Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2015 2016

(1)

(Auditory, Intellectualy, Repetition)

Terhadap Hasil Belajar

Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal

Tahun Pelajaran 2015/2016

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Oleh:

Diyan Intan Mutlikha NIM 3101411153

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Bersyukurlah maka Tuhan akan memperbaiki hidupmu.

Jangan berputus asa, sesungguhnya bersama kesabaran pasti ada

keberhasilan.

PERSEMBAHAN:

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, karya kecilku ini kupersembahkan untuk :

Ibu & Bapak yang senantiasa memberikan dukungan, baik secara materi maupun doa.

Dosen-dosen dan guru-guru yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat.

Keluarga besar SMA Negeri2 kota Tegal atas kesempatan dan

pengalamannya.

Bebeh-bebeh : beh fu, beh lam, beh ay, beh kem, beh sil, beh fit. semoga persahabatan kita tidak hanya berhenti disini.

Teman-temankos Melati & KSG-SAC, terimakasih untuk kekeluargaan yang begitu hangat, Without us i’m nothing.


(6)

vi

PRAKATA

Pujisyukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judulEfektivitas Penggunaan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal Tahun

Pelajaran 2015/2016” dengan baik.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kesulitan dan hambatan, namun

berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik. Oeh karena itu, izinkanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan pada penulis menimba ilmu di Universitas

Negeri Semarang.

2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang yang telah menerimauntuk menimba ilmu di Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang.

3. Arif Purnomo, S.Pd., S.S., M.Pd., Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan penulis

selama menimba ilmu di Jurusan Sejarah.

4. Mukhamad Shokheh S.Pd., M,A, Dosen Pembimbing,terima kasih atas segala


(7)

vii

5. Keluarga besar Jurusan Sejarah Fakutas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang yang telah mendidik penulis selama belajar di Jurusan Sejarah.

6. Dra. Nur Azizah, selaku petugas perpustakaan sejarah yang telah memberikan

inspirasi dan bantuannya dalam pencarian buku-buku yang bermanfaat.

7. Wartimah S.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri

2 Kota Tegal atas bimbingan dan kesempatan yang diberikan.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan (jauh dari

sempurna). Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Semarang, September 2015


(8)

viii

SARI

Mutlikha, Diyan Intan. 2015Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Mukhammad Sokheh S.Pd., M.A.

Kata kunci : Efektivitas, AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition), Hasil Belajar

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 2 Kota Tegal menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran, masih menggunakan metode ceramah yang berpusat pada guru. Peserta didik cenderung bersikap tidak aktif, peserta didik lebih banyak mendengarkan guru berbicara tanpa berusaha membangun pengetahuannya secara mandiri maupun dengan peserta didik yang lain. Selain itu peserta didik juga seringkali lupa dengan materi pelajaran yang sudah diajarkan sebelumnya oleh guru. Dimana sebenarnya hal tersebut dapat berdampak pada peningkatkan hasil belajar. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah efektif dengan digunakannya model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) Iuntuk meningkatkan hasil belajar, sebagai salah satu inovasi model pembelajaran yang diterapkan pada mata pelajaran sejarah siswa kelas XI, semsester ganjil SMA Negeri 2 Kota Tegal.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI. Sampel penelitian menggunakan kelas XI IIS 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IIS 3 sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive samplingdengan desain nonequivalent control group design. Varibel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition), sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian skor rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat dari hasil sebelum dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan model AIR (Auditory, Intellectually, Repetition). Skor rata-rata kelas eksperimen 44,83 menjadi 79,83, sedangkan kelas kontrol hanya meningkat dari 44,33 menjadi 69,17. Rata-rata skor pada aspek afektif di kelas eksperimen 8,8 dan skor rata-ratayang diperoleh kelas kontrol 7,7, artinya penilaian sikap kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Sedangkan pada aspek psikomotorik skor rata-rata kelas eksperimen 35,4 kelas kontrol 32,5, artinya aktivitas kelas eksperimen lebihbaik dibandingkan dengan kelas kontrol.Dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually,


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

SKRIPSI ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN KELULUSAN ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB IPENDAHULUAN ... 15

A. Latar Belakang Masalah ... 15

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Istilah ... 9

F. Sistematika Penulisan Skripsi ... 11

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Kajian Pustaka ... 14

B. Landasan Teori ... 17

1. Efektivitas ... 17

2. Pembelajaran Sejarah ... 21

3. Model Pembelajaran ... 24


(10)

x

5. Hasil Belajar... 29

C. Kerangka Berfikir ... 31

D. Hipotesis ... 35

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 36

A. Pendekatan Penelitian ... 36

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

C. Populasi Penelitian... 38

D. Sampel Penelitian ... 39

E. Variabel Penelitian... 40

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Penelitian ... 56

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitan ... 56

2. Pelakanaan Penelitian ... 60

3. Hasil Analisis Data ... 66

4. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik ... 77

5. Uji Ketuntasan Hasil Belajar ... 78

6. Aspek–Aspek yang Dicapai Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam Meningkatkan Hasil Belajar ... 78

B. Pembahasan ... 81

BAB VPENUTUP ... 86

A.Simpulan ... 86

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir ... 34 Gambar 4.1 Kurva Distribusi Normal Hasil Pretest Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen ... 69 Gambar 4.2 Kurva Distribusi Normal Hasil Post test Kelas Kontrol dan


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Desain Penelitian Eksperimen ... 37

Tabel 3.2 Populasi Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 2 tegal Semester satu tahun Pelajaran 2015/2016... 38

Tabel 4.1 Fasilitas SMA Negeri 2 Kota Tegal ... 58

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 60

Tabel 4.3 Gambaran Umum Hasil Skor Pre Test ... 67

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pre Test ... 68

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas dan Uji Independent Sample Test PreTest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 70

Tabel 4.6 Gambaran Umum Hasil Skor Post Test ... 71

Tabel 4.7 Gambaran Umum Lembar Aktivitas Peserta Didik ... 72

Tabel 4.8 Gambaran Umum Hasil Lembar Pengamatan Sikap ... 73

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Post Test ... 74

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas dan Uji Independent Sample Test Post Test ... 76


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus ... 93

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 98

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 112

Lampiran 4. Materi Ajar ... 125

Lampiran 5. Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba ... 154

Lampiran 6. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 155

Lampiran 7. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 156

Lampiran 8. Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 157

Lampiran 9. Soal Uji Coba... 159

Lampiran 10. Penghitungan Validitas dan Reliabilitas ... 163

Lampiran 11. Penghitungan Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal ... 164

Lampiran 12. Kisi-Kisi SoalPre Test ... 165

Lampiran 13. Soal Pre Test ... 166

Lampiran 14. Hasil Soal Pre Test Kelas Eksperimen ... 169

Lampiran 15. Hasil Soal Pre Test Kelas Kontrol ... 170

Lampiran 16. Tabel Pre Test Kelas Eksperimen ... 171

Lampiran 17. Tabel Pre Test Kelas Kontrol ... 172

Lampiran 18. Kisi-Kisi Soal Post Test ... 173

Lampiran 19. SoalPost Test ... 174

Lampiran 20. Hasil Lembar Soal Post Test Kelas Eksperimen ... 177

Lampiran 21. Hasil Lembar SoalPost Test Kelas Kontrol ... 179

Lampiran 22. Tabel Post Test Kelas Eksperimen ... 180

Lampiran 23. Tabel Post Test Kelas Kontrol ... 181

Lampiran 24. Perhitungan SPSS Pre Test ... 182

Lampiran 25. Perhitungan SPSS Post Tes ... 184

Lampiran 26. Lembar Penilaian Aktivitas Peserta Didik5 ... 186

Lampiran 27. Hasil Lembar Penilaian Aktivitas Peserta Didik Eksperimen ... 188


(14)

xiv

Lampiran 29. Tabel Hasil Penilaian Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 190

Lampiran 30. Tabel Hasil Penilaian Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 191

Lampiran 31. Tabel Hasil Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen ... 192

Lampiran 32. Tabel Hasil Penilaian Sikap Siswa Kelas Kontrol ... 193

Lampiran 33. Dokumentasi Penelitian Kelas Eksperimen ... 194

Lampiran 34. Dokumentasi Penelitian Kelas Kontrol ... 197


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang dipelajari di

semua jenjang pendidikan baik sekolah dasar, sekolah menengah pertama,

maupun sekolah menengah atas. Sejarah mempelajari tentang masa lalu yang

mempunyai nilai-nilai karakter untuk mendidik tiap individu. Sejarah

merupakan dialog antara peristiwa masa lampau dan perkembangan ke masa

depan. Adanya pembelajaran sejarah memungkinkan peserta didik

mengetahui keadaan di masa lampau, sehingga dapat mengambil pelajaran

yang berarti untuk menjalani kehidupannya dan sangat penting dalam upaya

membangun karakter bangsa (Kochhar, 2008:5).

