ANALISA PENGARUH NITROGEN TERHADAP PERTU
ANALISA PENGARUH NITROGEN TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN
Disusun Oleh :
Karunia Romadhani
115040100111126
Hidayatul Fitriyah
115040100111129
Ema Rizqi Permata S
115040100111130
Yani Emirta
115040100111134
Yuniasih Triastuti
115040101111008
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur
atau zat hara agar pertumbuhannya normal. Dari ke-16
unsur tersebut, 3 unsur (karbon, hidrogen, dan oksigen)
diperoleh
dari
udara,
sedangkan
13
unsur
lagi
disediakan oleh tanah. Unsur esensial bagi tanaman
tersebut dibedakan lagi ke dalam unsur makro dan
mikro, dimana unsur makro merupakan unsur yang
dibutuhkan dalam jumlah besar, dan mikro merupakan
unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Untuk
dapat tanaman tumbuh dengan normal, maka kesemua
unsur esensial tersebut harus terpenuhi.
Salah satu unsur hara makro esensial bagi tanaman
yang akan dibahas pada makalah ini adalah unsur hara
belerang/ sulfur (S). Sulfur merupakan salah satu unsur
yang banyak dibutuhkan oleh tanaman. Sulfur memiliki
fungsi dan peran penting, yang mana pemenuhannya
bagi tanaman harus dengan jumlah yang sesuai
kebutuhan. Salah satu peran penting sulfur bagi
tanaman yaitu untuk pembentukan asam amino. Apabila
tanaman mengalami kekurangan ataupun kelebihan
unsur S, maka tanaman tersebut akan mengalami atau
menimbulkan gejala-gejala ketidaknormalan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk itu sangat
penting
mempelajari
dan
membahas
lebih
lanjut
mengenai unsur sulfur, baik fungsi dan perananannya
bagi tanaman, keterkaitannya dengan pertumbuhan
tanaman, serta gejala yang ditimbulkan apabila tanaman
mengalami kekurangan atau kelebihan sulfur.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian unsur hara sulfur.
2. Untuk mengetahui fungsi unsur hara sulfur bagi
tanaman.
3. Untuk
mengetahui
keterkaitan
sulfur
bagi
pertumbuhan tanaman.
4. Untuk mengetahui gejala apa yang timbul akibat
kekurangan atau kelebihan sulfur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Unsur Hara Sulfur
Unsur sulfur lebih dikenal dengan nama belerang.
Sulfur bisa didapatkan dalam tanah dengan dua bentuk
utama, yaitu bentuk organik dan bentuk anorganik.
Unsur ini diserap oleh tanaman hampir seluruhnya
dalam bentuk ion sulfat (S042-) dan hanya sejumlah kecil
sebagai gas belerang (SO2) yang diserap langsung dari
tanah dan atmosfir. Berdasarkan bentuknya di dalam
tanah, S dapat dikelompokkan menjadi sulfat organik,
sulfat terlarut, sulfat terabsorpsi, S-elemen, dan sulfida.
Sulfur
merupakan
bagian
(constituent)
dari
hasil
metabolisme senyawa-senyawa kompleks.
Unsur sulfur selain bisa didapat dalam tanah, juga
terdapat dalam pupuk. Misalnya dalam pupuk ZA dan
ponska. Dalam pupuk ZA, di dalamnya terdapat
kandungan unsur N dan S, yang mana kandungan
unsur nitrogennya (N) sebesar 21% dan sulfur (S)
sebesar 24%. Sedangkan dalam pupuk ponska (15,
15, 15, 10), unsur sulfurnya terkandung sebesar 10%.
Unsur hara sulfur merupakan salah satu unsur hara
makro yang dibutuhkan oleh tanaman.
2.2 Fungsi Unsur Hara Sulfur bagi Tanaman
Pada umumnya sulfur atau belerang dibutuhkan
tanaman dalam pembentukan asam amino beberapa
jenis protein dalam bentuk cystein, methionin serta
thiamine. Disamping itu S juga merupakan bagian dari
biotin, tiamin, ko-enzim A dan glutationin. Diperkirakan
90% S dalam tanaman ditemukan dalam bentuk asam
amino, yang salah satu fungsi utamanya adalah
penyusun protein yaitu dalam pembentukan ikatan
disulfida antara rantai-rantai peptida.
Sulfur juga berfungsi sebagai aktivator, kofaktor
atau regulator enzim dan berperan dalam proses
fisiologi tanaman. Selain fungsi yang dikemukakan di
atas, peranan S dalam pertumbuhan dan metabolisme
tanaman sangat banyak dan penting, diantaranya yaitu
merupakan bagian penting dari ferodoksin, suatu
komplex Fe dan S yang terdapat dalam kloroplas dan
terlibat dalam reaksi oksidoreduksi dengan transfer
elektron serta dalam reduksi nitrat dalam proses
fotosintesis. Sulfur terdapat dalam senyawa-senyawa
yang mudah menguap yang menyebabkan adanya rasa
dan
bau
pada
rumput-rumputan
dan
bawang-
bawangan. Sulfur dikaitkan pula dengan pembentukan
klorofil
yang
erat
hubungannya
dengan
proses
fotosintesis dan ikut serta dalam beberapa reaksi
metabolisme seperti karbohidrat, lemak dan protein.
Sulfur juga dapat merangsang pembentukan akar dan
buah serta dapat mengurangi serangan penyakit.
Lebih jelasnya fungsi dan peran sulfur bagi
tanaman, dapat dituliskan sebagai berikut:
1)
Berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar.
2)
Merupakan unsur yang penting dalam beberapa
jenis
protein
dalam
bentuk
cystein,
methionin serta thiamine.
3)
Membantu pertumbuhan anakan produktif.
4)
Membantu pembentukan butir hijau daun
5)
Berperan
dalam
pembentukan
klorofil
serta
meningkatkan ketahanan terhadap jamur.
6)
Pada beberapa jenis tanaman antara lain berfungsi
membentuk senyawa minyak yang menghasilkan
aroma dan juga aktifator enzim membentuk papain.
Sebagian besar sulfur di dalam tanah berasal dari
bahan organik yang telah mengalami dekomposisi dan
sulfur elemental (bubuk/ batu belerang) dari aktivitas
vulkanis. Sulfur yang larut dalam air akan segera
diserap tanaman, karena unsur ini sangat dibutuhkan
tanaman terutama pada tanaman-tanaman muda.
2.3 Keterkaitan Unsur Hara Sulfur bagi Pertumbuhan
Tanaman
Unsur hara Sulfur (S) bersama dengan kalsium
dan magnesium merupakan hara tanaman sekunder.
