ZAKAT DAN PAJAK DI INDONESIA KEL. 6.docx

ZAKAT DAN PAJAK DI INDONESIA
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Zakat Dan Wakaf Di
Indonesia

Dosen Pengampu :Ach. Mus’if, S.HI, M.A
Di Susun Oleh : Kelompok 4
1. Saiful ihwan

(150711100003)

2. Choiratun Nasukha

(150711100024)

3. Syamsiyah

(150711100034)

HUKUM BISNIS SYARI’AH
FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2017

KATA PENGANTAR
Maha Besar Allah yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk hidup
yang terbaik di muka bumi ini.Manusia berkewajiban untuk berbuat sesuatu yang
bermakna sesuai dengan kedudukannya yang terhormat itu, agar kehidupannya
tidak menjadi sia-sia.Makalah ini merupakan bagian dari keikutsertaan penulis
dalam membarikan makna bagi kehidupan dalam rangka mewujudkan firman
Allah SWT tersebut.
Dalam mengawali penulisan makalah ini Dengan Judul “ZAKAT DAN
PAJAK DI INDONESIA”, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
atas limpahan nikmat,karunia, dan perlindungan-Nya selama penulisan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa uraian di dalam makalah ini bukanlah sesuatu
yang sempurna,dan penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini ada
kekurangan dan kekeliruan,oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan pembaca
untuk menyampaikan suatu kritik ataupun saran yang akan membuat makalah ini
menjadi hal yang dapat di minati oleh pembaca.
Untuk itu penulis berdo’a kehadirat Allah SWT , semoga makalah yang
penulis susun ini dapat bermanfaat untuk semua kalangan, khususnya untuk

mahasiswa Hukum Bisnis Syari’ah.

Bangkalan, 8 April 2017

Penulis

1

DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................
i
Daftar Isi.........................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
........................................................................................................................
........................................................................................................................
1
B. Rumusan

Masalah
........................................................................................................................
........................................................................................................................
1
C. Tujuan
Penulisan
........................................................................................................................
........................................................................................................................
1
BAB IIPEMBAHASAN
A. Persamaan
dan
Perbedaan
antara
Zakat
dan
Pajak
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2

B. Peranan
Zakat
dan
Pajak
terhadap
perekonomian
........................................................................................................................
........................................................................................................................
3
C. Fungsi
Zakat
terhadap
Pajak
........................................................................................................................
........................................................................................................................
8
BAB IIIPENUTUP
A.
Kesimpulan
.............................................................................................................................

.............................................................................................................................
12

2

B.
Saran
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
14

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam sejarah Islam, awalnya zakat itu muncul sebagai kritikan
terhadap ketentuan pokok yang di tetapkan oleh negara-negara lain, seperti

kerajaan Romawi dan Persia.Namun setelah Islam berkembang, Islam mulai
memperkenalkan

sistem

pajak.

Awalnya

hanya

diberlakukan

pada

kafir zimmy atau kafir yang berada dibawah pengawasan pemerintah Islam.
Kemudian pajak juga diterapkan kepada muslim terhadap harta kekayaan yang
berada di luar jenis-jenis harta yang ditentukan untuk dikeluarkan zakatnya.
Ironisnya, pajak sebagai sumber penerimaan negara mengalami
penguatan, sementara zakat mengalami kemunduran. Atas dasar itu perlu

dilakukan kajian yang berusaha melakukan pemahaman kembali atas hal yang
mendasari perbedaan zakat dan pajak.
Maka dalam makalah ini, penulis akan menguraikan dan menjelaskan
mengenai pengertian persamaan dan perbedaan antara zakat dan pajak, peran
zakat dan pajak dalam perekonomian serta fungsi zakat terhadap pajak.
B. Rumusan Msalah
1. Apa saja pembedaan zakat dan pajak?
2. Bagaiman peran zakat dan pajak dalam perekonomian?
3. Apa saja fungsi zakat terhadap pajak?
C. Tujuan
1. Untuk mengethaui pembedaan zakat dan pajak.
2. Untuk mengethaui peran zakat dan pajak dalam perekonomian.
3. Untuk mengethaui fungsi zakat terhadap pajak.

