ANALISIS BIAYA PENDAPATAN DAN R C PADA A
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C
PADA AGROINDUSTRI KECAP
(Studi Kasus pada Perusahaan Kecap di Kabupaten Pangandaran)
Oleh:
Ani Handiani 1, Dedi Herdiansah S 2, Cecep Pardani3
1,2,3
Fakultas Pertanian Universitas Galuh
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) besarnya rata-rata biaya yang dikeluarkan, rata-rata
penerimaan, serta rata-rata pendapatan yang diperoleh perusahaan kecap di Kabupaten Pangandaran per
satu bulan proses produksi, (2) besarnya rata-rata R/C pada perusahaan kecap di Kabupaten Pangandaran
per satu bulan proses produksi. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data yang
dipergunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan
kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, dinas dan instansi terkait. Jumlah
responden sebanyak 3 pengusaha kecap yang diperoleh secara sensus. Analisis yang digunakan adalah
biaya, penerimaan, pendapatan, dan R/C. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Rata-rata biaya total
agroindustri kecap di Kabupaten Pangandaran dalam satu bulan proses produksi adalah sebesar Rp
39.256.802,07 sedangkan rata-rata penerimaannya adalah sebesar Rp 51.653.333,33. Sehingga rata-rata
pendapatan yang diperoleh agroindustri kecap adalah Rp 12.396.531,26 per satu bulan proses produksi. 2)
Rata-rata R/C dalam satu bulan proses produksi adalah 1,31 yang berarti setiap pengeluaran biaya sebesar
Rp 1,00 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,31 sehingga memperoleh pendapatan sebesar Rp 0,31.
Nilai R/C yang diperoleh lebih besar daripada 1, maka dapat disimpulkan bahwa agroindustri kecap di
Kabupaten Pangandaran layak diusahakan dan menguntungkan.
Kata Kunci: Agroindustri kecap, Kabupaten Pangandaran, R/C
PENDAHULUAN
Pengembangan agroindustri diyakini akan
memberikan dampak pada penciptaan kesempatan
kerja
seluas-luasnya
sekaligus
menciptakan
pemerataan pembangunan. Perekonomian Indonesia
sekarang mempunyai masalah yang krusial dalam
bidang pengangguran dan kemiskinan. Titik lemah
perekonomian kita adalah tidak bergeraknya sektor
riil sehingga kesempatan kerja terbatas. Padahal
sebagian besar penduduk miskin berada pada sektor
ini, khususnya pertanian (Yorin, 2009).
Sektor industri berbasis pertanian (agroindustri)
merupakan tulang punggung perekonomian nasional
dan sumber penghidupan sebagian besar rakyat
Indonesia. Kebutuhan tenaga kerja terapan
merupakan salah satu faktor penting bagi
pengembangan agroindustri untuk menghadapi
tantangan masa depan berupa era globalisasi dan
perdagangan bebas (Mangunwidjaja dan Saliah,
2009).
Agroindustri berbasis pangan lokal memerlukan
bahan baku berupa hasil pertanian yang berasal dari
produksi setempat akan mempermudah produsen
agroindustri memperolehnya, serta kontinuitas
pasokan bahan baku sangat diperlukan agar
agroindustri bisa beroperasi sepanjang tahun
(Mangunwidjaja dan Saliah, 2009).
Salah satu bentuk agroindustri yang berkembang
di Indonesia adalah di bidang pangan, diantaranya
yaitu agroindustri yang berbahan dasar kedelai dan
salah satu produk turunannya adalah kecap. Menurut
Haryoto (2008), kecap adalah cairan hasil fermentasi
bahan nabati berprotein tinggi di dalam larutan
garam. Kecap berwarna coklat tua, berbau khas, rasa
manis atau asin dan dapat mempersedap masakan.
Kecap merupakan salah satu produk olahan hasil
pertanian yang diusahakan oleh masyarakat
Kabupaten Pangandaran. Total produksi kecap
selama tahun 2015 yaitu sebesar 21.507 liter dengan
kapasitas produksi sebesar 1.792,25 liter per bulan
(Dinas Pariwisata Perindustrian Perdagangan
Koperasi dan UMKM Kabupaten Pangandaran,
2016).
Tujuan akhir dari setiap perusahaan adalah
mempertahankan dan memaksimalkan keuntungan
(laba). Perolehan keuntungan dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu: volume produksi, harga jual dan biaya.
Biaya menentukan harga jual untuk mencapai
tingkat pendapatan yang dikehendaki, harga jual
mempengaruhi volume penjualan, volume penjualan
juga mempengaruhi volume produksi, sedangkan
volume produksi akan mempengaruhi biaya
(Anggrayni, 2009).