Pembelajaran sejarah bertujuan untuk memberikan pemahaman

kepada peserta didik tentang kegigihan perjuangan yang dilakukan oleh para

pemimpin nasional untuk memperoleh kemerdekaan dan peran besar yang

diberikan masing-masing tokoh pada zamannya dalam usaha

memperjuangkan kemerdekaan (Kochhar, 2008:28). Mata pelajaran sejarah

memiliki arti yang strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa

yang bermartabat serta pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa

kebangsaan dan cinta tanah air. Pembelajaran sejarah merupakan suatu

perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang didalamnya


(16)

2

dengan masa kini. Sejalan dengan hal tersebut menurut Widya (1989:23)

sejarah merupakan dialog berkesinambungan antara masa sekarang dan masa

lampau yang mencerminkan nilai kemasakinian dalam sejarah.

Pembelajaran sejarah bertujuan untuk 1) membangun kesadaran

peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah

proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan; 2) melatih daya kritis

peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar; 3) menumbuhkan

apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai

bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; 4) menumbuhkan

pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia;

dan 5) menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari

bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air. Tujuan

tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

Tahun 2006 mengenai standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan

menangah. Selain itu pembelajaran sejarah juga memiliki tujuan akademik

yang hendak dicapai yaitu berupa hasil belajar.

Menurut Suprijono (2012:7) hasil belajar mencakup pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Hasil belajar sejarah akan tercapai dengan baik jika proses

pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses

pembelajaran juga melibatkan antara guru dan peserta didik. Guru mengajak

peserta didik untuk dapat aktif, dan memahami makna materi pelajaran yang


(17)

dan dapat menjadi refleksi diri untuk tiap individu. Dengan demikian proses

belajar mengajar perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan peserta

didik. Guru harus yakin dan tahu apa tujuan yang akan dicapai dalam

pengajarannya (Kochhar, 2008:27).

Seiring perkembangan zaman, seperti yang diungkapkan Aman

(2011:7) bahwa selama ini pembelajaran sejarah di sekolah kurang diminati

oleh peserta didik. pelajaran sejarah dianggap sebagai pelajaran yang

membosankan karena cenderung bersifat hapalan, bahkan ada peserta didik

menganggap bahwa pelajaran sejarah tidak membawa manfaat karena

kajiannya adalah masa lalu. Selain itu pelajaran sejarah juga hanya dianggap

sebagai pelajaran pelengkap saja, apalagi mata pelajaran sejarah tidak diuji

nasionalkan. Kondisi ini lama-kelamaan mengakibatkan hasil belajar rendah

dan tujuan pembelajaran sejarah tidak akan tercapai.

Hasil belajar yang rendah dapat dilihat dari beberapa aspek-aspek

yang mempengaruhi proses belajar. Slameto (2010:54-72) menyatakan ada

beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor internal yang terdiri

dari faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan serta faktor eksternal yang

terdiri dari faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor eksternal

misalnya pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat, kurangnya media

yang digunakan, serta metode pembelajaran yang digunakan guru kurang

bervariasi. Faktor internal misalnya kurangnya perhatian peserta didik

terhadap pembelajaran yang dilakukan, tidak adanya minat peserta didik,


(18)

4

Oleh karena itu dalam merancang pembelajaran yang akan dilakukan penting

untuk memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan rendahnya hasil

belajar sehingga tujuan yang seharusnya dapat tercapai dengan baik.

Kondisi yang sama masih ditemukan di SMA Negeri 2 Kota Tegal.

Peserta didik cenderung bersikap tidak aktif dalam pelaksanaan pembelajaran

sejarah. Peserta didik lebih banyak mendengarkan guru berbicara tanpa

berusaha membangun pengetahuannya secara mandiri maupun dengan peserta

didik yang lain. Peserta didik perlu pembelajaran yang tidak hanya berpusat

pada guru, dan penggunaan model pembelajaran yang bervariasi. Selain itu

peserta didik juga seringkali lupa dengan materi pelajaran yang sudah

diajarkan. Jika kondisi yang sama terjadi secara terus menerus maka akan

menyebabkan rendahnya hasil belajar yang ditandai dengan bosannya peserta

didik terhadap pelajaran sejarah yang kemudian timbulnya sikap apatis dari

peserta didik. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang membantu

peserta didik untuk dapat memperoleh pengetahuan secara optimal.

Membangun pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan

sangat diperlukan. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang dapat

membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dengan lebih baik. Model

pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif, serta membantu

peserta didik dalam memahami materi pelajaran secara lebih mendalam.

Pemilihan model pembelajaran yang baik dapat dijadikan alternatif untuk

membantu peserta didik memperoleh pengatahuan dengan baik serta


(19)

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti mencoba menerapkan

model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition). Model

pembelajaran ini dipilih sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil

belajar sejarah peserta didik terutama dalam pencapaian hasil belajar sejarah

yang optimal. Model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari Auditory,

Intellectualy, Repetition. Dengan model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition) peserta didik dapat ikut aktif dalam proses

pembelajaran sehingga tercipta proses pembelajaran yang hidup dan tidak

hanya berpusat pada guru. Selain itu model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition) menerapkan jika belajar juga harus dengan

pengulangan (repetition). Pengulangan yang bertujuan untuk lebih mengingat

kembali materi pelajaran yang telah diajarkan.

Model pembelajaran AIR menuntut peserta didik untuk belajar

melalui mendengarkan, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat,

menanggapi, berkonsentrasi dan berlatih menggunakannya melalui bernalar,

mencipta, mengontruksi, memecahkan masalah. Belajar juga harus dilakukan

dengan pengulangan untuk memperdalam dan memperluas pemahaman

peserta didik melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, maupun kuis.

Secara empirik model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy,

Repetition) dapat meningkatkan hasil belajar, seperti penelitian yang

dilakukan oleh Hardiyanti, dkk (2013) dengan judul Pengaruh Penggunaan

Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) Terhadap Hasil


(20)

6

(2013) membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil

belajar siswa kelas X SMA Laboratorium Undiksha Singaraja yang diberikan

perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran (AIR) Auditory

Intellectually Repetition. Widiastuti, dkk (2014) dengan judul pengaruh

model auditory intellectualy repetition berbantuan tape recorder terhadap

keterampilan berbicara. Hasil penelitiannya membuktikan adanya perbedaan

yang signifikan dari hasil analisis data. Diperoleh nilai rata-rata kelompok

eksperimen 75,43 dan nilai rata-rata kelas kontrol 69,81. Keberhasilan

peneliti-peneliti terdahulu yang menggunakan model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam pembelajaran yang dilakukannya,

membuktikan model pembelajaran tersebut mempunyai potensi yang baik

untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya terutama dalam

pembelajaran sejarah.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai efektivitas penggunaan model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Kota Tegal. Peneliti mengangkat judul penelitian “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal


(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy,

Repetition) dalam pembelajaran sejarah siswa kelas XI di SMA Negeri 2

kota Tegal?

2. Apakah dengan digunakannya model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition) dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa

kelas XI di SMA Negeri 2 kota Tegal?

