KOMPETENSI DAN KEPEMIMPINAN MENJADI ENTREPRE

KOMPETENSI KEPEMIMPINAN MENJADI
ENTREPRENEUR YANG SUKSES

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahan

Oleh
10113732 HERDI ZULFIQRI
Kelas : KWU - 3

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2017

ABSTRAK
Proses seseorang yang ingin membangun bisnisnya merupakan tantangan
yang menarik untuk diwujudkan, berbagai halangan dan rintangan harus mampu di
lewati untuk membangun bisnis yang kuat dan unggul. Seorang entrepreneur tidak
hanya dapat merencanakan tetapi juga merealisasikan dengan tindakan yang

berorientasi pada skill yang dimiliki serta kreatifitas untuk melakukan sesuatu yang
baru. Kemampuan negosiasi harus diperhatikan agar komunikasi antara pebisnis
dengan pembeli berjalan dengan lancar sehingga masing – masing pihak saling
mendapatkan keuntungan. Kompetensi dalam kepemimpinan sangat cocok
diterapkan dalam bidang usaha yang ditekuninya, diperlukan jiwa pemimpin untuk
menggerakkan perusahaannya agar dapat maju tumbuh berkembang dan bersaing
dengan para kompetitor.
Entrepreneur merupakan tantangan bagi kalangan anak muda yang
semangat membangun bisnis dari awal, bekerja keras siang dan malam untuk
mengembangkan bisnis itu merupakan serangkaian usaha yang dilakukan dengan
konkrit agar bisnisnya berjalan mulus, sehingga dapat bertumbuh pesat dan
bersaing dengan para kompetitor. Kejelian dari seorang entrepreneur sangat
dibutuhkan dalam mencari peluang bisnis yang tepat dan memaksimalkan segala
kesempatan agar peluang tidak hilang, namun harus disertai dengan perlakuan yang
baik kepada konsumen agar menimbulkan kenyamanan terhadap barang yang telah
dibeli sehingga menimbulkan kesan yang baik terhadap pelaku bisnis.

Kata kunci : Kompetensi, Kepemimpinan, Entrepreneur, Kreatifitas, Negosiasi,
Bisnis, Konkrit, Kompetitor


i

DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian............................................................................ 2

1.4


Batasan Masalah ................................................................................................. 2

1.5

Metodologi Penelitian......................................................................................... 3

1.5.1
1.6

Studi Literatur ............................................................................................. 3

Sistematika Penulisan ......................................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................................... 4
2.1

Kompetensi ......................................................................................................... 4

2.2


Kepemimpinan .................................................................................................... 8

2.3

Entrepreneur ..................................................................................................... 11

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 15
3.1

Gambaran umum entrepreneur di Indonesia ................................................... 15

3.2

Skill dalam Berwirausaha .................................................................................. 17

3.3

Kreativitas dan Inovasi dalam Berwirausaha .................................................... 19


3.3.1

Kreativitas ................................................................................................. 19

3.3.2

Inovasi ....................................................................................................... 20

BAB IV KESIMPULAN ......................................................................................................... 21
4.1

Kesimpulan ....................................................................................................... 21

BIBLIOGRAPHY .................................................................................................................. 22

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1


Latar Belakang Masalah
Tingkat pemenuhan kebutuhan seseorang akan terus meningkat seiring

bertambahnya waktu karena kebutuhan masyarakat semakin berat. Kebutuhan
masyarakat yang sudah mempunyai anak semakin tahun semakin mahal, padahal
pendidikan harus didapat oleh anak sehingga masa depan anak bisa lebih terarah
dan maksimal dalam upaya mewujudkan mencerdaskan bangsa. Segala upaya yang
telah dilakukan oleh seseorang belum dikatakan mencapai tingkat kepuasan jika
masih berada dibelakang orang lain dalam konteks bekerja pada orang lain.
Peran para pelaku usaha menciptakan perbedaan kemajuan dalam suatu
bangsa dan negara sebab tingkat pengangguran semakin tahun semakin meningkat.
.Keterampilan untuk memajukan usahanya sendiri tentu menjadi modal berharga
akan keberlangsungan usaha yang telah diusung sehingga bisa dikatakan
entrepreneur yang sukses.
Faktor – faktor dari sikap entrepreneur harus diperhatikan karena banyak
para pelaku usaha yang gagal ditengah jalan karena mereka tidak mengetahui cara
menangani suatu kondisi yang menentukan keberhasilan usahanya. Kegagalan
merupakan bahan pemicu untuk memajukan usaha karena dari sini banyak belajar
dari kesalahan – kesalahan yang telah dilakukan.

Oleh karena itu, menjadi seorang entrepreneur menjadi sebuah solusi untuk
mengatasi itu semua karena selain punya bisnis sendiri, pendapatan akan jauh lebih
tinggi daripada bekerja pada orang lain sehingga bisa mandiri tumbuh memajukan
usahanya sendiri dan menciptakan lapangan usaha bagi orang lain.

1

1.2

Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari faktor – faktor menjadi seorang

entrepreneur sukses sebagai berikut :
1. Bagaimana mengatasi tingkat kebutuhan yang semakin tinggi dalam ruang
lingkup masyarakat?
2. Bagaimana kompetensi dalam kepemimpinan untuk menjadi seorang
entrepreneur yang sukses dalam memajukan usahanya?
3. Bagaiman cara mengatasi kegagalan dalam upaya membangun bisnis?

1.3


Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Mengubah pola pikir masyarakat dalam mengatasi tingkat kebutuhan yang
semakin meningkat dengan menjadi seorang entrepreneur
2. Sebagai penunjang bagi masyarakat yang ingin membangun atau
mengembangkan usahanya sehingga usaha yang ditekuninya kreatif dan
inovatif.
3. Mencari solusi dari setiap permasalahan yang ada dalam berwirausaha
untuk para entrepreneur agar dapat menangani suatu kondisi yang buruk
dengan solusi yang sesuai dengan permasalahannya.

