MAKALAH PERKEMBANGAN INDUSTRI DI ERA GLO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada saat sekarang ini, negara Indonesia sedang giat-giatnya
melaksanakan
pembangunan
nasional.
Pembangunan
nasional
merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk
mewujudkan
tujuan
nasional
sebagaimana
diamanatkan
dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea ke 4, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian
abadi
dan
keadilan
sosial.
Tujuan negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu
dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang
aman, tenteram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia
yang
merdeka,
bersahabat,
tertib
dan
damai.
Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut di atas,
pemerintah telah berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah
satu
diantaranya
adalah
mendorong
laju
perekonomian
nasional.
Pertumbuhan laju industri merupakan andalan pemerintah dalam upaya
meningkatkan
perekonomian
di
Indonesia.
Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari
peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor perekonomian yang
sangan dominan di jaman sekarang. Berdasarkan uraian tersebut di atas,
penulis berkeinginan mengangkat masalah perkembangan perindustrian
terhadap perekonomian ke dalam bentuk penulisan makalah sekaligus
sebagai bahan diskusi yang berjudul “PERKEMBANGAN INDUSTRI DI ERA
GLOBALISASI EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA”.
Di makalah ini juga terdapat sejumlah faktor industri yang berperan
penting dalam perkembangan ekonomi di era globalisasi ini.
1.2 RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, permasalahan
dirumuskan
1.
yang
akan
sebagai
Bagaimanakah
pengaruh
perkembangan
dibahas
berikut:
perindustrian
terhadap
perekonomian?
2. Bagaimanakah upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di
Indonesia?
1.3 TUJUAN dan MANFAAT
Dalam penulisan makalah ini, tujuan yang diharapkan dapat dicapai
adalah
sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan perindustrian terhadap
perekonomian.
2.
Untuk
mengetahui
upaya
pemerintah
perindustrian di Indonesia
BAB II
dalam
meningkatkan
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Pengertian Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan
mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang
memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan
atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil
industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan
dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alatalat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai
dasarnya.
Maka
industri
umumnya
dikenal
sebagai
mata
rantai
selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang
berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan
pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri
semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan
politik.
2.2
Jenis Industri
A. Jenis Industri berdasarkan Bahan Baku
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari
alam sekitar.
- Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan,
pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat
lain selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk
jasa yang dijual kepada para konsumennya.
- Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain
sebagainya.
B. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk
kegiatan operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga
kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
C. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau
penjenisannya
= berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 =
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak
goreng curah, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lainlain.
D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4
orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 519 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 2099 orang.
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara
100 orang atau lebih.
F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market
oriented industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target
konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana
konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin
menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja /
labor (man power oriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk
karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja /
pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku
(supply oriented industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada
untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
E. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan,
perikanan, dan sebagainya.
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga
menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan
sebagainya.
3. Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan
masih banyak lagi yang lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengaruh
Perkembangan
Perindustrian
Terhadap
Perekonomian
Arti penting perindustrian terhadap perkembangan perekonomian dapat
dilihat dari arah kebijakan ekonomi yang tertuang dalam GBHN 20002004, yaitu “Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global
sesuai kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif
berdasarkan keunggulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris
sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah, terutama
pertanian dalam arti luas, kehutanan, kelautan, pertambangan, pariwisata
serta industri kecil dan kerajinan rakyat, serta mengembangkan kebijakan
industri, perdagangan dan investasi dalam rangka meningkatkan daya
saing
global
dengan
membuka
aksesbilitas
yang
sama
terhadap
kesempatan kerja dan berusaha bagi segenap rakyat dan seluruh daerah
melalui keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan SDA dan
SDM dengan menghapus segala bentuk perlakuan diskriminatif dan
hambatan”.
Selanjutnya disebutkan dalam Undang-Undang No 25 tahun 2001 tentang
Program
Pembangunan
Ekonomi
Nasional
(Propenas)
yang
mengamanatkan bahwa dalam rangka memacu penigkatan daya saing
global dirumuskan lima strategi utama, yaitu pengembangan ekspor,
pengembangan industri,
penguatan institusi pasar, pengembangan pariwisata dan peningkatan
kemampuan
ilmu
Berdasarkan
ketentuan
pengetahuan
tersebut
di
atas
dan
dapat
teknologi.
diketahui
bahwa
perkembangan industri sangat penting untuk menghadapi persaingan
ketat, baik di pasar dalam negeri maupun pasar ekspor dalam era
globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia. Hal tersebut kembali
dipertegas dalam konsiderans Undang-Undang Perindustrian (UndangUndang Nomor 5 Th. 1984) yang menyatakan bahwa untuk mencapai
sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam pembangunan nasional,
industri memegang peranan yang menentukan dan oleh karenanya perlu
lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan meningkatkan
peran serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara
optimal seluruh sumber daya alam, manusia, dan dana yang tersedia.
Dari
uraian
tersebut
di
atas
dapat
ditarik
pengertian
bahwa
perkembangan industri membawa pengaruh yang sangat besar sekali
terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Industri
memegang
peranan
yang
menentukan
dalam
perkembangan
perekonomian sehingga benar-benar perlu didukung dan diupayakan
perkembangannya.
