ersediaan
simpanannya bila dibut uhkan. 5 Agar f ungsi bank sebagai l embaga perant ara dapat
berj alan dibut uhkan adanya kepercayaan masyarakat . Pent ingnya kepercayaan
masyarakat bagi bank paling t idak karena dua alasan, per t ama, meningkat kan
ef isiensi penggunaan bank dan ef isiensi int ermediasi, dan kedua, mencegah
t er j adi nya bank r uns and bank pani cs. 6
Sement ara it u, perkembangan indust ri perbankan, globalisasi dan liberalisasi
pasar keuangan t elah mengakibat kan meningkat nya persaingan di ant ara bank-bank
t erut ama dalam penghimpunan dan penanaman dana. Unt uk it u, manaj emen bank
dit unt ut mempunyai ket erampilan mengelola kekayaan, ut ang dan modal bank yang
t ercermin dalam neraca bank dengan baik. Suat u hal yang lebih mendasar dari
keahlian dan ket erampilan t ersebut adalah adanya it ikad baik. Art inya pengurus bank
seharusnya adalah pihak yang menj unj ung t inggi et ika prof esional isme.
Pembobol an BNI dan BRI beberapa wakt u yang lalu sert a kebangkrut an BCCI pada
t ahun 1991 misalnya, adalah suat u j enis kasus dari penipuan besar yang dil akukan
oleh orang dalam ( i nsi der )yang lama t idak t erdet eksi. Transaksi bank yang sangat
besar yang melibat kan asset likuid, siap unt uk dipal sukan dan dit empat kan di
perusahaan-perusahan yang t erpisah sebanyak mungkin diberbagai negara. BCCI

memang suat u kasus ekst rem, t et api t et ap masuk akal bahwa penipuan oleh i nsi der
yang j uml ahnya j auh lebih besar masih dapat t erj adi pada bank dibandingkan pada
perusahaan bukan bank. 7
Disamping penipuan yang dil akukan oleh orang dalam perbankan, bent uk
t ransaksi bank t el ah pula menyebabkan perbankan dapat digunakan sebagai sarana
unt uk menyembunyikan dan at au mengaburkan asal usul dana yang berasal dari
t indak pidana. Upaya pengaburan asal usul ini dikenal dengan pencucian uang ( money
l aunder ing) yang
beberapa t ahun t erakhir ini semakin menj adi sorot an
int ernasional. Hal ini t idak t erlepas dari semakin meningkat nya t indak kej ahat an
money l aunder i ng yang secara langsung maupun t idak langsung dapat mempengaruhi
sist em ekonomi suat u negara. 8

4
. Pet er P. Swire, "Bank Insolvency Law Now That It Mat t ers Again, " Duke Law Jour nal ,
hal. 844.
5

(December 1992),


A Robert Abboud, Money in t he Bank How Saf e Is It , (Homewood: Bank Administ rat ion Inst it ut e, 1988), hal. 32.

6

Zulkarnain Sit ompul, Perl indungan Dana Nasabah Bank Suat u Gagasan t ent ang Pendir ian Lembaga Penj ami n
Simpanan di Indonesia, (Jakart a: Program Pascasarj ana FH UI, 2002), hal. 2.
7
. Ibi d, hal. 845
8
Menurut prediksi IMF, kegiat an money laundering t elah mel ampaui bat as 5 % dari GDP dunia, yang besarnya
mencapai 300 – 400 Milyar USD.

2

Unt uk Indonesia isu pencucian uang menj adi masalah pent ing oleh karena dalam
beberapa kali review oleh FATF ( Fi nanci al Act i on t ask For ce on Money Launder i ng) 9
t erhadap pelaksanaan rezim ant i money l aunder i ng di Indonesia, yait u pada bulan
Juni 200110, Februari 200311 dan t erakhir Februari 200412,
Indonesia
masih

dicant umkan dalam daf t ar NCCTs ( Non-Cooper at i ve Count r i es and Ter r i t or i es).
Penyebab dicant umkannya Indonesia dalam daf t ar t ersebut pada Juni 2001 adalah
t idak adanya undang-undang yang menet apkan pencucian uang sebagai t indak
pidana. 13 Saat ini t elah diberlakukan UU NO. 15 Tahun 2002 t ent ang Tindak Pidana
Pencucian Uang sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003
( UU TPPU).
Masuknya Indonesia dal am daf t ar NCCTs berdampak kurang mengunt ungkan bagi
perekonomian mengingat seluruh t ransaksi perbankan yang berasal dari bank-bank di
Indonesia dapat dianggap sebagai t ransaksi yang mencurigakan ( suspi ci ous
t r ansact i on) yang berakibat pemerint ah dari negara-negara anggot a FATF akan
memint a bank-banknya unt uk menet apkan persyarat an yang lebih berat at au mahal
apabila mel akukan t ransaksi dengan bank di Indonesia karena dianggap berisiko
t inggi.

II. Tindak Pidana Perbankan
Terdapat dua ist ilah yang seringkali dipakai secara bergant ian walaupun maksud
dan ruang lingkupnya bisa berbeda. Per t ama, adalah “ Tindak Pidana Perbankan” dan
kedua, “ Tindak Pidana di Bidang Perbankan” . Yang pert ama mengandung pengert ian
t indak pidana it u semat a-mat a dilakukan ol eh bank at au orang bank, sedangkan yang
kedua t ampaknya lebih net ral dan lebih luas karena dapat mencakup t indak pidana

yang dilakukan oleh orang di luar dan di dalam bank at au keduanya. 14
Ist ilah “ t indak pidana di bidang perbankan” dimaksudkan unt uk menampung
segala j enis perbuat an melanggar hukum yang berhubungan dengan kegiat ankegiat an dalam menj al ankan usaha bank. Tidak ada pengert ian f ormal dari t indak
pidana di bidang perbankan. Ada yang mendef inisikan secara popul ar, bahwa t indak
pidana perbankan adal ah t indak pidana yang menj adikan bank sebagai sarana ( cr i mes
t hr ough t he bank ) dan sasaran t indak pidana it u ( cr imes agai nst t he bank ).

A. Jenis-j enis Tindak Pidana di Bidang Perbankan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana t elah diubah dengan UndangUndang No. 10 Tahun 1998 t ent ang Perbankan (selanj ut nya disebut UU Perbankan)
menet apkan t iga belas macam t indak pidana yang diat ur mulai dari pasal 46 sampai
dengan Pasal 50A. Ket iga belas t indak pidana it u dapat digol ongkan ke dalam empat
macam:
9
FATF merupakan organisasi yang dibent uk ol eh Kelompok 7 Negara (G-7) dalam G-7 Summit di Perancis pada
bulan Juli 1989.
10
Selain Indonesia, 18 negara lainnya adalah Cook Islands, Mesir, Guat emala, Myanmar, Nauru, Nigeria, Phillipin,
Ukraina, St . Vincent , Grenada, Hungaria, Israel, Lebanon, St . Kit t s, Nevis, Dominika, Marshall Islands, Niue.
11
Pada posisi ini, negara yang masih t ercat at dalam daf t ar NCCT’ s berkurang menj adi 10 negara yait u Indonesia,

Cook Islands, Mesir, Guat emala, Myanmar, Nauru, Nigeria, Phil lipine, Ukraina, dan St . Vincent .
12

Pada posisi ini negara yang masih t ercat at dalam daf t ar NCCT’ s adalah Indonesia, Myanmar, Filipina dan

Nauru.
13

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Laporan Tahunan 2004.

