MASALAH SOSIAL (1) MASALAH SOSIAL (1) MASALAH SOSIAL (1)

TUGAS MATA KULIAH PEKERJAAN SOSIAL
TENTANG MASALAH SOSIAL, KESEJAHTERAAN SOSIAL,
KEBUTUHAN SOSIAL DAN PELAYANAN SOSIAL

Dosen Pengampu : Dewi Sri Rejeki, M.Pd
Disusun Oleh:
Fibra Milawati

K5113025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

1. Masalah Sosial
 Pengertian
Ditinjau dari paradigma ilmu-ilmu sosial, pengertian masalah sosial masih
lazim digunakan untuk menunjuk suatu masalah yang tumbuh dan/atau

berkembang dalam kehidupan komunitas, di mana masalah itu dianggap kurang
atau bahkan tidak sesuai dengan nilai -nilai dan/atau norma-norma sosial dalam
komunitas tersebut. Tumbuh dan/atau berkembangnya suatu masalah sosial sangat
tergantung pada dinamika proses perkembangan komunitas itu sendiri. Ketika
suatu komunitas mengalami proses perkembangan.
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian
antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat
menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan
kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara
nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber
masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah
sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah
masyarakat, dan lain sebagainya.
 Contoh kasus masalah sosial :
Senin, 24 September 2012 , 16:47:00
Tawuran SMA 6 Vs SMA 70, Satu Tewas
JAKARTA - Konflik antarpelajar SMAN 6 dan SMAN 70, Bulungan, Jakarta

Selatan nampaknya tak pernah berakhir. Siang ini, Senin (24/9) sejumlah siswa
dua sekolah tersebut kembali tawuran di Bulungan. Akibat aksi ini, seorang siswa
SMAN 6, Alawi harus meregang nyawa setelah disabet senjata tajam oleh pelajar
yang diduga dari SMA 70 tepat di belakang Blok M Plaza, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan.
Peristiwa ini bermula ketika sekitar 20 pelajar dari SMAN 70 datang dan
menyerang 15 siswa SMAN 6 yang akan bermain futsal. Penyerangan ini terjadi

saat jam pulang sekolah. Alawi dan teman-temannya saat itu sedang berkumpul di
sebuah tempat nongkrong terkenal di Jakarta Selatan.
"Tadi lagi nongkrong di Sevel, tiba-tiba diserang," jelas Faruq, teman Alawi.
Diserang tiba-tiba, para pelajar itu tak bisa berbuat banyak. Termasuk Alawi yang
tak bisa menghindari sabetan senjata tajam pelajar SMAN 70. Ia mengalami luka
serius di bagian dada.
Faruq mengaku setelah melihat Alawi terkapar bersimbah darah, ia dan temantemannya langsung membawa korban ke Rumah Sakit Muhammadiyah,
Kebayoran Baru. Namun nyawa Alawi tak dapat diselamatkan.
"Lukanya kena sabetan di sekitar dada, kayaknya kena celurit," sambungnya.
Sementara itu, menurut Kepala Kepolisian Resort Jakarta Selatan Kombes Wahyu
Hadiningrat selain satu tewas, terdapat juga dua korban luka lainnya. Diduga dua
korban terkena lemparan batu. Ia belum menyebutkan identitas dua korban itu.

"Peristiwanya sangat cepat, begitu mereka menyerang dan langsung bubar,"
tuturnya.
Saat ini, kata Wahyu, pihaknya sedang melakukan penyelidikan latarbelakang
kasus pembunuhan tersebut, termasuk memeriksa beberapa saksi di tempat
kejadian.
(Sumber:

http://www.jpnn.com/read/2012/09/24/140795/Tawuran-SMA-6-Vs-

SMA-70,-Satu-Tewas)