3.2
Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Perindustrian Di
Indonesia.
Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah dalam upayanya
mendorong laju perkembangan perindustrian di Indonesia. Baik kegiatan
di bidang penyusunan regulasi yang diperkirakan dapat mendorong laju
perkembangan
perindustrian,
pemberdayaan
maupun
kebijakan
departemen
riil
yang
melalui
terkait.
Sasaran pembangunan sektor industri dan perdagangan pada tahun 2008
adalah
sebagai
berikut
:
a. Terwujudnya pengembangan industri yang mempunyai keunggulan
kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif dengan mengacu kepada
pengembangan klaster industri, sehingga tercipta struktur industri yang
kokoh
dan
seimbang;
b. Terwujudnya peningkatan daya saing nasional melalui peningkatan
kemampuan
profesionalisme
sumber
daya
manusia,
penguasaan
penggunaan teknologi dan inovasi, serta pemenuhan ketentuan standar
keamanan,
kesehatan,
dan
lingkungan
baik
nasional
maupun
internasional;
c. Terciptanya perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja secara
merata
di
sektor
industri
dan
perdagangan;
d. Terciptanya peningkatan utilisasi kapasitas produksi, sehingga mampu
meningkatkan
kinerja
sektor
industri
dan
perdagangan;
e. Tersedianya kebutuhan masyarakat luas dengan harga yang wajar dan
mutu yang bersaing melalui kelancaran distribusi barang dan peningkatan
pelayanan
informasi
f.
profesionalisme
Terciptanya
pasar
yang
pelaku
usaha
terintegrasi;
dan
kelembagaan
perdagangan, sehingga kegiatan perdagangan barang dan jasa di dalam
negeri
g.
semakin
Terwujudnya
mekanisme
iklim
pasar
usaha
tanpa
berkembang;
yang
distorsi,
kondusif
serta
dengan
terjaminnya
menerapkan
perlindungan
konsumen sehingga tercipta pemahaman konsumen akan hak dan
kewajibannya dalam upaya tertib mutu, tertib usaha dan tertib ukur;
h. Terselenggaranya kegiatan Bursa Berjangka sebagai tempat lindung
nilai (hedging) dan tempat pembentukan harga (price discovery) secara
efisien
dan
memiliki
daya
saing
yang
kuat;
i. Terselenggaranya pengembangan Ware House Receipt System (WRS)
yang
mendukung
memperlancar
peningkatan
pembiayaan
efisiensi
dalam
distribusi
perdagangan
nasional
komoditi
dan
(trade
financing);
j. Terselenggaranya sistem Pasar Lelang Lokal (PLL) melalui mekanisme
pasar yang transparan dan
efisien yang memungkinkan produsen/petani memperoleh pendapatan
yang proporsional dengan harga yang terjadi di tingkat nasional atau
internasional;
k. Terwujudnya peningkatan partisipasi Indonesia melalui peningkatan
diplomasi perdagangan, baik dalam kegiatan kerjasama bilateral, regional
maupun multilateral yaitu dalam forum negosiasi persetujuan-persetujuan
WTO, ASEAN, APEC, Kerjasama Komoditi Internasional, serta kerjasama
Badan-Badan
Dunia
lainnya;
l. Terwujudnya peningkatan penyediaan dan penyebarluasan informasi
pasar mengenai peluang pasar internasional dan hasil-hasil kerjasama
industri dan perdagangan kepada dunia usaha, khususnya usaha kecil
menengah;
m. Terwujudnya peningkatan penggunaan bahan baku dalam negeri;
n. Terwujudnya budaya organisasi yang lebih berorientasi kepada
pencapaian
sasaran;
o. Terwujudnya keterpaduan peran pemerintah di sektor industri dan
perdagangan;
p. Terwujudnya peningkatan sinergi dalam pemanfaatan sumber daya
serta peningkatan kinerja pelayanan sesuai dengan aspirasi masyarakat
dalam
era
otonomi
daerah.
Di bidang regulasi, untuk mewujudkan sasaran di atas, diperlukan
perangkat hukum yang secara jelas mampu melandasi upaya pengaturan,
pembinaan, dan pengembangan dalam arti yang seluas-luasnya tatanan
dan seluruh kegiatan industri. Dalam rangka kebutuhan inilah sudah
saatnya untuk melakukan pembaharuan Undang-Undang Perindustrian
yang berlaku, dimana Undang-Undang tersebut sudah sangat dirasakan
tidak sesuai lagi dengan perkembangan perekonomian dan perindustrian
yang
ada
pada
saat
ini.
Masalah ini menjadi semakin terasa penting, terutama apabila dikaitkan
dengan kenyataan yang ada hingga saat ini bahwa peraturan-peraturan
yang digunakan bagi pengaturan, pembinaan, dan pengembangan
industri selama ini dirasakan kurang mencukupi kebutuhan karena hanya
mengatur beberapa segi tertentu saja dalam tatanan dan kegiatan
industri, dan itupun seringkali tidak berkaitan satu dengan yang lain.