Hal ini berarti Sulfur dibutuhkan tanaman dalam jumlah
banyak tetapi lebih sedikit dari unsur Nitrogen (N),
Phosphosr ( P), dan kalium (K). Menurut Goeswono
Soepardi (1983) S merupakan penyusun asam amino
metionin dan sistein. Struktur protein dalam tanaman
sebagian besar ditentukan oleh gugusan S. Unsur ini
juga dikenal sebagai hara penting yang diperlukan
untuk produksi khlorofil karena pada umumnya S yang
dibutuhkan
untuk
pertumbuhan
optimal
tanaman
bervariasi antara 0.1 sampai 0.5% dari bobot kering
tanaman (Marschner, 1995).
2.3.1 Unsur Hara Sulfur dalam Tanah
Total S dalam tanah bervariasi mulai dari sangat
sedikit sampai dengan 1000 mg S kg-1 tanah (0.1%),
nilai yang lebih tinggi dapat ditemui pada tanah-tanah
bermasalah seperti tanah salin dan tanah sulfat masam
(Takkar, 1988; Genesmurthy et. al., 1989). Sulfur dalam
tanah terdapat dalam bentuk organik dan anorganik.
Bentuk S anorganik penting ada dalam tanah sebab
sebagian besar sulfur diambil oleh tanaman dalam
bentuk SO42-(sulfat), begitu juga bentuk S organik juga
penting ada dalam tanah karena dapat meningkatkan
total S tanah (Prasad dan Power, 1997). Sebagian
besar bentuk sulfur di dalam tanah adalah S organik
(Stevenson, 1982). Hampir semua sulfur dalam tanah
tropis yang tidak dipupuk terdapat dalam bentuk
organik.
Kadar
dipengaruhi
oleh
S
dalam
tanah
penambahan
bervariasi
sulfur
dari
dan
bahan
organik, air irigasi, udara, pupuk dan pestisida. Sulfur
diserap oleh tanaman dalam bentuk sulfat (SO42-) dan
hanya sebagian kecil sulfur dalam bentuk gas SO 2 yang
diserap langsung oleh tanaman dari tanah dan
atmosfer.
Bentuk S tersebut merupakan S anorganik yang
bersifat aktif di dalam tanah. Sulfur anorganik dihasilkan
dari dekomposisi senyawa organik yang mengandung S
dan dari pupuk pembawa S (Engelstad, 1997). Bentuk
sulfur anorganik yaitu SO42- terlarut, SO42- terjerap, SO42tak larut dan S anorganik tereduksi. SO42- terlarut dan
terjerap merupakan fraksi sulfur yang dapat tersedia
bagi tanaman (Tisdale et.al, 1985).
Gambar 1. Siklus Sulfur di Alam
Ketersediaan S dalam tanah tergantung pada
beberapa faktor terutama redoks potensial tanah,
kandungan bahan organik, aktivitas mikroorgnisme
tanah, kualitas air pengairan dan air hujan (Blair et.al.,
1977). Penambahan sulfur baik yang berasal dari bahan
organik maupun anorganik pada beberapa sistem
pertanian dapat meningkatkan bahan organik, total
sulfur
organik,
dan
mineralisasi
S.
Tanaman
mendapatkan sulfat tersedia selain dari tanah dan pupuk
yang membawa S juga mendapatkan sulfur dari air
pengairan, air hujan, dan udara. Oleh karena itu untuk
menduga kebutuhan sulfur tanaman dalam rangka
penentuan dosis pupuk tidak cukup hanya berdasarkan
pengamatan S tanah. Dalam keadaan anaerob seperti
pada lahan sawah yang tergenang terjadi reduksi
sulfat menjadi sulfida. Menurut Anwar (2000), bahwa
sulfat bertendensi tidak mantap dalam lingkungan
anaerobik. Reduksi sulfat menjadi sulfida (H2S) oleh
bakteri
Desulvovibrio desulfuricans, yang selanjutnya
bereaksi dengan ion Fe2+ dalam larutan dan membentuk
ferro
sulfida
(FeS)
atau
“macknawite”,
kemudian
bereaksi dengan sulfur (S) dan menghasilkan
FeS2 (ferro disulfida) dengan reaksi sebagai berikut :
1. Fe(OH)2 + H2S
FeS + 2 H2O
2. FeS + S +e
FeS2
Reaksi tersebut berkaitan dengan oksidasi bahan
organik (elektron donor atau proton donor) atau respirasi
yang memerlukan alternatif elektron akseptor (Oksigen,
Nitrat, Oksida mangan, besi, sulfat yang akan direduksi).
Reaksi tersebut akan mengakibatkan berkurangnya
sulfat tersedia bagi tanaman di dalam tanah. Sulfat
dalam tanah aerob dapat tereduksi oleh bakteri
membentuk H2S yang pada gilirannya akan bereaksi
dengan logam -logam berat menghasilkan sulfida-sulfida
yang sangat tidak larut. Selain itu, tingginya kandungan
Ca2+ pada tanah dapat mengurangi kelarutan SO42(
Engelstad, 1997). Oleh karena itu pada tanah-tanah
alkalin dan tanah yang dikapur berlebihan tanaman
sering mengalami kekurangan sulfur. Senyawa organik
yang dilepaskan eksudat akar dan mikroba memegang
peranan penting dalam menentukan ketersediaan ion
sulfat dalam tanah. Kimura
et.al. (1991) menyatakan
bahwa ion sulfat dalam tanah akan direduksi oleh H2
yang berasal dari eksudat dan H2 yang dilepaskan oleh
bahan organik. Sejumlah sulfur ditemukan pada horizon
permukaan dalam bentuk S organik. Secara umum S
organik pada top soil permukaan lebih tinggi dari pada
subsoil.
Secara umum jumlah S yang termineralisasi dari
tanah secara tidak langsung berhubungan dengan tipe
tanah, C, N atau S, C:N, N:S, C:S rasio, pH tanah, atau
N yang termineralisasi. Rasio C:S menunjukkan ukuran
kemudahan bahan organik melepaskan sulfat ke dalam
tanah. Freney (1986) mengemukakan bahwa SO42+
dilepaskan dari bahan organik pada saat C:S rasio
dibawah 200 dan diimobilisasi saat rasio lebih besar dari
400. Immobilisasi dan mineralisasi terjadi keduanya
pada saat rasio antara 200 dan 400. Oleh karena itu,
pupuk
organik
yang
akan
diberikan
harus
telah
dikomposkan terlebih dahulu sehingga nilai rasio C:S
nya dibawah 200.
