LAPORAN DAN PRAKTIKUM DAN SEMENTARA

LAPORAN PRAKTIKUM SEMENTARA
PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERTANIAN

Disusun Oleh :
Nama

: Asmarani Nurshabrina

NPM

: E1D015092

Hari/Tanggal : Selasa/ 15 Mei 2018
Co.Ass

:1. Rahmi Nofitasari
2. Sri Gustiani

Acara

: Ke-4


Materi

: Analisis Tipologi Klassen

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Alat Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran
tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi
Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu
pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan
menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata
pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal,daerah yang diamati dapat

dibedakan menjadi empat klasifikasi,yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh
(high growth and high income),daerah maju tapi tertekan (high income but
low growth),daerah berkembang cepat ( high growth but low income), dan daerah
relatif tertinggal( low growth and low income) (Syafrizal, 1997: 27-38; Kuncoro,
1993; Hil,1989) (Kuncoro,2002).
Keberhasilan

pembangunan

suatu

daerah

bisa

dilihat

dari

laju


pertumbuhan ekonominya. Oleh sebab itu, setiap daerah selalu menetapkan target
laju pertumbuhan yang tinggi didalam perencanaan dan tujuan pembangunan
daerahnya. Secara sederhana pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perubahan
dari Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional dan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di tingkat daerah dari tahun ke tahun. Suatu ekonomi
dikatakan mengalami pertumbuhan yang berkembang apabila tingkat kegiatan
ekonominya lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya.
Secara teoritis dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan suatu
masyarakat, semakin baik tingkat kesejahteraannya (Denny, 2015).
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten Seluma dan Provinsi Bengkulu

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua
indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita
daerah. Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh

(high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low
growth), daerah berkembang cepat (high growth but income), dan daerah relatif
tertinggal (low growth and low income) (Kuncoro dan Aswandi, 2002: 27-45) dan
(Radianto, 2003: 479-499).
PDRB Perkapita (y)
Laju
Pertumbuhan

Y1> y

Y1< y

Daerah cepat maju

Daerah Berkembang

dan cepat tumbuh

Cepat


Daerah Maju Tapi

Daerah Relatif

Tertekan

Tertinggal

PDRB (r)
R1> r

R1< r

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator yang penting dalam
menganalisis

pembangunan

ekonomi


yang

dilaksanakan.

Pertumbuhan

harus berjalan secara berdampingan dan terencana dalam upaya terciptanya
pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan. Dengan
demikian maka suatu daerah yang kurang produktif akan menjadi lebih produktif
dan berkembang yang pada akhirnya dapat mempercepat proses pertumbuhan itu
sendiri.
Todaro dan Smith (2006) mengatakan bahwa ada tiga faktor atau
komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, akumulasi modal

yang meliputi semua bentuk dan jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah,
peralatan fisik dan sumberdaya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang
beberapa tahun selanjutnya dengan sendirinya membawa pertumbuhan angkatan
kerja dan ketiga adalah kemajuan teknologi.
Menurut


Tarigan

(2007),

pertumbuhan

ekonomi

wilayah

adalah

pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu adanya
kenaikan

seluruh

nilai

tambah


yang

terjadi

di

wilayah

tersebut.

Pertambahan pendapatan menggambarkan pertambahan balas jasa bagi faktorfaktor produksi yang beroperasi di wilayah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja,
dan teknologi) dimana pendapatan tersebut diukur dalam nilai riil (dinyatakan
dalam harga konstan).
Hal

ini

juga


dapat

menggambarkan

kemakmuran

daerah

tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah
yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh besaran transfer-payment, yaitu bagian
pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar
wilayah.
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
daerah pada periode tertentu adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada
dasarnya merupakan nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku
pada setiap tahun, sedang PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan harga yang

berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar (Adisasmita, 2005).
Perkembangan PDRB ADHB dari tahun ke tahun menggambarkan
perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi
barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya dan
menunjukkan pendapatan yang dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah serta

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
pada setiap tahun.
PDRB ADHB ini digunakan untuk melihat struktur ekonomi pada suatu
tahun. Oleh karenanya untuk dapat mengukur perubahan volume produksi atau
perkembangan produktivitas secara nyata, faktor pengaruh atas perubahan harga
perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB ADHK.
Penghitungan atas dasar harga konstan ini berguna antara lain dalam
perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan maupun sektoral. PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga
konstan apabila dikaitkan dengan data mengenai tenaga kerja dan barang modal
yang dipakai dalam proses produksi, dapat memberikan gambaran tentang tingkat
produktivitas dan kapasitas produksi dari masing-masing lapangan usaha
tersebut Penghitungan PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, antara
lain (Adisasmita, 2005).