 Penyelesaian :
Permasalahan yang terjadi pada kasus tersebut ialah konflik yang sudah turun
temurun sejak dahulu. Pada usia muda adalah usia yang sangat rentan untuk
tergoyahkan batinnya, seorang kawan memberikan usulan, maka sang anak akan
melakukannya. Dan hanya karena masalah sepele pun mereka juga bisa
melakukan aksi saling serang oleh karena itu diharapkan peran orang tua untuk
mengawasi sang anak untuk mengurangi keinginan sang anak untuk berontak juga
memberikan pengertian kepada anak tentang menjalin pertemanan. Memang
menjalin pertemanan kepada siapapun tidaklah salah akan tetapi setiap tindakan


menjalin pertemanan harus memikirkannya lebih dalam tentang tindakan-tindakan
yang dilakukan sang teman karena setiap tindakan yang memiliki batasannya
tersendiri. Oleh karena itu balik lagi ke kesadaran masing - masing individu
tersebut. Dan orang tua mengawasi dengan siapakah anaknya bergaul serta
memberikan kasih sayang dan perhatian yang dirasa ‘cukup’ untuk anak, berilah
ia kebebasan untuk berekspresi tapi tetap berada dalam pengawasan orangtua dan
untuk si anak jika mau memilih teman juga harus berpikir-pikir dahulu.
2. Pelayanan Sosial
 Pengertian
Pelayanan sosial adalah kegiatan yang terorganisir indakan nyata atau
aktivitas yang individu, kelompok, masyarakat, dan pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat atau menaggulangi permasalahn masyarakat, sehingga
terwujud kesejahteraan sosial yang diharapkan.
Di Inggris pelayanan social sebagai berikut : pelayanan social mencakup
suatu peralatan yang luas untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan
diamana mereka hidup. Motif utamanya adalah masyarakat secara keseluruhan
yang mempunyai tnggung jawab untuk menolong masyarakat yang lemah dan
kurang beruntung dalam memberikan perlindungan dengan pelayanan pelayanan
yang tidak mungkin dipenuhi oleh mereka sendiri secara perorangan.

Pada umunya baik kualitas maupun kuantitas dari pada pelayanan social akan
berbeda beda sesuia dengan tingkatan pengembangan dan kemakmuran suatu
Negara dan juga sesuai dengan factor sosiokultural dan juga politik yang
menentukan prioritas masalah prioritas pelayanan. Semakin tersebranya dan
diperaktekkan secara universal pelayanan social, maka pelayanan social
cenderung menjadi pelayanan yang ditunjukan kepada golongan masyarakat yang
membutuhkan pertolongan dan perlindungan khusus.
 Contoh kasus Pelayanan Sosial :
Rabu, 17 September 2014 14:19 WIB
JAKARTA, Jaringnews.com - Koalisi Pemantau Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Jamkes Watch dan Konfederasi Serikat

Pekerja Indonesia (KSPI) menemukan 20 permasalahan selama BPJS
Kesehatan resmi beroperasi 1 Januari 2014 kemarin. Permasalahan ini banyak
ditemui langsung.
Direktur Advokasi dan relawan Jamkes Watch, Ade Lukman memaparkan
permasalahan itu banyak terjadi dalam pelayanan kesehatan. Di antaranya
pembatasan pembuatan kartu kepesertaan BPJS di daerah.
Ade juga menemukan masalah praktek percaloan di Kantor Cabang BPJS dan
rumah sakit yang marak. Selain itu dia menengarai sosialisasi BPJS yang