Contoh Fungsi Sulfur Bagi Tanaman Padi
Belerang (sulfur) pada padi diperlukan untuk
sintesis asam amino cystein, methionin, dan thiamine,
yang selanjutnya membentuk protein. Selain itu sulfur
juga sangat membantu perkembangan pucuk, akar dan
anakan.
Padi sawah yang mengalami kekurangan sulfur
umurnya lebih panjang dengan persentase kehampaan
gabah yang tinggi, untuk mengatasi kekahatan sulfur
pada padi, perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas
dan produktivitas tanah melalui pemberian pupuk
anorganik dan pupuk organik.
Salah satu sumber S anorganik yang baik untuk
padi sawah adalah pupuk amonium sulfat [(NH4)2SO4]
karena dapat memasok S yang tersedia bagi tanaman,
yaitu sulfat (SO42-).
2.3.2Transformasi
Unsur
Hara
Sulfur
Pada
Daur
Belerang dan Jalur Penyerapan Tanaman
Gambar 2. Siklus Sulfur pada Daur Belerang
Tanaman membutuhkan sulfur sebanyak jumlah
phosphor. Sulfur ditemukan di sistin, sistein dan
methionin,
asam
amino
yang
menyusun
protein
tanaman. Sulfur mengaktifkansistem enzim tertentu dan
sebagai komponen pada beberapa vitamin (Vitamin A).
Walaupun sulfur dideskripsikan sebagai unsur hara
sekunder, sebagian besar dikarenakan tanaman tidak
mengalami defisiensi unsur sulfur sesering unsur hara
seperti nitrogen, phosphor, kalium. Pada kenyataannya,
banyak tanaman budidaya mengandung jumlah rerata
yang cukup pada unsur sulfur dan unsur fosfat
(Schulte,E and Kelling, K.E, 2012).
Gambar 3. Proses Transformasi Sulfur
Proses transformasi sulfur sangat mirip dengan
transformasi nitrogen, sulfur organik dan sulfur sulfide
yang tereduksi bereaksi dengan oksigen membentuk
sulfat (SO4-) tersedia pada kondisi hangat, tanah yang
teraerasi baik. Proses ini sangat mirip dengan konversi
nitrogen organik menjadi ammonium (NH4+) dan nitrat
(NO3-). Sulfat kemudian diikat oleh bacteria selama
proses dekomposisi sisa-sisa tanaman yang kaya
karbon. Sulfur tersedia dapat juga diubah menjadi
sulfide pada air tanah. Kondisi hangat pada tanah
ataupun saat aerasi meningkat, sulfide yang tak tersedia
bereaksi dengan oksigen untuk kembali membentuk
sulfat tersedia (Schulte,E and Kelling, K.E, 2012).
Belerang di dalam tanah didapatkan dari sisa-sisa
tanaman, kotoran hewan, pupuk sulfur dan sulfat (SO 42-)
dan juga hujan asam. Bahan organik tanah yang
tersusun dari dekomposisi sisa-sisa tanaman dan
kotoran hewan yang kemudian dioksidasi oleh bakteri
oksidasi menjadi bentuk sulfat (SO42-). Sumber sulfat
lainnya adalah dari pupuk sulfat dan hujan asam yang
terserap dalam tanah dalam bentuk sulfat. Sulfat
kemudian mengalami reduksi oleh bakteri menjadi
sulfide (S2-), hasil dari reduksi sulfat oleh bakteri residual
mengalami proses volatilisasi menjadi gas dalam bentuk
H2S. sebagian lainnya mengalami proses leaching,
sebagiannya lagi diserap oleh tanaman sebagai sumber
nutrisi
sekunder.
Sulfat
juga
mengalami
proses
immobilisasi oleh bakteri asimilisasi diubah menjadi
bahan organik tanah kembali.
Unsur S diserap oleh akar tanaman dari dalam tanah
dalam
bentuk
ion
sulfat
(SO42-)
yang
kemudian
mengalami proses reduksi dan asimilasi oleh tanaman
menjadi APS (Adenosin Phospho Sulphate) dengan
bantuan enzim ATP sulfurylase yang mengubah ATP
menjadi PPi. Kemudian APS diubah menjadi Sulfit
(SO32-) yang kemudian diubah menjadi sulfide (S2-).
Sulfida diubah menjadi Sistein yang diubah lagi menjadi
Sulfur organik.
Belerang di dalam tanah didapatkan dalam dua
bentuk
utama
yaitu
bentuk
organik
dan
bentuk
anorganik. Unsur ini diserap oleh tanaman hampir
seluruhnya dalam bentuk ion sulfat (S042-) dan hanya
sejumlah kecil sebagai gas belerang (SO2) yang diserap
langsung
dari
tanah
dan
atmosfir.
Berdasarkan
bentuknya di dalam tanah, S dapat dikelompokkan
menjadi sulfat organik, sulfat terlarut, sulfat terabsorpsi,
S-elemen, dan sulfida.
2.4.3 Metabolisme Unsur S dalam Tanaman
Peranan S dalam pertumbuhan dan metabolisme
tanaman sangat banyak dan penting, diantaranya
merupakan bagian penting dari ferodoksin, suatu
komplex Fe dan S yang terdapat dalam kloroplas dan
terlibat dalam reaksi oksidoreduksi dengan transfer
elektron serta dalam reduksi nitrat dalam proses
fotosintesis, S terdapat dalam senyawa-senyawa yang
mudah menguap yang menyebabkan adanya rasa dan
bau pada rumput-rumputan dan bawang-bawangan.
Sulfur dikaitkan pula dengan pembentukan klorofil yang
erat hubungannya dengan proses fotosintesis dan ikut
serta dalam beberapa reaksi metabolisme seperti
karbohidrat, lemak dan protein. Sulfur juga dapat
merangsang pembentukan akar dan buah serta dapat
mengurangi serangan penyakit (Tisdaleet al. 1985 ).
Tanaman membutuhkan sulfur dalam jumlah yang
hampir sama dengan fosfor. Oleh karena itu, untuk
menunjang
pertumbuhan
tanaman
yang
optimal
diperlukan ketersediaan sulfur yang cukup tinggi di
dalam tanah. Selanjutnya diungkapkan pula bahwa
sulfur merupakan penyusun protein dan diduga erat
berhubungan dengan reduksi nitrat, sehingga tanaman
yang kekurangan sulfur ditandai dengan adanya
akumulasi nitrat (Trudinger, 1986).
2.4.3 Contoh Kasus: Kebutuhan Sulfur dalam Tanaman
Padi
Belerang (sulfur) pada padi diperlukan untuk
sintesis asam amino cystein, methionin, dan thiamine,
yang selanjutnya membentuk protein. Selain itu sulfur
juga sangat membantu perkembangan pucuk, akar dan
anakan.