Selanjutnya
di
bidang
birokrasi,
optimalisasi
atas
pemberdayaan
departemen-departemen yang terkait sangat dibutuhkan dalam rangka
mewujudkan
perkembangan
perindustrian
sebagaimana
yang
telah
digariskan dalam cita-cita pembangunan nasional. Kegiatan tersebut
dapat dilakukan melalui peningkatan SDM, pemangkasan birokrasi dalam
perijinan usaha dan lain sebagainya yang tujuan utamanya adalah
meningkatkan perkembangan perindustrian.
3.3 Tahap Perkembangan Industri
Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai
pusat kerajinan dan perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang
merupakan warga berjiwa bebas menjadi tulang punggung perekonomian
kota.
Mereka
bersaing
secara
bebas
untuk
kemajuan
dalam
perekonomian. Pertumbuhan kerajinan menjadi industri melalui beberapa
tahapan, seperti berikut.
·
Sistem Domestik
Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri).
Para pekerja bekerja di rumah masing-masing dengan alat yang mereka
miliki sendiri. Bahkan, kerajinan diperoleh dari pengusaha yang setelah
selesai dikerjakan disetorkan kepadanya. Upah diperoleh berdasarkan
jumlah barang yang dikerjakan. Dengan cara kerja yang demikian,
majikan yang memiliki usaha hanya membayar tenaga kerja atas dasar
prestasi atau hasil. Para majikan tidak direpotkan soal tempat kerja dan
gaji.
·
Manufaktur
Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus
untuk
bekerja
agar
majikan
dapat
mengawasi
dengan
baik
cara
mengerjakan dan mutu produksinya. Sebuah manufaktur (pabrik) dengan
puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya berada di bagian belakang
rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat tinggal dan bagian
depan sebagai toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan dengan
pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah
buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga
masih berdasarkan pesanan.
·
Sistem pabrik
Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin.
Tempatnya di daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di
luar kota. Tempat tersebut untuk untuk tempat kerja, sedangkan majikan
tinggal di tempat lain. Demikian juga toko tempat pemasaran hasil
industri diadakah di tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya (buruhnya)
sudah puluhan, bahkan ratusan. Barang-barang produksinya dibuat untuk
dipasarkan.
3.4
Pertumbuhan Industri di Indonesia Era Globalisasi
Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Indonesia pada Triwulan II-2011
dibandingkan Triwulan II-2010 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar
6,49 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua sektor, yang mana
pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh Pengangkutan dan Komunikasi
sebesar 10,65 persen, Perdagangan Hotel & Restoran sebesar 9,64
persen, dan Konstruksi sebesar 7,4 persen. Industri pengolahan non migas
tumbuh
sebesar
6,61
persen.
Hal
ini
lebih
tinggi
dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2010 yang hanya tumbuh
sebesar 5,12 persen.
Sampai
pada
tahun
2011
triwulan
II, struktur
Perekonomian
Indonesia masih tetap didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar
24,30 persen ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian,
peternakan,
kehutanan
dan
perikanan
(15,6 persen)
dan
sektor
perdagangan, hotel dan restoran (13,7 persen). Kontribusi sektor industri
pada Triwulan II-2011 ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I
tahun 2011 sektor industri pengolahan non migas pada triwulan I tahun
2011 menyumbang sekitar 21,1 persen. Sektor industri telah memberikan
sumber pertumbuhan ekonomi yang terbesar yaitu sebesar 1,6 persen.
Sama halnya dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga
memberikan sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 1,6 persen. Sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,0 persen, sedangkan sumber
pertumbuhan dari sektor lainnya masih kecil yaitu dibawah 1,0 persen.
Ditinjau
dari
komponen-komponen
penggunaan
PDB
bahwa
pengeluaran konsumsi rumah tangga mempunyai konstribusi terbesar
terhadap PDB yaitu sebesar 54,3 persen pada triwulan II tahun 2011
dengan laju pertumbuhan sebesar 2,6 persen, pembentukan modal tetap
bruto sebesar 31,63 persen dengan sumber pertumbuhan sebesar 2,1
persen.
Berdasarkan analisis pertumbuhan per cabang industri Triwulan II/
2011, untuk pertama kalinya sejak 2005 pertumbuhan industri non migas
berada di atas pertumbuhan ekonomi (ekonomi hanya sebesar 6,4 persen
dan sektor pengolahan industri non-migas 6,61 persen). Dan dari 9
cabang industri non migas seluruhnyamemiliki pertumbuhan positif.
Pertumbuhan industri non migas tertinggi dicapai oleh Industri Logam
Dasar, Besi dan Baja sebesar 15,48 persen diikuti Industri Makanan,
Minuman dan Tembakau sebesar 9,34 persen dan Industri Tekstil, Barang
Kulit dan Alas Kaki sebesar 8,03 persen. Adapun nilai pertumbuhan
industri non migas terendah dicapai oleh Industri Barang Kayu dan Hasil
Hutan Lainnya sebesar 3,01 persen. Namun, secara keseluruhan hasil
tersebut cukup menggembirakan karena pertumbuhan sektor industri
barang kayu tersebut pada beberapa tahun sebelumnya memiliki nilai
negatif.
