makalah PENGARUH PORNOMEDIA TERHADAP KES

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai generasi muda kita harus berupaya menjadikan bangsa tercinta ini
eksis atau lestari baik martabat maupun potensinya. Indonesia merupakan
negara yang terdiri dari beribu pulau, serta memiliki beraneka ragam suku dan
budaya yang menjadi warisan bangsa. Oleh karena itu bangsa Indonesia harus
dilindungi dari berbagai ancaman yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan kita dalam berperan pada era globalisasi ini.
Salah satu ancaman yang cukup signifikan dalam menghambat
pertumbuhan dan perkembangan generasi muda atau anak adalah pornografi.
Pornografi dalam kehidupan sehari-hari memiliki dua persepsi. Pertama,
sesuatu yang dianggap tabu atau pantang atau kotor sehingga tidak perlu
dibahas lebih dalam. Kedua, istilah yang seringkali muncul baik di media
maupun dalam percakapan sehari-hari, sehingga tidak memiliki makna
mendalam. Terlepas dari itu semua dampak dari pornografi itu sangat
berbahaya, karena pornografi secara cepat dan kuat menstimulasi keinginan
kita untuk menjadi pecandu seksual. Bila kita terpengaruh pornografi, maka
kita tidak hanya terjerumus pecandu seksual tetapi kita terjerumus menjadi
pelaku kekerasan seksual. Kekerasan seksual umumnya mengacu kepada
orang lain terutama kaum korban sebagai korban.

Pornografi sampai ke khalayak umum disebabkan oleh bantuan media dan
teknologi canggih lainnya. Media merupakan sarana persebaran pornografi
yang paling mudah ditemukan dan didapatkan. Penyimpangan dari fungsi
media inilah yang membuat penulis tertarik untuk membuat makalah dengan
judul “Pengaruh Pornomedia Terhadap Kesehatan Mental Remaja”

1

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
masalah yaitu:
Bagaimana pengaruh pornomedia terhadap kesehatan mental remaja?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan pornomedia
2. Memaparkan kelakuan media dalam mempublikasikan pornografi
3. Mengetahui dampak dari pornomedia terhadap kesehatan mental remaja
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan berguna bagi:
1. Penulis sebagai bahan dalam melengkapi syarat-syarat untuk mendapatkan

nilai.
2. Pembaca dapat mengetahui pengaruh dari pornomedia terhadap mental
remaja sehingga dapat menghindari dan menemukan solusinya.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pornomedia
Dalam konteks media masa, pornografi, pornoteks, pornosuara, dan
pornoaksi menjadi bagian-bagian yang saling berhubungan sesuai dengan
karakter media yang menyiarkan porno itu. Namun dalam banyak kasus
pornografi memilki kedekatan dengan pornoteks, karena gambar dan teks
dapat disatukan dalam media cetak. Sedangkan pornoaksi bersamaan
munculnya dengan pornografi karena ditayangkan ditelevisi. Kemudian porno
suara dapat bersamaan muncul dalam media audiovisual seperti TV maupun
radio dan telepon. Bahkan varian-varian ini menjadi satu dalam media
jaringan seperti internet. Agenda media tentang varian pencabulan (porno) dan
penggunaan media masa dan telekomunikasi untuk menyebarkannya inilah
yang dimaksud dengan pornomedia.

Dengan demekian konsep pornomedia meliputi realitas porno yang
diciptakan oleh media masa antara lain gambar-gambar dan teks porno yang
dimuat dimedia cetak, film-film porno yang ditayangkan di TV, cerita-cerita
cabul yang disiarkan diradio, provider telepon yang menjual jasa suara-suara
rayuan porno dan sebagainya serta proses penciptaan realitas porno itu sendiri
seperti proses tayangan-tayangan gambar serta ulasan-ulasan cerita tentang
pencabulan dimedai masa dan sebagainya.
Berdasarkan UU No. 4 tahun 2008 tentang pornografi maka pornografi
memiliki arti gambar, sketsa, iluastrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, animasi,
kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai
bentuk media komunikasi dan/ atau pertunjukan dimuka umum yang memuat
kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat.