3. Bagaimanakah keefektifan model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition) terhadap hasil belajar sejarah siswa kelas XI di

SMA Negeri 2 kota Tegal?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan penerapan model pembelajaran

AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dalam pembelajaran sejarah di

siswa kelas XI di SMA Negeri 2 kota Tegal.

2. Untuk mengetahui apakah dengan digunakannya model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectualy, Repetition) terdapat peningkatan hasil belajar

sejarah siswa kelas XI di SMA Negeri 2 kota Tegal.

3. Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition) terhadap hasil belajar sejarah siswa kelas XI di


(22)

8

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini mampu memberikan pengetahuan tentang efektivitas

penggunaan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)

sebagai model yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

sejarah.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini mampu memberikan manfaat berupa:

a. Bagi Siswa

Mengubah cara pandang peserta didik tentang mata pelajaran

sejarah yang membosankan dan membantu peserta didik dalam

memahami materi sejarah secara lebih baik. Serta memberikan

rangsangan dan dorongan kepada peserta didik untuk ikut aktif dalam

proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectually, Repetition) diharapkan peserta didik dapat meningkatkan

hasil belajar sejarah.

b. Manfaat bagi Guru

Penelitian ini memberikan masukan bagi guru untuk memilih

model pembelajaran yang akan digunakan, sehingga dapat membantu

guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan baik dan tujuan


(23)

c. Manfaat bagi Sekolah

Hasil penelitian di dapat memberikan masukan untuk sekolah

dalam usaha untuk meningkatkan hasil belajar sejarah. Serta

memberikan motivasi sekolah untuk selalu meningkatkan kualitas

pembelajaran khususnya dalam pembelajaran sejarah.

d. Manfaat bagi Peneliti Lain

Hasil pelitian ini dapat menjadi dasar bagi peneliti lain yang

hendak melakukan penelitian mengenai efektivitas penggunaan model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition).

E. Batasan Istilah 1. Efektivitas

Efektivitas atau keefektifan dalam kamus besar bahasa Indonesia

(2008:352) yang berarti keberhasilan suatu usaha atau tindakan.

Sedangkan Sudjana (2009:59) memaknai keefektifan berkenaan dengan

jalan, upaya, teknik, strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan

secara tepat dan cepat. Sedangkan Keefektifan dalam proses pembelajaran

menurut Budimansyah, Suparlan dan Meirawan (2009:70) yaitu proses

pembelajaran yang menghasilkan apa yang seharusnya dikuasai peserta

didik setelah proses pembelajaran tersebut berlangsung. Beberapa

pandangan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa keefektifan dalam

proses pembelajaran merupakan tingkatan seberapa jauh proses

pembelajaran tersebut dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan


(24)

10

Efektivitas dalam penelitian ini adalah keberhasilan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually,

Repetition) yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar sejarah siswa

kelas XI SMA Negeri 2 kota Tegal tahun pelajaran 2015/2016.

Peningkatan hasil belajar tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan

hasil belajar yang lebih baik setelah penggunaan model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectually, Repetition).

2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran

yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

(Suprijono, 2012:45-46). Sedangkan menurut Winataputra (2005:3) model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian model

pembelajaran dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan model

pembelajaran adalah sebuah pola kegiatan terstruktur yang merancang

proses pembelajaran dari awal hingga akhir untuk mencapai tujuan belajar


(25)

3. Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)

Model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari Auditory,

Intellectually, Repetition. Auditory bermakna bahwa belajar haruslah

melalui mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,

mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Sedangkan intellectualy

bermakna belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih

menggunakannya melalui bernalar, menemukan, mencipta, mengontruksi,

memecahkan masalah dan menerapkan. Repetition merupakan

pengulangan, dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman

siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, atau

kuis (Shoimin, 2014:29).

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek saja (Suprijono, 2012:7). Sedangkan menurut Rifa’i dan Tri Anni, (2012:69) hasil belajar adalah sebagai sebuah perubahan

perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar.

Jadi hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari suatu proses belajar

yang ditandai dengan perubahan perilaku yang oleh tiap individu, dan

perubahan nilai ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika skripsi ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam


(26)

12

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, bab I merupakan bab pendahuluan,

di dalamnya terdiri dari antara lain latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah (meliputi efektivitas,

model pembelajaran, model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, dan

Repetition), dan hasil belajar).

Adapun Tinjauan Pustaka dipaparkan dalam bab II. Didalamnya

terdiri dari antara lain, pertama terdapat tinjauan pustaka yang terdiri dari

kajian pustaka yang meliputi jurnal dan penelitian terdahulu, dan yang kedua

terdiri dari landasan teori. Di dalam landasan teori terdapat tinjauan pustaka

yang meliputi efektivitas yang meliputi pengertian efektivitas, variabel– variabel yang menentukan efektifitas keberhasilan belajar peserta didik.

kedua, tentang pengertian pembelajaran sejarah dari segi istilah, manfaat

belajar sejarah, dan keterkaitannya dengan kehidupan siswa di sekolah

maupun dari tujuan pembelajaran sejarah. Ketiga, tinjauan mengenai model

pembelajaran yang meliputi pengertian model pembelajaran serta cici-ciri

dari model pembelajaran. Tinjauan teori keempat, meliputi model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition). Tinjauan yang

kelima, yaitu hasil belajar dalam kajian kompetensi yang harus dimiliki.

Sedangkan metode penelitian akan dipaparkan dalam bab III, di dalamnya

terdiri dari pendekatan penelitian, populasi, sample, teknik pengambilan

sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, uji perangkat tes, dan


(27)

Bab selanjutnya bab IV merupakan bab pembahasan dan hasil

penelitian. Dalam bab ini menguraikan tentang laporan hasil penelitian, terdiri

atas hal-hal yang menyangkut deskripsi obyek penelitian, deskripsi dan

analisis data, dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian. Bab terakhir

yaitu bab V merupakan bab penutup, dalam bab ini diuraikan mengenai

kesimpulan yang didasarkan pada hasil penelitian kemudian dilanjutkan


(28)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

Penelitian ini merupakan penelitian tentang efektivitas penggunaan

model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) terhadap hasil

belajar sejarah siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Kota Tegal. Pustaka yang

mendasari penelitian ini yaitu hasil-hasil penelitian terdahulu yang memiliki

relevansi dengan penelitian ini. Penelitian yang memiliki keterkaitan dengan

penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2013), Nailul

Farich (2013), Widiastuti, dkk (2014), Mustaghfiri, dkk (2013), Rahman

(2014), Wulandari (2013).

Handayani (2013) melakukan penelitian berjudul “Keefektifan Model Auditory Intellectually Repetition (AIR) Berbantuan LKPD Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Peserta Didik SMP” hasil penelitian

menunjukan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory

Intellectualy Repetition) kemampuan penalaran peserta didik pada materi

yang diajarkan lebih baik. Peserta didik lebih memahami materi pembelajaran

yang diajarkan, serta peserta didik dilatih untuk benar-benar berpikir dan

memecahkan masalah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2013)

terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik. Namun dalam penelitain yang

dilakukan oleh Handayani (2013) memiliki kekurangan yaitu adanya

keterbatasan media yang digunakan sehingga mengalami kesulitan pada


(29)

yang sesuai dengan model pembelajaran AIR (Auditory Intellectualy

Repetition) sehingga sulit untuk dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

Penelitian relevan juga dilakukan oleh Nailul (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition

(AIR) pada Pembelajaran Biologi Materi Pokok Plantae Kelas X MA Wahid

Hasyim Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran AIR (Auditory Intellectualy Repetition)

dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, pengingkatan keaktifan siswa

dapat dilihat dari beberapa aspek. Penggunaan model pembelajaran AIR

(Auditory Intellectualy Repetition) juga dapat meningkatkan hasil belajar

kognitif peserta didik. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Nailul

(2013) memiliki kekurangan yaitu alokasi waktu yang digunakan kurang

dengan menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellecrualy,

Repetition).