Sampai dengan Triwulan II ini pertumbuhan industri yang dapat
dicapai sebesar 6,61 persen dengan nilai PDB sebesar Rp. 144.750,6
miliar. Pertumbuhanpada triwulan II tahun 2011 mengalami peningkatan
yang signifikan dibandingkan pada triwulan yang sama tahun 2010 (5,12
persen). Hal ini didukung oleh kinerja semua cabang industri yang
semakin
membaik,
dan
memiliki
pertumbuhan
positif
seperti industri logam dasar, besi dan baja; industri Makanan, Minuman
dan Tembakau; serta industri tekstil, barang kulit & alas kaki.
Pertumbuhan
dibandingkan
industri
dengan
non-migas
semester
selama
I/2010
semester
mencapai
I/2011
pertumbuhan
sebesar 6,20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan semester I/2010
sebesar 4,72 persen,
namun
masih
lebih
rendah
dibandingkan pertumbuhan ekonomi semester I/2011 yang sebesar 6,48
persen.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa
perkembangan
sektor
industri sudah bangkit. Dalam rangka menjaga nilai pertumbuhan Industri
Non Migas yang saat ini sudah berada di atas pertumbuhan ekonomi perlu
diciptakan iklim investasi yang kondusif dan meminimalkan biaya ekonomi
tinggi melalui akselerasi pembangunan infrastruktur dan hilirisasi. Di
samping
itu,
perlu
diperhatikan
lingkungan
global
saat
ini
yang
persaingannya semakin ketat sehingga pembangunan industri perlu
dipercepat dan dilakukan secara terintegrasi dengan sektor ekonomi
lainnya.
Ditinjau dari aspek regional, struktur perekonomian Indonesia pada
Triwulan II-2011 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa dan
Sumatera. Kelompok provinsi di Jawa memberikan kontribusi terhadap
Produk
Domestik
Bruto
sebesar
57,7 persen,
kemudian
diikuti
oleh Sumatera sebesar 23,5 persen, Kalimantan 9,5 persen, Sulawesi
4,7 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,5 persen serta Maluku dan Papua
2,1 persen.
Provinsi yang memberikan sumbangan terbesar di Jawa adalah DKI
Jakarta (16,2 persen), Jawa Timur (14,8 persen), Jawa Barat (14,3 persen)
dan
Jawa
Tengah
(8,4 persen). Sedangkan provinsi
terbesar di Sumatera adalah
(5,3 persen) dan
Sumatera
Riau
(6,6
Selatan
persen),
penyumbang
Sumatera
(3,1persen). Adapun
Utara
provinsi
penyumbang terbesar di Kalimantan adalah Kalimantan Timur sebesar
6,4 persen, sedangkan provinsi penyumbang terbesar di Sulawesi adalah
Sulawesi Selatan sebesar 2,3 persen.
Berdasarkan
hal
tersebut, percepatan
pembangunan industri di
daerah perlu terus dilakukan melalui pendekatan:
Pertama, mengkonsentralisasikan lokasi pembangunan industri pada
wilayah yang memiliki potensi keunggulan komperatif yang besar melalui
pembangunan
pusat-pusat
pertumbuhan
industri
(growth
center),
dilengkapi dengan mengembangkan klaster industri dan pengembangan
kompetensi inti industri daerah. Pendekatan ini dilakukan secara terpadu
dengan sektor ekonomi lainnya.
Kedua : meningkatkan kemampuan masyarakat dilokasi industri
tersebut, sehingga dituntut masyarakat untuk investasi di bidang
pendidikan di dukung oleh fasilitas yang disediakan pemerintah dan
swasta, sehingga akan memberikan dampak positif bagi pembangunan
industri yang semakin efisien dan efektif serta memberikan dampak
berguna bagi daerah setempat.
Ketiga : Meningkatkan investasi di sektor industri yang dapat
dilakukan oleh pihak swasta dan investasi infrastruktur yang diharapkan
dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta.
Keempat : Peningkatan penguasaan
upaya
pemanfaat
produk
dalam
pasar
negeri
dalam
dan
negeri
penguasaan
melalui
pasar
internasional.
Pendekatan yang digunakan dalam mempercepat pembangunan
industri
dilakukan
dengan
mengkombinasikan
pendekatan
sektoral yaitu mengembangkan klaster industri dan pendekatan regional
yang berlandaskan pada keunggulan komparatif yang dimiliki oleh
masing-masing daerah.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
1. Pengaruh atau dampak perkembangan industri sangat besar sekali
terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Industri memegang
peranan yang menentukan dalam perkembangan perekonomian sehingga
benar-benar
perlu
didukung
dan
diupayakan
perkembangannya.
2. Upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di Indonesia
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dari segi regulasi yang dilakukan
dengan memperbarui Undang-Undang Perindustrian yang sudah tidak
sesuai lagi dengan keadaan, dan dari segi birokrasi yang dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan kualitas SDM dan mempermudah pengurusan
ijin
4.2
usaha.
Saran
Dengan
melihat
pengaruh
perindustrian
terhadap
perkembangan
perekonomian, maka sudah selayaknya apabila pemerintah bersikap
serius dan segera melakukan perubahan, baik terhadap regulasi maupun
birokrasi yang terkait dengan perindustrian agar pendapatan ekonomi
nasional ikut semakin meningkat seiring berkembangnya era globalisasi.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada saat sekarang ini, negara Indonesia sedang giat-giatnya
melaksanakan
pembangunan
nasional.
