PENERAPAN MODEL COOPERATIF LEARNING BERB

VOLUME 2. NO 1, APRIL 2016

ISSN NO: 2460-9854

PENERAPAN MODEL COOPERATIF LEARNING BERBASIS VCT UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn DAN SIKAP SOSIAL PADA
SISWA KELAS X AP 1 SMK NEGERI 1 KUBU TAHUN PELAJARAN
2013/2014
OLEH
Drs. I Putu Astika
Guru PKn SMK N 1 Kubu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dan sikap social siswa kelas X AP
1 di SMK Negeri 1 Kubu dalam pembelajaran PKn. Penelitian ini dilaksnakan karena terjadi
kemerosotan proses pembelajaran di kelas yang Nampak dari rendahnya sikap siswa dalam
pembelajaran dan rendahnya hasil belajar siswa. Peneliti sebagai guru di kelas X AP 1
melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapakan Model Cooperatif Learning Berbasis
VCT. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X AP 1 yang berjumlah 29 orang siswa. Objek
penelitian ini meliputi prestasi belajar dan sikap social siswa. Berdasarkan hasil Penelitian
Tindakan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Penerapan Model
Cooperatif Learning Berbasis VCT dapat Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas X

AP 1 SMK Negeri 1 Kubu Tahun Pelajaran 2015/2016. Secara kuantitatif tampak bahwa pada
siklus I rata-rata prestasi belajar siswa 78,8; ketuntasan klasikal 79,3%; meningkat pada siklus II
menjadi rata-rata 87,1; ketuntasan klasikal 96,6. Hasil ini menunjukkan terjadi peningkatan
prestasi belajar sebesar 10,5%. 2) Penerapan Model Cooperatif Learning Berbasis VCT dapat
Meningkatkan Sikap Sosial Siswa Kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Kubu Tahun Pelajaran
2015/2016. Secara kuantitatif tampak bahwa pada siklus I rata-rata sikap sosial siswa 80,2;
meningkat pada siklus II menjadi rata-rata 89,8. Hasil ini menunjukkan terjadi peningkatan
sikap sosial sebesar 11,90%, dan secara kualitatif terjadi peningkatan kualitas sikap sosial siswa
dari kategori sedang pada siklus I menjadi tinggi pada siklus II.
Kata-kata kunci

: Model Cooperatif Learning Berbasis VCT, Prestasi Belajar PKn dan Sikap
Sosial

PENDAHULUAN
Pada era reformasi bangsa Indonesia
berjuang menuju tatanan masyarakat, bangsa
dan negara yang lebih demokratis, berbudaya
dan menghormati hak asasi manusia. Hal ini
sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh

bangsa Indonesia yaitu tercapainya masyarakat
civil (Civil Society) dengan tetap menjadikan
Pancasila
sebagai
landasan
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Keadaan yang demikian akan memberikan
implikasi bahwa nilai-nilai yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila bukanlah semata-mata
diajarkan sebagai tuntunan perilaku antar
individu, tetapi perlu ditekankan sebagai
tuntunan perilaku antara individu sebagai
warganegara dengan negara.
Sejalan dengan hal tersebut, maka
pembelajaran yang cocok untuk mewujudkan

tercapainya masyarakat civil (Civil Society)
yang berdasarkan Pancasila adalah Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran
yang
memfokuskan
pada
pembentukan warga negara yang memahami
dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945. Selain itu, melalui pembelajaran PKn juga
diharapkan terbentuknya warganegara Indonesia
yang mengetahui dan memahami serta mampu
mengamalkan nilai-nilai moral Pancasila dalam
berbagai tingkat dan lingkungan kehidupan baik
sebagai individu warganegara, organisasi dan
bahkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
Memang pada dasarnya pembelajaran
PKn sangat baik diterapkan untuk membentuk
1


VOLUME 2. NO 1, APRIL 2016

ISSN NO: 2460-9854

warganegara yang mampu mengamalkan nilainilai moral Pancasila. Tetapi jika melihat realita
pembelajaran PKn di sekolah dewasa ini, masih
banyak ditemui permasalahan-permasalahan
yang berkaitan dengan pemilihan dan penerapan
model pembelajaran yang tidak sesuai dengan
karakteristik pembelajaran PKn. Seperti
misalnya; kecendrungan pembelajaran PKn
yang dilakukan oleh guru lebih banyak
menekankan pada penguasaan materi yang
cukup padat dengan kemampuan berpikir pada
tingkat informasi verbal, yaitu kemampuan
menghafal, memahami konsep secara terbatas,
dan kemampuan memberi ilustrasi/contohcontoh. Pembelajaran seperti ini disebut sebagai
pembelajaran esensialistik.
Pembelajaran esensialistik dimaksudkan