Penelitian yang selanjutnya yaitu Widiastuti, dkk (2014) berjudul ”Pengaruh Model Auditory Intellectualy Repetition Berbantuan Tape Recorder Terhadap Keterampilan Berbicara” hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada pelajaran bahasa Indonesia

antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran AIR (Auditory Intellectualy Repetition) berbantuan tape

recorder dan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran


(30)

16

Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Mustaghfiri, dkk (2013) berjudul “Komparasi Model Pembelajaran AIR dan Ekspositori Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Ligkungan” dalam jurnal

menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran AIR (Auditory

Intellectualy Repetition) guru lebih menyediakan pengalaman belajar yang

dirancang dalam bentuk kelompok guna membantu siswa dalam memahami

materi dan membangun pengetahuannya sendiri dengan bimbingan guru,

sehingga siswa lebih mudah mengingat materi yang telah dipelajari. Selain

itu, dengan model pembelajaran AIR, pembelajaran menjadi lebih menarik

dikarenakan ada kaitannya dengan hal-hal disekitar, sehingga siswa menjadi

semangat dan termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar. Indikator

meningkatnya semangat siswa ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam

menyampaikan pendapat, hasil diskusi, dan menanggapi pendapat temannya.

Rahman (2014) melakukan penelitian tentang efektifitas yaitu dengan judul “Efektifitas Media Pembelajaran Visual Tiga Dimensi (Sketchup) Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Menggambar Atap Kelas XI Teknik Gambar Bangunan SMK N 1 Rembang Tahun Ajaran 2013/2014” pada penelitian ini terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas

kontrol dan kelas eksperimen, sehingga pada penggunaan media

pembelajaran visual tiga dimensi pada pembelajaran dengan materi tentang

teknik gambar bangunan dikatakan efektif. Penelitian selanjutnya tentang efektifitas juga dilakukan oleh Wulandari dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Pada Motivasi


(31)

Belajar dan Kemampuan Komunikasi Matematika” menyimpulkan bahwa rata-rata nilai motivasi kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan

dengan kelas kontrol dan rata-rata nilai kemampuan komunikasi matematika

siswa kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol,

sehingga dengan digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe teams

game tournament pada pembelajaran penelitian ini dikatakan efektif.

Adapun penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang ada

sebelumnya seperti yang telah disebutkan di atas. Dalam hal ini belum

ditemukan penelitian efektivitas penggunaan model pembelajaran AIR

(Auditory Intellectualy Repetition) terhadap hasil belajar sejarah peserta didik,

yang ada hanyalah pengunaan model pembelajaran AIR (Auditory

Intellectualy Repetition) terhadap mata pelajaran lainnya. Selain itu dalam

penelitian-penelitian yang disebutkan di atas tidak menerapkan model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) yang sesuai dengan

sintaknya.

B. Landasan Teori

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang

pengertian efektivitas, pembelajaran sejarah, model pembelajaran, model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition), dan hasil belajar.

1. Efektivitas

Efektivitas atau keefektifan dalam kamus besar bahasa Indonesia

(2008:352) berarti keberhasilan suatu usaha atau tindakan. Sedangkan


(32)

18

upaya, teknik, strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat

dan cepat. Sedangkan menurut Budimansyah, Suparlan dan Meirawan

(2009:70) keefektifan yaitu proses pembelajaran yang menghasilkan apa

yang seharusnya dikuasai peserta didik setelah proses pembelajaran

tersebut berlangsung. Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang

yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju (Mulyasa, 2009:82).

Beberapa pandangan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa keefektifan

dalam proses pembelajaran merupakan tingkatan seberapa jauh proses

pembelajaran tersebut dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan

kemampuan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectually, Repetition), dikatakan efektif jika hasil belajar peserta didik

memiliki kriteria yang mengacu pada: a) ketuntasan belajar, pembelajaran

dikatakan tuntas apabila nilai >75 (nilai KKM) yang mengacu pada nilai

ketuntasan minimal di sekolah SMA Negeri 2 Kota Tegal; b) model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) dikatakan efektif

apabila secara statistik hasil belajar peserta didik menunjukan perbedaan

yang lebih baik antara kelas yang menggunakan model pembelajaran

(Auditory, Intellectually, Repetition) dengan kelas yang tidak

menggunakan model pembelajaran (Auditory, Intellectually, Repetition).

Peningkatan hasil belajar di sini sesuai dengan tujuan pembelajaran yang


(33)

belajar-mengajar berjalan efektif. Efektifitas dapat dijadikan barometer

untuk mengukur keberhasilan pendidikan (Mulyasa, 2004:83). Untuk

mengetahui keefektifan mengajar dapat dilakukan dengan memberikan tes,

sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses

pengajaran (Trianto, 2011:20). Kondisi belajar-mengajar yang efektif

dapat tercipta karena dipengaruhi beberapa variabel, Menurut Usman

(2011:21-31) ada empat jenis variabel yang menentukannya, yaitu:

a. Peserta didik aktif

Aktivitas peserta didik sangat diperlukan dalam kegiatan

belajar-mengajar sehingga peserta didiklah yang seharusnya banyak

aktif. Hal ini dikarenakan peserta didik adalah yang merencanakan dan

ia sendiri yang melaksanakan belajar.

b. Minat dan perhatian peserta didik

Kondisi belajar-mengajar dapat dikatakan efektif, jika terdapat

minat dan perhatian peserta didik dalam belajar. Minat merupakan suatu

sifat yang relatif menetap pada diri seseorang, sedangkan perhatian

cenderung bersifat sementara bahkan kadang menghilang. Minat ini

besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat

seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. William James

(dalam Usman, 2011:27-28) melihat bahwa minat peserta didik

merupakan faktor utama yang menentukan keterlibatan peserta didik


(34)

20

c. Motivasi peserta didik

Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif

menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

mancapai tujuan. Sementara itu, motif diartikan sebagai daya dalam diri

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan

seseorang yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian

tingkah laku atau perbuatan. Motivasi dapat pula diartikan sebagai

tingkah laku dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah

lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Tugas

guru salah satunya membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia

mau untuk belajar.

d. Individualitas

Mengingat adanya perbedaan-perbedaan antar peserta didik,

maka menyamaratakan atau menganggap sama semua peserta didik

ketika guru mengajar secara klasikal pada hakikatnya kurang sesuai

dengan prinsip individualitas. Setiap guru seharusnya memahami bahwa

tidak semua peserta didik dapat mempelajari apa yang ingin dicapai

oleh guru. Guru setidaknya harus menyadari bahwa setiap individu

peserta didik memiliki perbedaan. Oleh karena itu, guru hendaknya

menyadari dan memakluminya apabila ada peserta didik yang cepat

menerima dan memahami pelajaran yang diberikannya atau bahkan

sebaliknya. Hal ini dikarenakan pengajaran individual bukanlah


(35)

melainkan ditujukan kepada sekelompok peserta didik atau kelas.

Pengajaran yang sedang dilakukan oleh guru dapat memungkinkan

berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal,

apabila guru dapat mengakui dan melayani perbedaan peserta didiknya.

Selain hasil belajar, yang membuat pengajaran menjadi efektif

adalah bagaimana guru berusaha menjadi panutan (modelling) dengan

memperlihatkan kepribadian dan sikapnya yang positif, berpengalaman

dalam mengajar, cakap dalam menyampaikan informasi, reflektif,

motivatoris, dan bersemangat juga untuk belajar Borish (dalam Huda,

2013:7).

2. Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang dilakukan guru

dengan menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik (Suprijono,

2012:13). Pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang

guru untuk mengarahkan peserta didik dalam mencapai tujuan yang

diharapkan. Pembelajaran merupakan cara yang dilakukan untuk

mendapatkan pengetahuan (Trianto, 2011:17). Jadi dapat disimpulkan

pembelajaran adalah suatu proses yang melibatkan antara guru dan peserta

didik untuk memperoleh pengetahuan dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan.