1.4

Batasan Masalah
Agar cakupan dalam pembahasan tidak terlalu luas dan terfokus hanya pada
permasalahan yang ada, maka batasan masalah yang digunakan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1.


Sebagai media yang membantu bagi masyarakat dari kalangan : pengusaha,
calon pengusaha, mahasiswa dan dunia usaha yang ingin membangun
bisnisnya dari awal

2. Sebagai pengantar untuk mengetahui faktor –faktor yang menentukan

tingkat keberhasilan suatu bisnis.

2

1.5

Metodologi Penelitian
Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan

metode pengumpulan data sebagai berikut :
1.5.1

Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan meneliti dalam kegiatan yang bersumber

dari perpustakaan untuk mendapatkan inti dari permasalahan serta dikaji ulang
agar mendapat informasi yang relevan.

1.6

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari 4 bab. Dengan rincian sebagai
berikut :
BAB I

Bab ini terdiri dari Latar belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Maksud
dan

Tujuan

Penelitian,


Batasan

Masalah, Metodologi Penelitian dan
Sistematika Penulisan
BAB II

Bab ini terdiri dari Kompetensi,
Kepemimpinan dan Entrepreneur

BAB III

Bab ini terdiri dari gambaran umum
entrepreneur di Indonesia, skill dalam
berwirausaha

dan

kreativitas

inovasi dala berwirausaha
BAB IV

Bab ini terdiri dari kesimpulan

3

dan

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Kompetensi
Hakikat

manusia

tentu

memerlukan

keahlian

untuk

melakukan

pekerjaannya dalam mendapatkan income untuk keluarganya. Seperti halnya
kompeten merupakan kemampuan untuk melaksanakan semua tugas yang ada
dalam pekerjaan sesuai dengan standar yang diberlakukan. Seperti halnya dengan
kemampuan seseorang agar mempunyai penampilan yang baik. Kompetensi yang
diperlukan dapat berupa keahlian, pengetahuan serta pemahaman digunakan agar
sesuai dengan nilai-nilai yang harus dimiliki dalam wujud masyarakat. Kompetensi
juga dapat berupa skill, contoh 1 : kemampuan komunikasi secara efektif antar
mahasiswa dengan dosen dalam menyampaikan materi serta daya tangkap
mahasiswa yang berbeda, disini lah letak penyesuaian dosen kepada semua karakter
mahasiswa agar materi yang telah disampaikan dapat dimengerti serta
menimbulkan kesan yang baik, contoh 2 : kemampuan negosiasi antar pegawai
dengan atasan sangat penting agar terciptanya hubungan yang baik serta saling
menguntungkan.
Kompetensi

kewirausahaan

merupakan

pengetahuan,

sikap

dan

keterampilan yang terhubung satu dengan yang lainnya, yang diperlukan pengusaha
untuk dilatih dan dikembangkan agar mampu menghasilkan kinerja terbaik dalam
mengelola usahanya. Kompetensi tersebut bisa dikarenakan adanya pengaruh dari
para competitor agar terjadi persaingan yang sehat antar competitor dan juga
pengaruh timbal balik antara pengusaha atau entrepreneur dengan yang lainnya
Penyebab terkait (causally related) berarti bahwa kompetensi menyebabkan atau
memprediksi perilaku dan kinerja (performance). Acuan dari adanya kompetensi
sangat berpengaruh pada akses jalannya suatu usaha karena dengan begitu usaha
akan lebih baik jadinya.

4

Kompetensi yang merupakan sejumlah kemampuan yang dimiliki
sesseorang untuk menunjukkan cara bertindak, berfikir dalam aktivitas perusahaan.
Ada lima tipe karakteristik kompetensi, yaitu : (1) motif – motif (motives), sesuatu
yang secara konsisten dipikirkan dan diinginkan, yang menyebabkan tindakan
seseorang, (2) ciri – ciri (traits), ciri – ciri yang merespon dari situasi dari
lingkungan, (3) konsep diri yang merupakan sikap dari pemahaman atau gambaran
dari diri seseorang, (4) pengetahuan yang dimiliki oleh berbagai orang dalam
pengetahuan tertentu membuktikan tingkat kreativitas seseorang, (5) keterampilan
yang dimiliki oleh seseorang sangat berguna untuk menampilkan skill yang dimiliki
serta menjadi tolak ukur kualitas seseorang. Level kompetensi seseorang terdiri dari
dua bagian. Unsur yang dapat ditonjolkan terdapat pada pengetahuan seseorang
serta kreativitasnya sehingga bisa menjadi bagian yang tidak terlupakan ketika
sedang merekrut karyawan baru.
Berkenaan dengan pengusaha baik sebagai pemilik, manager, ataupun
pelaksana perusahaan tentunya perlu menjalankan fungsi – fungsi manajemen
berupa perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian serta pengendalian. Hal
tersbut mempunyai peranan penting agar kompetensi yang ada dalam diri keluar
muncul dan menarik semua aktivitasnya sehingga menampilkan performa terbaik
pada bidangnya. Melihat kemampuan pada diri seorang manajer, dapat dilihat dari
sikap proaktif terhadap peluang – peluang usaha, selalu bersikap proaktif terhadap
ancaman yang ada dan memiliki nilai –nilai etika yang juga terbuka terhadap nilai
– nilai yang dibawa orang lain. Dalam berwirausaha dibutuhkan kemampuan untu
mengkalkulasikan resiko yang mungkin timbul serta mampu memanfaatkan setiap
peluang dengan cara –cara tertentu yang kesemuanya itu membutuhkan
pengetahuan, keahlian termasuk pengalaman.