14

Ist ilah “ Tindak Pidana Di Bidang Perbankan dipergunakan oleh Brigj en Pol Drs. HAK Moch Anwar, SH dan Prof
Mardj ono Reksodiput ro, SH, MA. Lihat , HAK Moch Anwar, Tindak Pidana di Bi dang Per bankan, (Bandung: Al umni,
1986). Lihat j uga Marj ono Reksodiput ro, Kemaj uan Pembangunan Ekonomi dan Kej ahat an, Kumpul an Karangan Buku
Kesat u, (Jakart a: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum, 1994), hal. 74.

3

a. Tindak pidana yang berkait an dengan perizinan

b. Tindak Pidana yang berkait an dengan rahasia bank
c. Tindak pidana yang berkait an dengan pengawasan dan pembinaan
d. Tindak pidana yang berkait an dengan usaha bank.

a. Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Perizinan
Tindak pidana ini disebut j uga dengan t indak pidana bank gelap. Pasal 46 ayat
(1) menyebut kan, bahwa barang siapa menghimpun dana dari masyarakat dal am
bent uk simpanan t anpa izin usaha dari pimpinan Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16, diancam dengan
pidana penj ara sekurang-kurangnya 5
(lima) t ahun dan paling l ama 15 (lima belas) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya
10. 000. 000. 000, 00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak 200. 000. 000. 000, 00 (dua
rat us miliar rupiah). Ket ent uan ayat (2) menyebut kan, bahwa dalam hal kegiat an
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh badan hukum yang berbent uk
perseroan t erbat as, perserikat an, yayasan at au koperasi, maka penunt ut an t erhadap
badan-badan dimaksud dilakukan baik t erhadap mereka yang memberi perint ah
melakukan perbuat an it u at au yang bert indak sebagai pimpinan dalam perbuat an it u
at au t erhadap kedua-duanya. Ket ent uan ini sat u-sat unya ket ent uan dalam UU
Perbankan yang mengenakan ancaman hukuman t erhadap korporasi dengan menunt ut
mereka yang memberi perint ah at au pimpinannya.

Ket ent uan Pasal 46 ayat (1) sering menimbul kan permasalahan yait u: Per t ama,
apakah yang dimaksud dengan “ menghimpun dana dari masyarakat ” . Kedua, apakah
simpanan yang dimaksudkan dalam pasal ini hanya berupa giro, t abungan, deposit o
dan sert if ikat deposit o at au j uga meliput i bent uk lain yang dipersamakan dengan it u.
Ket i ga, apakah si pelaku harus menggunakan nama bank at au t idak. Jawaban at as
pert anyaan di at as dapat dilihat pada put usan pengadilan yang menerapkan Pasal 46
yait u dalam kasus PT BMA yang berkedok sebagai usaha Mult i Level Market ing. PT
BMA menghimpun dana dari masyarakat dalam bent uk yang kurang j elas. Kepada
penyimpan dana diberikan seperangkat t ekst il dan at au hak unt uk meminj am
sej umlah uang. Menurut Bank Indonesia, MLM ini t elah melakukan kegiat an bank
gelap yang melanggar Pasal 46 UU Perbankan. Pendapat dit erima oleh pengadilan.

b. Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Rahasia Bank
Pasal 47 ayat (1) UU Perbankan menyebut kan bahwa barang siapa t anpa
membawa perint ah t ert ulis at au izin dari pimpinan Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, dan Pasal 42, dengan sengaj a memaksa bank
at au Pihak Teraf iliasi unt uk memberikan ket erangan sebagaimana dimaksud dal am
Pasal 40, diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 2 (dua) t ahun dan
paling lama 4 (empat ) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya Rp. 10. 000. 000. 000, 00
(sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 200. 000. 000. 000, 00 (dua rat us miliar

rupiah).
Ayat (2) Anggot a Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank at au Pihak Teraf il iasi
lainnya yang dengan sengaj a memberikan ket erangan yang waj ib dirahasiakan
menurut Pasal 40, diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 2 (dua) t ahun
dan paling lama 4 (empat ) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya Rp.
4. 000. 000. 000, 00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 8. 000. 000. 000, 00
(delapan miliar rupiah).

4

Pasal 47A. UU Perbankan menyebut kan bahwa Anggot a Dewan Komisaris, Direksi,
at au pegawai bank yang dengan sengaj a t idak memberikan ket erangan yang waj ib
dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42A dan Pasal 44A, diancam dengan
pidana penj ara sekurang-kurangnya 2 (dua) t ahun dan paling lama 7 (t uj uh) t ahun
sert a denda sekurang-kurangnya Rp. 4. 000. 000. 000, 00 (empat miliar rupiah) dan
paling banyak Rp. 15. 000. 000. 000, 00 (lima belas miliar rupiah).

c. Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Pengawasan Dan Pembinaan Bank
Pasal 48 ayat (1) UU Perbankan menyebut kan bahwa Anggot a Dewan Komisaris,
Direksi, at au pegawai bank yang dengan sengaj a t idak memberikan ket erangan yang
waj ib dipenuhi sebagaimana dimaksud dal am Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal
34 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 2 (dua)
t ahun dan paling lama 10 (sepuluh) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya Rp.
5. 000. 000. 000, 00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 100. 000. 000. 000, 00
(serat us miliar rupiah).
Ayat (2) UU Perbankan menyebut kan bahwa, Anggot a Dewan Komisaris, Direksi,
at au pegawai bank yang lal ai
memberikan ket erangan yang waj ib dipenuhi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan
ayat (2), diancam dengan pidana kurungan sekurang-kurangnya 1 (sat u) t ahun dan
paling lama 2 (dua) t ahun dan at au denda sekurang-kurangnya Rp. 1. 000. 000. 000, 00
(sat u miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 2. 000. 000. 000, 00 (dua miliar rupiah).

d. Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Usaha Bank
Pasal 49 ayat (1) UU Perbankan menyebut kan bahwa, Anggot a Dewan Komisaris,
Direksi, at au pegawai bank yang dengan sengaj a :
a. membuat at au menyebabkan adanya pencat at an palsu dalam pembukuan at au
dalam laporan, maupun dalam dokumen at au laporan kegiat an usaha, l aporan
t ransaksi at au rekening suat u bank;
b. menghilangkan at au t idak memasukkan at au menyebabkan t idak dil akukannya
pencat at an dalam pembukuan at au dalam laporan, maupun dalam dokumen
at au laporan kegiat an usaha, laporan t ransaksi at au rekening suat u bank;
c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, at au menghil angkan
adanya suat u pencat at an dalam pembukuan at au dalam laporan, maupun
dalam dokumen at au laporan kegiat an usaha, l aporan t ransaksi at au rekening
suat u bank, at au dengan sengaj a mengubah, mengaburkan, menghilangkan,
menyembunyikan at au merusak cat at an pembukuan t ersebut ,
diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 5 (l ima) t ahun dan paling
lama 15 (lima belas)
t ahun sert a denda sekurang-kurangnya Rp.
10. 000. 000. 000, 00
(sepuluh
miliar
rupiah)
dan
paling
banyak
Rp.
200. 000. 000. 000, 00 (dua rat us miliar rupiah).
Ayat (2) Pasal 49 UU Perbankan menyebut kan bahwa, Anggot a Dewan Komisaris,
Direksi at au pegawai bank yang dengan sengaj a :
a. memint a at au menerima, mengizinkan at au menyet uj ui unt uk menerima suat u
imbalan, komisi, uang t ambahan, pelayanan, uang at au barang berharga,
unt uk keunt ungan pribadinya at au unt uk keunt ungan keluarganya, dalam
rangka mendapat kan at au berusaha mendapat kan bagi orang lain dal am

5

memperoleh uang muka, bank garansi, at au f asilit as kredit dari bank, at au
dalam rangka pembelian at au pendiskont oan oleh bank at as surat -surat wesel ,
surat promes, cek, dan kert as dagang at au bukt i kewaj iban lainya, at aupun
dalam rangka memberikan perset uj uan bagi orang lain unt uk melaksanakan
penarikan dana yang melebihi bat as kredit nya pada bank;
b. t idak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan unt uk memast ikan
ket aat an bank t erhadap ket ent uan dalam undang-undang ini dan ket ent uan
perat uran perundang-undangan lainya yang berlaku bagi bank,
diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 3 (t iga) t ahun dan paling
lama 8 (delapan) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya Rp. 5. 000. 000. 000, 00
(lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 100. 000. 000. 000, 00 (serat us miliar
rupiah).
Selanj ut nya Pasal 50 UU Perbankan menyebut kan bahwa, Pihak Teraf iliasi yang
dengan sengaj a t idak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan unt uk
memast ikan ket aat an bank t erhadap ket ent uan dalam Undang-undang ini dan
perat uran perundang-undangan l ainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan
pidana penj ara sekurang-kurangnya 3 (t iga) t ahun dan paling lama 8 (delapan) t ahun
sert a denda sekurang-kurangnya Rp. 5. 000. 000. 000, 00 (lima miliar rupiah) dan paling
banyak Rp. 100. 000. 000. 000, 00 (serat us miliar rupiah).
Pasal 50A. UU Perbankan menyebut kan bahwa, Pemegang saham yang dengan
sengaj a menyuruh Dewan Komisaris, Direksi, at au pegawai bank unt uk melakukan
at au t idak melakukan t indakan yang mengakibat kan bank t idak melaksanakan
langkah-langkah yang diperlukan unt uk memast ikan ket aat an bank t erhadap
ket ent uan dalam undang-undang ini dan ket ent uan perundang-undangan lainnya yang
berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 7 (t uj uh)
t ahun dan paling lama 15 (lima belas) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya Rp.
10. 000. 000. 000, 00 (sepuluh mil iar rupiah) dan paling banyak Rp. 200. 000. 000. 000, 00
(dua rat us miliar rupiah).
Suat u pert anyaan yang sering t imbul adalah apakah t indak pidana yang diat ur
dalam UU Perbankan merupakan t indak pidana umum at au khusus. Hal ini berkait an
dengan t ugas penyidikan t erhadap t indak pidana ini. Terdapat kesan, bahwa pihak
Kepolisian menganggapnya sebagai t indak pidana umum, karena walaupun t indak
pidana ini diat ur di luar KUHP, t et api UU Perbankan t idak mengat ur Hukum Acara
khusus mengenai t indak pidana perbankan. Ada pihak lain yang menyebut sebagai
t indak pidana khusus, karena diat ur di luar KUHP, ancaman hukum berat dan
kumulat if dengan minimum hukuman dan ada sedikit hukum acara sepert i yang diat ur
dalam Pasal 42 yang berkait an dengan permint aan ket erangan yag bersif at rahasia
bank dalam proses peradilan perkara pidana.
Menurut Keput usan Ment eri Kehakiman Republik Indonesia No. : M01. PW. 07. 03
Tahun 1982 t anggal 4 Februari 1982 t ent ang Pedoman Pelaksanaan Kit ab Undangundang Hukum Acara Pidana t indak pidana perbankan t ermasuk dalam t indak pidana
khusus (sebagai penj elasan dari Pasal 284 KUHAP).
Dalam kait annya dengan t indak pidana di bidang perbankan ini kej ahat an yang
dilakukan oleh orang dalam perl u mendapat perhat ian khusus. Kej ahat an orang
dalam adal ah kej ahat an yang dil akukan oleh orang dalam bank t erhadap bank ( cr i mes
agai nst t he bank ). Kej ahat an “ orang dalam” dalam bent uk penipuan ( f r aud ) dan sel f
deal i ng merupakan penyebab ut ama kehancuran bank karena bagian t erbesar asset

6

bank berbent uk likuid. 15 Di Amerika Serikat misalnya i nsider f r aud merupakan 50%
dari kej ahat an yang t erj adi pada perbankan. 16 Kej ahat an
oleh “ orang dalam” ini
dapat dilakukan oleh pengurus dan at au pemegang saham dominan (pemegang saham
pengendali) yang mempengaruhi pengurus bank. 17 Kej ahat an yang dilakukan t ersebut
dapat digol ongkan ke dalam dua cara. Per t ama, dilakukan dengan memanf aat kan
kedudukannya unt uk kepent ingan diri sendiri
secara melawan hukum. Kedua,
mi smanagement berat berupa t indakan ceroboh yang oleh hakim past i dikecual ikan
dari prinsip busi ness j udgement . 18
Kej ahat an “ orang dalam” sangat erat kait annya dengan dominasi t erhadap
kebij akan dan administ rasi oleh seorang at au beberapa orang dan lemahnya
pengawasan baik pengawasan yang dil akukan oleh pengawas int ernal maupun
ekst ernal ( r egul at or ). Di samping it u, berbagai ket ent uan yang berlaku menyebabkan
bank sering mengambil risiko yang berlebihan, yang menyebabkan t urunnya t ingkat
pengawasan int ernal, sehingga kegagalan bank yang disebabkan oleh penipuan oleh
orang dalam menj adi lebih t inggi. 19
Dalam hal t erj adi suat u t indak pidana di bidang perbankan yang dil akukan oleh
orang dal am t erdapat beberapa undang-undang yang dapat dan biasanya dit erapkan
yait u Per t ama. Kit ab Undang-undang Hukum Pidana. Ket ent uan KUHP yang biasa
dipakai misalnya Pasal 263 (pemalsuan) Pasal 372 (penggelapan), 374 (penggel apan
dalam j abat an), 378 (penipuan), 362 (pencurian), dll. Pasal-pasal KUHP dit erapkan
biasanya apabila bank menj adi korban dari suat u t indak pidana misalnya kasus
pembobolan BNI 46 New York oleh salah seorang mant an pegawainya dikenakan pasal
362 KUHP (pencurian).

