EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 13 SURABAYA.

(1)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR

(AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION) DALAM MENINGKATKAN

PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 13 SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

NURIL HIDAYATI NIM. D71213127

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(2)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR

(AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION) DALAM MENINGKATKAN

PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 13 SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

NURIL HIDAYATI NIM. D71213127

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Nuril Hidayati, 2017, Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition), Skripsi, Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Negeri Sunan Ampel (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Moh.Faizin, M.Pd.I. Drs.Sutikno,M.Pd.I

Kata kunci: Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) , Pemahaman Peserta Didik

Pendidikan merupakan salah satu kunci untuk memajukan peradaban bangsa. Dalam pelaksanaannya saat ini pendidikan di Indonesia berpacu pada kurikulum 2013. Salah satu upaya untuk mewujudkan itu yaitu adanya inovasi dalam proses pembelajaran diantaranya melalui inovasi model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran inovatif dalam mengembangkan pembelajaran yaitu model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition). Dan diantara tolak ukur keberhasilan suatu pembelajaran yaitu sejauh mana pemahaman peserta didik pada mata pelajaran tersebut.

Dengan dasar itulah akhirnya muncul tiga rumusan masalah yaitu 1) bagaimana implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 13 Surabaya ? 2) bagaimana pemahaman peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 13 Surabaya ? 3) bagaimana efektivitas implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 13 Surabaya?

Adapun populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Surabaya dan sampelnya adalah siswa kelas VIII – I dengan teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pengumpulan data berupa tes, angket dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu (1) rumus prosentase untuk mengetahui bagaimana implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 13 Surabaya dan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran PAI. (2) Rumus uji t berpasangan (paired sample t-test) untuk menganalisis efektivitas implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 13 Surabaya.

Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa kesimpulan yaitu (1) implementasi model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 13 Surabaya tergolong sangat baik. Hal ini


(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dibuktikan dari hasil prosentase angket sebesar 82,3 % yang tergolong sangat baik. (2) Diketahui terjadi peningkatan prosentase ketuntasan belajar dari 44,7 % menjadi 100%. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan pemahaman peserta didik pada mata palajaran PAI. Hal ini juga dapat diketahui dengan rata-rata prosentase angket sebesar 82,1 % yang tergolong sangat baik. (3) Berdasarkan hasil analisis data dengan teknik analisis uji t sampel berpasangan (Pair sample t-test) diperoleh hasil t-hitung > t-tabel (7.187 > 2.026) dan signifikansi sebesar 0.000 <

0.05 yang berarti H0 ditolak dan artinya ada perbedaan pemahaman peserta didik

pada mata pelajaran PAI antara sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) efektif dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 13 Surabaya.


(9)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... ... iv

MOTTO ... ... v

PERSEMBAHAN ... ... vi

ABSTRAK ... ... vii

KATA PENGANTAR ... ... viii

DAFTAR ISI ... ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Tujuan Penulisan ... 8


(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

F. Definisi Operasional ... 10

G. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran AIR ... 15

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 15

2. Pengertian Model Pembelajaran AIR... 18

3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran AIR ... 24

4. Kelebihan Langkah Model Model Pembelajaran AIR ... 25

5. Kekurangan Model Pembelajaran ... 26

B. Tinjauan Tentang Pemahaman ... 26

1. Pengertian Pemahaman ... 26

2. Proses Pemahaman ... 31

3. Tolak Ukur Untuk Mengetahui Pemahaman ... 33

4. Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman 35 ... 35

5. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 38

6. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 38

C. Tinjauan Tentang Implementasi Model Pembelajaran Model Pembelajaran AIR ... 40

D. Hipotesis ... 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN


(11)

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian ... 46

1. Jenis Penelitian ... 46

2. Rancangan Penelitian ... 46

B. Variabel, Indikator Dan Instrumen Penelitian ... 49

1. Variabel Penelitian ... 49

2. Indikator ... 50

3. Instrumen Penelitian ... 51

C. Populasi dan Sampel ... 53

D. Metode Pengumpulan Data ... 55

E. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umun Objek Penelitian ... 61

B. Penyajian Data ... 74

1. Data Tentang Implementasi Model Pembelajaran Model Pembelajaran AIR ... 74

2. Data Tentang Pemahaman Peserta Didik ... 76

C. Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis ... 80

1. Analisis Tentang Implementasi Model Pembelajaran AIR ... 80


(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Analisis Tentang Pemahaman Peserta Didik ... 87

3. Pengujian Hipotesis ... 99 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 10


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 (data angket implementasi model pembelajaran AIR)... 74

Tabel 4.2 ( data angket pemahaman peserta didik) ... 76

Tabel 4.3 ( data nilai pre –test dan post-test) ... 78

Tabel 4.4 (prosentase jawaban angket variabel X) ... 80

Tabel 4.5 (prosentase jawaban angket variabel Y) ... 87

Tabel 4.6 (ketuntasan belajar peserta didik pada pre-test)... 93


(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 3 Surat Tugas Penelitian

Lampiran 4 Kartu Bimbingan

Lampiran 5 Soal Pre -Test Dan Post- Test

Lampiran 6 Kuesioner


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam membangun peradaban bangsa. Pendidikan adalah satu-satunya aset untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Lewat pendidikan yang bermutu, bangsa dan

negara akan terjunjung tinggi martabatnya di mata dunia. 1

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara. 2

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan nomor 65 Tahun 2013 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

1

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikkulum 2013, (Yogyakarta : Ar-Ruuz Media, 2016), h. 20.

2

Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I


(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat

dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.3

Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Sesuai dengan standar kompetensi lulusan dan standar isi maka prinsip pembelajaran yang digunakan adalah : 1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu; 2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; 3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah.; 4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi.; 5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; 6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju jawaban yang

kebenarannya multi dimensi.4

Kemudian Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 diubah kedalam Peraturan Menteri Pendidikan nomor 103 tahun 2014 tentang standar proses. Diantaranya dalam pasal 1 dinyatakan “Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dengan pendidik

3

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah Bab I

4

Ibid.


(17)

3

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kemudian dalam pasal 2 berbunyi :

1. Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, kontekstual, kolaboratif, memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian peserta didik, sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

2. Pembelajaran menggunakan pendekatan, strategi, model, dan metode yang

mengacu pada karakteristik sebagaimana dimaksud dalam ayat 1

3. Model pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 merupakan

kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan dan budaya.

Sesuai dengan standar kompetensi lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.

Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,


(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

mengevaluasi dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui mengamati, menanya, menalar, mencoba,menyaji dan mencoba.

Dari pemaparan diatas, jelas bahwa pembelajaran kaitannya dengan pelaksanaan kurikulum 2013 haruslah memenuhi kriteria seperti dikemukakan diatas. Pembelajaran haruslah berpusat pada siswa (student oriented center) serta pembelajaran haruslah mampu mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.

