KONVERGENSI WAHYU DAN ALAM SEMESTA
"MEMBACA WAHYU DAN ALAM
SEMESTA"
Sebuah Upaya Konvergensi
Judul Asli
: AI-Jam'u Baina AI-Qiraatain: Qiraah AI-Wahyi wa Qiraah
AI-Kaun
Pengarang : Prof. Dr. Taha Jabir AI-'Ulwani
Penerbit
: The International Institute of Islamic Thought (IIIT),
Herndon,
Virginia, USA
Alih Bahasa : Shaifurrokhman Mahfudz
Daftar Isi:
Pengantar
Pendahuluan
Signifikansi Bacaan Wahyu dan Alam
Semesta
Metode Konvergensi Wahyu dan Alam
Semesta
Misi Qurani Plus Universalisme
Tantangan pertama
dan terpenting bagi
muslim modern
adalah melakukan
konvergensi
metodologis dalam
upaya
penggabungan dua
bacaan; antara
wahyu ilahi dengan
ilmu-ilmu alam dan
kemanusiaan yang
tegak berdiri di atas
ketentuan-
Islamisasi IImu Pengetahuan dan Pembangunan Kemanusiaan
Catalan Pinggir
1
: Pertama, Tahun 1417 H/1996 M
Page
Cetakan
EPILOG
Pemisahan terhadap dua bacaan utama; bacaan wahyu dan
alam semesta menjadikan manusia sering dihadapkan pada
berbagai bentuk pertentangan dalam metode pendidikan dan
sistem pembelajaran antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
alam. Hal ini tidak akan pernah menghantarkan masyarakat
modern manapun pada sebuah bentuk yang menggabungkan
dua ilmu dalam satu wadah.
Fenomena ini wujud disebabkan adanya dominasi metodemetode Barat dalam pemisahan dua ilmu tersebut yang telah
menyeluruh ke segenap penjuru dunia. Dampaknya, para
siswa yang mencari pengetahuan ilmu-ilmu wahyu, mereka
akan pergi ke fakultas-fakultas teologi, sedangkan bagi siswa
ilmu-ilmu alam akan pergi ke fakultas-fakultas ilmu terapan
dasar pengetahuan yang menyatakan bahwa : "Setiap hal
yang diketahui tunduk terhadap kesadaran dan eksperimen".
Logika ini sebenarnya muncul dari pemahaman keliru yang
disebabkan karena ketiadaan penelaahan terhadap persoalan
konvergensi dua bacaan, yaitu wahyu dan alam. Karena tujuan
konvergensi
dua
bacaan
bermuara
pada
pemahaman
Page
UNESCO telah mengumumkan kepada dunia tentang prinsip
2
(applied science) sebagaimana yang terjadi di Barat.
kesemestaan terhadap wujud yang tidak terbatas hanya pada
kedua bacaan saja.
Apabila kita menganggap cukup hanya dengan dua bacaan
saja, maka kita akan tetap berada dalam batas-batas skup
pemikiran
konvensional
dan
kita
akan
bergelut
dengan
pemahaman yang bersandarkan kepada fragmentasi (tafkik)
terhadap
realitas
dengan
menggunakan
logika
ilmiah
Page
3
modern.@
Profil Ringkas Thaha Jabir AI-'Ulwani:
Kelahiran Irak tahun 1354 H/1935 M.
Program Licence (S-1) Fakultas Syari'ah wa AI-Qanun, Universitas AIAzhar, tahun 1378 H/1959 M.
Program Magister (S-2) Fakultas Syari'ah wa AI-Qanun, Universitas
AI-Azhar 1388 H/1968 M.
Program Doktor (S-3) Ushul Fiqh, Fakultas Syariah wa AI-Qanun,
Universitas AI-Azhar, tahun 1392 H/1973 M.
Pengajar Fiqh dan Ushul Fiqh di Universitas Imam Muhammad bin
Su'ud AI-lslamiyah di Riyadh dari tahun 1395-1405 H/1975-1985 M.
Turut
mendirikan
AI-Ma'had
AI-'Alami
Ii
AI-Fikr
AI-lslami
(The
International Institute of Islamic Thought)-IIIT di Amerika Serikat,
tahun 1401 H/1981 M.
Ketua IIIT dan anggota Majlis AI-Umana (The Security Council).
Anggota Majlis Ta'sisi (Constituent Assembly) Rabithah AI-'Alam AIlslami di Makkah AI-Mukarramah.
Dauli) di Jeddah.
Ketua Majelis Fiqh Amerika Utara.
Rektor Institut IImu-llmu Islam dan Sosial (SISS).
Muhaqqiq (akurator) kitab Al-Mahshul fi 'Ulum Ushul al-Fiqh" karya
Imam Fakruddln Ar-Razi, enam jilid.
Karya Tulis Utama yang Diterbitkan:
4
Ketua Lembaga Fiqh Islam Internasional (Majma' AI-Fiqh AI-lslami AdPage
- Al-ljtihad wa At- Taqlid fi AI-Islam
- Ushul Al-Fiqh Al-lslami; Manhaj Bahts wa Ma'rifah
- At-Ta'addudiyah Ushul wa Muraja'at baina Al-lstitiba' wa Al-lbda'
- Azmah Al-Fikriyah wa Manahij At- T aghyir .
- Adab Al-lkhtilaf fi AI-Islam .
- Islamiyyah Al-Ma'rifah Baina Al-Ams wa Al-Yaum
- Hakimiyyah Al-Quran .
Page
5
- Al-Jam'u Baina Al-Qira-atain
KATA PENGANTAR
ن الرر م
سم م الل لهم الرر ح
بم ح
ح م
حيِم م
م م
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam untuk hamba-hamba-Nya
yang terpilih.
Buku ini adalah sebuah pandangan ilmiah tentang konvergensi dua
bacaan atau keilmuan; yakni bacaan Kitabullah yang tertulis (wahyu)
dengan bacaan Kitabullah yang terlihat (alam semesta) sebagai dua
sumber
pengetahuan
manusia
yang
tersedia
dan
didalamnya
mengandung indikasi perintah membaca yang diucapkan berulang-
ح
م ح م
سم م مرب ب م
{2} ق
{ م1} خل مقم
ذيِ م
ن م
ك ال ر م
ساِ م
خل مقم احل منِإْ م
اقحمرأ مباِ ح
ن ع مل ق
اقحرأ ح ورب ب م م
{4} م مباِل حقمل مم م
{ ال ر م3} م
ك احلك حمر م
ذيِ ع مل ر م
م مم
6
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia
Page
ulang, saat pertama kali Al-Quran al-Karim diturunkan:
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan Kalam (tulis-baca)".
Perintah itu diulang-ulang sebanyak dua kali. Yang pertama dengan
menggunakan "Atas nama Tuhanmu yang telah menciptakan" dan kali
lain dengan "Nama-Nya" (Maha Suci Allah) dimana Ia mengajarkan
manusia dengan kalam.
Pandangan inilah yang disuguhkan Prof. Dr. Taha Jabir al-’Ulwani
kepada kita sebagai benchmark bagi kajian-kajian mendalam yang
dapat memberikan kontribusi positif pada pemikiran dan penerapan
konsep
metodologis
pengetahuan
dalam
upaya
islamisasi
ilmu
pengetahuan yang berupaya mengilustrasikan aspek-aspek umum
(integral), dan berinteraksi dengan Al-Quran melalui keseimbangan
sikap dalam menghadapi realitas. Prof. Taha juga menjelaskan strategi
untuk menjauhi metode-metode yang keliru dalam berinteraksi dengan
tradisi (turats) Islam, sekaligus pemikiran kemanusiaan lainnya,
sebagai berikut:
Pertama: Metode penerimaan absolut yang berlanjut pada taqlid
dengan mempertajam (inkhirath) persoalan-persoalan masa lalu dan
menyikapi problematikanya melalui cara yang hampir melepaskan
secara total dari realitas dan problematika kita. Ataupun taklid buta
yang disebabkan mentalitas subordinatif dengan Barat dan budayanya
yang
terdiri
dari
perpaduan
konsep
yang
menyesatkan
wahyu
disamping pandangan materialistis terhadap alam semesta, manusia
dan kehidupan.
kedalam
7
fanatisme dan penafian esensi realitas, serta memalingkan antara diri
Page
Kedua : Metode penolakan absolut yang menghalangi kita dari
akumulasi
pengetahuan,
sehingga
menjerumuskan
kita
kita dengan keadilan, sebagaimana yang tercermin dalam seruan Allah
Swt; "Berlakulah adil, karena itulah yang lebih mendekatkan taqwa".
Ketiga : Metode selektif yang rancu (absurd) yang menghantarkan
kepada
cara-cara
pendekatan,
perbandingan,
invensi
(talfiq),
penggabungan (tawfiq) dan bentuk-bentuk lain yang sama sekali tidak
ilmiah (knowledgeable) dan tidak bisa diterima oleh pemikiran moderat
manapun.
Karena itu, buku yang ada dihadapan Anda saat ini merupakan wujud
kongkrit dari amaliah nyata dan sebuah percontohan yang telah
menapaki
proses
pembentukan
sistem
pengetahuan
Islam
dan
peletakan pondasi dasar metodologi yang mencakup berbagai indikasi,
penjelasan dan cara untuk mempertemukan dua bacaan (baca; wahyu
dan alam semesta). Buku ini juga berusaha menghadirkan pemikiranpemikiran
baru;
sebuah
langkah
yang
dapat
ditempuh
untuk
mengambil kaedah dan memelihara keterikatan dengan Al-Quran dan
Sunnah, menegaskan sikap terhadap turats dan hal-hal lainnya yang
terpancar dalam sistem metodologinya yang ilmiah.
Dengan buku ini, mudah-mudahan Allah memberi kemanfaatan kepada
ummat dan menjadi batu loncatan dalam upaya penulisan-penulisan
islami yang berbobot dan responsif atas realitas yang muncul sebagai
sebuah langkah yang dapat menghantarkan solusi dari stagnasi dan
krisis pemikiran modern.
Guru Besar Ushul Fiqh Universitas Al-Azhar Mesir
Page
Prof.Dr. Ali Jum’ah Muhammad
8
Kairo, Awal Rajab al-Ashamm 1415 H
PENDAHULUAN
Umat Islam memiliki beberapa karakteristik dan keistimewaan yang
utama, diantaranya :
Karakteristik
Pertama:
Ummat
Qiraah.
Islam,
pada
mula
pembentukannya diawali dengan kalimat "Iqra’ " (bacalah), bukan
kalimat; "Bunuhlah atau taklukkan untuk memerangi bangsa itu..".
manusia dengan perantaraan kalam (tulis baca), Dia mengajar
manusia apa yang tidak diketahuinya." (al-‘Alaq:1-5).(1)
Karakteristik Kedua: Bahwa peradaban Islam yang dirangkai oleh
ummat adalah peradaban semesta yang manusiawi dan universal
serta dilandasi dan dibangun oleh Kitabullah. Perjalanan masa yang
semakin
panjang
menjadikan
sebagian
jiwa
manusia
semakin
mengeras. Dan, cara pemulihan yang efektif adalah dengan membaca
Page
menyebut nama Tuhanmu yang Maha pemurah, yang mengajar
9
Permulaan itu berupa perintah untuk membaca: "Bacalah dengan
kembali Kitabullah tersebut. Karena itu, peranan Rasulullah Saw telah
jelas termaktub dalam firman Allah SWT :
"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka
sebelumnya benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata." (QS.alBaqarah; 128)
Seruan Nabi Ibrahim AS;
م آمياِت م م
م
مرب رمناِ مواب حعم ح
م مر م
مه م م
ك ومي معمل ب م
م ي مت حملوُ ع مل ميِ حهم ح
من حهم ح
سوُل ل ب
ث مفيِهم ح
كيِهم إنِإْ م م
{129} م
م م
ب موال ح م
ح م
ة ومي ممز ب م ح م ر
زيمز ال م
ال حك ممتاِ م
كيِ م
ك أنِإْ م
حك ح م
ت العم م
"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau,
dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah)
serta mensucikan mereka, Sesungguhnya Engkaulah yang maha
pengasih lagi Maha penyayang." (QS. al-Baqarah 129)
Allah
berfirman
sebagai
pujian
kepada
hamba-hambanya
yang
من قمب ح م
{164} ن
ل لم م
م
فيِ م
ل ب
ضلَ ق
ممبيِ ق
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari
golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayatayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka
Al-Kitab
dan
Al-Hikmah.
Dan
sesungguhnya
sebelum
Page
م
ن أ منِإْ م
لم م
ن إ مذ ح ب معم م
ف م
مؤُ م
م مر م
سه م ح
سوُل ل ب
ث مفيِهم ح
ه ع مملىَ ال ح م
ن الل ل م
قد ح م
م ح
ممنيِ م
م ر
كاِمنِإْوُا ح
ة وممإن م
م آمياِت مهم ومي ممز ب
م م
ب موال ح م
م ال حك ممتاِ م
حك ح م
مه م م
م ومي معمل ب م
كيِهم ح
ي مت حملوُ ع مل ميِ حهم ح
10
mukmin.
kedatangan nabi itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang
nyata." (QS. Ali Imran : 164)
م
م
ممنوُا قمد ح أ منِإْمز م
م
مفاِت ر م
ب ال ر م
ه إ مل ميِ حك م ح
ل الل ر م
نآ م
قوُا الل ر م
ه مياِ أوحمليِ احلل حمباِ م
ذي م
ن
ت ل بيِ م ح
ج ال ر م
مب ميِ بمناِ ق
م آمياِ م
خرم م
{ رر م10} ذ مك حلرا
ت الل رهم م
سوُلل ي مت حملوُ ع مل ميِ حك م ح
ذي م
{11}ت إ مملىَ البنوُمر
ماِ م
ت م
حاِ م
ممنوُا ومع م م
صاِل م م
ن الظ بل م م
آ م
مملوُا ال ر
م م
Firman-Nya: "Maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang
mempunyai akal (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya
Allah telah menurunkan peringatan kepadamu, (dan mengutus)
seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang
menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dari
kegelapan kepada cahaya? (QS. ath-Thalaq: 10-11)
فروا م م
ف ب
م ح
ن
من م
شرم م
ن ال ر م
ن م
ب موال ح م
لم ح
ل ال حك ممتاِ م
كيِ م
كيِ م
ن أه ح م
م ح
ن كم م م
ذي م
م ي مك م م
ح
سوُ ل
} مط مهرمرة ل
ح ل
م ال حب ميِ بن م م
ص م
م
{ مر م1} ة
فاِ ب
ل ب
حرتىَ ت مأت ميِ مهم م
ن الل رهم ي مت حملوُ م
م م
{2
Firman-Nya : "Orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang
seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaeanlembaran yang disucikan (Al-Quran)." (QS. al-Bayyinah: 1-2)
Allah telah meniadakan dua sifat pada diri Rasulullah SAW, yakni
pemaksaan dan penguasaan.
