PENDAPATAN DAN BEBAN oper (1)

I.

DEFINISI
a. Definisi Pendapatan
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.
Nilai wajar adalah suatu jumLah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau
suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan
berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction).
Pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri.
Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai,
bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak
mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus dikeluarkan dari
pendapatan. Begitupun dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto
manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak
mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu bukan
merupakan pendapatan. Yang merupakan pendapatan hanyalah komisi yang
diterima dari prinsipal.


b. Definisi Beban
Pengertian biaya tidak dapat dipisahkan dengan pengertian kos dan aset
serta rugi (loss). APB menjelaskan, biaya timbul hanya dalam kaitannya
dengan kegiatan penciptaan laba yang mengakibatkan perubahan ekuitas.
Pengiriman barang (direpresentasi dengan kos barang terjual) dalam
transaksi penjualan merupakan biaya karena hasil bersih (net result)
penjualan tersebut adalah perubahan ekuitas. Di lain pihak, timbulnya
kewajiban untuk pembelian aset bukan merupakan biaya karena ekuitas
tidak dapat berubah pada saat pembelian tersebut. Dengan makna yang
hampir sama, IAI (IASC) mendefinisikan biaya dalam Standar Akuntansi
Keuangan (2002) sebagai berikut: Beban adalah penurunan manfaat
ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan

penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal.

II.


PENGGOLONGAN
a. Penggolongan Pendapatan
1) Pendapatan Usaha yaitu pemberian jasa atau barang yang langsung
berhubungan dengan kegiatan usaha. Misalnya pendapatan jasa
dan penjualan barang dagangan.
2) Pendapatan Luar Biasa yaitu hasil pemberian jasa/barang yang
tidak langsung berhubungan dengan kegiatan usaha. Misalnya
pendapatan bunnga, sewa, dan penerimaan komisi.

b. Penggolongan Beban
1) Beban Usaha adalah pengorbanan yang dikeluarkan langsung
berhubungan dengan kegiatan usaha, misalnya beban gaji, listrik,
air, dan penyusutan.
2) Beban di Luar Usaha adalah pengorbanan yang dikeluarkan tidak
berhubungan langsung dengan perusahaan, misalnya beban bunga
dan beban kegiatan rupa-rupa.

III.

PENGAKUAN

a. Pengakuan Pendapatan
Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah
menentukan saat pengakuan pendapatan. Pada prinsip pengakuan
pendapatan (revenue recognation principle), umumnya pendapatan diakui
pada saat (1) direalisasikan atau dapat direalisasikan dan (2) dihasilkan
(earned). Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa:

1. Pendapatan dianggap direalisasikan apabila barang dan jasa, barang
dagangan, atau harta lain ditukar dengan kas atau klaim atas kas;
Pendapatan dianggap dapat direalisasikan apabila aktiva yang diterima
dalam pertukaran segera dapat konversi (siap ditukar) menjadi kas
atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui;
2. Pendapatan dianggap dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan
pada hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan
untuk mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu,
yakni apabila proses menghasilkan laba telah selesai atau sebenarnya
telah selesai.

Empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan
prinsip di atas, yaitu :

1. Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang
biasanya diinterpretasikan sebagai tanggal penyerahan pada
pelanggan.
2. Pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika jasa diakui ketika jasajasa itu telah dilaksanakan dan dapat ditagih.
3. Pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan aktiva
perusahaan seperti bunga, sewa dan royalti diakui sesuai dengan
berlakunya waktu atau ketika aktiva itu digunakan.
4. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal
penjualan.
Pengukuran pendapatan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah
diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.


Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tentang
pendapatan menyatakan bahwa pendapatan timbul dari peristiwa
ekonomi berikut ini :

(1) Penjualan barang;
(2) Penjualan jasa;


(3) Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalty, dan deviden.

Pendapatan dari penjualan barang harus diakui jika :
1. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah
memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;
2. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif
atas barang yang dijual;
3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan
transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan

dengan

5. Biaya yang terjadi dan akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat
diukur dengan andal.



Pendapatan yang berhubungan dengan transaksi penjualan jasa yang

dapat diestimasi dengan andal (bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai
pemakaian yang tuluis dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan) harus diakui dengan acuan pada
tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.

Suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal jika :
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan diperoleh perusahaan;
2. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi dari tanggal neraca dapat
diukur dengan andal;

3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya
penyelesaian transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

untuk

Bila transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan
andal, pendapatan yang diakui hanya berkaitan dengan beban yang telah

diakui yang dapat diperoleh kembali.

Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh
pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan dividen
harus diakui atas dasar :
1. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan
hasil efektif aktiva tersebut;
2. Royalty harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian
yang relevan; dan
3. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai diakui bila hak
pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.

Pengakuan atas dasar tersebut dilakukan bila :
(1) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan diperoleh perusahaan; dan
(2) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.