5

Eddy Soeryanto Soegoto (2014:32) seorang entrepreneur atau wirausaha
memiliki kompetensi yang harus milikinya agar terciptanya wirausaha kuat (1)
knowing your bisnis, mengetahui semua hal yang terdapat dalam usaha bisnis yang
sedang dijalankan, (2) knowing the basic business management, yaitu mengetahui
dasar



dasar

mengorganisasikan
memperhitungkan,

pengelolaan
dan

bisnis,

misalnya

mengendalikan

memprediksi,

cara

perusahaan,

mengadministrasikan

merancang

usaha,

termasuk

dapat

dan

membukuukan

kegiatan-kegiatan usaha. Manajemen bisnis harus mempunyai landasan kuat
dengan cara mengelola sumber daya secara maksimal, (3) having the proper
attitude, memiliki tingkah laku yang baik dalam menyambut unsur aktivitas yang
bias membantu perusahaan. Ia harus bersikap sebagai pedagang, industriasan,
pengusaha, eksekutif yang sungguh-sungguh, dan tidak setengah hati, (4) having
adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup.
Oleh karena itu, harus cukup uang, cukup tenaga, tempat, dan mental, (5)
financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan,
megnatur pembelian, penjualan, pembukuan, dan perhutngan laba/rugi. Ia harus
mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan cara menggunakannya, (6)
managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin.
Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan komitmen, (7)
managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan,
menggerakkan (memotivasi), dan mengendalikan orang dalam menjalankan
perusahaan, (8) satisfying customer by providing high quality product, menanggapi
kepada pelanggan dengan cara memberikan kenyamanan dalam service barang
serta jasa yang terbaik kepada calon pelaku usaha (9) knowing how to compete,
memahami cara berkompetisi bersama dengan para kolega. Ia harus dapat
mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan
ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus menggunakan analisis swot baik
terhadap dirinya maupun terhaap pesaing, (11) technical competence, yaitu
memiliki kompetensi dalam bidang rancang bangun (know-how) sesuai dengan
bentuk usaha yang akan dipilih. Misalnya, kemampuan dalam bidang teknik

6

produksi dan desain produksi. Ia harus betul-betul mengetahui bagaimana barang
dan jasa itu dihasilkan dan disajikan, (12) marketing competence, yaitu seseorang
yang memiliki kemampuan dalam menemukan peluang pasar yang cocok,
menganalisa pelanggan serta menjaga pelanggan agar tetap ada. Ia harus
mengetahui bagaimana menemukan peluang pasar yang spesifik, misalnya
pelanggan dan harga khusus yang belum digarap pesaing, (13) human relation
competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan hubungan personal, seperti
kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antar perusahaan. Ia harus megnethaui
hubungan interpersonal secara sehat.
Dengan demikian kompetensi menjadi pondasi agar ketahanan dan
kestabilan perusahaan dapat terjaga karena dampak – dampak dari penurunan satu
perusahaan sangat banyak dan beragam. Misalnya : perusahaan A terbilang
perushaan gagal karena system organisasi tidak memadai akomodasinya, kualitas
produk kurang terjami karena kurang nya promosi perusahaan pada vendor –
vendor, kualitas produk yang ditawarkan kurang berkenan dihati masyarakat karena
produknya tergolong simple dan mudah ditebak sedangkan perusahaan B terbilang
sehat karena sistem organisasinya teratur dengan baik, adanya kenaikan gaji bagi
karyawan yang berprestasi, kuatnya sector promosi sehingga mengundang bagi
para vendor atau pun investor untuk berinvestasi disana, produk yang ditawarkan
disukai masyarakat karena murah dan menarik. Itu semua merupakan contoh dari
organisir perusahaan mana yang baik dan yang buruk.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai cara organisir perusahaan
dibutuhkan kemampuan ekstra agar sedikit tidur di malam hari untuk memikirkan
rencana perusahaan pada esok hari seperti apa dan bagaimana dilandasi dengan
teori yang sudah dipelajari dan peran tokoh sukses yang telah sukses membangun
bisnisnya karena dengan pengalaman yang sudah kita dapatkan maka akan lebih
mudah untuk mengaplikasinnya sehingga perusahaan kita masih kokoh kuat berdiri
diatas kompetitor yang lain.

7

2.2

Kepemimpinan
Eddy Soeryanto Soegoto (2017:89) Hubungan antara kepemimpinan,

manajemen, dan kinerja organisasi secara luas telah dipahami dan diterima.
Artinya, meningkatkan kepemimpinan pada satu sisi, pada gilirannya akan
meningkatkan probabilitas kinerja manajemen yang lebih baik. Sisi lain dari
kepemimpinan adalah followership. Wujud kepemimpinan dititik beratkan pada
seberapa banyak follower. Respek pegawai harus didapatkan dari atasan sehingga
tidak merasa dikekang dan kinerja pegawai akan meningkat seiring dengan tingkat
kenyamanannya bertambah. Pegawai yang melihat atasannya merokok cenderung
diikuti sehingga atasan yang melarang akan dianggap bulshit karena tidak sesuai
dengan yang dilakukannya. Sama halnya dengan atasan yang selalu datang pagi ke
kantor akan diikuti oleh pegawainya.
Kepemimpinan sangat dibutuhkan untuk seorang entrepreneur dari
kalangan pengusaha, calon pengusaha atau pun mahasiswa agar mengetahui poin –
poin penting dalam berwirausaha, dikarenakan faktor kepemimpinan sangat
menunjang bagi karyawan perusahaan. Kualitas karyawan dapat diukur dari
pemimpinnya atau bosnya karena bos nya menjadi leader dan juga contoh perilaku
bagi karyawannya. Perusahaan dapat dikatakan sehat jika pemimpinnya sudah
membuat struktur yang baik dalam organisasinya serta mendorong karyawan nya
mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Seluruh civitas dari perusahaan harus diberi
penghargaan jika mengharumkan nama perusahaan karena itu membuktikan bahwa
rasa peduli ada dalam diri pemimpinnya serta rasa terima kasih agar menyemangati
karyawan yang lain serta karyawan yang mendapatkan penghargaan.
Eddy Soeryanto Soegoto (2017:90) menjelaskan untuk menjadi pengikut
yang baik diperlukan juga seperangkat kualitas. Pertama, memiliki penilaian yang
baik. Dalam hal ini para pengikut harus pandai mengambil arah, tetapi tetap
berpatokan pada kewajiban dan bertindak pada kerangka etik yang tepat,
maksudnya adalah sejauh mana para pengikut dapat menilai arah yang ditempuh
para pemimpin mereka sehingga mereka dapat mengoreksi langkah para pemimpin
yang keliru. Tidak ada yang membantah bahwa melakukan penilaian yang baik

