TUGAS PENULISAN SEMINAR DAN PROPOSAL PRO

TUGAS PENULISAN SEMINAR DAN PROPOSAL

PROPOSAL TUGAS AKHIR
PENERAPAN METODE DMAIC SIX SIGMA DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS PRODUK ROKOK
(Studi kasus di PT. Rindhang Djaya, Salatiga)

Di susun oleh :
Taufiq Setya Darma 11522411

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1


Latar Belakang
Perkembang dunia industry saat ini sangat pesat sehingga tiap-tiap industry harus

mempu bersaing terutama kualitas produk yang dihasilkan pada awalnya system untuk
mengawasi kualitas produk

hanya dengan inspeksi namun seiring dengan

perkembangannya muncul system baru yaitu system quality control.
Pengendalian kualitas marupakan hal yang paling penting dan berkaitan erat
dengan proses produksi dimana setiap kegiatannya meliputi aktivitas pemeriksaaan atau
pengujian karakteristik kualitas yang dimiliki produk tersebut. Tuntutan kualitas produk
dari dulu sampai sekarang banyak mengalami perubahan yang awalnya dulu tidak begitu
diperhatikan namun sekarang menjadi hal utama dalam kegiatan produksi. Tujuan utama
dalam pencapaian pengendalian kualitas produksi harus adalah memenuhi kepuasan
konsumen sesuai dengan spesifikasi dan standar kualitas yang ditetapkan system
pengendalian kualitas produksi. Adanya peningkatan permintaan yang tinggi dari
konsumen, bukan berarti persaingan produk di pasar menjadi ringan. Hal ini dibuktikan
dengan munculnya beberapa perusahaan


baru dengan kapasitas produksi yang bisa

dikatakan tidak sedikit. Oleh karena alasan tersebut, maka perusahaan dituntut untuk
menghasilkan produk yang benar-benar berkualitas, agar bisa menang dalam bersaing
dengan perusahaan lain yang sejenis.

PT Rindang Djaya merupakan salah satu pabrik rokok yang berada di kota Salatiga.
Perusahaan rokok merupakan perusahaan rokok skala kecil di kawasan Salatiga.. Dalam
proses produksinya perusahaan dituntut agar menaikkan kualitas produknya agar produk
yang diproduksi mendapatkan tempat dipasaran dan diminati oleh para penikmat rokok.
Untuk menghadapi permasalahan yang terjadi yaitu, maka peningkatan kualitas produksi
merupakan jawabannya, dan bisa disimpulkan bahwa, dengan memproduksi rokok yang
benar-benar berkualitas, perusahaan PT Rindang Djaya diharapkan bisa memenangkan
persaingan di pasar. Yang dimaksud dengan peningkatan kualitas di sini bukan berarti
harus menambah jumlah tenaga kerja atau mengganti mesin yang lama dengan yang baru
melainkan memaksimalkan kinerja elemen – elemen perusahaan rokok tersebut yang
telah ada. Salah satu faktor yang menyebabkan belum maksimalnya kinerja elemen
perusahaan tersebut adalah kurangnya pengetahuan tentang pengendalian kualitas itu
sendiri. Sehingga ini merupakan permasalahan intern perusahaan yang harus diselesaikan
lebih dahulu. Jadi perusahaan harus memfokuskan perhatian pada pemahaman dan

penerapan ilmu pengetahuan tersebut, agar bisa menyelesaikan permasalahan dalam hal
kualitas produk rokok yang dihasilkannya. Lebih jauh diharapkan agar hal tersebut bisa
meningkatkan volume penjualan, sehingga bisa mencapai target penjualan perusahaan.
Adapun dalam pengendalian kualitas itu sendiri, banyak metode yang dikenal, tetapi dari
sekian banyak metode tersebut belum mampu membuktikan performance-nya dalam
masalah peningkatan kualitas secara dramatik menuju tingkat kegagalan nol (zero defect).
Selain itu diketahui pula sistem manajemen kualitas yang telah ada seperti halnya
Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA), ISO 9000 dimana hanya
menekankan pada upaya peningkatan