3

Namun bukan berarti pornografi dibiarkan begitu saja berlansung ditengah
percepatan teknologi serta transaksi informasi yang semakin canggih.
Fitur/konten porno yang berlansung secara luas sangat dikhawatirkan
membawa dampak negatif, terutama bagi kalangan remaja yang seharusnya

tidak

atau

belum

pantas

mengonsumsi

tampilan

yang

mengumbar

syahwat/birahi tersebut.
B. Peran Media Masa dalam penyebaran Informasi Seks
Pada abad industri, manajemen arus informasi menjadi perhatian utama,
informasi menjadi kunci kendali diberbagai bidang. Revolusi informasi ini

sangat erat kaitannya dengan demasifikasi ekonomi dan peningkatan
diversifikasi masyarakat. Peran media masa sebagai media informasi dalam
menyampaikan

pesan-pesan

perubahan

masyarakat

begitu

penting.

Persoalannya, bahwa yang dibawa oleh media masa, baik elektronik dan cetak
tidak saja bersifat positif namun juga bersifat negatif. Bahkan justru pesanpesan positif kadang kala dimodifikasi menjadi negatif. Seperti konsultasi seks
atau konsultasi masalah sosial lainnya yang menjadi rubrik-rubrik menarik di
media masa. Dimana rubrik itu seharusnya ditangkap secara positif oleh
pembaca seperti yang diharapkan pengasuh rubrik. Namun rubrik tersebut
banyak digemari karena persoalan seks yang dapat dinikmatinya dari pada

dijadikan pelajaran.
Tak jarang para pengasuh rubrik lepas kontrol, sehingga pemilihan
terhadap masalah menjadi tidak selektif. Dengan kata lain bebas sensor. Media
elektronik (visual) juga tidak sedikit peranannya dalam masalah ini. Dengan
teknologi satelit, dimana masyarakat dapat menggunakan untuk menerima
berbagai siaran TV dari berbagai stasiun didunia, maka kemungkinan peran
media elektronika ini sangat besar sekali dalam menyampaikan pesan
perubahan kepada masyarakat, termasuk didalamnya mengubah konsep seks
normatif dan mendorong adanya pelecehan seks.

4

C. Pornografi dan remaja
Diusia remaja pengatahuan tentang kesehatan reproduksi tergolong sangat
rendah dan pendidikan tentang kesehatan dan seksualitas tidak diajarkan baik
dalam keluarga maupun disekolah.
Ada 100 situs pornografi anak di internet, 89% chatting kaum muda
berkonotasi seksual, 80% anak usia 15-17 tahun mengakses pornografi secara
eksplisit, 90% akses pornografi itu dilakukan disaatmengerjakan tugas,sekolah
atau belajar bersama. Usia 11 tahun merupakan rata-rata usia muda yang

mengakses pornografi.
Media yang mempengaruhi pornografi :
1. 28% ponsel, majalah dan koran
2. 24 % komik
3. 18 % games
4. 16% situs porno
5. 14 % film porno
Hasil survei kesehatan reproduksi remaja (2007) dari paparan Peri Umar
Farouk dalam acara Focus Group Dscussion di Bandung pada tanggal 30 April
2012, menyatakan :
a) Umur pacaran pertama kali 12-15 tahun. Laki-laki 17% perempuan 72%
b) Prilaku dalam berpacaran :
-

Pegangan tangan

: 92%

-


Ciuman

: 82%

-

Rabaan puting

: 63%

-

Hubungan seksual

: perempuan 6,3%, laki-laki : 10,3%

Istiah yang sering muncul dalam pornografi adalah sexting (sex and
Texting). Sexting merupakan kegiatan mengirimkan secara elektronik
(terutama melalui handphone, internet dan lain-lain), pesan atau materi
(gambar atau vidio) yang secara eksplisit berkonotasi seksual. Alasan

