PENGENALAN SINGKAT DAN POTENSI PENGEMBANGAN

Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13 Agustus 2016

PROFIL DAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN PINDANG
MODERN DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH
1

1

Gunawan* , Giri R. Barokah dan Putri Wullandari

2

1

Pusat Penelitian dan Pengembangan Daya Saing Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan
2
Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan
e-mail: gunawan170881@yahoo.co.id; waffen.valky@gmail.com

Abstrak

Perkembangan industri perikanan diukur melalui tingkat perkembangan unit pengolah ikan yang
ada. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi yang dimiliki Kabupaten Pati untuk
menjadi salah satu sentra industri pindang modern. Penelitian dilakukan dengan metode survey
lapangan, wawancara langsung kepada pelaku usaha, dinas terkait dan studi pustaka.
Responden dipilih secara proporsional mewakili tipe pengolah yaitu kelompok atau perorangan
untuk memperoleh data yang konprehensif. Hasil pengamatan di lapangan dan wawancara
dikomparasi dengan data sekunder. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa sebagai salah
satu sentra pengolah pindang di Indonesia, Kabupaten Pati sudah didukung oleh adanya
berbagai sumber daya dan fasilitas yang meliputi: pembudidaya ikan, pengolah, pemasar,
nelayan, tenaga kerja yang tidak sedikit jumlahnya. Selain itu, didukung oleh ketersedian tambak,
kolam, TPI, cold storage, UPI, pabrik es, daerah pemasaran dan yang lainnya. Melimpahnya
sumberdaya tersebut, menunjukkan bahwa Kabupaten Pati memiliki potensi yang cukup besar
untuk dikembangkan menjadi industri pengolahan pindang modern. Berdasarkan ketersediaan
bahan baku, jenis ikan yang mendominasi pengolah pindang di Kabupaten Pati adalah ikan
layang, lemuru dan tongkol, dengan total produksi tahun 2011 sebesar 26.398 ton. Jumlah SDM
yang terlibat pada usaha pengolahan pindang mencapai 2.145 orang yang tersebar pada 81 UPI.
Volume produksi rata-rata pindang Kabupaten Pati selama tahun 2009-2011 meningkat sebesar
51,20%. Jalur pemasaran produk pindang menyebar ke daerah Jawa Tengah (Kabupaten Pati,
Rembang, Jepara, Kudus, Solo, Wonogiri, Klaten, Semarang), Yogyakarta, Jawa Timur (Malang,
Surabaya, Prigi),Jawa Barat (Tasikmalaya) dan Jakarta. Beberapa permasalahan antara lain

peralatan pemindangan masih sederhana (dinding dari bambu, lantai masih tanah), pasokan air
bersih kurang (mengandalkan pasokan air dari sungai) dan ketersediaan bahan baku ikan
pindang yang masih fluktuatif.
Kata Kunci: Juwana, Pati, pengolahan, pindang, UPI
Pengantar
Kabupaten Pati terletak di daerah Pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian timur dari Propinsi Jawa
Tengah. Secara administratif Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150.368 ha yang terdiri
dari 21 kecamatan, 401 desa, 5 kelurahan, dan 1.106 dukuh.
Dari segi letaknya Kabupaten Pati merupakan daerah yang strategis di bidang ekonomi sosial
budaya dan memiliki potensi sumber daya alam serta sumber daya manusia yang dapat
dikembangkan dalam semua aspek kehidupan masyarakat seperti pertanian, peternakan,
perikanan, perindustrian, pertambangan/penggalian dan pariwisata. Dari data yang diperoleh,
potensi utama kabupaten ini adalah pada sektor pertanian, yang meliputi pertanian tanaman
pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Kabupaten Pati merupakan salah
satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah bagian timur, terletak di antara 1100 50’-1110
0
0
15’ bujur timur dan 6 25’-7 ,00’ lintang selatan.
Sektor kelautan dan perikanan di kabupaten Pati mempunyai peranan yang penting dan strategis
dalam pembangunan perekonomian daerah maupun nasional, terutama dalam meningkatkan

perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan taraf hidup nelayan
pelaku usaha di bidang perikanan. Untuk memberikan nilai tambah terhadap hasil
perikanan,mengingat ikan mudah busuk, perlu dibuat alternatif pengolahan atau pengawetan