Diakui atau tidak, bahkan pada zaman modern ini, sebagian besar guru mengajar menggunakan metodologi mengajar tradisional. Cara mengajar tersebut bersifat otoriter dan berpusat pada guru (teacher oriented). Kegiatan pembelajaran berpusat pada guru, sedangkan siswa hanya dijadikan sebagai objek bukan subyek. Guru memberikan ceramah kepada siswa-siswanya sementara siswa hanya mendengarkan. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi jenuh sehingga sulit menerima materi-materi yang diberikan oleh guru. 5

Sedangkan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 pembelajaran dituntut menekankan pada student oriented center yaitu pembelajaran berpusat pada peserta didik. Diperlukan model pembelajaran yang tidak hanya mampu menjadikan peserta didik cerdas dalam teoritical science (praktik ilmu). Oleh karenanya diperlukan strategi bagaimana pendidikan bisa menjadi sarana

5

Aris, 68 Model Pembelajaran…, h. 17.


(19)

5

untuk membuka pola pikir peserta didik bahwa ilmu yang mereka pelajari memiliki kebermaknaan untuk hidup sehingga ilmu tersebut mampu mengubah sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi lebih baik.

Salah satu aktivitas dalam ranah pengetahuan adalah memahami. Memahami berarti mengerti benar atau mengetahui benar. Pemahaman juga dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Belajar bukan hanya untuk dpat mengetahui, namun juga untuk memahami dan mampu mengerti benar, dan mengetahui secara mendalam.

Oleh karena itu suatu proses pembelajaran memerlukan inovasi. Diperlukan inovasi dan kreasi pembelajaran untuk penguasaan dan pemahaman terhadap materi yang dikelola dan ditampilkan secara profesional, dari hati dan tanpa paksaan, logis dan menyenangkan serta dipadukan dengan pendekatan personal emosional terhadap peserta didik akan menjadikan proses pembelajaran yang ingin dicapai terwujud. Selain itu, pembelajaran juga harus dibuat bervariasi dengan menciptakan suatu metode

pembelajaran yang baru atau dengan kata lain inovasi. 6

6

Ibid., h. 21.


(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Diantara model pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition). Yaitu belajar mengutamkan berbicara dan mendengarkan.

Auditory dapat diartikan dengan mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi.

Intellectualy dapat diartikan kemampuan berpikir dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

Repetition merupakan pengulangan, dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan kuis.

Penggunaan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) diharapkan mampu menciptakan suasana berikut ini :

1. Siswa lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering

mengekspresikan dirinya.

2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan


(21)

7

3. Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan

dengan cara mereka sendiri.

Dari kalimat diatas, peneliti beranggapan bahwa model pembelajaran ini adalah salah satu model pembelajaran yang relevan untuk diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti dan menelaah tentang efektivitas model pembelajaran yang akan dilaksanakan di SMP Negeri 13 Surabaya. Peneliti menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) Dalam Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 13 Surabaya.

B. Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan permasalahan yang berfokus terhadap tema isi skripsi ini. Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi model pembelajaran AIR (Auditory,


(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Surabaya ?

2. Bagaimana pemahaman peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 13 Surabaya ?

3. Bagaimana efektivitas model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition) dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Surabaya ?

Batasan Masalah

Sangatlah penting bagi peneliti dalam membatasi masalah untuk membuat pembaca lebih mudah memahaminya. Dalam skripsi ini peneliti hanya memfokuskan pada :

1. Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang peneliti maksudkan

dalam penelitian ini adalah pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk kelas VIII semester ganjil

2. Pelaksanaan penerapan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually,

Repetition) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam peneliti fokuskan pada kelas VIII


(23)

9

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakakn di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui implementasi model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition) dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Surabaya

2. Untuk mengetahui pemahaman peserta didik pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Surabaya

3. Untuk mengetahui efektif tidaknya model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition) dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Surabaya

D. Kegunaan Penelitian

Ada beberapa nilai guna yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, antara lain :

1. Bidang akademik

Penelitian ini diharapkan sebagai tambahan disiplin ilmu pengetahuan khusus dalam masalah efektivitas pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) sebagai salah satu model pembelajaran di SMP Negeri 13 Surabaya.


(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

a. Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan

pemikiran dalam usaha mengefektifkan proses pembelajaran.

b. Bagi guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam penelitian ini

dapat memberi wacana mengenai inovasi model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

c. Bagi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel penelitian

ini dapat dijadikan sebagai sumbangan perpustakaan untuk dijadikan bahan manfaat atau guna menambah wawasan pengetahuan terutama mengenai penelitian.

E. Definisi Operasional

Dalam definisi operasioanal diungkapkan definisi kata-kata atau istilah – istilah kunci yang berkaitan dengan masalah atau variabel penelitian. Definisi operasional ini penting dicantumkan untuk menghindari perbedaan pengertian atau kekurangan jelasan makna yang ditimbulkan. Agar tidak menimbulkan kerancuan dalam memahami judul ini, maka peneliti perlu menjelaskan definisi operasional dalam judul sebagai berikut :


(25)

11

Kata efektivitas berasal dari kata efektif yang memiliki arti tepat

mengenai sasaran.7

Efektif adalah suatu kedaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki, kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki. Maka orang itu dikatakan efektif kalau

menimbulkan atau mempunyai maksud bagaimana yang dikehendaki.8

Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia kata efektivitas diartikan dengan 1) keadaan berpengaruh 2) kemanjuran 3) keberhasilan

4) hal yang berlaku. 9 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan efektivitas adalah keberhasilan penggunaan sesuatu dengan tepat dan dapat menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan tujuan.

2. Implementasi

Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas,

7

Sutrisno Hadi,, Meodologi research II, (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas UGM, 1996 ), h. 3.

8

Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, (Jakarta: Kencana, 2010),h. 375.

9

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h. 284.


(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan

kegiatan.10

3. Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition )

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual, pedoman atau bingkai yang melukiskan rencana pembelajaran dari awal sampai akhir yang berisi prosedur sistematis bagi guru untuk merancang pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) merupakan singkatan dari Auditory, Intellectualy, dan Repetition.

Model pembelajaran AIR adalah suatu model pembelajaran kooperatif (kelompok) yang menekankan pada tiga aspek yaitu auditory (mendengar), intellectualy (berpikir), dan repetition (pengulangan).

4. Pemahaman

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

10

Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),h.70.


(27)

13

5. Mata pelajaran pendidikan agama Islam

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah salah satu mata pelajaran yang mempunyai pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang berusmber dari al-quran yang bharus dipahami, diyakini, dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan umat islam yaitu mengenai fiqih, aqidah, akhlak, alquran hadits, dan sejarah kebudayaan Islam..

