ANALISIS IMPLEMENTASI E VOTING DI INDONE

ANALISIS IMPLEMENTASI E-VOTING DI INDONESIA

MAKALAH
Program Studi: Magister Teknik Elektro
Dosen: DR. Ir. Iwan Krisnadi, MBA

UNIVERSITAS MERCU BUANA

Diajukan Oleh:
ADNAN NULLAH HAKIM
55415110020

UNIVERSITAS MERCU BUANA
2015

ANALISIS IMPLEMENTASI E-VOTING DI INDONESIA

Adnan Nullah Hakim
Magister Teknik Elektro – Universitas Mercubuana Jakarta
E-mail: adnan.nullah@gmail.com


ABSTRAK
Indonesia adalah negara demokrasi yang menggunakan pemungutan suara
untuk pemilihan anggota legislatif, presiden ataupun kepala daerah. Hingga saat ini
kebanyakan metode yang digunakan dalam pemungutan suara masih menggunakan
kertas suara yang mempunyai banyak kelemahan. E-voting merupakan salah satu
solusi yang diharapkan dapat menutupi kekurangan yang terjadi pada saat
pemungutan suara menggunakan kertas suara. Dalam implementasinya Badan
Pengkajian dan Penerapan teknologi (BPPT) telah mengembangkan perangkat evoting yang telah berhasil diimplementasikan untuk pemilihan kepala desa di
beberapa kabupaten di Indonesia. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari implementasi e-voting di Indonesia
dengan menggunakan analisis SWOT.

PENDAHULUAN
Ditengah semakin berkembangnya teknologi informasi dan sistem demokrasi di
Indonesia, mayoritas proses pemungutan suara di Indonesia saat ini masih
menggunakan teknik konvensional untuk pemilihan wakil rakyat, presiden maupun
kepala daerah, yaitu dengan menggunakan kertas suara, proses tersebut dinilai
mempunyai banyak kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut [1] :
1. Banyak terjadi kesalahan dalam proses pendaftaran pemilih. Kesalahan ini terjadi
karena sistem kependudukan yang masih belum berjalan dengan baik. Konsep

penggunaan banyak kartu identitas menyebabkan banyaknya pemilih yang memiliki
kartu suara lebih dari satu buah. Keadaan ini seringkali dimanfaatkan oleh pihakpihak tertentu untuk meningkatkan jumlah suara pilihannya sehingga dapat
memenangkan voting tersebut.
2. Pemilih salah dalam memberi tanda pada kertas suara, karena ketentuan
keabsahan penandaan yang kurang jelas, sehingga banyak kartu suara yang

dinyatakan tidak sah. Pada tahapan verifikasi keabsahan dari kartu suara, sering
terjadi kontroversi peraturan dan menyebabkan konflik di masyarakat.
3. Proses pengumpulan kartu suara yang berjalan lambat, karena perbedaan
kecepatan pelaksanaan pemungutan suara di masing-masing daerah. Penyebab
lainnya adalah kesulitan untuk memeriksa keabsahan dari sebuah kartu suara,
sehingga pengumpulan tidak berjalan sesuai dengan rencana.
4. Proses penghitungan suara yang dilakukan di setiap daerah berjalan lambat karena
proses tersebut harus menunggu semua kartu suara terkumpul terlebih dahulu.
Keterlambatan yang terjadi pada proses pengumpulan, akan berimbas kepada
proses penghitungan suara. Lebih jauh lagi, proses tabulasi dan pengumuman hasil
penghitungan akan meleset dari perkiraan sebelumnya.
5. Keterlambatan dalam proses tabulasi hasil penghitungan suara dari daerah.
Kendala utama dari proses tabulasi ini adalah kurangnya variasi metode
pengumpulan hasil penghitungan suara. Hal ini disebabkan oleh masih lemahnya