{22} صيِ حط مرق
لر ح
ت ع مل ميِ حمهم ب م م
س م
م م
Page
(agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata. (yaitu)
11
musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan
"Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka."(QS. Al-Ghasyiah:
22).
م
{45} جرباِرق
ت ع مل ميِ حمهم ب م م
ماِ أنِإْ م
وم م
"Dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka."
(QS. Qaaf: 45),
agar ia dapat membuktikan Islam sebagai agama petunjuk dan agama
kebenaran yang dibawanya kepada manusia. Dengan itu, hidayah dan
keselamatan merambah seluruh isi bumi dan manusia berada dalam
keadaan yang aman sentosa. Sebagian karakteristik risalah Nabi Saw
(shalawat dan salam untuk shahabat beserta keluarganya) bersifat
umum,
integral
dan
universal,
religius,
seimbang
dan
ilmu
pengetahuan yang metodologik (al-manhajiyyah al-ma’rifiyyah).
Karakteristik Ketiga: Bahwa ummat Islam adalah sebuah komunitas
yang teguh memelihara warisan kenabian (nubuwwah) sekaligus
meyakini eksistensinya.
م م
م ح
م ل بن م ح
صط م م
ن م
قت م م
سه م و م م
ف م
عمباِد ممنِإْاِ فم م
فيِ حمناِ م
صد ل
من حمهم ب
ظاِل م ل
من حهم ح
ا ح
م ح
ن الل رهم ذ مل م م
ض م
} ل ال حك ممبيِمر
ك هموُم ال ح م
ساِب مقل مباِل ح م
خيِ حمرا م
وم م
ف ح
م م
من حهم ح
ت ب مإ مذ ح م
12
{32
Page
م
حيِ حمناِ إ مل ميِ ح م
ن ي مد مي حهم
ك م
موال ر م
ب هموُم ال ح م
ذيِ أوح م
صد بلقاِ ل ب م
حقب م
م م
ن ال حك ممتاِ م
ماِ ب ميِ ح م
م م
{ ث م م31} خبيِر بصيِر
ن
ب ال ر م
م أوحمرث حمناِ ال حك ممتاِ م
إم ر
ر
ن الل ر م
ذي م
ه ب معممباِد مهم ل م م م ل م م ل
"Dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu yaitu al-kitab (AlQuran) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi
Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. Kemudian kitab itu kami
wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba
kami, lalu diantara mereka ada yang menganiyaya diri mereka sendiri
dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada
(pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang
demikian itu adalah karunia yang sangat besar." (QS. Fathir: 31-32)
Karakteristik Keempat: Kemurnian tauhid. Ummat ini berbeda dari
ummat lain dalam pemeliharaan tauhid yang murni dan bersih, yakni
tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah dan tauhid sifat yang kesemua itu
merupakan kesempurnaan tauhid yang dibawa oleh seluruh Nabi.
Secara umum, Islam adalah agama tauhid yang dibawa oleh seluruh
para Nabi dan Rasul.
Karenanya, apabila terjadi perubahan-perubahan dan penyelewenganpenyelewengan yang mengakibatkan keberpalingan terhadap risalah
para Nabi serta karakteristik agama keselamatan yang dibawa mereka,
maka sesungguhnya Allah telah menjamin akan menjaga seluruh
warisan tauhid nabawi dengan akidah Islam dan dasar-dasarnya yang
merangkumi semua kaidah dalam kitab mu’jizat abadi Al-Quran yang
tidak ada kebatilan didalamnya dan sesudahnya. Ini dimaksudkan agar
tauhid tetap menjadi ukuran dan barometer yang mampu menjelaskan
batasan-batasan dan penjelasan-penjelasan tentang ketuhanan dan
Esa dengan segala kekhususanny. S sedangkan peribadatan yang
dilakukan oleh seluruh manusia dengan sepenuh hati adalah bagian
dari keseluruhan kekhususan Ilahi, agar mereka menjadi hamba-hamba
Allah yang setara dihadapan-Nya, dalam segala hal. Hati dan akal
mereka terbebas dari semua bentuk pengaruh luar. Mereka merasakan
bahwa pengangkatan mereka di alam semesta ini untuk menegakkan
peranan penting yang tidak dapat dtunaikan tanpa disertai ilmu dan
Page
Ketuhanan yang dimaksudkan adalah khusus kepada Allah Swt Yang
13
peribadatan.
pengetahuan,
pedoman,
keistiqamahan,
keseimbangan,
keadilan,
amanah, syariah dan kontinuitas pemahaman terhadap wahyu dan
Bacaan yang terdapat dalam perintah Tuhan adalah bacaan yang telah
ditentukan petunjuk dan kejelasan arahnya. Perintah itu turun dua kali
dengan dua bacaan:
Bacaan Pertama:
Page
SIGNIFIKANSI DUA BACAAN(3)
14
alam semesta secara menyeluruh.(2)
Membaca dengan nama Allah Swt terhadap wahyu yang telah turun
untuk kemudian dilanjutkan ayat-ayat lainnya sampai sempurna
menjadi Al-Quran yang mulia, kokoh dan mengandung penjelasanpenjelasan ayat. Ayat-ayat itu dibacakan sendiri oleh Muhammad
kepada manusia dan dijelaskannya kepada mereka agar dapat
mengambil pelajaran tentang hikmah, hidayah, dan petunjuk sehingga
jiwa menjadi suci dengan kehidupan yang bersih dan diberikan
petunjuk dalam menunaikan peranan kekhalifahan serta menegakkan
kewajiban pensejahteraan dan pemakmuran.
Ketika Rasulullah Saw menjawab bahwa beliau bukanlah orang yang
bisa membaca, ia memahami perintah itu sebagai bacaan yang
didiktekan kepadanya, padahal ia tidak tahu bacaan dan tulisan serta
tidak ada pengetahuan tentang apa yang harus ia baca, akan tetapi
Allah Swt mengaitkan bacaan itu "Dengan nama Tuhanmu" seakanakan Dia berfirman:
"Sesungguhnya engkau tidak akan sendirian dalam menjalankan
pekerjaan yang tidak kau ketahui, namun Tuhanmu akan bersamamu
yang akan memberikanmu banyak hal. Dia mampu mengajarkan cara
pelaksanaan hal-hal yang diperintahkan kepadamu, dan membekalimu
dalam hal itu seperti halnya Dia ajarkan semua nama kepada Adam
dan pengajaran kepada Ibrahim, Musa, Isa dan Nabi-Nabi serta Rasul-
bersamamu dalam setiap penjelasan dan pengajaranmu kepada
manusia untuk menegakkan hujjah kepada mereka".
Allah
Swt
menggunakan
kata
"al-Insan"
(manusia).
Penyebutan
penciptaan manusia itu sendiri dimaksudkan untuk menenangkan hati
Rasulullah Saw atas anugerah yang diberikan kepadanya berupa
kemampuam membaca. Suatu perkara yang tidak sulit bagi Tuhannya
Page
membaca sehingga dapat membantu dan menyertaimu, senantiasa
15
Rasul selain mereka. Maka kepada-Nyalah mohon pertolongan dalam
yang telah menciptakan segala sesuatu dan menjadikan manusia dari
segumpal darah.
Sebutan penciptaan yang terdapat dalam ayat itu juga untuk
memberikan kesiapan mental Rasullullah Saw yang suci dan mulia
untuk menjelaskan jenis bacaan kedua, yaitu bacaan tentang mahluk
dan telaah alam semesta. Dengan demikian, keduanya adalah kitab
yang wajib dibaca. Kitab yang diturunkan, dibacakan dan mu’jiz yaitu
Al-Quran, dan kitab penciptaan yang terbuka yakni mahluk dan alam
semesta terutama manusia. Keduanya wajib dibaca secara bersamaan
agar
dapat
tercipta
memungkinkan
pengetahuan
manusia
peradaban
menjalankan
peran
sempurna
yang
kekhalifahan
dan
menunaikan hak amanah serta menegakkan tuntutan-tuntutan sebuah
kemakmuran (al-‘umran).
Ia adalah pengetahuan yang tidak dapat terwujud secara individual,
akan
tetapi
menuntut
peran
dari
pihak
lain
untuk
menelaah,
mengoreksi, membaca dan menulis buku serta mentransformasikan
berbagai
keahlian
mendayagunakan
dan
"qalam"
pengetahuan
yang
telah
kepada
manusia
diajarkan
Allah
dengan
sekaligus
menjadi wasilah bagi pertukaran, pengembangan dan pemanfaatan
pengetahuan. Disamping itu, apa yang Allah Swt anugerahkan berupa
pengetahuan-pengetahuan memberikan pengaruh inspirasi kepada
Konvergensi terhadap bacaan wahyu dan alam semesta adalah sumber
pengetahuan manusia yang keduanya terjalin erat dalam upaya
menghantarkan manusia kepada kesaksian sejarah (asy-syuhud alhadhari) dan menjalankan peran pemakmuran serta kekhalifahan
terhadap semesta ini yang menuntut penggabungan keduanya.
Dengan itu, maka Al-Quran dan indikasi-indikasinya dapat dipahami
Page
mengajar (manusia) apa yang tidak diketahuinya."
16
akal dengan berbagai kreatifitas serta hal lainnya. Firman Allah: "Dia
dari makhluk ciptaan. Memahami semesta dan menuntunnya dalam
tugas khalifah, menjalankan kewajiban-kewajiban amanah Al-Quran
dan cahaya petunjuknya. Adalah sebuah kemestian membaca dua
sumber dan menerapkan perintah itu dengan dua bacaan; bacaan
wahyu yang turun berupa kitab agung yang sudah digariskan untuk
tujuan yang benar bagi makhluk, yang mengingatkan akan sunatullah
yang berlaku diatas semesta, yang menjelaskan pedoman, aturan dan
hakikat dasar.
Sedangkan bacaan alam semesta mencakup fenomena-fenomena
kekuasaan Ilahi, sifat-sifat-Nya, penciptaan manusia dan seluruh
kenyataan-kenyataan alam. Menelaah (rububiyah) sang kreator Maha
Suci Dzat-Nya, kemuliaan besar dalam penciptaan manusia dan
pengangkatan khilafah-nya, pengayoman-Nya terhadap alam semesta,
mengatur kemakmuran dan kesejahteraannya.
Al-Quran yang mengandung ayat-yat mulia dan hal-hal yang berkaitan
erat dengannya, sejak dulu telah menghadirkan solusi paling sukses
dalam menyelesaikan krisis pengetahuan pada masa tanzil (turun
wahyu). Yaitu krisis yang dikenal dengan "jahiliyah". Dan, hanya AlQuran yang senantiasa mampu menghadirkan kunci-kunci solusi
pengetahuan dalam menghadapi krisis pengetahuan modern atau
penggabungan
dua
bacaan
dan
penolakan
idiom-idiom
konvensional dari lingkaran liar yang destruktif untuk dikaitkan dengan
bacaan pertama yakni apa yang termaktub dalam ayat
م
مةم مرب ب م
}ن
ن موال ح م
م ح
سط ممرو م
ماِ ي م ح
ك بم م
ت ب من معح م
ماِ أنِإْ م
{ م1} ن
قل مم م وم م
جمنوُ ق
{2
Page
Maka
17
jahiliyah abad 20 masehi.
"Nun, demi kalam apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu
(Muhammad) sekali-kali bukan orang gila". (QS. Al-Qalam: 1-2)
adalah dengan mengeluarkan ilmu pengetahuan dari ruang lingkup
perampasan kondisi, karena Allah adalah
{4} ن
م ال ح م
{ م2} ن
ه ال حب مميِاِ م
ساِ م
قحرآ م
خل مقم احل منِإْ م
م م
{ ع مل ر م3} ن
ع مل ر م
"dzat yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia,
mengajarnya pandai berbicara." (QS. ar-Rahman: 2-4).
Oleh sebab itu ditetapkanlah neraca (keadilan) dan berjanji kepadamu
م
م
ط وممل
س م
ن مباِل ح م
وُا مفيِ ال ح م
موُا ال حوُمحز م
ق ح
{ ومأمقيِ م8} ن
ميِمزا م
أرل ت مط حغم ح
{9} ن
تم ح
سمروا ال ح م
خ م
ميِمزا م
"supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan
tegakkanlah
timbangan
itu
dengan
adil
dan
janganlah
kamu
mengurangi neraca itu". (QS. ar-Rahman: 8-9)
طوُ م
ج م
جع م م
ن م
م
ه أم ح
شيِ حلئاِ وم م
موُ م
خمر م
ل ل مك م م
م ل م ت معحل م م
ممهاِت مك م ح
نأ ر
كم ب
موالل ل م
من ب م م م
م
م
م تم ح
{78} ن
شك ممرو م
ال ح ر
صاِمر موالفحئ مد مة م ل معمل رك م ح
س ح
معم موالب ح م
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS. an-Nahl; 78)
Ilmu-Nya adalah ilmu yang menyeluruh, mencakup dan sempurna.