Selain memperoleh keuntungan (laba),
sebuah perusahaan juga harus memperhitungkan
layak atau tidaknya perusahaan tersebut dalam
memproduksi suatu produk. Menurut Rahim dan
Hastuti (2008), untuk mengetahui analisis usaha dan
tingkat kelayakan suatu usaha, dapat dilihat dengan
analisis imbangan antara penerimaan dan biaya
Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C pada Agroindustri Kecap
(Studi Kasus Pada Perusahaan Kecap di Kabupaten Pangandaran )
ANI HANDIANI, DEDI HEDIANSAH S, CECEP PARDANI
produksi atau (revenue cost ratio) dengan kriteria
semakin tinggi nilai R/C, maka usaha tersebut akan
semakin menguntungkan dan layak untuk
diusahakan.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan penulis
tertarik untuk mengetahui besarnya rata-rata biaya
yang dikeluarkan, rata-rata penerimaan dan rata-rata
pendapatan yang diperoleh, serta rata-rata R/C pada
perusahaan kecap di Kabupaten Pangandaran per
satu bulan proses produksi.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi
kasus pada Perusahaan Kecap di Kabupaten
Pangandaran. Menurut Nazir (2011), studi kasus
merupakan suatu penelitian yang bersifat mendalam
mengenai suatu karakteristik tertentu dari objek
penelitian.
Operasionalisasi Variabel
1. Satu bulan proses produksi adalah selama 26 hari
produksi.
2. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang
digunakan untuk memproduksi kecap yang
dianalisis selama satu bulan proses produksi,
dinyatakan dengan rupiah (Rp) yang terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel.
3. Penerimaan merupakan jumlah total produksi
dikalikan dengan harga jual per satu satuan
produksi, dinilai dalam satuan rupiah (Rp) per
satu bulan proses produksi.
4. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan
dengan biaya produksi total yang dikeluarkan
dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp) per satu
bulan proses produksi.
5. R/C merupakan perbandingan antara penerimaan
dengan biaya usaha.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan
sekunder. Data primer yaitu data yang akan
diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan
pengusaha kecap yang berada di Kabupaten
Pangandaran, yang disertai dengan menggunakan
daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan
sebelumnya. Sedangkan data sekunder yaitu data
yang akan diperoleh dari studi pustaka, Dinas
Pariwisata Perindustrian Perdagangan Koperasi dan
UMKM Kabupaten Pangandaran, BPS, serta dari
instansi lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel dilakukan secara
sensus, yaitu dengan mengambil seluruh unit usaha
agroindustri kecap di Kabupaten Pangandaran, yaitu
perusahaan kecap Cap Ayam, kecap Cap Jago dan
kecap Teu Sangka. Menurut Supranto (2008),
sensus adalah cara pengumpulan data apabila
seluruh elemen populasi diselidiki satu per satu.
Sedangkan Arikunto (2006) menyatakan bahwa jika
jumlah populasi kurang dari 100, akan lebih baik
jika diambil secara keseluruhan, dan penelitian ini
disebut juga dengan penelitian populasi.
Rancangan Analisis Data
1. Untuk menghitung besarnya biaya, penerimaan,
dan pendapatan agroindustri kecap di
Kabupaten Pangandaran, digunakan alat analisis
menurut Suratiyah (2006) sebagai berikut:
a. Analisis Biaya
TC = TFC + TVC
Keterangan,
TC
: Total Cost (Biaya Total)
TFC :Total Fixed Cost (biaya tetap total)
TVC : Total Variable Cost (biaya variabel
total)
b. Analisis Penerimaan
TR = Py.Y
Keterangan,
TR
: Total penerimaan (Rp)
Py
: Harga produk (Rp)
Y
: Jumlah produksi (Rp)
c. Analisis Pendapatan
Π = TR – TC
Keterangan,
Π
: Keuntungan (Rp)
TR
: Total penerimaan (Rp)
TC
: Total biaya (Rp)
2. Untuk menghitung besarnya R/C pada
perusahaan kecap di Kabupaten Pangandaran,
digunakan alat analisis menurut Suratiyah
(2006) sebagai berikut:
Keterangan,
R/C
: Revenue cost ratio
TR
: Total revenue
TC
: Total cost
Kriteria,
Jika R/C > 1, maka kegiatan usaha
menguntungkan.
Jika R/C = 1, maka kegiatan usaha tidak untung
dan tidak rugi (impas).
Jika R/C < 1, maka kegiatan usaha tidak
menguntungkan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Perusahaan
Kecap di Kabupaten Pangandaran pada bulan Maret
sampai Juli 2016.
Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C pada Agroindustri Kecap
(Studi Kasus Pada Perusahaan Kecap di Kabupaten Pangandaran )
ANI HANDIANI, DEDI HEDIANSAH S, CECEP PARDANI
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Agroindustri Kecap
Agorindustri kecap yang ada di Kabupaten Pangandaran yang diproduksi oleh 3 (tiga) perusahaan kecap
yang secara umum diproses dalam beberapa tahapan, seperti yang diuraikan sebagai berikut:
a. Bahan-bahan:
1. Kedelai hitam
2. Gula kelapa
3. Garam
4. Penyedap rasa
5. Air
b. Proses pembuatan:
1. Pencucian
Kedelai hitam kemudian dicuci dengan air yang mengalir. Pencucian bertujuan menghilang kotoran
dan tanah yang masih menempel pada biji.
2. Perebusan
Biji kedelai hitam yang telah dicuci kemudian direbus selama ± 360 menit atau sampai biji lunak.
Tujuannya agar memperoleh biji kedelai hitam yang lunak dan kulitnya mudah dikupas.
3. Penjemuran
Setelah direbus, biji kedelai hitam dijemur sampai kering. Lamanya waktu penjemuran tergantung
pada sinar matahari karena pengeringan dilakukan secara alami.
4. Fermentasi
Setelah mendapatkan kedelai hitam kering, kemudian kedelai hitam dirontokkan dan direndam pada
air garam selama ± 13 hari.
5. Pemasakan
Air fermentasi larutan garam dengan biji kedelai hitam disaring dan diolah dengan gula merah
sambil
terus
dilakukan
pengadukan
supaya
adonan
kecap tidak menggumpal. Tidak lupa masukan penyedap rasa kedalam adonan kecap yang sedang
diolah tersebut. Proses pemasakan tersebut membutuhkan waktu selama ± 120 menit.
6. Pengemasan
Kecap yang telah jadi kemudian didinginkan selama 24 jam. Setelah itu dapat dilakukan
pengemasan pada kecap. Pengemasan dilakukan dengan pengisian kecap kedalam botol kaca dan
diberi label kemasan.
Analisis Usaha Agroindustri Kecap di Kabupaten Pangandaran
1. Biaya Total
Biaya yang digunakan dalam usaha agroindustri kecap di Kabupaten Pangandaran meliputi biaya tetap
yang terdiri dari PBB, penyusutan alat, biaya perizinan dan bunga modal tetap, serta biaya variabel terdiri
dari biaya bahan baku yang berupa biji kedelai, bahan penunjang seperti gula merah, garam dan penyedap
rasa, biaya-biaya lain seperti tenaga kerja dan transportasi, serta bunga modal variabel, seperti yang dapat
dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1.
Biaya Total pada Usaha Agroindustri Kecap di Kabupaten Pangandaran dalam Satu
Bulan Proses Produksi
No. Responden
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
Biaya Tetap (Rp)
1.050.206,89
1.570.036,82
993.478,96
3.613.722,67
1.204.574,22
Biaya Variabel
(Rp)
48.551.698,18
45.954.190,59
19.650.794,77
114.156.683,53
38.052.227,84
Biaya Total
(Rp)
49.601.905,07
47.524.227,41
20.644.273,72
117.770.406,20
39.256.802,07
Berdasarkan pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa biaya total yang dikeluarkan pengusaha kecap di
Kabupaten Pangandaran dalam satu bulan proses produksi sebesar Rp 117.770.406,20 dengan rata-rata biaya
sebesar Rp 39.256.802,07 dimana rata-rata biaya tetapnya sebesar Rp 1.204.574,22 dan rata-rata biaya
variabelnya sebesar Rp 38.052.227,84.
Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C pada Agroindustri Kecap
(Studi Kasus Pada Perusahaan Kecap di Kabupaten Pangandaran )
ANI HANDIANI, DEDI HEDIANSAH S, CECEP PARDANI
2.
Penerimaan
Penerimaan yang diperoleh dari ketiga pengusaha kecap di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada
Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Penerimaan pada Usaha Agroindustri Kecap di Kabupaten Pangandaran dalam Satu Bulan
Proses Produksi
Volume (botol)
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
No. Resp.
1
4.680
14.000,00
65.520.000,00
2
4.160
15.000,00
62.400.000,00
3
2.080
13.000,00
27.040.000,00
Jumlah
10.920
42.000,00
154.960.000,00
Rata-rata
3.640
14.000,00
51.653.333,33
Berdasarkan pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa produksi yang dihasilkan agroindustri kecap di
Kabupaten Pangandaran yaitu sebanyak 10.920 botol dengan harga jual setiap agroindustri berbeda-beda,
dari yang berharga Rp 13.000,00 per botol sampai Rp 15.000,00 per botolnya. Total penerimaan yang
diperoleh pengusaha kecap di Kabupaten Pangandaran dalam satu bulan produksi sebesar Rp 154.960.000,00
dengan rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 51.653.333,33.
3.