8

sangat penting untuk menjadi seorang pemimpin yagn baik, dan hal ini berlaku pula
bagi seorang pengikut. Memberikan penilaian yang objektif dalam posisinya
sebagai pengikut malah dapat menghantarkan dirinya untuk menjadi pemimpin,
dari hierarki mana pun mereka tadinya berada. Kedua, etos kerja. Pengikut yang
baik adalah pekerja yang baik pula. Mereka dikenal dengan sifatnya yang rajin,
termotivasi, berkomitmen, dan memerhatikan secara detail dalam bekerja. Para
pemimpin memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan
yang berkualitas dan kondusif, dan di balik itu wewenang dan tanggung jawab dari
para pengikut adalah menjadi pekerja yang baik, Ketiga, mereka memiliki
kompetensi sehingga dapat melaksanakan tugas yang diarahkan oleh para
pemimpin. Tentunya tugas para pemimpin adalah untuk memastikan bahwa para
pengikutnya memiliki kompetensi. Ada kalanya para pemimpin memberikan tugas
pada para pengikut yang tidak kompeten, dan jika hal ini terjadi maka para
pemimpinlah yang harus menyalahkan diri mereka sendiri dan tidak menyalahkan
para pengikutnya. Salah satu ciri kepemimpinan yang buruk adalah menyalahkan
para pengikut karena menuntut keterampilan yang tidak mereka miliki. Keempat,
kejujuran. Follower harus memiliki respect berupa sikap kejujuran serta berterus
terang mengenai apa yang akan dilakukan serta apa yang akan dicapai oleh seorang
wirausaha. Hal ini terutama terjadi ketika para pengikut merasa bahwa agenda para
pemimpin cacat secara serius. Rasa hormat dan kesopanan tetap penting, tetapi
mereka tidak bisa duduk berpangku tangan sementara para pemimpin yang tidak
kompeten sedang mengemudikan organisasi ke tepi jurang. Dalam hal ini, para
pemimpin yang baik akan sangat berterima kasih atas umpan balik yang konstruktif
dari tim kerja mereka. Dalam menghadapi wirausaha yang tidak senang terhadap
kritik maka akan terjerumus kepada sikap sombong dan harus lebih bersikap hati –
hati agar tidak terjadi hal yang akan diinginkan. Jika situasi sangat serius, maka
para pengikut bisa saja melakukan suatu tindakan koreksi yang benar sehingga
menginspirasi para pemimpin. Kelima, keberanian. Para follower harus memiliki
sikap berani dalam menyampaikan opini agar kondisi perusahaan tetap sehat tidak
terkontaminasi dengan unsur yang membunuh kerja sama antara karyawan
perusahaan. Keenam, bijaksana.

9

Dalam hal ini seseorang tidak hanya disarankan untuk menjadi pengikut
yang baik semata, tetapi juga harus bijaksana (wisdom). Artinya, semua orang yang
bekerja di suatu organisasi memiliki tugas memlihara iklim organisasi yang baik.
Ketujuh, loyalitas. Dalam hal ini para pengikut yang baik akan menghormati
kewajibannya untuk setia kepada organisasi mereka. Loyalitas terhadap visi, misi,
dan tujuan organisasi sangat penting ketika mereka dihadapkan pada suatu masalah,
baik masalah yang berkenaan dengan hubungan interpersonal atau masalah yang
berhubungan dengan seorang pemimpin tertentu. Para pengikut yang tidak setia
dapat menjadi sumber kesulitan, dan mereka dapat menciptakan masalah di antara
anggota tim kerja dan dapat pula membahayakan pencapaian tujuan dan membuang
waktu sesam mereka. Tentu saja loyalitas tidak sama dengan kepatuhan hewan
piaraan, yang esensinya adalah kesetiaan dan komitmen kuat terhadap visi, misi,
dan tujuan organisasi dan hal lainnya yang akan dicapainya. Para pengikut perlu
mengingat bahwa kewajiban mereka adalah terhadap organisasi, dan bukan
terhadap para pemimpin yang hanya menjabat pada suatu periode waktu tertentu.
Kedelapan, mampu mengelola ego. Dalam hal ini para pengikut yang baik akan
memiliki kendali terhadap edo mereka.
Seseorang yang bertugas menjadi pemimpin harus dipercaya oleh
bawahannya karena dengan begitu persoalan organisasi perusahaan akan lancar dan
stabil. Namun hal yang dapat membuat perusahaan menurun terdapat pada
kepercayaan bawahannya demikian, maka dari itu dibutuhkan cara bagi seorang
pemimpin untuk bisa mencairkan suasana dalam perusahaann.
Eddy

Soeryanto

Soegoto

(2017:56)

Organisai

dapat

mencapai

keseimbangan dalam struktur soalnya jika ia dapat mengembangkan hubungan
yang mapan dengan lingkungan, dalam hal ini para pekerja dapat menyesuaikan diri
dengan keseimbangan yang terwujud. Apabila terjadi berbagai perubahan dalam
lingkungan perusahaan maka diharuskan membuat kebijakan yang bias disetujui
oleh seluruh karyawan perusahaan agar terciptanya kenyamanan dan kesejahteraan.
Pemimpin yang dikatakan baik harus bisa menyesuaikan kondisi para pegawai
sebelum merubah siklus organisasi yang baru seperti memberikan training selama

10

1 minggu yang isinya pengarahan dari atasan serta aturan baru yang akan
diterapkan. Biasanya para pegawai akan terlihat bosan jika materi yang
disampaikan berisi topik- topik pemahaman maka dari itu adakan sesi game untuk
menyegarkan para pegawai agar merasa santai, nyaman serta kekompakan untuk
menjalin ikatan yang baik antar para pegawai. Setelah diterapkan pada situasi yang
baru di lingkungan kerja maka pegawai sudah mengetahui hal – hal apa saja yang
harus dilakukan dan kekompakan pegawai akan solid, ini merupakan langkah yang
baik agar perusahaan dapat maju dan juga sehat.