5

melakukan sexting itu adalah sexy present, fun and flirt dan pressure (ingin
melihar gambar seksi, sekedar iseng, mencari kepuasan atau karena tekanan).
Umumnya pelakunya adalah seperlimanya adalah remaja dan sepertiganya
dewasa. Penerimanya adalah mayoritas pacar, gebetan dan kenal melaui medai
online. Walaupun sexting dianggap sebagai hal biasa untuk kaangan dewasa,
namun hal tersebut sangat berpengaruh terhadap prilaku remaja. 45% remaja
melakukan hubungan sex, mereka mengakui hubugan tersebut ada
hubungannya dengan prilaku mereka melakukan sexting.
D. Pengaruh Pornografi terhadap Kesehatan Mental Remaja
1) Pornografi memicu ketagihan akut
-

Berdasar pemotretan melalui Positron Emission Tomografi (PET)
terlihat jelas bahwa seseorang yang tengah menikmati gambar porno
mengalami proses kimia dalam otak sama dengan orang yang tengah
menghisap kokain.

-


Dampak akut pornografi ternyata lebih jahat ketimbang kokain karena
pengaruh kokain dalam tubuh bisa dihilangkan dengan detoksifikasi.
Adapun materi pornografi sekali terekam dalam otak, image
pornografi akam mendekam dalam otak selamanya.

-

Tak satupun data yang memperlihatkan keuntungan mengkonsumsi
gambar-gambar porno.

-

Pecandu pornografi cenderung mengalami ejakulasi dini, disfungsi
ereksi dalam kehidupan seksual nyatanya.

-

Terlalu lama bercengkerama dengan fantasi seks non alami seperti
cybersex membuat mereka kesulitan ketika mesti berhadapan dengan

manusia nyata. Pornografi melambungkan ekspektasi soal kenikmatan
seksual pada saat yang sama mereka kehilangan pengalaman seks
riilnya.

2) Bagaimana otak merespon pornografi?
Dr. Judith Reisman, pakar neuroscience (ilmu syaraf) Presiden Institut
Edukasi media, California AS menyebutkan :

6

-

Kajian neuroscience membuktikan sebuah image yang menggetarkan
emosi serupa gambar porno memicu reaksi biokimia yang kuat pada
otak. Reaksi ini bersifat instan namun meninggalkan jejak ingatan
permanen. Sekali saja cairan zat kimia ini tercipta di otak ia akan sulit
bahkan tidak mungkin terhapus.

-

Ada semacam fenomena sabotase pada otak yang aneh ketika image
tertangkap mata meski hanya 3/10 detik dan tersambung ke otak, maka
secara alami otak akan mengalami pembentukan struktural lantas
merekamnya menjadi memori.

-

Secara literal kita terus mengembangkan otak baru (new brain) pada
setiap pengalaman visual yang kita alami. Gambar porno adalah image
yang sangat kuat dan karena tekanan hormon libido memicu ketagihan.

3) Efek Pornografi Hasil riset Victor B cline (1986) di AS :
-

Addiction, pikiran tidak tenang, selalu ingin melihat materi-materi
pornografi

-

Escalation, tuntutan untuk meningkatkan kadar materi pornografi yang
dilihat

-

Desensitization, tidak peduli bahaya pornografi

-

Act out, melampiaskan hasrat.
Akan menjadi masalah besar jika materi pornografi dikonsumsi anakanak dan remaja. Akan memberikan rangsangan kuat untuk melakukan
hubungan seks padahal mereka belum siap untuk itu. Akan melahirkan
banyak masalah sosial seperti kehamilan diluar nikah, putus sekolah,
aborsi, single parent, penyebaran penyakit kelamin HIV/AIDS, tindak
kriminal seks seperti perkosaan dan pembunuhan yang dipicu
pelampiasan nafsu seks akibat mengkonsumsi materi pornografi.