Padi sawah yang mengalami kekurangan sulfur
umurnya lebih panjang dengan persentase kehampaan
gabah yang tinggi, untuk mengatasi kekahatan sulfur
pada padi, perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas
dan produktivitas tanah melalui pemberian pupuk
anorganik dan pupuk organik.
Salah satu sumber S anorganik yang baik untuk
padi sawah adalah pupuk amonium sulfat [(NH4)2SO4]
karena dapat memasok S yang tersedia bagi tanaman,
yaitu sulfat (SO42-).
Sulfur banyak diserap oleh tanaman padi selama
masa pertumbuhan dan mencapai maksimum pada
fase pembungaan. Pada fase ini, sulfur terakumulasi di
daun, sebagian besar di daun muda. Kadar S-total di
daun dan batang padi tinggi pada awal pertumbuhan.
Setelah stadia itu, sulfur disimpan dalam daun dan
tangkai, kemudian ditranslokasikan ke gabah (Fox dan
Blair, 1986). Oleh karena itu, sulfur harus tersedia pada
awal pertumbuhan sampai sekurang-kurangnya pada
fase anakan aktif untuk memperoleh hasil yang optimal.
Kekurangan sulfur akan menghambat sintesis
protein, akibatnya terjadi akumulasi asam-asam amino
yang tidak mengandung S di dalam tanaman. Oleh
karena itu, jaringan tanaman yang kekurangan sulfur
mempunyai nisbah N-organik/S-organik yang lebih
tinggi (70/1 – 80/1) dari pada jaringan tanaman normal.
Nisbah ini dapat dijadikan petunjuk apakah suatu
tanaman mendapat suplai S yang cukup atau tidak
(Schnug
dan
Silvia,
2000).
Cara
penanganan
kekurangan unsur sulfur adalah dengan menambahkan
pupuk kimia ZA (S=20%), Phonska (S=10%), serta
pupuk daun yang mengandung unsur S.
2.5 Gejala Defisiensi Kekurangan Unsur Hara Sulfur
pada Tanaman
Jumlah S yang dibutuhkan oleh tanaman sama
dengan jumlah fosfor (P). Kekahatan S menghambat
sintesis protein dan hal inilah yang dapat menyebabkan
terjadinya
klorosis
seperti
tanaman
kekurangan
nitrogen. Kahat S lebih menekan pertumbuhan tunas
dari pada pertumbuhan akar. Gejala kahat S lebih
nampak pada daun muda dengan warna daun yang
menguning sebagai mobilitasnya sangat rendah di
dalam tanaman (Haneklaus dan Penurunan kandungan
klorofil secara drastis pada daun merupakan gejala
khas pada tanaman yang mengalami kahat S .Kahat S
menyebabkan terhambatnya sintesis protein yang
berkorelasi dengan akumulasi N dan nitrat organik
terlarut.
Kekurangan unsur hara Belerang (S)
a. Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah
menjadi kuning),
perubahan
warna umumnya
terjadi pada seluruh daun muda, kadang mengkilap
keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya
tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun
selengkapnya
b. Perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning
sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun
kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala
yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa
tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan,Tea
Yellow, atau,yellow Disease,
c. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek
dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan
berdiameter kecil
d. Pada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen
gula rendah
e. Jumlah anakan terbatas
Gejala kekurangan Sulfur (S): Pangkal daun
berwarna kuning dan bergaris-gasir. Gejala nampak pada
daun yang terletak dekat pucuk seperti pada gambar
berikut ini:
Gambar 4. Gejala Kekurangan Unsur Sulfur pada
Tanaman
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2013.
Unsur
Hara
Sulfur.
http://pupukdsp.com/index.php/PupukTanaman/Unsur-Hara-Sulfur-S.html. Diakses pada
22 November 2013.
Anonymous. 2013. Transformasi Unsur Hara Sulfur pada
Daur Belerang dan Jalur Penyerapan Tanaman.
http://kuliahnyok.wordpress.com/2012/04/25/transfor
masi-unsur-hara-sulfur-pada-daur-belerang-danjalur-penyerapan-tanaman/. Diakses pada tanggal
21 November 2013
Anonymous. 2013. Unsur Hara Makro dan Mikro Pada
Tumbuhan.
http://anieensama.wordpress.com/2011/07/26/unsurmakro-dan-mikro-pada-tumbuhan/. Diakses pada
tanggal 21 November 2013
Agung.
2009.
Unsur
Hara
Sulfur.
http://banyuagung.wordpress.com/2009/07/30/fung
si-pupuk-za-bagi-tanaman-kita. Diakses pada 22
November 2013.
Barker, V.A and Pilbeam D.J. 2007. Handbook of Plant
Nutrition. CRC Press Taylor & Francis Group. New
York. USA.
Fox, R.L. and G.J. Blair.1986. Plant Response to Sulphur
Tropical Soils. p. 405 – 434. In : M.A. Tabatai (Editor)
: Sulphur in Agriculture. No27 in the series
Agronomy. Madison, Wisconsin, USA.
Goeswono Soepardi. 1983. Sifat dan Ciri Tanah.
Departemen Ilmu-ilmu Tanah, IPB. Bogor.
Marschner, H. 1995. Mineral Nutrion of Higher Plants. 2nd
ed. Academic Press. London Trudinger, P.A. 1986.
Chemistry of the sulphur cycle. p. 2 – 22. In : M.A.
Tabatai (Editor) : Sulphur in Agriculture. No27 in the
series Agronomy. Madison, Wisconsin, USA.
Nurman,
Ihsan. 2013. Kegunaan Unsur Hara Bagi
Tanaman.http://www.ceriwis.com/save-ourplanet/252108-kegunaan-unsur-unsur-hara-bagitanaman.html. Diakses pada 22 November 2013.
Diakses pada 21 November 2013
Sofyan.
2013.
http://blogs.unpad.ac.id/emmasofyan.
Diakses pada 22 November 2013.
Schulte, E and Kelling, K.E. 2012. Soil and Applied Sulfur .
http://www.soils.wisc.edu/extension/pubs/A2525.pdf .
Diakses pada tanggal 21 November 2013.
Tisdale, S. L., Nelson W. L., and Beaton J. D.,1990. Soil
fertility and fertilizers. (5th Ed). Macmillan, New York.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1985. Soil
Fertility and Fertilizers. 4th ed. MacMillan Publishing
Company. New York.
Wikipedia.
2013.
Siklus
Sulfur.
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Daur_Sulfur.jpg.