Page
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
18
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
يعل مم ماِ بيِ م
حيِ م
ن بم م
خل ح م
ماِ م
ن م
م ومل م ي م م
مه م
عل ح م
ن أي ح م
طوُ م
يِءق ب
فه م ح
م وم م
ديهم ح
م ح
ش ح
مح م م مح م
م
ض ومل م ي م م
ماِ م
ماِموا م
سعم ك محر م
شاِء وم م
ه ال ر
ؤُود مه م
س م
سيِ ب م
إ مل ر ب م م
ت موالحر م
{255} م
ح ح
م
يِ ال حعم م
ظيِ م
فظ مهم م
ماِ ومهموُم ال حعمل م ب
"Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka. Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah
Maha Tingggi lagi Maha Besar." (QS. al-Baqarah: 255)
م
م
حاِ م
ط ب مك م ب
ل م
{12} ِما
يِءق م
ه قمد ح أ م
ومأ ر
عل ح ل
ن الل ر م
ش ح
Dialah Allah SWT: "Dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu." (QS. ath-Thalaq: 12).
Adapun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, jika pun tahu
tentang sesuatu maka sesungguhnya "mereka hanya mengetahui
yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai." (QS.ar-Rum: 7).
Karenanya, krisis dunia pengetahuan dewasa ini tidak ada lagi jalan
keluarnya selain pedoman pengetahuan qurani. Tidak ada Nabi selain
"Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada
tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (Rasul). Maka
janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap
Page
{ فمملَ ت مط ممع ال ح م51} ذيلرا
شئ حمناِ ل مب معمث حمناِ مفيِ ك م ب
ن
ل قمحري مةق نِإْ م م
ومل موُح م
ري م
كاِفم م
{52} دا ك ممبيِلرا
جاِه مد ح م
جمهاِ ل
وم م
هم ب مهم م
19
Muhammad dan tidak ada kitab selain Al-Quran.
mereka dengan Al-Quran dengan jihad yang besar". (QS. al-Furqan: 5152).
Maka dua bacaan tentang wahyu dan alam semesta adalah dua
kemestian,
karena
keduanya
adalah
perintah
Ilahi,
dan
menggabungkan keduanya merupakan keharusan, karena tanpa itu
akan terjadi penyelewengan.
Barang siapa yang menafikan bacaan pertama dan tenggelam pada
bacaan
kedua
yang
berupa
pengetahuan
alam
semesta
atau
metafisika semesta, maka hilanglah hubungannya dengan Allah, tidak
peduli terhadap hal-hal ghaib lalu melangkah bersama falsafah buatan
yang menimbulkan perlakuan-perlakuan keji, yakni usaha menyatukan
antara manusia dan alam dengan keterbatasan nara sumber.
Selanjutnya, menganggap sang pencipta dan seluruh hal ghaib
hanyalah ma waraiyyat (metafisika). Apabila kekuatan ghaib itu
beraksi dan memberikan pengaruh terhadap mahluk atau ciptaan,
maka pengaruhnya itu disebabkan letupan pertama untuk kemudian
terlupakan atau dilupakan, setelah itu alam semesta berjalan terus
dengan sendirinya dalam bentuk fatamorgana, sebagaimana yang
diyakini oleh Aristoteles di masa dulu dan Newton serta yang lainnya di
masa kini.
untuk mengingat Dzat Yang Berkreasi; Allah Swt, maka sesungguhnya
20
mereka dapat mengingat-Nya. Akan tetapi dengan bentuk analisa yang
Page
Ketika sebagian pengikut pandangan ini mendapatkan kenikmatan
meyakini bahwa Dzat Allah Swt telah menempati dalam kekuatan alam
dan mencair untuk beralih ke suatu bagian yang mustahil, agar setelah
itu mereka kemudian dapat membuat rumusan dengan "dealektika
materialsme" yang sama sekali tak mungkin berlaku bagi Sang Khaliq.
Disinilah manusia mulai merasa kaya dan menganggap cukup dari
Tuhannya, karena ia tidak kembali melihat selain tabiat yang ada di
depannya yang dianggap segala-galanya. Hanya Dia sajalah yang
berada di belakang semua yang terjadi.
Padahal, dalam kenyataannya, Dia mampu memaksa alam. Manusia
tidak dapat melihatnya, karena ia tunduk dan patuh dibawah kekuatan
Allah, bahkan ia melihatnya sebagai alam yang terpisah atau bagian
dari sesuatu yang ghaib. Pada saat itu, ia tidak sadar bahwa Allah SWT
telah mengaturnya dan Dialah yang sesungguhnya menciptakan
dirinya
dan
alam
semesta.
Bahkan,
Dialah
yang
sebenarnya
melakukannya, yang mengaturnya dengan beragam kemampuan yang
mampu mendayagunakan alam semesta yang terbentang dengan
segala isinya. Alam semesta ini memang disediakan untuk manusia.
Manusia dibekali dengan kapasitas kemampuan nurani, akal dan
pengetahuan yang dapat memposisikannya mampu mendayagunakan
alam semesta dan menegakkkan amanah kekhalifahan.
Manusia lalai dan berpaling dari mengingat Allah. Mereka tidak melihat
kekuasaan Ilahi, sehingga datanglah hidayah wahyu yang menguatkan
naluri kemampuan dan keyakinan adanya kekuasaan serta kreasi
untuk menjadikan hubungannya dengan semesta sebagai sebuah
sayangnya dengan manusia, dan keberadaannya sebagai makhluk
yang dipercaya memegang kekhalifahan; keberadaan alam semesta
sebagai ciptaan yang tunduk terhadap sang khalifah yang dipercaya.
Antara manusia dan alam semesta, keduanya sama dalam hal
penciptaan dan penghambaan: "Allah menciptakan kamu dan apa
yang kamu kerjakan". Maka pada saat itu, wujud semesta mengambil
Page
Dengan ini, maka hilanglah unsur-unsur alam dalam hubungan kasih
21
hubungan kekuasaan, pemaksaan dan pertentangan kontradiktif.
posisi kekuatan yang saling bertolak belakang dan bertentangan, dan
manusia yang lalai itu telah memerankan diri
sebagai Tuhan yang
mampu menggerakkan ilmu dengan berbagai cara. Dirinya merasa
kokoh, ia mempertuhankan hawa nafsunya yang keberadaannya
berasal dari alam. Sehingga dengan kekuasaannya, agama berpindah
kepada sesuatu yang mengambil peranan pada saat dibutuhkan untuk
menutupi kebusukan, memenuhi keinginan atau menuruti perintah
semata-mata. Disinilah kebenaran firman Allah:
م
{7} َست مغحمنى
ساِ م
ك مرلَ إ م ر
{ أن ررآه م ا ح6} َن ل ميِ مط حمغى
ن احل منِإْ م
"Ketahuilah sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
karena dia melihat dirinya serba cukup". (QS. al-‘Alaq: 6-7).
Maka terjadilah kesewenang-wenangan dan kekejian, (4) bencana alam,
polusi dan kerusakan di bumi, laut dan udara yag disebabkan tangantangan manusia. Goyanglah keseimbangan dan nampaklah penyakitpenyakit yang aneh dan langka didalam masyarakat. Kemiskinankemiskinan yang menyebabkan rasa lapar, kerusakan-kerusakan dan
penyakit
lainnya
yang
menyeluruh
dalam
semua
bentuknya.
Kriminalitas dengan segala macamnya dengan penghidupan yang
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya,
baginya
penghidupan
yang
sempit,
dan
kami
akan
menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta". (QS.
Thaha: 124).
Page
وم م
ضن ل
ح م
ممعيِ م
م
ض م
ش ل
كاِ ومنِإْ م ح
ة م
ريِ فمإ م ر
شمره م ي موُح م
ه م
ن لم م
ن أع حمر م
م م ح
عن ذ مك ح م
م
{124} َمى
ال ح م
مةم أع ح م
قميِاِ م
22
sangat sempit.
Orang-orang yang lalai itu merasa puas atas diri mereka sendiri
dengan anggapan bahwa persitiwa yang terjadi adalah unsur alami
yang lazim, tidak bisa dielakkan bagi orang-orang yang menghendaki
kenikmatan, karunia kemakmuran tentang kemungkinan terjadinya
peristiwa itu dan penolakan terhadap nilai-nilainya yang membawa
petaka.
Pengesampingan terhadap bacaan kedua, yaitu bacaan alam semesta
dan menganggap cukup dengan bacaan pertama, berakibat pada
keterputusan total dari kesemestaan, yang berlanjut dengan pelarian
dan penghinaan terhadap dunia dan apa yang ada di dalamnya,
menafikan kemampuan dan potensi kultural peradaban manusia serta
menghambat pelaksanaan peranan kekhalifahan dan kemakmuran. Ia
memalingkan dirinya, dari kesenangan dan karunia pemberdayaan,
mematikan
pemikirannya,
mengurangi
nilai
kreasi,
bahkan
menggagalkan aktifitasnya. Maka, dalam segala hal, ia tidak melihat
manusia sendiri saja sebagai subjek pelakunya dan tidak melihat
keberadaannya dalam hidup mempunyai makna yang berarti. Semua
pemikiran ini jelas berlawanan dengan petunjuk Al-Quran.
Bahwa melampaui batas dalam bacaan kedua, mengesampingkan atau
tidak menggabungkannya dengan bacaan pertama berakibat pada
munculnya kelemahan peradaban manusia dan menghambat potensi
Sebagian orang yang terbatas pengetahuannya terhadap bacaan
pertama menyangka bahwa kesucian Dzat Yang Maha Berkreasi tidak
dapat tercapai kecuali jika nilai kerja manusia digagalkan peniadaan
kehendak dan kreatifitasnya serta perampasan peran teologi prediktif
(lahut dan kahnut).
Page
dengan alam realitas.
23
mereka yang menyebabkan kontradiksi peristiwa-peristiwa alam ghaib
Yang jelas, menurut ungkapan kebanyakan para pemuka Islam dahulu
dan
buku-buku
tentang
ungkapan-ungkapan
aliran
mereka
Islam,
dapat
menyimpan
ditemukan
sesuatu
yang
bahwa
sangat
mengejutkan tentang persoalan pembauran antara kerja manusia dan
kerja Tuhan, kehendak manusia, permasalahan ikhtiar, sebab-musabab
dan lainnya. Pencampur-bauran itulah yang mengakibatkan banyak
kerancuan dan ketimpangan dalam tatanan pengetahuan Islam.
Jadi, sudah semestinya menggabungkan dua bacaan itu; bacaan
wahyu dan bacaan alam semesta dan memadukan keduanya, agar
tidak menjerumuskan manusia kedalam salah satu dampak negatif dari
dua sisi tersebut.
Dari
sini,
apa
pengetahuan"
yang
kami
(islamiyyah
namakan
al-ma’rifah)
dengan
adalah
"islamisasi
keharusan
ilmu
suatu
pengetahuan. Keharusan peradaban yang tidak hanya berlaku dalam
frame Islam, akan tetapi juga pada tingkatan seluruh dunia, agar dapat
keluar dari keterhimpitan pengetahuan dan krisis pemikiran dunia
modern. Karena setelah peletakan dasar strategi pengetahuan dan
pemikiran, peradaban Barat sendiri dihadapkan pada problematika
baru
dalam
pewarnaan
terhadap
pedoman
pengetahuan
bagi
peradaban dan ilmu pengetahuannya yang dapat dijadikan sandaran
bagi kemajuan Barat dalam keilmuan dan semua aspeknya. Marxisme
Soviet
sebelum
Barat
menemukan
alternatif
pengetahuan
dan
pedomannya.
Ini disebabkan peradaban Barat yang masih tetap tidak memiliki
alternatif warna falsafah, tidak ada jawaban positif tentang persoalanpersoalan utama, penting dan berkelindan yang banyak dipalingkan
oleh para ilmuan sendiri dalam menjawabnya.
Page
dan demikianlah ternyata Marxisme runtuh dengan tumbangnya Uni
24
telah berusaha mewujudkan warna ini dengan dialektika materialisme
Adapun krisis yang dialami masyarakat Arab dan kaum muslimin juah
lebih berat dan parah. Kita semua terhimpun dalam krisis dunia pada
suatu sisi, karena hubungan dan peran kita dengan itu tidak dapat
dianggap sebagai hubungan clay vessel (barraniyah) atau marginal
(hamisyiyah) seperti yang diduga sebagian orang. Peradaban modern
(baca: Barat) telah sukses dalam upaya menyerang pemikiran
(ghazwul
fikri)
mengharuskan
kebudayaan
kita
dan
dan
seluruh
lembaga
dunia
yang
dengan
menjadikannya
itu
sebagai
pedoman, motivasi keilmuan dan pemahaman tentang alam, dan
gerak semesta sebagaimana mengharuskan dalam pandangan dan
konsepsi tentang sejarah, ilmu pengetahuan, peradaban, budaya,
kemajuan, kemunduran dan lain-lainnya. Lalu, apa sebenarnya hakikat
"islamisasi ilmu pengetahuan" yang diupayakan dapat menjadi solusi
atas krisis yang melanda ilmu pengetahuan, pemikiran dan dunia
kita?"
Islamisasi ilmu pengetahuan lahir dan terwujud dari bacaan dua kitab
yang mendasarkan pada perpaduan pemahaman keduanya, menyibak
keutuhan pemahamannya melalui metodologi riset. Kitab pertama
adalah kitab wahyu yang kita baca yakni Al-Quran dan kitab kedua
adalah kitab alam semesta yang senantiasa bergerak menyimpan
seluruh fenomena alam.
kaidah yang benar dan tuntutan sunatullah. Al-Quran membimbing
semesta dan demikian halnya semesta menuntun Al-Quran (inilah apa
yang kami sebut dengan "konvergensi dua bacaan"), bacaan yang
nampak ghaib terbentuk wahyu dalam alam semesta, dan bacaan
interpretatif tentang alam semesta dan unsur-unsurnya dalam wahyu.
Bacaan wahyu adalah sesuatu yang diturunkan secara absolute-
Page
menuntun satu sama lain, mengarahkan dan membimbing kepada
25
Al-Quran yang mulia dan alam semesta yang indah, keduanya saling
general (al-kully) untuk sesuatu yang detail (al-juziy) disebabkan
kemampuan subjektif manusia dalam pemahaman realisasi al-kully.