kurang mengena dan tidak sesuai dengan kondisi masyarakat ditingkat yang
paling bawah (grassroot).
"Lainnya, perbedaan pelayanan antara pasien umum dengan pasien program
BPJS, pembatasan waktu rawat inap bagi pasien BPJS, dan terbatasnya kuota
kamar untuk pasien program BPJS," kata Ade dalam keterangan persnya, Rabu
(17/9).
Mereka juga menemukan perbedaan tarif di rumah sakit type A, B, C, untuk
penyakit-penyakit kronis. Sementara fasilitas icu di rumah sakit type C dan D
juga berbeda tarif. Sehingga rujukan ekslusif menjadi bermasalah.
Biaya ambulance juga menjadi permasalahan. Karena itu ditanggung sendiri
oleh pasien pada saat dirujuk ke rumah sakit lain. Dalam praktiknya ada
indikasi adanya permainan dalam penetapan jenis dan merk obat oleh dokter
rumah sakit yang bersifat komersial.
"Penyediaan alat bantu fisik pasien yang tidak ditanggung oleh BPJS, seperti
kaki, tangan dan bola mata palsu, penegakan hukum/sanksi tegas untuk rumah
sakit yang nakal, ada lagi minimnya biaya/tarif pelayanan/kunjungan dokter
dalam program BPJS," jelas dia.
Khusus untuk staf BPJS, kebanyakan mereka tidak melayani selama 24 jam.
Itu juga yang menyebabkan pengadaan mobil ambulance di setiap kantor
cabang BPJS. Terakhir, adanya intervensi Menteri Kesehatan kedalam BPJS

sebagai Badan
Penyelenggara.
"Antisipasi oleh BPJS dan rumah sakit dalam hal penyediaan kamar rawat
inap kelas 2 di rumah sakit terkait kewajiban bagi perusahaan untuk
mengikutsertakan atau mengalihkan pekerjanya dalam program BPJS
Kesehatan 1 Januari 2015," jelasnya.

Dengan adanya permasalahan itu, mereka menuntut perubahan Sistem INA
CBGs menjadi Fee for Service, mencabut Permenkes RI Nomor 69 Tahun
2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Tingkat
Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan.
"Ganti Direksi dan Dewan Pengawas BPJS Kesehatan yang telah gagal
menjalankan tugasnya," tutup Ade.
Sumber : http://jaringnews.com/hidup-sehat/umum/66017/berikut-ini-puluhanpermasalahan-bpjs-kesehatan-versi-jamkes-watch

 Penyelesaian :
Seharusnya dalam sistem BPJS dibuat standar operasional pelayanan, semisal
saja tentang berapa lama pendataran peserta, berapa lama follow up pengaduan
peserta dan juga pendaftaran dilakukan di puskesmas-puskesmas ataupun rumah

sakit dan tempat-tempat kesehatan yang mudah diakses oleh masyarakat.
Hal yang harus dibenahi tidak hanya aturan. Melainkan, masalah pengawasan
terhadap pelaksanaan program karena berbagai aturan program BPJS Kesehatan
yang telah dibuat secara tergesa-gesa, sedangkan sosialisasi terhadap peraturan
dinilai kurang yang hanya mengejar target pelaksanaan.
Sebaiknya pemerintah yang terkait dalam penanganan kasus BPJS harus
meninjau kembali hal yang menjadi fasilitas pengguna asuransi ini dari segi
tempat-tempat yang menjadi rujukan serta obat-obat yang disediakan.
3. Kesejahteraan Sosial
 Pengertian
Menurut Edi Suharto : kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang
kegiatan yang melibatkan aktivitas yang terorganisir yan diselenggarakan oleh
lembaga pemerintah atau swasta yang bertujuan untuk mencegah/mengatasi atau
memberikan kontribusi.
Menurut Charles Frankel : kesejahteraan sosial adalah sebuah nilai moral ideal
untuk sesuatu yang di gambarkan sebagai hidup yang baik dan masyarakat yang
baik yang dihubungkan secara dekat kepada pengertian kita kepada kebijakan,
kebebasan, dan keadilan sosial.

