CIRI KARAKTER KUAT DALAM NUKILAN NUSANTA

CIRI KARAKTER KUAT DALAM NUKILAN NUSANTARA:
IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA1
Mashadi Said
Hendro Firmawan
Sujana
Endang Purwaningsih

Abstract
The nation‟s ideal of a just and prosperous society is getting tarnished. Rampant corruption,
selfishness, dishonesty, social indifference, and the emergence of an instant culture are taking
the nation away from its past glory. This phenomenon is closely related to the character of the
nation‟s leaders and Indonesians in general. As a pluralistic nation, Indonesia exhibits local
wisdoms among its various ethnic groups that should serve as references of thought, attitude,
and action. A question remains, however, whether traditional Nukilan reflect strong character
traits. Thus, this study aims to document strong character traits found in Nukilan of Nusantara
and the strength of their positions in each ethnic group. Data was obtained from a total of
2058 Nukilan among eight major ethnic groups. The findings show that the Nukilan reflect
strong character traits in each ethnic group, although unevenly distributed. These findings
could certainly be used for character revitalization in Indonesia.
Keywords: strong character traits, Nukilan, local wisdom
Cita-cita bangsa mewujudkan masyarakat adil dan makmur semakin jauh panggang dari api.

Praktik korupsi, keegoisan, ketidakjujuran, ketidakpedulian sosial, dan budaya instan masih
merajalela di negeri ini yang semakin menjauhkan bangsa dari kemuliaan martabat. Gejala ini
erat kaitannya dengan karakter pemimpin dan bangsa pada umumnya. Sebagai bangsa yang
majemuk, Indonesia memiliki kearifan yang tersebar di berbagai etnis yang dijadikan sebagai
rujukan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Namun, apakah kearifan ini mencerminkan
karakter kuat yang dapat membangun bangsa yang bermartabat. Untuk menjawab pertanyaan
itu, penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan karakter kuat dalam nukilan
Nusantara dan bagaimana posisi karakter kuat dalam setiap etnis. Sumber data berupa nukilan
berjumlah 2058 diperoleh dari delapan etnis besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam Nukilan Nusantara terefleksi karakter kuat dalam setiap etnis, tetapi penyebarannya
tidak merata. Masing-masing etnis memiliki penekanan sendiri-sendiri. Temuan ini
berimplikasi perlunya menumbuhkan kembali karakter kuat yang telah menjadi warisan
bangsa.
Kata-kata kunci: ciri karakter kuat, Nukilan, kearifan lokal

1

Makalah, disajikan pada Seminar Internasional Melayu Gemilang dalam rangka Festival Seni Budaya Melayu
Kalimantan Barat 2012 oleh Pusat Penelitian Kebudayaan Budaya Melayu, Universitas Tanjungpura bekerjsama
dengan Majelis Adat Budaya Melayu Kalimantan barat pada tanggal 20-21 Desember 2012 di Rumah Melayu

dan Hotel Orchardz pontianak.

1

PENDAHULUAN
Kesadaran akan pentingnya membangun karakter bangsa ditandai dengan tema Hari
Pendidikan Nasional 2 Mei 2011, yaitu pendidikan karakter bangsa. Pada suatu kesempatan
berbuka puasa di istana negara, tanggal 3 Agustus 2011, Presiden RI, menegaskan pentingnya
bangsa Indonesia untuk tidak melupakan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Menurut Presiden, ada 5 ciri masyarakat yang perlu dibangun,
yaitu a) masyarakat yang berkeadaban, b) masyarakat yang berpengetahuan; c) masyarakat
yang rukun, harmonis, dan toleran, d) masyarakat yang terbuka bebas mengekspresikan
pemikirannya, dan e) masyarakat yang tertib, patuh pada norma, dan pranata. Dari lima ciri
tersebut, dua ciri yang sedang mengemuka akhir-akhir ini adalah tumbuhnya dan
terbangunnya masyarakat yang berpengetahuan dan terbuka, sedangkan tiga ciri lainnya tidak
boleh terlupakan (Kompas, 4 Agustus 2011).
Sejalan dengan itu, tema Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2012 adalah “bangkitnya
generasi emas”. Tema tersebut memberikan tantangan akan pentingnya kesadaran
membangun karakter anak bangsa--yang jumlahnya sekitar 30 juta dari 0 tahun s.d. 17 tahun.
Mereka perlu dibekali dengan karakter kuat untuk menghadapi persaingan global. Karakter

adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dapat digunakan sebagai landasan untuk cara
pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Diknas, 2010:6). Tim itu mencatat 18 nilai yang
perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan, yaitu religius, kejujuran, kerja keras,
kemandirian, toleransi, kedisiplinan, kekreatifan, demokrasi, keingintahuan, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, persahabatan/komunikatif, cinta damai,
kegemaran membaca, kepedulian lingkungan, kepedulian sosial, dan tanggung-jawab.
Namun, Tim tersebut tidak menyebutkan nilai tersebut sebagai karakter kuat.
Menurut Departmen Pendidikan Amdrika Serikat, Karakter adalah seperangkat
kualitas, atau nilai-nilai yang membentuk pikiran kita, tindakan, reaksi, dan perasaan. Orang
dengan kasih sayang menunjukkan karakter yang kuat, jujur dan adil, disiplin diri dalam
menetapkan dan mencapai tujuan, membuat penilaian yang baik, menunjukkan rasa hormat
kepada orang lain, menunjukkan keberanian dalam membela keyakinan, memiliki rasa
tanggung jawab, yaitu warga negara baik yang memperhatikan komunitas mereka, dan
mempertahankan harga diri. (http://www.education.com/reference/article/Ref_What_Does_
Strong/).
Sebagai bangsa yang majemuk—terdiri atas lebih dari 300 etnis—Indonesia kaya
dengan kearifan lokal. Kearifan tersebut banyak didengungkan untuk dijadikan sebagai
rujukan dalam kehidupan sehari-hari dan pembangunan karakter bangsa. Tim pendidikan
karakter bangsa Kementerian Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa di samping