Sedangkan bacaan semesta muncul dari juziy dengan jalan petunjuk
kully,
sesuai
dengan
kemampuan
manusia
yang
nisbi
dalam
memahami fenomena yang ada. Karenanya, tidak akan terjadi
pertentangan sengit antara karunia yang diberikan wahyu dengan
hasil-hasil pengetahuan interpretatif.
Inilah hal yang sangat ditekankan pada permulaan turunnya wahyu
dalam surat al-‘Alaq: "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantaraan kalam (tuli-baca)." (QS.al-‘Alaq: 1-5)
Demikian penting dan tegasnya penggabungan dua bacaan itu.
Adapun ketika terjadi pertentangan antara bacaan wahyu dan alam
semesta , maka pengetahuan manusia akan terarah kepada dua
konsekuensi yang berbahaya:
1. Kalangan yang hanya menggantungkan pada aspek ghaib
dengan mencukupkan satu bacaan; wahyu.
Mereka meniadakan aspek interpretatif dan unsur-unsurnya
sendiri yang pada akibatnya mereka mengalihkan persoalan
26
agama kepada mitos dan ramalan-ramalan yang merampas
Page
dalam prediksi-prediksi asumtif dan kemampuan diri mereka
manusia dan alam semesta serta menafikan sebab-musabab
(kausalitas),
aturan-aturan
gerak
dan
bentuknya
serta
ketentuan-ketentuan masyarakat, sejarah dan perekonomian
yang menjadi objek interaksi manusia. Pengikut bacaan ini
berada dalam stagnasi pemikiran yang kaku dan seringkali
mengalahkan serta menyalahkan agama pada saat tidak sampai
pada batasan-batasan yang dikehendaki karena kekurangan dan
kelemahannya.
2. Kalangan yang terpaku pada bacaan semesta saja, lebih
cenderung memahami aspek objektif seputar permasalahanpermasalahan kedua. Mereka menafikan kondisi ghaib yang
berperan (sebagai subjek) dalam gerak alam semesta dan secara
bertahap
berakhir
pengetahuan
peradaban,
yang
pada
pemikiran
memberikan
disebabkan
peranan
buatan
pengaruh
dan
efek
dalam
pada
ilmu
tatanan
negatif
yang
ditimbulkannya.
Demikianlah, manusia menjadi terbagi-bagi, terpisah dan saling
bermusuhan antara keyakinan mitos (ramalan) dan kreasi batil yang
pada saat bersamaan permulaan ayat yang turun dalam surat al-‘Alaq
meniadakan
keyakinan
pada
ghaib
ketika
mengaitkan
antara
keghaiban ini dengan bacaan kedua yaitu bacaan objektifisme qalam.
Bacaan objektif terhadap kondisi juga menafikannya ketika dihadapkan
dengan bacaan pertama, disamping juga menegaskan bahwa penelaah
dua keadaan dan dua bacaan itu adalah manusia yang beriman
terhadap wahyu dan memahami fenomena-fenomena alam semesta
melampaui peranan yang semestinya.
Sesungguhnya pemisahan dua bacaan menjadikan manusia banyak
dihadapkan pada berbagai bentuk pertentangan dalam metode
pendidikan dan aturan-aturan pengajaran antara ilmu-ilmu agama dan
ilmu-ilmu alam. Tidak akan pernah menghantarkan umat modern
manapun pada sebuah bentuk yang dikehendaki para penuntut ilmu
Page
pada manusia, tidak juga penyalahgunaan keunggulan dan tidak
27
dan geraknya secara bersamaan. Karenanya tidak terjadi perampasan
untuk menggabungkan dua ilmu dalam satu wadah. Sebabnya karena
dominasi metode-metode Barat dalam pemisahan dua ilmu itu yang
telah menyeluruh ke segenap penjuru dunia. Maka, bagi siswa yang
mencari wahyu, mereka akan pergi ke fakultas-fakultas teologi, dan
siswa ilmu-ilmu alam akan pergi ke fakultas-fakultas ilmu terapan
(applied science) seperti yang telah terjadi di Barat. Adapun yang
terjadi pada kita, pemisahan itu terdapat pada fakultas-fakultas syari’,
dakwah, ushuludin dengan fakultas-fakultas ilmu-ilmu modern atau
ilmu sosiologi dan ilmu antropologi, terlebih pada ilmu-ilmu terapan.
Pemisahan antara dua bacaan yang mengakibatkan pertentangan
sengit itu membawa dampak negatif, yakni menjauhkan antara ilmuilmu agama dengan ilmu antropologi dan ilmu sosiologi.
Metode-metode konvensional ini berkembang pesat dalam interaksinya
dengan ilmu-ilmu antropologi dan sosiologi. Pembentukannya hanya
sesuai dengan bacaan kedua saja (alam semesta) yang menjauhkan
dari pengaruh ilmu-ilmu agama dan petunjuk wahyu, sebagaimana
pendukung ilmu-ilmu agama dan naqliyah telah kehilangan banyak
kemampuan mereka dalam memberikan pengaruh kepada masyarakat
yang kian berubah dengan konstruksi yang tidak stabil, pada saat ilmu
mereka dipertemukan dengan ilmu-ilmu sosiologi dan antropologi,
termasuk apa yang diberikan mereka dalam upaya memahami
persoalan yang terjadi.
Hal ini bisa dijadikan peringatan akan pentingnya hubungan antara
ilmu-ilmu wahyu dengan sains dan ilmu sosiologi-antropologi serta
bidang-bidang lainnya seperti ilmu psikologi, ilmu budaya manusia dan
beragam
tatanan
peradaban
yang
menjadikan
mendesaknya
kebutuhan untuk menggabungkan dua bacaan itu lebih jelas dan
nyata.
Page
28
masyarakat-masyarakat itu dan metode interaksi dengan persoalan-
Penggabungan
dua
bacaan
adalah
keharusan
dalam
upaya
pembentukan budaya muslim modern dalam corak yang berbeda
dengan kontruksi Barat-Eropa yang berakhir pada dualisme antara
mitos dan kreatifitas yang saling bertentangan. Bahaya dualisme
destruktif ini sekalipun berada pada pertentengan, namun mampu
menolak sebagian tatanan lain yang sama seperti sebuah aliran
konvensonal ketika telah kehilangan pandangan-konsep umum tentang
semesta, kehidupan, manusia dan keterkaitannya dengan nilai-nilai
manusia dan etikanya terhadap Allah Swt.
Maka, jati
diri manusia
berkembang
menurut ukuran nilai-nilai
rasionalitas dan etika, dan produk utama agama adalah kemuliaan
akhlak. Sesungguhnya hembusan keangkuhan diri manusia menjadi
wasilah justifikasi pertentangan nasionalisme dan sosial sebagaimana
keberhasilan justifikasi individulisme-liberal pada batas yang maksimal.
Karena itu, pertentangan menjadi sangat keras dalam semua aspek
sebagai ganti dari keselamatan yang diberikan nilai-nilai itu.
Hal itu tidak lain karena manusia menganggap dirinya mampu, bahkan
melebihi Dzat yang telah menciptakanya. Dan, barang siapa yang
menganggap dirinya lebih mampu dari Allah Swt, ia akan berbuat lalim
di muka bumi. Ia akan membusungkan dada kepada setiap orang yang
dalam surat al-‘Alaq yang menyeru penggabungan dua bacaan dan
krisis
kedurhakaan
dan
keangkuhan
manusia
terhadap
tatanan
peradaban modern yang congkak hanya karena kemajuan ilmu
terapannya.
melampaui
"Ketahuilah
batas,
karena
sesungguhnya
dia
melihat
manusia
dirinya
benar-benar
serba
cukup.
Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu)". (QS. al-‘Alaq:
6-8)
Page
Dengan semua ini, maka lengkaplah korelasi antara awal turun wahyu
29
mengajaknya untuk mengikuti nilai-nilai daan etika.
Maka persoalan penggabungan dua bacaan adalah permasalahan
metodologi dalam pengetahuan yang menghantarkan konklusi sebuah
peradaban. Bagi yang menggabungkan dua bacaan, ia tidak merasa
cukup di hadapan Allah Swt, karena ia senantiasa sadar akan
ketergantungannya kepada-Nya. Ia tidak bertindak sewenang-wenang,
tidak menganggap tinggi, tidak durhaka serta tidak berbuat kerusakan
METODE KONVERGENSI DUA BACAAN
Pengantar asas untuk menggabungkan dua bacaan dimulai dengan
penyingkapan hubungan metodologis antara susunan metodologi ayatayat Al-Quran di satu sisi, ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan yang
Page
30
di muka bumi.
terbentang dan bergerak di alam semesta di sisi lain dengan struktur
metodologi yang mengaitkannya.
Al-Quran adalah wahyu Ilahi yang dengannya kita dapat mengerti dan
memahami bahwa wujud semesta ini bertitik tolak dari kenyataan
bahwa Al-Quran adalah mutlak, komprehensif dan sempurna. Segenap
keluasan
kapasitas
pengetahuan
yang
menggabungkan
kita
dimiliki
dua
terhadap
manusia,
bacaan
keduanya
yaitu
dan
selaras
dengan
kemampuan
membukakan
untuk
perpaduan
metodologis antara wahyu dan alam. Metodologi Al-Quran adalah
metodologi alam, dan karenanya, yang dikehendaki tidak sekedar
mencukupkan perkataan itu dalam tataran konsep belaka, akan tetapi
seharusnya dapat menyibaknya secara aplikatif. Karena, perkataan
"konseptual"
seringkali
tidak
mencapai
tuntutan
keadaan
yang
semestinya optimistik, justru sebenarnya keliru atau sesuatu yang
mungkin dapat merusaknya.
Oleh sebab itu, tantangan pertama dan terpenting bagi muslim
modern adalah melakukan konvergensi metodologis dalam upaya
penggabungan dua bacaan; antara wahyu ilahi dengan ilmu-ilmu alam
dan kemanusiaan yang tegak berdiri di atas ketentuan-ketentuan Ilahi
di alam semesta, kehidupan dan manusia.
tentang keagungan Al-Quran dan kemu’jizatannya dalam ribuan
halaman, bahkan jutaan, akan tetapi tulisan-tulisan itu belum mampu
membukakan
manusia
dan
menyibakkan
metodologinya
yang
mencakup alam dan ruang geraknya, yang sanggup menegakkan
kaidah-kaidah petunjuk (hidayah) dan agama kebenaran, sebagaimana
belum dapat menyibak tentang pembauran metodologi antara bacaan
Al-Quran dengan bacaan alam semesta.
Page
benar-benar agung dan tentu mu’jizat. Orang-orang telah menulis
31
Adapun pembicaraan tentang keagungan Al-Quran, maka Al-Quran
Telah banyak ayat-ayat mulia dan ungkapan-ungkapan agamis yang
menunjukan
beragam
penafsiran-takwil,
dan
dalam
kebanyakan
penafsiran itu hampir seluruhnya merupakan upaya penjatuhan (over
throw), tema-tema israiliyat dan sejenisnya yang sudah jelas dalam
pandangan kita.
Demikian juga dalam pengetahuan-pengetahuan kemanusiaan dan
kemasyarakatan modern, bahkan dalam ilmu-ilmu sains modern,
terjadi
juga
kondisi
yang
serupa.
Banyaknya
pertanyaan
yang
membingungkan di sekolah-sekolah keilmuan tersebut dan tidak
ditemukannya jawaban yang representatif adalah karena pembauran
metodologis dua bacaan itu belum tersibak. Kalaupun ada, hanya
sebatas
tindakan
parsial
yang
terlihat
dalam
berbagai
upaya
"pembersihan diri" yang menjadikan sebagian orang patuh manut. Hal
itu nyaris mendapat porsi besar sebagai upaya yang dewasa ini dikenal
dengan "al-I’jaz al-‘Ilmi".
(5)
Maka keyakinan kita yang teguh akan keharusan penggabungan dua
bacaan dan menjadikannya sebagai syarat utama untuk keluar dari
krisis pemikiran dan pengetahuan dalam percaturan global dan lokal,
mengandung ketegasan untuk kewajiban menengok kembali relevansi
metodologi itu, yakni antara Al-Quran, alam semesta dan manusia
untuk melengkapi paradigma pandangan Islam dan kejelasan seluruh
antara keyakinan ketuhanan (lahut) dan kemanusiaan (nasut) atau
antara dunia-akhirat, antara wahyu yang diturunkan (tanzil ilahi)
dengan kreasi manusia serta pertentangan-pertentangan serupa yang
menjadi kendala selama ini.
Peranan ini tidak dapat tercapai kecuali bagi orang-orang yang telah
diberikan anugerah Al-Quran dan porsi ilmu pengetahuan yang
Page
Disamping melepaskan manusia dari keletihan akibat pertentangan
32
sandarannya, serta hubungan antara ghaib dengan alam dan manusia.
mencukupi untuk menyibak pembauran metodologi tersebut; antara
Al-Quran, alam semesta dan manusia.
Karenanya, kaidah-kaidah "islami" dicanangkan diatas hal-hal berikut :
1. Rekontruksi pandangan pengetahuan yang tegak diatas prinsip
dan karekteristik konsepsi Islam yang lurus untuk memperjelas
apa yang disebut tatanan pengetahuan Islam yang mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan umum, tanpa terlewatkan
sedikitpun. Disamping itu, menyusun kekuatan internal dengan
kritik pengetahuan yang mungkin mencakup dan menyerap
dalam bentuk metodologi yang tepat, dan pada saat yang sama
memberikan
kemampuan
metodologis,
dan
perwujudan
penafsiran
pengetahuan
pengetahuan
yang
yang
tidak
berlandaskan atas pemaksaan dan retorika, akan tetapi di
dasarkan pengetahuan metodologi yang sempurna.
2. Kembali meneliti, membentuk dan membangun kaidah-kaidah
metodologi islami di atas naungan "metodologi pengetahuan
qur`ani"
dan
petunjuk
yang
terkandung
didalamnya.