1

BAB II
PEMBAHASAN
A.


Persamaan Dan Perbedaan Antara Zakat Dan Pajak
Zakat dan pajak memang ada sisi persamaan dan perbedaaan.
Persmaannya adalah zakat pajak adalah sama-sama merupakan kewajiban
yang harus dikeluarkan oleh setiap orang yang memiliki harta (kekayaan)
tertentu yang dipandang patut dikeluarkan zakat/pajaknya.

1. Persamaan Zakat Dengan Pajak
Bersifat wajib dan mengikat atas harta penduduk suatu negeri, apabila
melalaikannya akan terkena sanksi
1) Zakat dan pajak harus disetorkan pada lembaga resmi agar tercapai
efisiensi penarikan keduanya dan alokasi penyalurannya
2) Dalam pemerintahan Islam, zakat dan pajak dikelola oleh negara
3) Tidak ada ketentuan memperoleh imbalan materi tertentu di dunia
4) Dari sisi tujuan ada kesamaan antara keduanya yaitu untuk menyelesaikan
problem ekonomi yang terdapat di masyarakat
Kemudian Masfuq Zuhdi mengemukakan perbedaan zakat dengan pajak
yang prinsipil perbedaan tersebut terletak pada :
1)

Beda Dasar Hukum. Dasar hukum zakat al-qur’an dan As-sunnah.

Sedangkan dasar hukum pajak adalah Perundang-undangan.

2)

Beda status hukumnya. Zakat adalah suatu kewajiban terhadap agama.
Sedangkan pajak adalah suatu kewajiban terhadap negara.

3)

Beda Objek/ sasaran. Kewajiban zakat khusus bagi umat islam,
sedangkan kewajiban pajak bagi semua penduduk tanpa memandang
agama.

4)

Beda kriteria wajib zakat dan wajib pajak. Kriteria kekayaan dan
penghasilan yang terkena zakat dan pajak persentase tidak sama.

5)


Beda dalam pos-pos penggunaannya. Zakat hanya digunakan untuk
delapan golongan sebagaimana ditentukan dalam al-qur’an, sedangkan
pajak digunakan untuk pos-pos yang sangat luas.

2

6)

Beda Hikmahnya. Diantara hikmah zakat adalah untuk mensucikan jiwa
dan

harta

si

meningkatkan

muzakki,

untuk


kesejahteraan

bagi

memeratakan
masyarakat,

pendapatan
sedangkan

dan
pajak

dipergunakan terutama untuk pembangunan.
Berdasarkan perbedaan-perbedaan dia atas, seorang zakat dengan pajak
tidak bisa disamakan. Artinya bahwa orang yang terkena wajib zakat tetap
dikenakan pajak dan seorang yang terkena wajib pajak juga tetep dikenakan
wajib zakat. Namun demikian, Masfuq zuhdi menyatakan “Alangkah
baiknya bila pemerintah berkenan memberi dispensasi berupa pemotongan
pajak bagi wajib zakat muslim benar-benar telah menyalurkan zakatnya
kepada Baitul Mal yang dibentuk oleh pemerintah. Dispensasi semacam ini
kiranya akan meringankan beban dari menghindari double duties (Kewajiban
gnada : pajak dan zakat).1
B. Peranan Zakat dan Pajak dalam Perekonomian
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran
termasuk pengeluaran pembangunan.
Perekeonomian negara sama halnya dengan perekonomian rumah tangga
dimana mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran. Pajak
sendiri merupakan sumber utama penerimaan negara. Oleh karena itu, apabila
masyarakat tidak taat akan pajak maka seluruh kegiatan negara akan sulit
terpenuhi. Dengan membayar pajak masyarakat akan mendapatkan manfaat:
1. Fasilitas umum dan Infrastruktur seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah
sakit, dan puskesmas.
2. Pertahanan dan keamanan seperti bangunan, senjata, perumahan hingga
gaji-gajinya.
3. Subsidi atas pangan dan Bahan Bakar Minyak.
4. Kelestarian Lingkungan hidup dan Budaya.
1Drs. HM. Suparta,MA, Fiqih Madrasah Aliyah,2004, (Semarang: PT.Karya Toha
Putra), Hlm,69-70

