Tugas 1 HAKIKAT METODE ILMIAH DAN PENELI

9
BAB I
HAKIKAT METODE DAN METODOLOGI PENELITIAN

DALAM MATA KULIAH
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
Oleh:
NI LUH PUTU SUANIASIH

NIM 1411021009

AKHRIS FUADATUS SHOLIHAH

NIM 1411021016

MUHAMMAD FAIS ALFAFA

NIM 1411021018

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
MARET 2017

BAB I
HAKIKAT METODE DAN METODOLOGI PENELITIAN
A. Pengertian Metode dan Metodologi Penelitian
Metode berasal dari kata “methodos”. Secara etimologis “methodos” berasal
dari akar kata: metha dan hodos. Metha artinya “dilalui” dan “hodos” berarti
“jalan”. Metode ialah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai satu
tujuan. Penelitian menurut Cooper & Emory adalah Suatu proses penyelidikan
secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan
masalah-masalah. Sementara menurut Suparmoko penelitian adalah usaha yang
secara sadar diarahkan untuk mengetahui atau mempelajari fakta-fakta baru dan
juga sebagai penyaluran hasrat ingin tahu manusia (Siti, 2012).
Jadi metode penelitian ialah suatu/jalan yang mesti dilalui untuk melakukan
kegiatan penelitian. Metodologi penelitian ialah suatu ilmu yang mempelajari
tentang cara-cara yang mesti dilalui dalam melakukan kegiatan ilmiah.
B. Fungsi Metodologi Penelitian
Pada umumnya metodologi penelitian memiliki 3 fungsi. Ketiga fungsi

tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
1. Kegiatan penyusunan karya ilmiah bagi mahasiswa pada akhir
program (skripsi S-1, tesis S-2, dan disertasi S-3)
Seorang mahasiswa calon sarjana S-1, S-2, dan S-3 wajib menyelesaikan
karya tulis dalam bentuk Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Untuk menyelesaikan
skripsi, tesis, dan disertasi diperlukan bahan berupa data atau informasi yang
lengkap, baik data kualitatif maupun data kualitatif, data primer maupun data
skunder. Untuk mendapatkan data bagi bahan penyusunan skripsi, tesis, dan
disertasi tersebut, hendaknya data tersebut di kumpulkan dan dianalisis secara
benar, dalam arti dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Untuk
memenuhi syarat tersebut, maka pengetahuan dan pemahaman tentang
metodologi penelitian terasa amat penting dan mutlak diperlukan seseorang
peneliti (penyususn skripsi, tesis, dan disertasi).
2. Kegiatan tri dharma perguruan tinggi
1

Kegiatan Tri Dharma perguruan tinggi meliputi: a) Pendidikan dan
Pengajaran, b) Penelitian, c) Pengabdian kepada masyarakat. Sesuai dengan
dharma yang kedua (Penelitian), maka kegiatan penelitian dalam perguruan
tinggi merupakan keharusan akademis, karena fungsi perguruan tinggi sebagai

lembaga ilmiah adalah menemukan, memelihara dan mengembangkan serta
memverifikasi (menguji) ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni (iptek).
Para tenaga akademis di lingkungan perguruan tinggi tersebut hendaknya
memiliki pengetahuan dan pemahaman serta penguasaan yang memadai
tentang metodologi penelitian, agar saat mengembang tugas-tugas perguruan
tinggi tersebut dapat dilakukan secara baik. Sebab dengan memiliki
pengetahuan tersebut, memungkinkan ia dapat menemukan, memelihatra dan
mengembangkan serta menguji/verifikasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta
seni melalui prosedure penelitian, dengan demikian temuan hasil penelitiannya
dapat memiliki nilai guna yang tinggi bagi kehidupan manusia.
3. Kegiatan di berbagai lembaga departemen atau instansi
Para sarjana ang telah terjun di masyarakat, sangat memungkinkan
menjadi peneliti di suatu lembaga departemen atau di lembaga tertentu seperti:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada masyarakat (Ditbinlitabmas)
Depsiknas, balai penelitian bahasa, balai penelitian pertanian (Departemen
Penelitian) secara memadai.
Untuk dapat menjadi peneliti yang kompeten dan andal maka mutlak
diperlukan pengetahuan, pemahaman dan penguasaan tentang metodologi
penelitian secara memadai.
C. Ciri-Ciri Penelitian