Kemudaratan besar telah menimpa metodologi i
SEMESTA"
Sebuah Upaya Konvergensi
Judul Asli
: AI-Jam'u Baina AI-Qiraatain: Qiraah AI-Wahyi wa Qiraah
AI-Kaun
Pengarang : Prof. Dr. Taha Jabir AI-'Ulwani
Penerbit
: The International Institute of Islamic Thought (IIIT),
Herndon,
Virginia, USA
Alih Bahasa : Shaifurrokhman Mahfudz
Daftar Isi:
Pengantar
Pendahuluan
Signifikansi Bacaan Wahyu dan Alam
Semesta
Metode Konvergensi Wahyu dan Alam
Semesta
Misi Qurani Plus Universalisme
Tantangan pertama
dan terpenting bagi
muslim modern
adalah melakukan
konvergensi
metodologis dalam
upaya
penggabungan dua
bacaan; antara
wahyu ilahi dengan
ilmu-ilmu alam dan
kemanusiaan yang
tegak berdiri di atas
ketentuan-
Islamisasi IImu Pengetahuan dan Pembangunan Kemanusiaan
Catalan Pinggir
1
: Pertama, Tahun 1417 H/1996 M
Page
Cetakan
EPILOG
Pemisahan terhadap dua bacaan utama; bacaan wahyu dan
alam semesta menjadikan manusia sering dihadapkan pada
berbagai bentuk pertentangan dalam metode pendidikan dan
sistem pembelajaran antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
alam. Hal ini tidak akan pernah menghantarkan masyarakat
modern manapun pada sebuah bentuk yang menggabungkan
dua ilmu dalam satu wadah.
Fenomena ini wujud disebabkan adanya dominasi metodemetode Barat dalam pemisahan dua ilmu tersebut yang telah
menyeluruh ke segenap penjuru dunia. Dampaknya, para
siswa yang mencari pengetahuan ilmu-ilmu wahyu, mereka
akan pergi ke fakultas-fakultas teologi, sedangkan bagi siswa
ilmu-ilmu alam akan pergi ke fakultas-fakultas ilmu terapan
dasar pengetahuan yang menyatakan bahwa : "Setiap hal
yang diketahui tunduk terhadap kesadaran dan eksperimen".
Logika ini sebenarnya muncul dari pemahaman keliru yang
disebabkan karena ketiadaan penelaahan terhadap persoalan
konvergensi dua bacaan, yaitu wahyu dan alam. Karena tujuan
konvergensi
dua
bacaan
bermuara
pada
pemahaman
Page
UNESCO telah mengumumkan kepada dunia tentang prinsip
2
(applied science) sebagaimana yang terjadi di Barat.
kesemestaan terhadap wujud yang tidak terbatas hanya pada
kedua bacaan saja.
Apabila kita menganggap cukup hanya dengan dua bacaan
saja, maka kita akan tetap berada dalam batas-batas skup
pemikiran
konvensional
dan
kita
akan
bergelut
dengan
pemahaman yang bersandarkan kepada fragmentasi (tafkik)
terhadap
realitas
dengan
menggunakan
logika
ilmiah
Page
3
modern.@
Profil Ringkas Thaha Jabir AI-'Ulwani:
Kelahiran Irak tahun 1354 H/1935 M.
Program Licence (S-1) Fakultas Syari'ah wa AI-Qanun, Universitas AIAzhar, tahun 1378 H/1959 M.
Program Magister (S-2) Fakultas Syari'ah wa AI-Qanun, Universitas
AI-Azhar 1388 H/1968 M.
Program Doktor (S-3) Ushul Fiqh, Fakultas Syariah wa AI-Qanun,
Universitas AI-Azhar, tahun 1392 H/1973 M.
Pengajar Fiqh dan Ushul Fiqh di Universitas Imam Muhammad bin
Su'ud AI-lslamiyah di Riyadh dari tahun 1395-1405 H/1975-1985 M.
Turut
mendirikan
AI-Ma'had
AI-'Alami
Ii
AI-Fikr
AI-lslami
(The
International Institute of Islamic Thought)-IIIT di Amerika Serikat,
tahun 1401 H/1981 M.
Ketua IIIT dan anggota Majlis AI-Umana (The Security Council).
Anggota Majlis Ta'sisi (Constituent Assembly) Rabithah AI-'Alam AIlslami di Makkah AI-Mukarramah.
Dauli) di Jeddah.
Ketua Majelis Fiqh Amerika Utara.
Rektor Institut IImu-llmu Islam dan Sosial (SISS).
Muhaqqiq (akurator) kitab Al-Mahshul fi 'Ulum Ushul al-Fiqh" karya
Imam Fakruddln Ar-Razi, enam jilid.
Karya Tulis Utama yang Diterbitkan:
4
Ketua Lembaga Fiqh Islam Internasional (Majma' AI-Fiqh AI-lslami AdPage
- Al-ljtihad wa At- Taqlid fi AI-Islam
- Ushul Al-Fiqh Al-lslami; Manhaj Bahts wa Ma'rifah
- At-Ta'addudiyah Ushul wa Muraja'at baina Al-lstitiba' wa Al-lbda'
- Azmah Al-Fikriyah wa Manahij At- T aghyir .
- Adab Al-lkhtilaf fi AI-Islam .
- Islamiyyah Al-Ma'rifah Baina Al-Ams wa Al-Yaum
- Hakimiyyah Al-Quran .
Page
5
- Al-Jam'u Baina Al-Qira-atain
KATA PENGANTAR
ن الرر م
سم م الل لهم الرر ح
بم ح
ح م
حيِم م
م م
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam untuk hamba-hamba-Nya
yang terpilih.
Buku ini adalah sebuah pandangan ilmiah tentang konvergensi dua
bacaan atau keilmuan; yakni bacaan Kitabullah yang tertulis (wahyu)
dengan bacaan Kitabullah yang terlihat (alam semesta) sebagai dua
sumber
pengetahuan
manusia
yang
tersedia
dan
didalamnya
mengandung indikasi perintah membaca yang diucapkan berulang-
ح
م ح م
سم م مرب ب م
{2} ق
{ م1} خل مقم
ذيِ م
ن م
ك ال ر م
ساِ م
خل مقم احل منِإْ م
اقحمرأ مباِ ح
ن ع مل ق
اقحرأ ح ورب ب م م
{4} م مباِل حقمل مم م
{ ال ر م3} م
ك احلك حمر م
ذيِ ع مل ر م
م مم
6
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia
Page
ulang, saat pertama kali Al-Quran al-Karim diturunkan:
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan Kalam (tulis-baca)".
Perintah itu diulang-ulang sebanyak dua kali. Yang pertama dengan
menggunakan "Atas nama Tuhanmu yang telah menciptakan" dan kali
lain dengan "Nama-Nya" (Maha Suci Allah) dimana Ia mengajarkan
manusia dengan kalam.
Pandangan inilah yang disuguhkan Prof. Dr. Taha Jabir al-’Ulwani
kepada kita sebagai benchmark bagi kajian-kajian mendalam yang
dapat memberikan kontribusi positif pada pemikiran dan penerapan
konsep
metodologis
pengetahuan
dalam
upaya
islamisasi
ilmu
pengetahuan yang berupaya mengilustrasikan aspek-aspek umum
(integral), dan berinteraksi dengan Al-Quran melalui keseimbangan
sikap dalam menghadapi realitas. Prof. Taha juga menjelaskan strategi
untuk menjauhi metode-metode yang keliru dalam berinteraksi dengan
tradisi (turats) Islam, sekaligus pemikiran kemanusiaan lainnya,
sebagai berikut:
Pertama: Metode penerimaan absolut yang berlanjut pada taqlid
dengan mempertajam (inkhirath) persoalan-persoalan masa lalu dan
menyikapi problematikanya melalui cara yang hampir melepaskan
secara total dari realitas dan problematika kita. Ataupun taklid buta
yang disebabkan mentalitas subordinatif dengan Barat dan budayanya
yang
terdiri
dari
perpaduan
konsep
yang
menyesatkan
wahyu
disamping pandangan materialistis terhadap alam semesta, manusia
dan kehidupan.
kedalam
7
fanatisme dan penafian esensi realitas, serta memalingkan antara diri
Page
Kedua : Metode penolakan absolut yang menghalangi kita dari
akumulasi
pengetahuan,
sehingga
menjerumuskan
kita
kita dengan keadilan, sebagaimana yang tercermin dalam seruan Allah
Swt; "Berlakulah adil, karena itulah yang lebih mendekatkan taqwa".
Ketiga : Metode selektif yang rancu (absurd) yang menghantarkan
kepada
cara-cara
pendekatan,
perbandingan,
invensi
(talfiq),
penggabungan (tawfiq) dan bentuk-bentuk lain yang sama sekali tidak
ilmiah (knowledgeable) dan tidak bisa diterima oleh pemikiran moderat
manapun.
Karena itu, buku yang ada dihadapan Anda saat ini merupakan wujud
kongkrit dari amaliah nyata dan sebuah percontohan yang telah
menapaki
proses
pembentukan
sistem
pengetahuan
Islam
dan
peletakan pondasi dasar metodologi yang mencakup berbagai indikasi,
penjelasan dan cara untuk mempertemukan dua bacaan (baca; wahyu
dan alam semesta). Buku ini juga berusaha menghadirkan pemikiranpemikiran
baru;
sebuah
langkah
yang
dapat
ditempuh
untuk
mengambil kaedah dan memelihara keterikatan dengan Al-Quran dan
Sunnah, menegaskan sikap terhadap turats dan hal-hal lainnya yang
terpancar dalam sistem metodologinya yang ilmiah.
Dengan buku ini, mudah-mudahan Allah memberi kemanfaatan kepada
ummat dan menjadi batu loncatan dalam upaya penulisan-penulisan
islami yang berbobot dan responsif atas realitas yang muncul sebagai
sebuah langkah yang dapat menghantarkan solusi dari stagnasi dan
krisis pemikiran modern.
Guru Besar Ushul Fiqh Universitas Al-Azhar Mesir
Page
Prof.Dr. Ali Jum’ah Muhammad
8
Kairo, Awal Rajab al-Ashamm 1415 H
PENDAHULUAN
Umat Islam memiliki beberapa karakteristik dan keistimewaan yang
utama, diantaranya :
Karakteristik
Pertama:
Ummat
Qiraah.
Islam,
pada
mula
pembentukannya diawali dengan kalimat "Iqra’ " (bacalah), bukan
kalimat; "Bunuhlah atau taklukkan untuk memerangi bangsa itu..".
manusia dengan perantaraan kalam (tulis baca), Dia mengajar
manusia apa yang tidak diketahuinya." (al-‘Alaq:1-5).(1)
Karakteristik Kedua: Bahwa peradaban Islam yang dirangkai oleh
ummat adalah peradaban semesta yang manusiawi dan universal
serta dilandasi dan dibangun oleh Kitabullah. Perjalanan masa yang
semakin
panjang
menjadikan
sebagian
jiwa
manusia
semakin
mengeras. Dan, cara pemulihan yang efektif adalah dengan membaca
Page
menyebut nama Tuhanmu yang Maha pemurah, yang mengajar
9
Permulaan itu berupa perintah untuk membaca: "Bacalah dengan
kembali Kitabullah tersebut. Karena itu, peranan Rasulullah Saw telah
jelas termaktub dalam firman Allah SWT :
"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka
sebelumnya benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata." (QS.alBaqarah; 128)
Seruan Nabi Ibrahim AS;
م آمياِت م م
م
مرب رمناِ مواب حعم ح
م مر م
مه م م
ك ومي معمل ب م
م ي مت حملوُ ع مل ميِ حهم ح
من حهم ح
سوُل ل ب
ث مفيِهم ح
كيِهم إنِإْ م م
{129} م
م م
ب موال ح م
ح م
ة ومي ممز ب م ح م ر
زيمز ال م
ال حك ممتاِ م
كيِ م
ك أنِإْ م
حك ح م
ت العم م
"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau,
dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah)
serta mensucikan mereka, Sesungguhnya Engkaulah yang maha
pengasih lagi Maha penyayang." (QS. al-Baqarah 129)
Allah
berfirman
sebagai
pujian
kepada
hamba-hambanya
yang
من قمب ح م
{164} ن
ل لم م
م
فيِ م
ل ب
ضلَ ق
ممبيِ ق
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari
golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayatayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka
Al-Kitab
dan
Al-Hikmah.
Dan
sesungguhnya
sebelum
Page
م
ن أ منِإْ م
لم م
ن إ مذ ح ب معم م
ف م
مؤُ م
م مر م
سه م ح
سوُل ل ب
ث مفيِهم ح
ه ع مملىَ ال ح م
ن الل ل م
قد ح م
م ح
ممنيِ م
م ر
كاِمنِإْوُا ح
ة وممإن م
م آمياِت مهم ومي ممز ب
م م
ب موال ح م
م ال حك ممتاِ م
حك ح م
مه م م
م ومي معمل ب م
كيِهم ح
ي مت حملوُ ع مل ميِ حهم ح
10
mukmin.
kedatangan nabi itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang
nyata." (QS. Ali Imran : 164)
م
م
ممنوُا قمد ح أ منِإْمز م
م
مفاِت ر م
ب ال ر م
ه إ مل ميِ حك م ح
ل الل ر م
نآ م
قوُا الل ر م
ه مياِ أوحمليِ احلل حمباِ م
ذي م
ن
ت ل بيِ م ح
ج ال ر م
مب ميِ بمناِ ق
م آمياِ م
خرم م
{ رر م10} ذ مك حلرا
ت الل رهم م
سوُلل ي مت حملوُ ع مل ميِ حك م ح
ذي م
{11}ت إ مملىَ البنوُمر
ماِ م
ت م
حاِ م
ممنوُا ومع م م
صاِل م م
ن الظ بل م م
آ م
مملوُا ال ر
م م
Firman-Nya: "Maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang
mempunyai akal (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya
Allah telah menurunkan peringatan kepadamu, (dan mengutus)
seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang
menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dari
kegelapan kepada cahaya? (QS. ath-Thalaq: 10-11)
فروا م م
ف ب
م ح
ن
من م
شرم م
ن ال ر م
ن م
ب موال ح م
لم ح
ل ال حك ممتاِ م
كيِ م
كيِ م
ن أه ح م
م ح
ن كم م م
ذي م
م ي مك م م
ح
سوُ ل
} مط مهرمرة ل
ح ل
م ال حب ميِ بن م م
ص م
م
{ مر م1} ة
فاِ ب
ل ب
حرتىَ ت مأت ميِ مهم م
ن الل رهم ي مت حملوُ م
م م
{2
Firman-Nya : "Orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang
seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaeanlembaran yang disucikan (Al-Quran)." (QS. al-Bayyinah: 1-2)
Allah telah meniadakan dua sifat pada diri Rasulullah SAW, yakni
pemaksaan dan penguasaan.