Diakses pada 22 November 2013.
PERTUMBUHAN TANAMAN
Disusun Oleh :
Karunia Romadhani
115040100111126
Hidayatul Fitriyah
115040100111129
Ema Rizqi Permata S
115040100111130
Yani Emirta
115040100111134
Yuniasih Triastuti
115040101111008
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur
atau zat hara agar pertumbuhannya normal. Dari ke-16
unsur tersebut, 3 unsur (karbon, hidrogen, dan oksigen)
diperoleh
dari
udara,
sedangkan
13
unsur
lagi
disediakan oleh tanah. Unsur esensial bagi tanaman
tersebut dibedakan lagi ke dalam unsur makro dan
mikro, dimana unsur makro merupakan unsur yang
dibutuhkan dalam jumlah besar, dan mikro merupakan
unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Untuk
dapat tanaman tumbuh dengan normal, maka kesemua
unsur esensial tersebut harus terpenuhi.
Salah satu unsur hara makro esensial bagi tanaman
yang akan dibahas pada makalah ini adalah unsur hara
belerang/ sulfur (S). Sulfur merupakan salah satu unsur
yang banyak dibutuhkan oleh tanaman. Sulfur memiliki
fungsi dan peran penting, yang mana pemenuhannya
bagi tanaman harus dengan jumlah yang sesuai
kebutuhan. Salah satu peran penting sulfur bagi
tanaman yaitu untuk pembentukan asam amino. Apabila
tanaman mengalami kekurangan ataupun kelebihan
unsur S, maka tanaman tersebut akan mengalami atau
menimbulkan gejala-gejala ketidaknormalan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk itu sangat
penting
mempelajari
dan
membahas
lebih
lanjut
mengenai unsur sulfur, baik fungsi dan perananannya
bagi tanaman, keterkaitannya dengan pertumbuhan
tanaman, serta gejala yang ditimbulkan apabila tanaman
mengalami kekurangan atau kelebihan sulfur.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian unsur hara sulfur.
2. Untuk mengetahui fungsi unsur hara sulfur bagi
tanaman.
3. Untuk
mengetahui
keterkaitan
sulfur
bagi
pertumbuhan tanaman.
4. Untuk mengetahui gejala apa yang timbul akibat
kekurangan atau kelebihan sulfur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Unsur Hara Sulfur
Unsur sulfur lebih dikenal dengan nama belerang.
Sulfur bisa didapatkan dalam tanah dengan dua bentuk
utama, yaitu bentuk organik dan bentuk anorganik.
Unsur ini diserap oleh tanaman hampir seluruhnya
dalam bentuk ion sulfat (S042-) dan hanya sejumlah kecil
sebagai gas belerang (SO2) yang diserap langsung dari
tanah dan atmosfir. Berdasarkan bentuknya di dalam
tanah, S dapat dikelompokkan menjadi sulfat organik,
sulfat terlarut, sulfat terabsorpsi, S-elemen, dan sulfida.
Sulfur
merupakan
bagian
(constituent)
dari
hasil
metabolisme senyawa-senyawa kompleks.
Unsur sulfur selain bisa didapat dalam tanah, juga
terdapat dalam pupuk. Misalnya dalam pupuk ZA dan
ponska. Dalam pupuk ZA, di dalamnya terdapat
kandungan unsur N dan S, yang mana kandungan
unsur nitrogennya (N) sebesar 21% dan sulfur (S)
sebesar 24%. Sedangkan dalam pupuk ponska (15,
15, 15, 10), unsur sulfurnya terkandung sebesar 10%.
Unsur hara sulfur merupakan salah satu unsur hara
makro yang dibutuhkan oleh tanaman.
2.2 Fungsi Unsur Hara Sulfur bagi Tanaman
Pada umumnya sulfur atau belerang dibutuhkan
tanaman dalam pembentukan asam amino beberapa
jenis protein dalam bentuk cystein, methionin serta
thiamine. Disamping itu S juga merupakan bagian dari
biotin, tiamin, ko-enzim A dan glutationin. Diperkirakan
90% S dalam tanaman ditemukan dalam bentuk asam
amino, yang salah satu fungsi utamanya adalah
penyusun protein yaitu dalam pembentukan ikatan
disulfida antara rantai-rantai peptida.
Sulfur juga berfungsi sebagai aktivator, kofaktor
atau regulator enzim dan berperan dalam proses
fisiologi tanaman. Selain fungsi yang dikemukakan di
atas, peranan S dalam pertumbuhan dan metabolisme
tanaman sangat banyak dan penting, diantaranya yaitu
merupakan bagian penting dari ferodoksin, suatu
komplex Fe dan S yang terdapat dalam kloroplas dan
terlibat dalam reaksi oksidoreduksi dengan transfer
elektron serta dalam reduksi nitrat dalam proses
fotosintesis. Sulfur terdapat dalam senyawa-senyawa
yang mudah menguap yang menyebabkan adanya rasa
dan
bau
pada
rumput-rumputan
dan
bawang-
bawangan. Sulfur dikaitkan pula dengan pembentukan
klorofil
yang
erat
hubungannya
dengan
proses
fotosintesis dan ikut serta dalam beberapa reaksi
metabolisme seperti karbohidrat, lemak dan protein.
Sulfur juga dapat merangsang pembentukan akar dan
buah serta dapat mengurangi serangan penyakit.
Lebih jelasnya fungsi dan peran sulfur bagi
tanaman, dapat dituliskan sebagai berikut:
1)
Berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar.
2)
Merupakan unsur yang penting dalam beberapa
jenis
protein
dalam
bentuk
cystein,
methionin serta thiamine.
3)
Membantu pertumbuhan anakan produktif.
4)
Membantu pembentukan butir hijau daun
5)
Berperan
dalam
pembentukan
klorofil
serta
meningkatkan ketahanan terhadap jamur.
6)
Pada beberapa jenis tanaman antara lain berfungsi
membentuk senyawa minyak yang menghasilkan
aroma dan juga aktifator enzim membentuk papain.
Sebagian besar sulfur di dalam tanah berasal dari
bahan organik yang telah mengalami dekomposisi dan
sulfur elemental (bubuk/ batu belerang) dari aktivitas
vulkanis. Sulfur yang larut dalam air akan segera
diserap tanaman, karena unsur ini sangat dibutuhkan
tanaman terutama pada tanaman-tanaman muda.
2.3 Keterkaitan Unsur Hara Sulfur bagi Pertumbuhan
Tanaman
Unsur hara Sulfur (S) bersama dengan kalsium
dan magnesium merupakan hara tanaman sekunder.