untuk membantu siswa lebih memahami materi
pelajaran secara optimal, sehingga prestasi
belajar mereka meningkat atau mendapat skor
nilai yang lebih tinggi dalam tes sumatif akhir
semester atau pada ujian akhir. Pembelajaran
seperti itu memang baik bagi siswa untuk
mendapatkan skor atau nilai yang tinggi, tetapi
nilai yang tinggi bukan merupakan tujuan akhir
dari pembelajaran PKn. Sesuai visi dan misi
serta paradigma baru pembelajaran PKn seperti
yang ditegaskan oleh Abijhani (2006), sebagian
besar pakar PKn meyakini bahwa keniscayaan
kurikuler esensialistik semacam itu dapat
menghambat
perkembangan
modalitas
akademik dan modalitas moral-sosial siswa,
serta mendistorsi ”genuine concepts” atau
”indigenous
science”

mereka
tentang
nasionalisme dan loyalitas sosial yang dibangun
dan dikembangkan dari keseharian pengalaman
sosial-kulturalnya.
Kondisi seperti itu menyebabkan
pengajaran PKn di sekolah menjadi kurang
bermakna bagi siswa, serta minat dan motivasi
belajar siswa menjadi rendah. Semua itu akan
bermuara pada rendahnya prestasi belajar siswa
sesuai dengan nilai-moral Pancasila. Ini
terungkap berdasarkan hasil ulangan akhir
semester ganjil di kelas X AP 1 SMK Negeri 1
Kubu tahun pelajaran 2015/2016. Hasil belajar
siswa baru mencapai rata-rata 60 dengan
ketuntasan klasikal 65,5% artinya baru 19 orang
siswa dari 29 orang siswa yang memiliki nilai di
atas 75. KKM yang ditetapkan di SMK Negeri 1
Kubu pada pelajaran PKn di kelas X AP adalah


75. Hasil ini masih jauh dari harapan yang
diinginkan dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas secara rinci
dapat
diidentifikasi
beberapa
masalah
pembelajaran PKn di SMK secara umum yang
layak di kedepankan, yaitu: (1) kualitas proses
pembelajaran
yang
rendah
karena
pariasi/metode mengajar guru kurang, asumsi
pembelajaran yang dianut guru salah, tidak
adanya dialog kreatif selama pembelajaran
berlangsung, layanan pembelajaran individual
yang kurang, model pembelajaran yang dianut
oleh guru cenderung konvensional, dan (2)
kualitas produk yang rendah sebagai akibat dari

kurangnya
kesempatan
belajar
dan
membelajarkan diri dari peserta didik, sumber
belajar yang terbatas pada guru dan buku teks,
serta pola evaluasi yang mendewakan tes
sebagai instrumennya.
Berdasarkan realitas di atas, maka
melalui penelitian ini, urgen ditawarkan suatu
pendekatan Coopretarif Learning yang berbasis
Value Clarification Technique yang lazim
disingkat VCT ditinjau dari sikap sosial siswa
(Student Social Attitude). Model Coopretarif
Learning yang berbasis VCT ini dalam
pengajaran PKn dirasa cukup relevan karena
dapat menjadikan siswa lebih kreatif dan aktif.
Pembelajaran ini berangkat dari pemilihan
Getting Better Together yang menekankan pada
pemberian kesempatan belajar yang lebih luas

dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk
mengembangkan sikap, nilai dan keterampilan
sosial yang bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat.
Keunggulan
menggunakan
proses
pembelajaran Coopretarif Learning yang
berbasis VCT adalah: 1. Pengajaran bertitik
tolak dari kemampuan siswa; 2. Guru
menjelaskan materi yang belum dimengerti
siswa. Pengajaran dengan model ini diharapkan
akan cukup relevan, karena dapat menjadikan
siswa lebih aktif dan kreatif. Siswa tidak hanya
menerima secara pasif apa yang diberikan oleh
guru melalui indoktrinasi, tetapi kepada siswa
diharapkan aktif dan kreatif memecahkan
masalah-masalah sosial disekitarnya dan
bersama-sama guru lebih bebas memecahkan
masalah-masalah secara kritis dan bermanfaat.

