ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUAS

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA
KARYAWAN DI TINGKAT PRODUKSI PADA PT. X INDONESIA
Desi Mandasari1), Hery H Azwir2)
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Industri, Universitas Presiden
Jl. Ki Hajar Dewantara
Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi – Indonesia 17550
Email: [email protected]), [email protected])

ABSTRAK
PT X Indonesia Tbk, merupakan industri yang bergerak dibidang pembuatan bahan untuk
kebutuhan sehari- hari. Semua produk yang dihasilkan tersebut sangat dipengaruhi oleh kegiatan
produksi, jika kegiatan produksi mengalami masalah pada karyawan maka akan terganggu pula kegiatan
industri yang berdampak sangat besar. Kegiatan produksi yang lancar, dapat dipengaruhi dari kepuasan
kerja karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja karyawan di tingkat produksi, dengan menggunakan analisis faktor berdasarkan teori dua faktor
Herzberg yakni Faktor pemuas (satisfier/motivator) dan Faktor lingkungan atau pemeliharaan
(Hygiene) . Sehingga faktor-faktor tersebut dianggap muncul akibat ketidakpuasan karyawan dalam
melakukan pekerjaannya.
Kata kunci : Kepuasan Kerja, Industri, Karyawan Produksi, Analisis Faktor, Teori Herzberg, Satisfier,
Hygiene.


1. PENDAHULUAN
Era persaingan global menyebabkan kompetisi bisnis antar perusahaan semakin tajam. Kondisi ini
menuntut setiap perusahaan untuk selalu meningkatkan produktivitasnya disegala bidang. Produktivitas
perusahaan bergantung pada kualitas manusia, karena manusia yang mengelola dan mengalokasikan
seluruh sumber daya lainnya. Manusia bukan hanya sebagai salah satu faktor produksi melainkan
sebagai pengendali semua faktor produksi, yang meliputi mesin, material, modal, dan metode. Di
dalam perusahaan karyawan memiliki peran sentral yang sangat penting, jika karyawan tidak
termotivasi dalam bekerja maka peranannya tidak dapat diharapkan secara maksimal dan tentu dapat
menurunkan produktivitas perusahaan. Untuk membuat karyawan berprestasi tentu harus diupayakan
segala sesuatu yang mendukungnya, misalnya memperhatikan kepuasan kerja karyawan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Faktor-faktor itu sendiri dalam
peranannya memberikan kepuasan kepada karyawan tergantung pada pribadi masing-masing karyawan.
Banyak perusahaan berkeyakinan bahwa pendapatan, gaji atau salary merupakan faktor utama yang
mempengaruhi kepuasan karyawan. Sehingga ketika perusahaan merasa sudah memberikan gaji yang
cukup, ia merasa bahwa karyawannya sudah puas. Sebenarnya kepuasan kerja karyawan tidak mutlak
dipengaruhi oleh gaji semata.
PT. X adalah perusahaan yang bergerak dibidang consumer goods yang berada di lokasi Cikarang dan
Surabaya. Ketenaga kerjaan PT. X Indonesia dibagi menjadi dua tenaga kerja yaitu staff dan non staff.
Jabatan staff terdiri dari Technical Manager hingga Assistant Manager. Sedangkan non staff terdiri dari


1

supervisor hingga operator yang dibagi berdasarkan pada tanggung jawab. Karyawan non staff ini
menjadi objek yang diteliti oleh peneliti.
Rasa tidak puas tersebut dapat mempengaruhi kualitas atau mutu dari produk yang dihasilkan, dimana
mutu akan berpengaruh terhadap jumlah komplain dari konsumen. Tingkat komplain yang semakin
tinggi dapat mungkin disebabkan dari adanya ketidakpuasan karyawan dalam bekerja. Banyak faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, diantaranya adalah kesesuaian pekerjaan, kebijakan
organisasi termasuk kesempatan untuk berkembang, lingkungan kerja dan perilaku atasan. Dimana
faktor-faktor tersebut terdapat dalam teori Herzberg (1959). Penelitian ini berusaha untuk mengetahui
apakah keluhan-keluhan tersebut signifikan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan seperti
yang terdapat pada teori Herzberg (1959).
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu
antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa
yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan . Balas jasa karyawan ini, baik berupa
“financial” maupun yang “non financial” (Martoyo, 2004). Pendapat lain, kepuasan kerja adalah
kepuasan yang berhubungan dengan sikap karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi kerja,
hubungan antara atasan dengan bawahan, dan hubungan sesama karyawan (Anoraga, 2001).
Sementara Gilmer (1971) dikutip As’ad (2004) dalam pendapatnya menyatakan bahwa kepuasan kerja
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu: kesempatan untuk maju, keamanan kerja, gaji,