Namun bila ketidakpastian timbul tentang kolektibilitas sebesar jumlah yang
telah masuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau
jumlah pemulihannya atau pengembaliannya tidak lagi besar kemungkinan,

diakui sebgai beban, dari pada penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui
semula.

Semua pernyataan di atas mengurai sifat konseptual dari pendapatan dan
merupakan dasar akuntansi untuk transaksi pendapatan. Dalam praktik-

praktik pengakuan pendapatan, adakalanya pendapatan diakui pada saat
lain dalam proses menghasilkan laba, yang sebagian besar diakibatkan oleh
(1) keinginan untuk mengakui lebih awal (recognize earlier) jika terdapat
tingkat kepastian yang tinggi mengenai jumlah pendapatan yang dihasilkan
dan (2) keinginan untuk menangguhkan pengakuan pendapatan jika tingkat
ketidakpastian mengenai jumlah pendapatan atau biaya cukup tinggi, atau
jiak penjulan bukan merupakan penyelesaian yang substansial dari proses
menghasilkan laba.

b. Pengakuan Beban
Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan penting, yaitu : sebagai
aktiva (potensi jasa) dan sebagai beban pendapatan (biaya). Proses
pembebanan cost pada dasarnya merupakan proses pemisahan cost. Oleh
karena itu agar informasi yang dihasilkan akurat, bagian cost yang telah

diakui sebagai biaya pada periode berjalan dan bagian cost yang akan
dilaporkan sebagai aktiva (diakui sebagai biaya periode mendatang) harus
dapat ditentukan dengan jelas. Ada dua masalah yang muncul sehubungan
dengan pemisahan cost tersebut yaitu :
1. Kriteria yang digunakan untuk menentukan cost tertentu yang harus
dibebankan pada pendapatan periode berjalan.
2. Kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa cost tertentu
ditangguhkan pembebanannya.
Semua cost dapat ditangguhkan pembebanannya sebagai biaya, apabila
cost tersebut memenuhi kriteria sebagai aktiva yaitu :
- Memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa mendatang,
dikendalikan perusahaan berasal dari transaksi masa lalu).
- Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa mendatang
yang melekat pada aktiva dapat dinikmati oleh entitas yang menguasai.
- Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.

Dari uraian di atas, secara umum dapat dirumuskan bahwa berdasarkan
konsep penandingan (matching), pengakuan biaya pada dasarnya sejalan
dengan pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan pendapatan ditunda,
maka pembebanan biaya juga ditunda. Untuk mengatasi berbagai

perbedaan pendapat tentang pengakuan biaya, biasanya badan berwenang
mengeluarkan aturan tertentu untuk mengakui biaya. IAI (1994), misalnya,

dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
menyatakan :
“Beban diakui dalam laporan rugi laba kalau penurunan manfaat ekonomi
masa
datang yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau kenaikan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal”.(paragrap 94).”

IV.

PENGUKURAN
a. Pengukuran Pendapatan
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi
biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau
pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan
yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon
dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan.

Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan
jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau
yang dapat diterima. Namun, bila arus masuk dari kas atau setara kas
ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah
nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima. Misalnya, suatu
perusahaan dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau
menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga di bawah pasar
sebagai imbalan dari penjualan barang. Bila perjanjian tersebut secara
efektif merupakan suatu transaksi finansial, nilai wajar imbalan ditentukan
dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan
menggunakan suatu tingkat bunga tersirat (imputed).

Tingkat bunga tersirat tersebut adalah yang paling mudah ditentukan dari:
a) Tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen yang serupa dari suatu
penerbit (issuer) dengan penilaian kredit (credit rating) yang sama; atau
b) suatu tingkat bunga untuk mengurangi (discount) nilai nominal instrumen
tersebut ke harga jual tunai pada saat ini dari barang atau jasa.
Perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut
diakui sebagai pendapatan bunga sebagaimana dijelaskan paragraf 28
dan 29.

Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa dengan
sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai
suatu transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Hal ini sering terjadi
dengan komoditi seperti minyak atau susu di mana penyalur menukarkan
(swap) persediaan di berbagai lokasi untuk memenuhi permintaan dengan
suatu dasar tepat waktu dalam suatu lokasi tertentu. Bila barang dijual atau
jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak
serupa,
pertukaran
tersebut
dianggap
sebagai
transaksi
yang
mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar
dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau
setara kas yang ditransfer.

b. Pengukuran Beban
Sejalan dengan penilaian aktiva dapat diukur atas dasar jumlah rupiah
yang digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu,
pengukuran biaya dapat didasarkan pada :
1. Cost historis
Cost historis merupakan jumlah kas atau setaranya yang dikorbankan
untuk memperoleh aktiva. Pengukuran biaya atas cost historis, dapat
digunakan untuk jenis aktiva seperti : gedung, peralatan dan
sebagainya.
2. Cost pengganti / cost masukan terkini (replacement cost / curent input
cost)
Cost masukan menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang
harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh
aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama contohnya, penilaian
untuk persediaan.
3. Setara kas (cash equivalent)
Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara
menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan
normal. Nilai ini biasanya didasarkan pada catatan harga pasar barang
bebas yang sejenis dalam kondisi yang sama. Pos aktiva berwujud
biasanya menggunakan dasar penilaian ini.