infrastruktur teknologi komunikasi di daerah. Oleh karena itu, seringkali pusat
tabulasi harus menunggu data penghitungan yang dikirimkan dari daerah dalam
jangka waktu yang lama. Akibat dari hal tersebut, maka pengumuman hasil voting
akan memakan waktu yang lama
6. Permasalahan yang terpenting adalah kurang terjaminnya kerahasiaan dari pilihan
yang dibuat oleh seseorang. Banyak pemilih mengalami tekanan dan ancaman dari
pihak tertentu untuk memberikan suara mereka kepada pihak tertentu. Lebih buruk
lagi, terjadi “jual-beli suara“ di kalangan masyarakat tertentu, sehingga hasil voting
tidak mewakili kepentingan seluruh golongan masyarakat
Melihat dari banyaknya kelemahan-kelemahan dari sistem pemungutan suara
konvensional, maka electronic voting (e-voting) dapat dijadikan solusi alternatif untuk
diimplementasikan. E-voting sendiri memiliki pengertian Penggunaan teknologi
komputer pada pelaksanaan voting atau pemungutan suara [2]. E-voting merupakan
sebuah sistem yang memanfaatkan perangkat elektronik dan mengolah informasi digital
untuk membuat surat suara, memberikan suara, menghitung perolehan suara,
menayangkan perolehan suara dan memelihara serta menghasilkan jejak audit [3].
Pada prinsipnya terdapat dua mekanisme dalam e-voting yang dapat diterapkan
seperti dijelaskan tebel berikut [4]:

Mekanisme

Pemilih datang ke TPS
(Voting at polling station)
Pemilih tanpa harus datang ke TPS
(Remote electronic voting)

Teknik
 Direct-Recording Electronic (DRE)
 Optic Scanner
 Internet
 SMS
 Telepon

IMPLEMENTASI E-VOTING DI INDONESIA
Penerapan e-voting di Indonesia telah dimulai di Kabupaten Jembrana untuk pemilihan
kepala dusun [5] dan sampai akhir tahun 2015 ini dihasilkan lebih dari 250 Kepala desa
hasil dari Pilkades elektronik (e-Voting) di 7 Kabupaten [6].
Teknologi e-voting yang telah berjalan selama ini dikembangkan oleh Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggunakan teknik DRE dimana
sistem yang dikembangkan memiliki lima unsur perangkat, yaitu pembaca e-KTP, kartu
V-token, pembaca kartu pintar (smart card reader), layar sentuh e-voting, dan printer

kertas struk [7].

Gambar 1. Perangkat e-voting

Untuk cara pemilihan dengan metode e-voting adalah sebagai berikut [7]:

1. Pemilih harus membawa e-KTP diverifikasi dengan pembaca e-KTP untuk
memastikan kesesuaian data e-KTP dengan pemilih.
2. Setelah data sesuai, petugas mencocokkan nama pemilih pada daftar pemilih tetap
online sebagai absensi pemilih.
3. Jika lolos dari dua verfikasi tersebut, pemilih diberikan V-token. Kartu ini berfungsi
sebagai mengaktifkan e-voting.
4. V-token kemudian dimasukkan ke pembaca smartcard agar menampilkan surat
suara virtual pada layar sentuh e-voting.
5. Setelah tampil surat suara calon, pemilih bisa memilih dengan menyentuh salah
satu calon. Desktop nantinya akan memberi notifikasi 'ya' atau 'tidak' atas pilihan
yang dimaksud. Jika sudah yakin, pemilih harus menekan enter atau ya. Pada tahap
ini, pemilih bisa menyentuh pilihan 'tidak' jika ingin mengubah pilihan.
6. Setelah menentukan pilihan, pemilih akan mendapatkan kertas struk yang berupa
kertas barcode. Ini sebagai bukti pemilih sudah memilih.

7. Kertas struk kemudian dimasukkan ke kotak audit. Fungsinya sebagai data
pembanding jika terdapat kekeliruan jumlah pemilih yang memberikan suara.

Gambar 2. Proses e-voting [9]

REGULASI E-VOTING
Pada dasarnya proses pemungutan suara harus memiliki azas “LUBER” yang
merupakan singkatan dari Langsung, Umum, bebas dan Rahasia, azas LUBER telah

ada pada zaman orde baru, kemudian di era reformasi berkembang azas “JURDIL”
yang merupakan singkatan Jujur dan Adil. Pemilukada dengan teknologi e-voting yang
diusulkan BPPT diklaim sudah memenuhi semua azas pemilu luber jurdil di NKRI, di
antaranya [8]:
1. Langsung: Pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak
boleh diwakilkan. Keabsahan pemilih dapat dilakukan melalui card reader KTP elektronik nasional yang kemudian dibandingkan dengan Daftar Pemilih Tetap
(DPT) online. Pemilih yang mempunyai hak pilih, diberikan V-token berupa kartu
pintar untuk mengaktifkan satu surat suara elektronik.
2. Umum : Pemilihan umum dapat diikuti seluruhwarga negara yang sudah memiliki
hak pilih. Pemilih yang punya hak pilih pasti masuk dalam Daftar Pemilih Tetap
(DPT) atau Daftar pemilih tambahan.