perusahaan dan manajemen, pengawasan dan supervisi, faktor intrinsik dari pekerjaan, aspek sosial
dalam pekerjaan, kondisi kerja, komunikasi, fasilitas. Faktor-faktor tersebut dapat memotivasi
seseorang untuk bekerja dengan baik dan bergairah. Motivasi berasal dari kata latin movere yang
artinya sebab alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat ide pokok yang selalu
berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia (Kantono, 1997). Pendapat lain mengatakan bahwa
motivasi adalah suatu kondisi kekuatan/dorongan yang menggerakkan organisme/individu untuk
mencapai tujuan atau beberapa tujuan dari tingkat tertentu atau dengan kata lain, motif itu
menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar individu itu berbuat atau bertingkah laku (Effendi,
1999).
Teori Frederich Herzberg (1959) yang mengasumsikan dua faktor yang perlu deperhatikan dalam
motivasi yaitu :
1. Faktor pemuas (satisfier/ motivator) meliputi kemajuan, prestasi, pengakuan, pekerjaan itu
sendiri, tanggung jawab, kesempatan berkembang.
2. Faktor lingkungan atau pemeliharaan (Hygiene) meliputi prosedur perusahaan, upah, keamanan
kerja, kondisi kerja, penyelia, status, mutu hubungan personal.
Content factor dalam teori Herzberg sering disebut dengan motivator, yaitu faktor faktor yang dapat
mendorong orang untuk dapat memenuhi kebutuhan tingkat atasnya dan merupakan penyebab orang
menjadi puas atas pekerjaannya. Bila content factor ini tidak ada, maka akan dapat menyebabkan
seseorang tidak lagi puas atas pekerjaannya atau orang tersebut dalam keadaan netral, merasa tidak
”puas” tetapi juga tidak merasa ”tidak puas”. Sedangkan context factor, yang berhubungan dengan

lingkungan pekerjaan ini sering disebut dengan hygiene factor, dimana pekerjaan memberikan
kesempatan untuk seseorang dalam pemenuhan kebutuhan tingkat bawah. Bila context factor yang
tidak terpenuhi, tidak ada, ataupun tidak sesuai maka dapat membuat pekerja merasa tidak puas
(dissatisfied).

2. METODE PENELITIAN
2.1

Sample dan Skala Penelitian

Untuk mendapatkan sample yang menggambarkan populasi, maka dalam penentuan sample penelitian
digunakan rumus Slovin, Nilai e ditetapkan sebesar 5% karena penelitian ini merupakan penelitian
sosial.Dalam proses pengolahan datanya menggunakan pengukuran yaitu Skala Likert, dimana hasil
tanggapan atau jawaban atas kuisioner merupakan alternative jawaban yang diberikan. Sedangkan
system penilaiannya menggunakan skor yaitu skor nilai terendah skor 1 (satu) sampai dengan yang
tertinggi yaitu skor 5 (lima) dengan kategori sebagai berikut:

2

-


2.2

skor 1
skor 2
skor 3
skor 4
skor 5

=
=
=
=
=

sangat tidak setuju (STS)
tidak setuju (TS)
kurang setuju (KS)
setuju (S)
sangat setuju (SS)


Teknik Analisis

2.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah valid atau tidak validnya suatu alat ukur dengan tujuan yang diukur berupa hasil score
tiap butir kuesioner untuk dikorelasikan dengan tingkat signifikansi 0,05 atau alternative dengan
toleransi tabel r.
b. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dapat digunakan sebagai hasil penyesuaian antara yang diukur dengan alat
pengukur yaitu butir-butir kuisioner hasil tanggapan responden sehingga dapat dicari reliabilitasnya
untuk masing-masing hasil penyebaran dari kuisioner untuk mengetahui konsistensi dari pengukuran
yang dapat dilakukan dengan Cronbach’s Alpha 0,60. Menurut Instrumen memiliki tingkat reliabilitas
yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 0,60 (Imam Ghozali, 2002).