2.3

Entrepreneur
Eddy Soeryanto Soegoto (2009:27) mendefinisikan bahwa Entrepreneur

adalah Orang yang berjiwa Kreatif, Inovatif, Mandiri, Percaya Diri, Ulet & Tekun,
Rajin, Disiplin, Siap Menghadapi Risiko, Jeli melihat & meraih Peluang, Piawai
dalam menciptakan peluang dan juga memberantas kemiskinan & Menjadikan
Usaha atau Perusahaannya Unggul. Entrepreneur atau wirausaha mampu melihat
peluang yang sangat dibutuhkan untuk bisnisnya, mereka tidak ragu dalam
mengambil keputusan, takut gagal dalam berwirausaha karena mereka yakin setiap
hasil yang baik ada kesulitan – kesulitan yang harus dilalui meskipun gagal
ditengah jalan akan terus berusaha dengan penuh harap agar usaha yang dijalani
nya akan berkembang lebih jauh lagi. Kesulitan yang dihadapi semisal mencari
konsumen yang sesuai dengan ekspetasi dari target penjualannya. Rencana target
penjualan perbulan atau perhari patut dipertimbangkan agar hasil yang didapat
benar – benar menguntungkan bagi kemajuan usahanya. Usaha yang telah
dirintisnya selalu mengalami pasang surut kadang mendapatkan keuntungan yang
lebih kadang mengalami kerugian yang harus menjadi bahan pembicaraan antar
wirausaha sehingga langkah – langkah yang telah disusun bisa diterapkan di situasi
sulit. Situasi para tokoh – tokoh wirausaha yang berhasil membangun bisnis yang
kuat seperti : bob sadino yang merintis jaringan usaha dari menjual telur ayam
negeri yang belum pernah dkenal keliling rumah. Namun seiring dengan waktu
bisnis yang dijalani meningkat pesat serta berkembang hingga sampai membuat
perusahaan kemchicks dan kemfood yang terkenbal hingga saat ini.

11

Para wirausahawan mempunyai prinsip untuk agar bias berjalan lancar dan
juga berkembang pesat tentu tanpa adanya prinsip maka akan sia-sia serta dapat
mengalami kehancuran. Kehancuran yang sering terjadi diakibatkan ketidaktahuan
pengalaman dari kegagalan yang sering terjadi di dalam bisnis. Seperti tidak tahu
nya pola konsumen terhadap barang yang telah dipesan serta daya jual yang baik
terhadap berbagai kalangan usaha. Daya jual harus sesuai dengan lingkungan serta
kebiasaan yang selalu dilakukan para pemukiman. Tentunya ditunjang dengan
biaya yang sesuai dengan tradisi serta adat yang selalu dilakukan.

Entrepreneur merupakan seorang yang memiliki jiwa kuat serta cerdas
dalam mencari peluang dalam usaha yang akan digelutinya. Eddy Soeryanto
Soegoto (2014:26) mendefinisikan Wirausaha atau Entrepreneur adalah orang yang
berjiwa

kreatif

dan

inovatif

yang

mampu

mendirikan,

membangun,

mengembangkan, memajukan dan menjadikan perusahaannya unggul. Contoh nya
: Ir. Ciputra, Dr. Mooryati Soedibyo, Bob Sadino, Mohtar Ryadi, James Riadi, Ir.
Aburizal Bakrie.
Berdasarkan definisi diatas, maka seorang entrepreneur memiliki hasrat
untuk memaksimalkan keuntungan serta memberikan kontribusi secara ekonomi
dan social kepada masyarakat. Hal ini menandakan bahwa seorang entrepreneur
atau wirausaha harus memiliki sikap dekat dengan para karyawannya agar bisnis
yang ditekuni nya dapat meraih tujuan yang besar serta maju. Seorang karyawan
pun dapat menjadi entrepreneur. Para wirausaha dituntut untuk mampu membuat
produk yang berguna serta kuat dalam berinovasi agar perusahaannya tetap maju.
Ia melakukan aktivitas entrepreneurial. Hanya saja namanya intrapreneur. Pada
kasus tertentu, kadang

ada karyawan yang kecewa dengan perusahaannya

disebabkan ketika ia melakukan aktivitas entrepreneurial, meciptakan produk atau
terobosan baru, perusahaan tidak mendukungnya. Karena kekecewaannya itu ia lalu
keluar dari perusahaan dan mendirikan perusahaan baru. Merealisasikan idenya.
Pada saat ini berarti seorang intrapreneur telah berubah menjadi entrepreneur. Jadi,
intrapreneur adalah entrepreneur di dalam sebuah perusahaan yang telah berdiri.