3. Bebas: Pemilih memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Sistem dapat mengakomodasi pilihan pemilih berdasarkan pilihan yang tersedia
dan memungkinkan pemilih untuk melakukan konfirmasi sesuai keinginannya, dan
sebelum mengkonfirmasi masih ada kemungkinan untuk merubah pilihan sampai
mengkonfirmasi dengan pasti pilihannya.
4. Rahasia: Suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia dan hanya diketahui
oleh si pemilih itu sendiri. Sistem memberikan jaminan bahwa setiap hak suara
yang diberikan tidak dapat dikaitkan dengan identitas pemilih. Identitas pemilih tidak
terekam dalam sistem. Suara yang dihasilkan tidak mengandung identifikasi
pemilih, dan perangkat tidak terhubung ke jaringan apapun selama proses
pemungutan suara berlangsung.
5. Jujur: Pemilihan dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa
setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya
dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan calon yang
akan terpilih. Pemilih di dalam bilik tidak dapat memilih lebih dari satu kali yang
diwujudkan dalam V-token kartu pintar yang hanya dapat menghasilkan satu suara
saja. Sistem menghasilkan audit log yang akan diverifikasi pada saat penghitungan
suara akhir di TPS untuk memastikan kesesuaian antara jumlah pemilih dan jumlah
suara yang terkumpul. Sistem memastikan bahwa setiap suara pemilih tercatat
secara akurat karena menghasilkan struk audit melalui printer yang mencetak


pilihan pemilih. Struk audit tersebut diverifikasi pemilih sebelum dimasukkan ke
dalam kotak audit.
6. Adil: Perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada

pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Setiap
penduduk desa yang memiliki Kartu Tanda Penduduk yang sah dapat mengikuti
proses pemilihan di TPS mana saja dengan menggunakan DPT online berdasarkan
NIK.
Secara nasional e-voting sudah menjadi alternatif implementasinya dalam
pemilihan kepala daerah secara serentak sesuai UU No.8 Tahun 2015 dengan latar
belakang karena memudahkan pemilih, akurasi dalam penghitungan dan efektif dalam
penyelenggaraan [6]. Selain itu terdapat payung hukum untuk menggunakan e-voting
dalam pemungutan suara diantaranya sebagai berikut [10]:
1. Amar Putusan Mahkamah Konstitusi No. 147/PUU-VII/2009 tanggal 30 Maret 2010
o

”Mencoblos / Mencentang” dapat diartikan pula menggunakan metode e-voting
dengan syarat kumulatif sebagai berikut:



tidak melanggar asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil;



daerah yang menerapkan metode e-voting sudah siap dari sisi teknologi,
pembiayaan, sumber daya manusia maupun perangkat lunaknya, kesiapan
masyarakat di daerah yang bersangkutan, serta persyaratan lain yang
diperlukan;

2. UU No 11 Tahun 2008 - UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
o

Pasal 5 : Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah dan merupakan perluasan dari
alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia

3. RUU Pemilukada

o Pasal 109 : Pemberian suara untuk Pemilihan Bupati/walikota dapat dilakukan

dengan cara :
b. memberi suara melalui peralatan pemilihan suara electronic voting (e-voting).
4. Perppu 12 / 2014 Pasal 85

o

Pasal 85 ayat 1 : Pemberian suara untuk Pemilihan dapat dilakukan dengan
cara: :
a. memberi tanda satu kali pada surat suara; atau
b. memberi suara melalui peralatan Pemilihan suara secara elektronik.

o

Pasal 85 ayat 2 : Pemberian tanda satu kali sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dilakukan berdasarkan prinsip memudahkan Pemilih, akurasi dalam
penghitungan suara, dan efisiensi dalam penyelenggaraan Pemilihan.

o

Pasal 85 ayat 3 : Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian suara

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan KPU.