2.2.2 Analisis Faktor
Analisis faktor mencoba menemukan hubungan antara sejumlah variabel-variabel yang saling
independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang
lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis faktor,
yakni:

A. Menghitung Korelasi Indikator
Metode yang paling banyak digunakan dalam meghitung korelasi indikator yaitu dengan KMO (KaiserMeyer Olkin). Metode ini mengukur homogenitas indikator dan juga menghitung koefisien korelasi di
dalam analisis faktor.
B. Ekstraksi Faktor
Ekstraksi Faktor adalah suatu metode yang digunakan untuk mereduksi data dari beberapa indikator
untuk menghasilkan faktor yang lebih sedikit yang mampu menjelaskan korelasi antara indikator yang
diobservasi. Salah satu metode yang digunakan adalah Analisis Komponen Utama (Principal Components
Analysis) metode ini membentuk kombinasi linear dari indikator yang diobservasi.
C. Rotasi Faktor
Setelah melakukan ekstraksi faktor, langkah selanjutnya adalah rotasi faktor. Rotasi faktor ini
diperlukan jika metode ekstraksi faktor belum menghasilkan komponen faktor utama yang jelas.
Tujuan dari rotasi faktor ini agar dapat memperoleh struktur faktor yang lebih sederhana agar mudah
diinterpretasikan. Salah satu metode yang digunakan dalam rotasi faktor yaitu Varimax Method yakni
metode rotasi orthogonal untuk meminimalisasi jumlah indikator yang mempunyai factor loading tinggi
pada tiap faktor.
D. Interpretasi Faktor
Yakni memberi nama atas faktor yang terbentuk, yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel
anggota faktor tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dengan menggunakan rumus slovin:

n=

N
1 + Ne2

(1)

maka didapatkan jumlah sample sebanyak 87 orang

3

3.1

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

1). Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. hasil analisis uji validitas dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel 1. Hasil Uji Validitas
No.
1

Hasil Koefisien Korelasi ( r )

n = 15 dan r ≥ 0.514 )

Keterangan

0,514

Valid

0,514

Valid

0,514


Valid

0,514

Valid

0,514

Valid

Var. Karakteristik Pekerjaan (X1)
● Item 1 = 0,773
● Item 2 = 0,833
● Item 3 = 0,768

2

Var. Dorongan Berprestasi (X2)
● Item 4 = 0,852
● Item 5 = 0,875

● Item 6 = 0,757

3

Var. Kesempatan Berkembang (X3)
● Item 7 = 0,877
● Item 8 = 0,733
● Item 9 = 0,672

4

Var. Tanggung Jawab (X4)
● Item 10 = 0,852
● Item 11 = 0,852
● Item 12 = 0,864

5

Var. Penghargaan (X5)
● Item 13 = 0,791
● Item 14 = 0,618
● Item 15 = 0,778

6

Var. Prosedur Perusahaan (X6)
● Item 16 = 0,923

0,514

● Item 17 = 0,932
● Item 18 = 0,413
7

Tidak valid

Var. Upah (X7)

Valid

● Item 19 = 0,715

0,514

● Item 20 = 0,469
● Item 21 = 0,776
8

Valid

Tidak valid
Valid

Var. Keamanan Kerja (X8)
● Item 22 = 0,804

0,514

● Item 23 = 0,908
● Item 24 = 0,636

4

Valid

9

Var. Penyelia (X9)
● Item 25 = 0,861

Valid

0,514

● Item 26 = 0,640
● Item 27 = 0,226
10

Tidak Valid

Var. Kondisi Kerja (X10)

Tidak Valid

● Item 28 = 0,388

0,514

● Item 29 = 0,812

Valid

● Item 30 = 0,528
11

Var. Hubungan dengan rekan kerja (X11)
● Item 31 = 0,942

0,514

● Item 32 = 0,968

Valid

● Item 33 = 0,834

2).
Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas adalah serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang
dilakukan dengan alat ukur tersebut dilakukan secara berulang.
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas
n = 15 ( Cronbach's Alpha ≥

No.