Kedua, Undang-undang Pemberant asan Tindak Pidana Korupsi, UU No. 3/ 1971,
UU No. 31/ 99 j o UU no. Tahun 2002. Ket ent uan UU Korupsi biasanya dit erapkan
t erhadap kasus yang menimpa bank pemerint ah. 20 UU ini dipergunakan unt uk
memudahkan menj erat pelaku, mengenakan hukuman yang berat dan memperol eh
uang penggant i at as kerugian negara.
Ket i ga, UU Perbankan. Ket ent uan dalam undang-undang ini biasanya dit erapkan
apabila Komisasris, Direksi, Pegawai dan pihak t eraf iliasi dengan bank (“ orang
dalam” ) at au orang yang mengaku menj alankan usaha bank sendiri sebagai
pelakunya.
Sebagai perbandingan di Mal aysia set iap dir ect or at au pej abat bank dinyat akan
bert anggung j awab secara pribadi apabila memberikan f asilit as kredit melampaui
bat as yang dit ent ukan at au diluar persyarat an yang t elah dit et apkan at au
bert ent angan dengan pedoman at au perj anj ian, dihukum lima t ahun penj ara at au
denda 5 j ut a ringgit . 21

15
. Jonat han R. Macey and Geof f rey P. Miller, “ Bank Failur es, Risk Monit oring, and t he Market f or Bank Cont rol” ,
Col umbi a Law Revi ew , (Oct ober 1988), hal. 255
16
. FDIC DOS Manual of Exam Policies Bank Fraud and Insider Abuse, Sect ion 9. 3
17
. Pet er P. Swire, . Op. cit . , hal. 841
18
. Ibi d
19
. Jonat han R Macey, et . al. , Op. cit . , hal 256
20
Dalam kasus Bank Dut a, bank swast a nasional, Mahkamah Agung menghukum Dicky Iskandar Di Nat a, (Wakil
Direkt ur Ut ama) karena t indak pidana korupsi selama 18 t ahun penj ara dit ambah dengan denda sebesar Rp. 30 j ut a
sert a membayar uang penggant i sebesar Rp. 410. 066 j ut a kepada Bank Dut a Mahkamah Agung menghukum. Put usan
Reg. No. 14K/ Pid/ 1992 t anggal 26 Mei 1992.
21
. Dat o’ Syed Ahmad Idid bin Syed Abdul lah Idid, Judicial Decisi ons Af f ect ing Banker s and Financier s,
(Singapore: LexisNexis, 2003), hal. 904

7

III. Tindak Pidana Pencucian Uang
Tindak Pidana Pencucian Uang ( money l aunder ing) secara populer dapat
dij elaskan sebagai akt ivit as memindahkan, menggunakan at au mel akukan perbuat an
lainnya at as hasil dari t indak pidana yang kerap dilakukan oleh or gani zed cr i me
maupun individu yang melakukan t indakan korupsi, perdagangan narkot ik dan t indak
pidana lainnya dengan t uj uan menyembunyikan at au mengaburkan asal-usul uang
yang berasal dari hasil t indak pidana t ersebut sehingga dapat digunakan seol ah-olah
sebagai uang yang sah t anpa t erdet eksi bahwa uang t ersebut berasal dari kegiat an
illegal. 22
Adapun lat ar belakang para pelaku pencucuian uang melakukan aksinya
adalah dengan maksud memindahkan at au menj auhkan para pelaku it u dari
kej ahat an yang menghasilkan pr oceeds of cr i me, memisahkan pr oceeds of cr i me dari
kej ahat an yang dilakukan, menikmat i hasil kej ahat an t anpa adanya kecurigaan
kepada pelakukanya, sert a melakukan reinvest asi hasil kej ahat an t ersebut unt uk aksi
kej ahat an selanj ut nya at au ke dalam kegiat an usaha yang sah. 23 Sement ara it u,
Black’ s Law Dict ionary memberikan bat asan t ent ang pencucian uang sebagai : "Ter m
used t o descr i be i nvest ment or ot her t r ansf er of money f l owi ng f r om r acket eer i ng,
dr ug t r ansact i on, and ot her i l l egal sour ces i nt o l egi t i mat e channel s so t hat i t s
or i gi nal sour ce cannot be t r aced ” . 24
Kegiat an money l aunder ing dalam sist em keuangan pada umumnya dan sist em
perbankan pada khususnya memiliki risiko yang sangat besar. Risiko t ersebut ant ara
lain risiko operasional, risiko hukum, risiko t erkonsent rasinya t ransaksi, dan risiko
reput asi. Bagi perbankan Indonesia t indakan pencucian uang merupakan suat u hal
yang sangat rawan karena
per t ama, peranan sekt or perbankan dalam sist em
keuangan di Indonesia diperkirakan mencapai 93%. Oleh sebab it u sist em perbankan
menj adi perhat ian ut ama dalam pelaksanaan rezim ant i money l aunder i ng. Kedua,
t ingginya t ingkat perkembangan t eknologi dan arus globalisasi di sekt or perbankan
membuat indust ri perbankan
menj adi lahan yang empuk bagi t indak kej ahat an
pencucian uang dan merupakan sarana yang paling ef ekt if unt uk melakukan kegiat an
money l aunder i ng. Pelaku kej ahat an dapat memanf aat kan bank unt uk kegiat an
pencucian uang karena j asa dan produk perbankan memungkinkan t erj adinya lal u
lint as at au perpindahan dana dari sat u bank ke bank at au l embaga keuangan lainnya,
sehingga asal usul uang t ersebut sulit dilacak oleh penegak hukum.
Ket erlibat an perbankan dalam kegiat an pencucian uang dapat berupa:
a. Penyimpanan uang hasil kej ahat an dengan nama pal su at au dalam saf e
deposit box;
b. Penyimpanan uang dalam bent uk deposit o/ t abungan/ giro;
c. Penukaran pecahan uang hasil perbuat an i l l egal ;

DASAR – DAS
LAUNDERI NG

22
Yunus Husein, “ PPATK: Tugas, Wewenang, dan Peranannya Dalam Memberant as Tindak Pidana Pencucuian
Uang” , Jur nal Hukum Bi sni s, (Volume 22 No. 3, 2003), hal. 26.
23
Rick McDonnel, “ Regional Implement at ion, Regional Conf erence on Combat ing
Terrorist Financing, Denpasar, 17 Desember 2002.