Menurut UU Nomor 6 Tahun 1974, tentang ketentuan-ketentuan pokok

kesejahtraan sosial. Pasal 2 (1) : Kesejahtraan sosial adalah suatu tata kehidupan
dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahirbatin, yanh memungkinkan bagi
setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-keutuhan
jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi serta kewajiban manusia sesuai
dengan pancasila.
Menurut Segel dan Bruzy ( 1998:8) : kesejahtraan sosial adalah kondisi sejahtera
dari suatu masyarakat, kesejahtraan sosial meliputi kesehatan, keadaan konomi,
kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat.
 Contoh kasus kesejahteraan sosial :
Bulog Akui Masih Ada Raskin Berkualitas Rendah
on 27 Mar 2015 at 18:14 WIB
Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog mengakui beras untuk masyarakat
miskin (raskin) yang disalurkan perusahaan plat merah tersebut masih ada yang
berkualitas rendah seperti berkutu.
Namun Direktur Utama Bulog Lenny Sugihat mengatakan buruknya raskin
tersebut hanya sebagian kecil dari jumlah raskin yang disalurkan kepada
masyarakat kurang mampu.
"Raskin berkutu itu memang kami akui," ujarnya dalam Seminar Publik Politik

Beras Era Pemerintahan Jokowi, di Jakarta, Jumat (27/3/2015).
Dia menjelaskan, masih adanya beras raskin yang berkualitas jelek karena
proses penyimpanan yang tidak baik dan dalam jangka waktu yang lama.
Dan untuk menyalurkan beras ini, Lenny mengaku pihaknya selalu

berkoordinasi dengan kementerian baik Kementerian Perdagangan maupun
Kementerian Sosial. Sehingga selalu penyaluran beras ini mendapat kontrol
dari pemerintah.
"Untuk operasi pasar kita sama Kementerian Perdagangan. Untuk raskin kita
berkoordinasi dengan Kementerian Sosial. Kalau dikeluarkan sendiri
bagaimana Bulog bisa mempertanggungjawabkan? Kita kan diaudit BPK
juga," tandasnya. (Dny/Nrm)
Sumber : http://bisnis.liputan6.com/read/2198171/bulog-akui-masih-adaraskin-berkualitas-rendah
 Penyelesaian :
Seharusnya pemerintah memfokuskan kualitas beras yang bagus karena kualitas
beras yang bagus akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Pemerintah juga memfasilitasi tempat penampungan beras agar bisa memperbaiki
kualitas beras. Yang harus juga dibenahi, adalah penerima manfaat dari raskin
yang sekarang dibagi rata-rata. Pada dasarnya tujuan raskin tahap awal tidak
dirancang untuk menstabilkan harga beras akan tetapi dengan adanya pemberian

raskin tersebut cadangan beras pemerintah menjadi sedikit sekali dan kualitasnya
rendah. Akhirnya beras-beras kualitas rendah tersebut dijual oleh pemerintah
untuk menstabilkan harga beras di negeri ini. Dalam penyelesaian ini perlu
ditingkatkan lagi terutama terkait dengan kualitas beras dimana kualitas beras ini
masih sangat rendah, ada kesan bahwa beras yang diberikan sebetulnya sudah
tidak layak untuk dimakan. Bulog sebagai penanggungjawab program Raskin
perlu mengupayakan penyediaan beras yang terjamin kualitasnya.
Seharusnya setiap daerah melakukan pengadaan beras dan membelinya dari petani
dan menyimpannya secara baik dan secara berkala di tinjau, karna dengan begitu
maka beras tidak akan jelek berkutu atau apapun. Dan hal ini akan menjadikan
suatu kesejahteraan bagi petani di daerah tersebut dan juga masyarakat yang
membeli beras karna mereka mendapatkan kualitas yang bagus dan dengan harga
yang sedikit murah jika dari petani lokal