Secara umum, suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai kegiatan penelitian
apabila kegiatan tersebut memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri trersebut terdiri atas 4
ciri yang meliputu hal-hal sebgai berikut.
1. Dilakukan secara mendalam

Suatu penelitian disebut mendalam jika peneliti menjelajahi segala aspek
mengenai permsalahan yang ingin diteliti. Tingkat kedalam ditujukan oleh luas
dan mendalamnya penelusuran dan pengkajian terhadap permasalahan yang
diteliti. Kedalaman suau penelitian dapat dilihat dari kadar intensitas
penelaahan terhadap objek atau fariabel yang diteliti. Sedangkan keluasan
suatu penelitian dapat diliht dari ukuran kuantitas (banyak sedikitnya) aspek2

aspek atau ciri-ciri atu indikator-indikatir maupun ruang ligkup penelitian
tersebut.
2. Menggunakan rencana yang sistematis
Rancangan yang sistematis dimaksudkan sebagai suatu rencana yang
disusun menurut teknis atau aturan tertentu. Rencana penelitian ini merupakan
hal yang sangat menentukan arah kegiatan serta penelitian. Suatu pelaksanaan
penelitian diawali dengan perencanaan yang sistematis dan jelas, merupakan
salah satu ciri bahwa peneliti tersebut telah menguasai suatu penelitian.

Berbicara tentang metodologi penelitian atau kegiatan penelitian, tidak
bisa terlepas dari langkah-langkah kegiatan penelitian, karena melakukan
kegiatan penelitian memang harus selalu megetahui beberapa tahapan atau
langkah-langkah yang jelas dan sistematis. Mengenai jumlah komponen
langkah dalam penelitian, pada umumnya antara pakar satu dengan yang
lainnya mengemukakan konsep yang berbeda, namun secara prinsip memiliki
pola pikir yang hampir sama.
3. Bertujuan untuk mencari kebenaran
Kata kebenaran dapat digolongkan atas dua bagian yaitu: kebenaran
dalam pergaulan manusia sehari-hari, dan kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
Kebenaran dalam manusia terdiri dari a) kebenaran subjektif adalah kebenaran
yang hanya diterima atau diakui oleh beberapa orang atau kelompok orang
tertentu saja. b) kebenaran objektif adalah kebenaran yang bisa diterima oleh
orang banyak atau sebagian besar orang. Kebenaran dalam ilmu pengetahuan
terdiri atas a) kenbenaran filsafat ialah kebenaran yang diperoleh melalui
pemikiran-pemikiran yang mendalam atau renungan mendalam. b) kebenaran
ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh dengan menggunakan metode atau
cara-cara terentu yang bisa diterima oleh dunia ilmu pengetahuan. Kebenaran
yang dicari adalah “kebenaran ilmiah”.
4. Menggunakan metode ilmiah


Metode ilmiah adalah metode yang dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah. Ciri metode ilmiah antara lain memiliki ketepatan (validitas),
ketetapan/keandalan (reliabilitas), dan objektifitas/faktual.
D. Tahapan-Tahapan Penelitian
1. Tahapan deskriptif

3

Pada tahap deskriptif ini, analisis data penelitian dilakukan dengan cara
mendeskripsikan atau memaparkan keadaan objek seperti apa adanya. Kegiatan
deskripsi ini dapat berupa: mengadakan kategorisasi, memberi informasi dan
argumentasi sesuai dengan keadaan objek yang diteliti. Jadi, analisis pada
tahap deskriptif ini tidak dilakukan prediksi atau estimasi terhadap objek yang
lebih luas.
2. Tahap inferensial