Money Laundering and

24
Lihat j uga bat asan yang digunakan oleh Konvensi Perserikat an Bangsa Bangsa, t he Unit ed Nat ion Convent ion
Against Il licit Traf ic in Narcot ics, Drugs and Psychot ropic Subst ances of 1988 yang mengart ikan money l aunderi ng
sebagai : “ The convent i on or t r ansf er of pr oper t y, knowi ng t hat such pr oper t y is der ived f r om any ser i ous
(i ndict abl e) of f ence or of f ences, or f r om act of par t icipat i on in such of f ence or of f ences, f or t he purpose of
conceal i ng or di sguising t he il l ici t of t he pr oper t y or of assist ing any per son who is i nvol ved i n t he commissi on of
such an of f ence or of f ences t o evade t he l egal consequences of hi s act i on; or The conceal ment or di sguise of t he
t r ue nat ur e, sour ce, l ocat ion, disposi t ion, movement , r ight s wi t h r espect t o, or owner shi p of pr oper t y, knowi ng
t hat such proper t y is der ived f r om a ser ious (indict abl e) of f ence or of f ences or f r om an act of par t i ci pat i on i n such
an of f ence or of f ences. ”

8

d. Pengaj uan permohonan kredit
bank yang bersangkut an;

dengan j aminan uang yang disimpan pada

e. Penggunaan f asilit as t ransf er at au EFT;
f . Pemalsuan dokumen-dokumen L/ C yang bekerj asama dengan oknum pej abat
bank t erkait ; dan
g.

pendirian/ pemanf aat an bank gelap.

Hal t ersebut dapat t erj adi mengingat adanya kemudahan dalam proses
pengel olaan hasil kej ahat an pada berbagai kegiat an usaha bank. Disamping it u,
karena organisasi kej ahat an membut uhkan pengel olaan cash f l ow keuangan dengan
cara menempat kan dananya dal am kegiat an usaha perbankan maka penggunaan bank
merupakan suat u hal yang sangat diperlukan dalam upaya mengaburkan asal-usul
sumber dana. Hal t ersebut menunj ukkan erat nya ket erkait an ant ara organisasi
kej ahat an dan lembaga keuangan t erut ama bank. 25
Disamping it u, dengan berlakunya sist em Real Ti me Gr oss Set t l ement (RTGS),
maka dal am hit ungan det ik pel aku kej ahat an dapat dengan mudah memindahkan
dana hasil kej ahat an yang dil akukan. Penggunaan media pembayaran yang bersif at
elekt ronik ( el ect r onic f unds t r ansf er ) akan lebih menyulit kan pelacakan dit ambah
pula apabil a dana t ersebut masuk ke dalam sist em perbankan di negara yang ket at
dalam menerapkan ket ent uan rahasia bank.
Secara sederhana t erdapat t iga t ahap dalam proses pencucian yait u pl acement ,
l ayer i ng dan i nt egr at ion. 26

Pl acement merupakan upaya menempat kan at au memasukkan
dana at au
inst rument keuangan l ainnya yang dihasilkan dari suat u akt if it as kej ahat an pada
syst em keuangan yait u bank at au lembaga keuangan lainnya. Dalam hal ini t erdapat
pergerakan phisik dari uang t unai at au surat berharga , misalnya
mel alui
penyeludupan uang t unai at au inst rumen keuangan dari suat u negara ke negara lain,
menggabungkan ant ara uang t unai yang berasal dari kej ahat an dengan uang yang
diperoleh dari hasil kegiat an yang sah, at aupun dengan memecah uang t unai at au
inst rumen keuangan
dalam j umlah besar menj adi j umlah kecil at aupun
dideposit okan di bank at au dibelikan surat berharga sepert i misalnya saham-saham
at au j uga mengkonversikan kedal am mat a uang lainnya at au dit ukarkan kedalam
valut a asing. Inilah t ahap yang apaling rawan dari proses pencucian uang, karena
proses inil ah yang paling mudah didet eksi.
Dalam rangka mencegah indust ri j asa keuangan dipakai ol eh para pel aku t indak
pidana unt uk mencuci uangnya dan
unt uk
mendet eksi proses pl acement
dicipt akanlah Cash Tr ansact ion Repor t at au CTR (laporan t ransaksi keuangan yang
dilakukan secara t unai). Kadangkala pl acement ini dapat didet eksi j uga dengan
menggunakan Laporan Transaksi Yang Mencurigakan ( Suspicious Tr ansact i on Repor t
at au STR). Kedua laporan ini diat ur dalam Pasal 13 (UU TPPU). Laporan t ransaksi
t unai yang diat ur undang-undang adalah unt uk t ransaksi t unai yang berj umlah
kumulat if sebesar l ima rat us j ut a at au lebih , baik dal am rupiah rupiah maupun
dalam valut a asing. Suat u j umlah yang dianggap oleh sement ara orang sebagai
j umlah yang t erl alu besar.

25
Guy St essens, Money Launderi ng : A New Int er nat i onal Law Enf orcement Model , Cambridge Universit y Press,
First Published 2000, hal. 9
26
. Jane E. Hughes dan Scot t B. MacDonald, Int ernat ional Banki ng Text and Cases, (Bost on: Addison Wesl ey,
2002), hal 317.

9

Proses pl acement ini didet eksi j uga dengan adanya kewaj iban orang yang
membawa uang t unai ke dal am at au ke luar wilayah negara Republik Indonesia
sej umlah serat us j ut a at au lebih baik dalam rupiah maupun valut a asing unt uk
melaporkan kepada Direkt orat Jenderal Bea Cukai. Kemudian Direkt orat Jenderal Bea
Cukai mel aporkannya kepada PPATK.