4. Kebutuhan SOSIAL
 Pengertian
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan akan saling berinteraksi antara manusia
yang satu dengan manusia lainnya dalam kehidupan bermasyarakat dan
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi berdasarkan kepentingan bersama
dalam masyarakat
Masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan manusia, karena hanya manusia
saja yang dapat hidup bermasyarakat yaitu hidup bersama-sama dengan manusia
lain dan saling memandang sebagai penanggung jawab hak dan kewajiban.
Sebaliknya manusia juga tidak dapat dipisahkan dari masyarakat sebab seorang
manusia tidak akan dapat melakukan segala aktivitansnya dengan sendiri tanpa
adanya masyarakat.
Dalam suatu kebutuhan sosial terdapat suatu sistem sosial yang merupakan
alat bantu untuk menjelaskan kelompok-kelompok sosial. Alat bantu ini bertitik
tolak dari pandangan bahwa kelompok-kelompok manusia merupakan suatu
sistem yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam pemenuhan kebutuhannya,
manusia tidak hanya berpikir dan mencetuskan ide-ide. Manusia juga tidak hanya
berharap dan mencita-citakan sesuatu yang baik. Manusia pun berusaha
mewujudkan apa yang dipikirkan dan dicita-citakannya. Untuk itu manusia harus
malakukan berbagai aktivitas, dan manusia tidak melakukan aktivitas-aktivitas
tersebut secara individual melainkan secara sosial. Hanya melalui kerja sama
dengan orang lain, manusia berhasil mewujudkan cita-cita individual dan itu
termasuk dalam kebutuhan sosial.
 Contoh masalah :
14 Ribu Lebih Keluarga Miskin Tak Dapat Raskin
Senin, 23 Maret 2015 23:56 WIB
TUBAN (Realita) – Harapan kemiskinan bisa terkurangi dengan
menggelontorkan program subsidi pangan pada penduduk miskin tampaknya
masih jauh panggang dari api. Subsidi pangan dengan memberi beras murah

pada penduduk miskin yang lumrah disebut Raskin itu praktiknya justru
banyak dimanfaatkan oleh kaum berpunya, termasuk perangkat pemerintahan
setempat.
Selain itu, program tersebut juga tidak mampu menjangkau seluruh penduduk
miskin, lantaran kemampuan Pemerintah memberi subsidi pun terbatas. Bagian
Perekonomian, Administrasi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra)
Pemkab Tuban mencatat, setidak ada 14.565 keluarga miskin yang tidak
mendapat jatah beras subsidi itu selama program tersebut dilaksanakan.
“Total keluarga miskin yang kita data ada 111.660 Kk. Realisasinya 97.104
KK, jadi sekitar 15 persennya tidak dapat jatah raskin,” jelas Ir. M. Amenan,
Kepala Bagian Perekonomian, Administrasi Pembangunan dan Kesra Tuban,
Senin (23/3/2015).
M. Amenan menambahkan, jika program raskin tersebut tidak bisa mengentas
kemiskinan, itu sudah pasti. Karena masih banyak keluarga miskin yang luput
dari program tersebut, akibatnya keluarga penerima raskin harus rela jatahnya
terkurangi untuk diberikan kepada keluarga yang tidak masuk daftar tersebut.
Ketentuannya, tiap KK miskin dijatah 15 Kg beras murah yang dibandrol Rp
1.600/Kg itu. Praktiknya selama ini, KK miskin penerima raskin hanya
mendapat jatah 5-10 kg / KK. Sisanya diberikan pada KK miskin lain yang
belum terjangkau.
Kecewanya lagi, pada perkembangan selanjutnya beras murah tersebut juga
dibagikan kepada keluarga non miskin. Bahkan tak jarang mereka yang
berstatus PNS juga mendapat jatah. M. Amenan tidak mengelak fakta ini.
Bahkan Bupati Tuban, KH Fathul Huda dalam sambutannya di acara Evaluasi
Raskin 2014 dan Sosialisasi Raskin 2015 juga mengakui praktik pembagian
raskin yang salah kaprah itu.

