PENERAPAN AGROPOLITAN DALAM PEMBANGUNAN

TUGAS PENGEMBANGAN WILAYAH DAN INFRASTRUKTUR

MAKALAH

PENERAPAN AGROPOLITAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
DAERAH PROVINSI LAMPUNG

OLEH :

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN
NPM : 1225011015

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠


BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pembangunan ekonomi yang sentralistis dimasa lalu, mengakibatkan

terjadinya krisis multidimensi yang dialami bangsa Indonesia, khususnya krisis
dibidang ekonomi. Krisis ekonomi yang terjadi merupakan akibat dari masalah
fundamental dan keadaan khusus. Masalah fundamental adalah tantangan internal
berupa kesenjangan yang ditandai oleh adanya pengangguran dan kemiskinan,
sedangkan tantangan eksternal adalah upaya meningkatkan daya saing
menghadapi era perdagangan bebas. Keadaan khusus adalah bencana alam
kekeringan yang datang bersamaan dengan krisis moneter yang merembet dari
negara tetangga. Krisis ekonomi ditandai melemahnya nilai tukar uang dalam
negeri terhadap mata uang asing (Gunawan Sumodiningrat, 2000).
Hal tersebut bukan gagal membangun perekonomian nasional yang kokoh,
tetapi justru telah menciptakan disparitas ekonomi antar daerah dan antar
golongan masyarakat dinegara kita. Disparitas ekonomi yang terjadi sudah sangat

mengkhawatirkan, karena selain telah memicu kecemburuan dan kerusuhan sosial,
juga telah menimbulkan gejala disintegrasi berbangsa dan bernegara. Dewasa ini
pemerintah memang telah mulai semakin memperhatikan pembangunan ekonomi
daerah melalui jargon-jargon ekonomi politik seperti desentralisasi ekonomi,
otonomi daerah, ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan usaha kecil, menengah
dan koperasi. Namun hingga saat ini belum jelas formatnya dan bagaimana
implementasi konkritnya masih kita tunggu hasilnya. Bahkan apabila ditelaah
lebih jauh, kadangkala kebijaksanaan makro ekonomi yang diterapkan justru tidak
konsisten dan bertentangan dengan upaya pengembangan ekonomi daerah.
Kenyataan telah membuktikan dan menyadarkan kita semua akan
pentingnya peran strategis sektor pertanian sebagai pilar penyangga atau basis
utama ekonomi nasional dalam upaya penanggulangan dampak krisis yang lebih
parah. Sektor pertanian rakyat serta usaha kecil dan menengah relatif mampu
bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi dan menyelamatkan negara kita dari
situasi yang lebih parah. Disamping pendekatan kemitraan dan penguatan
MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

1

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA


͟͠͞͠

jaringan, akan disinergikan pula dengan pendekatan peningkatan nilai tambah
produksi pada usaha-usaha kecil yang berorientasi pada pasar/ekspor sesuai
kompetensi ekonomi lokal daerahnya.

1.2

Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Agar pemanfaatan kawasan agropolitan dapat terselenggara secara
optimal, diperlukan upaya penataan ruang sebagai salah satu bentuk
intervensi kebijakan dan penanganan khusus dari pemerintah dengan
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya. Selain itu, implementasi
penataan ruang perlu didukung oleh programprogram sektoral baik yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat, termasuk dunia usaha.
1.2.2 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan deskripsi hal yang berkaitan
dengan penerapan agropolitan serta dukungan sektor terkait dalam
pengelolaan kawasan agropolitan dalam pembangunan ekonomi daerah.

1.3

Ruang lingkup makalah
Dalam makalah penerapan agropolitan dalam pembangunan ekonomi

wilayah Provinsi Lampung ruang lingkupnya meliputi ; kawasan agropolitan di
Provinsi Lampung yang memberikan kontribusi ekonomi terhadap wilayah
sekitarnya dan Provinsi Lampung.
1.4

Metodologi Yang Digunakan
Didalam penyusunan makalah ini, perolehan informasi untuk kawasan

agropolitan akan menggunakan studi literature dari berbagai makalah, peraturan
dan studi pustaka.


MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

2

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

1.5

͟͠͞͠

Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan, pembahasan hasil makalah ini terbagi dalam empat

bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan ; bab ini menguraikan tentang Latar Belakang, Maksud dan
Tujuan, Batasan Masalah, Metodologi Penelitian dan Hasil Akhir yang
diharapkan.
Bab

II.


Landasan

Teori

;

Mengulas

secara

umum

perinsip-prinsip

Pengembangan dan pengelolaan kawasan agropolitan, Tinjauan terhadap para ahli
pengembangan Wilayah. Pada bab ini tinjauan dilakukan untuk memperkuat
penulisan makalah dengan sumber pustaka yang Jelas.
Bab III. Aplikasi dan Pembahasan ; Pada bab ini pembahasan dilakukan
penerapan dari teori-teori yang digunakan terhadap contoh kasus kawasan

agropolitan.
Bab IV. Kesimpulan ; Pada bab ini dibahas kesimpulan keseluruhan dari
penerapan agropolitan dalam pembangunan ekonomi daerah.

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

3

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1

Agropolitan
Konsep agropolitan dikemukakan oleh Friedman dan Douglass (1975)

adalah suatu konsep pengembangan perdesaan yang didasarkan pada potensi

wilayah desa itu sendiri. Konsep agropolitan merupakan suatu konsep
pengembangan wilayah yang muncul dari permasalahan adanya ketimpangan
pembangunan wilayah antara kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan
ekonomi dengan wilayah perdesaan sebagai pusat kegiatan pertanian yang
tertinggal. (Rustiadi dan Pranoto, 2007).
Dengan demikian petani atau masyarakat desa tidak perlu harus pergi ke
kota untuk mendapatkan pelayanan, baik dalam pelayanan yang berhubungan
dengan masalah produksi dan pemasaran maupun masalah yang berhubungan
dengan kebutuhan sosial budaya dan kehidupan setiap hari. Pusat pelayanan
diberikan pada setingkat desa, sehingga sangat dekat dengan pemukiman petani,
baik pelayanan mengenai teknik berbudidaya pertanian maupun kredit modal
kerja dan informasi pasar.
Besarnya biaya produksi dan biaya pemasaran dapat diperkecil dengan
meningkatkan faktor-faktor kemudahan pada kegiatan produksi dan pemasaran.
Faktor¬faktor tersebut menjadi optimal dengan adanya kegiatan pusat agropolitan.
Jadi peran agropolitan adalah untuk melayani kawasan produksi pertanian di
sekitarnya dimana berlangsung kegiatan agribisnis oleh para petani setempat.
Fasilitas pelayanan yang diperlukan untuk memberikan kemudahan produksi dan
pemasaran antara lain berupa input sarana produksi (pupuk, bibit, obat-obatan,
peralatan, dan lain-lain), sarana penunjang produksi (lembaga perbankan,

koperasi, listrik, dan lain-lain), serta sarana pemasaran (pasar, terminal angkutan,
sarana transportasi, dan lain-lain).
Dalam konsep agropolitan juga diperkenalkan adanya agropolitan district,
suatu daerah perdesaan dengan radius pelayanan 5 – 10 km dan dengan jumlah
penduduk 50 – 150 ribu jiwa serta kepadatan minimal 200 jiwa/km2. Jasa-jasa
dan pelayanan yang disediakan disesuaikan dengan tingkat perkembangan
MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

4

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

ekonomi dan sosial budaya setempat. Agropolitan district perlu mempunyai
otonomi lokal yang memberi tatanan terbentuknya pusat-pusat pelayanan di
kawasan perdesaan telah dikenal sejak lama. Pusat-pusat pelayanan tersebut
dicirikan dengan adanya pasar-pasar untuk pelayanan masyarakat perdesaan.
Mengingat volume permintaan dan penawaran yang masih terbatas dan jenisnya
berbeda, maka telah tumbuh pasar mingguan untuk jenis komoditi yang berbeda.