Layer i ng, diart ikan sebagai memindah-mindahkan hasil kej ahat an dari suat u
t empat ke t empat lainnya dengan maksud agar sumber dan pemiliknya dapat
dikaburkan. Dalam hal ini t erdapat proses pemindahan dana dari beberapa rekening
at au lokasi t ert ent u sebagai hasil pl acement ket empat lainnya melal ui serangkaian
t ransaksi yang kompleks yang didesain unt uk menyamarkan/ mengelabui sumber dana
“ haram” t ersebut . Layer i ng dapat pula dilakukan melal ui pembukaan sebanyak
mungkin rekening-rekening perusahaan-perusahaan f ikt if dengan memanf aat kan
ket ent uan rahasia bank, t erut ama di negara-negara yang t idak kooperat if dalam
upaya memerangi kegiat an pencucian uang.
Proses “ l ayer i ng” ini didet eksi dengan adanya laporan t ransaksi keuangan yang
mencurigakan ( suspici ous t r ansact i on r epor t at au STR) sepert i diat ur dalam Pasal 13
UU TPPU. Laporan STR ini mengingat memerlukan j udgement dari bank sudah t ent u
lebih berbobot dibandingkan CTR. Sement ar a it u yang dimaksud dengan t arnsaksi
keuangan yang mencurigakan adal ah t ransaksi yang menyimpang dari prof il dan
karakt erist ik nasabah sert a kebiasan nasabah t ermasuk t ransaksi yang pat ut diduga
dilakukan dengan t uj uan unt uk menghindari pelaporan t ransaksi yang bersangkut an
yang waj ib dilakukan oleh penyedia j asa keuangan. (pasal 1 angka 7 UU TPPU).

Int egr at i on, yait u suat u proses dimana uang hasil kej ahat an yang t elah dicuci di
invest asikan kembali pada suat u bisnis yang legal sehingga t ampak t idak berhubungan
sama sekali dengan akt if it as kej ahat an sebelumnya yang menj adi sumber dari uang
yang di- l aundr y. Pada t ahap ini uang yang t el ah dicuci dimasukkan kembali kedal am
sirkul asi dengan bent uk yang sej al an dengan at uran hukum. Proses i nt egr at i on ini
didet eksi dengan CTR at au STR.
Dalam ket iga t ahap proses pencucian uang t ersebut , laporan yang disampaikan
oleh penyedian j asa keuangan sangat pent ing unt uk digunakan sebagai upaya
melakukan det eksi. It u pulalah sebabnya mengapa penyedia j asa keuangan yang
dengan sengaj a t idak menyampaikan laporan kepada PPATK dipidana dengan denda
paling banyak dua rat us lima puluh j ut a rupiah dan paling banyak sat u miliar rupiah.
Denda pidana ini sudah t ent u diput uskan melal ui proses pengadilan. (Pasal 8) Sel ain
it u, apabil a t indakpidana pencucian uang dilakukan
oleh korporasi, misalnya
penyedia j asa keuangan, maka t erhadap korporasi t ersebut dapat dij at uhkan pidana
denda dengan ket ent uan maksimumpidana dit ambah sat u pert iga. Korporasi t ersebut
dapat j uga dikenakan hukuman t ambahan berupa pemcabut an izin usaha dan/ at au
pembubaran korporasi yang diikut i denganl ikuidasi. (Pasal 5) Unt uk bank, sanksi
sepert i ini merupakan suat u hal yang sangat berat , karena bank begit u banyak
memiliki kredit ur, debit ur dan pegawai sert a mengingat begit u pent ingnya peranan
perbankan dalam perekonomian.
Tingginya t ingkat perkembangan t eknologi dan arus globalisasi
di sekt or
perbankan membuat indust ri ini menj adi lahan yang empuk bagi t indak kej ahat an
pencucian uang . Pelaku kej ahat an dapat memanf aat kan bank unt uk kegiat an
pencucian uang karena j asa dan produk perbankan memungkinkan t erj adinya lal u
lint as at au perpindahan dana dari sat u bank ke bank at au lembaga keuangan lainnya
sehingga asal usul uang t ersebut sulit dilacak oleh penegak hukum. Bahkan melal ui
sist em perbankan pelaku dalam wakt u yang sangat cepat dapat memindahkan dana
hasil kej ahat an mel ampaui bat as yurisdiksi negara, sehingga pelacakannya akan

10

bert ambah sulit apal agi kalau dana t ersebut masuk ke dal am sist em perbankan yang
negaranya menerapkan ket ent uan rahasia bank yang sangat ket at .

IV. Pencegahan Tindak Pidana Perbankan dan Tindak Pidana Pencucian Uang
a. Tindak Pidana Perbankan
Peran pengawasan int ernal sangat pent ing unt uk mencegah t erj adinya kej ahat an
perbankan. Salah sat u alat pengawasan dilakukan oleh unit kerj a kepat uhan. Fungsi
kepat uhan bank adalah f ungsi independen yang mengindent if ikasi, menilai,
memberikan nasehat , memonit or dan melaporkan risiko kepat uhan bank yait u risiko
sanksi hukum, kerugian keuangan at au kehilangan reput asi yang kemungkinan
diderit a bank akibat kegagalan bank memat uhi hukum, kode et ik dan st andar prakt ik
perbankan yang berlaku. Bulan Okt ober 2003 lalu Basel Commit t ee on Banking
Supervision, Bank f or Int ernat ional Set t lement (BIS) mengel uarkan consul t at i ve
document t ent ang compl i ance f unct i on pada bank yang berisi 10 prinsip yang harus
dimiliki agar f ungsi kepat uhan pada suat u bank berj alan ef ekt if . Kesepuluh prinsip
t ersebut adalah: Per t ama,
pengurus
bert anggung j awab dalam melakukan
pengawasan manej emen risiko kepat uhan bank. Pengurus harus menyet uj ui kebij akan
kepat uhan ( compl i ance pol i cy) bank t ermasuk dokumen-dokumen resmi t ent ang
pembent ukan f ungsi kepat uhan. Paling sedikit sekali set ahun, pengurus harus
mengkali ul ang kebij akan kepat uhan bank dan implement asinya unt uk menilai sej auh
mana bank t elah mengelola risiko kepat uhan secara ef ekt if . Kebij akan kepat uhan
bank t idak akan ef ekt if apabil a t idak ada komit men yang j elas dari pengurus unt uk
meningkat kan nilai-nial ai kej uj uran dan int egrit as pada perusahaan. Pat uh t erhadap
perat uran perundangan sert a st andard merupakan
alat pent ing unt uk mencapai
t uj uan.