Pada tahap ini disamping mendeskrifsikan keadaan objek/variabel
peneliti, juga dilanjutkan dengan mengadakan pemindahan kesimpulan atau
generalisasi atau meramalkan/prediksi terhadap objek yang lebih luas,

berdasarkan hasil analisis data pada objek yang telah secara langsung diteliti.
Penelitian di bidang apapun, tahapan-tahapan itu pada umumnya memiliki
kesamaan. Secara garis besar, ada tiga tahapan yang ditempuh dalam
melaksanakan penelitian (Susanto, 2015):
1) Tahap perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan diantaranya ialah:
pertama, mengidentifikasi masalah/Mencari permasalahan: Tahap ini, peneliti
harus terlebih dahulu mencari apa masalah yang hendak diteliti. Kedua,
merumuskan masalah: Dimana pada tahap ini merupakan kelanjutan dari
penemuan masalah yang kemudian peneliti membuat rumusan masalah
berdasarkan masalah-masalah yang akan diteliti. Ketiga, mengadakan studi
pendahuluan: Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasiinformasi berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Sehingga dapat dapat
diketahui keadaan atau kedudukan masalah tersebut baik secara teoritis
maupun praktis.
Keempat, merumuskan hipotesis: Hipotesis merupakan dugaan sementara
yang akan dibuktikan kebenarannya melalui penelitian di lapangan. Kelima,
menentukan sampel penelitian: Pada tahap ini, ditentukan obyek yang akan
diteliti. Keseluruhan obyek yang akan diteliti disebut populasi penelitian. Bila
dalam penelitian hanya menggunakan sebagian saja dari populasi, maka dalam
hal ini cukup menggunakan sampel. Keenam, menyusun rencana penelitian:

Tahap ini merupakan pedoman selama melaksanakan penelitian.
4

2) Tahap pelaksanaan penelitian
Dalam tahap ini, ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan dengan
baik. Pertama, pengumpulan data – kegiatan ini harus didasarkan pada
pedoman yang sudah dipersiapkan dalam rancangan penelitian. Data yang
dikumpulkan melalui kegiatan penelitian dijadikan dasar dalam menguji
hipotesis yang diajukan. Kedua, analisis data – pengolahan data atau analisis
ini dilakukan setelah data terkumpul semua yang kemudian dianalisis, dan
dihipotesis yang diajukan diuji kebenarannya melalui analisis tersebut.
3) Tahap pelaporan penelitian
Untuk kepentingan publikasi, maka penelitian harus dilaporkan kepada
orang-orang yang berkepentingan. Bentuk dan sistematik laporan penelitian
dapat berupa artikel ilmiah, laopran, skripsi, thesis atau disertasi. Tahap laporan
penelitian ini merupakan tahap akhir dalam sebuah proses penelitian.
E. Peranan Metode dalam Penelitian
1. Untuk memperoleh suatu pengetahuan baru

Kualitas temuan suatu pengetahuan atau teori baru sangat ditentukan oleh

metode atau cara yang digunakan dalam proses penemuan teori baru tersebut.
Sebab hanya dengan metode yang memiliki nilai ilmiah tinggi (dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah), akan dapat menghasilkan temuan teori
atau pengetahuan baru yang memiliki nilai ilmiah tinggi.
2. Untuk memperoleh pengetahuan yang benar atau kebenaran
Hanya melalui metode yang memiliki nilai ilmiah tinggi (dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah), akan dapat dihasilkan suatu kebenaran
yang memiliki nolai ilmiah tinggi.
F. Syarat- Syarat Metode Penelitian
1. Mampu menghasilkan data yang objektif
Suatu data dikatakan objektif apabila data tersebut menunjukan pada
adanya tanpa dicampuri oleh unsur-unsur pribadi atau subjektif, interpretasi
pribadi, ataupun prasangka pribadi ke dalam data hasil penelitian tersebut.
makin sedikit unsur-unsur subjektif masuk ke dalam data penelitian maka
semakin tinggi tingkat objektivitas data tersebut.
2. Mampu menghasilkan data yang valid
5