Di Jawa, pusat-pusat pelayanan tersebut dikenal dengan nama pasar Pahing, Pon,
Wage atau Kliwon, sedangkan di Jakarta dikenal dengan nama pasar Minggu,
Senen, Rebo, dan Jum’at demikian juga dengan Provinsi Lampung sendiri juga
dikenal dengan istilah pasaran atau kalangan. Pusat-pusat tersebut berfungsi
sebagai pelayanan kebutuhan yang terkait dengan kegiatan yang produktif
maupun untuk pelayanan kebutuhan non produktif.
Pelaksanaan konsep agropolitan dapat menanggulangi dampak negatif
pembangunan seperti migrasi desa-kota yang tak terkendali, polusi, kemacetan
lalu lintas, pengkumuhan kota, kehancuran masif sumberdaya alam, serta
pemiskinan desa. (Rustiadi dan Pranoto, 2007).
Kawasan agropolitan merupakan kawasan perdesaan yang secara
fungsional merupakan kawasan dengan kegiatan utama adalah sektor pertanian.
Suatu kawasan dapat dikembangkan menjadi kawasan agropolitan apabila
memiliki komoditas dan produk olahan pertanian unggulan, memiliki daya
dukung dan potensi fisik yang baik, luas kawasan dan jumlah penduduk yang
memadai, serta tersedianya dukungan sarana dan prasarana.

2.2

Agribisnis

Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu,

usahatani, hilir, dan penunjang. Menurut Saragih (1998, dalam Pasaribu 1999),
batasan agribisnis adalah sistem yang utuh dan saling terkait di antara seluruh
kegiatan ekonomi (yaitu subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya,
subsistem agribisnis hilir, susbistem jasa penunjang agribisnis) yang terkait
langsung dengan pertanian. Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang
terdiri dari unsur-unsur kegiatan : (1) pra-panen, (2) panen, (3) pasca-panen dan
MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

5

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

(4) pemasaran. Sebagai sebuah sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Terputusnya salah satu
bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Sedangkan kegiatan
agribisnis melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan kehutanan, serta
bagian dari sektor industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara kedua sektor
inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional
(Gunawan Sumodininggat, 2000).
Perkembangan agribisnis di Indonesia sebagian besar telah mencakup
subsistem hulu, subsistem usahatani, dan subsistem penunjang, sedangkan
subsistem hilir masih belum berkembang secara maksimal. Industri pupuk dan
alat-alat pertanian telah berkembang dengan baik sejak Pelita I hingga saat ini.
Telah banyak diperkenalkan bibit atau varietas unggul dalam berbagai komoditi
untuk peningkatan produksi hasil pertanian. Demikian juga telah diperkenalkan
teknik-teknik bertani, beternak, berkebun, dan bertambak yang lebih baik untuk
meningkatkan produktivitas pertanian. Subsistem penunjang yang bersifat fisik
dan fiskal telah lama diperkenalkan kepada para petani. Jaringan irigasi telah
banyak dibangun yang mampu mengairi jutaan hektar sawah dan lahan pertanian
lainnya, untuk meningkatkan produksi pertanian. Demikian juga fasilitas kredit
pertanian telah lama diterapkan untuk meningkatkan produksi dan pemasaran
berbagai komoditi pertanian. Meskipun sudah banyak yang telah dilakukan
pemerintah dalam upaya mengembangkan agribisnis, tetapi masih terdapat
berbagai kendala, terutama dalam menjaga kualitas produk yang memenuhi
standar pasar internasional serta kontinuitas produksi sesuai dengan permintaan
pasar maupun untuk mampu mendukung suatu industri hilir dari produksi
pertanian. Salah satu alternatif untuk menjaga kontinuitas dari kualitas produk
adalah dengan mengembangkan kegiatan agribisnis disesuaikan dengan potensi
sumber daya alam.
Potensi sumber daya alam tersebut tersebar tidak merata untuk setiap
pulau/wilayah/daerah. Oleh sebab itu pengembangannya perlu dikaitkan dengan
pengembangan wilayah nasional dan lokal, yang berpedoman kepada Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan Rencana Tata Ruang Wilayah

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

6

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

Propinsi (RTRWP) yang telah mengidentifikasikan kawasan andalan dan kawasan
prioritas pengembangan serta jenis pengembangannya. Pengembangan agropolitan
sangat diperlukan dalam mendukung agribisnis, yang dimasa mendatang berperan
sangat strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Agropolitan perlu
diposisikan secara sinergis dalam sistem pengembangan wilayah. Implementasi
konsep agropolitan dalam pengembangan wilayah dilakukan melalui penerapan
sistem pemukiman kota dan pedesaan serta Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi
(RTRWP) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) yang
terkait dengan kawasan budidaya dan sistem transportasi.