Pembangunan
nasional
merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk
mewujudkan
tujuan
nasional
sebagaimana
diamanatkan
dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea ke 4, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian
abadi
dan
keadilan
sosial.
Tujuan negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu
dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang
aman, tenteram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia
yang
merdeka,
bersahabat,
tertib
dan
damai.
Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut di atas,
pemerintah telah berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah
satu
diantaranya
adalah
mendorong
laju
perekonomian
nasional.
Pertumbuhan laju industri merupakan andalan pemerintah dalam upaya
meningkatkan
perekonomian
di
Indonesia.
Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari
peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor perekonomian yang
sangan dominan di jaman sekarang. Berdasarkan uraian tersebut di atas,
penulis berkeinginan mengangkat masalah perkembangan perindustrian
terhadap perekonomian ke dalam bentuk penulisan makalah sekaligus
sebagai bahan diskusi yang berjudul “PERKEMBANGAN INDUSTRI DI ERA
GLOBALISASI EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA”.
Di makalah ini juga terdapat sejumlah faktor industri yang berperan
penting dalam perkembangan ekonomi di era globalisasi ini.
1.2 RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, permasalahan
dirumuskan
1.
yang
akan
sebagai
Bagaimanakah
pengaruh
perkembangan
dibahas
berikut:
perindustrian
terhadap
perekonomian?
2. Bagaimanakah upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di
Indonesia?
1.3 TUJUAN dan MANFAAT
Dalam penulisan makalah ini, tujuan yang diharapkan dapat dicapai
adalah
sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan perindustrian terhadap
perekonomian.
2.
Untuk
mengetahui
upaya
pemerintah
perindustrian di Indonesia
BAB II
dalam
meningkatkan
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Pengertian Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan
mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang
memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan
atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil
industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan
dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alatalat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai
dasarnya.
Maka
industri
umumnya
dikenal
sebagai
mata
rantai
selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang
berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan
pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri
semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan
politik.
2.2
Jenis Industri
A. Jenis Industri berdasarkan Bahan Baku
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari
alam sekitar.
- Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan,
pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat
lain selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk
jasa yang dijual kepada para konsumennya.
- Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain
sebagainya.
B. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk
kegiatan operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga
kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
C. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau
penjenisannya
= berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 =
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak
goreng curah, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lainlain.
D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4
orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 519 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 2099 orang.
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara
100 orang atau lebih.
F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market
oriented industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target
konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana
konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin
menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja /
labor (man power oriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk
karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja /
pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku
(supply oriented industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada
untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
E. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan,
perikanan, dan sebagainya.
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga
menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan
sebagainya.
3. Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan
masih banyak lagi yang lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengaruh
Perkembangan
Perindustrian
Terhadap
Perekonomian
Arti penting perindustrian terhadap perkembangan perekonomian dapat
dilihat dari arah kebijakan ekonomi yang tertuang dalam GBHN 20002004, yaitu “Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global
sesuai kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif
berdasarkan keunggulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris
sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah, terutama
pertanian dalam arti luas, kehutanan, kelautan, pertambangan, pariwisata
serta industri kecil dan kerajinan rakyat, serta mengembangkan kebijakan
industri, perdagangan dan investasi dalam rangka meningkatkan daya
saing
global
dengan
membuka
aksesbilitas
yang
sama
terhadap
kesempatan kerja dan berusaha bagi segenap rakyat dan seluruh daerah
melalui keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan SDA dan
SDM dengan menghapus segala bentuk perlakuan diskriminatif dan
hambatan”.
Selanjutnya disebutkan dalam Undang-Undang No 25 tahun 2001 tentang
Program
Pembangunan
Ekonomi
Nasional
(Propenas)
yang
mengamanatkan bahwa dalam rangka memacu penigkatan daya saing
global dirumuskan lima strategi utama, yaitu pengembangan ekspor,
pengembangan industri,
penguatan institusi pasar, pengembangan pariwisata dan peningkatan
kemampuan
ilmu
Berdasarkan
ketentuan
pengetahuan
tersebut
di
atas
dan
dapat
teknologi.
diketahui
bahwa
perkembangan industri sangat penting untuk menghadapi persaingan
ketat, baik di pasar dalam negeri maupun pasar ekspor dalam era
globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia. Hal tersebut kembali
dipertegas dalam konsiderans Undang-Undang Perindustrian (UndangUndang Nomor 5 Th. 1984) yang menyatakan bahwa untuk mencapai
sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam pembangunan nasional,
industri memegang peranan yang menentukan dan oleh karenanya perlu
lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan meningkatkan
peran serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara
optimal seluruh sumber daya alam, manusia, dan dana yang tersedia.
Dari
uraian
tersebut
di
atas
dapat
ditarik
pengertian
bahwa
perkembangan industri membawa pengaruh yang sangat besar sekali
terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Industri
memegang
peranan
yang
menentukan
dalam
perkembangan
perekonomian sehingga benar-benar perlu didukung dan diupayakan
perkembangannya.