agama, Pancasila, dan tujuan pendidikan nasional yang menjadi sumber nilai dalam
pendidikan karakter bangsa, juga yang tidak kalah pentingnya adalah budaya Nusantara
(Kemendiknas, 2010: 7-8). Nilai-nilai yang telah dijadikan rujukan dalam berpikir, bersikap,
dan bertindak setiap etnis di Indonesia sudah banyak didengungkan.
Namun, makalah ini secara khusus bermaksud melihat sejauhmana ciri karakter
kuat—dari sudut pandang Barat—terefleksi dalam Nukilan Nusantara. Tujuan utama
penelitian ini adalah mendeskripsikan ciri karakter kuat dalam Nukilan Nusantara. Tujuan
khusus penelitian ini adalah untuk:
a) menunjukkan apakah Nukilan Nusantara kutipan berisi karakter kuat.
b) menggambarkan karakter kuat yang tercermin dalam Nukilan Nusantara
c) menunjukkan posisi karakter yang kuat dalam Nukilan Nusantara di setiap
kelompok etnis,
2

d) menunjukkan karakter kuat yang ditekankan dalam Nukilan Nusantara dari setiap
kelompok etnis,
e) menunjukkan karakter yang kuat ditekankan dalam Nukilan Nusantara dari semua
kelompok etnis secara keseluruhan.
PENDEKATAN
Untuk menjawab pertanyaan di atas, pendekatan yang ditempuh adalah

mengumpulkan Nukilan kearifan lokal yang tersebar di berbagai etnis di Indonesia. Ada
delapan etnis yang dipilih, yaitu Aceh, Bali, Batak, Bugis, Jawa, Minang, Manado, dan
Sunda. Pemilihan delapan etnis ini, didasarkan pada besarnya jumlah pendukung, banyaknya
mengambil bagian dalam pemerintahan, dan banyaknya kearifan yang telah
didokumentasikan dalam Nukilan. Tempat bermukimnya umumnya pendukung setiap etnis
adalah: Aceh (01), Bali (017), Batak (02), Bugis (28), Jawa (14, 15, 16), Manado (24),
Minang (05), dan Sunda (13).

(Peta diambil dari http://www.indonesia-tourism.com/map/indonesia-map.html pada tanggal
11 November , 2012)
Jumlah Nukilan kearifan lokal yang menjadi sumber data sebanyak 2058 (dua ribu lima
puluh delapan) yang sebarannya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Nukilan yang dijadikan sebagai sumber data
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.

Etnis
Jawa
Minang
Bugis
Sunda
Batak
Manado
Aceh
Bali
JUMLAH

Jumlah Nukilan
523
522
327
305
125

93
84
79
2058 (dua ribu lima puluh delapan)

Untuk mengungkap ciri karakter kuat dalam Nukilan, dilakukan pendekatan refleksi.
Data yang diperoleh berupa ciri karakter kuat dari Nukilan tersebut diverifikasi kesahihannya
melalui diskusi teman sejawat dan para pendukung kebudayaan untuk mencapai kesahihan
dan kekokohan data.
Ciri Karakter Kuat dalam Kearifan Lokal
Ciri karakter kuat dalam kearifan lokal yang tercermin dalam Nukilan Nusantara
meliputi kasih sayang dan peduli terhadap masyarakat, jujur dan adil, disiplin diri, penilaian
yang baik, hormat kepada orang lain, berani membela keyakinan, tanggung jawab, dan
3

menghargai diri sendiri. Sebaran dan tekanannya dalam delapan etnis besar dapat dilihat
pada tabel 2.
Sejauhmana Nukilan di setiap etnis merefleksikan ciri karakter kuat, dapat dilihat
dalam uraian berikut.
1.


Ciri karakter kuat dalam Etnis Aceh

Jumlah Nukilan yang diperoleh dari etnis Aceh adalah 84. Ada 71 (84.52%) Nukilan
yang mengandung ciri karakter kuat dan 13 (15.48) Nukilan yang tidak. Hasil analisis
menunjukkan bahwa ada dua ciri karakter kuat yang berada di atas rata-rata (9.33) atau
dominan dalam Nukilan Aceh, yaitu kasih sayang/peduli pada masyarakat (dalam 26 atau
30.55 Nukilan %) dan menghargai orang lain (dalam 10 atau 11.9% Nukilan). Karakter kuat
di bawah rata-rata meliputi enam ciri karakter, yaitu jujur danadil (dalam 7 atau 8.33%
Nukilan), disiplin diri (dalam 7 atau 8.33% Nukilan), tanggung jawab (dalam 7 atau 8.33%
Nukilan) dan berani (dalam 6 atau 7.14% Nukilan), menghargai diri sendiri (dalam 4 atau
4.76% Nukilan), and penilaian yang baik (dalam 4 atau 4.76% Nukilan).
Contoh Nukilan yang menunjukkan kasih sayang/peduli pada masyarakat dan menghargai
orang lain adalah sebagai berikut.
a. Kasih sayang/peduli pada masyarakat
Saliang lago tabu, sarumpun lago serai.
Saliang lago tabu, sarumpun lago serai.
(Mengutamakan pembelaan terhadap negeri sendiri.)
Sikap untuk selalu bersatu dalam segala kondisi baik susah maupun senang serta
perasaan senasib dan sepenanggungan.

b. Menghargai orang lain
Ka ateh indak bapucuek, ka bawah indak baaka.
Ka ateh indak bapucuek, ka bawah indak baaka.
Perkara yang telah diputuskan dalam suatu musyawarah tidak boleh diungkit-ungkit
lagi.
Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini berupa anjuran untuk menghormati
hasil putusan yang telah disepakati bersama.
2.