2.3

Agribisnis Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah
Menurut teori ekonomi sederhana, nilai moneter dari suatu produk akan

terbagikan habis (exhausted) kepada pembayaran faktor-faktor produksi yang
terlibat dalam menghasilkan produk yang bersangkutan. Oleh karena itu, agar
manfaat ekonomi dari pembangunan ekonomi daerah dapat dinikmati secara nyata
oleh rakyat daerah yang bersangkutan, maka kegiatan ekonomi yang
dikembangkan dalam pembangunan ekonomi daerah haruslah kegiatan ekonomi
yang mendayagunakan sumber daya yang terdapat atau dikuasai/dimiliki daerah
yang bersangkutan. Saat ini, sumber daya ekonomi yang dikuasai oleh rakyat di
setiap daerah adalah sumber daya agribisnis, yaitu sumber daya agribisnis berbasis
tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan.
Oleh karena itu, cara yang paling efektif untuk mengembangkan perekonomian
daerah adalah melalui pengembangan agribisnis.
Pengembangan agribisnis yang dimaksud bukan hanya pengembangan
pertanian primer atau subsistem on farm agribusiness, tetapi juga mencakup
subsistem agribisnis hulu (up stream agribusiness), yaitu industri-industri yang
menghasilkan

sarana

produksi

bagi

pertanian

primer,

seperti

industri

pembibitan/perbenihan, industri agro-otomotif, industri agrokimia, dan subsistem
agribisnis hilir (down stream agribusiness), yaitu industri-industri yang mengolah
hasil pertanian primer menjadi produk olahan beserta kegiatan perdagangannya.
Pengembangan agribisnis di setiap daerah jangan hanya puas pada pemanfaatan
MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

7

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

kelimpahan sumber daya yang ada (factor driven) atau mengandalkan keunggulan
komparatif (comparative advantage) seperti sekarang ini, tetapi secara bertahap
harus dikembangkan ke arah agribisnis yang didorong oleh modal mane-made
(capital driven) dan kemudian kepada agribisnis yang didorong oleh inovasi
(innovation driven).
Dengan perkataan lain, keunggulan komparatif agribisnis pada setiap
daerah ditranformasi menjadi keunggulan bersaing (competitive advantage)
melalui pengembangan mutu sumber daya manusia, teknologi, kelembagaan dan
organisasi ekonomi lokal yang telah ada pada masyarakat setiap daerah (bukan
menggantikannya dengan sesuatu yang benar-benar baru).
Dengan transformasi agribisnis seperti ini, kemampuan rakyat untuk
menghasilkan produkproduk agribisnis yang saat ini masih didominasi oleh
produk-produk yang bersifat natural resources and unskill labor based, secara
bertahap beralih kepada produk-produk agribisnis yang bersifat capital and skill
labor based dan kemudian kepada produk yang bersifat knowledge and skill labor
based. Dengan transformasi produk agribisnis yang demikian, maka produkproduk agribisnis yang dihasilkan oleh setiap daerah dapat mampu bersaing dan
memasuki segmen pasar yang lebih luas di pasar internasional.
Pengembangan produk yang demikian juga akan memperbesar manfaat
ekonomi yang dapat dinikmati oleh rakyat di setiap daerah. Pengembangan
agribisnis di setiap daerah harus juga disertai dengan pengembangan organisasi
ekonomi, khususnya rakyat petani, agar manfaat ekonomi yang dihasilkan dapat
benar-benar dinikmati oleh rakyat dan daerah. Di masa lalu, rakyat petani (bahkan
daerah sentra-sentra agribisnis) hanya menikmati nilai tambah dari subsistem on
farm agribisnis yang umumnya relatif kecil. Nilai tambah yang paling besar, yakni
pada subsistem agribisnis hulu dan hilir, dinikmati oleh para pedagang atau
pengusaha luar daerah. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pendapatan petani
tetap rendah dan ekonomi daerah sentra-sentra agribisnis kurang berkembang.