3.2
Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Perindustrian Di
Indonesia.
Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah dalam upayanya
mendorong laju perkembangan perindustrian di Indonesia. Baik kegiatan
di bidang penyusunan regulasi yang diperkirakan dapat mendorong laju
perkembangan
perindustrian,
pemberdayaan
maupun
kebijakan
departemen
riil
yang
melalui
terkait.
Sasaran pembangunan sektor industri dan perdagangan pada tahun 2008
adalah
sebagai
berikut
:
a. Terwujudnya pengembangan industri yang mempunyai keunggulan
kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif dengan mengacu kepada
pengembangan klaster industri, sehingga tercipta struktur industri yang
kokoh
dan
seimbang;
b. Terwujudnya peningkatan daya saing nasional melalui peningkatan
kemampuan
profesionalisme
sumber
daya
manusia,
penguasaan
penggunaan teknologi dan inovasi, serta pemenuhan ketentuan standar
keamanan,
kesehatan,
dan
lingkungan
baik
nasional
maupun
internasional;
c. Terciptanya perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja secara
merata
di
sektor
industri
dan
perdagangan;
d. Terciptanya peningkatan utilisasi kapasitas produksi, sehingga mampu
meningkatkan
kinerja
sektor
industri
dan
perdagangan;
e. Tersedianya kebutuhan masyarakat luas dengan harga yang wajar dan
mutu yang bersaing melalui kelancaran distribusi barang dan peningkatan
pelayanan
informasi
f.
profesionalisme
Terciptanya
pasar
yang
pelaku
usaha
terintegrasi;
dan
kelembagaan
perdagangan, sehingga kegiatan perdagangan barang dan jasa di dalam
negeri
g.
semakin
Terwujudnya
mekanisme
iklim
pasar
usaha
tanpa
berkembang;
yang
distorsi,
kondusif
serta
dengan
terjaminnya
menerapkan
perlindungan
konsumen sehingga tercipta pemahaman konsumen akan hak dan
kewajibannya dalam upaya tertib mutu, tertib usaha dan tertib ukur;
h. Terselenggaranya kegiatan Bursa Berjangka sebagai tempat lindung
nilai (hedging) dan tempat pembentukan harga (price discovery) secara
efisien
dan
memiliki
daya
saing
yang
kuat;
i. Terselenggaranya pengembangan Ware House Receipt System (WRS)
yang
mendukung
memperlancar
peningkatan
pembiayaan
efisiensi
dalam
distribusi
perdagangan
nasional
komoditi
dan
(trade
financing);
j. Terselenggaranya sistem Pasar Lelang Lokal (PLL) melalui mekanisme
pasar yang transparan dan
efisien yang memungkinkan produsen/petani memperoleh pendapatan
yang proporsional dengan harga yang terjadi di tingkat nasional atau
internasional;
k. Terwujudnya peningkatan partisipasi Indonesia melalui peningkatan
diplomasi perdagangan, baik dalam kegiatan kerjasama bilateral, regional
maupun multilateral yaitu dalam forum negosiasi persetujuan-persetujuan
WTO, ASEAN, APEC, Kerjasama Komoditi Internasional, serta kerjasama
Badan-Badan
Dunia
lainnya;
l. Terwujudnya peningkatan penyediaan dan penyebarluasan informasi
pasar mengenai peluang pasar internasional dan hasil-hasil kerjasama
industri dan perdagangan kepada dunia usaha, khususnya usaha kecil
menengah;
m. Terwujudnya peningkatan penggunaan bahan baku dalam negeri;
n. Terwujudnya budaya organisasi yang lebih berorientasi kepada
pencapaian
sasaran;
o. Terwujudnya keterpaduan peran pemerintah di sektor industri dan
perdagangan;
p. Terwujudnya peningkatan sinergi dalam pemanfaatan sumber daya
serta peningkatan kinerja pelayanan sesuai dengan aspirasi masyarakat
dalam
era
otonomi
daerah.
Di bidang regulasi, untuk mewujudkan sasaran di atas, diperlukan
perangkat hukum yang secara jelas mampu melandasi upaya pengaturan,
pembinaan, dan pengembangan dalam arti yang seluas-luasnya tatanan
dan seluruh kegiatan industri. Dalam rangka kebutuhan inilah sudah
saatnya untuk melakukan pembaharuan Undang-Undang Perindustrian
yang berlaku, dimana Undang-Undang tersebut sudah sangat dirasakan
tidak sesuai lagi dengan perkembangan perekonomian dan perindustrian
yang
ada
pada
saat
ini.
Masalah ini menjadi semakin terasa penting, terutama apabila dikaitkan
dengan kenyataan yang ada hingga saat ini bahwa peraturan-peraturan
yang digunakan bagi pengaturan, pembinaan, dan pengembangan
industri selama ini dirasakan kurang mencukupi kebutuhan karena hanya
mengatur beberapa segi tertentu saja dalam tatanan dan kegiatan
industri, dan itupun seringkali tidak berkaitan satu dengan yang lain.