Sejarah merupakan salah satu komponen ilmu-ilmu sosial. Tujuan

utama pendidikan ilmu-ilmu sosial adalah memperkenalkan kepada


(36)

22

geografis dan lingkungan sosial mereka (kochhar, 2008:46). Istilah history

(sejarah) diambil dari kata historia dalam bahasa Yunani yang berarti

informasi atau penelitian yang ditujukan untuk memperoleh kebenaran

(Kochhar, 2008:1). Sejarah juga di definisikan sebagai segala sesuatu yang

pernah terjadi, setiap peristiwa yang pernah terjadi di muka bumi, dapat

berupa politik, ekonomi, sosial, atau budaya (kochhar, 2008:23).

Johnson (dalam Kochhar, 2008:2) berpendapat bahwa sejarah

dalam pengertian yang paling luas adalah segala sesuatu yang pernah

terjadi. Materi yang dipelajari adalah jejak-jejak yang ditinggalkan dari

keberadaan manusia di dunia, gagasan, tradisi dan lembaga sosial, bahasa,

kitab-kitab, barang produksi manusia, fisik manusia itu sendiri, sisa-sisa

fisik manusia, pemikirannya, perasaannya, dan tindakannya. Mata

pelajaran sejarah memiliki arti strategis pada pembentukan watak dan

peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia

Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.Jadi

pembelajaran sejarah merupakan cara atau proses yang dilakukan untuk

memperoleh pengetahuan yang dapat membentuk individu menjadi pribadi

yang lebih baik dengan belajar tentang masa lalu.

a. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Sasaran utama pembelajaran sejarah di sekolah menengah atas

menurut Kochhar (2008:50-51) yaitu untuk 1) meningkatkan

pemahaman peserta didik terhadap proses perubahan dan


(37)

tahap perkembangan yang sekarang ini; 2) meningkatkan pemahaman

peserta didik tentang peradaban manusia dan penghargaan terhadap

kesatuan dasar manusia; 3) menghargai berbagai sumbangan yang

diberikan oleh semua kebudayaan pada peradaban manusia secara

keseluruhan; 4) memperkokoh pemahaman peserta didik bahwa

interaksi antar berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting

dalam kemajuan kehidupan manusia; dan 5) memberikan kemudahan

kepada peserta didik yang berminat mempelajari sejarah suatu negara.

Pembelajaran sejarah juga mempunyai tujuan yang harus

dicapai. Tujuan tersebut tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 22 tahun 2006 mengenai setandar isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah yaitu untuk 1) membangun kesadaran

peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan

sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan; 2) melatih

daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar; 3)

menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap

peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa

lampau; 4) menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses

terbentuknya bangsa Indonesia; dan 5) menumbuhkan kesadaran dalam

diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki

rasa bangga dan cinta tanah air.

Dennis Gunning (dalam Aman, 2011:43) menjelaskan bahwa


(38)

24

negara yang baik, dan menyadarkan peserta didik untuk mengenal

lingkungan diri dan lingkungannya, serta memberikan pandangan

kesejarahan. Sedangkan secara spesifik tujuan pembelajaran sejarah ada

tiga yaitu, mengajarkan konsep, mengajarkan keterampilan intelektual,

dan memberikan informasi kepada peserta didik.

3. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran

yang dirancang berdasarkan implementasi kurikulum (Suprijono,

2012:45-46). Sedangkan menurut Winataputra (2005:3) model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran. Jadi model pembelajaran adalah

sebuah pola kegiatan terstruktur yang merancang proses pembelajaran dari

awal hingga akhir untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak

dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah: 1)

model pembelajaran yang mencakup proses pembelajaran secara

menyeluruh; 2) model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan

tujuan pembelajarannya, sintak dan lingkungan belajarnya; 3) adanya

sintak yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan


(39)

pembelajaran agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai Kardi dan Nur

(dalam Trianto 2011:23). Sebuah model pembelajaran memiliki struktur

yang jelas. Seperti model yang dikembangkan oleh Joyce dan Weil (2009)

memiliki empat aspek struktur umum yang jelas. Struktur tersebut antara

lain: Sintak, System sosial, Tugas/peran guru, pengaruh model (Huda,

2013:75).

Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses

pembelajaran secara efektif. Tujuan dari pembelajaran akan tercapai baik

dalam ranah afektif, kognitif, maupun psikomotorik dengan model

pembelajaran yang efektif. Menurut Sudjana (2009:22) ada empat unsur

utama proses belajar-mengajar, yakni tujuan, bahan, metode dan alat serta

penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar yang

diharapkan dapat dimiliki setelah menerima atau menempuh pengalaman

belajarnya. Bahan adalah seperangakat pengetahuan yang disampaikan

pada proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan pembelajaran.

Metode dan alat adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Sedangkan penilaian adalah upaya untuk mengukur

sejauh mana tujuan dapat tercapai.

4. Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)

Model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari Auditory,

Intellectually, Repetition. Gaya pembelajaran Auditory, Intellectually,

Repetition (AIR) merupakan gaya pembelajaran yang mirip dengan model


(40)

26

pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK). Perbedaanya

hanya terletak pada pada pengulangan (Repetisi) yang bermakna

pendalaman, perluasan, dan pemantapan dengan cara pemberian tugas dan

kuis (Huda, 2013:289).

Belajar bermodel auditory, yaitu belajar mengutamakan berbicara

dan mendengarkan (Shoimin, 2014:29). Gaya belajar auditorial adalah

gaya yang mengakses segala jenis bunyi dan kata, baik yang diciptakan

maupun diingat. Maka guru sebaiknya melakukan hal-hal berikut ini,

seperti: (1) melakukan diskusi kelas atau debat, (2) meminta siswa untuk

presentasi, (3) meminta siswa untuk membaca teks dengan keras, (4)

meminta siswa untuk mendiskusikan ide mereka secara verbal, (5)

melaksanakan belajar kelompok (Huda, 2013:290). Meier (2013:95)

mengatakan bahwa pikiran auditory kita lebih kuat daripada yang kita

sadari. Telinga kita terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi

Auditory, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri

dengan berbicara, beberapa area penting otak kita menjadi aktif.

Menurut Meier (2003:99) intelektual adalah penciptaan makna

dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan

pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. Intellectually

juga bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berfikir,

konsentrasi, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta,

mengontruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan (Shoimin,


(41)

Repetition merupakan pengulangan dengan tujuan memperdalam

dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan

soal, pemberian tugas, dan kuis (Huda, 2013:291). Pengulangan dalam

kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar pemahaman siswa lebih

mendalam, disertai pemberian soal dalam bentuk tugas latihan atau kuis.

Melalui pemberian tugas diharapkan peserta didik lebih terlatih dalam

menggunakan pengetahuan yang didapat untuk menyelesaikan soal dan

mengingat apa yang telah diterima. Sementara pemberian kuis

dimaksudkan agar peserta didik siap menghadapi ujian atau tes yang

dilaksanakan sewaktu-waktu serta melatih daya ingat dari peserta didik

(Shoimin, 2014:30).

Jika guru menjelaskan suatu unit pelajaran, guru harus

mengulangnya dalam beberapa kali kesempatan. Ingatan peserta didik

tidak selalu stabil, karena itu peserta didik mudah lupa dengan materi yang

sudah diajarkan. Untuk itulah guru membantu mereka dengan pengulangan

pelajaran yang sedang atau sudah dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan

memberi tanggapan yang jelas dan tidak mudah dilupakan, sehingga siswa

bisa dengan mudah mengingat materi pelajaran yang diajarkan.

Pengulangan bisa diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau

setiap kali materi pelajaran selesai diberikan maupun pada saat-saat

tertentu jika dianggap perlu (Slamet dalam Huda, 2013:291-292).

Adapun langkah-langkah pembelajaran AIR (Auditory,


(42)

28

a) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok.

b) Peserta didik mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.

c) Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari

dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk

dipresentasikan di depan kelas (Auditory).

d) Saat diskusi berlangsung siswa mendapat soal atau permasalahan yang

berkaitan dengan materi.

e) Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi

serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan

masalah (Intellectually).

f) Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan

cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (Repetition).