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

8

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

2.4

͟͠͞͠

Analisis Isu Strategis (RPJM Provinsi Lampung)
Isu global maupun nasional, secara langsung maupun tidak langsung akan

berpengaruh terhadap perkembangan isu lokal di Provinsi Lampung. Isu lokal ini
akan meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat Lampung, sehingga perlu
dilakukan pemahaman secara tepat dan akurat semua isu yang berkembang agar
dapat direncanakan antisipasi sekaligus solusi untuk menjaga keberlangsungan
pembangunan di Provinsi Lampung. Salah satu isu lokal di Provinsi Lampung
adalah sebagai berikut:
2.4.1

Mempertahankan Ketahanan Pangan
Isu

ketahanan

pangan

pada

dasarnya

adalah

tantangan

dalam

pembangunan pertanian secara luas, mulai dari aspek hulu sampai dengan aspek
hilir. Tantangan terbesar adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan efisiensi
dan produktivitas per satuan luas lahan pada setiap komoditas bahan pangan. Hal
ini perlu dilakukan mengingat perluasan lahan dan ekstensifikasi akan terkendala
dengan keterbatasan lahan.
Keterbatasan lahan ini, baik dari segi kesesuaian lahan maupun dari segi
peruntukan lahan, memunculkan tantangan mengenai perlu adanya jaminan bagi
keberlangsungan swasembada pangan di Provinsi Lampung. Dengan demikian
sudah saatnya untuk mempersiapkan regulasi mengenai lahan abadi pertanian.
Kendala pada ekstensifikasi juga menyebabkan penyediaan input menjadi
faktor kunci dalam pengembangan agribisnis. Dalam hal penyediaan input, selain
diperlukan regulasi, maka juga diperlukan adanya koordinasi terus menerus pada
semua stake holder terkait.
Masalah lain adalah bahwa ketahanan pangan tidak lagi dapat dipandang
hanya bersumber dari bahan pangan beras. Hal ini dapat dipahami karena beras
merupakan komoditas strategis, sehingga tekanan terhadap komoditas beras dari
berbagai aspek semakin berat dari tahun ke tahun.

Dengan demikian tantangan

yang kemudian muncul adalah bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Lampung
mulai dapat mendorong penganekaragaman sumber bahan pangan, terutama
bahan pangan non beras.

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

9

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

Pada sisi lain, cara pandang terhadap penyediaan komoditas bahan pangan
dalam rangka ketahanan pangan juga perlu mengalami perubahan. Sebab, pada
prinsipnya yang harus dibangun adalah peningkatan daya beli masyarakat,
sehingga ketika daya beli meningkat, maka dengan sendirinya ketahanan pangan
akan terbangun. Peningkatan daya beli masyarakat ini hanya mungkin dilakukan
dengan pembangunan ekonomi secara keseluruhan, sehingga konsep dasar
pembangunan ketahanan pangan adalah pembangunan ekonomi.

2.4.2

Pengembangan Agro Industri
Sesuai dengan potensi dasar bahwa Provinsi Lampung sebagi ”Bumi

Agribisnis”, maka Isu penting yang kedua adalah pengembangan Provinsi
Lampung sebagai provinsi agro industri. Hal ini dilakukan guna mendukung
perkuatan ketahanan pangan yang telah bekembang menjadi isu pertama,
sekaligus merupakan pengembangan keunggulan potensi daerah.
Komoditas yang dikembangkan dalam agro industri adalah beberapa
komoditas yang merupakan unggulan daerah dan dapat dikembangkan lebih lanjut
ke arah produk industri. Dengan demikian produk akhir yang dipasarkan berupa
produk setengah jadi atau produk jadi. Selain itu, produk yang dihasilkan
merupakan sebuah produk yang dapat berkembang menjadi trade mark Provinsi
Lampung. Dengan demikian, baik secara langsung maupun tidak langsung produk
yang dihasilkan mempunyai nilai komparatif terhadap produk dari luar daerah.
Pada bidang perikanan komoditas yang dapat dikembangkan adalah
produk ikan laut; pada bidang peternakan adalah sapi potong dan ayam potong.
Pada bidang perkebunan adalah: tebu, sawit, karet, singkong, dan nanas.
Sedangkan produk bidang tanaman pangan adalah jagung dan hortikultura.
Kata kunci bagi pengembangan isu agro industri adalah nilai ekonomis,
kualitas produk, dan berbasis ekonomi kerakyatan. Ketiga kata kunci ini menjadi
aspek pembeda dengan isu ketahanan pangan

yang lebih merupakan

pengembangan komoditas strategis untuk memenuhi hajat hidup orang banyak.