{22} صيِ حط مرق
لر ح
ت ع مل ميِ حمهم ب م م
س م
م م
Page
(agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata. (yaitu)
11
musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan
"Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka."(QS. Al-Ghasyiah:
22).
م
{45} جرباِرق
ت ع مل ميِ حمهم ب م م
ماِ أنِإْ م
وم م
"Dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka."
(QS. Qaaf: 45),
agar ia dapat membuktikan Islam sebagai agama petunjuk dan agama
kebenaran yang dibawanya kepada manusia. Dengan itu, hidayah dan
keselamatan merambah seluruh isi bumi dan manusia berada dalam
keadaan yang aman sentosa. Sebagian karakteristik risalah Nabi Saw
(shalawat dan salam untuk shahabat beserta keluarganya) bersifat
umum,
integral
dan
universal,
religius,
seimbang
dan
ilmu
pengetahuan yang metodologik (al-manhajiyyah al-ma’rifiyyah).
Karakteristik Ketiga: Bahwa ummat Islam adalah sebuah komunitas
yang teguh memelihara warisan kenabian (nubuwwah) sekaligus
meyakini eksistensinya.
م م
م ح
م ل بن م ح
صط م م
ن م
قت م م
سه م و م م
ف م
عمباِد ممنِإْاِ فم م
فيِ حمناِ م
صد ل
من حمهم ب
ظاِل م ل
من حهم ح
ا ح
م ح
ن الل رهم ذ مل م م
ض م
} ل ال حك ممبيِمر
ك هموُم ال ح م
ساِب مقل مباِل ح م
خيِ حمرا م
وم م
ف ح
م م
من حهم ح
ت ب مإ مذ ح م
12
{32
Page
م
حيِ حمناِ إ مل ميِ ح م
ن ي مد مي حهم
ك م
موال ر م
ب هموُم ال ح م
ذيِ أوح م
صد بلقاِ ل ب م
حقب م
م م
ن ال حك ممتاِ م
ماِ ب ميِ ح م
م م
{ ث م م31} خبيِر بصيِر
ن
ب ال ر م
م أوحمرث حمناِ ال حك ممتاِ م
إم ر
ر
ن الل ر م
ذي م
ه ب معممباِد مهم ل م م م ل م م ل
"Dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu yaitu al-kitab (AlQuran) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi
Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. Kemudian kitab itu kami
wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba
kami, lalu diantara mereka ada yang menganiyaya diri mereka sendiri
dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada
(pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang
demikian itu adalah karunia yang sangat besar." (QS. Fathir: 31-32)
Karakteristik Keempat: Kemurnian tauhid. Ummat ini berbeda dari
ummat lain dalam pemeliharaan tauhid yang murni dan bersih, yakni
tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah dan tauhid sifat yang kesemua itu
merupakan kesempurnaan tauhid yang dibawa oleh seluruh Nabi.
Secara umum, Islam adalah agama tauhid yang dibawa oleh seluruh
para Nabi dan Rasul.
Karenanya, apabila terjadi perubahan-perubahan dan penyelewenganpenyelewengan yang mengakibatkan keberpalingan terhadap risalah
para Nabi serta karakteristik agama keselamatan yang dibawa mereka,
maka sesungguhnya Allah telah menjamin akan menjaga seluruh
warisan tauhid nabawi dengan akidah Islam dan dasar-dasarnya yang
merangkumi semua kaidah dalam kitab mu’jizat abadi Al-Quran yang
tidak ada kebatilan didalamnya dan sesudahnya. Ini dimaksudkan agar
tauhid tetap menjadi ukuran dan barometer yang mampu menjelaskan
batasan-batasan dan penjelasan-penjelasan tentang ketuhanan dan
Esa dengan segala kekhususanny. S sedangkan peribadatan yang
dilakukan oleh seluruh manusia dengan sepenuh hati adalah bagian
dari keseluruhan kekhususan Ilahi, agar mereka menjadi hamba-hamba
Allah yang setara dihadapan-Nya, dalam segala hal. Hati dan akal
mereka terbebas dari semua bentuk pengaruh luar. Mereka merasakan
bahwa pengangkatan mereka di alam semesta ini untuk menegakkan
peranan penting yang tidak dapat dtunaikan tanpa disertai ilmu dan
Page
Ketuhanan yang dimaksudkan adalah khusus kepada Allah Swt Yang
13
peribadatan.
pengetahuan,
pedoman,
keistiqamahan,
keseimbangan,
keadilan,
amanah, syariah dan kontinuitas pemahaman terhadap wahyu dan
Bacaan yang terdapat dalam perintah Tuhan adalah bacaan yang telah
ditentukan petunjuk dan kejelasan arahnya. Perintah itu turun dua kali
dengan dua bacaan:
Bacaan Pertama:
Page
SIGNIFIKANSI DUA BACAAN(3)
14
alam semesta secara menyeluruh.(2)
Membaca dengan nama Allah Swt terhadap wahyu yang telah turun
untuk kemudian dilanjutkan ayat-ayat lainnya sampai sempurna
menjadi Al-Quran yang mulia, kokoh dan mengandung penjelasanpenjelasan ayat. Ayat-ayat itu dibacakan sendiri oleh Muhammad
kepada manusia dan dijelaskannya kepada mereka agar dapat
mengambil pelajaran tentang hikmah, hidayah, dan petunjuk sehingga
jiwa menjadi suci dengan kehidupan yang bersih dan diberikan
petunjuk dalam menunaikan peranan kekhalifahan serta menegakkan
kewajiban pensejahteraan dan pemakmuran.
Ketika Rasulullah Saw menjawab bahwa beliau bukanlah orang yang
bisa membaca, ia memahami perintah itu sebagai bacaan yang
didiktekan kepadanya, padahal ia tidak tahu bacaan dan tulisan serta
tidak ada pengetahuan tentang apa yang harus ia baca, akan tetapi
Allah Swt mengaitkan bacaan itu "Dengan nama Tuhanmu" seakanakan Dia berfirman:
"Sesungguhnya engkau tidak akan sendirian dalam menjalankan
pekerjaan yang tidak kau ketahui, namun Tuhanmu akan bersamamu
yang akan memberikanmu banyak hal. Dia mampu mengajarkan cara
pelaksanaan hal-hal yang diperintahkan kepadamu, dan membekalimu
dalam hal itu seperti halnya Dia ajarkan semua nama kepada Adam
dan pengajaran kepada Ibrahim, Musa, Isa dan Nabi-Nabi serta Rasul-
bersamamu dalam setiap penjelasan dan pengajaranmu kepada
manusia untuk menegakkan hujjah kepada mereka".
Allah
Swt
menggunakan
kata
"al-Insan"
(manusia).
Penyebutan
penciptaan manusia itu sendiri dimaksudkan untuk menenangkan hati
Rasulullah Saw atas anugerah yang diberikan kepadanya berupa
kemampuam membaca. Suatu perkara yang tidak sulit bagi Tuhannya
Page
membaca sehingga dapat membantu dan menyertaimu, senantiasa
15
Rasul selain mereka. Maka kepada-Nyalah mohon pertolongan dalam
yang telah menciptakan segala sesuatu dan menjadikan manusia dari
segumpal darah.
Sebutan penciptaan yang terdapat dalam ayat itu juga untuk
memberikan kesiapan mental Rasullullah Saw yang suci dan mulia
untuk menjelaskan jenis bacaan kedua, yaitu bacaan tentang mahluk
dan telaah alam semesta. Dengan demikian, keduanya adalah kitab
yang wajib dibaca. Kitab yang diturunkan, dibacakan dan mu’jiz yaitu
Al-Quran, dan kitab penciptaan yang terbuka yakni mahluk dan alam
semesta terutama manusia. Keduanya wajib dibaca secara bersamaan
agar
dapat
tercipta
memungkinkan
pengetahuan
manusia
peradaban
menjalankan
peran
sempurna
yang
kekhalifahan
dan
menunaikan hak amanah serta menegakkan tuntutan-tuntutan sebuah
kemakmuran (al-‘umran).
Ia adalah pengetahuan yang tidak dapat terwujud secara individual,
akan
tetapi
menuntut
peran
dari
pihak
lain
untuk
menelaah,
mengoreksi, membaca dan menulis buku serta mentransformasikan
berbagai
keahlian
mendayagunakan
dan
"qalam"
pengetahuan
yang
telah
kepada
manusia
diajarkan
Allah
dengan
sekaligus
menjadi wasilah bagi pertukaran, pengembangan dan pemanfaatan
pengetahuan. Disamping itu, apa yang Allah Swt anugerahkan berupa
pengetahuan-pengetahuan memberikan pengaruh inspirasi kepada
Konvergensi terhadap bacaan wahyu dan alam semesta adalah sumber
pengetahuan manusia yang keduanya terjalin erat dalam upaya
menghantarkan manusia kepada kesaksian sejarah (asy-syuhud alhadhari) dan menjalankan peran pemakmuran serta kekhalifahan
terhadap semesta ini yang menuntut penggabungan keduanya.
Dengan itu, maka Al-Quran dan indikasi-indikasinya dapat dipahami
Page
mengajar (manusia) apa yang tidak diketahuinya."
16
akal dengan berbagai kreatifitas serta hal lainnya. Firman Allah: "Dia
dari makhluk ciptaan. Memahami semesta dan menuntunnya dalam
tugas khalifah, menjalankan kewajiban-kewajiban amanah Al-Quran
dan cahaya petunjuknya. Adalah sebuah kemestian membaca dua
sumber dan menerapkan perintah itu dengan dua bacaan; bacaan
wahyu yang turun berupa kitab agung yang sudah digariskan untuk
tujuan yang benar bagi makhluk, yang mengingatkan akan sunatullah
yang berlaku diatas semesta, yang menjelaskan pedoman, aturan dan
hakikat dasar.
Sedangkan bacaan alam semesta mencakup fenomena-fenomena
kekuasaan Ilahi, sifat-sifat-Nya, penciptaan manusia dan seluruh
kenyataan-kenyataan alam. Menelaah (rububiyah) sang kreator Maha
Suci Dzat-Nya, kemuliaan besar dalam penciptaan manusia dan
pengangkatan khilafah-nya, pengayoman-Nya terhadap alam semesta,
mengatur kemakmuran dan kesejahteraannya.
Al-Quran yang mengandung ayat-yat mulia dan hal-hal yang berkaitan
erat dengannya, sejak dulu telah menghadirkan solusi paling sukses
dalam menyelesaikan krisis pengetahuan pada masa tanzil (turun
wahyu). Yaitu krisis yang dikenal dengan "jahiliyah". Dan, hanya AlQuran yang senantiasa mampu menghadirkan kunci-kunci solusi
pengetahuan dalam menghadapi krisis pengetahuan modern atau
penggabungan
dua
bacaan
dan
penolakan
idiom-idiom
konvensional dari lingkaran liar yang destruktif untuk dikaitkan dengan
bacaan pertama yakni apa yang termaktub dalam ayat
م
مةم مرب ب م
}ن
ن موال ح م
م ح
سط ممرو م
ماِ ي م ح
ك بم م
ت ب من معح م
ماِ أنِإْ م
{ م1} ن
قل مم م وم م
جمنوُ ق
{2
Page
Maka
17
jahiliyah abad 20 masehi.
"Nun, demi kalam apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu
(Muhammad) sekali-kali bukan orang gila". (QS. Al-Qalam: 1-2)
adalah dengan mengeluarkan ilmu pengetahuan dari ruang lingkup
perampasan kondisi, karena Allah adalah
{4} ن
م ال ح م
{ م2} ن
ه ال حب مميِاِ م
ساِ م
قحرآ م
خل مقم احل منِإْ م
م م
{ ع مل ر م3} ن
ع مل ر م
"dzat yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia,
mengajarnya pandai berbicara." (QS. ar-Rahman: 2-4).
Oleh sebab itu ditetapkanlah neraca (keadilan) dan berjanji kepadamu
م
م
ط وممل
س م
ن مباِل ح م
وُا مفيِ ال ح م
موُا ال حوُمحز م
ق ح
{ ومأمقيِ م8} ن
ميِمزا م
أرل ت مط حغم ح
{9} ن
تم ح
سمروا ال ح م
خ م
ميِمزا م
"supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan
tegakkanlah
timbangan
itu
dengan
adil
dan
janganlah
kamu
mengurangi neraca itu". (QS. ar-Rahman: 8-9)
طوُ م
ج م
جع م م
ن م
م
ه أم ح
شيِ حلئاِ وم م
موُ م
خمر م
ل ل مك م م
م ل م ت معحل م م
ممهاِت مك م ح
نأ ر
كم ب
موالل ل م
من ب م م م
م
م
م تم ح
{78} ن
شك ممرو م
ال ح ر
صاِمر موالفحئ مد مة م ل معمل رك م ح
س ح
معم موالب ح م
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS. an-Nahl; 78)
Ilmu-Nya adalah ilmu yang menyeluruh, mencakup dan sempurna.