ANALISIS SWOT
Model yang digunakan dalam memberikan gambaran deskriptif dalam implementasi evoting adalah dengan SWOT yang merupakan singkatan dari Srengths (Kekuatan),
Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang) dan Threats (Ancaman). Analisis
SWOT ini digunakan untuk membantu mengidentifikasi isu-isu internal maupun
eksternal dalam implementasi e-voting seperti ditampilkan tabel berikut:
STRENGTHS

WEAKNESSES







Efisien dan efektif
Akurasi penghitungan suara tinggi
 Tidak ada duplikasi data pemilih
 Tidak ada suara rusak
 Penghitungan suara lebih cepat
OPPORTUNITIES





TIK masih rendah
THREATS

Meningkatkan partisipasi pemilih

Menghemat biaya dalam jangka 
panjang

Bergantung dengan e-KTP
Infrastruktur yang kurang memadai
Pengetahuan masyarakat mengenai




Keamanan data
Keamanan jaringan
Ketidakpercayaan masyarakat
Kegagalan sistem

STRENGTHS (KEKUATAN)
1. Lebih efisien dan efektif
Tidak seperti metode pemungutan suara konvensional dimana proses pemungutan
suara sangat rumit dan sangat melelahkan karena dari awal proses hingga sampai
penghitungan tabulasi surat suara membutuhkan waktu yang panjang, dengan e-

voting maka beberapa proses yang rumit sebelumnya dapat dilakukan dengan
singkat karena proses yang ditangani secara otomatis oleh sistem.
2. Tidak ada duplikasi data pemilih
Dengan sistem verifikasi menggunakan e-KTP, maka setiap orang hanya memiliki
satu hak suara sehingga diharapkan tidak ada lagi kisruh mengenai DPT dan juga
tidak ada celah bagi pihak-pihak tertentu yang ingin meningkatkan jumlah suara
pilihannya.
3. Hasil penghitungan suara sangat akurat
Hasil penghitungan suara menggunakan e-voting jauh lebih akurat daripada
penghitungan manual karena seluruh faktor-faktor akibat kesalahan manusia pada
saat penghitungan suara dapat dihilangkan.
4. Tidak ada suara rusak
Karena sistem e-voting tidak menggunakan kertas suara maka tidak ada lagi
perdebatan mengenai sah atau tidaknya suara karena surat suara rusak sehingga
persaingan lebih fair.
5. Penghitungan suara lebih cepat
Dengan e-voting data penghitungan suara dari TPS langsung dikirim ke pusat
tabulasi data sehingga hasil penghitungan suara dapat diketahui tidak lama setelah
proses pemungutan suara selesai.

WEAKNESS (KELEMAHAN)
1. Bergantung dengan e-KTP
E-KTP digunakan sebagai syarat yang digunakan pada saat verifikasi sebelum
melakukan pemungutan suara, sehingga dengan belum tuntasnya penyediaan eKTP bagi seluruh masyarakat, maka dikhawatirkan sistem e-voting ini belum dapat
berjalan sepenuhnya, karena jika pemungutan suara masih menggunakan daftar
Pemilih Tetap (DPT) maka kecurangan atau kericuhan karena masalah DPT masih
mungkin akan terjadi.
2. Infrastruktur yang kurang memadai
Agar sistem e-voting dapat berjalan dengan baik maka diperlukan infrastruktur yang
baik seperti pasokan listrik, teknologi komunikasi dan lain sebagainya. Namun
hingga saat ini masih banyak desa dan kecamatan di Indonesia dimana infrastruktur
tersebut masih kurang memadai.
3. Pengetahuan masyarakat mengenai TIK masih rendah

Masih banyaknya masyarakat Indonesia yang belum familiar dengan teknologi
informasi menjadi salah satu kendala tersendiri, oleh sebab itu sangat penting
dilakukan sosialisi dan simulasi sebelum proses pemungutan suara dilakukan.
OPPORTUNITIES (PELUANG)
1. Meningkatkan partisipasi pemilih
E-voting berpotensi meningkatkan antusiasme warga dalam proses pemungutan
suara sehingga diharapkan meningkatnya jumlah partisipasi pemilih dan jumlah
suara.
2. Menghemat biaya pemungutan suara dalam jangka panjang
Penghematan terjadi karena peralatan-peralatan pada sistem e-voting dapat
digunakan berkali-kali, berkurangnya waktu pekerja pemungutan suara serta tidak
adanya biaya produksi dan distribusi surat suara.
THREATS (ANCAMAN)
1. Keamanan data
Keamanan data hasil pemungutan suara yang tersimpan pada pusat tabulasi suara
harus terjamin dengan baik, karena terdapat ancaman dari pihak luar yang ingin
meretas sistem maupun dari pihak dalam yang mempunyai hak istimewa untuk
manipulasi data tersebut.
2. Keamanan jaringan
Karena data yang dikirim dari TPS ke pusat tabulasi menggunakan jaringan, maka
keamanan jaringan juga harus diperhatikan agar tidak ada data dari luar yang
menyusup masuk ke dalam jaringan tersebut.
3. Ketidakpercayaan masyarakat
Ketidakpercayaan masyarakat