12

Keyakinan akan kemampuan yang dimiliki dalam

berwirausaha

akan

berhubungan dengan intensitas kesiapan individu untuk menampilkan perilaku
berwirausaha. Kesiapan individu untuk menampilkan perilaku berwirausaha sering
disebut sebagai entrepreneurial intention. Entrepreneurial intention ditentukan
pula oleh evaluasi akan konsekuensi yang akan didapatkan dari berwirausaha
(attitude toward behavior), persepsi akan norma subjektif dan tekanan sosial untuk
menampilkan perilaku berwirausaha (subjective norms), serta persepsi akan
kemampuan untuk mengontrol perilakunya dalam berwirausaha (perceived
behavioral control).
Entrepreneur tidak hanya menyangkut kegiatan yang bersifat komersial
untuk mencari keuntungan semata. Tapi juga kegiatan yang tidak komersial sejauh
dilakukan dengan semangat, sikap atau perilaku yang tepat dan unggul untuk
meningkatkan efisiensi dalam arti seluas-luasnya dalam rangka memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada semua pihak yang berkepentingan yaitu
pelanggan dalam arti luas, termasuk masyarakat, bangsa dan Negara.
. Eddy Soeryanto Soegoto (2014:28) mendefinisikan hakikat entrepreneur
(kewirausahaan) : (1). Entrepreneurship adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam
perilaku yang dijadikan sumberdaya, tenaga penggerak, tuujuan, siasat, kiat, proses
dan hasil bisnis, (2) Entrepreneurship adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk
memulai usaha yang telah dirintisnya dalam membangun karirnya agar maju, (3)
Entrepreneurship adalah proses mewujudkan bisnis yang telah digelutinya dengan
penuh kerja keras dan juga harapan sehingga dapat terwujud dengan baik dan
terbaik dalam bidangnya., (4) Entrepreneurship adalah kompetensi agar
menciptakan perubahan yang mendalam pada sesuatu yang masih baru serta masih
tidak dikenal, (5) Entrepreneurship adalah suatu proses penerapan kreativitas dan
keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan usaha dan (6) Entrepreneurship adalah usaha merubah dari
hal biasa menjadi hal yang menakjubkan lewat usaha yang telah dirintisnya agar
dapat kuat dan kokoh serta memenangkan permainan dari perusahaan lain.
Peran dari kepemimpinan dalam suatu organisasi atau pun ruang lingkup
perusahaan sangat luas dan beragam, tidak adanya kemauan agar mempertahankan

13

karyawan serta tidak respek terhadap masyarakat akan produk yang akan dijual
merupakan contoh dari kegagalan dalam mengatur perusahaan ke arah lebih baik.
Tentu ini menjadi factor yang harus diperhatikan agar perusahaan kita bisa maju
dan kokoh diatas para kompetitor yang lain.

14

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1

Gambaran umum entrepreneur di Indonesia
Saat ini minat masyarakat indonesia untuk berwirausaha masih tergolong

kecil mengingat jumlah pengangguran di Indonesia semakin tinggi, data terakhir
yang dilansir BPS menyebutkan bahwa angkatan kerja pada tahun bulan agustus
2012 mencapai 118 juta orang, dengan tingkat pengangguran terbuka mencapai
7.245.200 orang (6,14%)1. Di provinsi jawa barat sendiri, sebagaimana dilansir
oleh BPS Provinsi Jawa Barat jumlah angkatan kerja pada bulan februari 2012
adalah sebesar 20.138.658 orang, dengan tingkat pengangguran yang merupakan
lulusan dari Diploma I/II/III sebesar 11,94%. Sementara jumlah pengangguran yang
merupakan lulusan universitas adalah sebesar 9,81%. Jika dijumlahkan, maka
jumlah pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 21,75%.
Jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah pengangguran secara
agregat/nasional. Kemudian diikuti oleh penganggur yang merupakan lulusan
SMK, SMA, SMP, dan SD2.
Jumlah yang begitu besar tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi kita
semua karena ini menjadi tolak ukur bahwa pendidikan Indonesia tidak menjamin
kualitas kita kedepannya akan bekerja atau tidak. Maka patut menjadi perhatian dari
kita untuk mengukur skill yang dimiliki sudah sampai mana dan apakah dibutuhkan
oleh perusahaan. Calon pelamar kerja diharusnya mempersiapkan semuanya
dengan baik sebelum melamar kerja mulai dari CV, Pakaian, Kesiapan mental agar
nantinya bisa berjalan dengan baik untuk berhadapan dengan bagian HRD dan doa
yang mengalir dari orang tua sehingga kita bisa masuk ke pekerjaan yang
diinginkan.

Rijal Assidiq Mulyana, “Pengaruh Norma Subyektif, Persepsi Kontrol Perilaku, Dan Sikap
Wirausaha terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK”,(
http://repository.upi.edu/2616/4/T_PEKO_1102610_Chapter1.pdf, diakses 14 juni 2017)
2
Ibid.
1

15

Melihat angka pengangguran yang begitu besar yang disumbangkan oleh
mereka yang dikatakan sebagai penganggur terdidik di Provinsi Jawa Barat
menimbulkan keprihatinan yang teramat dalam bagi penulis secara pribadi dan
masyarakat jawa barat pada umumnya. Melihat angkat tersebut. Maka, wajar saja
jika kemudian pendidikan di Indonesia pada umumnya dan khususnya Provinsi
Jawa Barat harus dipertanyakan. Apakah sudah tepat pendidikan dikatakan sebagai
sebuah investasi jika kita konfrontasikan dengan fakta gentir tentang pengangguran
terdidik kita. Walaupun disisi lain pendidikan tidak bisa dijadikan kambing hitam,
salah satunya instusi yang disalahkan atas problem kebangsaan ini karena tentu saja
kita mafhum bersama, bahwa banyak parameter lainnya yang memiliki kontribusi
dalam keberhasilan sebuah bangsa. Namun setidaknya menyadarkan kita tentang
pentingnya membangun sebuah pendidikan yang memberikan jaminan bagi seluruh
masyarakat Indonesia untuk menjadi masyarakat sejahtera. Karena walaupun
menjadi satu diantara berbagai parameter keberhasilan sebuah bangsa, pendidikan
atau institusi pendidikan mesti bertanggung jawab dan berperan atas problema
kebangsaan ini. Selain pendidikan, data pengangguran di Provinsi Jawa Barat
memberikan gambaran sekaligus membuktikan pada kita akan terbatasnya
lapangan pekerjaan di Jawa Barat. Sehingga pemerintah sebagai stake holders
segera membuat aksi untuk memecahkan problem ini. Masalah ini menjadi
ancaman juga terhadap generasi muda Indonesia karena dengan begitu banyaknya
pengangguran maka Negara Indonesia masih disebut Negara berkembang, padahal
masih ada cara lain untuk menekan tingkat pengangguran yakni dengan menjadi
seorang pengusaha yang bisa menciptakan lapangan kerja serta memberantas
pengangguran di Indonesia.
Maka dari itu patutlah kita sadari jalan yang harus ditempuh dengan menjadi
seorang entrepreneur yang bisa memajukan Indonesia dan juga mengangkat
perekonomian agar stabil dan meningkat. Peran masyakarakat ini yang menjadi
actor dibalik kemajuan bangsa ini, dikarenakan pentingnya menjaga keluarga dari
kelaparan serta mensejahterakannya agar menjadi insan yang berguna.