F. Sistematika pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mudah dan jelas serta dapat dimengerti maka dalam skripsi ini secara garis besar akan peneliti uraikan pembahasan pada masing – masing bab berikut ini :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang pendahuluan yang terdiri dari 1) latar belakang masalah 2) rumusan masalah dan batasan masalah 3) tujuan penelitian 4) kegunaan penelitian 5) devinisi operasional 6) sistematika pembahasan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan 3 bagian :

A. Tinjauan tentang model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition) meliputi pengertian model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition),


(28)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

langkah – langkah model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition).

B. Tinjauan tentang pemahaman meliputi pengertian

pemahaman, tolak ukur pemahaman, faktor yang mempengaruhi pemahaman, pengertian pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam

C. Tinjauan tentang implementasi model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectualy, Repetition) dslsm meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran PAI

D. Hipotesis Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti menyajikan tentang jenis dan rancangan penelitian, variabel, indikator dan instrument penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti menyajikan tentang gambaran umum objek penelitian yang berisi identitas SMP Negeri 13 Surabaya,


(29)

15

data siswa dan rombongan belajar, fasilitas sekolah, kurikulum sekolah, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan siswa serta sarana dan prasarana, penyajian data, analisis data dan pengujian hipotesis.

BAB V KESIMPULAN DAN ANALISA DATA

Dalam bab ini peneliti menyajikan tentang kesimpulan dan

saran – saran yang diajukan bagi elemen – elemen yang terkait didalamnya, dan akhirnya ditutup dengan puji syukur kehadirat Allah atas terselesainya penyusunan skripsi


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran AIR ( Auditory, Intellectualy, Repetition)

1. Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat

uraian atau penjelasan berikut saran.1 Menurut kamus besar bahasa

Indonesia kata model memiliki arti pola (contoh acuan , ragam, dan

sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.2

Kata pembelajaran adalah terjemahan dari kata “instruction” yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistik yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses

1

Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 33.

2

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia…, h. 834.

16


(31)

17

belajar-mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai

fasilitator dalam belajar-mengajar.3

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petumjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Kemudian mendapatkan imbuhan pe-an menjadi kata pembelajaran yang berarti proses, cara, perbuatan,

menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.4

Menurut Ridwan Abdullah Sani model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar . Model pembelajaran terkait dengan pemilihan strategi dan pembuatan struktur metode, keterampilan, dan aktivitas peserta didik. Ciri utama sebuah model pembelajaran adalah adanya tahapan atau sintaks

pembelajaran.5

Menurut Hamiyah dan Jauhar, model pembelajaran adalah cara penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tujuan

3

Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 79.

4

Kamus besar bahasa Indonesia (online) http://kbbi.web.id/pembelajaran

5

Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), h. 89


(32)

18

pembelajaran tercapai.6 Model pembelajaran pada dasarnya merupakan

bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Apabila antar pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut model

pembelajaran.7

Sedangkan menurut Soekamto model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Dengan model pembelajaran, guru membantu siswa dalam memperoleh informasi, menggali ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, dan mengekspresikan diri, serta mengajarkan bagaimana cara belajar. Model pembelajaran berfungsi

6

Nur Hamiyah & Muhammad Jauhar, Strategi Belajar Mengajar di Kelas, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2014 ), h. 57.

7

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi, (Bandung : Refika Aditama, 2010 ), h. 57.


(33)

19

sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam

merencanakan aktivitas pembelajaran. 8

Dari berbagai pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual, pedoman atau bingkai yang melukiskan rencana pembelajaran dari awal sampai akhir yang berisi prosedur sistematis bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Pengertian Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

merupakan singkatan dari Auditory, Intellectualy, dan Repetition. Belajar

bermodel Auditory , yaitu belajar mengutamakan berbicara dan

mendengarkan. Belajar auditory sangat diajarkan terutama oleh bangsa Yunani kuno karena filsafat mereka adalah jika mau belajar lebih banyak btentang apa saja, bicarakanlah tanpa henti. Dave Meier pernah menyatakan bahwa pikiran auditoris lebih kuat dari pada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditoris, gahkan tanpa kita sadari. Belajar auditoris merupakan cara belajar standar bagi masyarakat. Selanjutnya, Wenger (dalam Rose dan Nicholl, 1997) menegaskan “kunci belajar terletak pada artikulasi rinci.

8

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), h. 22.


(34)

20

Tindakan mendeskripsikan sesuatu yang baru bagi kita akan mempertajam persepsi dan memori kita tentangnya. Ketika kita membaca sesuatu yang baru, kita harus menutup mata dan kemudian mendeskripsikan dan

mengucapkan apa yang telah dibaca.9

Miftahul Huda menyatakan bahwa model pembelajaran AIR adalah suatu model pembelajaran kooperatif (kelompok) yang

menekankan pada tiga aspek yaitu auditory (mendengar), intellectualy

(berpikir), dan repetition (pengulangan).10

Menurut Ngalimun, AIR merupakan model pembelajaran yang mirip dengan model pembelajran Somatic Auditory Visualization Intellectualy (SAVI) dan pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK), bedanya hanya pada repetisi atau pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui

pemberian tugas atau kuis. 11

Model Pembelajaran AIR adalah model pembelajaran yang menganggap bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal, yaitu auditoy, intellectualy, dan repetition. Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara,

9

Miftahul Huda, M.Pd, Model – Model Pengajaran dan pembelajaran, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2014), h. 290.

10

Ibid., h. 289.

11

Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2014), h. 168.


(35)

21

presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Intelectually berarti kemampuan berpikir perlu dilatih melalui bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengonstruksi, dan menerapkan. Repetition berarti pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih melalui

pengerjaan soal, pemberian tugas, dan kuis. 12

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing aspek dalam model pembelajaran AIR :

a. Auditory

Kata auditory merupakan kata sifat dalam bahasa inggris yang

berarti yang berhubungan dengan pendengaran.13

Adapun Pengertian Auditory dalam psikologi belajar adalah salah satu gaya belajar dimana keadaan belajar terbaik adalah apabila informasi diperoleh melalui cara verbal (pendengaran dan membaca teks), lebih mudah belajar melalui apa yang didengar, senang

berdialog dan berdiskusi.14

12

Ibid.

13

John M E cols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia Jakarta, 1996),h. 45.

14

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI , Ilmu dan Aplikasi Pendidikan bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu , (PT Imperial Bhakti Utama, 2007) , h. 212.


(36)

22

Auditory berarti belajar dengan melibatkan pendengaran. Sebagian besar proses interaksi dalam pembelajaran, baik interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa dilakukan dengan komunikasi yang melibatkan indera telinga. Mendengar merupakan salah satu aktivitas belajar, karena informasi yang disampaikan secara lisan oleh guru tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa jika tidak melibatkan indera telinganya untuk mendengar. Meier menyatakan bahwa “pikiran auditori kita lebih kuat dari pada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri

dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif.”15

Untuk menciptakan model pembelajaran auditory guru sebaiknya melakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Melaksanakan diskusi kelas atau debat

2) Meminta peserta didik untuk presentasi

3) Meminta peserta didik untuk membaca teks dengan keras

4) Meminta siswa untuk mendiskusikan ide mereka secara verbal

15

Miftahul , Model-Model Pengajaran …, h.289.