Ciri karakter kuat dalam Etnis Bali

Jumlah Nukilan yang diperoleh dari etnis Bali adalah 79. Ada 50 (63.29%) Nukilan
yang mengandung ciri karakter kuat dan 29 (36.71) Nukilan yang tidak. Hasil analisis
menunjukka ciri karakter kuat yang berada di atas rata-rata (8.77) atau dominan dalam
Nukilan Bali, yaitu penilaian yang baik (dalam 10 or 11.9% Nukilan) kasih sayang/peduli
pada masyarakat (dalam 12 or 15.19% Nukilan) dan karakter kuat di bawah rata-rata meliputi
enam karakter, yaitu jujur dan keterbukaan(dalam 2 or 2.53% Nukilan), disiplin diri (dalam 4
or 5.63% Nukilan), tanggung jawab (dalam 4 or 5.06% Nukilan) dan berani (dalam 2 or
2.53% Nukilan), menghargai diri sendiri (dalam 1 or 1.26% Nukilan), dan menghargai orang
lain (dalam 1 or 1.27% nukilan).

Contoh Nukilan yang menunjukkan kasih sayang/peduli pada masyarakat dan
penilaian yang baik.

4

a. Kasih sayang/peduli pada masyarakat
Pakedek, pakenyung
Paras paros sapa naya
(Tertawa bersama dan tersenyum bersama.)
Dapat saling memberi dan menerima sesuai dengan kata dan perbuatan.
Makna dan isi ungkapan ini adalah suatu kehidupan yang rukun dan damai.
Kehidupan seperti itu sangat diharapkan oleh penduduk di Desa, karena dilandasi
oleh sifat goyong royong. Apabila ada suatu persoalan akan dipecahkan bersama
berdasarkan prinsip-prinsip kekeluargaan dan saling isi mengisi serta berusaha untuk
menghembangkan saling tenggang rasa.
b. Penilaian yang baik
Apang eda kejarog malu, palane meselselan kayang kawekas
Berhati-hatilah, supaya jangan menyesal di kemudian hari.
Ungkapan ini mengandung nasihat agar seseorang atau sekelompok orang
tetap mawas diri/berhati-hati sebelum melakukan suatu tindakan atau

perbuatan. Sebab andaikata kurang waspada, kelak apabila tindakan tersebut
membuahkan hal yang merugikan diri sendiri atau orang lain, akan
mengakibatkan penyesalan yang tiada putus-putusnya.

3.

Ciri karakter kuat dalam Etnis Batak

Jumlah Nukilan yang diperoleh dari etnis Batak adalah 125. Ada 54 (43.2%) Nukilan
yang mengandung ciri karakter kuat dan 71 (56.8) Nukilan yang tidak. Bagan 3 menunjukkan
bahwa ada satu ciri karakter kuat yang berada di atas rata-rata (13.89) atau dominan dalam
Nukilan Batak, yaitu kasih sayang dan peduli pada masyarakat (dalam 16 atau 12.8%
Nukilan). Karakter kuat di bawah rata-rata meliputi tujuh character, yaitu menghargai orang
lain (dalam 11 atau 8.8% Nukilan), harga diri(dalam 7 atau 5.6% Nukilan), tanggung jawab
(dalam 6 atau 4.8% Nukilan), jujur dan keterbukaan(dalam 5 atau 4% Nukilan), penilaian
yang baik (dalam 5 atau 4% Nukilan), berani (dalam 3 atau 2.4% Nukilan) dan disiplin diri
(dalam 1 atau 0.8% nukilan).
Contoh Nukilan yang menunjukkan kasih sayang/peduli pada masyarakat:
Sai mardoter, mardotur asa mardotor
Na marguna to bangso dohot
Sai gabe mester, insinyur sanga doktor
Marguna to koum sisolkot dohot agama
Hendaknya mardoter, mardotur dan mardotor
Yang berguna bagi bangsa dan negara
Hendaknya jadi mester, insinyur dan doktor
Berguna bagi kerabat dan agama
Raihlah pendidikan setingi-tingginya, sehingga bisa berguna bagi bangsa,
negara, kerabat, dan agama.
4.

Ciri karakter kuat dalam Etnis Bugis
5

Jumlah Nukilan yang diperoleh dari etnis Bugis adalah 327. Ada 273 (83.49%) Nukilan
yang mengandung ciri karakter kuat dan 54 (16.51) Nukilan yang tidak. Hasil analisis
menunjukkan bahwa ada tiga ciri karakter kuat yang berada di atas rata-rata (36.33) atau
dominan dalam Nukilan Bugis, yaitu kasih sayang/peduli pada masyarakat (dalam 41 atau
12.54% nukilan), jujur dan terbuka (dalam 62 nukilan atau 18.96%), penilaian yang baik
(dalam 54 atau 16.51% nukilan). Karakter kuat di bawah rata-rata meliputi enam ciri
karakter, yaitu berani (dalam 33 atau 10.09% nukilan), disiplin diri (dalam 25 atau 7.65%
nukilan), menghargai orang lain (dalam 24 atau 7.34% nukilan), menghargai diri sendiri
(dalam 21 atau 6.42% nukilan), tanggung jawab (dalam 13 atau 3.98% nukilan).
Contoh Nukilan yang mengandung kasih sayang/peduli pada masyarakat, jujur dan
terbuka, dan penilaian yang baik adalah sebagai berikut.
a. Kasih sayang/peduli pada masyarakat
Rebba sipatokkong, mali siparappek, siruik menrek tessiruik nok, malilu
sipakaingek maingekpi mupaja.
Rebah saling menegakkan, hanyut saling mendamparkan, saling menarik ke atas,
bukan saling menarik ke bawah, khilaf saling mengingatkan hingga sadar.
b. Jujur dan keterbukaan
Akgangka-gangka ulleangi mennang malempuk-e, apak iaritu tau malempuk-e
mauritu telling mompokmua.
Berusahalah semaksimal mungkin untuk bersikap jujur di dalam segala
tindakanmu sebab orang jujur itu meskipun sempat tenggelam akan timbul juga
(pada suatu saat). Pentingnya kejujuran dalam segala hal. Kejujuran tidak akan
pernah lapuk dalam percaturan zaman. b. Larangan iri atau dengki terhadap
keberuntungan orang lain.
c. Penilaian yang baik
Patuppui ri adek-e; pasanrek-i ri sarak-e; muattanngak ri rapannge;
mupattarettek-I ri warie; mualai peppegauk ri pobiasannge.
Sendikan kepada adat; sendikan kepada agama (Islam); perhatikan keadaan
masyarakat; tertibkan menurut aturan; bandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan.
5.