Hal ini berarti Sulfur dibutuhkan tanaman dalam jumlah
banyak tetapi lebih sedikit dari unsur Nitrogen (N),
Phosphosr ( P), dan kalium (K). Menurut Goeswono
Soepardi (1983) S merupakan penyusun asam amino
metionin dan sistein. Struktur protein dalam tanaman
sebagian besar ditentukan oleh gugusan S. Unsur ini
juga dikenal sebagai hara penting yang diperlukan
untuk produksi khlorofil karena pada umumnya S yang
dibutuhkan
untuk
pertumbuhan
optimal
tanaman
bervariasi antara 0.1 sampai 0.5% dari bobot kering
tanaman (Marschner, 1995).
2.3.1 Unsur Hara Sulfur dalam Tanah
Total S dalam tanah bervariasi mulai dari sangat
sedikit sampai dengan 1000 mg S kg-1 tanah (0.1%),
nilai yang lebih tinggi dapat ditemui pada tanah-tanah
bermasalah seperti tanah salin dan tanah sulfat masam
(Takkar, 1988; Genesmurthy et. al., 1989). Sulfur dalam
tanah terdapat dalam bentuk organik dan anorganik.
Bentuk S anorganik penting ada dalam tanah sebab
sebagian besar sulfur diambil oleh tanaman dalam
bentuk SO42-(sulfat), begitu juga bentuk S organik juga
penting ada dalam tanah karena dapat meningkatkan
total S tanah (Prasad dan Power, 1997). Sebagian
besar bentuk sulfur di dalam tanah adalah S organik
(Stevenson, 1982). Hampir semua sulfur dalam tanah
tropis yang tidak dipupuk terdapat dalam bentuk
organik.
Kadar
dipengaruhi
oleh
S
dalam
tanah
penambahan
bervariasi
sulfur
dari
dan
bahan
organik, air irigasi, udara, pupuk dan pestisida. Sulfur
diserap oleh tanaman dalam bentuk sulfat (SO42-) dan
hanya sebagian kecil sulfur dalam bentuk gas SO 2 yang
diserap langsung oleh tanaman dari tanah dan
atmosfer.
Bentuk S tersebut merupakan S anorganik yang
bersifat aktif di dalam tanah. Sulfur anorganik dihasilkan
dari dekomposisi senyawa organik yang mengandung S
dan dari pupuk pembawa S (Engelstad, 1997). Bentuk
sulfur anorganik yaitu SO42- terlarut, SO42- terjerap, SO42tak larut dan S anorganik tereduksi. SO42- terlarut dan
terjerap merupakan fraksi sulfur yang dapat tersedia
bagi tanaman (Tisdale et.al, 1985).
Gambar 1. Siklus Sulfur di Alam
Ketersediaan S dalam tanah tergantung pada
beberapa faktor terutama redoks potensial tanah,
kandungan bahan organik, aktivitas mikroorgnisme
tanah, kualitas air pengairan dan air hujan (Blair et.al.,
1977). Penambahan sulfur baik yang berasal dari bahan
organik maupun anorganik pada beberapa sistem
pertanian dapat meningkatkan bahan organik, total
sulfur
organik,
dan
mineralisasi
S.
Tanaman
mendapatkan sulfat tersedia selain dari tanah dan pupuk
yang membawa S juga mendapatkan sulfur dari air
pengairan, air hujan, dan udara. Oleh karena itu untuk
menduga kebutuhan sulfur tanaman dalam rangka
penentuan dosis pupuk tidak cukup hanya berdasarkan
pengamatan S tanah. Dalam keadaan anaerob seperti
pada lahan sawah yang tergenang terjadi reduksi
sulfat menjadi sulfida. Menurut Anwar (2000), bahwa
sulfat bertendensi tidak mantap dalam lingkungan
anaerobik. Reduksi sulfat menjadi sulfida (H2S) oleh
bakteri
Desulvovibrio desulfuricans, yang selanjutnya
bereaksi dengan ion Fe2+ dalam larutan dan membentuk
ferro
sulfida
(FeS)
atau
“macknawite”,
kemudian
bereaksi dengan sulfur (S) dan menghasilkan
FeS2 (ferro disulfida) dengan reaksi sebagai berikut :
1. Fe(OH)2 + H2S
FeS + 2 H2O
2. FeS + S +e
FeS2
Reaksi tersebut berkaitan dengan oksidasi bahan
organik (elektron donor atau proton donor) atau respirasi
yang memerlukan alternatif elektron akseptor (Oksigen,
Nitrat, Oksida mangan, besi, sulfat yang akan direduksi).
Reaksi tersebut akan mengakibatkan berkurangnya
sulfat tersedia bagi tanaman di dalam tanah. Sulfat
dalam tanah aerob dapat tereduksi oleh bakteri
membentuk H2S yang pada gilirannya akan bereaksi
dengan logam -logam berat menghasilkan sulfida-sulfida
yang sangat tidak larut. Selain itu, tingginya kandungan
Ca2+ pada tanah dapat mengurangi kelarutan SO42(
Engelstad, 1997). Oleh karena itu pada tanah-tanah
alkalin dan tanah yang dikapur berlebihan tanaman
sering mengalami kekurangan sulfur. Senyawa organik
yang dilepaskan eksudat akar dan mikroba memegang
peranan penting dalam menentukan ketersediaan ion
sulfat dalam tanah. Kimura
et.al. (1991) menyatakan
bahwa ion sulfat dalam tanah akan direduksi oleh H2
yang berasal dari eksudat dan H2 yang dilepaskan oleh
bahan organik. Sejumlah sulfur ditemukan pada horizon
permukaan dalam bentuk S organik. Secara umum S
organik pada top soil permukaan lebih tinggi dari pada
subsoil.
Secara umum jumlah S yang termineralisasi dari
tanah secara tidak langsung berhubungan dengan tipe
tanah, C, N atau S, C:N, N:S, C:S rasio, pH tanah, atau
N yang termineralisasi. Rasio C:S menunjukkan ukuran
kemudahan bahan organik melepaskan sulfat ke dalam
tanah. Freney (1986) mengemukakan bahwa SO42+
dilepaskan dari bahan organik pada saat C:S rasio
dibawah 200 dan diimobilisasi saat rasio lebih besar dari
400. Immobilisasi dan mineralisasi terjadi keduanya
pada saat rasio antara 200 dan 400. Oleh karena itu,
pupuk
organik
yang
akan
diberikan
harus
telah
dikomposkan terlebih dahulu sehingga nilai rasio C:S
nya dibawah 200.