Kedua, manaj emen senior bank bert anggung j awab menyusun kebij akan kepat uan
dan menj amin
dilakukannya observasi dan melaporkan implement asinya
ke
pengurus. Manaj emen senior j uga bert anggung j awab melakukan penilaian apakah
(kebij akan kepat uhann) masih memadai. Harus ada suat u kebij akan kepat uhan
t ert ulis yang mengindent if ikasikan masalah ut ama risiko kepat uhan yang dihadapi
bank dan menj elaskan bagaimana bank bermaksud mengendalikannya. Kebij akan
t ersebut harus berisikan prinsip dasar yang harus diikut i oleh seluruh st af (t ermasuk
manaj emen senior). Unt uk kej elasan dan t ransparansi diperlukan adanya pembedaan
ant ara st andar yang berlaku unt uk seluruh st af dan st andar unt uk st af t ert ent u.
Kewaj iban senior manaj emen adalah menj amin bahwa kebij akan kepat uhan
dij alankan dengan penuh t anggung j awab dan t indakan-t indakan perbaikan dan
displin dij al ankan apabila ada pelanggaran.
Ket i ga, manaj emen senior bank bert anggung j awab menyusun suat u f ungsi
kepat uhan yang permanen dan ef ekt if sebagai bagian dari kebij akan kepat uhan
bank. Manaj emen senior harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan unt uk
menj amin bank dapat bergant ung pada f ungsi kepat uhan yang permanen dan ef ekt if .
Keempat , f ungsi kepat uhan bank harus memiliki st at us f ormal dalam bank. Hal ini
dapat dilakukan
dengan memuat nya dal am anggaran dasar yang menguraikan
kedudukan, kewenangan dan independensi f ungsi kepat uhan.
Kel i ma, f ungsi kepat uhan bank harus independen. Fungsi kepat uhan harus mampu
menj alankan t ugas at as inisiat if sendiri di sel uruh depart emen yang ada pada bank
dimana t erdapat risiko kepat uhan. Fungsi kepat uhan harus bebas melapor kepada
manaj emen senior dan pengurus at as set iap kecurigaan dan kemungkinan adanya
pelanggaran yang dit emukan dalam invest igasi t anpa t akut mendapat balasan dan

11

ket idaknyamanan dari manaj emen dan st af lainnya. Fungsi kepat uahan harus
memiliki hak at as inisiat if sendiri dalam berkomunikasi dengan st af lainnya dan
memiliki akses at as set iap cat at an at au dokumen yang diperlukan dalam menj al ankan
t ugasnya. Independensi j uga mensyarat kan bahwa f ungsi kepat uhan diberikan sumber
daya yang cukup unt uk dapat menj alankan t ugas secara ef ekt if . Anggaran dan skim
kompensasi unt uk st af kepat uhan harus konsist en dengan t uj uan f ungsi kepat uhan
sehingga t idak harus t ergant ung pada kinerj a keuangan berbagai l ine bisnis lainnya.

Keenam, perananan f ungsi kepat uhan adalah mengindent if ikasi, menilai dan
memonit or risiko kepat uhan yang dihadapi bank dan memberikan nasehat dan
laporan kepada manaj emen senior dan pengurus mengenai risiko t ersebut . Ket uj uh,
pimpinan f ungsi kepat uhan bert anggung j awab at as day-t oday management at as
akt if it as f ungsi kepat uhan. Kedel apan, st af yang menj alankan t anggung j awab
kepat uhan harus memiliki kual if ikasi, pengal aman dan prof esional isme sert a kualit as
pribadi agar dapat melaksanakan t ugas secara ef ekt if . Kesembil an, f ungsi kepat uhan
pada bank yang memiliki kegiat an usaha di luar negeri harus disusun agar masalahmasalah kepat uhan disusun dalam kerangka kebij akan kepat uhan secara menyeluruh.
Ter akhi r , cakupan dan luasnya kegiat an f ungsi kepat uhan harus dikaj i ulang secara
berkal a oleh int ernal audit .

b. Tindak Pidana Pencucian Uang
1. Peranan PPATK
Dalam rangka mencegah dan memberant as t indak pidana pencucian uang,
UUTPPU membent uk Pusat Pelaporan dan Anal isis Transaksi Keuangan (PPATK) suat u
lembaga independen yang bert anggung j awab l angsung kepada Presiden. PPATK pada
dasarnya adalah unit int elij en keuangan ( Fi nanci al Int el i gent Uni t / FIU). Pent ingnya
PPATK dilat arbel akangi kesadaran bahwa unt uk memerangi pencucian uang
dibut uhkan keahlian khusus bagi penegak hukum. Pendirian unit int ellij en keuangan
yang bert ugas menerima dan memproses inf ormasi keuangan dari penyedia j asa
keuangan harus dilihat dari lat ar belakang phenomena semakin
meningkat nya
kebut uhan akan lembaga penegak hukum khusus.
Tidak ada at uran baku yang mengat ur bent uk dan peranan yang harus dij alankan
oleh FIU. Rekomendasi
Caribbean Drug Money Laundering Conf erence hanya
mensyarat kan t ent ang perlunya suat u badan khusus yang bert anggung j awab
melakukan t indakan penyidikan, penunt ut an dan penyit aan. Sedangkan Rekomendasi
FATF hanya menyebut kan perlunya compet ent aut hor i t i es yang bert ugas menerima
laporan dari penyedia j asa keuangan. Sedangkan European Money Laundering
Direct ive menyebut badan yang berwenang memerangi money l aundering dan
mewaj ibkan anggot a Uni Eropa unt uk menj amin bahwa badan t ersebut memiliki
kewenangan memint a l aporan dari penyedia j asa keuangan.
Egmon Group, suat u kel ompok longgar dari FIU, memberikan suat u def enisi umum
t ent ang t ent ang FIU yait u: ” A cent r al . nat i onal agency r esponsi bl e f or r ecei vi ng (and
as per mi t t ed, r equest ing), anal yzi ng and di ssemi nat i ng t o t he compet ent
aut hor i t ies, discl osur es of f i nanci al inf or mat i on: (1) concer ning suspect ed pr oceeds
f r om cr i me, or (i i ) r equi r ed by nat i onal l egi sl at i on or r egul at i on, i n or der t o count er
money l aunder i ng. 27

27
Guy St essens, Money Launder i ng A New Int er nat ional Law Enf or cement Model , (Cambridge: Universit y Press,
2000), hal. 184.