Ciri karakter kuat dalam Etnis Jawa
Jumlah Nukilan yang diperoleh dari etnis Jawa adalah 523. Ada 367 (70.2%) Nukilan
yang mengandung ciri karakter kuat dan 156 (29.83%) Nukilan yang tidak. Hasil
analisis menunjukkan bahwa ada dua ciri karakter kuat yang berada di atas rata-rata
(58.11) atau dominan dalam Nukilan Jawa, yaitu penilaian yang baik(dalam 123 atau
23.52% Nukilan), kasih sayang/peduli pada masyarakat(dalam 76 atau 14.53%
Nukilan). Ciri karakter kuat di bawah rata-rata meliputi enam karakter, yaitu tanggung
jawab (dalam 48 atau 9.18% nukilan), menghargai orang lain (dalam 34 atau 6.5%
nukilan), kejujuran dan keterbukaan (dalam 26 atau 4.97% nukilan), berani membela
keyakinan yang benar(dalam 25 atau 4.78% nukilan), disiplin diri (dalam 22 atau
4.21% nukilan), harga diri (dalam 13 atau 2.49% nukilan).
Contoh Nukilan yang menunjukkan kasih sayang/peduli pada masyarakatdan
penilaian yang baik.
6

a.

Kasih sayang/peduli pada masyarakat
Urip kang anguripi.
Hidup yang menghidupi.
Agar hidup kita ini mempunyai arti, tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri
saja, tetapi juga untuk orang lain dan masyarakat. Sebab hakekatnya tidak ada
orang dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain.

b. Penilaian yang baik
Tumindak kanthi duga lan prayoga.
Bertindak harus cermat dan ber-hati-hati.
Sebelum melakukan sesuatu hendaknya dipikirkan secara seksama dan waspada
agar tidak menyesal di kemudian hari.
6.

Ciri karakter kuat dalam Etnis Manado
Jumlah Nukilan yang diperoleh dari etnis Manado adalah 93. Ada 74 (79.6%) Nukilan
yang mengandung ciri karakter kuat dan 19 (20.43%) Nukilan yang tidak. Hasil
analisis menunjukkan bahwa ada tiga ciri karakter kuat yang berada di atas rata-rata
(10.33) atau dominan dalam Nukilan Manado, yaitu kasih sayang/peduli pada
masyarakat (in 15 atau 16.13% Nukilan), menghargai orang lain (dalam 14 atau
15.05% nukilan), tanggung jawab (dalam 13 atau 13.98% Nukilan). Karakter kuat di
bawah rata-rata meliputi enam karakter, yaitu penilaian yang baik(in 9 atau 9.68%),
disiplin diri (dalam 9 atau 9.68% nukilan), berani (dalam 7 atau 7.53% nukilan),
disiplin diri (dalam 5 atau 5.38% Nukilan), dan kejujuran dan keterbukaan (dalam 2
atau 2.15% nukilan).
Contoh nukilan yang mengandung kasih sayang/peduli pada masyarakat, menghargai
orang lain, dan tanggung jawab adalah sebagai berikut.
a . kasih sayang/peduli pada masyarakat
Diila b o m o t a m b a n g a o ' a h u b o m o t a m b a n g a n y a w a
Diila bo mo tambanga o'ahu bo mo tambanga nyawa
Hubungan kekerabatan yang hanya tidak didasarkan pada harta tapi
berdasarkan kemanusiaan.
Ungkapan ini mengandung makna tentang hubungan kekerabatan yang
diumpamakan dengan kata o'ahu (sendok nasi yang terbuat dari bambu).
Sesuai dengan fungsi sendok untuk menyendok nasi, dalam hal ini nasi
diumpamakan sebagai rezeki atau harta. Dalam menjalin hubungan kekerabatan
jangan hanya didasarkan pada harta atau materi, akan tetapi haruslah didasarkan
pada kemanusiaan yang dalam hal ini digambarkan dengan nyawa sebagai
petaruh, yang artinya kesusahan maupun kesulitan anggota kerabat adalah
juga kesulitan diri sendiri
b.

Menghargai orang lain
Amula didu ponu wawu huwodu
Amula didu ponu wawu huwodu
7

Manusia hidup untuk memanusiakan lainnya
Ungkapan ini bermakna pentingnya sikap saling menghormati antar sesama
manusia. Manusia dicitakan sebagai makhluk yang paling mulia . Karena itu,
manusia harus dimuliakan.
c. Tanggung jawab
Batanga pomaya to lipu
Batanga pomaya to lipu
Pengabdian seseorang terhadap negara.
Makna dari ungkapan ini menggambarkan sikap pengabdian kepada negara
yang menjadi kewajiban atas setiap warga negaranya untuk selalu setia dan
mengabdi tanpa pamrih untuk negaranya
7.