Pendapatan dan R/C
Pendapatan bersih yang diterima pengusaha kecap di Kabupaten Pangandaran yaitu dengan
mengurangkan penerimaan yang diperoleh dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan selama proses
produksi berlangsung. Sedangkan untuk mengetahui kelayakan usaha pada agroindustri kecap di Kabupaten
Pangandaran digunakan analisis R/C yang merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya total.
Besarnya pendapatan dan rata-rata R/C agroindustri kecap di Kabupaten Pangandaran secara lebih rinci
dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C pada Usaha Agroindustri Kecap di Kabupaten
Pangandaran dalam Satu Bulan Proses Produksi
No. Resp
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
Penerimaan (Rp)
65.520.000,00
62.400.000,00
27.040.000,00
154.960.000,00
51.653.333,33
Biaya Total (Rp)
49.601.905,07
47.524.227,41
20.644.273,72
117.770.406,20
39.256.802,07
Pendapatan (Rp)
15.918.094,93
14.875.772,59
6.395.726,28
37.189.593,80
12.396.531,26
R/C
1,32
1,31
1,31
1,31
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa total pendapatan yang diterima pengusaha kecap di
Kabupaten Pangandaran mencapai Rp 37.189.593,80 dengan rata-rata pendapatannya sebesar Rp
12.396.531,26. Sedangkan untuk rata-rata R/C agroindustri kecap di Kabupaten Pangandaran diperoleh nilai
sebesar 1,31 yang berarti setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp
1,31 sehingga memperoleh pendapatan sebesar Rp 0,31. Nilai R/C yang diperoleh lebih besar daripada 1,
maka dapat disimpulkan bahwa agroindustri kecap di Kabupaten Pangandaran layak diusahakan dan
menguntungkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata biaya total agroindustri kecap di
Kabupaten Pangandaran dalam satu bulan
proses produksi adalah Rp 39.256.802,07
sedangkan rata-rata penerimaannya adalah
Rp 51.653.333,33. Sehingga rata-rata
pendapatan yang diperoleh agroindustri
kecap adalah Rp 12.396.531,26 per satu
bulan proses produksi.
2.
Rata-rata R/C dalam satu bulan proses
produksi adalah 1,31. yang berarti setiap
pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,31
sehingga memperoleh pendapatan sebesar Rp
0,31. Nilai R/C yang diperoleh lebih besar
daripada 1, maka dapat disimpulkan bahwa
agroindustri
kecap
di
Kabupaten
Pangandaran
layak
diusahakan
dan
menguntungkan.
Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C pada Agroindustri Kecap
(Studi Kasus Pada Perusahaan Kecap di Kabupaten Pangandaran )
ANI HANDIANI, DEDI HEDIANSAH S, CECEP PARDANI
Saran
Saran yang dapat diberikan setelah
mengetahui pengalaman usaha dari setiap
pengusaha kecap yang berada di Kabupaten
Pangandaran yaitu untuk bisa mempertahankan
usahanya,
maka para pengusaha dapat
memanfaatkan
teknologi
dalam
proses
produksinya.
Selain itu, untuk dapat meningkatkan
pendapatan pada agroindustri kecap, maka limbah
kecap yang dihasilkan dari proses produksi harus
dimanfaatkan menjadi suatu produk baru yang
bisa dikenal dan diminati oleh masyarakat.
Karena selama ini, limbah kecap yang dihasilkan
perusahaan-perusahaan kecap di Kabupaten
Pangandaran tidak termanfaatkan dengan baik.
Limbah tersebut dibuang tanpa memperhatikan
pendapatan yang akan diterima..
DAFTAR PUSTAKA
Anggrayni, Y. 2009. Analisis BEP Sebagai Alat
Perencanaan Laba pada UD Mulya Jaya.
Universitas Gunadarma. Bekasi.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Dinas Pariwisata Perindustrian Perdagangan
Koperasi
dan
UMKM
Kabupaten
Pangandaran. 2016. Potensi Industri di
Kabupaten
Pangandaran
2015.
Disparperindagkop dan UMKM Kabupaten
Pangandaran. Pangandaran.
Haryoto. 2008. Kecap Benguk. Kanisius.
Yogyakarta.
Mangunwidjaja, D dan Saliah, I. 2009. Pengantar
Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya.
Bogor.
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia. Bogor.
Rahim, A. dan Hastuti. 2008. Ekonomika
Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Supranto, J. 2008. Statistik (teori dan aplikasi).
Erlangga. Jakarta.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Yorin.
2009.
Prospek
Agroindustri.
http://www.gib.or.id/isibuletin.php?&berita.