terus-menerus (continuous

improvement)

berdasarkan kesadaran mandiri dari manajemen, tanpa memberikan solusi yang ampuh,
seperti halnya upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas secara dramatik
menuju tingkat kegagalan nol.
Six sigma merupakan salah satu metode baru paling popular sebagai salah satu alternatif
dalam prinsip-prinsip pengendalian kualitas yang merupakan terobosan dalam bidang
manajemen kualitas (Gasperzs, 2005). Menurut Vanany dan Emilasari (2007), tahaptahap implementasi peningkatan kualitas six sigma terdiri dari lima fase yaitu

menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyse, Improve dan Control). Six
sigma dapat dijadikan ukuran kinerja sistem industri yang memungkinkan perusahaan
melakukan peningkatan yang luar biasa dengan terobosan strategi yang aktual. Dengan
menerapkan metode Six Sigma secara tepat, diharapkan dapat meningkatkan kualitas
produk tersebut. Dengan konsep DMAIC nya, metode Six Sigma mengupayakan untuk
mencapai tingkat kegagalan nol. Konsep DMAIC yang dikenal dengan siklus define,
measure, analyze, improve dan control, diharapkan bisa mengurangi jumlah defect. Hal
ini sangat menguntungkan bagi perusahaan karena mengurangi biaya yang terbuang
percuma akibat produk gagal. Lebih tepatnya bisa menekan biaya produksi serta bisa
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produk cacat.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka di dapatkan sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi pengendalian kualitas produk rokok RINDANG
menggunakan metode six sigma?
2. Faktor-Faktor apa sajakah yang menyebabkan menyimpangnya ukuran spesifikasi
produk?


1.3

Batasan Masalah

Berdasar Latar bekang dan pertanyaan penelitian di atas supaya masalah dapat berjalan
baik, maka diberi batasan ruang lingkup dan kajian.
1. Penelitian di teliti di salatiga khususnya pada produksi rokok.
2. Penelitian di tekankan pada quality control produk rokok.
3. Pengambilan data dilakukan berdasarkan pengamatan dan data yang diterbitkan
oleh perusahaan.

1.4

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian maka dapat disusun tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi masalah kualitas produk PT Rindang Djaya menggunakan
metode six sigma.

2. Mengetahui kodisi kinerja perusahaan menggunkan metode six sigma.
3. Mendapatkan solusi dalam mengatasi masalah kualitas produk pada PT
Rindang Djaya.

1.5

Manfaat Penelitian
1. Dengan identifikasi permasalahan yang dilakukan, dapat diperoleh informasi
mengenai urutan atau prioritas permasalahan kualitas bagi perusahaan.
2. Dapat diperoleh solusi penangan masalah yang dihadapi PT Rindang Djaya.

1.6

Sistemtika Penulisan
Untuk lebih terstruktur penulisannya tugas akhir ini maka selanjutnya sistematika
penulisan ini disusun sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN


Bab ini akan menguraikan secara singkat mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Berisi tentang konsep dan prinsip dasar yang di perlukan untuk memecahkan masalah
penelitian. Di samping itu juga memuat uraian tetang hasil penelitian yang pernah di
lakukan sebelumnya oleh peneliti lain yang ada hubungannya dengan penelitian yang
di lakukan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Mengandung uraian tentang kerangka dan bagan alir penelitian, teknik yang di
lakukan, model yang di pakai, pembangunan dan pengembangan model, bahan atau
materi, alat, tata cara penelitian dan data yang akan di kaji serta cara analisis yang
akan di pakai.