(37)

23

5) Melaksanakan belajar kelompok.16

b. Intellectualy

Kata intellectualy berasal dari kata Intellectual yang berarti cerdik, pandai. Dalam Bahasa Indonesia, intelektual berarti totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan

pemahaman.17

Menurut Dave Meier (2003 : 99) intellectualy menunjukkan apa yang dilakukan pembelajaran dalam pemikiran suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Pengulangan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu atau setelah tiap unit diberikan, maupun ketika dianggap perlu pengulangan. Intellectualy juga bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (mind-on), haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta,

mengonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.18

Intellectualy berarti belajar dengan berpikir untuk menyelesaikan masalah. Intellectualy menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam

16

Ibid., h. 290.

17

John M E cols , Kamus Inggris-Indonesia, h. 326.

18

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikkulum 2013, (Yogyakarta : Ar-Ruuz Media, 2016), h. 30.


(38)

24

pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman, menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta

dan memecahkan masalah, mengontruksi, dan menerapkan.19

Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika guru mengajak siswa terlibat dalam aktivitas - aktivitas intelektual seperti : 1) memecahkan masalah; 2) menganalisis pengalaman; 3) mengerjakan perencanaan strategis; 4) melahirkan gagasan kreatif; 5) mencari dan menyaring informasi; 6) merumuskan pertanyaan; 7) menciptakan model mental; 8) menerpakan gagasan baru pada pekerjaan; 9) menciptakan makna pribadi; 10) meramalkan implikasi

suatu gagasan.20

c. Repetition

Repetition berarti pengulangan. Dalam konteks pembelajaran, repetisi merujuk pada pendalaman, perluasan, dan pemantapan siswa dengan cara memberinya tugas atau kuis. Dengan diberikan tugas atau kuis, siswa akan terbiasa menyelesaikan persoalan-persoalan

19

Miftahul , Model-Model Pengajaran, h. 290

20

Ibid., h. 291.


(39)

25

pembelajaran dan siswa akan senantiasa siap dalam menghadapi tes ujian.21

Menurut Erman Suherman (2008) repetition merupakan pengulangan, dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, dan kuis. Pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar pemahaman siswa lebih mendalam, disertai pemberian soal dalam bentuk tugas latihan atau kuis. Dengan pemberian tugas, diharapkan siswa lebih terlatih dalam menggunakan pengetahuan yang didapat dalam menyelesaikan soal dan mengingat apa yang telah diterima. Sementara pemberian kuis dimaksudkan agar siswa siap menghadapi ujian atau tes yang dilaksanakan

sewaktu-waktu serta melatih daya ingat.22

Bila guru menjelaskan suatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang karena ingatan siswa tidak selalu tetap dan mudah lupa. Pelajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan, sehingga dapat diberikan secara teratur, pada

21

Ibid.

22

Aris, 68 Model Pembelajaran, h. 30.


(40)

26

waktu-waktu tertentu atau setelah tiap unit diberikan, maupun secara

insidentil jika dianggap perlu.23

3. Langkah –Langkah Model Pembelajaran AIR

a) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing

kelompok terdiri atas 4-5 anggota.

b) Peserta didik mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.

c) Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari

dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk dipresentasikan di depan kelas (auditory).

d) Saat diskusi berlangsung, peserta didik mendapat soal atau

permasalahan yang ebrkaitan dengan materi.

e) Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi

serta dapat meningkatkna kemampuan mereka untuk memecahkan masalah (intellectualy)

f) Setelah selesai berdiskusi, Peserta didik mendapat pengulangan

materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu

(repetition).24

23

Miftahul , Model-Model Pengajaran, h. 291-292.

24

Aris, 68 Model Pembelajaran…, h. 30.


(41)

27

4. Kelebihan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

1) Peserta didik lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan

sering mengekspresikan idenya.

2) Peserta didik memiliki kesempatan lebih banyak dalam

memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif.

3) Peserta didik dengan kemampuan rendah dapat merespons

permasalahan dengan cara mereka sendiri.

4) Peserta didik secara instrinsik termotivasi untuk memberikan

bukti atau penjelasan.

5) Peserta didik memiliki pengalaman banyak untuk menemukan

sesuatu dalam menjawab permasalahan.25

5. Kekurangan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

1) Membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa

bukanlah pekerjaan mudah. Upaya memperkecilnya guru harus mempunyai persiapan yang lebih matang sehingga dapat menemukan masalah tersebut.

25

Ibid., h. 31.


(42)

28

2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami peserta

didik sangat sulit sehingga banyak peserta didik yang mengalami kesulitan bagaimana merespons permasalahan yang diberikan.

3) Peserta didik dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau

mencemaskan jawaban mereka.26

B. Tinjauan Tentang Pemahaman

1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata “paham” yang memiliki arti tanggap,

mengerti benar, pandangan, dan ajaran. 27 Secara umum arti pemahaman

menurut istilah adalah pengertian yang menggambarkan pengambilan

suatu kesimpulan. 28Pemahaman juga dapat diartikan sebagai memahami

arti suatu bahan pelajaran seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas atau merangkum suatu pengertian. Kemampuan semacam ini

lebih tinggi dari pada pengetahuan. 29

Menurut Nana Sudjana , pemahaman adalah hasil belajar, misalnya peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang

26

Ibid.

27

Plus A. Partanto M. Dahlan Al-Bary, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arkolo, 1994), h. 279.

28

Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1996),h. 46.

29

Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1996),h. 42.


(43)

29

telah dicontohkan guru dan menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.30

Menurut Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012 : 44) pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal yang ia pelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri. Lebih baik lagi apabila seorang peserta didik dapat memberikan contoh atau mensinergikan apa yang dia pelajari dengan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitarnya.

Pemahaman sukar untuk diverbalkan, namun dapat diartikan sebagai berikut :

a. Memahami arti, menyerap ide.

b. Mengetahui secara betul, memahami karakter atau sifat dasar

c. Mengetahui arti kata-kata seperti dalam bahasa

d. Menyerap dengan jelas dan menyadari.31

30

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 1995), h. 24.

31

Ibid.


(44)

30

Definisi diatas tidak bersifat operasional, sebab tidak memperlihatkan perilaku psikologis yang dialami seseorang jika ia memahami. Maka arti pemahaman yang bersifat operasional adalah :

a. Pemahaman diartikan sebagai melihat suatu hubungan.