Diakses pada tanggal 05 Oktober 2015
Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C pada Agroindustri Kecap
(Studi Kasus Pada Perusahaan Kecap di Kabupaten Pangandaran )
ANI HANDIANI, DEDI HEDIANSAH S, CECEP PARDANI
PADA AGROINDUSTRI KECAP
(Studi Kasus pada Perusahaan Kecap di Kabupaten Pangandaran)
Oleh:
Ani Handiani 1, Dedi Herdiansah S 2, Cecep Pardani3
1,2,3
Fakultas Pertanian Universitas Galuh
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) besarnya rata-rata biaya yang dikeluarkan, rata-rata
penerimaan, serta rata-rata pendapatan yang diperoleh perusahaan kecap di Kabupaten Pangandaran per
satu bulan proses produksi, (2) besarnya rata-rata R/C pada perusahaan kecap di Kabupaten Pangandaran
per satu bulan proses produksi. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data yang
dipergunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan
kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, dinas dan instansi terkait. Jumlah
responden sebanyak 3 pengusaha kecap yang diperoleh secara sensus. Analisis yang digunakan adalah
biaya, penerimaan, pendapatan, dan R/C. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Rata-rata biaya total
agroindustri kecap di Kabupaten Pangandaran dalam satu bulan proses produksi adalah sebesar Rp
39.256.802,07 sedangkan rata-rata penerimaannya adalah sebesar Rp 51.653.333,33. Sehingga rata-rata
pendapatan yang diperoleh agroindustri kecap adalah Rp 12.396.531,26 per satu bulan proses produksi. 2)
Rata-rata R/C dalam satu bulan proses produksi adalah 1,31 yang berarti setiap pengeluaran biaya sebesar
Rp 1,00 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,31 sehingga memperoleh pendapatan sebesar Rp 0,31.
Nilai R/C yang diperoleh lebih besar daripada 1, maka dapat disimpulkan bahwa agroindustri kecap di
Kabupaten Pangandaran layak diusahakan dan menguntungkan.
Kata Kunci: Agroindustri kecap, Kabupaten Pangandaran, R/C
PENDAHULUAN
Pengembangan agroindustri diyakini akan
memberikan dampak pada penciptaan kesempatan
kerja
seluas-luasnya
sekaligus
menciptakan
pemerataan pembangunan. Perekonomian Indonesia
sekarang mempunyai masalah yang krusial dalam
bidang pengangguran dan kemiskinan. Titik lemah
perekonomian kita adalah tidak bergeraknya sektor
riil sehingga kesempatan kerja terbatas. Padahal
sebagian besar penduduk miskin berada pada sektor
ini, khususnya pertanian (Yorin, 2009).
Sektor industri berbasis pertanian (agroindustri)
merupakan tulang punggung perekonomian nasional
dan sumber penghidupan sebagian besar rakyat
Indonesia. Kebutuhan tenaga kerja terapan
merupakan salah satu faktor penting bagi
pengembangan agroindustri untuk menghadapi
tantangan masa depan berupa era globalisasi dan
perdagangan bebas (Mangunwidjaja dan Saliah,
2009).
Agroindustri berbasis pangan lokal memerlukan
bahan baku berupa hasil pertanian yang berasal dari
produksi setempat akan mempermudah produsen
agroindustri memperolehnya, serta kontinuitas
pasokan bahan baku sangat diperlukan agar
agroindustri bisa beroperasi sepanjang tahun
(Mangunwidjaja dan Saliah, 2009).
Salah satu bentuk agroindustri yang berkembang
di Indonesia adalah di bidang pangan, diantaranya
yaitu agroindustri yang berbahan dasar kedelai dan
salah satu produk turunannya adalah kecap. Menurut
Haryoto (2008), kecap adalah cairan hasil fermentasi
bahan nabati berprotein tinggi di dalam larutan
garam. Kecap berwarna coklat tua, berbau khas, rasa
manis atau asin dan dapat mempersedap masakan.
Kecap merupakan salah satu produk olahan hasil
pertanian yang diusahakan oleh masyarakat
Kabupaten Pangandaran. Total produksi kecap
selama tahun 2015 yaitu sebesar 21.507 liter dengan
kapasitas produksi sebesar 1.792,25 liter per bulan
(Dinas Pariwisata Perindustrian Perdagangan
Koperasi dan UMKM Kabupaten Pangandaran,
2016).
Tujuan akhir dari setiap perusahaan adalah
mempertahankan dan memaksimalkan keuntungan
(laba). Perolehan keuntungan dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu: volume produksi, harga jual dan biaya.
Biaya menentukan harga jual untuk mencapai
tingkat pendapatan yang dikehendaki, harga jual
mempengaruhi volume penjualan, volume penjualan
juga mempengaruhi volume produksi, sedangkan
volume produksi akan mempengaruhi biaya
(Anggrayni, 2009).