BAB IV

PENGOLAHAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

Pada sub bab ini berisi tentang data yang di peroleh selama penelitian dan bagaimana
menganalisa data tersebut. Hasil pengolahan data di tampilkan baik dalam bentuk
tabel maupun grafik. Yang di maksud dengan pengolahan data juga termasuk analisis
yang di lakukan terhadap hasil yang di peroleh. Pada sub bab ini merupakan acuan
untuk pembahasan hasil yang akan di tulis pada sub bab V yaitu pembahasan hasil
BAB V

PEMBAHASAN

Melakukan pembahasan hasil yang di peroleh dalam penelitian, dan kesesuaian hasil
dengan tujuan penelitian sehingga dapat menghasilkan sebuah rekomendasi.
BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berisi tentang kesimpulan terhadap analisis yang di buat dan rekomendasi atau saransaran atas hasil yang di capai dan permasalahan yang di temukan selama penelitian,

sehingga perlu di lakukan rekomendasi untuk di kaji pada penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Daftar Tabel
Daftar Gambar

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan tentang kajian literatur yang dibagi dalam 2 bagian yaitu
induktif dan deduktif. Kajian induktif diperoleh dari jurnal, proceding, dan majalah yang
terbit secara berkala. Sedangkan kajian deduktif adalah kajian yang diperoleh dari buku
teks berkaitan dengan teori dasar dan pendukung penelitian yang bersifat umum. Kedua
model kajian pustaka ini untuk mencari “state of the art” atau kekinian kajian.

2.1

Kajian Induktif
Pada tahun 1985, Bill Smith Motorola mengembangkan dan menerapkan


pendekatan untuk mencapai mendekati kesempurnaan dalam pembuatan produk yang
disebut Six Sigma (Breyfogle, Cupello dan Meadows, 2001). Fokus pada tingkat
kerusakan dan pengakuan eksplisit dari korelasi antara jumlah cacat produk , biaya
operasi yang tinggi , dan tingkat kepuasan pelanggan membuat Six Sigma unik di antara
perbaikan proses lainnya inisiatif

(Abdelhamid, 2003). Dalam konteks pendekatan

Six Sigma , ' sigma ' memiliki telah digunakan sebagai metrik yang mencerminkan
kemampuan perusahaan untuk memproduksi suatu produk atau menyediakan layanan
dalam ditentukan batas spesifikasi (atau dalam nol cacat) ( Abdelhamid, 2003).
Ada dua metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan Six Sigma ; DMAIC
(define, measure, analyze, improve, and control) dan Tentukan untuk Six Sigma ( DFFS).

DMAIC merupakan lima fase masalah loop tertutup pola pemecahan yang eliminasi
langkah yang tidak produktif , dan menerapkan teknologi untuk perbaikan terus-menerus .
DMAIC adalah umumnya digunakan pada proses bisnis yang gagal untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Berikut ini kegunaan DMAIC:
a. Mendefinisikan dan memahami persyaratan, faktor dan harapan pelanggan yang

mempengaruhi output proses.
b. Mengukur proses data primer proses melalui Six Metrik Sigma.
c. Menganalisis penyebab cacat dan sumber variasi menggunakan alat kontrol
kualitas.
d. Meningkatkan proses dengan menurunkan dalam tahap analisis yang paling
penting sumber variasi.
e. Mengontrol dan memonitor variasi proses menggunakan proses statistic Strategi
untuk mempertahankan.
Pada tahun 2002 , Bechtel Corporation, salah satu rekayasa terbesar dan
konstruksi perusahaan di dunia , melaporkan penghematan sebesar $ 200 juta dengan
investasi $ 30 juta yang program Six Sigma untuk mengidentifikasi dan mencegah ulang
dan cacat di segala sesuatu dari desain untuk konstruksi ( Kwak et al, 2004). Contoh lebih
lanjut dari implementasi Six Sigma dalam rekayasa diterapkan pada Proyek
telekomunikasi nasional untuk membantu mengoptimalkan pengelolaan biaya dan
jadwal , dan pada proyek kimia untuk merampingkan proses menetralkan kimia agen
( Moreton, 2003).
Pengukuran suatu kualitas produk tidak lepas dari penggunaan six sigma. Six
Sigma adalah konsep statistik yang mengukur suatu proses yang berkaitan dengan cacat –
pada level enam (six) sigma dengan 3.4 cacat dari sejuta peluang (Brue, 2002). Konsep,
alat, dan sistem Six Sigma telah berhasil dikembangkan oleh GE dan Allied Signal/
Honeywell seperti big picture mapping, dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA).
Kedepannya penambahan konsep, alat dan sistem yang dibutuhkan pada Six Sigma akan

berperan meningkatkan usaha perbaikan proses dan kualitas sesuai dengan kebutuhan
para manager perusahaan.