Contoh Fungsi Sulfur Bagi Tanaman Padi
Belerang (sulfur) pada padi diperlukan untuk
sintesis asam amino cystein, methionin, dan thiamine,
yang selanjutnya membentuk protein. Selain itu sulfur
juga sangat membantu perkembangan pucuk, akar dan
anakan.
Padi sawah yang mengalami kekurangan sulfur
umurnya lebih panjang dengan persentase kehampaan
gabah yang tinggi, untuk mengatasi kekahatan sulfur
pada padi, perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas
dan produktivitas tanah melalui pemberian pupuk
anorganik dan pupuk organik.
Salah satu sumber S anorganik yang baik untuk
padi sawah adalah pupuk amonium sulfat [(NH4)2SO4]
karena dapat memasok S yang tersedia bagi tanaman,
yaitu sulfat (SO42-).
2.3.2Transformasi
Unsur
Hara
Sulfur
Pada
Daur
Belerang dan Jalur Penyerapan Tanaman
Gambar 2. Siklus Sulfur pada Daur Belerang
Tanaman membutuhkan sulfur sebanyak jumlah
phosphor. Sulfur ditemukan di sistin, sistein dan
methionin,
asam
amino
yang
menyusun
protein
tanaman. Sulfur mengaktifkansistem enzim tertentu dan
sebagai komponen pada beberapa vitamin (Vitamin A).
Walaupun sulfur dideskripsikan sebagai unsur hara
sekunder, sebagian besar dikarenakan tanaman tidak
mengalami defisiensi unsur sulfur sesering unsur hara
seperti nitrogen, phosphor, kalium. Pada kenyataannya,
banyak tanaman budidaya mengandung jumlah rerata
yang cukup pada unsur sulfur dan unsur fosfat
(Schulte,E and Kelling, K.E, 2012).
Gambar 3. Proses Transformasi Sulfur
Proses transformasi sulfur sangat mirip dengan
transformasi nitrogen, sulfur organik dan sulfur sulfide
yang tereduksi bereaksi dengan oksigen membentuk
sulfat (SO4-) tersedia pada kondisi hangat, tanah yang
teraerasi baik. Proses ini sangat mirip dengan konversi
nitrogen organik menjadi ammonium (NH4+) dan nitrat
(NO3-). Sulfat kemudian diikat oleh bacteria selama
proses dekomposisi sisa-sisa tanaman yang kaya
karbon. Sulfur tersedia dapat juga diubah menjadi
sulfide pada air tanah. Kondisi hangat pada tanah
ataupun saat aerasi meningkat, sulfide yang tak tersedia
bereaksi dengan oksigen untuk kembali membentuk
sulfat tersedia (Schulte,E and Kelling, K.E, 2012).
Belerang di dalam tanah didapatkan dari sisa-sisa
tanaman, kotoran hewan, pupuk sulfur dan sulfat (SO 42-)
dan juga hujan asam. Bahan organik tanah yang
tersusun dari dekomposisi sisa-sisa tanaman dan
kotoran hewan yang kemudian dioksidasi oleh bakteri
oksidasi menjadi bentuk sulfat (SO42-). Sumber sulfat
lainnya adalah dari pupuk sulfat dan hujan asam yang
terserap dalam tanah dalam bentuk sulfat. Sulfat
kemudian mengalami reduksi oleh bakteri menjadi
sulfide (S2-), hasil dari reduksi sulfat oleh bakteri residual
mengalami proses volatilisasi menjadi gas dalam bentuk
H2S. sebagian lainnya mengalami proses leaching,
sebagiannya lagi diserap oleh tanaman sebagai sumber
nutrisi
sekunder.
Sulfat
juga
mengalami
proses
immobilisasi oleh bakteri asimilisasi diubah menjadi
bahan organik tanah kembali.
Unsur S diserap oleh akar tanaman dari dalam tanah
dalam
bentuk
ion
sulfat
(SO42-)
yang
kemudian
mengalami proses reduksi dan asimilasi oleh tanaman
menjadi APS (Adenosin Phospho Sulphate) dengan
bantuan enzim ATP sulfurylase yang mengubah ATP
menjadi PPi. Kemudian APS diubah menjadi Sulfit
(SO32-) yang kemudian diubah menjadi sulfide (S2-).
Sulfida diubah menjadi Sistein yang diubah lagi menjadi
Sulfur organik.
Belerang di dalam tanah didapatkan dalam dua
bentuk
utama
yaitu
bentuk
organik
dan
bentuk
anorganik. Unsur ini diserap oleh tanaman hampir
seluruhnya dalam bentuk ion sulfat (S042-) dan hanya
sejumlah kecil sebagai gas belerang (SO2) yang diserap
langsung
dari
tanah
dan
atmosfir.
Berdasarkan
bentuknya di dalam tanah, S dapat dikelompokkan
menjadi sulfat organik, sulfat terlarut, sulfat terabsorpsi,
S-elemen, dan sulfida.
2.4.3 Metabolisme Unsur S dalam Tanaman
Peranan S dalam pertumbuhan dan metabolisme
tanaman sangat banyak dan penting, diantaranya
merupakan bagian penting dari ferodoksin, suatu
komplex Fe dan S yang terdapat dalam kloroplas dan
terlibat dalam reaksi oksidoreduksi dengan transfer
elektron serta dalam reduksi nitrat dalam proses
fotosintesis, S terdapat dalam senyawa-senyawa yang
mudah menguap yang menyebabkan adanya rasa dan
bau pada rumput-rumputan dan bawang-bawangan.
Sulfur dikaitkan pula dengan pembentukan klorofil yang
erat hubungannya dengan proses fotosintesis dan ikut
serta dalam beberapa reaksi metabolisme seperti
karbohidrat, lemak dan protein. Sulfur juga dapat
merangsang pembentukan akar dan buah serta dapat
mengurangi serangan penyakit (Tisdaleet al. 1985 ).
Tanaman membutuhkan sulfur dalam jumlah yang
hampir sama dengan fosfor. Oleh karena itu, untuk
menunjang
pertumbuhan
tanaman
yang
optimal
diperlukan ketersediaan sulfur yang cukup tinggi di
dalam tanah. Selanjutnya diungkapkan pula bahwa
sulfur merupakan penyusun protein dan diduga erat
berhubungan dengan reduksi nitrat, sehingga tanaman
yang kekurangan sulfur ditandai dengan adanya
akumulasi nitrat (Trudinger, 1986).
2.4.3 Contoh Kasus: Kebutuhan Sulfur dalam Tanaman
Padi
Belerang (sulfur) pada padi diperlukan untuk
sintesis asam amino cystein, methionin, dan thiamine,
yang selanjutnya membentuk protein. Selain itu sulfur
juga sangat membantu perkembangan pucuk, akar dan
anakan.