3

5. Dana Pemilu.
6. Pengembangan Alat transportasi Massa, dll.
Uang pajak yang telah disetorkan oleh masyarakat akan digunakan dengan
tujuan membuat masyarakat dari lahir hingga meninggal sejahtera. Uang
pajak juga dipakai oleh negara untuk memberi subsidi barang-barang yang
dibutuhkan oleh masyarakat dan membayar hutang-hutang negara.Selain itu
uang pajak pun digunakan untuk menunjang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah sehingga perekonomian dapat terus berkembang.Oleh sebab itu
pajak sangat memegang peranan penting dalam sebuah negara.
1. Peran Zakat dalam Perekonomian
Implikasi

zakat

adalah

memenuhi

kebutuhan

masyarakat

yang

kekurangan, memperkecil jurang kesenjangan ekonomi, menekan jumlah
permasalahan sosisal, dan menjaga kemampuan beli masyarakat agar dapat
memelihara sektor usaha. Dengan kata lain zakat menjaga konsumsi
masyarakat pada tingkat yang minimal, sehingga perekonomian dapat terus
berjalan. Zakat

menjadikan masyarakat tumbuh dengan baik, zakat dapat

mendorong perekonomian.
Zakat merupakan pendapatan khusus pemerintah yang harus dibelanjakan
untuk

kepentingan-kepentingan

khusus

seperti

untuk

membantu

pengangguran, fakir miskin, dan sebagainya.Zakat membentuk masyarakat
untuk bekerja sama bertindak sebagai lembaga penjamin dan penyedia dana
cadangan bagi masyarakat muslim (Sariningrum, 2011).
Menurut Qardhawi (2005), Islam memandang kemiskinan merupakan satu
hal yang mampu membahayakan akidah, akhlak, kelogisan berpikir, keluarga
dan masyarakat. Islam juga memandangnya sebagai ujian yang harus segera
ditanggulangi.Dengan zakat inilah, memungkinkan para fakir miskin untuk
dapat turut berpartisipasi dalam kehidupan bermasnyarakat dan juga
menjalankan kewajibannya dalam beribadah kepada Allah Swt, serta turut ikut
dalam pembangunan ekonomi.

4

Islam menaruh perhatian terhadap penanganan masalah kemiskinan
dengan memakai pendekatan “mencabut penyebabnya”. Dalam sebuah hadits,
Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat pada harta orang-orang kaya
dari kaum muslimin sejumlah yang dapat melapangi orang-orang miskin.
Fakir miskin itu tidaklah akan menderita menghadapi kelaparan dan kesulitan
sandang,

kecuali karena perbuatan golongan kaya. Ingatlah Allah akan

mengadili mereka secara tegas dan menyiksa mereka dengan pedih.”(HR. AtThabarani)
Berdasarkan hadist tersebut, terlihat bahwa adanya kewajiban kepada
kaum muslim yang mampu untuk membayar zakat pada fakir miskin. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang ada.2
Zakat

dapat

diarahkan

untuk

menciptakan

pemerataan

bagi

masyarakat,sehingga taraf perekonomian dan kehidupan masyarakat dapat
ditingkatkan.Hasilzakat

dapatmenutupi

keperluan

orang

miskin

dan

kepentingan masyarakat umum.
2. Sinergisitas Pajak dan Zakat
Sinergisitas pajak dan zakat sangatlah diperlukan untuk menunjang
pembangunan ekonomi Indonesia. Zakat merupakan kewajiban yang harus
dituntaskan oleh seorang muslim. Tujuan dari adanya zakat yaitu untuk
menghilangkan kesenjangan ekonomi antara orang kaya dan orang tidak
mampu secara ekonomi. Target dari pendistribusian zakat sudah jelas seperti
yang tertuang pada Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60. Dalam ayat tersebut,
salah satu golongan penerima zakat adalah golongan fakir-miskin. Menurut
Qardhawi (1993), zakat bukan sekedar bantuan sewaktu-waktu kepada orang
miskin