Suatu data dikatakan valid (tepat) apabila data tersebut memiliki
ketetapan atau kesesuaian dengan kenyataan yang ada. Makin sesuai data

tersebut dengan keadaan yang ada pada objek penelitian, maka semakin tinggi
tingkat validitas datanya.
3. Mampu menghasilkan data yang reliabel
Suatu data dikatakan reliabel (ajeg,tetap) apabila data tersebut memiliki
ketetapan atau keajegan dari waktu ke waktu. Semakin kecil variasi perubahan
data dari waktu ke waktu, maka dikatakan semakin reliabel data tersebut.
G. Syarat- Syarat Peneliti
1. Harus memiliki kompetensi
Kompeten mengandung arti menguasai dan mampu. Seseorang dikatakan
kompeten sebagai peneliti apabila ia memiliki penguasaan ang memadai
tentang metodemetode, instrument atau alat perlengkapan untuk suatu kegiatan
penelitian, dan mampu melakukan kegiatan penelitian tersebut. kompetensi ini
lebih menitik beratkan pada kemampuan akademik. Artinya, seorang peneliti
hendaknya memiliki kemampuan dan wawasan keilmuan yang memadai baik
mengenai aspek metodologi penelitian maupun aspek disiplin ilmu tentang
objek atau fariabel ang dijadikan fokus penelitian. Jadi secara teknik, peneliti
tersebut menguasai dan mampu melaksanakan kegiatan penelitian secara
ilmiah.
2. Bersifat objektif
Seorang peneliti dikatakan memiliki sikap dan perilaku objektif apabila

ia tidak mencampuadukan antara pendapat atau interpretasi diri peneliti dan
kenyataan objektif yang ada dilapangan sesuai dengan fariabrel yang ada di
lapangan atau sesuai dengan keadaan objek yang ditelitinya.
3. Harus bersifat terbuka
Seorang peneliti dikatakan bersikap terbuka apabila ia bersedia
memberikan segala informasi kepada pihak lain sehubungan dengan temuan
hasil penelitiannya. Seorang peneliti harus selalu memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk menilai, mempertanyakan dan atau menguji kebenaran
tentang temuan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukannya.
4. Harus bersikap jujur
Seorang peneliti hendaknya memiliki sifat jujur dalam melaksanakan
proses penelitian. Seorang peneliti dikatakan memiliki sifat dan prilaku jujur
6

apabila ia mampu mengendalikan diri untuk tidak menyeludupkan keinginankeinginan diri sendiri kedalam fakta-fakta hasil penelitiannya. Misalnya, fakta
hasil penelitian menyimpulkan bahwa telah terjadi suatu kolusi pada beberapa
oknum pejabat di suatu instansi. Namun karena ada alasan-alasan dan
pertimbangan-pertimbangan tertentu maka dalam laporan akhir, peneliti
megubah kesimpulan dan menyatakan bahwa di instansi tersebut sama sekali
tidak ditemukan adanya praktik-praktik kolusi.
5. Harus bersikap faktual
Seorang peneliti dalam melakukan proses penelitian khususnya dalam
menganalisis data hendaknya selalu berdasarkan fakta yang ada dan ditemukan
dalam penelitian, bukan berdasarkan data karangan atau data fiktif.
H. Perkembangan Metodologi Penelitian
Ilmu pengetahuan memiliki sifat utama yaitu tersusun secara sistematik dan
runtut dengan menggunakan metode ilmiah. Karenanya sementara orang
menganggap perlunya memiliki sikap ilmiah untuk menyusun ilmu pengetahuan
tersebut atau dengan kata lain ilmu pengetahuan memiliki tiga sifat utama tersebut
(Narbuko & Abu):
1) Sikap ilmiah
2) Metode ilmiah
3) Tersusun secara sistematik dan runtut
Sikap ilmiah menuntun orang untuk berpikir dengan sikap tertentu. Dari
sikap tersebut orang dituntun dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu
pengetahuan. Selanjutnya cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan
sikap ilmiah dan metode ilmiah diharapkan dapat disusun ilmu pengetahuan
dengan sistematik dan runtut.
Lahir dan keberadaan metodologi penelitian yang ada seperti sekarang ini,
sesungguhnya telah melewati proses panjang. Proses yang panjang itu telah terjadi
dengan melalui empat tahapan. Keempat tahapan yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
1. Tahap trial and error
Pada tahap ini manusia mencari pengetahuan untuk pemecahan masalah
adalah dengan melalui usaha mencoba-coba berulang kali. Sekali mereka
7