2.2

Kajian Deduktif

2.2.1

Six Sigma
Menurut Gasperz, v. (2002) Six sigma merupakan sebuah metodologi
untuk memperbaiki suatu proses dengan memfokuskan pada usaha-usaha
memperkecil variansi yag terjadi sekaligus mengurangi cact atau produk yang
keluar dari spesifikasi dengan mengguanakan metode statistik. Secara sederhana
six sigma dapat diterjemahkan sebagai suatu proses yang mempunyai
kemungkinan cacat (defect opportunity) sebesar 0,00034% atau sebanyak 3,4 buah
dalam satu juta produk (defect per million). Suatu proses dengan nilai sigma yang
lebih tinggi akan mempunyai cacat yang lebih sedikit presentase dan jumlah
kecacatan dari beberapa sigma dapat dilihat pada table berikut:

Presentase
Sigma Kecacatan

Jumlah cacat per juta

1

69%

691,469

2
3
4
5
6
7

31%
6,7%
0,62%
0,023%
0,00034%
0,0000091%

308,538
66,807
6,210
233
3,4
0,019

Menurut pyzex, Thomas (2001) Dalam usaha memperkecil variansi six sigma
dilakukan secara sistematis dengan mengidentifikasikan, mengukur menganalisa,
memperbaiki, dan mengendalikannya. Dalam pelaksanaan six sigma yang terdiri dari
pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan six sigma meliputi:
a. Executive Leader
Diduduki oleh pemimpin puncak perusahaan yang bertekad untuk
mewujudkan six sigma. Memulai dan memasyarakatkan di seluruh bagian,
divisi, departemen dan cabang-cabang lainnya.
b. Champion
Yaitu orang-orang yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan six sigma.
c. Master black belt

Yaitu orang yang bertindak sebagai pelatih dan pemandu. Master black
belt adalah orang-orang yang sangat mengusai alat-alat six sigma.
d. Black belt
Yaitu orang yang berperan memimpin proyek perbaikan kinerja
perusahaan.
e. Green belt
Yaitu orang-orang yang membantu black belt berdasarkan keahliannya.

2.2.2

Metode Perbaikan Six Sigma
Menurut Pande, Peter S. (2002) Dalam six sigma ada siklus 5 fase DMAIC
(Define, Measure, Analyze, Improve, Control) yaitu proses peningktan terus
menerus menuju target six sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik
berdasarkan pengetahuan dan fakta. DMAIC merupakan suatu proses closed-loop
yang menghilangak langkah-langkah proses yang tidak produktif, sering berfokud
pada pengukuran-pengukuran baru dan menerapakan teknologi untuk peningkatan
kualitas menuju target six sigma. DMAIC teridiri atas 5 tahap utama yaitu:
1. Define
Define merupakan langkah pertama dalam pendekatan six sigma.
Langkah ini mengidentifikasi masalah penting dalam proses yang
sedang berlangsung.
2. Measure