4) Masturbasi dan Kesehatan Mental
Masturbasi adalah sebuah fenomena umum dan sering didiskusikan
yang terdapat di mana-mana, baik pada anak kecil, anak-anak muda, orang
dewasa maupun pada mereka yang sudah berkeluarga, terutama pada

7

golongan masyarakat dengan pendidikan yang lebih tinggi bahkan juga
masih terdapat pada orang-orang yang sudah tua.
Gejala masturbasi pada usia pubertas dan remaja, banyak sekali terjadi.
Hal ini disebabkan oleh kematangan seksual yang memuncak dan tidak
mendapat penyaluran yang wajar; lalu ditambah dengan rangsanganrangsangan ekstern berupa buku dan gambar porno, film baru, meniru
kawan, dan lain sebagainya.
Tujuan utama masturbasi adalah mencari kepuasan atau melepas
keinginan nafsu seksual dengan jalan tanpa bersenggama. Akan tetapi
masturbasi tidak dapat memberikan kepuasan yang sebenarnya. Berbeda
dengan bersenggama yang dilakukan oleh dua orang yang berlawanan
jenis. Mereka mengalami kesenangan, kebahagiaan, dan keasyikan
bersama.
Pada senggama, rangsangan tidak begitu perlu dibangkitkan secara
tiruan, karena hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan
merupakan suatu hal yang alami. Dalam masturbasi satu-satunya sumber
rangsangan adalah khayalan diri sendiri. Itulah yang menciptakan suatu
gambaran erotis dalam pikiran. Masturbasi merupakan rangsangan yang
sifatnya lokal pada anggota kelamin. Hubungan seks yang normal dapat
menimbulkan rasa bahagia dan gembira, sedangkan masturbasi malah
menciptakan depresi emosional dan psikologis.
Freud (1957) mengatakan ada 3 fase dari masturbasi, yaitu (1) pada
bayi; (2) pada fase perkembangan yang paling tinggi dari perkembangan
seksual infantile yaitu pada kisaran umur 4 tahun, dan (3) pada fase
pubertas. Menurut Freud, naluri seksual sudah terdapat pada permulaan
kehidupan dan berkembang secara progressif sampai umur 4 tahun.
Setelah ini berhenti maka tidak ada lagi perkembangan berikutnya (masa
laten) sampai tiba saatnya masa pubertas pada kisaran umur 11 tahun.
Berdasarkan cara melakukannya, masturbasi dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu :

8

a. Masturbasi sendiri (auto masturbation); stimulasi genital dengan
menggunakan tangan, jari atau menggesek-gesekkannya pada suatu objek
b. Masturbasi bersama (mutual masturbation); stimulasi genital yang
dilakukan secara berkelompok yang biasanya didasari oleh rasa bersatu,
sering bertemu dan kadang-kadang meluaskan kegiatan mereka pada
pencurian (stealing) dan pengrusakan (vandalism)
c. Masturbasi psikis; pencapaian organisme melalu fantasi dan rangsangan
audio-visual.
E. Usaha-usaha Pencegahan
1. Sikap dan pengertian orang tua
Pencegahan abnormalitas masturbasi sesungguhnya bisa secara
optimal diperankan oleh orang tua. Sikap dan reaksi yang tepat dari
orang tua terhadap anaknya yang melakukan masturbasi sangat
penting. Di samping itu, orang tua perlu memperhatikan kesehatan
umum dari anak-anaknya juga kebersihan di sekitar daerah genitalia
mereka. Orang tua perlu mengawasi secara bijaksana hal-hal yang
bersifat pornografis dan pornoaksi yang terpapar pada anak.
Orang tua perlu memberikan penjelasan seksual secara jujur,
sederhana dan terus terang kepada anaknya pada saat-saat yang tepat
berhubungan dengan perubahan-perubahan fisiologik seperti adanya
ereksi, mulai adanya haid dan fenomena sexual secunder lainnya.
2. Pendidikan seks
Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam mencegah
remaja pada kebiasaan masturbasi. Pendidikan seks dimaksudkan
sebagai suatu proses yang seharusnya terus-menerus dilakukan sejak
anak masih kecil. Pada permulaan sekolah diberikan sex information
dengan cara terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran lainnya, dimana
diberikan

penjelasan-penjelasan

seksual

yang

sederhana

dan

informatif.
Pada tahap selanjutnya dapat dilanjutkan dengan diskusi-diskusi
yang lebih bebas dan dipimpin oleh orang-orang yang bertanggung

9

jawab dan menguasai bidangnya. Hal penting yang ingin dicapai
dengan pendidikan seks adalah supaya anak ketika sampai pada usia
adolescent telah mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap seks.
3.