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan

seperti halnya pada model pembelajaran AIR. Beberapa kelebihan model

pembelajaran AIR menurut Shoimin (2014:30-31) adalah sebagai berikut:

a) Siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering

mengemukakan pendapatnya.

b) Peserta didik memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan

pengetahuan dan keterampilan secara baik.

c) Peserta didik dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan

dengan cara mereka sendiri.

d) Peserta didik dari dalam dirinya termotivasi untuk memberikan bukti


(43)

e) Peserta didik memilki pengetahuan banyak untuk menemukan sesuatu

dalam menjawab permasalahan.

Berdasarkan uraian tentang model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectual, Repetition) tersebut peneliti menyimpulkan bahwa model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectual, Repetition) sangat tepat dan

efektif diterapkan pada pelajaran sejarah di kelas XI. Karena model

pembelajaran AIR merangsang peserta didik untuk belajar secara efektif

melalui proses auditory, membantu peserta didik untuk dapat

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan membangun pengetahuannya,

selain itu melalui model AIR peserta didik dapat mempelajari materi

pelajaran secara lebih mendalam melalui kuis maupun pengerjaan soal

sebagai proses pengulangan.

5. Hasil Belajar

Menurut Tri Anni dan Rifa’i (2012:69) hasil belajar adalah sebuah perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami

kegiatan belajar. Sedangkan menurut Suprijono (2012:7) hasil belajar

adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu

aspek saja. Artinya hasil belajar yang dimaksudkan tidak hanya dilihat dari

salah satu aspek saja, melainkan secara keseluruhan. Jadi hasil belajar

adalah suatu penilaian akhir dari suatu proses belajar yang ditandai dengan

perubahan perilaku oleh tiap individu secara keseluruhan. Keberhasilan

proses pembelajaran dapat dilihat melalui hasil belajar. Hasil belajar yang


(44)

30

setelah mengikuti suatu proses pembelajaran. Seseorang dikatakan telah

belajar apabila terjadi perubahan perilaku, antara perilaku sebelum dan

setelah mengalami kegiatan belajar.

Syarat keberhasilan belajar yaitu: 1) belajar juga memerlukan

sarana yang cukup, sehingga peserta didik dapat belajar dengan tenang; 2)

repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian,

keterampilan maupun sikap pada peserta didik dapat mendalam (Slameto,

2010:28). Benyamin S. Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang disebut

dengan ranah belajar, yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah

afektif (affective domian), ranah psikomotorik (psychomotoric domain).

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan,

dan kemahiran intelektual. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap,

minat, dan nilai. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan

kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi

objek, dan koordinasi syaraf (Tri Anni dan Rifa’i, 2012:70-72).

Menurut Slameto (2010:54-72) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi hasil belajar, antara lain:

a. Faktor-faktor intern

Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar, meliputi:

1) Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan, cacat tubuh.

2) Faktor psikologis, meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat,


(45)

3) Faktor kelelahan, kelelahan ada dua yaitu kelelahan jasmani dan

kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan juga sangat

mempengaruhi belajar, jadi haruslah menghindari jangan sampai

terjadi kelelahan.

b. Faktor –faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, meliputi:

1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaaan.

2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass

media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

C. Kerangka Berfikir

Tujuan pendidikan nasional menjadi tugas dan tanggung jawab semua

tenaga kependidikan. Guru sebagai salah satu bagian dari tenaga

kependidikan berupaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan

meningkatkan hasil belajar peserta didik. Salah satu faktor untuk mencapai

hasil belajar yang direncanakan adalah dengan penggunaan model dan

metode pembelajaran yang sesuai. Pemilihan model pembelajaran juga


(46)

32

apabila dalam pemilihan dan penggunaan model pembelajaran sesuai dengan

situasi dan kondisi peserta didik maupun lingkungan, serta tujuan

pembelajaran yang berupa pencapaian hasil belajar yang optimal yang

ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual pada peserta didik.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan keterampilan intelektual serta kemampuan mengingat materi

pembelajaran dengan baik untuk peserta didik adalah model pembelajaran

AIR (Auditory, Intellectually, Repetition). Model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectualy, Repetition) yaitu model pembelajaran yang belajar

dilakukan dengan berbicara dan mendengarkan (auditory), berfikir,

menyatakan gagasan, menemukan, menjawab permasalahan (intellectually),

serta belajar dengan melakukan pengulangan (repetition).

Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

merupakan model pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk aktif

dalam serangkaian proses pembelajaran. Aktif yang dimaksudkan adalah aktif

dalam berdiskusi, menemukan jawaban, mengemukakan pendapat,

menanggapi, maupun aktif mendengarkan. Selain itu model pembelajaran

AIR merupakan model pembelajaran yang mengajak peserta didik berfikir

untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran AIR juga menekankan

pada pengulangan sehingga peserta didik akan lebih mengingat materi dengan

baik, hal itu bisa dilakukan dengan kuis maupun pengerjaan soal.

Menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy,


(47)

belajar peserta didik baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotrik,

yang selanjutnya model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy,

Repetition) akan dikatakan efektif. Lebih jelasnya, kerangka berfikir

penelitian efektivitas penggunaan model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition) terhadap hasil belajar sejarah siswa ditunjukkan


(48)

34

Bagan 2.1. Skema kerangka berfikir Pembelajaran

Tujuan bagi peserta didik:

1. Siswa berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran

2. Siswa memahami materi secara lebih mendalam

3. Siswa dapat berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat maupun menanggapi tanpa ragu.

guru siswa

Pembelajaran Model AIR

- Pembelajaran secara aktif

- Memberikan kesempatan lebih banyak kepada

peserta didik dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan

- Pembelajaran secara berkelompok

- Melakukan pengulangan untuk memperdalam materi.

Psikomotorik

Ketrampilan

Kognitif

Hasil belajar Afektif

Aktivitas


(49)

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan diatas, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ho

Rata-rata hasil belajar kelas yang menggunakan model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) tidak terdapat

perbedaan yang lebih baik dari pada kelas yang tidak menggunakan model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) tersebut.

2. Ha

Rata-rata hasil belajar kelas yang menggunakan model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) terdapat perbedaan

yang lebih baik dari pada kelas yang tidak menggunakan model


(50)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal” ini menggunakan pendekatan kuantitatif jenis eksperimen. Menurut sugiyono (2012:109)

penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari

pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang membandingkan

antara kelompok yang diberikan perlakuan dengan kelompok yang tidak

diberi perlakuan.

Jenis penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah quasi eksperimental design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol,

tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar

yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2012:114). Ciri

utama dari quasi eksperimental design adalah bahwa sampel yang digunakan

untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak diambil secara

acak dari populasi tertentu.

Jenis penelitian eksperimen yang dipilih dalam penelitian ini untuk

mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectually, Repetition) terhadap hasil belajar sejarah siswa. Penelitian ini


(51)

kontrol. Adapun jenis quasi eksperimental design yang digunakan dalam

penelitian ini adalah nonequivalent control grup design. Nonequivalent

control grup design hampir sama dengan Pretest-Posttes Control Grup

Design adalah desain yang di dalamnya baik kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrolnya tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2012:116). Jadi

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi perlakuan yang berbeda,

antara kelas eksperimen diberi perlakuan khusus dan kelas kontrol tidak

diberi perlakuan khusus. Mekanisme penelitian dari kelompok eksperimen

dengan kelompok kontrol tersebut digambarkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.1. Desain Penelitian Eksperimen

Kelompok Pre test Treatment Post test

Experimen Tes Model pembelajaran AIR Tes

Kontrol Tes _ Tes

(Sugiyono. 2012 :116)

Pada Nonequivalent control grup design terdapat dua kelompok,

dengan kelompok pertama yaitu sebagai kelompok eksperimen, dan

kelompok kedua sebagai kelompok kontrol. Masing-masing kelompok baik

eksperimen maupun kontrol diberikan pre test. Setelah itu kelompok

eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan

model AIR (Auditory, Intellectually, Repetition), sedangkan kelompok kontrol

tidak diberikan perlakuan. Selanjutnya kedua kelompok tersebut diberikan


(52)

38

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Juli sampai agustus 2015

yang bertempat di SMA Negeri 2 kota Tegal, jalan lumba-lumba nomor 24

Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 2

Kota Tegal tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 9 kelas. Meskipun

terdiri atas beberapa kelas yang berbeda, seluruh kelas sebagai kelas populasi

tersebut merupakan satu kesatuan, karena keseluruhannya mempunyai

kesamaan, yaitu siswa-siswa tersebut berada dalam tingkat yang sama, yaitu

kelas XI SMA, siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu

semester ganjil kelas XI SMA, siswa-siswa tersebut mendapat pelajaran

sejarah wajib yang sama dan mendapatkan pengajaran yang sama dengan

kurikulum SMA Negeri 2 tegal yaitu kurikulum 2013 dan dengan guru

pengajar yang sama.