Measure merupakan tindak lanjut dari langkah Define dan
merupakan sebuah jembatan untuk langkah berikutnya yaitu analis.
Langkah Measure memiliki dua sasaran utama yaitu
a) Mendapatkan

data

untuk

memvalidasi

dan

mengkuantifikasi masalah atau peluang.
b) Memulai

menyentuh

fakta

dan

angka-angka

yang

memberikan petunjuk tentang akar masalah Milestone (batu
loncatan) pada langkah measure adalah mengembangkan
ukuran sigma awal untuk proses yang sedang diperbaiki.
3. Analyze
Langkah ini mulai masuk kedalam hal-hal detail. Meningkatkan
pemahaman terhadap proses dan masalah serta mengidentifikasi
akar masalah. Pada langkah ini, pendekatan six sigma menerapkan
statistical tool untuk memvalidasi akar permasalahan. Tujuan dari
tahap ini adalah untuk mengetahui seberapa baik proses yang
berlangsung dan mengindetifikasi akar permasalahan yang
mungkin menjadi penyebab timbulnya variasi dalam proses. Untuk
mengetahui seberapa baik proses berlangsungnya maka perlun
adanya suatau nilai atau ineks yaitu indeks kemampuan proses
(index Capability Process).
4. Improve
Selama tahap ini diuraikan ide-ide perbaikan atau solusi-solusi
yang mungkin untuk dilaksanakan.

5. Control
Sebagai bagian dari pendekatan six sigma, perlu adanya
pengawasan untuk meyakinkan bahwa hasil-hasil yang diinginkan
sedang dalam proses pencapaian.
2.2.3

Kualitas
Menurut Feigenbaun, A.V (1961) kata kualitas yang berorientasi pada
kepuasan konsumen tidak harus mempunyai arti “yang terbaik” dalam dunia
industri, melainkan kualitas berarti lebih baik dalam memuaskan kebutuhan
konsumen. Sedangkan dalam orientasi pada proses produksi kualitas adalah
kesesuaian spesifikasi dari desain produk yang telah ditetapkan produsen.
Sedangkan pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen,
yang dengan aktivitas itu kita ukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkanya
dengan spesifikasi atau persyaratan , dan mengambil tindakan penyehatan yang
sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dengan yang
standart. Ini berarti bahwa proses produksi harus stabil dan mampu beroperasi
sedemikian hingga sebenarnya semua produk yang dihasilkan sesuai dengan
spesifikasi.
Dalam pengendalian kualitas terdapat tujuh alat pengendali kualitas
sebagai seven tools yang digunakan untuk mengidentifikasi perbaikan yang
mungkin dapat dilakukan, yaitu:
a. Histogram
b. Check Sheet

c. Diagram Pareto
d. Defect Concentration Diagram
e. Cause-Effect Diagram
f. Control Chart
g. Scatter Diagram
Pengukuran suatu kualitas produk tidak lepas dari penggunaan six sigma.
Six Sigma adalah konsep statistik yang mengukur suatu proses yang berkaitan
dengan cacat – pada level enam (six) sigma dengan 3.4 cacat dari sejuta peluang
(Brue, 2002). Konsep, alat, dan sistem Six Sigma telah berhasil dikembangkan
oleh GE dan Allied Signal/ Honeywell seperti big picture mapping, dan Failure
Mode Effect Analysis (FMEA). Kedepannya penambahan konsep, alat dan sistem
yang dibutuhkan pada Six Sigma akan berperan meningkatkan usaha perbaikan
proses dan kualitas sesuai dengan kebutuhan para manager perusahaan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Obyek Penelitian
Fokus kajian penelitian ini adalah mengembangkan kualitas produk rokok
dengan penerapan metode DMAIC six sigma Obyek penelitian berada di PT
Rindhang Djaya yang berlokasi di salatiga.

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian
Jadwal penelitian dapat dilihat pada table 3.1 dibawah ini
Tabel 3.1 Tabel jadwal penelitian
Rencana Kegiatan

Februari
1 2 3 4

1

Maret
2 3

4

1

April
2 3

4

1

Mei
2 3

Survey
Perusahaan
Identifikasi
masalah
pengambilan
data
analisis data
evaluasi
penyusunan
laporan
3.3

Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.3.1

Data Primer
Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli. Data-data primer dalam penelitian ini meliputi :
a) Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan Tanya jawab secara langsung kepada obyek penelitian.