Pemahaman disini mengandung arti mempunyai ide tentang persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta mengenai

persoalan itu dikumpulkan.32

b. Pemahaman diartikan sebagai suatu alat menggunakan fakta

Pemahaman tumbuh dari pengalaman. Disamping berbuat, seseorang juga menyimpan hal – hal yang baik dari perbuatannya itu. Melalui pengalaman terjadilah pengembangan lingkungan seseorang hingga ia dapat berbuat secara intelligen melalui peramalan kejadian. Dalam pengertian disini, kita dapat mengatakan seseorang memahami suatu objek, proses, ide, fakta, jika ia dapat melihat bagaimana menggunakan tersebut dalam berbagai tujuan.

c. Pemahaman diartikan sebagai melihat penggunaan sesuatu secara

produktif

Dalam hal ini pemahaman diartikan bilamana seseorang tersebut dapat mengimplikasikan dengan suatu prinsip yang nanti akan diingat dan

dapat digunakannya pada situasi yang lain.33

32

Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa…, h. 46.


(45)

31

Kedudukan pemahaman dalam pembelajaran adalah sebagai salah satu tingkatan kemampuan pada ranah kognitif. Pembelajaran sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk membuat siswa belajar, tentu menuntut adanya kegiatan evaluasi. Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran . penilaian pada proses menjadi hal yang seyogyanya diprioritaskan oleh seorang guru. Agar penilaian tidak hanya berorientasi pada hasil, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan dalam

tiga ranah yaitu :34

a. Cognitive domain (Ranah Kognitif) : berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan, pengertian dan keterampilan berpikir.

b. Affective domain (ranah afektif) : berisi perilaku – perilaku yang

menekankan aspek perasaan dan emosi seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.

c. Psychomotor domain (ranah psikomotor) : berisi perilaku-perilaku

yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

33

Ibid., h.47.

34

Dimiyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999), h.201.


(46)

32

Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hierarkis (bertingkat) mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai ke yang paling kompleks.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang berhubungan dengan ingatan dan pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual. Menurut taksonomi Bloom (penggolongan ) ranah kognitif ada enam tingkatan yaitu :35

1) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah dalam ranah kognitif.

Menekankan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh sebelumnya. Informasi yang dimaksud berkaitan dengan symbol-simbol, terminology dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-prinsip.

2) Pemahaman (comprehension), berisikan kemampuan untuk

memaknai dengan tepat apa yang telah dipelajari tanpa harus menerapkannya.

3) Aplikasi (application), pada tingkat ini seseorang memiliki

kemampuan untuk menerapkan gagasan, prodesur, metode, rumus, teori sesuai dengan situasi konkrit.

35

Ibid., h.202.


(47)

33

4) Analisis (analysis), seseorang akan mampu menganalisis informasi

yang masuk dan membagi-bahi atau menstrukturkan informasi kedalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah kondisi yang rumit.

5) Sintesis (synthesis), seseornag di tingkat ini akan mampu

menjelaskanstruktur atau pola dari sebuah kondisi sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.

6) Evaluasi (evaluation), kemampuan untuk memberikan penilaian

berupa solusi, gagasan, metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas

dan manfaatnya.36

2. Proses Pemahaman

Proses pemahaman seseorang dibagi menjadi dua yaitu :

a. Pemahaman materi menurut terjadinya.

Pemahaman materi menurut terjadinya dibagi dalam dua

macam, yaitu dengan sengaja dan tidak sengaja. Proses terjadinya pemahaman dengan sengaja ialah dengan sadar dan sungguh-sungguh memahami. Hasilnya lebih mendalam dan luas. Misalnya memahami pelajaran di sekolah.

36

Ibid., h.203


(48)

34

Sedangkan proses terjadinya pemahaman dengan tidak sengaja

ialah dengan tidak sadar ia memperoleh suatu pengetahuan. Hasilnya tidak mendalam dan tidak luas.

b. Pemahaman materi menurut cara memahaminya

Menurut cara memahaminya pemahaman dibagi menjadi dua,

yaitu secara mekanik dan secara logis.

Proses memahami secara mekanis ialah menghafal secara

mesin dengan tidak menghiraukan apa artinya. Kekuatan jiwa untuk menghafal secara mekanis disebut ingatan mekanis. Misalnya menghafal abjad, nama-nama sungai, gunung dan sebagainya. Hasil yang didapat biasanya tidak bertahan lama dan mudah lupa.

Sedangkan proses memahami secara logis adalah menghafal

dengan mengenal dan memperhatikan artinya. Kekuatan jiwa untuk menghafal secara logis ialah bahan-bahan yang mempunyai hubungan arti. Hasilnya lebih tahan lama dan tidak mudah lupa.

3. Tolak Ukur Untuk Mengetahui Pemahaman Peserta Didik

Indikator – indikator keberhasilan sebagai tolak ukur dalam mengetahui pemahaman peseta didik adalah sebagai berikut :

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai


(49)

35

b. Penilaian yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional

khusus telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun

kelompok.37

c. Peserta didik dapat menjelaskan, mendefinisikan dengan kata –

kata sendiri dengan cara pengungkapannya melalui pertanyaan, soal dan tes.

Berdasarkan indikator diatas, berarti apabila siswa dapat mengerjakan soal dengan benar dan baik maka siswa tersebut dikatakan paham.

Dalam mengevaluasi tingkat keberhasilan atau pemahaman belajar antara lain:

a. Tes formatif

Tes formatif adalah suatu tes untuk memantau kemajuan belajar sisindikatorwa selama proses belajar mengajar berlangsung, dan untuk memberikan balikan bagi penyempurnaan program belajar-mengajar, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan pre-test (tes awal) dan post-test (tes akhir).

b. Tes subyektif

37

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Rineka, 2006),h. 106.


(50)

36

Tes subyektif meliputi sejumlah bahan tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap peserta didik serta meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menetapkan nilai rapor.

c. Tes sumatif

Tes sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok – pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, standarisasi atau taraf keberhasilan dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut :

a. Istimewa (maksimal) : apabila seluruh bahan pelajaran yang

diajarkan dapat dikuasai siswa.

b. Baik sekali (optimal) :apabila sebagian besar (76% - 99%) bahan

pelajaran dapat dikuasai siswa

c. Baik (minimal) : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya


(51)

37

d. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60%

yang dapat dikuasai siswa.38

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman Peserta Didik Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri maupun yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai dan juga dipengaruhi

lingkungan. 39 Adapun faktor –faktor yang menyebabkan pemahaman

siswa adalah :

a. Faktor internal

1. Faktor jasmaniah (fisiologi), meliputi : penglihatan, pendengaran,

struktur tubuh dan sebagainya.

2. Faktor psikologi, meliputi : intelektual (kecerdasan), minat dan

bakat, potensi prestasi yang pernah dimiliki.

3. Faktor kematangan fisik dan psikis.

b. Faktor eksternal

1. Faktor sosial, meliputi : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.

2. Faktor budaya, meliputi : adat istiadat, ilmu pengetahuan,

teknologi dan kesenian.

38

Ibid., h.121.