12

Def inisi di at as berisikan t iga f ungsi dasar yang dimil iki oleh semua j enis FIU
yait u: Per t ama, set iap FIU memiliki f ungsi sebagai reposit ory art inya unit ini adalah
pusat inf ormasi t ent ang money laundering. FIU t idak saj a menerima inf ormasi
t ent ang t ransaksi keuangan akan t et api FIU j uga menikmat i paling t idak kont rol
t erhadap inf ormasi. Fungsi kedua adalah f ungsi analisis. Dalam memproses inf ormasi
yang dit erimanya FIU kemudian memberi kan nilai t ambah t erhadap inf ormasi
t ersebut . Kinerj a f ungsinya ini t ergant ung pada pada sumber inf ormasi yang dapat
diakses oleh FIU. Dalam memproses inf ormasi FIU berwenang memut uskan apakah
suat u inf ormasi bernilai unt uk dit indaklanj ut i menj adi invest igasi/ penyidikan. Fungsi
t erakhir FIU adalah sebagai cl ear ing house. Dalam kapasit as ini FIU memf asilit asi
pert ukaran inf ormasi t ent ang t ransaksi keuangan t idak lazim at au t ransaksi keuangan
mencurigakan. Pert ukaran inf ormasi ini dapat t erkait dengan inf ormasi dal am segala
bent uk (individual at au umum) dan dapat berlangsung dengan berbagai mit ra kerj a di
dalam maupun di luar negeri.
Pilihan mendirikan FIU sebagai pusat inf ormasi dibandingkan dengan laporan dari
penyedia j asa keuangan langsung diserahkan kepada penegak hukum berdasarkan
beberapa al asan yait u: Per t ama, kebut uhan adanya ahli yang t erkumpul di suat u
t empat , dimana keahl ian t ersebut t idak dimiliki oleh penegak hukum. Kedua,
memusat kan seluruh laporan dan proses analisisnya pada suat u inst ansi membuat
pemerint ah dapat bergerak cepat dalam memerangi kej ahat an. Ket i ga, FIU memiliki
f ungsi ekonomis. Pada sat u sisi mengumpulkan inf ormasi secara ef isien sedangkan
disisi lain FIU meringankan pekerj aan penegakan hukum sehingga lembaga penegak
hukum dapat berkonsent rasi dalam menyelesaikan masalah. Di negara yang t idak
memiliki unit Pusat Pelaporan sepert i Jerman, upaya gerak cepat mengal ami
kesulit an besar. Keempat , pendirian suat u lembaga sebagai perant ara ant ara
lembaga keuangan dengan penegak hukum dalam banyak hal dimaksudkan unt uk
meningkat kan iklim kepercayaan ant ara lembaga keuangan dan penguasa. Hal ini
t erj adi karena lembaga keuangan t idak diwaj ibkan melaporkan t ransaksi keuangan
mencurigakan langsung kepada kepolisian at au kej aksaan akan t et api cukup
melaporkan kepada FIU yang kemudian melakukan analisa sebelum melaporkannya
kepada penegak hukum. Hal ini akan mengurangi kemungkinan nasabah yang t idak
berdosa harus berhadapan dengan aparat penegak hukum. Alasan keempat ini j uga
secara t egas digaris bawahi oleh UN Model Law on Money Laundering yang
menyarankan dibent uknya FIU.
PPATK memiliki t ugas dan wewenang sebagaimana yang dinyat akan dalam Pasal
26 dan 27 UU-TPPU ant ara l ain:

a. Mengumpulkan,
diperoleh .

menyimpan,

menganalisis,

mengeval uasi

inf ormasi

yang

b. Memberikan nasihat dan bant uan kepada inst ansi yang berwenang.
c. Melaporkan hasil anilisis t ransaksi keuangan yang berindikasi t indak pidana
pencucian uang kepada Kepolisian dan Kej aksaan.
d. Memint a dan menerima laporan dari Penyedia Jasa Keuangan (PJK).
e. Melakukan audit t erhadap PJK mengenai kewaj iban sesuai dengan ket ent uan
dalam UU-TPPU dan t erhadap pedoman pelaporan mengenai t ransaksi
keuangan.
f.

Memberikan pengecualian kewaj iban pelaporan mengenai t ransaksi keuangan
yang dil akukan secara t unai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)
huruf b.

13

Dalam menj alankan t ugas dan kewenangannya t ersebut ,
independen sebagaimana yang dimuat dalam UU-TPPU yait u :

PPATK

bersif at

a. Bert anggung j awab langsung kepada Presiden.
b. Tidak diperkenankannya set iap pihak unt uk melakukan segal a bent uk campur
t angan t erhadap pelaksanaan t ugas dan kewenangan PPATK.
c. Diwaj ibkannya kepala dan wakil kepala PPATK unt uk menolak set iap campur
t angan dari pihak manapun dal am pelaksanaan t ugas dan kewenangannya.

2. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principle/ KYC)
Menurut Perat uran Bank Indonesia28, yang dimaksud dengan Prinsip KYC adalah
prinsip yang dit erapkan bank unt uk menget ahui ident it as nasabah, memant au
kegiat an t ransaksi nasabah t ermasuk pelaporan t ransaksi yang mencurigakan. Di
samping it u, penerapan prinsip ini dimaksudkan unt uk mencegah dipergunakannya
bank sebagai sarana pencucian uang oleh nasabah bank.
Dalam menerapkan Prinsip KYC dimaksud bank diwaj ibkan :
a. Menet apkan kebij akan mengenai penerimaan nasabah, prosedur ident if ikasi
nasabah, dan prosedur pemant auan t erhadap rekening dan t ransaksi nasabah,
sert a prosedur manaj emen risiko yang berkait an dengan penerapan KYC.
b. Melaporkan t ransaksi yang mencurigakan ( suspici ous t r ansact i on) kepada BI
selambat -l ambat nya 7 hari kerj a set elah diyakini oleh bank.
c. Menerapkan prinsip KYC yang berl aku di suat u negara bagi kant or cabang bank
yang berada di luar negeri, sepanj ang st andar KYCnya sama at au lebih ket at
dari yang diat ur dalam PBI, dan j ika ket ent uan set empat lebih longgar waj ib
dit erapkan PBI KYC. Dal am hal penerapan PBI KYC mengakibat kan pel anggaran
ket ent uan negara set empat , waj ib dilaporkan kepada kant or pusat nya dan BI.
d.

Bank waj ib menerapkan prinsip KYC dan mel akukan pengkinian dat a base
nasabah yang t elah ada ( exi st i ng cust omer ) selambat -lambat nya t anggal 13
Juni 2002.

e. Bank waj ib melaksanakan program pelat ihan kepada karyawan bank mengenai
prinsip KYC selambat -l ambat nya t anggal 13 Februari 2002.
f.

Penerapan sist em inf ormasi yang dapat mengident if ikasi, menganalisa,
memant au dan menyediakan laporan secara ef ekt if mengenai karakt erist ik
t ransaksi yang dil akukan oleh nasabah bank sudah harus siap sel ambat lambat nya t anggal 13 Juni 2002.

Adapun sanksi apabil a apabila bank t idak melaporkan perubahan Pedoman
Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah sel ambat -lambat nya 7 hari kerj a sej ak
dit et apkannya perubahan t ersebut sert a t idak melaporkan kepada BI t ransaksi yang
mencurigakan yang t erj adi di bank yang bersangkut an selambat -lambat nya 7 hari
kerj a sej ak t ransaksi t ersebut diket ahui oleh bank, dikenakan sanksi berupa
kewaj iban membayar sebesar Rp. 1 j ut a per hari kelambat an dan set inggi-t ingginya
Rp. 30 j ut a.

28
. Perat uran Bank Indonesia No. 3/ 10/ PBI/ 2001 t ent ang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your
Cust omer Principles) t anggal 18 Juni 2001 dan Perat uran Bank Indonesia No. 3/ 23/ PBI/ 2001 t ent ang Perubahan at as
Perat uran Bank Indonesia No. 3/ 10/ PBI/ 2001 t ent ang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Cust omer
Principles) t anggal 13 Desemberi 2001.

14

Sedangkan sanksi apabila bank t idak melaksanaka