Ciri karakter kuat dalam Etnis Minang
Jumlah Nukilan yang diperoleh dari etnis Minang adalah 522. Ada 424 (81.23%)
Nukilan yang mengandung ciri karakter kuat dan 98 (18.77) Nukilan yang tidak. Hasil
analisis menunjukkan bahwa ada empat ciri karakter kuat yang berada di atas rata-rata
(58) atau dominan dalam Nukilan Minang, yaitu penilaian yang baik(in 105 atau
20.11% Nukilan),diriplin diri (dalam 61 atau 11.69% Nukilan), tanggung jawab
(dalam 59 atau 11.3% Nukilan). Karakter kuat di bawah rata-rata meliputi empat
karakter, yaitu, kasih sayang/peduli pada masyarakat(dalam 58 atau 11.11% Nukilan.
), berani (dalam 56 10.73% Nukilan), menghargai orang lain(dalam 41 atau 7.85%
Nukilan), jujur dan keterbukaan(dalam 38 atau 7.28% Nukilan), dan menghargai diri
sendiri (dalam 6 atau 1.15% Nukilan).
Contoh nukilan yang mengandung kasih sayang/peduli pada masyarakat,
disiplin diri, penilaian yang baik, dan tanggung jawab adalah sebagai berikut.
a.

kasih sayang/peduli pada masyarakat
Kok elok palacuik, capek lari kudo
Bila elok cambuk, cepat lari kuda
Bila suka berderma, tentu orang akan menghormati kita

b. disiplin diri
Basilang tombak dalam parang, sabalun aja bapantang mati
Bersilang tombak dalam perang, sebelum ajal berpantang mati
Tekad ksatria, bahwa bagaimanapun perang harus dimenangkan, mati hanya
sekali, tidak usah terlalu takut menegakkan kebenaran.
c. penilaian yang baik
Ditimbang samo barek, diuji samo sirah
Ditimbang sama berat, diuji sama merah
Suatu keputusan yang dianggap sudah tepat karena sudah melewati pertimbangan
tentang mudarat dan manfaatnya. Biasa juga dikatakan kepada hasil pinangan
calon menantu yang dianggap sudah cocok dengan anak gadis
d. tanggung jawab

8

Indak sio-sio sanduak pangadang, aia angek dirananginyo
Tidak sia-sia sanduk pengadang, air panas direnanginya
Rasa tanggung jawab yang sangat tinggi, walaupun tugas yang dibebankan itu
berbahaya, akan tetap dilakukan, bila memang hal itu sudah kewajibannya.
8.

Ciri karakter kuat dalam Etnis Sunda
Jumlah Nukilan yang diperoleh dari etnis Sunda adalah 305. Ada 264 (86.56%)
Nukilan yang mengandung ciri karakter kuat dan 41 (13.44%) Nukilan yang tidak.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada dua ciri karakter kuat yang berada di atas ratarata (33.89) atau dominan dalam Nukilan Sunda, yaitu penilaian yang baik (dalam 92
atau 30.16% Nukilan), kasih sayang/peduli pada masyarakat (dalam 35 atau 11.48%
Nukilan), berani (dalam 31 atau 10.16% Nukilan), tanggung jawab (dalam 31 atau
10.16% Nukilan), self discipline (dalam 23 atau 7.54% Nukilan), menghargai orang
lain (dalam 20 atau 6.56% Nukilan), dan harga diri (dalam 10 atau 3.28% Nukilan).
Contoh nukilan yang mengandung kasih sayang/peduli pada masyarakat dan
penilaian yang baikadalah sebagai berikut.
a.

Kasih sayang/peduli pada masyarakat
Kudu silih asih, silih asah jeung silih asuh
Harus saling kasih saling asah dan saling asuh.
Sesama manusia haruslah saling mengasihi, menasihati dan saling menjaga satu
sama lainnya

b.

Penilaian yang baik
Landung kandungan laer aisan
Memanjang ke bawah kandungan jauh gendongan.
Dalam memutuskan suatu perkara banyak hal yang harus dipertimbangkan

KARAKTER KUAT DALAM NUKILAN NUSANTARA
Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam Nukilan Nusantara terdapat ciri karakter
kuat. Namun, setiap etnis memiliki penekanan tersendiri atau berada di atas rata-rata (tabel
2). Semua etnis menekankan kasih sayang/peduli pada masyarakat, tetapi aspek lain tidak
memperoleh penekanan yang sama. Dalam Nukilan Aceh, yang lebih ditenkankan, selain
kasih sayang/peduli pada masyarakat, hanya menghargai orang lainyang berada di atas ratarata. Dalam Nukilan Bali, selain kasih sayang/peduli pada masyarakat, hanya penilaian yang
baik yang ditekankan. Dalam Nukilan Batak, hanya kasih sayang atau peduli pada
masyarakat yang mendapat penekanan. Dalam Nukilan Bugis, selain kasih sayang atau
peduli pada masyarakat, hanya kejujuran dan keterbukaan serta penilaian yang baik yang
ditekankan. Dalam Nukilan Jawa, selain kasih sayang atau peduli pada masyarakat, hanya
penilaian yang baik yang mendapat penekanan. Dalam Nukilan Manando, selain kasih
sayang atau peduli pada masyarakat hanya menghargai orang lain dan tanggung jawab yang
mendapat penekanan. Dalam Nukilan Minang, selain kasih sayang atau peduli pada
masyarakat, hanya disiplin diri, penilaian yang baik, dan tanggung jawab yang mendapat
penekanan. Dalam Nukilan Sunda, selain kasih sayang atau peduli pada masyarakat, hanya
penilaian yang baik yang mendapat penekanan.

9

Hasil analisis menunjukkan pula bahwa masing-masing setiap etnis kurang
menekankan ciri karakter kuat. Dalam Nukilan Aceh, ciri karakter kuat yang kurang
mendapat penekanan meliputi jujur dan keterbukaan, disiplin diri, penilaian yang baik,
berani, tanggung jawab, dan harga diri. Dalam Nukilan Bali, ciri karakter kuat yang kurang
mendapat penekanan adalah kejujuran dan keterbukaan, disiplin diri, menghargai orang
lain, berani, tanggung jawab, dan harga diri. Dalam Nukilan Batak, ciri karakter kuat yang
kurang mendapat penekanan meliputi kejujuran dan keterbukaan, disiplin diri, penilaian
yang baik, menghargai orang lain, berani, tanggung jawab, dan harga diri. Dalam Nukilan
Bugis, ciri karakter kuat yang kurang mendapat penekanan meliputi disiplin diri, menghargai
orang lain, berani, tanggung jawab, dan harga diri. Dalam Nukilan Jawa, ciri karakter kuat
yang kurang mendapat penekanan meliputi kejujuran dan keterbukaan, disiplin diri,
menghargai orang lain, berani, tanggung jawab, dan harga diri. Dalam Nukilan Manado,
ciri karakter kuat yang kurang mendapat penekanan meliputi kejujuran dan keterbukaan,
disiplin diri, peneilaian yang baik, berani, dan harga diri. Dalam nukilan Minang, ciri
karakter kuat yang kurang mendapat penekanan meliputi kejujuran dan keterbukaan,
menghargai orang lain, berani, dan harga diri. Dalam Nukilan Sunda, ciri karakter kuat yang
kurang mendapat penekanan meliputi kejujuran dan keterbukaan, disiplin diri, menghargai
orang lain, berani, tanggung jawab, dan harga diri.
Tabel 3 Ringkasan karakter kuat di atas rata-rata dalam setiap etnis
Kelompok etnis
Aceh
Bali
Batak
Bugis
Jawa
Manado
Minang
Sunda