39

Nana Sudjana, Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Sinar Baru Algesindo, 1989), h.39.


(52)

38

3. Faktor lingkungan spiritual keagamaan. 40

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa dari segi komponen pendidikan adalah sebagai berikut :

a. Tujuan

Tujuan adalah pedoman sebagai sasaran yang akan dicapai

dalam kegiatan belajar-mengajar. Tujuan ini akan mempengaruhi pengajaran yang diberikan guru dan kepada kegiatan belajar siswa di sekolah. Penulisan tujuan dinilai sangat penting dalam proses belajar mengajar dengan alasan sebagai berikut :

1) Mengatasi tugas dan menghilangkan segala kekaburan dan

kesulitan dalam pembelajaran.

2) Menjamin dilaksanakan proses pengukuran dan penilaian

yang tepat dalam menetapkan kualitas dan efektivitas pengalaman belajar siswa.

3) Dapat membantu guru dalam menentukan strategi yang

optimal untuk keberhasilan belajar.

4) Dan berfungsi sebagai rangkuman pelajaran yang akan

diberikan sebagai pedoman awal dalam belajar.

b. Guru

40

Moh Uzer Utsman, Upaya Optimalisasi kegiatan belajar mengajar , (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1996), h.10.


(53)

39

Salah satu faktor penentu lain adalah guru. guru memiliki

peran dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspek baik dari spiritual, emosional, intelektual, fisikal maupun aspek lainnya.

c. Peserta didik

Peserta sisik merupakan salah satu komponen dalam

pengajaran disamping faktor guru, dan tujuan. Dan peserta didik

merupakan komponen terpenting dalam proses belajar-mengajar.41

d. Kegiatan pengajaran

Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara

guru dengan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajaran ini meliputi bagaimana cara guru menciptakan lingkungan belajar yang sehat, strategi belajar yang digunakan dalam pendekatan, metode dan media pembelajaran serta evaluasi pengajaran. Dimana hal-hal tersebut diperoleh dan digunakan secara tepat maka akan

mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar.42

e. Bahan dan alat evaluasi

Bahan evaluasi adalah suatu bahan terdapat dalam suatu

kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan dalam rangka evaluasi.

41

Oemar Hamalik, Proses Belajar-Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), h.99.

42

Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h.129.


(54)

40

f. Suasana evaluasi

Keadaan kelas yang aman, tenang, dan disiplin waktu termasuk

hal yang mempengaruhi terdapat tingkat pemahaman siswa pada ujian yang berlangsung karena dengan pemahaman materi (soal) berarti dapat mempengaruhi jawaban yang diberikan siswa.

5. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Muhaimin Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk

mewujudkan persatuan nasional.43

Sedangkan pendidikan agama islam menurut Zakiyah Darajat adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar kelak setelah selesai pendidikan dapat memahami dan mengamalkan ajaran

agama islam, serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.44

6. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang kaffah (bulat) melalui istihan kewajiban, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Pendidikan islam harus melayani

43

Muhaimin, Paradigma pendidikan islam,(Bandung :Rosdakarya, 2001),h. 75.

44

Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h.86.


(55)

41

pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, ilmiah, maupun bahasanya.

Tujuan akhir dari pendidikan islam terletak dalam realisasi sikap penyerahan dan sepenuhnya kepada Allah Swt, baik secara perorangan, masyarakat maupun sebagai umat manusia dalam keseluruhannya. Dengan kata lain bahwa tujuan akhir dari pendidikan islam adalah terbentuknya kepribadian muslim paripurna. Sebagaimana yang terkandung dalam Al-Quran Surat An Nahl ayat 97 :

















Artinya : Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka


(56)

42

sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka

kerjakan.45

Mengingat tujuan islam yang begitu luas, tujuan tersebut dibedakan dalam beebrapa bidang menurut tugas dan fungsi manusia secara filosofis sebagai berikut :

a. Tujuan individual yang menyangkut individu

b. Tujuan sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat

sebagai keseluruhan

c. Tujuan professional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni

dan profesi.46

C. Tinjauan Tentang Implementasi Model Pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition) Dalam Meningkatkan Pemahaman Peserta

Didik Pada Mata Pelajaran PAI

Pendidikan agama Islam memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan agama Islam juga merupakan pembentukan

kepribadian manusia dlam masyarakat menuju terbentuknya insan

45

Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahnya, (Bandung : CV Penerbit J_Art, 2004), h.197.

46

Moch Ishom Ahmadi, Pengantar Pendidikan Islam (Suatu tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan pendekatan religious), (Jombang : Madrasah Muallimin Muallimat, 1995), h.17.


(57)

43

kamil. Proses kependidikan Islam merupakan upaya atau usaha untuk mempersiapkan manusia yang sempurna dalam aspek-aspeknya untuk menunjang kehidupannya di dunia (jangka pendek) dan untuk kepentingan hidup manusia sesudah mati (jangka panjang) dengan metode dan prinsip – prinsip yang dibawa islam.

Untuk mewujudkan itu semua salah satu yang dapat berperan di dalamnya adalah proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam itu sendiri agar pendidikan agama Islam mudah dipahami oleh siswa dan agar siswa dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran terdapat beberapa komponen yang saling mempengaruhi diantaranya adalah guru, kurikulum, mediametode dan lain-lain. Komponen-komponen tersebut haruslah selaras dan berjalan baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Model pembelajaran AIR (Auditory, intellectualy, repetition) dalam implementasinya selalu menerapkan langkah-langkah, pola belajar, tujuan serta materi yang jelas dan terencana. Dalam implementasi Model pembelajaran AIR (Auditory, intellectualy, repetition) mencerminkan kreativitas guru dalam mengembangkan pembelajaran yang aktif, menyenangkan namun juga bermakna.

Adapun model pembelajaran AIR adalah suatu model pembelajaran kooperatif (kelompok) yang menekankan pada tiga aspek yaitu auditory


(58)

44

(mendengar), intellectualy (berpikir), dan repetition (pengulangan).47 Model

ini bertujuan agar peserta didik lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya, memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif, peserta didik dengan kemampuan rendah dapat merespons permasalahan dengan cara mereka sendiri, peserta didik secara instrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan, peserta didik memiliki pengalaman banyak untuk

menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.48 Jadi dengan model

pembelajaran ini peserta didik akan lebih memahami materi pembelajaran melalui kegiatan auditory, intellectualy dan pengulangan.

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari abhan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal yang ia pelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Penilaian dalam implementasi Model pembelajaran AIR (Auditory, intellectualy, repetition) menjadi tolak ukur tingkat pemahaman peserta didik melalui penilaian terhadap proses berlajar dan hasil yang dicapai.

47

Miftahul Huda, Model-Model Pengajarn, h. 289.

48

Ibid., h. 31.