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

10

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

Parameter nilai ekonomis akan terkait dengan berbagai aspek lain, seperti :
iklim investasi, pertumbuhan ekonomi, efisiensi proses, penyerapan tenaga kerja
lokal, pemasaran, serta penggunaan input berupa potensi dan keunggulan daerah.
Sedangkan kualitas produk akan terkait dengan standar kualitas sesuai dengan
target pasar nasional yang sesuai dengan situasi krisis.
Produk agro industri yang dihasilkan juga harus bertumpu kepada usaha
agribisnis yang berbasiskan perekonomian rakyat. Dengan demikian produk
tersebut akan mempunyai nilai kompetitif gain terhadap produk lain dari dalam
daerah. Hal ini penting diupayakan, mengingat semakin besar nilai kompetitif
gain sebuah produk akan menimbulkan implikasi profit yang secara ekonomis
lebih besar. Akumulasi dari nilai kompetitif ini secara meluas akan menimbulkan
terjadinya pertumbuhan ekonomi lokal.
Selanjutnya, dalam pengembangan isu agro industri perlu diupayakan
keseimbangan antara peningkatan produksi di satu sisi, namun pada sisi lain
proses produksi masih mampu didukung oleh sumber daya alam yang tersedia.
Artinya, proses produksi tersebut tidak justru menguras sumber daya alam.
Konsep ini dikenal dengan konsep pertanian berkelanjutan.

2.5

Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung 20092029

2.5.1

Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang
Untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Lampung, maka

dirumuskan 7 (tujuh) kebijakan yang akan di laksanakan, salah satu diantaranya
adalah: ”Mengembangkan keterkaitan perkotaan dengan perdesaan melalui
pengembangan Desa-desa pusat pertumbuhan (DPP) dan Konsep Pengembangan
Agropolitan yang akan berfungsi sebagai pusat pemasaran produk pertanian, pusat
pengembangan teknologi dan informasi di bidang pertanian”.

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

11

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

2.5.2

͟͠͞͠

Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Lampung
Kawasan Strategis merupakan suatu wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena memiliki pengaruh sangat penting bagi perkembangan
wilayah dalam aspek ekonomi, sosial, budaya pertahanan keamanan, teknologi
dan kelestarian lingkungan hidup.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), di Provinsi Lampung terdapat
dua Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang ditetapkan, yaitu:
1.

Kawasan Selat Sunda, dengan fungsi strategis untuk meningkatkan
kualitas kawasan secara ekonomi
Dasar pertimbangan penetapan kawasan tersebut adalah kawasan
tersebut merupakan kawasan yang memiliki potensi ekonomi cepat
tumbuh dan mampu menggerakan pertumbuhan ekonomi nasional
dengan tersambungnya Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Di samping
itu pada kawasan tersebut sangat potensial untuk dikembangkan
sebagai kawasan pariwisata terutama pada kawasan krakatau yang
merupakan world heritage.

2.

Kawasan Perbatasan Negara di pesisir timur Provinsi Lampung yang
berhadapan dengan laut lepas/Samudera Hindia dengan fungsi
strategis untuk kepentingan pertahanan dan keamanan.

Dalam upaya mengurangi disparitas pembangunan antara kawasan pusat
pertumbuhan (Kota Bandar Lampung) dengan kawasan-kawasan di sekitarnya dan
upaya optimalisasi potensi kawasan, maka diperlukan strategi pengembangan
wilayah pada kawasan-kawasan yang memiliki peran strategis sebagai motor
penggerak bagi pembangunan kawasan-kawasan di sekitarnya, baik dalam aspek
ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan SDA dan teknologi tinggi.
Kawasan yang berpotensi strategis dalam skala Provinsi Lampung dan
perlu dikembangkan salah satunya adalah:
Kawasan Agropolitan di Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Tanggamus,
Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pringsewu,
MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