Page
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
18
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
يعل مم ماِ بيِ م
حيِ م
ن بم م
خل ح م
ماِ م
ن م
م ومل م ي م م
مه م
عل ح م
ن أي ح م
طوُ م
يِءق ب
فه م ح
م وم م
ديهم ح
م ح
ش ح
مح م م مح م
م
ض ومل م ي م م
ماِ م
ماِموا م
سعم ك محر م
شاِء وم م
ه ال ر
ؤُود مه م
س م
سيِ ب م
إ مل ر ب م م
ت موالحر م
{255} م
ح ح
م
يِ ال حعم م
ظيِ م
فظ مهم م
ماِ ومهموُم ال حعمل م ب
"Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka. Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah
Maha Tingggi lagi Maha Besar." (QS. al-Baqarah: 255)
م
م
حاِ م
ط ب مك م ب
ل م
{12} ِما
يِءق م
ه قمد ح أ م
ومأ ر
عل ح ل
ن الل ر م
ش ح
Dialah Allah SWT: "Dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu." (QS. ath-Thalaq: 12).
Adapun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, jika pun tahu
tentang sesuatu maka sesungguhnya "mereka hanya mengetahui
yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai." (QS.ar-Rum: 7).
Karenanya, krisis dunia pengetahuan dewasa ini tidak ada lagi jalan
keluarnya selain pedoman pengetahuan qurani. Tidak ada Nabi selain
"Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada
tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (Rasul). Maka
janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap
Page
{ فمملَ ت مط ممع ال ح م51} ذيلرا
شئ حمناِ ل مب معمث حمناِ مفيِ ك م ب
ن
ل قمحري مةق نِإْ م م
ومل موُح م
ري م
كاِفم م
{52} دا ك ممبيِلرا
جاِه مد ح م
جمهاِ ل
وم م
هم ب مهم م
19
Muhammad dan tidak ada kitab selain Al-Quran.
mereka dengan Al-Quran dengan jihad yang besar". (QS. al-Furqan: 5152).
Maka dua bacaan tentang wahyu dan alam semesta adalah dua
kemestian,
karena
keduanya
adalah
perintah
Ilahi,
dan
menggabungkan keduanya merupakan keharusan, karena tanpa itu
akan terjadi penyelewengan.
Barang siapa yang menafikan bacaan pertama dan tenggelam pada
bacaan
kedua
yang
berupa
pengetahuan
alam
semesta
atau
metafisika semesta, maka hilanglah hubungannya dengan Allah, tidak
peduli terhadap hal-hal ghaib lalu melangkah bersama falsafah buatan
yang menimbulkan perlakuan-perlakuan keji, yakni usaha menyatukan
antara manusia dan alam dengan keterbatasan nara sumber.
Selanjutnya, menganggap sang pencipta dan seluruh hal ghaib
hanyalah ma waraiyyat (metafisika). Apabila kekuatan ghaib itu
beraksi dan memberikan pengaruh terhadap mahluk atau ciptaan,
maka pengaruhnya itu disebabkan letupan pertama untuk kemudian
terlupakan atau dilupakan, setelah itu alam semesta berjalan terus
dengan sendirinya dalam bentuk fatamorgana, sebagaimana yang
diyakini oleh Aristoteles di masa dulu dan Newton serta yang lainnya di
masa kini.
untuk mengingat Dzat Yang Berkreasi; Allah Swt, maka sesungguhnya
20
mereka dapat mengingat-Nya. Akan tetapi dengan bentuk analisa yang
Page
Ketika sebagian pengikut pandangan ini mendapatkan kenikmatan
meyakini bahwa Dzat Allah Swt telah menempati dalam kekuatan alam
dan mencair untuk beralih ke suatu bagian yang mustahil, agar setelah
itu mereka kemudian dapat membuat rumusan dengan "dealektika
materialsme" yang sama sekali tak mungkin berlaku bagi Sang Khaliq.
Disinilah manusia mulai merasa kaya dan menganggap cukup dari
Tuhannya, karena ia tidak kembali melihat selain tabiat yang ada di
depannya yang dianggap segala-galanya. Hanya Dia sajalah yang
berada di belakang semua yang terjadi.
Padahal, dalam kenyataannya, Dia mampu memaksa alam. Manusia
tidak dapat melihatnya, karena ia tunduk dan patuh dibawah kekuatan
Allah, bahkan ia melihatnya sebagai alam yang terpisah atau bagian
dari sesuatu yang ghaib. Pada saat itu, ia tidak sadar bahwa Allah SWT
telah mengaturnya dan Dialah yang sesungguhnya menciptakan
dirinya
dan
alam
semesta.
Bahkan,
Dialah
yang
sebenarnya
melakukannya, yang mengaturnya dengan beragam kemampuan yang
mampu mendayagunakan alam semesta yang terbentang dengan
segala isinya. Alam semesta ini memang disediakan untuk manusia.
Manusia dibekali dengan kapasitas kemampuan nurani, akal dan
pengetahuan yang dapat memposisikannya mampu mendayagunakan
alam semesta dan menegakkkan amanah kekhalifahan.
Manusia lalai dan berpaling dari mengingat Allah. Mereka tidak melihat
kekuasaan Ilahi, sehingga datanglah hidayah wahyu yang menguatkan
naluri kemampuan dan keyakinan adanya kekuasaan serta kreasi
untuk menjadikan hubungannya dengan semesta sebagai sebuah
sayangnya dengan manusia, dan keberadaannya sebagai makhluk
yang dipercaya memegang kekhalifahan; keberadaan alam semesta
sebagai ciptaan yang tunduk terhadap sang khalifah yang dipercaya.
Antara manusia dan alam semesta, keduanya sama dalam hal
penciptaan dan penghambaan: "Allah menciptakan kamu dan apa
yang kamu kerjakan". Maka pada saat itu, wujud semesta mengambil
Page
Dengan ini, maka hilanglah unsur-unsur alam dalam hubungan kasih
21
hubungan kekuasaan, pemaksaan dan pertentangan kontradiktif.
posisi kekuatan yang saling bertolak belakang dan bertentangan, dan
manusia yang lalai itu telah memerankan diri
sebagai Tuhan yang
mampu menggerakkan ilmu dengan berbagai cara. Dirinya merasa
kokoh, ia mempertuhankan hawa nafsunya yang keberadaannya
berasal dari alam. Sehingga dengan kekuasaannya, agama berpindah
kepada sesuatu yang mengambil peranan pada saat dibutuhkan untuk
menutupi kebusukan, memenuhi keinginan atau menuruti perintah
semata-mata. Disinilah kebenaran firman Allah:
م
{7} َست مغحمنى
ساِ م
ك مرلَ إ م ر
{ أن ررآه م ا ح6} َن ل ميِ مط حمغى
ن احل منِإْ م
"Ketahuilah sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
karena dia melihat dirinya serba cukup". (QS. al-‘Alaq: 6-7).
Maka terjadilah kesewenang-wenangan dan kekejian, (4) bencana alam,
polusi dan kerusakan di bumi, laut dan udara yag disebabkan tangantangan manusia. Goyanglah keseimbangan dan nampaklah penyakitpenyakit yang aneh dan langka didalam masyarakat. Kemiskinankemiskinan yang menyebabkan rasa lapar, kerusakan-kerusakan dan
penyakit
lainnya
yang
menyeluruh
dalam
semua
bentuknya.
Kriminalitas dengan segala macamnya dengan penghidupan yang
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya,
baginya
penghidupan
yang
sempit,
dan
kami
akan
menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta". (QS.
Thaha: 124).
Page
وم م
ضن ل
ح م
ممعيِ م
م
ض م
ش ل
كاِ ومنِإْ م ح
ة م
ريِ فمإ م ر
شمره م ي موُح م
ه م
ن لم م
ن أع حمر م
م م ح
عن ذ مك ح م
م
{124} َمى
ال ح م
مةم أع ح م
قميِاِ م
22
sangat sempit.
Orang-orang yang lalai itu merasa puas atas diri mereka sendiri
dengan anggapan bahwa persitiwa yang terjadi adalah unsur alami
yang lazim, tidak bisa dielakkan bagi orang-orang yang menghendaki
kenikmatan, karunia kemakmuran tentang kemungkinan terjadinya
peristiwa itu dan penolakan terhadap nilai-nilainya yang membawa
petaka.
Pengesampingan terhadap bacaan kedua, yaitu bacaan alam semesta
dan menganggap cukup dengan bacaan pertama, berakibat pada
keterputusan total dari kesemestaan, yang berlanjut dengan pelarian
dan penghinaan terhadap dunia dan apa yang ada di dalamnya,
menafikan kemampuan dan potensi kultural peradaban manusia serta
menghambat pelaksanaan peranan kekhalifahan dan kemakmuran. Ia
memalingkan dirinya, dari kesenangan dan karunia pemberdayaan,
mematikan
pemikirannya,
mengurangi
nilai
kreasi,
bahkan
menggagalkan aktifitasnya. Maka, dalam segala hal, ia tidak melihat
manusia sendiri saja sebagai subjek pelakunya dan tidak melihat
keberadaannya dalam hidup mempunyai makna yang berarti. Semua
pemikiran ini jelas berlawanan dengan petunjuk Al-Quran.
Bahwa melampaui batas dalam bacaan kedua, mengesampingkan atau
tidak menggabungkannya dengan bacaan pertama berakibat pada
munculnya kelemahan peradaban manusia dan menghambat potensi
Sebagian orang yang terbatas pengetahuannya terhadap bacaan
pertama menyangka bahwa kesucian Dzat Yang Maha Berkreasi tidak
dapat tercapai kecuali jika nilai kerja manusia digagalkan peniadaan
kehendak dan kreatifitasnya serta perampasan peran teologi prediktif
(lahut dan kahnut).
Page
dengan alam realitas.
23
mereka yang menyebabkan kontradiksi peristiwa-peristiwa alam ghaib
Yang jelas, menurut ungkapan kebanyakan para pemuka Islam dahulu
dan
buku-buku
tentang
ungkapan-ungkapan
aliran
mereka
Islam,
dapat
menyimpan
ditemukan
sesuatu
yang
bahwa
sangat
mengejutkan tentang persoalan pembauran antara kerja manusia dan
kerja Tuhan, kehendak manusia, permasalahan ikhtiar, sebab-musabab
dan lainnya. Pencampur-bauran itulah yang mengakibatkan banyak
kerancuan dan ketimpangan dalam tatanan pengetahuan Islam.
Jadi, sudah semestinya menggabungkan dua bacaan itu; bacaan
wahyu dan bacaan alam semesta dan memadukan keduanya, agar
tidak menjerumuskan manusia kedalam salah satu dampak negatif dari
dua sisi tersebut.
Dari
sini,
apa
pengetahuan"
yang
kami
(islamiyyah
namakan
al-ma’rifah)
dengan
adalah
"islamisasi
keharusan
ilmu
suatu
pengetahuan. Keharusan peradaban yang tidak hanya berlaku dalam
frame Islam, akan tetapi juga pada tingkatan seluruh dunia, agar dapat
keluar dari keterhimpitan pengetahuan dan krisis pemikiran dunia
modern. Karena setelah peletakan dasar strategi pengetahuan dan
pemikiran, peradaban Barat sendiri dihadapkan pada problematika
baru
dalam
pewarnaan
terhadap
pedoman
pengetahuan
bagi
peradaban dan ilmu pengetahuannya yang dapat dijadikan sandaran
bagi kemajuan Barat dalam keilmuan dan semua aspeknya. Marxisme
Soviet
sebelum
Barat
menemukan
alternatif
pengetahuan
dan
pedomannya.
Ini disebabkan peradaban Barat yang masih tetap tidak memiliki
alternatif warna falsafah, tidak ada jawaban positif tentang persoalanpersoalan utama, penting dan berkelindan yang banyak dipalingkan
oleh para ilmuan sendiri dalam menjawabnya.
Page
dan demikianlah ternyata Marxisme runtuh dengan tumbangnya Uni
24
telah berusaha mewujudkan warna ini dengan dialektika materialisme
Adapun krisis yang dialami masyarakat Arab dan kaum muslimin juah
lebih berat dan parah. Kita semua terhimpun dalam krisis dunia pada
suatu sisi, karena hubungan dan peran kita dengan itu tidak dapat
dianggap sebagai hubungan clay vessel (barraniyah) atau marginal
(hamisyiyah) seperti yang diduga sebagian orang. Peradaban modern
(baca: Barat) telah sukses dalam upaya menyerang pemikiran
(ghazwul
fikri)
mengharuskan
kebudayaan
kita
dan
dan
seluruh
lembaga
dunia
yang
dengan
menjadikannya
itu
sebagai
pedoman, motivasi keilmuan dan pemahaman tentang alam, dan
gerak semesta sebagaimana mengharuskan dalam pandangan dan
konsepsi tentang sejarah, ilmu pengetahuan, peradaban, budaya,
kemajuan, kemunduran dan lain-lainnya. Lalu, apa sebenarnya hakikat
"islamisasi ilmu pengetahuan" yang diupayakan dapat menjadi solusi
atas krisis yang melanda ilmu pengetahuan, pemikiran dan dunia
kita?"
Islamisasi ilmu pengetahuan lahir dan terwujud dari bacaan dua kitab
yang mendasarkan pada perpaduan pemahaman keduanya, menyibak
keutuhan pemahamannya melalui metodologi riset. Kitab pertama
adalah kitab wahyu yang kita baca yakni Al-Quran dan kitab kedua
adalah kitab alam semesta yang senantiasa bergerak menyimpan
seluruh fenomena alam.
kaidah yang benar dan tuntutan sunatullah. Al-Quran membimbing
semesta dan demikian halnya semesta menuntun Al-Quran (inilah apa
yang kami sebut dengan "konvergensi dua bacaan"), bacaan yang
nampak ghaib terbentuk wahyu dalam alam semesta, dan bacaan
interpretatif tentang alam semesta dan unsur-unsurnya dalam wahyu.
Bacaan wahyu adalah sesuatu yang diturunkan secara absolute-
Page
menuntun satu sama lain, mengarahkan dan membimbing kepada
25
Al-Quran yang mulia dan alam semesta yang indah, keduanya saling
general (al-kully) untuk sesuatu yang detail (al-juziy) disebabkan
kemampuan subjektif manusia dalam pemahaman realisasi al-kully.