Tabel 3.2. Populasi Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 2 tegal

Semester satu tahun pelajaran 2015/2016.

No. Kelas Nama kelas Jumlah siswa

1.

XI

XI MIA 1 32

2. XI MIA 2 32

3. XI MIA 3 32


(53)

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015

D. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagai bagian dari populasi (Margono 2000:121).

Sedangkan menurut Sugiyono (2012:118) sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sejalan dengan hal itu Arikunto

(2006:131) mengemukakan bahwa sampel merupakan sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian

dari yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian diambil 2

kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah teknik nonprobability sampling tipe purposive sampling. Teknik ini

setiap unsur (anggota) populasi tidak diberikan peluang yang sama untuk

dijadikan sampel. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel

dengan penentuan tertentu. Salah satu cara dalam purposive sampling adalah

memilih sampel dengan rekomendasi dari seseorang yang berpengalaman,

dalam hal ini adalah guru. Guru dapat mempertimbangkan rata-rata nilai

ulangan semester siswa yang homogen antara kelas XI MIA dan XI IIS.

5. XI IIS 1 30

6. XI IIS 2 28

7. XI IIS 3 30

8. XI IIS 4 30

9. XI IIS 5 28


(54)

40

Berdasarkan pertimbangan tersebut terdapat selisih nilai rata-rata ulangan

kelas XI IIS 1 dan XI IIS 3 mempunyai selisih yang lebih rendah. Selanjutnya

penentuan sampel diambil dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen

yakni peserta didik kelas XI IIS 1 yang menggunakan model pembelajaran

AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dan peserta didik kelas XI IIS 3

sebagai kelas kontrol yangtidak menggunakan model pembelajaran.

E. Variabel Penelitian

Menurut Margono (2000:82) variabel adalah segala sesuatu yang akan

menjadi objek pengamatan penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono

(2012:61) variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sejalan yang

diungkapkan Arikunto (2006:118) bahwa variabel adalah objek penelitian

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Berdasarkan

pengertian-pengertian tersebut, maka dapat peneliti simpulkan bahwa variabel

penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian yang

oleh peneliti dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel

penelitian berfungsi sebagai pembeda antara variabel yang satu dengan yang

lain. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu

variabel terikat, sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi yang


(55)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition).

2. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah rata-rata hasil belajar sejarah peserta didik dengan

menggunakan model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually,

Repetition).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2012:148). Instrumen

berguna sebagai alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data

sehingga lebih memudahkan peneliti untuk mengolah hasilnya.

Perangkat tes berupa soal yang telah disusun dan akan di uji cobakan

dikelas XI IIS 4. Analisis hasil uji coba bertujuan untuk mengetahui apakah

soal sudah memenuhi syarat yang baik atau tidak. Analisis yang akan

digunakan meliputi validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran.

1. Validitas

Validitas atau kesahihan menunjukan kepada sejauh mana alat

pengukur itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur, misalnya

apakah alat itu benar-benar kelihatannya dapat mengungkapkan

gejala-gejala yang hendak diselidiki (Margono, 2000:85). Validitas digunakan


(56)

42

penelitian, yang diberikan oleh peneliti kepada responden atau sampel

kelas yang lain sebelum melakukan pengujian langsung pada kelas kontrol

dan kelas ekperimen.

Pengujian validitas interal dapat menggunakan dua cara, yaitu

analisis faktor dan analisis butir. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan analisis butir dengan menskor aktivitas siswa yang

kemudian ditabulasi dan dimasukkan dalam korelasi product moment,

dengan rumus:

= ∑ ∑ ∑ √⌊ ∑ ∑ ⌋{ ∑ } ∑

Keterangan: (Arikunto, 2010: 317)

= validitas angket

N = jumlah responden

X = jumlah skor butir soal

Y = Jumlah skor total

Hasil perhitungan rXY dikonsentrasikan dengan taraf signifikansi

5% atau taraf kepercayaan 95%. Jika didapatkan harga rXY>rtabel maka

butir instrumen dapat dikatakan valid, akan tetapi sebaliknya jika harga

rXY< rtabel maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut tidak valid.

Hasil analisis ujicoba yang dilakukan di SMA Negeri 2 kota Tegal,


(57)

soal yang tergolong valid yaitu soal nomor: 1, 2, 5, 7, dan 8, Sedangkan

soal yang tidak valid berjumlah 3 soal yaitu nomor: 3, 4, dan 6.

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat pengukur menunjukan ketegakan hasil

pengukuran sekiranya alat pengukur yang sama itu digunakan oleh orang

yang sama dalam waktu yang berlainan atau digunakan oleh orang yang

berlainan dalam waktu yang bersamaan atau dalam waktu yang berlainan

(Margono, 2000:85). Dalam menentukan apakah tes yang telah disusun

telah memiliki daya keajegan mengukur (reliabilitas), pada umumnya

untuk tes bentuk uraian digunakan dengan rumus alpha dari Cronbach,

sebagai berikut:

Keterangan:

= koefisien reliabilitas tes

n = jumlah butir item

= jumlah varian skor dari setiap butir

= varian total (Purnomo, 2012: 41).

Setelah r diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabel.

Apabila r > rtabel maka dikatakan instrumen tersebut reliabel. Dari hasil

analisis ujicoba untuk mengukur hasil belajar kognitif, diketahui r = 0,376


(58)

44

Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen untuk mengukur hasil

belajar kognitif reliabel.

3. Daya Beda

Keterangan:

DP = daya pembeda

X KA = rata-rata kelompok atas

X KB = rata-rata kelompok bawah

Skor maks = skor maksimum

Untuk mengetahui soal-soal yang akan dipakai berdasarkan daya

pembeda soal, digunakan klasifikasi sebagai berikut:

D = negatif adalah soal sangat jelek

D = 0, 00 – 0, 20 adalah soal jelek D = 0, 21 – 0, 40 adalah soal cukup D = 0, 41 – 0, 70 adalah soal baik

D = 0, 71 – 1, 00 adalah soal sangat baik (Arifin, 2012: 133)

Dari 8 butir soal yang di ujicobakan, klasifikasi daya pembeda soal

dapat diketahui soal yang termasuk dalam kriteria jelek adalah soal nomor


(59)

4. Tingkat Kesukaran Soal

Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:

Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

IK = 0, 00 adalah soal terlalu sukar 0, 00 < IK ≤ 0, 30 adalah soal sukar 0, 30 < IK ≤ 0, 70 adalah soal sedang 0, 70 < IK ≤ 1, 00 adalah soal mudah (Arifin, 2012: 134-135).

Dari 8 butir soal yang di ujicobakan, klasifikasi indeks kesukaran

dapat diketahui bahwa soal yang tergolong dalam kriteria mudah adalah

soal nomor 5. Soal yang tergolong dalam kriteria sedang adalah soal

nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, dan 8.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini disesuaikan dengan

instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Teknik


(60)

46

1. Observasi

Menurut Margono (2000:158) observasi diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak

pada objek penelitian. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk

untuk mengambil data aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Selain

itu, observasi juga dilakukan untuk mendapatkan data kinerja guru dalam

melaksanakan pembelajaran.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara memperoleh data dari

barang-barang tertulis seperti buku, majalah, peraturan dan lain-lain (Arikunto,

2006 :158). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

mendapatkan data mengenai alamat, daftar nama peserta didik kelas XI IIS

SMA Negeri 2 kota Tegal, daftar nilai pelajaran sejarah, foto-foto proses

belajar mengajar dikelas.