16

3.2

Skill dalam Berwirausaha
Untuk mencapai cara berwirausaha yang benar diperlukan skill yang

mumpuni aga tercipta bisnis yang kuat dan tangguh sehingga bisa mencapai derajat
entrepteneur yang mumpuni di bidangnya. Skill yang perlu diperhatikan tentu
memerlukan penunjang bukan hanya konsep yang diajarkan selama kegiatan bisnis
yang berjalan. Bukan hanya itu saja tapi juga sangat ditunjang dengan berbagai
pengalaman bisnis yang dari para pengusaha sukses yang telah meraih berbagai
kesuksesan seperti : chairul tanjung adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang
merintis CT Corp. Hingga saat ini telah mempunyai anak perusahaan yang bergerak
di berbagai bidang bisnis contoh : Trans TV yang bergerak dibidang iklan dan
televisi. Sekarang telah banyak berkembang layanan televisi yang selalu berada di
TV Indonesia. RCTI, MNC, TRANS TV merupakan contoh dari pergerakan
bisnisnya. Contoh yang kedua Jacob oetama yang merupakan salah satu pendiri
Surat Kabar Kompas. Yang saat ini berkembang begitu pesat sampai – sampai telah
dibaca oleh berbagai kalangan dari para bisnis, anak muda, remaja dan dewasa. Para
wirausaha muda sering bergerak di bidang makana karena di bidang tersebut sangat
banyak digandrungi oleh kalangan mahasiswa dan juga orang Indonesia. Disisi lain
bidang bisnis ini sangat menunjang modal usaha dari kantong mahasiswa dan juga
harga yang ditawarkan kepada konsumen sesuai dengan keinginan merak. Begitu
pun dengan produk yang ditawarkan seseorang ke berbagai produk yang seharusnya
mengalir pada diri seorang wirausahawan yang mengalir dikehidupan sehari – hari.
Setiap hari dengan berbagai bidang bisnis yang dirintis dengan para wirausahawan
lain.
Eddy Soeryanto Soegoto (2014:34) mengemukakan keterampilan (skill)
yang diperlukan seorang entrepreneur untuk menunjang keberhasilan bisnis adalah
(1) technical skill, yaitu keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugastugas khusus, seperti sekretaris, akuntan-auditor, ahli gambar, (2) human relations
skill, yaitu kemampuan agar dapat mewujudkan cara agar dapat berinteraksi dengan
orang lain dalam hal bisnis yang dijalaninya, (3) conceptual skill, yaitu kemampuan
seseorang dalam berpikir real atau abstrak agar dapat mendayagunakan

17

mendiagnosis dan untuk menganalisis situasi yang berbeda, dan melihat situasi luar.
Keterampilan konseptual sangat penting untuk memperoleh peluang pasar baru dan
menghadapi tantangan, (4) decision making skill, yaitu keterampilan untuk
merumuskan masalah dan memilih cara bertindak yang terbaik untuk memecahkan
masalah tersebut. Ada tiga tahapan utama dalam pengambilan keputusan, yaitu:
1. Merumuskan masalah, mengumpulkan fakta, dan mengidentifikasi
alternative pemecahannya.
2. Mengevaluasi setiap alternative dan memilih alternative yang terbaik
3. Mengimplementasikan alternative yang terpilih, menindaklanjuti secara
periodik, dan mengevaluasi keefektifan yang telah dipilih tersebut
(5) time management skill, yaitu keterampilan dalam menggunakan dan
mengatur waktu seefisien dan seproduktif mungkin, (6) individual skills and
attitudes, yaitu keterampilan dan sikap individu, (7) knowledge of business, yaitu
kemampuan dalam menjalankan bisnisnya yang akan digelutinya, (8) establishment
of goal, yaitu kesempurnaan dalam melangkah ke depan agar bisnisnya bergerak
maju, (9) take advantage of the opportunities, yaitu kesempurnaan dalam
mengunggulkan setiap peluang bisnis agar terciptanya bisnis yang kuat dalam hal
apapun, (10) adapt to the change, yaitu kemampuan untuk beradaptasi dengan
perubahan, (11) minimize the threats to business, yaitu kemampuan untuk
meminimalkan ancaman terhadap perusahaan.
Konsep yang telah dijelaskan diatas, merupakan dasar teori yang
dibutuhkan oleh para entrepreneur akan tetapi masih banyak yang belum
mengaplikasikan skill tersebut dikarenakan tidak adanya teori yang diajarkan di
bangku sekolah seperti : SMP, SMA. Hanya diajarkan di beberapa perguruan tinggi
saja tetapi tidak menyeluruh. Kebanyakan mereka semua sebatas tahu dari
pengalaman berbisnis saja yang bisa mengakibatkan kegagalan dalam berbisnis.
Padahal manfaat dari menjadi entrepreneur begitu banyak dan besar serta berdampak
sangat kepada negaranya dan bangsanya. Kasus yan pertama, salahnya komunikasi
dari pihak penjual dan pembeli yang sering terjadi tidak sesuai harga di pasaran atau
kualitas barang yang buruk menjadikan para entrepreneur gagal memanfaatkan
peluang dari kegiatan bisnis tersebut. Kasus yang kedua, kesalahan dalam mengatur
18