Dengan keterlibatan secara aktif diharapkan
seluruh aspek kepribadian siswa terpengaruh
2

VOLUME 2. NO 1, APRIL 2016

ISSN NO: 2460-9854

dan berkembang secara wajar agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Model Coopretarif Learning yaitu:
strategi pembelajaran yang banyak dipengaruhi
psikologi belajar kognitif holistik, yang
menekankan bahwa belajar pada dasarnya
adalah proses berfikir (Sanjaya, 2008) demikian
juga psikologi humanistik yang mendasari
strategi pembelajaran ini. Ada empat unsur
penting dalam Coopretarif Learning yaitu: (1)
Adanya peserta dalam kelompok, (2) Adanya
aturan kelompok, (3) Adanya upaya belajar

setiap anggota kelompok dan (4) Adanya tujuan
yang harus dicapai. Menelaah argumentasi di
atas, adapun bentuk penelitian yang akan
dilakukan difokuskan pada Penerapan Model
Cooperatif Learning Berbasis VCT Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar PKn dan Sikap
Sosial Pada Siswa Kelas X AP 1 Smk Negeri 1
Kubu Tahun Pelajaran 2015/2016.

Gambar 1 Rancangan
Kelas

Penelitian

Tindakan

Data yang dikumpulkan melalui
penelitian ini adalah: prestasi belajar dan sikap
sosial siswa setelah diimplementasikan model
pembelajaran Kooperatif berbasis VCT. Alat
pengumpulan data untuk masing-masing jenis
data dalam penelitian adalah sebagai berikut.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (classroom action research) yang
bertujuan meningkatkan dan memperbaiki
proses pembelajaran di sekolah tempat
berlangsungnya penelitian. Penelitian ini
menggunakan pendekatan colaboratif action
research sebagaimana yang dikedepankan oleh
Sudijono (2003). Penelitian ini lebih
memfokuskan pada masalah yang dikaji dan
proses refleksi seperti yang diungkapkan
Lasmawan (2003). Rasional dari pemilihan
pendekatan action research lebih disandarkan
pada jenis data dan fokus masalah yang akan
dikaji dalam penelitian yaitu phenomena
didaktik metodik yang berintikan pada dinamika
sosial yang menuntut sejumlah data dan
verifikasi kejadian. Subjek penelitian adalah
siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Kubu
semester dua tahun ajaran 2015/2016 yang
berjumlah 29 siswa. Objek dari penelitian
tindakan kelas ini adalah: (1) peningkatan
prestasi belajar dalam pembelajaran PKn yang
terjadi pada siswa kelas X AP 1 di SMK Negeri
1 Kubu, dan (2) peningkatan sikap sosial siswa
dalam pembelajaran PKn setelah diterapkan
model pembelajaran Kooperatif berbasis VCT
dalam proses pembelajaran. Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) , rencananya akan dilakukan dalam
2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan.

Tabel 1 Jenis Data dan Instrumen Penelitian
N
o
1
2

Jenis Data
Prestasi Belajar
Sikap Sosial

Instrumen
Penelitian
Tes
Kuesioner


Siswa dikatakan tuntas jika X ≥ 75;
KK ≥ 85% . Untuk memenuhi kriteria di atas,
maka data yang diperoleh harus dikonversi ke
dalam
skala
100
dengan
rumus

skor yang diperoleh siswa
Nilai=skor maksimum
x 100%

.
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil
apabila sikap sosial siswa berada pada kategori
tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan hasil penelitian antara
siklus I, dan siklus II dapat dilihat kembali pada
prestasi belajar siswa selama siklus I, dan siklus
II yang meliputi: 1) sikap sosial, dan 2) prestasi
belajar. Perbandingan hasil penelitian antara
siklus I, dan siklus II disajikan sebagai berikut.
Data tentang prestasi belajar siswa
dikumpulkan berdasarkan ketercapaian prestasi
belajar yang didapatkan dari tes prestasi belajar.
Bentuk tes prestasi belajar berupa tes objektif
yang berjumlah 20 butir soal. Tes prestasi
3

VOLUME 2. NO 1, APRIL 2016

ISSN NO: 2460-9854

belajar ini diberikan pada akhir pembelajaran
untuk setiap siklus belajar. Berdasarkan hasil
analisis tes prestasi belajar, maka hasil prestasi
belajar siswa ditunjukkan pada Tabel 2 berikut
ini.
Tabel 2

Learning Berbasis VCT dapat Meningkatkan
Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas X AP 1 tahun
pelajaran 2015/2016.
Data tentang sikap sosial siswa
dikumpulkan dengan teknik kuesioner, dengan
menggunakan instrumen berupa kuesioner sikap
sosial. Lembar kuesioner sikap sosial
disebarkan di akhir tiap siklus penelitian. Data
tentang sikap sosial siswa dikumpulkan setiap
akhir kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil
analisis pada masing-msing siklus data sikap
sosial disajikan seperti Tabel 3 berikut ini.