Hasil Cronbach's Alpha

1

Karakteristik Pekerjaan = 0,679

Reliabel

2

Dorongan Berprestasi = 0,774

Reliabel

3

Kesempatan Berkembang = 647

Reliabel

4

Tanggung Jawab = 0,811

Reliabel

5

Penghargaan = 0,568

Kurang Reliabel

6

Prosedur Perusahaan = 0,926

7

Upah = 0,583

Kurang reliabel

8

Keamanan Kerja = 0,691

Reliabel

9

Penyelia = 0,417

Kurang reliabel

10

Kondisi Kerja = 0,459

Kurang reliabel

11

Hub. dengan rekan kerja = 0,900

Reliabel

0.60 )

0,60

5

Keterangan

Reliabel

3.2

Transformasi Data dengan MSI (Method of Successive interval)

Karena tipe data bersifat ordinal, maka sebelum melanjutkan ke analisis faktor tipe data harus diubah
terlebih dahulu dari ordinal menjadi interval dengan menggunakan metode MSI.
3.3

Analisis Faktor

1).

Menghitung Korelasi Indikator dengan KMO

Untuk melakukan analisis factor, data yang ada harus memenuhi syarat yakni nilai KMO harus > 0,5 dan
nilai MSA (Anti-image Correlation) > 0,5.
Tabel 3. Hasil Korelasi Indikator dengan KMO
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
Bartlett's Test of Sphericity

.641

Approx. Chi-Square

160.611

Df

55

Sig.

.000

Tabel 4. Hasil Anti-image Correlation
Anti-image Matrices
X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

X8

X9

X10

X11

Anti-image

X1

.728 -.114 -.021 -.113 -.237 .103 .013 .075 -.067 .072 -.087

Covariance

X2

-.114 .728 -.159 -.091 .019 .010 .028 -.046 .106 -.034 -.159

X3

-.021 -.159 .743 -.087 .024 -.228 .002 -.049 .084 -.018 -.086

X4

-.113 -.091 -.087 .686 -.114 -.038 .220 .126 -.039 -.050 -.121

X5

-.237 .019 .024 -.114 .629 -.119 -.163 -.018 .194 -.201 .085

X6

.103 .010 -.228 -.038 -.119 .762 -.134 -.068 -.179 -.009 .053

X7

.013 .028 .002 .220 -.163 -.134 .781 -.051 .044 -.023 -.127

X8

.075 -.046 -.049 .126 -.018 -.068 -.051 .804 -.105 -.161 -.061

X9

-.067 .106 .084 -.039 .194 -.179 .044 -.105 .794 -.075 -.139

X10

.072 -.034 -.018 -.050 -.201 -.009 -.023 -.161 -.075 .673 -.182

X11

-.087 -.159 -.086 -.121 .085 .053 -.127 -.061 -.139 -.182 .635

Anti-image

X1

.633a -.156 -.028 -.160 -.351 .138 .017 .098 -.088 .103 -.127

Correlation

X2

-.156 .754a -.217 -.128 .029 .014 .037 -.060 .139 -.049 -.234

X3

-.028 -.217 .716a -.122 .036 -.303 .002 -.064 .110 -.025 -.125

X4

-.160 -.128 -.122 .671a -.174 -.053 .301 .170 -.052 -.074 -.183

6

X5

-.351 .029 .036 -.174 .533a -.172 -.232 -.026 .275 -.308 .135

X6

.138 .014 -.303 -.053 -.172 .577a -.173 -.087 -.230 -.013 .076

X7

.017 .037 .002 .301 -.232 -.173 .535a -.065 .056 -.032 -.181

X8

.098 -.060 -.064 .170 -.026 -.087 -.065 .701a -.131 -.219 -.085

X9

-.088 .139 .110 -.052 .275 -.230 .056 -.131 .440a -.102 -.196

X10

.103 -.049 -.025 -.074 -.308 -.013 -.032 -.219 -.102 .705a -.278

X11

-.127 -.234 -.125 -.183 .135 .076 -.181 -.085 -.196 -.278 .689a

a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Karena terdapat variabel yang tidak memenuhi syarat, nilai MSA dibawah niali 0,5 yakni variabel X9
maka variabel tersebut harus dihilangkan kemudian dilakukan pengujian ulang nilai KMO dan nilai MSA
(Anti-image Correlation) sampai nilainya > 0,5.
Tabel 5. Hasil Uji KMO (X9 dikeluarkan)
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
Bartlett's Test of Sphericity

.666

Approx. Chi-Square

142.389

Df

45

Sig.