12

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Pesawaran,
Kabupaten Mesuji, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tulang Bawang Barat dan
Kabupaten Tulang Bawang. Provinsi Lampung merupakan pemasok utama
tanaman padi dan palawija di Indonesia, bahkan merupakan produsenn terbesar
gula untuk indonesia, yaitu sekitar 30% dari kebutuhan gula di Indonesia. Terkait
dengan penetapan kawasan strategis ini, maka kewenangan dari Pemerintah
Provinsi adalah dimulai dari penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategis
Agropolitan, penyusunan DED prasarana kawasan yang dikembangkan secara
terpadu

kawasan

agropolitan

hingga

pelaksanaan

pembangunan

dan

pengawasannya

2.6

Pembangunan Koridor Ekonomi Lampung

2.6.1

Koridor Ekonomi Lampung
Koridor ekonomi Lampung merupakan penjabaran dari koridor ekonomi

Sumatera yang memiliki Tema sebagai “Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil
Bumi dan Lumbung Energi Nasional”. Koridor Ekonomi Lampung meliputi 3
Koridor utama sebagai berikut:
1.

Koridor Timur Lampung

2.

Koridor Tengah Lampung

3.

Koridor Barat Lampung

Koridor Ekonomi Lampung Meliputi 14 Kabuten/Kota yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Kabupaten Lampung Barat
Kabupaten Tulang Bawang
Kabupaten Lampung Selatan
Kabupaten Tulang Bawang Barat
Kabupaten Lampung Timur
Kabupaten Tanggamus
Kabupaten Pesawaran
Kabupaten Pringsewu
Kabupaten Lampung Tengah
Kabupaten Mesuji
Kabupaten Lampung Utara
Kabupaten Way Kanan
Kota Bandar Lampung
Kota Metro

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

13

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

Gambar 1 Peta Potensi Ekonomi Provinsi Lampung

Kegiatan Ekonomi Utama:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Kopi
Kakao
Tebu
Lada
Kelapa Sawit
Karet
Kelapa dalam
Padi
Jagung
Ubi kayu
Sapi
Kambing

13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Nanas
Pisang
Batu Bara
Panas Bumi
Damar
Perikanan
Udang
Kawasan Strategis
Lampung
21. Pariwisata
22. Rumput Laut

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

14

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

Gambar 2 Tema Pembangunan Koridor Ekonomi Lampung
Koridor ekonomi Lampung merupakan turunan dari koridor ekonomi
Sumatera yang terdapat di dalam MP3EI, yang terdiri dari beberapa komoditas
dan potensi yang terdiri dari:
1.

Perkebunan dan hasil hutan: kopi, kakao, tebu, lada, kelapa dalam, kelapa
sawit, karet,nanas, pisang,damar

2.

Pertanian dan peternakan: padi, jagung, ubi kayu,sapi, kambing,

3.

Perikanan: Ikan dan udang

4.

Mineral dan energi:batu bara, panas bumi,

5.

Pariwisata

6.

Kawasan Strategis Provinsi Lampung.

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

15

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

Gambar 3 Peta Koridor Ekonomi Lampung

2.6.2

Potensi Dan Tantangan Provinsi Lampung
Provinsi Lampung adalah daerah yang kaya dengan potensi Sumber Daya

Alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan (hasil tambang dan
mineral).
Bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Luas lahan persawahan di Provinsi Lampung sebesar 371.417 ha dengan
tingkat produksi sebesar 2,13 juta ton padi. Produksi perkebunan sebesar 7,74
juta ton yang terdiri dari karet, kopi, lada, kelapa, tebu, ubi, rotan , kayu, dan
jagung. Sejak abad ke-19 dan ke-20, kopi dan lada Lampung menjadi primadona
dunia, walaupun dengan minus infrastruktur dan kondisi sebagai tanah jajahan
kolonial Belanda, nama Lampung dikenal dunia sebagai salah satu produsen kopi
dan lada dunia. Saat ini produksi lada nasional sebanyak 27,56% disumbangkan

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

16

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

dari Lampung. Produksi gula memberikan kontribusi sebesar 37,7% dari dari total
gula nasional. Produksi tapioka sebesar 60% dari produksi nasional. Kopi robusta
26,12% dari produksi nasional. Jagung 11,22%. Singkong 24,43%. Sedangkan
Nanas kalengan merupakan 26% pemasok kebutuhan dunia. Sementara sektor
perikanan mampu menghasilkan sebanyak 327.132,2 ton. Lampung merupakan
pengekspor udang ke Amerika yang terbesar di Indonesia, serta pemasok ternak
terbesar ke wilayah Banten dan Jabodetabek serta beberapa provinsi lainnya di
Sumatera dengan produksi lebih dari 150.000 ekor sapi pertahunnya.