Karakter kuat di atas rata-rata
Kasih sayang/peduli pada masyarakat dan menghargai orang lain
Kasih sayang/peduli pada masyarakat dan penilaian yang baik.
Kasih sayang/peduli pada masyarakat
Kasih sayang/peduli pada masyarakat, kejujuran dan keadilan, dan
penilaian yang baik
Kasih sayang/peduli pada masyarakatand penilaian yang baik
Kasih sayang/peduli pada masyarakat, menghargai orang lain, dan
tanggung jawab
Kasih sayang/peduli pada masyarakat, disiplin diri, penilaian yang baik,
and tanggung jawab
Kasih sayang/peduli pada masyarakatand penilaian yang baik.

Posisi Karakter kuat dalam semua kelompk etnis
Pertanyaan yang perlu dijawab adalah sejauhmana karakter kuat terefleksi dalam
semua etnis di Nusantara. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 2058 Nukilan, ada 1577
atau 76.62% Nukilan merefleksikan karakter kuat dan 481 atau 23.38% Nukilan yang tidak.
Sebaran dari 1577 Nukilan yang mengandung ciri karakter kuat, yaitu penilaian yang baik
(dalam 416 or 20.21% Nukilan), kasih sayang/peduli pada masyarakat (dalam 279 atau
(13.56% Nukilan), tanggung jawab (dalam 181 atau 8.79% Nukilan), kejujuran dan keadilan
(dalam 164 atau 7.97% Nukilan), berani (dalam 163 atau 7.92% Nukilan), menghargai orang
lain(dalam 155 atau 7.53% Nukilan), disiplin diri (dalam 152 atau 7.39% Nukilan) dan harga
diri(dalam 67 atau 3.26% Nukilan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nukilan Nusantara yang merefleksikan karakter
kuat lebih banyak daripada yang tidak, tetapi masing-masing etnis memiliki penekanan yang
berbeda-beda. Tidak ada satu pun etnis yang memiliki dominasi karakter kuat. Ini berarti
bahwa karakter kuat dari setiap etnis harus disenerjikan untuk membentuk generasi Indonesia
yang berkarakter kuat.
Selanjutnya, tabel 4 menunjukkan bahwa walaupun semua karakter kuat terefleksi
dalam nukilan Nusantara, hanya kasih sayang/peduli pada masyarakat yang menempati
10

posisi di atas rata-rata di semua kelompok etnis. Kedua adalah penilaian yang baik
menempati posisi di atas rata-rata di lima kelompok etnis (Bali, Bugis, Jawa, Minang, dan
Sunda). Ketiga, menghargai orang lainand tanggung jawab pada posisi di atas rata-rata pada
dua kelompok etnik (Aceh and Manado), sedangkan kejujuran/keterbukaan di atas rata-rata
pada satu kelompok etnis (Bugis), dan berani berdiri pada pendirian yang benar tidak
mendapat tempat di atas rata-rata pada semua kelompok etnis.
Karakter Kuat
Kasih sayang/peduli pada masyarakat
Penilaian yang baik
Menghargai orang lain
Tanggung jawab
Kejujuran dan keterbukaan
Disiplin diri
harga diri
Berani

Posisi dalam kelompok etnis
8
5
2
2
1
1
1
0

Table 4. Posisi karakter kuat dalam kelompok etnis
IMPLIKASI UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER
Meningkatkan Kesadaran untuk Membangun Karakter Kuat
Keadaan watak bangsa yang kurang menguntungkan bagi masa depan bangsa
Indonesia, perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk dalam dunia
persekolahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ciri karakter kuat yang tersebar dalam
Nukilan etnis Nusantara banyak berada di bawah rata-rata. Artinya, kurang menunjukkan
kekuatan sebagimana tergambar pada tabel 4. Pada tabel tersebut, berani berdiri pada
pendirian yang benar menempati urutan paling rendah. Tidak satu pun etnis yang
menempatkan sifat tersebut di atas rata-rata, sebagai sifat utama, yang perlu dimiliki oleh
setiap etnis. Harga diri, disiplin diri, kejujuran dan keterbukaanjuga memperoleh penekanan
yang rendah; hanya di masing-masing satu etnis yang menekankannya. Tanggung jawab dan
menghargai orang lainjuga hanya ditekankan pada masing-masing dua etnis. Hanya ada dua
yang ditekankan yaitu kasih sayang dan peduli pada masyarakatdan penilaian yang baikyang
ditekankan. Ini menunjukkan bahwa, dalam dunia pendidikan, para pendidika perlu
menyadari pentingnya mengangkat nilai-nilai karakter kuat untuk ditekankan.
Perlu disadari dan bersepakat bahwa karakter kuat adalah landasan bagi kesuksesan
sejati. Seseorang mungkin memiliki uang, jabatan, kekuasaan, tetapi bila ia tidak memiliki
karakter yang “unggul” ia tidak dianggap sebagai pribadi yang sukses sejati. Kita sering tidak
berpikir bahwa sesungguhnya karakter memiliki pengaruh langsung terhadap keberhasilan
atau kegagalan kita. Tetapi ketika kita menganggap kualitas individu yang secara bersamasama membentuk karakter seseorang, kita dapat dengan mudah melihat bahwa karakter
berperan terhadap keberhasilan seseorang. Misalnya, siswa yang berjuang mempelajari
bahasa Inggris seringkali bisa berhasil dengan menjadi rajin dan disiplin dalam belajar dan
dalam menyelesaikan persoalan bahasa Inggris setiap hari dan tetap tekun walaupun dia lelah
dan ingin berhenti. Thomas Alpha Edison, sang penemu lampu pijar, berhasil mewujudkan
impiannya menjadikan malam seperti siang karena ketekadan dan ketekunannya. Sederet
contoh dengan daftar yang tak terhingga bagaimana perhatian terhadap hal-hal kecil telah
membuat banyak perbedaan. Bagaimana ketekunan telah banyak membuahkan hasil,
bagaimana keteguhan dalam pendirian telah memberikan promosi jabatan yang begitu
menakjubkan. Abraham Lincoln menjadi Presiden setelah berulang kali kalah dalam
11