untuk

meringankan

penderitaannya,

tapi

bertujuan

untuk

menanggulangi kemiskinan, agar orang miskin berkecukupan selamalamanya.
2Sintha Dwi Wulansari, Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap Perkembangan
Usaha MikroMustahik (Penerima Zakat), (Semarang, 2013), hlm. 30-31.

5

PEMBANGUNAN
EKONOMI

PAJAK

ZAKAT

FASILITAS PUBLIK

ZAKAT PRODUKTIF

EFEK MAKRO

EFEK MIKRO

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Gambar 1.1 Bagan Sinergisitas pajak dan zakat dalam pembangunan
ekonomi
Berdasarkan bagan diatas, sinergisitas pajak dan zakat memberikan efek
mikro

dan

makro

yang

dapat

memberikan

kesejahteraan

bagi

masyarakat.Secara lebih rinci jika dijelaskan dari bagan diatas maka,
sinergisitas dari pajak dan zakat dimulai dari diterimanya zakat oleh penerima
zakat. Proses pendistribusian zakat yang sudah terlakasana, telah memberikan
kemudahan bagi pihak penerima zakat dalam memenuhi kebutuhan seharihari. Jika zakat didistribusikan dengan barang produktif, maka kebutuhan
ekonomi masyarakat penerima zakat akan terpenuhi secara mandiri dengan
bantuan barang barang produktif yang diterimanya. Zakat produktif
didistribusikan kepada masyarakat yang memang mempunyai keahlian untuk
mengoperasikan barang-barang produktif untuk mencari nafkah.Sementara itu
bagi masyarakat yang tidak mempunyai keahlian, zakat diberikan dalam

6

bentuk barang-barang yang bisa langsung dikonsumsi.Zakat yang sudah
didistribusikan baik dalam bentuk barang produktif maupun barang konsumtif
secara langsung telah meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.dalam
jangka pendek, zakat dapat mencukupi kebutuhan pokok dari masyarakat
zakat berupa barang konsumtif. Namun dalam jangka panjang, zakat bisa
menciptakan sumber ekonomi baru, dengan bertambahnya masyarakat yang
memiliki

kemampuan

untuk

berwirausaha

zakat

berupa

barang

produktif.Zakat yang sudah didistribusikan, telah memberikan efek mikro
berupa peningkatan pendapatan perkapita dan peningkatan daya beli
masyarakat.dengan adanya efek mikro ini akan memberikan dampak yang
signifikan pada perekomian secara makro. Jika diperinci lagi, peningkatan
pendapatan perkapita masyarakat akan otomatis meningkatkan daya beli
masyarakat, dengan meningkatnya daya beli masyarakat maka akan
meningkatkan perputaran uang dan barang dipasar, sehingga distribusi
kekayaan dalam suatu perekonomian akan semakin merata. dengan meratanya
distribusi kekayaan, maka akan muncul wajib pajak baru yang bisa menambah
pendapatan negara.
Meningkatnya pendapatan negara disektor pajak, memberikan kemudahan
bagi pemerintah untuk menyelenggarakan pembangunan ekonomi.dengan
pendapatan yang melimpah, pemerintah bisa membangun infrastruktur yang
dapat menunjang perekonomian masyarakat, memberikan subsidi kepada
masyarakat kurang mampu, memberikan bantuan pendidikan, dll. Selain itu,
pemerintah bisa membangun sentra pelatihan kerja untuk menciptakan profesi
baru dari kalangan masyarakat kurang mampu. Meningkatnya penerimaan
sektor pajak pada intinya akan mempermudah pemerintah dalam membangun
perekonomian yang kuat dan berdaya saing.
Pajak jika dilihat dari segi kebermanfaatannya, memberikan manfaat
secara makro.Manfaat secara makro bisa disebut sebagai keberhasilan
pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan ekonomi, terutama dalam
hal penyediaan fasilitas umum.Dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas
fasilitas umum, maka bisa dibilang secara makro masyarakat sudah