Selanjutnya
di
bidang
birokrasi,
optimalisasi
atas
pemberdayaan
departemen-departemen yang terkait sangat dibutuhkan dalam rangka
mewujudkan
perkembangan
perindustrian
sebagaimana
yang
telah
digariskan dalam cita-cita pembangunan nasional. Kegiatan tersebut
dapat dilakukan melalui peningkatan SDM, pemangkasan birokrasi dalam
perijinan usaha dan lain sebagainya yang tujuan utamanya adalah
meningkatkan perkembangan perindustrian.
3.3 Tahap Perkembangan Industri
Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai
pusat kerajinan dan perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang
merupakan warga berjiwa bebas menjadi tulang punggung perekonomian
kota.
Mereka
bersaing
secara
bebas
untuk
kemajuan
dalam
perekonomian. Pertumbuhan kerajinan menjadi industri melalui beberapa
tahapan, seperti berikut.
·
Sistem Domestik
Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri).
Para pekerja bekerja di rumah masing-masing dengan alat yang mereka
miliki sendiri. Bahkan, kerajinan diperoleh dari pengusaha yang setelah
selesai dikerjakan disetorkan kepadanya. Upah diperoleh berdasarkan
jumlah barang yang dikerjakan. Dengan cara kerja yang demikian,
majikan yang memiliki usaha hanya membayar tenaga kerja atas dasar
prestasi atau hasil. Para majikan tidak direpotkan soal tempat kerja dan
gaji.
·
Manufaktur
Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus
untuk
bekerja
agar
majikan
dapat
mengawasi
dengan
baik
cara
mengerjakan dan mutu produksinya. Sebuah manufaktur (pabrik) dengan
puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya berada di bagian belakang
rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat tinggal dan bagian
depan sebagai toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan dengan
pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah
buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga
masih berdasarkan pesanan.
·
Sistem pabrik
Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin.
Tempatnya di daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di
luar kota. Tempat tersebut untuk untuk tempat kerja, sedangkan majikan
tinggal di tempat lain. Demikian juga toko tempat pemasaran hasil
industri diadakah di tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya (buruhnya)
sudah puluhan, bahkan ratusan. Barang-barang produksinya dibuat untuk
dipasarkan.
3.4
Pertumbuhan Industri di Indonesia Era Globalisasi
Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Indonesia pada Triwulan II-2011
dibandingkan Triwulan II-2010 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar
6,49 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua sektor, yang mana
pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh Pengangkutan dan Komunikasi
sebesar 10,65 persen, Perdagangan Hotel & Restoran sebesar 9,64
persen, dan Konstruksi sebesar 7,4 persen. Industri pengolahan non migas
tumbuh
sebesar
6,61
persen.
Hal
ini
lebih
tinggi
dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2010 yang hanya tumbuh
sebesar 5,12 persen.
Sampai
pada
tahun
2011
triwulan
II, struktur
Perekonomian
Indonesia masih tetap didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar
24,30 persen ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian,
peternakan,
kehutanan
dan
perikanan
(15,6 persen)
dan
sektor
perdagangan, hotel dan restoran (13,7 persen). Kontribusi sektor industri
pada Triwulan II-2011 ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I
tahun 2011 sektor industri pengolahan non migas pada triwulan I tahun
2011 menyumbang sekitar 21,1 persen. Sektor industri telah memberikan
sumber pertumbuhan ekonomi yang terbesar yaitu sebesar 1,6 persen.
Sama halnya dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga
memberikan sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 1,6 persen. Sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,0 persen, sedangkan sumber
pertumbuhan dari sektor lainnya masih kecil yaitu dibawah 1,0 persen.
Ditinjau
dari
komponen-komponen
penggunaan
PDB
bahwa
pengeluaran konsumsi rumah tangga mempunyai konstribusi terbesar
terhadap PDB yaitu sebesar 54,3 persen pada triwulan II tahun 2011
dengan laju pertumbuhan sebesar 2,6 persen, pembentukan modal tetap
bruto sebesar 31,63 persen dengan sumber pertumbuhan sebesar 2,1
persen.
Berdasarkan analisis pertumbuhan per cabang industri Triwulan II/
2011, untuk pertama kalinya sejak 2005 pertumbuhan industri non migas
berada di atas pertumbuhan ekonomi (ekonomi hanya sebesar 6,4 persen
dan sektor pengolahan industri non-migas 6,61 persen). Dan dari 9
cabang industri non migas seluruhnyamemiliki pertumbuhan positif.
Pertumbuhan industri non migas tertinggi dicapai oleh Industri Logam
Dasar, Besi dan Baja sebesar 15,48 persen diikuti Industri Makanan,
Minuman dan Tembakau sebesar 9,34 persen dan Industri Tekstil, Barang
Kulit dan Alas Kaki sebesar 8,03 persen. Adapun nilai pertumbuhan
industri non migas terendah dicapai oleh Industri Barang Kayu dan Hasil
Hutan Lainnya sebesar 3,01 persen. Namun, secara keseluruhan hasil
tersebut cukup menggembirakan karena pertumbuhan sektor industri
barang kayu tersebut pada beberapa tahun sebelumnya memiliki nilai
negatif.