Perbandingan data prestasi belajar

Awal

Siklus
Siklus I

Siklus II

60

78,8

87,1

Kategori

Tidak
Tuntas

Tuntas

Tuntas

Daya
Serap (%)

60%

78,8%

87,1%

Kategori

Tidak
Tuntas

Tuntas

Ketuntasan
Belajar(%)

65,5%

Kategori

Tidak
Tuntas

Keteranga
n
Nilai ratarata siswa

Tabel 3 Perbandingan data sikap sosial
SIKLUS

RATARATA

KATAGORI

Tuntas

Awal

65,0

Rendah

79,3%

96,6%

I

80,2

Sedang

Tidak
Tuntas

Tuntas

II

89,8

Tinggi

Profil sikap sosial pada masing-masing
siklus disajikan pada Gambar 3 berikut ini.

Profil prestasi belajar pada masingmasing siklus disajikan pada Gambar 4.5
berikut ini.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

78.8

89.8

90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0

87.1

60.0

Awal

Siklus I

80.2
65.0

Awal

Siklus II

I

Gambar 3 Perbandingan
siswa

Gambar 2 Perbandingan data prestasi belajar
siswa

II

data

sikap

sosial

Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 3,
secara kuantitatif tampak bahwa pada siklus I
rata-rata sikap sosial siswa 80,2; meningkat
pada siklus II menjadi rata-rata 89,8. Hasil ini
menunjukkan terjadi peningkatan sikap sosial
sebesar 11,90%, dan secara kualitatif terjadi
peningkatan kualitas sikap sosial siswa dari
kategori sedang pada siklus I menjadi tinggi
pada siklus II. Hasil ini mengindikasikan
Penerapan Model Cooperatif Learning Berbasis
VCT dapat Meningkatkan Sikap Sosial Siswa

Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 2,
secara kuantitatif tampak bahwa pada siklus I
rata-rata prestasi belajar siswa 78,8; ketuntasan
klasikal 79,3%; meningkat pada siklus II
menjadi rata-rata 87,1; ketuntasan klasikal 96,6.
Hasil ini menunjukkan terjadi peningkatan
prestasi belajar sebesar 10,5%, dan secara
kualitatif terjadi peningkatan kualitas prestasi
belajar siswa dari kategori tidak tuntas pada
siklus I menjadi tuntas pada siklus II. Hasil ini
mengindikasikan Penerapan Model Cooperatif
4

VOLUME 2. NO 1, APRIL 2016

ISSN NO: 2460-9854

Kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Kubu Tahun
Pelajaran 2015/2016.
PENUTUP
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan
yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut: 1) Penerapan Model Cooperatif
Learning Berbasis VCT dapat Meningkatkan
Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas X AP 1 SMK
Negeri 1 Kubu Tahun Pelajaran 2015/2016.
Secara kuantitatif tampak bahwa pada siklus I
rata-rata prestasi belajar siswa 78,8; ketuntasan
klasikal 79,3%; meningkat pada siklus II
menjadi rata-rata 87,1; ketuntasan klasikal 96,6.
Hasil ini menunjukkan terjadi peningkatan
prestasi belajar sebesar 10,5%. 2) Penerapan
Model Cooperatif Learning Berbasis VCT dapat
Meningkatkan Sikap Sosial Siswa Kelas X AP 2
SMK Negeri 1 Kubu Tahun Pelajaran
2015/2016. Secara kuantitatif tampak bahwa
pada siklus I rata-rata sikap sosial siswa 80,2;
meningkat pada siklus II menjadi rata-rata 89,8.
Hasil ini menunjukkan terjadi peningkatan sikap
sosial sebesar 11,90%, dan secara kualitatif
terjadi peningkatan kualitas sikap sosial siswa
dari kategori sedang pada siklus I menjadi tinggi
pada siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Abijhani, P.V. 2006. The Social Studies
Breaking
Concepts.
http://www.spartan.ac.brocu.ca.com
(diakses tanggal 10 Januari 2006).
Lasmawan, W.2003. Pengembangan Model
Jurisprudensi
sosial
Dalam
Pembelajaran.PPKn di SMU Negeri 1
Bangli. Laporan Penelitian (tidak
diterbitkan). Singaraja: Lemlit IKIP
Negeri Singraja.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses
Pendidikan. Edisi pertama , cetakan ke
4 Kencana Jakarta.
Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

5

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

0 2 9

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62