7

sejahtera.Berbeda dengan zakat, zakat cenderung memberikan manfaat secara
mikro, karena memang golongan penerima zakat sudah ditentukan dalam AlQur’an sehingga pendistribusian zakat langsung ditujukan kepada individu
yang berhak menerimannya. Oleh karena itu, adanya sinergisitas dari
kesejahteraan secara mikro dan makro akan mempermudah pemerintah dalam
membangun perekonomian yang kuat dan mampu bersaing dalam kancah
pereknomian global.
Dalam pembangunan ekonomi, arus distribusi kekayaan tentunya akan
terus mengalir. Dalam bagan diatas, pembangunan ekonomi akan tetap
menciptakan adanya pajak yang harus dipungut dari masayarakat seiring
dengan peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas umum. Selain itu, adanya
pembangunan ekonomi kuantitas masyarakat kurang mampu akan semakin
berkurang, sehingga aliran zakat dari pemberi zakatakan semakin besar seiring
bertambahnya harta yang sudah masuk nishab dan haul yang sudah wajib
dikeluarkan zakatnya.
C. Fungsi Zakat Terhadap Pajak
Menurut A. Adriani

zakat dan pajak memiliki persamaan karena

kewajiban untuk mengeluarkan sebagiam harta ini dijalankan menurut aturan
tertentu yang menaungi sebuah kelompok masyarakat. Zakat dibayar
berdasarkan syariat islam, sedangkan pajak dibayar menurut undang-undang
perpajakan yang berlaku dalam sebuah negara. Pajak dan zakat dalam
pembayarannya ditentukan menurut prosentase tertentu yang berlaku dan
berlaku untuk orang-orang yang memenuhi syarat. Keduanya juga berperan
dalam membangun kesejahteraan kelompok masyarakat tertentu.
Pajak dan zakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan
pemenuhan kewajiban baik dalam kehidupan bernegara maupun beragama.
Apapun identitasnya baik individu maupun koparat. Terutama individu karena
untuk koparat atau perusahaan belum ada kesepakatan kesatuan pemikiran
(Unity of tought) dari para ulama indonesia. Walau demikian, sudah banyak
perusahaan yang membayar zakat atas dasar kesadaran berkontribusi.

8

Pada praktik pelaksanaannya tidak sedikit masyarakat yang masih bingung
mengenai dua hal ini, ada yang beranggapan bahwa keduanya saling
menegasikan ada juga yang berpendapat bahwa keduanya saling berdiri
sendiri, serta kombinasi pelakuan lainnya. Pada dasarnya pajak maupun zakat
memiliki persamaan yaitu tujuan yang sama untuk menyelesaikan masalah
ekonomi masyarakat dan keduanya telah diatur oleh undang-undang agar
dapat dikelola menurut tatacara yang dianggap tepat untuk mencapai tujuan
tadi, yaitu dengan menyetorkan pembayaran ke lembaga resmi yang sudah
disahkan pemerintah. Selain itu tidak semua orang dikenakan kewajiban
minimum untuk dapat dikenakan kewajiban menjadi wajib bayar pajak dan
zakat, di pajak batas ini dikenal dengan istilah penghasilan tidak kena pajak
dan nishab pada zakat.
Secara mendasar zakat lebih tua daripada pajak. Zakat sudah dikenal jauh
sebelum sistem perpajakan masuk ke indonesia, pada masa kerajaan islam
berkuasa di nusantara, sudah berdiri baitul maal yang menjadi pusat
pengelolaan keuangan kerajaan, namun sistem ini secara perlahan mulai
diganti kan seiring dengan kedatangan kaum imperalis Eropa yang
mengadopsi sistem perpajakan dinegara mereka. Sebuah sistem yang
merupakan konsekuensi logis dari Du Contract Sosial atau perjanjian sosial
hasil pemikiran. JJ Rousseau. Artinya kondisi ini membuktikan bahwa
walaupun sifat lokal, zakat dapat diandalkan sebagai penopang keuangan
negara. Dan dengan demikian, tidak heran jika eksistensi zakat tidak bisa
dihilangkan ketika membahas perekonomian negara.
Menurut Ericson Wijaya di indonesia, praktik perpejakan yang berlaku
telah menempatkan zakat sebagai unsur yang tidak dipisahkan dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan para wajib pajak. Zakat, bersama dengan
sumbangan keagamaan lainnya yang bersifat wajib, menjadi pengurang
penghasilan neto wajib pajak, perlakuan ini berdampak berkurangnya nilai
beban pajak yang masih harus dibayar. Akan tetapi penerapan mekanisme ini
berdampak kurang signifikan kecuali jika zakat diperhitungkan langsung