.000

Tabel 6. Hasil Anti-image Correlation (X9 dikeluarkan)
Anti-image Matrices
X1
Anti-image
Covariance

X2

X3

X4

X5

X6

X7

X8

X11

X1

.733

-.108

-.014

-.118

-.241

.094

.016

X2

-.108

.742

-.176

-.088

-.007

.037

.022

-.034 -.025 -.149

X3

-.014

-.176

.752

-.084

.004

-.224

-.003

-.039 -.010 -.075

X4

-.118

-.088

-.084

.688

-.114

-.049

.223

.123 -.055 -.133

X5

-.241

-.007

.004

-.114

.680

-.086

-.188

.008 -.199

.134

X6

.094

.037

-.224

-.049

-.086

.805

-.131

-.098 -.028

.024

X7

.016

.022

-.003

.223

-.188

-.131

.783

-.047 -.020 -.125

X8

.068

-.034

-.039

.123

.008

-.098

-.047

.818 -.176 -.084

X10

.067

-.025

-.010

-.055

-.199

-.028

-.020

-.176

X11

-.103

-.149

-.075

-.133

.134

.024

-.125

-.084 -.205

7

.068

X10

.067 -.103

.680 -.205
.660

X1

.651a

-.146

-.019

-.166

-.341

.122

.022

Correlation X2

-.146

.784a

-.236

-.123

-.010

.048

.029

-.043 -.035 -.213

X3

-.019

-.236

.740a

-.117

.006

-.287

-.004

-.050 -.014 -.106

X4

-.166

-.123

-.117

.668a

-.166

-.066

.304

.164 -.080 -.197

X5

-.341

-.010

.006

-.166

.561a

-.116

-.258

.011 -.293

.200

X6

.122

.048

-.287

-.066

-.116

.643a

-.165

-.121 -.038

.032

X7

.022

.029

-.004

.304

-.258

-.165

.529a

-.058 -.027 -.173

X8

.088

-.043

-.050

.164

.011

-.121

-.058

.684a -.236 -.114

X10

.095

-.035

-.014

-.080

-.293

-.038

-.027

-.236 .696a -.305

X11

-.148

-.213

-.106

-.197

.200

.032

-.173

-.114 -.305 .674a

Anti-image

a.

.088

.095 -.148

Measures of Sampling Adequacy(MSA)

2).
Ekstraksi Faktor
Total Variance Explained menjelaskan tentang besarnya varian yang dapat dijelaskan oleh faktor yang
terbentuk. Bila total initial eigenvalues > 1maka faktor tersebut dapat menjelaskan indikator dengan
baik. Tabel 7. menunjukkan 4 faktor yang terbentuk berdasarkan eigenvalues.
Tabel 7. Tabel Pembentukan faktor berdasarkan eigenvalues
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues

Compon
ent

Total

% of Variance

Extraction Sums of Squared Loadings

Cumulative %

Total

% of Variance

Cumulative %

1

2.673

26.731

26.731

2.673

26.731

26.731

2

1.626

16.259

42.989

1.626

16.259

42.989

3

1.174

11.738

54.728

1.174

11.738

54.728

4

1.005

10.054

64.782

1.005

10.054

64.782

5

.824

8.237

73.019

6

.688

6.885

79.903

7

.595

5.950

85.853

8

.546

5.461

91.314

9

.488

4.881

96.195

10

.381

3.805

100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

3).
Rotasi Faktor
Rotasi faktor ini diperlukan jika metode ekstraksi faktor sulit menentukan suatu variabel akan masuk ke
dalam faktor yang mana sehingga memperjelas posisi sebuah variabel yang dapat ditunjukkan dengan
tabel.

8

Tabel 8. Rotasi Faktor
Rotated Component Matrixa
Component
1

2

3

4

X1

.498

-.075

.606

-.166

X2

.662

.278

.029

.113

X3

.461

.138

-.041

.673

X4

.745

-.100

.210

.087

X5

.079

.094

.858

.149

X6

-.069

.102

.131

.860

X7

-.422

.416

.441

.237

X8

-.136

.736

-.114

.165

X10

.199

.682

.291

.061

X11

.518

.623

.022

-.005

Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 10 iterations.