3. Tes

Menurut Margono (2000:170) tes ialah seperangkat rangsangan

(stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat

jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Sedangkan

menurut Arikunto (2007:33) tes merupakan suatu alat pengumpul

informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini

bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Jadi tes

merupakan alat pengumpul informasi yang diberikan kepada seseorang


(61)

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subjektif. Tes

subjektif adalah tes yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes

bentuk esai adalah jenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban

yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata (Arikunto, 2007:162).

Sedangkan menurut Margono (2000:170) tes subjektif sama dengan tes

essey, tes essey adalah suatu tes yang menghendaki agar testee

memberikan jawaban dalam bentuk uraian atau kalimat-kalimat yang

disusun sendiri. Tes ini dipilih, karena dianggap sebagai metode yang

paling tepat dalam rangka mencari pemecahan yang terdapat dalam

penelitian yang menjadi dasar penulisan skripsi ini. Tes digunakan untuk

peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas kontrol yang

akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peserta didik kelas XI IIS

3, sedangkan kelas eksperimen yang akan digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari peserta didik kelas XI IIS 1. Tes yang digunakan pada

penelitian ini adalah:

a. Pre Tes

Pre tes merupakan uji untuk menyamakan kedudukan

masing-masing kelompok sebelum dilakukan eksperimen pada sampel

penelitian. Dalam penelitian ini yang akan digunakan sebagai nilai pre

tes yaitu hasil pre tes dari peserta didik kelas XI IIS 3 dan kelas XI IIS


(62)

48

b. Post Tes

Post tes merupakan uji akhir eksperimen atau tes akhir, yaitu tes

yang dilaksanakan setelah eksperimen. Tujuan post tes ini adalah untuk

mendapatkan bukti efektivitas model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition) terhadap hasil belajar sejarah di kelas

experimen. Dalam penelitian ini yang akan digunakan sebagai nilai post

test yaitu hasil post test dari peserta didik kelas XI IIS 3 yang

merupakan kelas kontrol dan kelas XI IIS 1 yang merupakan kelas

eksperimen yang diberikannya perlakuan.

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian yang dilaksanakan analisis data terbagi menjadi dua

tahap yaitu analisis tahap awal dan tahap akhir

1. Analisis Tahap Awal

Analisis data tahap awal dilakukan untuk menguji data pre tes dari

masing-masing kelas, baik dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

Ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata dari kelas kontol dan kelas

eksperimen bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan atau kedua

kelompok berawal dari titik tolak yang sama. Hal-hal yang dianalisis pada

tahap ini adalah:

a. Uji Normalitas

Sebelum data yang diperoleh dari lapangan di analisis lebih

lanjut, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui


(63)

ini menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov dengan

menggunakan program SPSS 16 for windows. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak.

Normalitas suatu data penting karena dengan data yang terdistribusi

normal, maka data tersebut dianggap dapat mewakili suatu populasi.

Hipotesis dalam pengujian ini adalah :

: data berdistribusi normal

: data tidak berdistribusi normal.

Kaidah pengambilan keputusan:

Jika Sig > 0,05, maka Ho diterima yang berarti data berdistribusi

normal,

Jika Sig < 0,05, makaHo ditolak yang berarti data berdistribusi tidak

normal.

b. Uji Homogenitas dan Uji Independent Samples T Test

Uji perbedaan dua rata-rata ini berguna untuk mengetahui

apakah nilai pre test kedua sampel tersebut mempunyai rata-rata yang

berbeda atau tidak. Perhitungan uji kesamaan dua rata-rata dilakukan

dengan uji Independent Sample T Test dengan menggunakansoftware

SPSS 16 for windows. Sebelum melakukan uji t, dilakukan uji

homogenitas. Hal ini digunakan untuk menentukan penggunaan Equal

Variance Assumed (diasumsikan jika varian sama) dan Equal Variance


(64)

langkah-50

langkah untuk menguji homogenitas kedua kelompok (eksperimen dan

kontrol), sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis uji homogen

H0 : = (varian sama = ke dua kelompok homogen)

H1 : ≠ (varian tidak sama ≠ ke duakelompok tidak homogen)

2) Menganalisis hasil

Pada penggunaan SPSS 16 sudah difasilitasi nilai signifikansi yang

dapat digunakan untuk menolak dan menerima hipotesis nol. Terima

H0 jika sig > 5% sebaliknya tolak H0.

3) Menginterpretasikan hasil

Jika menerima H0 varian sama atau kedua kelompok homogen.

Apabila uji homogen sudah dilakukan, selanjutnya dilakukan uji

Independen Samples T Test. Berikut ini langkah-langkah dalam

melakukan uji Independen Samples T Test, sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis uji Independen Samples T Test

H0 : μ1≤μ2 (H0 diterima jika rata-rata kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata kelas kontrol)

H1:μ1>μ2 (H0 ditolak jika rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kelas kontrol)

2) Menentukan t hitung


(1)

197

Kegiatan kerja kelompok siswa

Sumber: dokumentasi pribadi, diambil tanggal 4 bulan Agustus 2015

Kegiatan pengumpulan data melalui buku Sumber: dokumentasi pribadi, diambil tanggal 4 bulan Agustus 2015

Kegiatan kerja kelompok dengan diarahkan guru

Sumber: dokumentasi pribadi, diambil tanggal 4 bulan Agustus 2015

Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas

Sumber: dokumentasi pribadi, diambil tanggal 4 bulan Agustus 2015


(2)

198

Penilaian teman sejahwat

Sumber: dokumentasi pribadi, diambil tanggal 4 bulan Agustus 2015

Pengerjaan kuis repetition

Sumber: dokumentasi pribadi, diambil tanggal 4 bulan Agustus 2015


(3)

199

Lampiran 33. Dokumentasi Penelitian Kelas Kontrol

DOKUMENTASI PENELITIAN KELAS KONTROL

Kegiatan kerja kelompok

Sumber: dokumentasi pribadi, diambil tanggal 5 bulan Agustus 2015

Peserta didik mendengarkan guru menjelaskan

Sumber: dokumentasi pribadi, diambil tanggal 5 bulan Agustus 2015

Peserta didik mencatat pokok bahasan Sumber: dokumentasi pribadi, diambil tanggal 5 bulan Agustus 2015

Kegiatan mengumpulkan data peserta didik

Sumber: dokumentasi pribadi, diambil tanggal 5 bulan Agustus 2015


(4)

200

Keaktifan peserta didik dalam menanggapi

Sumber: dokumentasi pribadi, diambil tanggal 5 bulan Agustus 2015

Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok

Sumber: dokumentasi pribadi, diambil tanggal 5 bulan Agustus 2015


(5)

Lampiran 34. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY, INTELECTUALY, REPETITION) TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU GIZI SISWA KELAS X SMK NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR.

0 3 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 PANTAI CERMIN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/ 2016.

0 3 25

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) Peningkatan Tanggung Jawab Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition Pada Bilangan Pecahan Dalam Pembelajaran Matematika (P

0 2 17

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) PADA Peningkatan Tanggung Jawab Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition Pada Bilangan Pecahan Dalam Pembelajaran Matemati

0 1 12

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELECTUALLY REPETITION (AIR) TERHADAP SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GALANG.

0 2 23

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

1 2 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS X DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI PONOROGO.

1 1 17

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 13 SURABAYA.

0 1 131

KEEFEKTIFAN MODEL AUDITORY REPETITION (AIR) TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI PEKAUMAN OTA TEGAL

0 0 70

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY , INTELLECTUALY, REPETITION) DAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY PADA SISWA KELAS XI IPA SMA BUDI UTOMO JOMBANG

0 2 14