9

sebagai pengurang beban/hutang pajak. Hal ini menunjukkan bahwa posisi
zakat dan pajak adalah saling menggantikan namun tidak sepenuhnya.
Menurut Undang-Undang No 38 Tahun 1999, dikenal dua jenis zakat yaitu
zakat maal dan zakat fitrah. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah,
apakah atas kedua jenis zakat yang sudah dibayarkan ini boleh dibebankan
dalam perhitungan pajak? Didalam pasal 11 ayat 2 huruf b UU tersebut
disebutkan bahwa termasuk dalam harta yang dikenakan zakat contohnya
adalah perdagangan dan perusahaan. Sebuah ruang lingkup yang sejalan
dengan penjelasannya mengenai definisi zakat maal. Namun kondisi ini belum
memungkinkan zakat fitrah untuk dapat dijadikan sebagai unsur pengurang.
Peran zakat dalam membayar pajak adalah zakat bisa mengurangi
pemabayaran pajak dengan menunjukkan nota zakat yang telah dibayarkan.
Hal ini bisa menjadi pengetahuan bagi para muzakki atau para wajib bayar
zakat dalam pembayaran pajak. UU No 38 tahun 1999 tentang pengelola
zakat, disebutkan bahwa setiap warga negara indonesia yang beragama islam
dan mampu atau badan yang memiliki orang muslim berkewajiban
menunaikan zakat. Zakat yang telah dibayarkan kepada badan atau lembaga
amil zakat dikeluarkan dari laba atau pendapat pembayaran pajak dari wajib
pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Sistem ini lebih meringankan beban wajib pajak, karena biaya pajak lebih
berkurang. Tujuannya sama, akan tetapi memiliki arah yang berbeda. Zakat
untuk umat islam dan pajak untuk masyarakat umum. Zakat hukumnya wajib
bagi umat islam sedangkan pajak wajib bagi warga indonesia, maka keduanya
wajib dibayarkan. Pastinya keduanya merupakan untuk maslahat umat.3
Adapun mekanisme zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak
(PKP) adalah:
1. Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak (PKP) yang berlaku
muzakki yang mempunyai nomor pokok wajib pajak (NPWP)
3K N Sofyan Hasan. Pengantar manajeman zakat dan manajeman zakat di
Indonesia. (Surabaya, 2009) Hal. 48

10

2. Zakat yang dibayarkan kepada badab amil zakat atau lembaga zakat
akan mendapatkan bukti

setor zakat. Dan bukti setor zakat akan

diperoleh setelah muzakki mempunyai nomor pokok wajib pajak.
3. Apabila muzakki ingin zakat yang dibayarkan menurangi PKP, maka:
-

Pada SPT Tahunan kolom 6 dituliskan jumlah zakat yang
dibayarkan kepada BAZ dan LAZ

-

Bukti setoran zakat lembar 1 disertakan sebagai lampiran SPT
Tahunan

-

Apabila ada kelebihan bayar pada SPT Tahunan akibat pembayaran
zakat maka zakat yang telah dibayar akan dikembalikan kepada
wajib pajak. 4