Pengobatan
Biasanya anak-anak dengan kebiasaan masturbasi jarang dibawa ke
dokter,

kecuali

kebiasaan

ini

sangat

berlebihan.

Masturbasi

memerlukan pengobatan hanya apabila sudah ada gejala-gejala
abnormal, bias berupa sikap yang tidak tepat dari orang tua yang telah
banyak menimbulkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, perasaan
bersalah/dosa, menarik diri atau adanya gangguan jiwa yang
mendasari, seperti gangguan kepriadian neurosa, perversi maupun
psikosa.
a) Farmakoterapi :
1. Pengobatan dengan estrogen (eastration)
Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual
yang tadinya tidak terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah
keinginan seksual tidak diubah. Diberikan peroral. Efek
samping tersering adalah ginecomasti.
2. Pengobatan dengan neuroleptik
a. Phenothizine
Memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan.
b. Fluphenazine enanthate
Preparat modifikasi Phenothiazine. Dapat mengurangi
dorongan sexual lebih dari dua-pertiga kasus dan efeknya
sangat cepat. Diberikan IM dosis 1cc 25 mg. Efektif untuk
jangka waktu 2 pekan.
3. Pengobatan dengan transquilizer
Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi
gejala-gejalan kecemasan dan rasa takut. Perlu diberikan
secara hati-hati karena dalam dosis besar dapat menghambat
fungsi sexual secara menyeluruh. Pada umumnya obat-obat

10

neuroleptik dan transquilizer berguna sebagai terapi adjuvant
untuk pendekatan psikologik.
b) Psikoterapi
Psikoterapi pada kebiasaan masturbasi mesti dilakukan dengan
pendekatan yang cukup bijaksana, dapat menerima dengan tenang dan
dengan sikap yang penuh pengertian terhadap keluhan penderita.
Menciptakan suasana dimana penderita dapat menumpahkan semua
masalahnya tanpa ditutup-tutupi merupakan tujuan awal psikoterapi.
Pada penderita yang datang hanya dengan keluhan masturbasi dan adanya
sedikit kecemasan, tindakan yang diperlukan hanyalah meyakinkan
penederita pada kenyataan yag sebenarnya dari masturbasi.
Pada kasus-kasus adolescent, kadang-kadang psikoterapi lebih
kompleks dan memungkinkan dilakukan semacam interview sex
education. Psikotherapi dapat pula dilakukan dengan pendekatan
keagamaan dan keyakinan penderita.
c) Hypnoterapi
Self-hypnosis (auto-hypnosis) dapat diterapkan pada penderita
dengan masturbasi kompulsif, yaitu dengan mengekspose pikiran bawah
sadar penderita dengan anjuran-anjuran mencegah masturbasi.
d) Genital Mutilation (Sunnat)
Ini merupakan pendekatan yang tidak lazim dan jarang dianjurkan
secara medis. Pada beberapa daerah dengan kebudayaan tertentu, dengan
tujuan mengurangi/membatasi/meniadakan hasrat seksual seseorang,
dilakukan mutilasi genital dengan model yang beraneka macam.
e) Menikah
Bagi remaja/adolescent yang sudah memiliki kesiapan untuk
menikah dianjurkan untuk menyegerakan menikah untuk menghindari/
mencegah terjadinya kebiasaan masturbasi.