gagal, maka dicobanya untuk yang kedua kalinya, ketiga kalinya dan
seterusnya sampai mereka menemukan pengetahuan atau kebenaran yang
mereka inginkan.
2. Tahap authority and tradition
Dalam periode ini, pendapat-pendapat dari pemimpin-pemimpin di masa
lampau selalu dikutip kembali dan dijadikan pedoman tanpa suatu kritik. Tidak
jarang pendapat-pendapat tersebut tidak benar atau picik. Namun, karena
dikemukakan oleh orang yang sedang berkuasa (memiliki otoritas) dam
diucapkan dengan penuh keyakinan serta semangat, maka orang awam harus
menganggap pendapat itu benar. Oleh karena itu, jika ada ketidak cocokan
antara kenyataan dengan pendapat pemimpin, orang harus berpikir ulang.
Mengenai tradisi dalam kehidupan manusia memang memegang peranan
yang amat penting. Sampai sekarang pun masih banyak kenyataan kehidupan
manusia yang bersumber pada tradisi-tradisi yang telah ada sebelumnya.
Misalnya, tradisi pada petani dalam cara bercocok tanam, tradisi untuk
melakukan upacara tertentu pada masyarakat tertentu, dan lain-lainnya.
3. Tahap speculation and argumentation
Pada periode ini doktrin-doktrin yang disodorkan dengan penuh
semangat dan penuh keyakinan oleh tokoh-tokoh penguasa mulai diragukan
oleh orang-orang. Pada tahap ini, orang-orang menyelidiki suatu masalah atau
mencari pengetahuan dengan jalan menggunakan ketajaman akal atau rasional.
Mereka tidak masih meniru secara dogmatis tentang cara-cara mencari
pengetahuan atau memecahkan masala yang bersifat tradisional, melainkan
mereka mencari pemecahan masalah atas dasar ketajaman berpikir manusia.
Dengan demikian, pada tahap ini manusia dalam memecahkan masalah
melalui diskusi-diskusi, dan pada proses diskusi ini tiap orang mengemukakan
argumentasi yang bersifat rasional. Pada masa ini, orang-orang mulai menilai
kemampuan berfikir rasio manusia sebagai alat yang paling ampuh, dan bahkan
pada saat ini manusia mengagung-agungkan rasionya.
4. Tahap hypothysis dan experimentation
Dengan dasar pemikiran bahwa semua peristiwa dalam alam semesta
dikuasai oleh tata-tata atau aturan-aturan dan mengikuti pola-pola tertentu,
maka dalam periode ini orang mulai berusaha sekuat tenaga untuk mencari
rangkaian tata-tata tersebut untuk menjelaskan suatu peristiwa. Mula-mulanya
orang mengajukan ketajaman pikirannya untuk membuat dugaan-dugaan
8

(hipotesis). Berdasarkan fakta-fakta itu ditarik simpulan umum yang sesuai
dengan fakta tersebut. sudah tentu simpulan-simpulan yang dihasilkan tidak
selalu cocok dengan dugaan-dugaan semula. Pada saat ini, analisis dilakukan
dengan sangat hati-hati, cermat dan tajam terhadap fakta yang diperoleh dari
hasil-hasil eksperimennya, dokumen-dokumen, maupun observasi-observasi
biasa.

9

DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:
Aditya Media Publishing.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi
Aksara.
Siti, A. 2012. Pengertian Penelitian Menurut Para Ahli. Tersedia pada:
http://edu.dzihni.com/2012/11/pengertian-penelitian-menurut-para-ahli.html
(7 Maret 2017).
Susanto. 2015. Tahap-Tahap Penelitian Dan Penjelasannya Lengkap. Tersedia
pada: http://www.seputarpengetahuan.com/2015/10/tahap-tahap-penelitiandan-penjelasannya-lengkap.html (7 Maret 2017).

10