4http://www. Repository.uinjkt.ac.id. >MARIAH-FSH (07April 2017, 09:58)

11

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Zakat dan pajak memang ada sisi persamaan dan perbedaaan.
Persmaannya adalah zakat pajak adalah sama-sama merupakan kewajiban
yang harus dikeluarkan oleh setiap orang yang memiliki harta (kekayaan)
tertentu yang dipandang patut dikeluarkan zakat/pajaknya.
Kemudian Masfuq Zuhdi mengemukakan perbedaan zakat dengan
pajak yang prinsipil perbedaan tersebut terletak pada :
1. Beda Dasar Hukum. Dasar hukum zakat al-qur’an dan As-sunnah.
Sedangkan dasar hukum pajak adalah Perundang-undangan.
2. Beda status hukumnya. Zakat adalah suatu kewajiban terhadap agama.
Sedangkan pajak adalah suatu kewajiban terhadap negara.
3. Beda pbjek/ sasaran. Kewajiban zakat khusus bagi umat islam, sedangkan
kewajiban pajak bagi semua penduduk tanpa memandang agama.
4. Beda kriteria wajib zakat dan wajib pajak. Kriteria kekayaan dan
penghasilan yang terkena zakat dan pajak persentase tidak sama.
5. Beda dalam pos-pos penggunaannya. Zakat hanya digunakan untuk
delapan golongan sebagaimana ditentukan dalam al-qur’an, sedangkan
pajak digunakan untuk pos-pos yang sangat luas.
6. Beda Hikmahnya. Diantara hikmah zakat adalah untuk mensucikan jiwa
dan harta si muzakki, untuk memeratakan pendapatan dan meningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakat, sedangkan pajak dipergunakan terutama
untuk pembangunan.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan

sumber

pendapatan

negara

untuk

membiayai

semua

pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.
Zakat merupakan pendapatan khusus pemerintah yang harus
dibelanjakan untuk kepentingan-kepentingan khusus seperti untuk

12

membantu pengangguran, fakir miskin, dan sebagainya.Zakat membentuk
masyarakat untuk bekerja sama bertindak sebagai lembaga penjamin dan
penyedia dana cadangan bagi masyarakat muslim.
Peran zakat dalam membayar pajak adalah zakat bisa mengurangi
pemabayaran pajak dengan menunjukkan nota zakat yang telah
dibayarkan. Hal ini bisa menjadi pengetahuan bagi para muzakki atau para
wajib bayar zakat dalam pembayaran pajak. UU No 38 tahun 1999 tentang
pengelola zakat, disebutkan bahwa setiap warga negara indonesia yang
beragama islam dan mampu atau badan yang memiliki orang muslim
berkewajiban menunaikan zakat. Zakat yang telah dibayarkan kepada
badan atau lembaga amil zakat dikeluarkan dari laba atau pendapat
pembayaran pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B.

Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini, untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca untuk dapat
memberikan kritik dan sarannya demi kemajuan penulisan makalah
selanjutnya.

13

DAFTAR PUSTAKA
http://pucking.files.wordpress.com/peranan-pajak-dan-fungsi-pajak.doc

(diakses

hari senin tanggal 03 April 2017 jam 20.00)
http://www.berpendidikan.com/peran-dan-fungsi-pajak-dalam-perekonomiannasional-indonesia.html (diakses hari senin tanggal 03 April 2017 jam 20.00)
http://www. Repository.uinjkt.ac.id. peranan zakat terhadap pajak. >MARIAHFSH (diakses hari kamis, tanggal 07-04-2017 jam 09:58)
Suparta. 2004. Fiqih Madrasah Aliyah. (Semarang: PT.Karya Toha Putra)
Wulansari Sintha Dwi. 2013. Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Mustahik (Penerima Zakat). (Semarang)
K N Sofyan Hasan. 2009.Pengantar manajeman zakat dan manajeman zakat di
Indonesia. Surabaya. Al-Ikhlas.

14