“Beras dari Bulog itu juga seringkali dijual oleh warga miskin penerimanya.
Mereka enggan mengkonsumsinya dengan alasan kualitasnya jelek.
Sebenarnya tidak. Beras itu kualitas standart. Tapi kelamaan disimpan di
gudang, jadi warnanya kusam dan kadang pecah-pecah,” kata M. Amenan.
Pengakuan yang sama juga disampaikan Kepala Bulog Sub Divisi Regional
(Divre) III Bojonegoro, Afdhal. Ia tak menampik fakta banyaknya keluhan dari
masyarakat bahwa seringkali kualitas beras yang dikirim Bulog untuk raskin
kualtiasnya jelek. Afdhal mempersilahkan masyarakat segera melaporkan jika
ditemukan beras raskin yang diterimanya kurang memenuhi standart konsumsi.
Afdhal meyakinkan, di wilayah Bojonegoro, Tuban dan Lamongan yang
menjadi area Bulog Sub Divre III Bojonegoro, sampai pertengahan tahun 2015
ini tidak akan kekurangan stok beras. Sayangnya, Afdhal tidak menyebut
berapa total stok yang tersimpan di masing-masing gudang yang ada di tiga
kabupaten tersebut.
Sementara itu sejumlah Kepala Desa (Kades) dan perangkatnya yang sempat
bertemu realita.co selepas acara evaluasi tersebut mengatakan, lebih senang
jika program raskin itu ditiadakan. Menurut para punggawa desa ini, program
raskin bukannya membantu menyelesaikan masalah, tetapi justru menambah
masalah.
Catatan dari Bagian Kesra Pemkab Tuban sendiri menyebutkan, program
raskin ini mampu membantu meringkankan beban konsumsi beras keluarga
miskin hingga 39,6 % dari total kebutuhan konsumsi rata-rata per KK. Saat ini
tercatat rata-rata konsumsi beras sebesar 113,7 Kg per kk per tahun. Bek.
Sumber

:

http://www.realita.co/index.php?news=14-Ribu-Lebih-Keluarga-

Miskin-Tak-DapatRaskin~11f56f1b025a21c1cc8b04ab69b82d94d227fe807ec7033d417ee75e777
098c8

 Penyelesaian :
Raskin merupakan beras miskin akan tetapi pada kasus tersebut banyak orang
miskin yang tidak mendapatkannya malah sebaliknya orang yang dirasa mampu
malah mendapatkannya. Seharusnya pemerintah mendata ulang dari tingkat
bawah sehingga datanya bisa valid. Dan berkaitan dengan Program Raskin,
pemerintah perlu segera mengoptimalkan fungsi infrastruktur pengaduan
masyarakat di setiap tingkat pemerintahan dan daerah untuk menampung dan
menyelesaikan berbagai pengaduan masyarakat menyangkut program Raskin.
Tentu saja, untuk hal ini pemerintah perlu melatih petugas penanganan pengaduan
yang aktif dan sensitif.serta tidak memihak.
Seharusnya untuk menghindari hal tersebut rumah tangga diminta untuk
mengumpulkan data sosial-ekonomi rumah tangga, termasuk struktur demografi
dan karakteristik rumah tangga. Hasil sensus tersebut selanjutnya dipergunakan
sebagai informasi dasar untuk melakukan analisis diskriminan guna memisahkan
penduduk miskin dengan penduduk bukan miskin. Setelah data calon penerima
program tersedia, program bantuan keluarga bersyarat dapat dimulai. Persyaratan
dapat dikaitkan dengan kriteria keluarga miskin di Indonesia. Perlu juga kesadaran
masyarakat untuk tidak memakan hak orang lain dan harus menerima keputusan.

DAFTAR PUSTAKA
http://k2xh.blogspot.com/2010/11/kesejahteraan-di-indonesia.html diakses pada 18
April 2015 pukul 14.31
http://kodarsocialwelfare.blogspot.com/2011/12/pelayanan-sosial.html diakses pada 18
April 2015 pukul 14.29
http://organisasi.org/definisi-pengertian-masalah-sosial-dan-jenis-macam-masalahsosial-dalam-masyarakat diakses pada 18 April 2015 pukul 14.23
http://skooci.blogspot.com/2013/02/kebutuhan-sosial-manusia.html diakses pada 18
April 2015 pukul 14.35
http://yhoen-yulia.blogspot.com/2012/03/kesejahteraan-dan-pelayan-sosial.html diakses
pada 18 April 2015 pukul 14.21
https://ekontansi.wordpress.com/tag/kebutuhan/ diakses pada 18 April 2015 pukul 14.36