Menurut Gilis et al (2004), Produk Nasional Bruto (PNB) adalah
penjumlahan nilai produk akhir barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat
selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) tanpa menghitung nilai produk
antara
PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan
oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi. Nilai PDRB
per kapita didapatkan dari hasil bagi antara total PDRB dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun. PDRB per kapita sering digunakan untuk mengukur tingkat
kemakmuran penduduk suatu daerah. Apabila data tersebut disajikan secara
berkala akan menunjukkan adanya perubahan kemakmuran.
Menurut Jhingan (2010), kenaikan pendapatan per kapita dapat tidak
menaikkan standar hidup riil masyarakat apabila pendapatan per kapita
meningkat akan tetapi konsumsi per kapita turun. Hal ini disebabkan kenaikan
pendapatan tersebut hanya dinikmati oleh beberapa orang kaya dan tidak oleh
banyak orang miskin. Di samping itu, rakyat mungkin meningkatkan tingkat

tabungan mereka atau bahkan pemerintah sendiri menghabiskan pendapatan yang
meningkat itu untuk keperluan militer atau keperluan lain.
Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kecamatan dalam
penelitian iniadalah sebagai berikut:
1. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh, yaitu daerah yang memiliki
tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibanding
rata-ratakabupaten.
2.

Daerah maju tapi tertekan, yaitu daerah yang memiliki pendapatan perkapita

lebihtinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding
dengan rata-rata kabupaten.
3. Daerah berkembang adalah yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan
tinggi,tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibanding rata-rata
kabupaten.
4. Daerah relatif tertinggal yaitu adalah daerah yang memiliki tingkat
pertumbuhandan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding dengan ratarata kabupaten

BAB III
METODELOGI
3.1 Jenis data
Data yang digunakan dalam praktikum ini adalah data sekunder.
Data tersebut diperoleh dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan,
seperti data dari Badan Pusat Statistik Daerah Provinsi Bengkulu. Data
yang digunakan dalam praktikum ini adalah data time series dari
Kabupaten Seluma dan Provinsi Bengkulu. Data yang akan diteliti adalah
data PDRB Kabupaten Seluma dan PDRB Provinsi Bengkulu selama
periode 2008.
3.2 Tempat
Tempat yang di gunakan untuk bahan praktikum yaitu Kabutapen
Seluma dan Provinsi Bengkulu.
3.3 Analisis data
Praktikum ini menggunakan alat analisis untuk menjawab tujuan
adalah Tipologi Klassen dengan komponen pertumbuhan ekonomi daerah
dan Pendapatan Perkapita.
PDRB Perkapita (y)
Laju
Pertumbuhan

Y1> y

Y1< y

Daerah cepat maju

Daerah Berkembang

dan cepat tumbuh

Cepat

Daerah Maju Tapi

Daerah Relatif

Tertekan

Tertinggal

PDRB (r)
R1> r

R1< r

BAB V
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R, 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Aswandi, H, & Kuncoro, M, 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan : Studi
Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, 17(1), 27-45.
Badan Pusat Statistik, 2018. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bengkulu
2008.
Anonim.2008. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Utara Tahun
2000-2007. BPS NAD. Banda Aceh.
Badan Pusat Statistik, 2008. Aceh Utara dalam Angka 2008.
Gilis, 2004. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional, Terjemahan Paul Sitohang,
Edisi Revisi, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta

Jhingan, 2010. Ekonomi Pembangunan
Guritno. Rajawali, Jakarta.

dan

Perencanaan, Terjemahan

D.

Marhayanie, 2003. Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam Perencanaan
Pembangunan Kota Medan..Tesis. Program Pascasarjana USU, Medan.
Tarigan, Robinson, 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, PT. Bumi
Aksara, Cetakan Keempat, Jakarta.
Todaro dan Smith, 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit
Erlangga, Edisi Keenam, Jakarta.