pemilihan untuk kantor yang lebih rendah. Karakternya adalah bahwa ia tidak akan pernah
menyerah. Dia memiliki kedisiplinan diri yang tinggi untuk teguh meraih apa yang diidamidamkannya.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) dirumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang
harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU
Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.” Namun, pendidikan karakter bangsa kini marak diperbincangkan masyarakat dan
kaum cendekiawan Indonesia. Mengapa? Karena ada kesadaran mengenai belum tercapainya
tujuan pendidikan yang telah dicanangkan. Sejumlah kekecewaan yang dirasakan bangsa
Indonesia. Negara bangsa yang dinamakan Indonesia yang telah dibangun selama 67 tahun
kurang membuahkan hasil yang baik. Karena itu, kita harus berbenah diri dan berusaha
mengintrospeksi diri.
Pendidikan yang dibangun umumnya masih berorientasi pada penguasaan ilmu
pengetahuan dan keterampilan (hard skill). Padahal untuk suskes, tidak semata-mata
ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga oleh keterampilan mengelola diri
(soft skill). Sayangnya, pendidikan karakter bangsa selama ini hanya dibebankan kepada guru
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), agama, dan bimbingan konseling. Dua
mata pelajaran dan Bimbingan Konseling dipandang sebagai agen yang paling bertanggung
jawab, sedangkan guru mata pelajaran lain tidak merasa memiliki tanggung jawab atau
bahkan lepas tangan. Misalnya, dalam buku teks mata pelajaran bahasa Inggris di SMP, unsur
karakter kuat tidak ditemukan (Said dan Bakti, 2011).
Peran sekolah dianggap memegang peran penting untuk membangun generasi muda
baru yang lebih baik bagi suatu bangsa. Banyak tulisan terdahulu menunjukkan bahwa
pendidikan di sekolah dapat menjadi alternatif dalam pembentukan karakter bangsa. Ghufron
(2010:19) menengarai bahwa lembaga pendidikan gagal mempersiapkan lulusannya dengan
moralitas yang baik. Solusinya adalah nilai-nilai karakter bangsa perlu diintegrasikan ke
dalam kurikulum. Dengan demikian, guru dapat membantu siswa mengaktualkan setiap ranah
pembelajaran melalui rumusan kompetensi dan siswa dapat secara simultan menjalankan
tindakan moral yang revelan. Mengintegrasikan nilai-nilai karakter bangsa ke dalam
kurikulum dapat dilakukan untuk semua mata pelajaran yang tersedia di kurikulum sekolah.
Dia melihat bahwa krisis karakter yang bersifat struktural sedang melanda bangsa
Indonesia saat ini. Kehidupan berbangsa dan bernegara telah kehilangan nilai-nilai penting
untuk membangun bangsa yang berkarakter. Nilai-nilai seperti kejujuran, kepercayaan diri,
penghargaan pada keragaman, semangat belajar dan bekerja keras telah menurun di kalangan
bangsa Indonesia. Padahal nilai-nilai tersebut diyakini dapat memainkan peran penting untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, seperti korupsi, konflik
horizontal yang berkepanjangan, rasa rendah diri, dan rendahnya semangat juang untuk
belajar dan bekerja keras. Dalam kaitan ini, lembaga harus mengambil langkah untuk
menjadikan lembaga pendidikan sebagai wahana untuk membangun bangsa yang berkarakter.
Pendekatan Holistik-integratif
Pendekatan pendidikan karakter harus dilakukan dengan pendekatan yang bersifat
holistik integratif. Pendekatan holistik berarti melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan
tindakan. Dengan kata lain, karena karakter erat kaitannya dengan kebiasaan, maka
12