Selain memperoleh keuntungan (laba),
sebuah perusahaan juga harus memperhitungkan
layak atau tidaknya perusahaan tersebut dalam
memproduksi suatu produk. Menurut Rahim dan
Hastuti (2008), untuk mengetahui analisis usaha dan
tingkat kelayakan suatu usaha, dapat dilihat dengan
analisis imbangan antara penerimaan dan biaya
Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C pada Agroindustri Kecap
(Studi Kasus Pada Perusahaan Kecap di Kabupaten Pangandaran )
ANI HANDIANI, DEDI HEDIANSAH S, CECEP PARDANI
produksi atau (revenue cost ratio) dengan kriteria
semakin tinggi nilai R/C, maka usaha tersebut akan
semakin menguntungkan dan layak untuk
diusahakan.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan penulis
tertarik untuk mengetahui besarnya rata-rata biaya
yang dikeluarkan, rata-rata penerimaan dan rata-rata
pendapatan yang diperoleh, serta rata-rata R/C pada
perusahaan kecap di Kabupaten Pangandaran per
satu bulan proses produksi.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi
kasus pada Perusahaan Kecap di Kabupaten
Pangandaran. Menurut Nazir (2011), studi kasus
merupakan suatu penelitian yang bersifat mendalam
mengenai suatu karakteristik tertentu dari objek
penelitian.
Operasionalisasi Variabel
1. Satu bulan proses produksi adalah selama 26 hari
produksi.
2. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang
digunakan untuk memproduksi kecap yang
dianalisis selama satu bulan proses produksi,
dinyatakan dengan rupiah (Rp) yang terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel.
3. Penerimaan merupakan jumlah total produksi
dikalikan dengan harga jual per satu satuan
produksi, dinilai dalam satuan rupiah (Rp) per
satu bulan proses produksi.
4. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan
dengan biaya produksi total yang dikeluarkan
dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp) per satu
bulan proses produksi.
5. R/C merupakan perbandingan antara penerimaan
dengan biaya usaha.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan
sekunder. Data primer yaitu data yang akan
diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan
pengusaha kecap yang berada di Kabupaten
Pangandaran, yang disertai dengan menggunakan
daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan
sebelumnya. Sedangkan data sekunder yaitu data
yang akan diperoleh dari studi pustaka, Dinas
Pariwisata Perindustrian Perdagangan Koperasi dan
UMKM Kabupaten Pangandaran, BPS, serta dari
instansi lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel dilakukan secara
sensus, yaitu dengan mengambil seluruh unit usaha
agroindustri kecap di Kabupaten Pangandaran, yaitu
perusahaan kecap Cap Ayam, kecap Cap Jago dan
kecap Teu Sangka. Menurut Supranto (2008),
sensus adalah cara pengumpulan data apabila
seluruh elemen populasi diselidiki satu per satu.
Sedangkan Arikunto (2006) menyatakan bahwa jika
jumlah populasi kurang dari 100, akan lebih baik
jika diambil secara keseluruhan, dan penelitian ini
disebut juga dengan penelitian populasi.
Rancangan Analisis Data
1. Untuk menghitung besarnya biaya, penerimaan,
dan pendapatan agroindustri kecap di
Kabupaten Pangandaran, digunakan alat analisis
menurut Suratiyah (2006) sebagai berikut:
a. Analisis Biaya
TC = TFC + TVC
Keterangan,
TC
: Total Cost (Biaya Total)
TFC :Total Fixed Cost (biaya tetap total)
TVC : Total Variable Cost (biaya variabel
total)
b. Analisis Penerimaan
TR = Py.Y
Keterangan,
TR
: Total penerimaan (Rp)
Py
: Harga produk (Rp)
Y
: Jumlah produksi (Rp)
c. Analisis Pendapatan
Π = TR – TC
Keterangan,
Π
: Keuntungan (Rp)
TR
: Total penerimaan (Rp)
TC
: Total biaya (Rp)
2. Untuk menghitung besarnya R/C pada
perusahaan kecap di Kabupaten Pangandaran,
digunakan alat analisis menurut Suratiyah
(2006) sebagai berikut:
Keterangan,
R/C
: Revenue cost ratio
TR
: Total revenue
TC
: Total cost
Kriteria,
Jika R/C > 1, maka kegiatan usaha
menguntungkan.
Jika R/C = 1, maka kegiatan usaha tidak untung
dan tidak rugi (impas).
Jika R/C < 1, maka kegiatan usaha tidak
menguntungkan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Perusahaan
Kecap di Kabupaten Pangandaran pada bulan Maret
sampai Juli 2016.
Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C pada Agroindustri Kecap
(Studi Kasus Pada Perusahaan Kecap di Kabupaten Pangandaran )
ANI HANDIANI, DEDI HEDIANSAH S, CECEP PARDANI
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Agroindustri Kecap
Agorindustri kecap yang ada di Kabupaten Pangandaran yang diproduksi oleh 3 (tiga) perusahaan kecap
yang secara umum diproses dalam beberapa tahapan, seperti yang diuraikan sebagai berikut:
a. Bahan-bahan:
1. Kedelai hitam
2. Gula kelapa
3. Garam
4. Penyedap rasa
5. Air
b. Proses pembuatan:
1. Pencucian
Kedelai hitam kemudian dicuci dengan air yang mengalir. Pencucian bertujuan menghilang kotoran
dan tanah yang masih menempel pada biji.
2. Perebusan
Biji kedelai hitam yang telah dicuci kemudian direbus selama ± 360 menit atau sampai biji lunak.
Tujuannya agar memperoleh biji kedelai hitam yang lunak dan kulitnya mudah dikupas.
3. Penjemuran
Setelah direbus, biji kedelai hitam dijemur sampai kering. Lamanya waktu penjemuran tergantung
pada sinar matahari karena pengeringan dilakukan secara alami.
4. Fermentasi
Setelah mendapatkan kedelai hitam kering, kemudian kedelai hitam dirontokkan dan direndam pada
air garam selama ± 13 hari.
5. Pemasakan
Air fermentasi larutan garam dengan biji kedelai hitam disaring dan diolah dengan gula merah
sambil
terus
dilakukan
pengadukan
supaya
adonan
kecap tidak menggumpal. Tidak lupa masukan penyedap rasa kedalam adonan kecap yang sedang
diolah tersebut. Proses pemasakan tersebut membutuhkan waktu selama ± 120 menit.
6. Pengemasan
Kecap yang telah jadi kemudian didinginkan selama 24 jam. Setelah itu dapat dilakukan
pengemasan pada kecap. Pengemasan dilakukan dengan pengisian kecap kedalam botol kaca dan
diberi label kemasan.
Analisis Usaha Agroindustri Kecap di Kabupaten Pangandaran
1. Biaya Total
Biaya yang digunakan dalam usaha agroindustri kecap di Kabupaten Pangandaran meliputi biaya tetap
yang terdiri dari PBB, penyusutan alat, biaya perizinan dan bunga modal tetap, serta biaya variabel terdiri
dari biaya bahan baku yang berupa biji kedelai, bahan penunjang seperti gula merah, garam dan penyedap
rasa, biaya-biaya lain seperti tenaga kerja dan transportasi, serta bunga modal variabel, seperti yang dapat
dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1.
Biaya Total pada Usaha Agroindustri Kecap di Kabupaten Pangandaran dalam Satu
Bulan Proses Produksi
No. Responden
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
Biaya Tetap (Rp)
1.050.206,89
1.570.036,82
993.478,96
3.613.722,67
1.204.574,22
Biaya Variabel
(Rp)
48.551.698,18
45.954.190,59
19.650.794,77
114.156.683,53
38.052.227,84
Biaya Total
(Rp)
49.601.905,07
47.524.227,41
20.644.273,72
117.770.406,20
39.256.802,07
Berdasarkan pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa biaya total yang dikeluarkan pengusaha kecap di
Kabupaten Pangandaran dalam satu bulan proses produksi sebesar Rp 117.770.406,20 dengan rata-rata biaya
sebesar Rp 39.256.802,07 dimana rata-rata biaya tetapnya sebesar Rp 1.204.574,22 dan rata-rata biaya
variabelnya sebesar Rp 38.052.227,84.
Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C pada Agroindustri Kecap
(Studi Kasus Pada Perusahaan Kecap di Kabupaten Pangandaran )
ANI HANDIANI, DEDI HEDIANSAH S, CECEP PARDANI
2.
Penerimaan
Penerimaan yang diperoleh dari ketiga pengusaha kecap di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada
Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Penerimaan pada Usaha Agroindustri Kecap di Kabupaten Pangandaran dalam Satu Bulan
Proses Produksi
Volume (botol)
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
No. Resp.
1
4.680
14.000,00
65.520.000,00
2
4.160
15.000,00
62.400.000,00
3
2.080
13.000,00
27.040.000,00
Jumlah
10.920
42.000,00
154.960.000,00
Rata-rata
3.640
14.000,00
51.653.333,33
Berdasarkan pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa produksi yang dihasilkan agroindustri kecap di
Kabupaten Pangandaran yaitu sebanyak 10.920 botol dengan harga jual setiap agroindustri berbeda-beda,
dari yang berharga Rp 13.000,00 per botol sampai Rp 15.000,00 per botolnya. Total penerimaan yang
diperoleh pengusaha kecap di Kabupaten Pangandaran dalam satu bulan produksi sebesar Rp 154.960.000,00
dengan rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 51.653.333,33.
3.