Sedangkan bacaan semesta muncul dari juziy dengan jalan petunjuk
kully,
sesuai
dengan
kemampuan
manusia
yang
nisbi
dalam
memahami fenomena yang ada. Karenanya, tidak akan terjadi
pertentangan sengit antara karunia yang diberikan wahyu dengan
hasil-hasil pengetahuan interpretatif.
Inilah hal yang sangat ditekankan pada permulaan turunnya wahyu
dalam surat al-‘Alaq: "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantaraan kalam (tuli-baca)." (QS.al-‘Alaq: 1-5)
Demikian penting dan tegasnya penggabungan dua bacaan itu.
Adapun ketika terjadi pertentangan antara bacaan wahyu dan alam
semesta , maka pengetahuan manusia akan terarah kepada dua
konsekuensi yang berbahaya:
1. Kalangan yang hanya menggantungkan pada aspek ghaib
dengan mencukupkan satu bacaan; wahyu.
Mereka meniadakan aspek interpretatif dan unsur-unsurnya
sendiri yang pada akibatnya mereka mengalihkan persoalan
26
agama kepada mitos dan ramalan-ramalan yang merampas
Page
dalam prediksi-prediksi asumtif dan kemampuan diri mereka
manusia dan alam semesta serta menafikan sebab-musabab
(kausalitas),
aturan-aturan
gerak
dan
bentuknya
serta
ketentuan-ketentuan masyarakat, sejarah dan perekonomian
yang menjadi objek interaksi manusia. Pengikut bacaan ini
berada dalam stagnasi pemikiran yang kaku dan seringkali
mengalahkan serta menyalahkan agama pada saat tidak sampai
pada batasan-batasan yang dikehendaki karena kekurangan dan
kelemahannya.
2. Kalangan yang terpaku pada bacaan semesta saja, lebih
cenderung memahami aspek objektif seputar permasalahanpermasalahan kedua. Mereka menafikan kondisi ghaib yang
berperan (sebagai subjek) dalam gerak alam semesta dan secara
bertahap
berakhir
pengetahuan
peradaban,
yang
pada
pemikiran
memberikan
disebabkan
peranan
buatan
pengaruh
dan
efek
dalam
pada
ilmu
tatanan
negatif
yang
ditimbulkannya.
Demikianlah, manusia menjadi terbagi-bagi, terpisah dan saling
bermusuhan antara keyakinan mitos (ramalan) dan kreasi batil yang
pada saat bersamaan permulaan ayat yang turun dalam surat al-‘Alaq
meniadakan
keyakinan
pada
ghaib
ketika
mengaitkan
antara
keghaiban ini dengan bacaan kedua yaitu bacaan objektifisme qalam.
Bacaan objektif terhadap kondisi juga menafikannya ketika dihadapkan
dengan bacaan pertama, disamping juga menegaskan bahwa penelaah
dua keadaan dan dua bacaan itu adalah manusia yang beriman
terhadap wahyu dan memahami fenomena-fenomena alam semesta
melampaui peranan yang semestinya.
Sesungguhnya pemisahan dua bacaan menjadikan manusia banyak
dihadapkan pada berbagai bentuk pertentangan dalam metode
pendidikan dan aturan-aturan pengajaran antara ilmu-ilmu agama dan
ilmu-ilmu alam. Tidak akan pernah menghantarkan umat modern
manapun pada sebuah bentuk yang dikehendaki para penuntut ilmu
Page
pada manusia, tidak juga penyalahgunaan keunggulan dan tidak
27
dan geraknya secara bersamaan. Karenanya tidak terjadi perampasan
untuk menggabungkan dua ilmu dalam satu wadah. Sebabnya karena
dominasi metode-metode Barat dalam pemisahan dua ilmu itu yang
telah menyeluruh ke segenap penjuru dunia. Maka, bagi siswa yang
mencari wahyu, mereka akan pergi ke fakultas-fakultas teologi, dan
siswa ilmu-ilmu alam akan pergi ke fakultas-fakultas ilmu terapan
(applied science) seperti yang telah terjadi di Barat. Adapun yang
terjadi pada kita, pemisahan itu terdapat pada fakultas-fakultas syari’,
dakwah, ushuludin dengan fakultas-fakultas ilmu-ilmu modern atau
ilmu sosiologi dan ilmu antropologi, terlebih pada ilmu-ilmu terapan.
Pemisahan antara dua bacaan yang mengakibatkan pertentangan
sengit itu membawa dampak negatif, yakni menjauhkan antara ilmuilmu agama dengan ilmu antropologi dan ilmu sosiologi.
Metode-metode konvensional ini berkembang pesat dalam interaksinya
dengan ilmu-ilmu antropologi dan sosiologi. Pembentukannya hanya
sesuai dengan bacaan kedua saja (alam semesta) yang menjauhkan
dari pengaruh ilmu-ilmu agama dan petunjuk wahyu, sebagaimana
pendukung ilmu-ilmu agama dan naqliyah telah kehilangan banyak
kemampuan mereka dalam memberikan pengaruh kepada masyarakat
yang kian berubah dengan konstruksi yang tidak stabil, pada saat ilmu
mereka dipertemukan dengan ilmu-ilmu sosiologi dan antropologi,
termasuk apa yang diberikan mereka dalam upaya memahami
persoalan yang terjadi.
Hal ini bisa dijadikan peringatan akan pentingnya hubungan antara
ilmu-ilmu wahyu dengan sains dan ilmu sosiologi-antropologi serta
bidang-bidang lainnya seperti ilmu psikologi, ilmu budaya manusia dan
beragam
tatanan
peradaban
yang
menjadikan
mendesaknya
kebutuhan untuk menggabungkan dua bacaan itu lebih jelas dan
nyata.
Page
28
masyarakat-masyarakat itu dan metode interaksi dengan persoalan-
Penggabungan
dua
bacaan
adalah
keharusan
dalam
upaya
pembentukan budaya muslim modern dalam corak yang berbeda
dengan kontruksi Barat-Eropa yang berakhir pada dualisme antara
mitos dan kreatifitas yang saling bertentangan. Bahaya dualisme
destruktif ini sekalipun berada pada pertentengan, namun mampu
menolak sebagian tatanan lain yang sama seperti sebuah aliran
konvensonal ketika telah kehilangan pandangan-konsep umum tentang
semesta, kehidupan, manusia dan keterkaitannya dengan nilai-nilai
manusia dan etikanya terhadap Allah Swt.
Maka, jati
diri manusia
berkembang
menurut ukuran nilai-nilai
rasionalitas dan etika, dan produk utama agama adalah kemuliaan
akhlak. Sesungguhnya hembusan keangkuhan diri manusia menjadi
wasilah justifikasi pertentangan nasionalisme dan sosial sebagaimana
keberhasilan justifikasi individulisme-liberal pada batas yang maksimal.
Karena itu, pertentangan menjadi sangat keras dalam semua aspek
sebagai ganti dari keselamatan yang diberikan nilai-nilai itu.
Hal itu tidak lain karena manusia menganggap dirinya mampu, bahkan
melebihi Dzat yang telah menciptakanya. Dan, barang siapa yang
menganggap dirinya lebih mampu dari Allah Swt, ia akan berbuat lalim
di muka bumi. Ia akan membusungkan dada kepada setiap orang yang
dalam surat al-‘Alaq yang menyeru penggabungan dua bacaan dan
krisis
kedurhakaan
dan
keangkuhan
manusia
terhadap
tatanan
peradaban modern yang congkak hanya karena kemajuan ilmu
terapannya.
melampaui
"Ketahuilah
batas,
karena
sesungguhnya
dia
melihat
manusia
dirinya
benar-benar
serba
cukup.
Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu)". (QS. al-‘Alaq:
6-8)
Page
Dengan semua ini, maka lengkaplah korelasi antara awal turun wahyu
29
mengajaknya untuk mengikuti nilai-nilai daan etika.
Maka persoalan penggabungan dua bacaan adalah permasalahan
metodologi dalam pengetahuan yang menghantarkan konklusi sebuah
peradaban. Bagi yang menggabungkan dua bacaan, ia tidak merasa
cukup di hadapan Allah Swt, karena ia senantiasa sadar akan
ketergantungannya kepada-Nya. Ia tidak bertindak sewenang-wenang,
tidak menganggap tinggi, tidak durhaka serta tidak berbuat kerusakan
METODE KONVERGENSI DUA BACAAN
Pengantar asas untuk menggabungkan dua bacaan dimulai dengan
penyingkapan hubungan metodologis antara susunan metodologi ayatayat Al-Quran di satu sisi, ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan yang
Page
30
di muka bumi.
terbentang dan bergerak di alam semesta di sisi lain dengan struktur
metodologi yang mengaitkannya.
Al-Quran adalah wahyu Ilahi yang dengannya kita dapat mengerti dan
memahami bahwa wujud semesta ini bertitik tolak dari kenyataan
bahwa Al-Quran adalah mutlak, komprehensif dan sempurna. Segenap
keluasan
kapasitas
pengetahuan
yang
menggabungkan
kita
dimiliki
dua
terhadap
manusia,
bacaan
keduanya
yaitu
dan
selaras
dengan
kemampuan
membukakan
untuk
perpaduan
metodologis antara wahyu dan alam. Metodologi Al-Quran adalah
metodologi alam, dan karenanya, yang dikehendaki tidak sekedar
mencukupkan perkataan itu dalam tataran konsep belaka, akan tetapi
seharusnya dapat menyibaknya secara aplikatif. Karena, perkataan
"konseptual"
seringkali
tidak
mencapai
tuntutan
keadaan
yang
semestinya optimistik, justru sebenarnya keliru atau sesuatu yang
mungkin dapat merusaknya.
Oleh sebab itu, tantangan pertama dan terpenting bagi muslim
modern adalah melakukan konvergensi metodologis dalam upaya
penggabungan dua bacaan; antara wahyu ilahi dengan ilmu-ilmu alam
dan kemanusiaan yang tegak berdiri di atas ketentuan-ketentuan Ilahi
di alam semesta, kehidupan dan manusia.
tentang keagungan Al-Quran dan kemu’jizatannya dalam ribuan
halaman, bahkan jutaan, akan tetapi tulisan-tulisan itu belum mampu
membukakan
manusia
dan
menyibakkan
metodologinya
yang
mencakup alam dan ruang geraknya, yang sanggup menegakkan
kaidah-kaidah petunjuk (hidayah) dan agama kebenaran, sebagaimana
belum dapat menyibak tentang pembauran metodologi antara bacaan
Al-Quran dengan bacaan alam semesta.
Page
benar-benar agung dan tentu mu’jizat. Orang-orang telah menulis
31
Adapun pembicaraan tentang keagungan Al-Quran, maka Al-Quran
Telah banyak ayat-ayat mulia dan ungkapan-ungkapan agamis yang
menunjukan
beragam
penafsiran-takwil,
dan
dalam
kebanyakan
penafsiran itu hampir seluruhnya merupakan upaya penjatuhan (over
throw), tema-tema israiliyat dan sejenisnya yang sudah jelas dalam
pandangan kita.
Demikian juga dalam pengetahuan-pengetahuan kemanusiaan dan
kemasyarakatan modern, bahkan dalam ilmu-ilmu sains modern,
terjadi
juga
kondisi
yang
serupa.
Banyaknya
pertanyaan
yang
membingungkan di sekolah-sekolah keilmuan tersebut dan tidak
ditemukannya jawaban yang representatif adalah karena pembauran
metodologis dua bacaan itu belum tersibak. Kalaupun ada, hanya
sebatas
tindakan
parsial
yang
terlihat
dalam
berbagai
upaya
"pembersihan diri" yang menjadikan sebagian orang patuh manut. Hal
itu nyaris mendapat porsi besar sebagai upaya yang dewasa ini dikenal
dengan "al-I’jaz al-‘Ilmi".
(5)
Maka keyakinan kita yang teguh akan keharusan penggabungan dua
bacaan dan menjadikannya sebagai syarat utama untuk keluar dari
krisis pemikiran dan pengetahuan dalam percaturan global dan lokal,
mengandung ketegasan untuk kewajiban menengok kembali relevansi
metodologi itu, yakni antara Al-Quran, alam semesta dan manusia
untuk melengkapi paradigma pandangan Islam dan kejelasan seluruh
antara keyakinan ketuhanan (lahut) dan kemanusiaan (nasut) atau
antara dunia-akhirat, antara wahyu yang diturunkan (tanzil ilahi)
dengan kreasi manusia serta pertentangan-pertentangan serupa yang
menjadi kendala selama ini.
Peranan ini tidak dapat tercapai kecuali bagi orang-orang yang telah
diberikan anugerah Al-Quran dan porsi ilmu pengetahuan yang
Page
Disamping melepaskan manusia dari keletihan akibat pertentangan
32
sandarannya, serta hubungan antara ghaib dengan alam dan manusia.
mencukupi untuk menyibak pembauran metodologi tersebut; antara
Al-Quran, alam semesta dan manusia.
Karenanya, kaidah-kaidah "islami" dicanangkan diatas hal-hal berikut :
1. Rekontruksi pandangan pengetahuan yang tegak diatas prinsip
dan karekteristik konsepsi Islam yang lurus untuk memperjelas
apa yang disebut tatanan pengetahuan Islam yang mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan umum, tanpa terlewatkan
sedikitpun. Disamping itu, menyusun kekuatan internal dengan
kritik pengetahuan yang mungkin mencakup dan menyerap
dalam bentuk metodologi yang tepat, dan pada saat yang sama
memberikan
kemampuan
metodologis,
dan
perwujudan
penafsiran
pengetahuan
pengetahuan
yang
yang
tidak
berlandaskan atas pemaksaan dan retorika, akan tetapi di
dasarkan pengetahuan metodologi yang sempurna.
2. Kembali meneliti, membentuk dan membangun kaidah-kaidah
metodologi islami di atas naungan "metodologi pengetahuan
qur`ani"
dan
petunjuk
yang
terkandung
didalamnya.
Kemudaratan besar telah menimpa metodologi i