Gambar 4 Potensi Sumber Daya Alam Lampung

Hingga tahun 2011, perekonomian Lampung menunjukkan tren yang terus
meningkat. Akhir tahun 2011, pertumbuhan ekonomi secara makro berhasil
mencapai 6,15%.

Seperti tahun sebelumnya, produksi komoditas pertanian

Lampung secara umum masih berada pada peringkat tujuh nasional. Sementara
produksi jagung menempati peringkat tiga nasional dengan total produksi 2,1 juta
ton. Sedangkan ubi kayu memberikan kontribusi produksi 8,2 juta ton atau
menempati peringkat satu secara nasional. Demikian juga dengan kopi robusta
dan tebu yang secara nasional memberikan kontribusi dalam kisaran 30% - 40%
dari total produksi nasional.

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

17

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

Gambar 5 20 Kegiatan Utama Ekonomi Lampung

Tabel 1 Komoditi Unggulan di Provinsi Lampung

Sumber : Rencana Aksi MP3EL

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

18

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

͟͠͞͠

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1

Kesimpulan
Sesuai dengan potensi dasar bahwa Provinsi Lampung sebagi ”Bumi

Agribisnis”. Penerapan Agropolitan Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah
Provinsi Lampung merupakan cara yang paling efektif untuk mengembangkan
perekonomian daerah adalah melalui pengembangan agribisnis. Pengembangan
agribisnis bukan hanya pengembangan pertanian primer (on farm agribusiness)
tetapi juga mencakup industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (up
stream agribusiness) dan industriindustri yang mengolah hasil pertanian primer
dan kegiatan perdagangannya (down stream agribusiness).
Pengembangan agribisnis di setiap daerah harus juga disertai dengan
pengembangan organisasi ekonomi, melalui pengembangan koperasi agribisnis
yang ikut mengelola up¬stream agribusiness dan down-stream agribusiness
melalui usaha patungan (joint venture) dengan BUMN/BUMD. Dengan demikian
perekonomian daerah akan mampu berkembang lebih cepat dan sebagian besar
nilai tambah agribisnis akan tertahan di daerah dan pendapatan rakyat akan
meningkat. Apabila hal tersebut terwujud akan mampu menghambat arus
urbanisasi bahkan justru mendorong ruralisasi sumber daya manusia.

SARAN
Saran untuk pencapai penerapan agropolitan dalam pembangunan ekonomi
daerah provinsi lampung lebih optimal sebagai berikut :
1.

Pengembangan kwasan agropolitan sebagai potensi ekonomi Provinsi
Lampung, dilakukan melalui pengembangan komoditas di Provinsi
Lampung terdiri dari 21 jenis komoditas yang menjadi kegiatan ekonomi
utama di Provinsi Lampung, yaitu: kopi, tebu, lada, padi, jagung, kelapa
dalam, kelapa sawit, kakao, ubi kayu, nanas, batu bara, panas bumi,
pariwisata, damar, perikanan, udang, sapi dan kambing, karet,pisang, dan
Kawasan Strategis Provinsi Lampung.

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

19

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

2.

Penguatan

konektivitas,

dilakukan

dengan

͟͠͞͠

memperhatikan

aspek

konektivitas secara internal (internal connectivity), secara eksternal
(eksternal connectivity), serta main gate sebagai pintu keluar-masuknya
orang, barang, dan jasa dari dan ke Provinsi Lampung. Penguatan
konektivitas dilakukan dengan dukungan infrastruktur yang berfungsi
sebagai penunjang pengembangan 21 kegiatan ekonomi utama di Provinsi
Lampung.

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

20

Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur-Magister Teknik Sipil UNILA

MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN / 1225011015

͟͠͞͠

21