waktu seefisien mungkin serta seproduktif untuk menjaga hubungan baik dengan
para konsumen merupakan langkah konkret yang harus dilakukan karena akan
menimbulkan kesan yang baik serta munculnya minat mereka terhadap pelayanan
kita sehingga akan semakin banyak konsumen yang berdatangan dan tentunya
melipatgandakan keuntungan. Kasus yang ketiga, kesalahannya terletak pada
adaptasi dengan perubahan dengan cepat dan fleksibel merupakan keharusan yang
diharus diasah karena pergerakan usaha atau bisnis cepat berubah sampai – sampai
mengikuti tren yang paling banyak digandrungi serta kita bisa memperkirakan
sejauh apa kuatnya perusahaan atau bisnis kita dalam menghadapi perubahan
tersebut. Jika perusahaan tetap berdiri kokoh maka pondasi yang telah dibuat
sebelumnya terhitung baik, akan tetapi jika pondasi lemah maka akan hancur
dimakan oleh perubahan yang semakin lama semakin baru.

Maka dari itu, pentingya mengaplikasikan skill tersebut, karena akan
mencegah dari kesalahan – kesalahan yang sama bagi para entrepreneur. Sehingga
perusahaan atau bisnis yang ditekuni dapat berdiri kokoh dan kuat serta berdedikasi
untuk kepentingan masyarakat.

3.3

Kreativitas dan Inovasi dalam Berwirausaha

3.3.1

Kreativitas
Kreativitas adalah inisiatif terhadap suatu produk atau proses yang

bermanfaat benar, tepat dan bernilai terhadap tugas yang lebih bersifat heuristic
yaitu sesuatu yang merupakan pedoman, petunjuk, atau panduan yang tidak sesuai
yang diharapkan agar dapat membantu kita agar dapat paham serta menemukan cara
yang baru. Atribut orang yang kreatif adalah terbuka terhadap pengalaman, suka
memperhatikan melihat sesuatu dengan cara yang tidak biasa, kesungguhan,
menerima dan merekonsiliasi sesuatu yang bertentangan, toleransi terhadap sesuatu
yang tidak jelas, independen dalam mengambil keputusan, berpikir dan bertindak,
memerlukan dan mengasumsikan otonomi, percaya diri, tidak menjadi subjek dari
standard dan kendali kelompok, rela mengambil resiko yang diperhitungkan, gigih,

19

sensitif terhadap permasalahan, lancar-kemampuan untuk menggenerik ide - ide
yang banyak, fleksibel keaslian, responsive terhadap perasaan, terbuka terhadap
fenomena yang belum jelas, motivasi, bebas dari rasa takut gagal, berpikir dalam
imajinasi dan selektif.
Memahami kreativitas (daya cipta) akan memberikan dasar yang kuat untuk
membuat modul atau perangkat tentang kewirausahaan. Titik tengah dari
berwirausaha adalah mengetahui peluang yang ada dihadapannya serta
mengambilnya sebagai titik tolak untuk maju dan juga kuat dalam bersaing pada
corporate baru, proses-proses manufacture yang baru, produk – produk dan jasa –
jasa baru, cara – cara baru dalam mengelola sesuatu dalam mengambil keputusan.
3.3.2

Inovasi
Dengan terdapatnya inovasi yang mendalam akan kebutuhan yang selalu

bertambah dan juga permintaan berbagai pelangga terus meningkat maka dari itu
diperlukan adanya keinginan agar selalu maju dan maju.
Pelanggan akan mencari produk lain dari perusahaan yang dirasa dapat
memuaskan kebutuhan mereka. Maka dari itu terdapat inovasi yang terus
berkembang maju dan tetap kokoh pada usahanya
Inovasi sangat berguna bagi kelangsungan produk yang telah diusung
karena menimbulkan respek kepada pembeli bahwa produk kita selalu berkembang
dan terbaru. Misalnya pembeli ingin membeli produk yang sesuai dengan
kebutuhannya pada perusahaan yang sama karena telah tertanam produk merk A
bagus dan baik, sehingga pembeli tidak akan berpaling ke merk lain. Para pemilik
perusahaan hanya tinggal mengatur produk yang baru dengan kualitas yang seperti
produk diawal sehingga tidak susah lagi mempromosikan produknya karena telah
dikenal dengan baik oleh para masyarakat.

20

BAB IV
KESIMPULAN
4.1

Kesimpulan
Untuk menjadi seorang wirausaha yang cerdas dalam memilih peluang

bisnis yang ada berbagai kalangan orang akan lebih mudah mencari jalan pintas dari
orang yang sudah sukses dalam mengembangkan bisnisnya. Prinsip mereka
seharusnya dituruti dari perilaku seseorang agar bisa masuk kedalam skala bisnis
yang lebih besar dari kecil yang membutuhkan perjuangan yang penuh
pertimbangan karena dengan begitu pun maka antusias dari warga akan besar
sehingga membutuhkan respek yang besar kepada para developer di Indonesia.
Segala perjuangan yang dirasakan oleh para wirausaha menjadi titik tolak untuk
bangkit dari keterpurukan serta meraih keberhasilan dengan usaha yang
diperjuangkan.

Maka dari itu, dibutuhkan pemahaman yang luas akan berwirausaha untuk
berbagai kalangan bisnis sehingga bisa membantu masyarakat Indonesia yang
miskin agar mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan yang diharapkan.

21

BIBLIOGRAPHY
Soegoto, D. I. (2014). Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Soegoto, D. I. (2017). Tren Kepemimpinan Kewirausahaan dan Manajemen Inovatif di
Era Bisnis Modern. CV. Andi Offset 1.

22