(59)

45

Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam implementasi Model pembelajaran AIR (Auditory, intellectualy, repetition) akan membantu peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman peserta didik melalui tiga kegiatan yaitu auditory (berbicara dan mendengar), intellectualy (diskusi, berpikir, memecahkan masalah) serta repetition (pengulangan). Sehingga implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, intellectualy, repetition) efektif dalam meningkatkan pemahaman peserta didik.

D. Hipotesis

Hipotesis berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang artinya “dibawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Sehubungan dengan pengertian tersebut, maka hipotesis dapat diartikan sebagai “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data

yang terkumpul.”49

Menurut Sutrisno Hadi hipotesis adalah “dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan diterima jika fakta-fakta membenarkannya”. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata

49

Suharsimi Arikunto, Prosedur …, h.89.


(60)

46

mengartikan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.50

Dalam suatu penelitian ada dua hipotesis yang digunakan yaitu :

1. Hipotesis kerja atau disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha.

Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.

2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat H0 . Hipotesis nol sering juga

disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Berangkat dari latar belakang, rumusan masalah dan tujuan masalah yang peneliti sebutkan diatas maka peneliti memiliki dua hipotesis yaitu :

1. Hipotesis Kerja (Ha)

Hipotesis kerja dari penelitian ini menyatakan bahwa :

Ha : Metode AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) efektif dalam

meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Surabaya.

50

Ibid., h.89.


(61)

47

2. Hipotesis Nol (H0)

Hipotesis nol dalam penelitian ini menyatakan bahwa :

H0: Metode AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) tidak efektif

dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Surabaya.


(62)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap sesuatu masalah, sehingga

diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.1 Penelitian sangat erat

hubungannya dengan metodologi. Metodologi adalah sebuah proses, prinsip, dan

prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawaban.2

Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian juga dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami memecahkan, dan mengantisipasi masalah.3

Penelitian dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk menguji jawaban-jawaban sementara. Agar dapat dikatakan sistematis, maka diperlukan cara-cara yang dapat dipertanggung jawabkan secara alamiah. Adapun dalam penelitian ini rencana pemecahan bagi persoalan yang akan diselidiki antara lain:

1

Zainal Arifin, Penelitian PendidikanMetode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),h. 2.

2

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 145

3

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: alfabeta, 2016), h. 3.

48


(63)

49

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Judul yang diangkat oleh peneliti yaitu “efektivitas implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Surabaya” maka jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang

menggunakan data kuantitatif.4 Dan dalam pelaksanaannya penelitian ini

menggunakan bentuk penelitian eksperimen.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini rancangan yang dipakai adalah :

a. Lapangan adalah sumber data yang diperoleh dari penelitian baik

secara langsung atau tidak langsung.

b. Kepustakaan adalah sumber data yang berupa buku-buku atau

literatur yang berkaitan dengan topik pembahasan.

4

Hamid Darmadi, Dimensi – Dimensi Metode Penelitian dan Sosial, (Bandung : Alfabeta, 2013), cet ke -1, h.156


(64)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

Untuk mendapatkan data lapangan, peneliti menggunakan rancangan sebagai berikut :

Peneliti menggunakan bentuk penelitian “pre - test and post - test group” yaitu dalam desain ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Tes yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut pre-test, dan tes sesudah

eksperimen (O2) disebut post -test.5

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

O1 X O2

O1 :nilai pre-test (sebelum guru memberi perlakuan / menerapkan

model pembelajaran AIR)

X : treatment (perlakuan) model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition)

O2 : nilai post-test (setelah guru memberi perlakuan / menerapkan model pembelajaran AIR)

Adapun langkah – langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Bina Aksara, 1987), h.85.


(65)

51

1) Tahap persiapan

a) Memilih materi yang sesuai dengan waktu pelaksanaan

penelitian, materi yang diambil peneliti pada penelitian ini adalah iman kepada kitab – kitab Allah

b) Mempersiapkan perangkat pembelajaran (RPP)

c) Mempersiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari :

1) Angket

2) Pre-test dan post-test

d) Mengurus perizinan untuk melaksanakan penelitian di tempat

yang telah ditentukan.

2) Tahap pelaksanaan

a) Menentukan obyek penelitian dengan cara memilih satu kelas

diantara seluruh kelas VIII di SMP Negeri 13 Surabaya.

b) Menentukan satu kelas sebagai kelompok eksperimen secara

random dari seluruh kelas VIII tersebut.

c) Memberikan pre-test kepada kelas tersebut untuk mengetahui

pengetahuan awal kelas tersebut sebelum diberi treatmen model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition).


(66)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

d) Setelah memberikan pre-test, kemudian kelas tersebut

diberikan tretmen dengan menerapkan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition).

e) Memberikan post-test kepada kelas tersebut untuk mencari

tahu perbedaan sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)..

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian

1. Variabel

Variabel adalah besaran yang bisa diubah dan selalu berubah

sehingga mempengaruhi kejadian dari hasil penelitian.6

Menurut Sumadi Suryabrata variabel diartikan sebagai gejala yang menjdai objek pengamatan penelitian. Atau juga dapat diartikan sebagai

faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau segala yang akan diteliti.7

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :

a. Variabel bebas (Independent Variable / variabel X)

Yaitu variabel yang mempengaruhi sesuatu yang lain. Dalam penelitian ini variabel yang dimaksud adalah “Implementasi model pembelajaran AIR”

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), h.159.

7

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 72


(67)

53

b. Variabel terikat (dependent variable / variabel Y)

Yaitu variabel yang menjadi akibat dari variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel yang dimaksud adalah “pemahaman peserta didik pada mata pelajaran PAI”

2. Indikator

Indikator merupakan variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan suatu kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan.

Adapun indikator dalam penelitian ini yaitu :

a. Indikator variabel X (implementasi model pembelajaran AIR) yaitu :

1) Auditory

a) Melaksanakan diskusi kelas

b) Peserta didik presentasi

c) Peserta didik membaca teks dengan keras

d) Peserta didik mendiskusikan ide secara verbal

e) Peserta didik melaksanakan belajar kelompok


(68)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

a) Memecahkan masalah

b) Menganalisis pengalaman

c) Merumuskan pertanyaan

d) Mencari dan menyaring informasi

3) Repetition

a) Pemberian kuis atau tugas di akhir pembelajaran

b. Indikator variabel Y (Pemahaman peserta didik)

Adapaun indikator untuk mengukur pemahaman peserta didik yaitu :

1) Daya serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan mencapai

prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok

2) Penilaian yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai

oleh peserta didik baiki secara individual maupun kelompok

3) Peserta didik dapat menjelskan, mendefinisikan dengan kata-kata

sendiri dengan cara mengungkapkannya melalui pertanyaan soal atau tes.