3).
Interpretasi Faktor
Interpretasi atas faktor yang terbentuk ini, adalah memberi nama atas faktor yang telah terbentuk
tersebut, yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.
Tabel 9. Interpretasi Faktor
Faktor

Variabel
1
X1 (Karakteristik Pekerjaan)
X2 (Dorongan Berprestasi)
X3 (Kesempatan Berkembang)
X4 (Tanggung Jawab)
X5 (Penghargaan)
X6 (Prosedur Perusahaan)
X7 (Gaji)
X8 (Keamanan Kerja)
X10 (Kondisi Kerja)

2

3

4












X11 (Hubungan Rekan Kerja)

9

3.4

Pembahasan

Setelah dilakukan analisis faktor dari 11 variabel yang diduga mempengaruhi kepuasan kerja karyawan
dapat dikelompokkan menjadi 4 faktor, dimana variabel-variabel tersebut tetap mencerminkan
variabel-variabel aslinya, yakni:
a). Faktor 1: terdiri atas variabel dorongan berprestasi dan tanggung jawab, faktor tersebut bisa diberi
nama semangat kerja.
b). Faktor 2: terdiri atas variabel keamanan kerja, kondisi kerja, hubungan dengan rekan kerja, faktor
tersebut bisa diberi nama situasi kerja.
c). Faktor 3: terdiri atas variabel karakteristik pekerjaan, penghargaan dan gaji, faktor tersebut bisa
diberi nama kompensasi.
d). Faktor 4: terdiri atas variabel kesempatan berkembang dan prosedur perusahaan, faktor tersebut
bisa diberi nama kebijakan perusahaan.
Pada faktor 1 yakni semangat kerja , korelasi dorongan berprestasi dan tanggung jawab adalah positif
maka semakin tinggi dorongan berprestasi dan tanggung jawab karyawan, semakin besar pula kepuasan
kerja karyawan. Pada faktor 2 yakni situasi kerja , korelasi keamanan kerja, kondisi kerja dan
hubungan dengan rekan kerja adalah positif maka semakin tinggi keamanan kerja, semakin nyaman
kondisi kerja dan semakin tinggi/bagus hubungan dengan rekan kerja maka semakin tinggi pula
kepuasan kerja karyawan. Pada faktor 3 yakni kompensasi, korelasi karakteristik pekerjaan,
penghargaan dan gaji adalah positif maka semakin tinggi karakteristik pekerjaan, semakin tinggi
penghargaan dan semakin tinggi gaji maka semakin besar pula kepuasan kerja karyawan. Pada faktor 4
yakni kebijakan perusahaan, korelasi kesempatan berkembang dan prosedur perusahaan adalah positif
maka semakin jelas prosedur perusahaan dan semakin tinggi kesempatan berkembang maka semakin
tinggi pula kepuasan kerja karyawan.

4.

KESIMPULAN
Tabel 10. Hasil penelitian
Faktor Baru
Semangat Kerja

Variabel

Prosentase Hasil Penelitian (%)

Dorongan Berprestasi

26.73

Tanggung Jawab
Keamanan Kerja
Situasi Kerja

16.26

Kondisi Kerja
Hubungan dengan rekan Kerja
Karakteristik Pekerjaan

Kompensasi

11.74

Penghargaan
Gaji

Kebijakan Perusahaan

Kesempatan Berkembang

10.05

Prosedur Perusahaan

Dengan menggunakan analisis faktor, maka sebelas variable yang diteliti terbentuk menjadi empat
faktor terbaru dengan total prosentase hasil penelitian sebesar 64.78 %

10

Referensi
1. Anoraga, Pandji. (2001). Psikologi Industri dan Sosial. Jakarta: Penerbit PT. Dunia Pustaka Jaya.
2. As’ad, Moh. (2004). Psikologi Industri Seri Sumber Daya Manusia. (Edisi Ketiga). Yogyakarta:
Penerbit Liberty.
3. Efendy, Praja. (1999). Manajemen Personalia. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
4. Ghozali, Imam.(2002). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Penerbit
Universitas Diponegoro.
5. Kantono, N. Wardhoyo. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali
Press.
6. Martoyo, S. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kedelapan. (Edisi Ketiga).
Yogyakarta: BPFE UGM.

11