Sampai dengan Triwulan II ini pertumbuhan industri yang dapat
dicapai sebesar 6,61 persen dengan nilai PDB sebesar Rp. 144.750,6
miliar. Pertumbuhanpada triwulan II tahun 2011 mengalami peningkatan
yang signifikan dibandingkan pada triwulan yang sama tahun 2010 (5,12
persen). Hal ini didukung oleh kinerja semua cabang industri yang
semakin
membaik,
dan
memiliki
pertumbuhan
positif
seperti industri logam dasar, besi dan baja; industri Makanan, Minuman
dan Tembakau; serta industri tekstil, barang kulit & alas kaki.
Pertumbuhan
dibandingkan
industri
dengan
non-migas
semester
selama
I/2010
semester
mencapai
I/2011
pertumbuhan
sebesar 6,20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan semester I/2010
sebesar 4,72 persen,
namun
masih
lebih
rendah
dibandingkan pertumbuhan ekonomi semester I/2011 yang sebesar 6,48
persen.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa
perkembangan
sektor
industri sudah bangkit. Dalam rangka menjaga nilai pertumbuhan Industri
Non Migas yang saat ini sudah berada di atas pertumbuhan ekonomi perlu
diciptakan iklim investasi yang kondusif dan meminimalkan biaya ekonomi
tinggi melalui akselerasi pembangunan infrastruktur dan hilirisasi. Di
samping
itu,
perlu
diperhatikan
lingkungan
global
saat
ini
yang
persaingannya semakin ketat sehingga pembangunan industri perlu
dipercepat dan dilakukan secara terintegrasi dengan sektor ekonomi
lainnya.
Ditinjau dari aspek regional, struktur perekonomian Indonesia pada
Triwulan II-2011 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa dan
Sumatera. Kelompok provinsi di Jawa memberikan kontribusi terhadap
Produk
Domestik
Bruto
sebesar
57,7 persen,
kemudian
diikuti
oleh Sumatera sebesar 23,5 persen, Kalimantan 9,5 persen, Sulawesi
4,7 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,5 persen serta Maluku dan Papua
2,1 persen.
Provinsi yang memberikan sumbangan terbesar di Jawa adalah DKI
Jakarta (16,2 persen), Jawa Timur (14,8 persen), Jawa Barat (14,3 persen)
dan
Jawa
Tengah
(8,4 persen). Sedangkan provinsi
terbesar di Sumatera adalah
(5,3 persen) dan
Sumatera
Riau
(6,6
Selatan
persen),
penyumbang
Sumatera
(3,1persen). Adapun
Utara
provinsi
penyumbang terbesar di Kalimantan adalah Kalimantan Timur sebesar
6,4 persen, sedangkan provinsi penyumbang terbesar di Sulawesi adalah
Sulawesi Selatan sebesar 2,3 persen.
Berdasarkan
hal
tersebut, percepatan
pembangunan industri di
daerah perlu terus dilakukan melalui pendekatan:
Pertama, mengkonsentralisasikan lokasi pembangunan industri pada
wilayah yang memiliki potensi keunggulan komperatif yang besar melalui
pembangunan
pusat-pusat
pertumbuhan
industri
(growth
center),
dilengkapi dengan mengembangkan klaster industri dan pengembangan
kompetensi inti industri daerah. Pendekatan ini dilakukan secara terpadu
dengan sektor ekonomi lainnya.
Kedua : meningkatkan kemampuan masyarakat dilokasi industri
tersebut, sehingga dituntut masyarakat untuk investasi di bidang
pendidikan di dukung oleh fasilitas yang disediakan pemerintah dan
swasta, sehingga akan memberikan dampak positif bagi pembangunan
industri yang semakin efisien dan efektif serta memberikan dampak
berguna bagi daerah setempat.
Ketiga : Meningkatkan investasi di sektor industri yang dapat
dilakukan oleh pihak swasta dan investasi infrastruktur yang diharapkan
dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta.
Keempat : Peningkatan penguasaan
upaya
pemanfaat
produk
dalam
pasar
negeri
dalam
dan
negeri
penguasaan
melalui
pasar
internasional.
Pendekatan yang digunakan dalam mempercepat pembangunan
industri
dilakukan
dengan
mengkombinasikan
pendekatan
sektoral yaitu mengembangkan klaster industri dan pendekatan regional
yang berlandaskan pada keunggulan komparatif yang dimiliki oleh
masing-masing daerah.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
1. Pengaruh atau dampak perkembangan industri sangat besar sekali
terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Industri memegang
peranan yang menentukan dalam perkembangan perekonomian sehingga
benar-benar
perlu
didukung
dan
diupayakan
perkembangannya.
2. Upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di Indonesia
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dari segi regulasi yang dilakukan
dengan memperbarui Undang-Undang Perindustrian yang sudah tidak
sesuai lagi dengan keadaan, dan dari segi birokrasi yang dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan kualitas SDM dan mempermudah pengurusan
ijin
4.2
usaha.
Saran
Dengan
melihat
pengaruh
perindustrian
terhadap
perkembangan
perekonomian, maka sudah selayaknya apabila pemerintah bersikap
serius dan segera melakukan perubahan, baik terhadap regulasi maupun
birokrasi yang terkait dengan perindustrian agar pendapatan ekonomi
nasional ikut semakin meningkat seiring berkembangnya era globalisasi.