V.

PENYAJIAN

a. Penyajian Pendapatan
Penyajian pendapatan ada 2 (dua) metode:
1. Metode cash basis
Suatu system dimana pendapatan belum diakui sebelum pendapatan
tersebut belum diterima. Metode ini banyak digunakan pada
perusahaan kecil dan orang-orang yang menjual jasa, pada umumnya
adalah orang-orang yang memiliki keahlian tertentu.
2. Metode accrual basis
Metode pencatatan pendapatan, dimana pendapatan itu dicatat pada
saat sudah terjadi hak tanpa memperhatikan pendapatan tersebut
diterima. Keuntungan metode ini adalah karena metode ini sangat teliti
dalam pengukuran keuntungan (dalam laporan laba rugi) dan neraca
selisih.
Accrual basis inilah yang dianut oleh SAK dalam kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada paragraf 20.
Besarnya pendapatan yang diperoleh perusahaan harus disajikan
dalam laporan keuangan.
Pada perusahaan konstruksi, besarnya jumlah pendapatan yang belum
diterima dalam bentuk uang tunai / termin disajikan dalam rekening
tagihan bruto kepada pemberi kerja, hal ini sesuai dengan Dalam
laporan keuangan perusahaan harus menyajikan Jumlah tagihan bruto
kepada pemberi kerja sebagai asset.Besarnya tagihan bruto kepada
pemberi kerja ini merupakan selisih antara biaya yang terjadi yang
terjadi di tambah laba yang diakui dikurangi jumlah kerugian yang
diakui dengan angsuran yang diterimah/termin (PSAK No.3).
Di dalam laporan akuntansi dasar pencatatan pendapatan harus
berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1)
Nilai ekonomis harus sudah ditambahkan perusahaan pada
produknya
2) Jumlah pendapatan harud dapat diukur
3) Pengukuran yang dilakukan haruslah bebas
4) Biaya-biaya yang berkaitan harus dapat diestimasi dengan tingkat
kecermatan
yang memuaskan.

Metode dalam pencatatan pendapatan terdiri dari dua metode, yaitu sebagai
berikut: metode berbasis kas(cash basis method) dan metode berbasis
akrual (accrual basis method).

b. Penyajian Beban
Penyajian biaya tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan dan
saran untuk itu adalah statemen laba rugi.

Laporan laba-rugi dapat disusun dalam dua langkah:
a. Single Step (langkah tunggal)
Penyajiannya semua pendapatan dijumlahkan menjadi satu dikurangi
seluruh beban yang ada pada periode laporan.
b. Multi Step ( Langkah Ganda)
Penyajiannya ialah pendapatan dikelompokkan menjadi pendapatan
usaha dan pendapatan di luar usaha. Sedangkan beban
dikelompokkan menjadi beban usaha dan di luar usaha. Penyajian
dengan langkah ganda akan dapat dilihat laba yang diperoleh dari
usaha dan laba yang diperoleh dari luar usaha.

Laporan laba-rugi hendaklah memuat beberapa hal:
1.
2.
3.
4.

VI.

Menuliskan nama perusahaan.
Menuliskan jenis laporannya dalam hal ini: laporan laba-rugi.
Menyajikan periode laporan.
Menyajikan pendapatan dan beban, beban ditulis secara rinci dan
lengkap. Penulisan beban dimulai dari yang terbesar ke beban terkecil,
kecuali beban lain-lain ditulis paling bawah.

PENGUNGKAPAN

a. Pengungkapan pendapatan
Perusahaan harus mengungkapkan:
a) kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan
termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat
penyelesaian transaksi penjualan jasa;
b) jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama
periode tersebut termasuk pendapatan dari:
1. Penjualan barang
2. Penjualan jasa
3. Bunga
4. Royalty
5. Dividen

c) jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa
dimasukkan dalam setiap kategori yang signifikan dari pendapatan;
d) pendapatan yang ditunda pengakuannya.
Suatu perusahaan mengungkapkan setiap keuntungan dan kerugian
kontinjen sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8
tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca. Keuntungan dan
kerugian kontinjen dapat timbul dari pos-pos seperti biaya jaminan, klaim,
denda atau kemungkinan kerugian lainnya.

b. Pengungkapan Beban
Pengungkapan biaya terdiri dari :
1. Di dalam neraca, jumlah kewajiban yang timbul sebagai akibat
perbedaan antara jumlah pendanaan yang telah dilakukan oleh
pemberi kerja sejak pembentuk program dengan jumlah yang diakui
sebagai beban selama periode yang sama.
2. Di dalam laporan laba rugi, jumlah diakui sebagai beban selama

periode yang bersangkutan.