Pendapatan dan R/C
Pendapatan bersih yang diterima pengusaha kecap di Kabupaten Pangandaran yaitu dengan
mengurangkan penerimaan yang diperoleh dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan selama proses
produksi berlangsung. Sedangkan untuk mengetahui kelayakan usaha pada agroindustri kecap di Kabupaten
Pangandaran digunakan analisis R/C yang merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya total.
Besarnya pendapatan dan rata-rata R/C agroindustri kecap di Kabupaten Pangandaran secara lebih rinci
dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C pada Usaha Agroindustri Kecap di Kabupaten
Pangandaran dalam Satu Bulan Proses Produksi
No. Resp
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
Penerimaan (Rp)
65.520.000,00
62.400.000,00
27.040.000,00
154.960.000,00
51.653.333,33
Biaya Total (Rp)
49.601.905,07
47.524.227,41
20.644.273,72
117.770.406,20
39.256.802,07
Pendapatan (Rp)
15.918.094,93
14.875.772,59
6.395.726,28
37.189.593,80
12.396.531,26
R/C
1,32
1,31
1,31
1,31
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa total pendapatan yang diterima pengusaha kecap di
Kabupaten Pangandaran mencapai Rp 37.189.593,80 dengan rata-rata pendapatannya sebesar Rp
12.396.531,26. Sedangkan untuk rata-rata R/C agroindustri kecap di Kabupaten Pangandaran diperoleh nilai
sebesar 1,31 yang berarti setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp
1,31 sehingga memperoleh pendapatan sebesar Rp 0,31. Nilai R/C yang diperoleh lebih besar daripada 1,
maka dapat disimpulkan bahwa agroindustri kecap di Kabupaten Pangandaran layak diusahakan dan
menguntungkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata biaya total agroindustri kecap di
Kabupaten Pangandaran dalam satu bulan
proses produksi adalah Rp 39.256.802,07
sedangkan rata-rata penerimaannya adalah
Rp 51.653.333,33. Sehingga rata-rata
pendapatan yang diperoleh agroindustri
kecap adalah Rp 12.396.531,26 per satu
bulan proses produksi.
2.
Rata-rata R/C dalam satu bulan proses
produksi adalah 1,31. yang berarti setiap
pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,31
sehingga memperoleh pendapatan sebesar Rp
0,31. Nilai R/C yang diperoleh lebih besar
daripada 1, maka dapat disimpulkan bahwa
agroindustri
kecap
di
Kabupaten
Pangandaran
layak
diusahakan
dan
menguntungkan.
Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C pada Agroindustri Kecap
(Studi Kasus Pada Perusahaan Kecap di Kabupaten Pangandaran )
ANI HANDIANI, DEDI HEDIANSAH S, CECEP PARDANI
Saran
Saran yang dapat diberikan setelah
mengetahui pengalaman usaha dari setiap
pengusaha kecap yang berada di Kabupaten
Pangandaran yaitu untuk bisa mempertahankan
usahanya,
maka para pengusaha dapat
memanfaatkan
teknologi
dalam
proses
produksinya.
Selain itu, untuk dapat meningkatkan
pendapatan pada agroindustri kecap, maka limbah
kecap yang dihasilkan dari proses produksi harus
dimanfaatkan menjadi suatu produk baru yang
bisa dikenal dan diminati oleh masyarakat.
Karena selama ini, limbah kecap yang dihasilkan
perusahaan-perusahaan kecap di Kabupaten
Pangandaran tidak termanfaatkan dengan baik.
Limbah tersebut dibuang tanpa memperhatikan
pendapatan yang akan diterima..
DAFTAR PUSTAKA
Anggrayni, Y. 2009. Analisis BEP Sebagai Alat
Perencanaan Laba pada UD Mulya Jaya.
Universitas Gunadarma. Bekasi.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Dinas Pariwisata Perindustrian Perdagangan
Koperasi
dan
UMKM
Kabupaten
Pangandaran. 2016. Potensi Industri di
Kabupaten
Pangandaran
2015.
Disparperindagkop dan UMKM Kabupaten
Pangandaran. Pangandaran.
Haryoto. 2008. Kecap Benguk. Kanisius.
Yogyakarta.
Mangunwidjaja, D dan Saliah, I. 2009. Pengantar
Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya.
Bogor.
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia. Bogor.
Rahim, A. dan Hastuti. 2008. Ekonomika
Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Supranto, J. 2008. Statistik (teori dan aplikasi).
Erlangga. Jakarta.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Yorin.
2009.
Prospek
Agroindustri.
http://www.gib.or.id/isibuletin.php?&berita.
Diakses pada tanggal 05 Oktober 2015
Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C pada Agroindustri Kecap
(Studi Kasus Pada Perusahaan Kecap di Kabupaten Pangandaran )
ANI HANDIANI, DEDI HEDIANSAH S, CECEP PARDANI