Semnaskan_UGM / Pasca Panen (pPA- 02) - 127

pPA-02

Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13 Agustus 2016

guna memperpanjang masa simpan dan distribusinya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
proses pembekuan, pengalengan, pengasinan, pemindangan, atau pengasapan. Salah satu
proses pengawetan terhadap ikan yang paling popular adalah melalui pemindangan. Wahyuni
(2002) menyebutkan bahwa dengan semakin meningkatnya produksi ikan, maka diperlukan
suatu penanganan pascapanen yang cepat yakni melalui pengawetan yang memadai agar nilai
kenaikan produksi tidak sia-sia. Pengawetan ini diperlukan untuk memperpanjang masa simpan
ikan terutama di saat-saat musim ikan melimpah.
Pemindangan memiliki potensi yang cukup baik, namun terdapat permasalahan dalam
pengembangan usaha ini. Peranan pemindangan masih dianggap kecil oleh sebagian ahli
perikanan. Pemindangan berkembang dengan pesat secara diam-diam dalam kenyataan

sehari-hari, tetapi merangkak dalam statistik perikanan. Hal ini menjadi tantangan bagi semua
pemegang peran untuk lebih memajukan pemindangan ikan di Indonesia.
Keterbatasan ilmu pengetahuan mengenai sanitasi dan higienitasi serta keterbatasan teknologi
usaha pemindangan tersebut, membuat pemindangan ikan belum mencapai produktivitas yang
optimal untuk berkembang dan turut berperan serta menyehatkan rakyat Indonesia melalui
pengolahan pangan perikanan yang bersih dan baik. Pada kenyataannya yang terlihat di
beberapa daerah seperti kabupaten Pati, usaha pengolahan pindang belum dapat memberikan
ruang yang optimal bagi penerapan sanitasi dan higienitasi. Hal ini terkait pada masalah
peralatan yang mudah kotor, sulit dibersihkan dan memungkinkan banyak kontaminasi dari luar
dan terjadinya akumulasi kotoran.
Tulisan ini mencoba mengulas profil usaha pengolahan ikan pindang, khususnya di kabupaten
Pati, Jawa Tengah. Hal ini karena ikan pindang merupakan jenis olahan ikan utama para
pengolah di kabupaten Pati. Bahasan difokuskan pada potensi bahan baku, kondisi unit-unit
pengolah ikan (UPI), rantai distribusi dan permasalahan yang ada di lapangan.
Bahan dan Metode
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pati pada Bulan Oktober 2013 dengan metode metode
survey lapangan dan studi pustaka, tujuannya adalah untuk mendapat gambaran detail tentang
perkembangan usaha pengolahan ikan pindang di Kabupaten Pati. Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung kepada beberapa responden yang meliputi pejabat Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Pati, petugas lingkup TPI/PPI, pelaku usaha pengolahan ikan, serta UKM

pengolahan ikan setempat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan tahunan Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, data statistik Kabupaten Pati, data statistik perikanan
Indonesia serta sumber informasi lain yang relevan.
Analisa data dilakukan dengan tabulasi statistik biasa diikuti dengan komparasi terhadap periode
sebelumnya atau melakukan analisa terhadap data yang ada (Singarimbun & Effendi, 1985;
Nazir, 1998).
Hasil dan Pembahasan
Potensi Sumber Daya Perikanan Kabupaten Pati, Jawa Tengah
Sebagai salah satu sentra pengolah perikanan kabupaten Pati sudah didukung oleh berbagai
sumber daya dan fasilitas. Sumberdaya manusia yang dimiliki meliputi: pembudidaya, pengolah,
pemasar, nelayan dan tenaga kerja yang tidak sedikit jumlahnya. Dalam kaitanya dengan usaha
pengolahan di kabupaten Pati, sedikitnya terdapat sekitar 532 pengolah perikan dan 81 di
antaranya adalah pengolah pindang. Hal tersebut merupakan potensi sumberdaya manusia yang
cukup besar.
Selain SDM, Kabupaten Pati memiliki sumbedaya lain yang besarnya tidak sedikit, seperti
ketersedian tambak, kolam, TPI, cold storage, UPI dan yang lainnya. Keberlimpahan
sumberdaya tersebut baik SDM maupn non SDM, menunjukkan adanya potensi sumberdaya
perikanan yang dapat digunakan untuk keberlangsungan usaha pengolahan hasil perikanan.

128 - Semnaskan_UGM / Gunawan et al.


Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13 Agustus 2016

Namun fasilitas tersebut memerlukan berbagai penyempurnaan. Penyempurnaan perlu
dilakukan untuk mengoptimalkan tingkat keberhasilan dalam usaha perikanan terutama
pengolahan. Dari berbagai bidang usaha pengolahan perikanan yang ada, pemindangan
memiliki potensi menjadi primadona dalam usaha tersebut. Daftar potensi lengkap disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Potensi sektor kelautan dan perikanan Kabupaten Pati.
Jenis Potensi
Uraian
Jumlah
Sumberdaya
Pembudidaya Tambak
9.483 Orang
Masyarakat
Pembudidaya Kolam
1.137 Orang
Bakul Ikan
1.681 Orang

Pengolah Ikan
532 Orang
Nelayan
6.164 Orang
Tenaga Kerja (Pengolahan)
2.145 Orang
Sumberdaya
Tambak
10.604,52 Ha
Usaha
Kolam
272 Ha
Jumlah TPI
8 Buah
Cold Storage
6 Buah
Pabrik Es
7 Buah
Unit Pengolah Ikan
540 Unit

Pengolah Segar
65 Unit
Pembekuan
6 Unit
Penggaraman/Pengeringan
21 Unit
Pemindangan
100 Unit
Pengasapan
294 Unit
Fermentasi
29 Unit
Pengolahan Lainnya
25 Unit
Sumber: Dinas KP Kab. Pati (2012); BPS (2012).
Berdasarkan jumlah produksi perikanan yang ada di Kabupaten Pati, perairan tangkap masih
unggul dalam hal jumlah produksi disusul kemudian oleh budidaya, kolam dan perairan umum.
Dari tahun ke tahun jumlahnya terus meningkat yang berkisar antara 12,04-28,41% pada tahun
2009-2011. Namun hanya perairan umum dan budidaya yang masih bisa terus ditingkatkan
mengingat yang lainnya terbentur dengan terbatasnya ketersediaan di alam. Data lengkap

potensi perikanan di Kabupaten Pati disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Data produksi perikanan kabupaten Pati, Jawa Tengah (Sumber: Dinas KP Kab. Pati,
2012).
Berdasarkan ketersediaan bahan baku, impor masih mendominasi pasokan bahan baku, selama
peiode 2009-2010 terjadi kenaikan impor sebanyak 53,68% dan periode 2010-2011 terjadi
kenaikan sebanyak 60,37%. Rendahnya ketersediaan bahan baku lokal ditengarai oleh

Semnaskan_UGM / Pasca Panen (pPA- 02) - 129

Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13 Agustus 2016

menurunnya jumlah tangkapan nelayan lokal. Data produksi pindang lengkap disajikan pada
Gambar 2.

Gambar 2. Data produksi pindang kabupaten Pati, Jawa Tengah (Sumber: Dinas KP Kab. Pati,
2012).
Usaha Pengolahan Ikan Pindang di Kabupaten Pati, Jawa Tengah
Jenis ikan yang banyak dipindang di Kabupaten Pati khususnya daerah Juwana adalah ikan
layang (Decapterus sp.), tongkol (Auxis thazard), dan lemuru (Sardinella sp.) dengan jumlah

produksi tahun 2011 sebesar 23.429 ton layang, 2.279 ton lemuru dan 690 ton tongkol. Kenaikan
rata-rata volume produksi pindang kabupaten Pati selama tahun 2009-2011 adalah 51,21%.
Gambar 3 merupakan gambaran produksi jenis ikan yang diolah menjadi pindang yang
didaratkan di TPI/PPI di kabupaten Pati.

Gambar 3. Ketersedian bahan baku pindang di TPI kabupaten Pati tahun 2011 (Sumber: Dinas
KP Kabupaten Pati, 2012).
Di Kabupaten Pati, pengolah pindang berskala kecil dan menengah yang tercatat pada Dinas
Kelautan dan Perikanan kabupaten Pati (2013) sebanyak 81 usaha. Khusus untuk kecamatan
Juwana sendiri terdapat usaha pengolahan pindang sebanyak 36 perusahaan, namun yang
memiliki kapasitas produksi yang cukup besar hanya ada sekitar 23 perusahaan dengan kisaran
produksi 3000-9000 kg/hari. Umumnya perusahaan tersebut memiliki tenaga kerja sebanyak
50-100 orang. Modal awal mereka berkisar antara 30 juta sampai dengan 5 milyar rupiah.
Gambaran profil UPI di kabupaten Pati seperti terlihat pada Tabel 3.

130 - Semnaskan_UGM / Gunawan et al.

Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13 Agustus 2016

Tabel 3. Profil UPI di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Sumber: Dinas KP Kabupaten Pati, 2012).

Kapasitas
Tenaga
Nama UPI
Jenis Produk
produksi
kerja
(kg/hari)
(orang)
Rukun Mina Barokah
Pindang
3.000-9.000
50-100
Mina Raya
Pindang
10-60
2-5
Mina Sejahtera
Pindang & cabut duri
20-100
2-15
Perorangan
Pindang & olahan lain