Padi sawah yang mengalami kekurangan sulfur
umurnya lebih panjang dengan persentase kehampaan
gabah yang tinggi, untuk mengatasi kekahatan sulfur
pada padi, perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas
dan produktivitas tanah melalui pemberian pupuk
anorganik dan pupuk organik.
Salah satu sumber S anorganik yang baik untuk
padi sawah adalah pupuk amonium sulfat [(NH4)2SO4]
karena dapat memasok S yang tersedia bagi tanaman,
yaitu sulfat (SO42-).
Sulfur banyak diserap oleh tanaman padi selama
masa pertumbuhan dan mencapai maksimum pada
fase pembungaan. Pada fase ini, sulfur terakumulasi di
daun, sebagian besar di daun muda. Kadar S-total di
daun dan batang padi tinggi pada awal pertumbuhan.
Setelah stadia itu, sulfur disimpan dalam daun dan
tangkai, kemudian ditranslokasikan ke gabah (Fox dan
Blair, 1986). Oleh karena itu, sulfur harus tersedia pada
awal pertumbuhan sampai sekurang-kurangnya pada
fase anakan aktif untuk memperoleh hasil yang optimal.
Kekurangan sulfur akan menghambat sintesis
protein, akibatnya terjadi akumulasi asam-asam amino
yang tidak mengandung S di dalam tanaman. Oleh
karena itu, jaringan tanaman yang kekurangan sulfur
mempunyai nisbah N-organik/S-organik yang lebih
tinggi (70/1 – 80/1) dari pada jaringan tanaman normal.
Nisbah ini dapat dijadikan petunjuk apakah suatu
tanaman mendapat suplai S yang cukup atau tidak
(Schnug
dan
Silvia,
2000).
Cara
penanganan
kekurangan unsur sulfur adalah dengan menambahkan
pupuk kimia ZA (S=20%), Phonska (S=10%), serta
pupuk daun yang mengandung unsur S.
2.5 Gejala Defisiensi Kekurangan Unsur Hara Sulfur
pada Tanaman
Jumlah S yang dibutuhkan oleh tanaman sama
dengan jumlah fosfor (P). Kekahatan S menghambat
sintesis protein dan hal inilah yang dapat menyebabkan
terjadinya
klorosis
seperti
tanaman
kekurangan
nitrogen. Kahat S lebih menekan pertumbuhan tunas
dari pada pertumbuhan akar. Gejala kahat S lebih
nampak pada daun muda dengan warna daun yang
menguning sebagai mobilitasnya sangat rendah di
dalam tanaman (Haneklaus dan Penurunan kandungan
klorofil secara drastis pada daun merupakan gejala
khas pada tanaman yang mengalami kahat S .Kahat S
menyebabkan terhambatnya sintesis protein yang
berkorelasi dengan akumulasi N dan nitrat organik
terlarut.
Kekurangan unsur hara Belerang (S)
a. Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah
menjadi kuning),
perubahan
warna umumnya
terjadi pada seluruh daun muda, kadang mengkilap
keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya
tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun
selengkapnya
b. Perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning
sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun
kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala
yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa
tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan,Tea
Yellow, atau,yellow Disease,
c. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek
dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan
berdiameter kecil
d. Pada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen
gula rendah
e. Jumlah anakan terbatas
Gejala kekurangan Sulfur (S): Pangkal daun
berwarna kuning dan bergaris-gasir. Gejala nampak pada
daun yang terletak dekat pucuk seperti pada gambar
berikut ini:
Gambar 4. Gejala Kekurangan Unsur Sulfur pada
Tanaman
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2013.
Unsur
Hara
Sulfur.
http://pupukdsp.com/index.php/PupukTanaman/Unsur-Hara-Sulfur-S.html. Diakses pada
22 November 2013.
Anonymous. 2013. Transformasi Unsur Hara Sulfur pada
Daur Belerang dan Jalur Penyerapan Tanaman.
http://kuliahnyok.wordpress.com/2012/04/25/transfor
masi-unsur-hara-sulfur-pada-daur-belerang-danjalur-penyerapan-tanaman/. Diakses pada tanggal
21 November 2013
Anonymous. 2013. Unsur Hara Makro dan Mikro Pada
Tumbuhan.
http://anieensama.wordpress.com/2011/07/26/unsurmakro-dan-mikro-pada-tumbuhan/. Diakses pada
tanggal 21 November 2013
Agung.
2009.
Unsur
Hara
Sulfur.
http://banyuagung.wordpress.com/2009/07/30/fung
si-pupuk-za-bagi-tanaman-kita. Diakses pada 22
November 2013.
Barker, V.A and Pilbeam D.J. 2007. Handbook of Plant
Nutrition. CRC Press Taylor & Francis Group. New
York. USA.
Fox, R.L. and G.J. Blair.1986. Plant Response to Sulphur
Tropical Soils. p. 405 – 434. In : M.A. Tabatai (Editor)
: Sulphur in Agriculture. No27 in the series
Agronomy. Madison, Wisconsin, USA.
Goeswono Soepardi. 1983. Sifat dan Ciri Tanah.
Departemen Ilmu-ilmu Tanah, IPB. Bogor.
Marschner, H. 1995. Mineral Nutrion of Higher Plants. 2nd
ed. Academic Press. London Trudinger, P.A. 1986.
Chemistry of the sulphur cycle. p. 2 – 22. In : M.A.
Tabatai (Editor) : Sulphur in Agriculture. No27 in the
series Agronomy. Madison, Wisconsin, USA.
Nurman,
Ihsan. 2013. Kegunaan Unsur Hara Bagi
Tanaman.http://www.ceriwis.com/save-ourplanet/252108-kegunaan-unsur-unsur-hara-bagitanaman.html. Diakses pada 22 November 2013.
Diakses pada 21 November 2013
Sofyan.
2013.
http://blogs.unpad.ac.id/emmasofyan.
Diakses pada 22 November 2013.
Schulte, E and Kelling, K.E. 2012. Soil and Applied Sulfur .
http://www.soils.wisc.edu/extension/pubs/A2525.pdf .
Diakses pada tanggal 21 November 2013.
Tisdale, S. L., Nelson W. L., and Beaton J. D.,1990. Soil
fertility and fertilizers. (5th Ed). Macmillan, New York.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1985. Soil
Fertility and Fertilizers. 4th ed. MacMillan Publishing
Company. New York.
Wikipedia.
2013.
Siklus
Sulfur.
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Daur_Sulfur.jpg.
Diakses pada 22 November 2013.