(69)

55

3. Instrumen penelitian

Instrumen merupakan komponen kunci dalam suatu penelitian. Mutu instrumen akan menentukan mutu data yang digunakan dalam penelitian, sedangkan data merupakan dasar kebenaran empirik dari

penemuan atau kesimpulan penelitian.8

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah :

a. Lembar angket

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) yang diberikan kepada peserta didik karena peserta didik merupakan pelaku pembelajaran. Dan juga angket digunakan untuk mengetahui pemahaman peserta didik.

Adapun pemberian skor pada tiap-tiap item pertanyaan dalam angket sebagai berikut :

1) Angket tentang implementasi model pembelajaran AIR

a) Untuk jawaban selalu skornya 4

b) Untuk jawaban sering skornya 3

8

Ine Amirman dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),h. 53.


(70)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

c) Untuk jawaban kadang-kadang skornya 2

d) Untuk jawaban tidak pernah skornya 1

2) Angket tentang pemahaman peserta didik

a) Untuk jawaban selalu skornya 4

b) Untuk jawaban sering skornya 3

c) Untuk jawaban kadang-kadang skornya 2

d) Untuk jawaban tidak pernah skornya 1

b. Tes

Tes digunakan untuk melihat sejauh mana pemahaman peserta

didik terhadap materi. Tes yang digunakan berupa pre-test dan

post-test.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan objek

penelitian.9 Maka dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh peserta

didik kelas VIII SMP Negeri 13 Surabaya yang berjumlah 339 .

9

Ibid., h. 130.


(71)

57

2. Sampel

Sampel adalah bagian terkecil dari anggota populasi yang diambil

menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.10 Sampel

merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila jumlah populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Sampel juga dapat diartikan sebagai wakil populasi yang diteliti.11

Untuk mengetahui besar kecilnya sampel ini, tidak ada ketentuan yang baku. Menurut Nana Sudjana dan Sutrisno Hadi menyatakan bahwa tidak ada ketentuan baku atau rumus yang pasti tentang berapa persen yang harus diambil populasi.

Sedangkan Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa apabila subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil 10 % - 15% atau 20% - 25% atau lebih.

10

Maman Abdurahman dkk, Dasar-dasar Metode Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2011),h. 129.

11

Suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktis, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), h.109.


(72)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

Berdasarkan data diatas, maka peneliti mengambil sampel 10% dari jumlah populasi. Hal ini karena keterbatasan peneliti. Yang dijadikan sampel oleh peneliti dalam hal ini adalah peserta didik kelas VIII – F sebanyak 38 orang.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa :

1. Metode tes

Tes adalah deretan atau urutan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok.12 Dalam penelitian ini metode tes akan digunakan untuk

penilaian berupa pr- test dan post-test.

2. Metode angket

Angket atau quesioner adalah metode pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, hal – hal

yang ia ketahui. 13 Dalam penelitian ini angket digunakan untuk

12

Ibid., h.150

13

S. Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), h.128.


(1)

112

juga dapat diketahui dengan rata-rata prosentase angket sebesar 82,1 % yang tergolong sangat baik.

3. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dan dibuktikan dengan teknik analisis uji t sampel berpasangan (Pair sample t-test) diperoleh hasil t-hitung > t-tabel (7.187 > 2.026) dan signifikansi sebesar 0.000 < 0.05 yang berarti H0 ditolak dan artinya ada perbedaan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran PAI antara sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy,

Repetition). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi

model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) efektif dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 13 Surabaya.

B. Saran

Dari serangkaian temuan penelitian serta kesimpulan dari penelitian

1. Kepada peneliti selanjutnya di SMP Negeri 13 Surabaya, masih banyak kendala dalam melakukan eksperimen model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition) diantaranya kesiapan peserta didik dalam

menerima pembelajaran serta penggunaan media pembelajaran yang lebih menarik bagi peserta didik agar pembelajaran akan menjadi lebih efektif.


(2)

113

2. Kepada guru SMP Negeri 13 Surabaya hendaknya lebih kreatif dan inovatif dalam membuat rencana pembelajaran dan mempersiapkan media pembelajaran serta tidak berhenti mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

3. Kepada pihak sekolah hendaknya memperhatikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal.

4. Kepada seluruh siswa SMP Negeri 13 Surabaya hendaknya lebih memahami arti dan manfaat dari pembelajaran PAI dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

114

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Maman dkk. 2011. Dasar-dasar Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Ahmadi, Moch Ishom. 1995. Pengantar Pendidikan Islam (Suatu tinjauan teoritis

dan praktis berdasarkan pendekatan religious). Jombang : Madrasah

Muallimin Muallimat.

Ali, Achmad. 2010. Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Jakarta: Kencana. Ali, Muhammad. 1996. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Algesindo.

Amirman, Ine dan Zainal Arifin. 1993. Penelitian dan Statistik Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 1987. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta.


(4)

115

Darmadi, Hamid. 2013. Dimensi – Dimensi Metode Penelitian dan Sosial. Bandung : Alfabeta.

Departemen Agama RI. 2004. Alquran Dan Terjemahnya. Bandung : CV Penerbit J_Art.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.

Dimiyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :

PT Rineka.

Hadi, Sutrisno. 1996. Meodologi research II. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas UGM.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar-Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hamiyah, Nur dan Muhammad Jauhar. 2014. Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Huda, Miftahul. 2014. Model – Model Pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Kamus besar bahasa Indonesia (online) http://kbbi.web.id/model.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama.

Muhaimin. 2001. Paradigma pendidikan islam. Bandung :Rosdakarya. Muhid, Abdul. 2012. Analisis Statistik. Sidoarjo : Zifatama.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

116

Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang standar

proses pendidikan dasar dan menengah.

Prawiradilaga, Dewi Salma .2012. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

S. Nasution. 1996. Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.

Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Shadily, Hassan dan John M E cols. 1996. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Jakarta.

Shoimin, Aris. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikkulum 2013. Yogyakarta : Ar-Ruuz Media.

Sudjana, Nana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Sudjana, Nana. 1989. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Sinar

Baru Algesindo.

Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

117

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan

bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu. PT Imperial Bhakti Utama.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta : PT Bumi Aksara.

Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Utsman, Moh Uzer. 1996. Upaya Optimalisasi kegiatan belajar mengajar . Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Warsito, Hermawan. 2005. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DENGAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

0 10 222

Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2015 2016

3 33 185

KEEFEKTIFAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) BERBANTUAN LKPD TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS PESERTA DIDIK SMP

0 20 259

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) Peningkatan Tanggung Jawab Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition Pada Bilangan Pecahan Dalam Pembelajaran Matematika (P

0 2 17

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) PADA Peningkatan Tanggung Jawab Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition Pada Bilangan Pecahan Dalam Pembelajaran Matemati

0 1 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG : Penelitian Eksperimen Murni Pada Siswa Kelas X SMAN 13 Bandung.

0 2 51

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) Pengaruh Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) Dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (T

0 1 14

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) Pengaruh Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) Dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (T

0 3 16

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

1 2 52

PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITON) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SMP AL HIKMAH CILACAP.

1 5 93