pendekatan holistik melibatkan tiga kebiasaan, yaitu kebiasaan pikiran, kebiasaan hati, dan
kebiasaan tangan. Dalam pendidikan karakter, Lickona (1993) mengatakan bahwa pendidikan
karakter harus dirancang untuk “membantu” peserta didik "memahami nilai inti, mengadopsi
atau berkomitmen pada nilai-nilai itu, dan kemudian melakukan tindakan atas nilai-nilai itu
dalam kehidupan mereka sendiri (hlm. 5-6).
Selanjutnya, Astuti menekankan bahwa untuk berhasilnya pendidikan karakter dengan
pendekatan holistik harus didukung oleh semua warga masyarakat pada setiap tataran
kehidupan masyarakat. Keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara harus menyadari bahwa
membangun karakter bangsa adalah kebutuhan bersama. Artinya, sekolah tidak bisa berjalan
sendiri; tiga konteks lainnya harus ikut memiliki komitmen secara bersama-sama (Astuti,
2010).
William Cottinger mengemukakan, "Good character is when your head, heart, soul
and hands agree to do the right thing, in the right way, for the right reasons and the
combined effort gets the right results in the midst of the most adverse of conditions"
(http://EzineArticles.com/3469092). Cottinger menekankan bahwa karakter yang baik adalah
ketika kepala, hati, jiwa, dan tangan bersepakat melakukan hal yang benar, dengan cara yang
benar, untuk alasan yang benar dan usaha gabungan mendapatkan hasil yang tepat di tengahtengah kondisi yang paling buruk. Dengan kata lain, orang yang berkarakter baik tidak hanya
mampu menyebutkan secara lisan, tetapi harus melibatkan hati, jiwa, dan tindakan untuk
melakukan hal yang benar. Dengan demikian, dalam pendidikan karakter, semua ranah harus
terlibat mulai dari ranah kognitif, afektif sampai pada ranah psikomotorik. Pendekatan
intergratif berarti semua guru bertanggungjawab untuk mengintegrasikan karakter dalam
pelajarannya.
Di samping itu, empat unsur dalam lingkaran kehidupan anak bangsa, mulai dari
rumah tangga, sekolah, masyarakat, dan negara harus mampu menjadi pendidik karakter.
Dalam rumah tangga ada ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga lainnya ikut
bertanggungjawab menjadi pendidik karakter. Di sekolah semua unsur, mulai dari kepala
sekolah, guru, pegawai, dan karyawan lainnya juga harus ikut mengambil bagian sebagai
pendidik karakter. Di masyarakat, semua unsur, mulai dari ustad di masjid, pendeta di gereja,
sampai pada pengguna jalan harus ikut menjadi agen perubahan dalam pendidikan karakter
bangsa. Khusus kepada pemimpin, mulai dari Presiden dan menterinya, para birokrat,
anggota dewan perwakilan rakyat, sampai pada ketua RT dan perangkatnya terlibat dan harus
bertanggungjawab pada pembangunan karakter bangsa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, ada beberapa kesimpulan yang dapat
ditarik dari penelitian ini, yaitu:
1. Walaupun ciri karakter kuat terefleksi dalam Nusantara Nukilan, bangsa Indonesia
belum dapat dikatakan memiliki referensi karakter kuat karena hanya dua ciri karakter
kuat yang mendapat penekanan, yaitu compassion and concerned for community.
Enam ciri karakter kuat lainnya (berani in standing up for beliefs, harga diri, disiplin
diri, kejujuran dan keterbukaan, tanggung jawab, dan menghargai orang lain) tidak
mendapat penekanan dalam the Nusantara Nukilan.
2. Setiap etnis memiliki penekanan tersendiri mengenai ciri karakter kuat. Karena itu
karakter kuat perlu disinergikan. Setiap pendukung etnis perlu membuka diri untuk
menyadari kelemahannya masing-masing—bukannya membanggakan kekuatannya—
sehingga karakter kuat di Nusantara dapat tersinergikan.
3. Pendidikan karakter kuat perlu dilakukan dilakukan secara holistik-integratif. Semua
ranah pendidikan—rumah tangga, sekolah, dan masyarakat—perlu bersinergi untuk
13

membangun generasi emas yang diidamkan seperti dikumandangkan pada Hari
Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 2012. Di samping itu, bukan hanya guru mata
pelajaran Kewarganegaraan dan Agama yang perlu bertanggung jawab dalam
pendidikan karakter kuat, tetapi semua guru mata pelajaran apa saja perlu
mengintegrasikannya ke dalam kurikulumnya. Di samping itu, perlu dicatat bahwa
KITA SEMUA adalah pendidik karakter.
REKOMENDASI
Berdasarkan kesimpulan dan analisis data, paling tidak ada tiga rekomendasi yang dapat
dikemukakan dalam makalah ini:
1. Sumbar data penelitian ini masih terbatas pada delapan kelompok ethnis. Sebagai
bangsa yang majemuk—terdiri atas berbagai etnis besar—sumber data penelitian
yang dapat mewakili seluruh bangsa Indonesia, masih perlu diperluas.
2. Sebagai penelitian yang bersifat tekstual, yaitu berfokus pada tipe ideal kelompok
etnis di Indonesia, tentunya hasilnya tidak dapat dipandang merefleksikan realitas
character bangsa Indonesia dalam dunia nyata. Karena itu, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai referensi awal dalam penelitian selanjutnya mengenai karakter
bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, S.I. (2010). „Pendidikan holistik dan kontekstual dalam mengatasi krisis karakter di
Indonesia‟, Cakrawala Pendidikan, Edisi Khusus, Th XXIX, 41-58.
Direktorat Pembinaan SMP. (2010). Pendidikan Karakter di SMP.
(http://www.docstoc.com/docs/74399097/Pendidikan-Karakter-di-SMP).
Cottiger, William S. (n.d). „Character Building‟.
(http://www.authorsden.com/categories/article_top.asp?catid=76&id=32869).
Ghufron, A. (2010). „Integrasi nilai-nilai karakter bangsa pada kegiatan pembelajaran‟.
Cakrawala Pendidikan, 13-24.
Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan pengembangan Pusat Kurikulum.
(2010). Bahan Pelatihan Penguatan metodologi Pembelajaran berdasarna Nilai-nilai
Budaya untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa; Pengembangan
pendidikan Budaya dan karakter bangsa. Jakarta: KEMENDIKNAS.
Lickona, T. (1991). Educating for character: How our schools can teach respect and
tanggung jawab. New York: Bantam Books.
Lickona, T. (1993). The return of character education. Educational Leadership 51(3), 6-11.
Linton, R. (1952). The Cultural Background of Personality. London: Routlege &
Kegan Paul Ltd.
n.n.

(n.d.)
“Strong
Character.”
What_Does_Strong/

http://www.education.com/reference/article/Ref_

Said, M. & Bakti, A. F. (2011). Integrasi Unsur Pembangunan Karakter Bangsa dalam buku
Teks Bahasa Inggris SMP dalam Perspektif Holistik. in Proceeding Kongres
Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia (KIMLI) 2011. Bahasa dan
Pembangunan Karakter Bangsa, Bandung 9-12 Oktober 2011
14