4

b) Observasi yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung
terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan masalah quality
produk.
3.3.2

Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
atau melalui perantara. Data ini berfungsi sebagai penunjang data-data
primer yang akan diambil dalam penelitian ini. Data ini bisa diperoleh
dari keterangan nara sumber ataupun dari buku atau literature.

3.4

Metode Pengolahan Data
Setelah melakukan dan menadapatkan data langkah selanjutnya yaitu
pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:
a. Define
Pada tahap ini merupakan tahap dimana dilakukannya proses identifikasi
penyimpangan kualitas produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan oleh perusahaan.
b. Measure
Pada tahap ini dilakukan pengukuran baseline kinerja dengan parameter
six sigma.
c. Analyze
Pada tahap ini dilakukan analisis apa penyebab utama pada masalah yang
terjadi dengan menggunakan diagram sebab akibat.
d. Improve
Pada tahap ini merupakan tahap untuk mengembangkan tingkat proses dan
menghilangkan penyebab masaalah pada quality produk.

e. Control
Merupakan tahapan untuk mengendalikan proses produksi agar proses
produksi tetap berada pada level sigma.

3.5

Alur Penelitian
Mulai

Kajian Pustaka
Identifikasi
Masalah
Perumusan
Masalah
Pengumpulan
Data
Pengolahan Data
DMAIC six sigma
Mendiskusikan
Hasil
Kesimpulan &
Saran
Selesai
Gambar 3.1 Alur Penelitian

General Tittle

Implementasi six sigma untuk meningkatkan
kualitas

System

Management
system

Sub Issues 1

Six sigma

Sub issues 2

DMADV

Balance scorecard

FMEA

DMAIC

manufacturing

planning

DFFS

Sub Issues 3

Managemen
approach

Sub System

Methodologi

Tcchnical aspek

Lab test

Lab experiment

result

Analysis

Analisi Lingkungan

Analisi mesin

Lab field

Lab prototype

Analisis pekerja

Lab similation

Analisis Material

Gambar 3.1 Gambar Perancangan Laporan Penelitian

3.6 Hasil Penelitian
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Penelitian ini memperoleh informasi factor-faktor yang mempengaruhi
kualitas pada sebuah produk rokok di kota Salatiga dengan menggunakan
metode DMAIC Six Sigma. Sehingga dapat memberikan masukan untuk
meningkatkan kualitas produk perusahaan

DAFTAR PUSTAKA

Abdelhamid, T. (2003). Six Sigma in Lean Construction Systems: Opportunities and
Challenges, Proceedings IGLC-11, Blacksburg Virginia.
Breyfogle, F.W., Cupello, J. M., Meadows, B. (2001). Managing Six Sigma: A Practical
Guide to Understanding, Assessing, and Implementing the Strategy that Yields
Bottom Line Success; Wiley, New York.
Brue, G., 2002. Six Sigma for Managers. Canary, Jakarta.
Gaspersz, Vincent. (2002). Pedoman Implementasi Program Six sigma Terintegrasi dengan
ISO 9007:2000. MBNQA & HACCP,. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
Gaspersz, Vincent.2001. Total Quality Management. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Kwak, Y. and Anbari, F. (2004). Benefits, obstacles, and future of Six Sigma
Approach, Technovation, 2004, 1-8.
Moreton, M. (2003). Featured Company: Bechtel; ASQ Six Sigma Forum Magazine,
3(1), 2003, 44.
Pande, Peter S, et al. (2002). The Six sigma Way. Penerbit Andi, Yogyakarta
Pyzdek, Thomas. 2001. The Six Sigma Handbook, A complete Guidefor Greenbelts,
Blackbelts, & Managers at all. New York Mc Graw-Hill
Rander, Bay dan Jay, Heizer. 2001. Prinsip-prinsip managemen Operasi. Jakarta:
Salemba empat

Satish W. K, Sunil B. Deshpande, Mahesh S. Gorde, 2012. Six Sigma Qualities in
Business. International journal of Engineering and Innovative Technology (IJEIT)
vol. 1, issue 4, April 2012