11

F. Pemerintah dan Undang-Undang
Pemerintah, lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan,
keluarga dan masayarakat berkewajiban memberikan pembinaan, pendampingan
serta pemulihan sosial terhadap kesehatan fisik dan mental.
Pelarangan dan pembatasan :
(1) Setiap

orang

dilarang

memproduksi,

membuat,

memperbanyak,

menggadakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor,
menawarkan,

memperjualbelikan,

menyewakan

atau

menyediakan

pornografi yang secara eksplisit memuat :
-

Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menimpag

-

Kekerasan seksual

-

Masturbasi atau onani

-

Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan

-

Alat kelamin

-

Pornografi anak

(2) Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang :
-

Menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang
mengesankan ketelanjangan

-

Menyajikan secara eksplisit alat kelamin

-

Mengekploitasi atau memamerkan aktifitas seksual, atau

-

Menawarkan dan mengiklankan, beli lansung maupun tidak lansung
layanan seksual

Pencegahan
Pemerintah selaku pemegang kekuasaan tertinggi telah melakukan
pencegahan berbagai tindakan pornografi, mulai dari pembuatan, penyebarluasan
dan penggunaannya. Selain itu pemerintah telah memberikan wewenang pada
pmutusan jaringan (pemblokiran), melalui pengawasan dan kerjasama atau
koordinasi dengan berbagai pihak.

12

Pembentukan gugus tugas
Berdasarkan Peraturan Presiden RI No 25 tahun 2012 tentang Gugus tugas
Pencegahan dan Penanganan Pornografi. Gugus tugas adalah lembaga koordihatif
yang bertugas mengkoordinasikan upaya pencegahan dan penanganan pornografi.
Gugus tugas mempunyai fungsi :
a. Mengkoordinasikan upaya pencegahan dan penanganan masalah
b. Memantau pelaksanaan pencegahan dan penanganan pornografi
c. Melaksanakan sosilisasi, edukasi dan kerjasama pencegahan dan
penanganan pornografi
d. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan

13

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari berbagai penelitian yang dilakukan jelas bahwa fenomena pornografi
cenderung merebak dan cukup berpengaruh yang menyadarkan orangtua agar
berpikir cermat dalam memberikan kemudahan dalam akses media. Orangtua
seharusnya berkomunikasi secara berkesimnambungan dengan anak bahkan
melakukan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara informal agar
menjauhkan mereka dari hal-hal yang menjerumuskan.
Pengaruh pornomedia terhadap kesehatan mentak remaja itu sangat
berbahaya, diantaranya dapat memicu ketagihan akut, pikiran tidak tenang, dan
mengakibatkan masturbasi. Akan memberikan rangsangan kuat untuk melakukan
hubungan seks padahal mereka belum siap untuk itu. Akan melahirkan banyak
masalah sosial seperti kehamilan diluar nikah, putus sekolah, aborsi, single parent,
penyebaran penyakit kelamin HIV/AIDS, tindak kriminal seks seperti perkosaan
dan pembunuhan yang dipicu pelampiasan nafsu seks akibat mengkonsumsi
materi pornografi.
B. SARAN
Dari pembahasan diatas, penulis menyarankan kepada kaum muda
khusunya remaja agar menghindari, mencegah dan mengatasi masalah
pornomedia dengan langkah-langkah dibawah ini :
a. Berpikir kritis terhadap pemberitaan media, tidak menjadikan apa saja
yang dikatakan media menjadi ikon pembenaran publik.
b. Berkumpul dengan keluarga, Olahraga, dan Sibukkan diri dengan
aktifitas yang positif.
c. Terbuka kepada orangtua mengenai masalah seksualitas.
d. Kokoh keimanan dan taatlah beribadah.

14

DAFTAR PUSTAKA

Bawa, Nyoman. 1976. Aspek Psikiatri dari Masturbasi. Majalah Kesehatan
Jiwa.Yayasan Ksehatan Jiwa Aditama. Surabaya.
Kartono, Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Mandar
Maju. Bandung.
Info Kespro, Masturbasi, source at http://www.kesrepro.info, accesed February
3rd 2007
Menghilangkan Kebisan Masturbasi, http://pikiran–rakyat.com/cetak/1204/05/
hikmah, accesed February 3rd 2007
Bungin, Burhan. 2005. Pornomedia. Kencanan. jakarta
Ditjen Informasi & Komunikas publiki. 2013. Hidup Cuma Sekali.
Kemkominfo. Jakarta

15

LAMPIRAN
1.1 Pornografi pada drama korea

16

1.2 Pornografi pada situs internet

17

1.3 Pornografi pada Game Onlie

18