terhadap

hasil

penghitungan

suara

karena

kecurigaan data dimanipulasi oleh pihak tertentu dapat menyebabkan kekacauan
dan konflik di masyarakat.
4. Kegagalan sistem
Kegagalan sistem yang mungkin terjadi adalah, kemungkinan gagalnya verifikasi
menggunakan alat pembaca e-KTP, tidak berfungsinya alat pembaca kartu pintar,
rusaknya printer struk, putusnya koneksi jaringan atau bahkan padamnya aliran

listrik. Oleh sebab itu perlu dilakukan langkah antisipasi sebaik mungkin dan
menyiapkan solusi apabila kegagalan sistem tersebut terjadi.

KESIMPULAN
Dengan perkembangan teknologi informasi dan internet di Indonesia maka si stem
e-voting yang sudah dikembangkan BPPT ini dapat diterapkan di Indonesia untuk
pemilihan legislatif, kepala daerah maupun presiden dengan syarat seluruh masyarakat
sudah memiliki e-KTP. Dari hasil analisa penerapan e-voting di Indonesia terdapat
sejumlah manfaat yang diharapkan dapat mengurangi kelemahan-kelemahan sistem
pemungutan suara menggunakan kertas suara, walaupun masih terdapat ancaman
pada sistem e-voting ini terutama dalam masalah keamanan.

SARAN
Guna meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem e-voting yang sudah
dikembangkan BPPT, maka diperlukan pengenalan sistem tersebut melalui sosialisasi
dan simulasi kepada seluruh masyarakat, selain itu perlu diperbanyak pula
implementasi langsung yang dimulai dari tingkat pemilihan kepala desa sehingga
diharapkan penggunaan teknologi pada proses pemungutan suara dengan e-voting
akan membawa kehidupan demorkasi yang lebih baik di masa mendatang.

REFERENSI
[1] Azhari, R. (2005), “E-voting”, Makalah, Fakultas Ilmu Komputer, UI, Jakarta.
[2] Neyman, S, N,. dkk. (2013), “Penerapan Sistem E-voting pada Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia”, Jurnal Sains Terapan Edisi III Vol-3 (1) hal : 45 – 61.
[3] BPPT. “E-VOTING DALAM KACAMATA KEBIJAKAN DAN PENGAWASAN”,
www.bppt.go.id diakses tanggal 28 Oktober 2015.
[4] Matej Travnícek. (2014), “Electronic Voting: To Have, Or Not To Have?”, European
Scientific Journal February 2014 SPECIAL edition vol.3 ISSN: 1857 – 7881.
[5] Rokhman, A. (2011). “Prospek dan Tantangan Penerapan e-Voting di Indonesia”.
Seminar Nasional Peran Negara dan Masyarakat dalam Pembangunan Demokrasi
dan Masyarakat Madani di Indonesia, 7 Juli 2011, Universitas Terbuka, Jakarta.

[6] BPPT. “BPPT Dorong Cita-Cita Presiden RI Lewat e-Nawacita”, www.bppt.go.id
diakses tanggal 28 Oktober 2015.
[7] BPPT. “E Voting, Demokrasi Di Ujung Jari (II)”, www.bppt.go.id diakses tanggal 28
Oktober 2015.
[8] BPPT. “E Voting,

Pilkada

Langsung

dengan

e-Voting,

Kenapa

Tidak?”,

www.bppt.go.id diakses tanggal 28 Oktober 2015.
[9] Riza, Hammam, A. Grahitandaru, B. Prasetyo, S. Saraswati W.W., F.Ba’abdullah,
K. Supriatna, A. Santosa, Samargi, F. Ayuningtyas, dan M.D. Wahyu,. (2012).
“Pengembangan Standar Keamanan Bagi Aplikasi dan Sistem E-Voting Nasional,”
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi, BPPT, Jakarta.
[10] Diolah dari berbagai sumber