Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan (1)

Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Mengajar Guru

Fifi Anggraeni
2225130324

Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Abstrak
Kedudukan guru sebagai pengajar memerlukan suatu kemampuan profesional
yang mampu mendukung terhadap pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran,
sehingga mampu menciptakan perubahan-perubahan tingkah laku, baik di sekolah
maupun di masyarakat. Profesionalisme mengajar guru dapat dibentuk melalui
program-program peningkatan profesional. Peningkatkan tersebut diharapkan
mampu menunjang guru dalam menjalankan tugas dan peranannya sebagai
pengajar yang profesional. Permasalahan-permasalahan yang terjadi sehubungan
dengan perlu peningkatan profesionalisme mengajar guru di sekolah berhubungan
dengan lemahnya motivasi yang dimiliki guru dalam mengembangkan
kemampuan profesionalnya, kurangnya sarana dan prasarana pendukung serta

intensitas waktu peningkatan yang masing kurang. Peningkatan profesionalisme
mengajar guru merupakan upaya yang dilakukan lembaga atau organisasi dalam
meningkatkan efektivitas kerjanya. Dengan adanya peningkatan tersebut
diharapkan guru mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Upaya yang dilakukan oleh
kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme mengajar guru antara lain
melalui metode langsung dalam bentuk teknik kelompok dan individual. Teknik
kelompok melalui pelaksanaan rapat supervisi, teknik individual melalui
kunjungan kelas dan ditindaklanjuti dengan pembicaraan individual. Pembicaraan
tersebut bertujuan untuk membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi
guru dalam melaksanakan tugasnya.
Kata kunci: peran, kepala sekolah dan profesionalisme mengajar guru

PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru?
2. Bagaimana cara meningkatan profesionalisme mengajar guru?
3. Bagaimana peranan kepala sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme mengajar guru?
Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari profesionalisme guru
2. Untuk mengetahui cara meningkatan profesionalisme mengajar guru
3. Untuk mengetahui peranan kepala sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme mengajar guru
Manfaat
1. Diharapkan berguna bagi para kepala sekolah atau pengelola
pendidikan dalam melaksanakan tugas serta upaya meningkatkan
profesionalisme guru dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan.
2. Diharapkan agar guru sebagai tenaga profesional dapat berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan
berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
3. Diharapkan menjadi bahan masukan bagi para kepala sekolah beserta
guru-guru dalam rangka menciptakan iklim organisasi sekolah yang
kondusif, sehingga terciptanya kinerja yang baik dalam mencapai
tujuan pendidikan.
4. Diharapkan pula dapat menambah ilmu pengetahuan, khususnya
masalah kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi sekolah serta
hubungannya dengan kinerja guru.

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala Sekolah berasal dari dua kata yakni “Kepala” dan “Sekolah”. Kata
kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau
lembaga. Sedangkan kata sekolah diartikan sebagai suatu lembaga dimana
menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Secara singkat Kepala Sekolah
dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga dimana tempat menerima
dan memberi pelajaran.
Menurut Wahjosumidjo (2005: 83) mendefinisikan Kepala Sekolah sebagai
seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah
dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi
interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid sebagai penerima
pelajaran. Di tingkat operasional, Kepala Sekolah adalah orang yang berposisi di
garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkan pembelajaran
bermutu. Kepala Sekolah diangkat untuk menduduki jabatan bertanggung jawab
mengkoordinasikan upaya bersama mencapai tujuan pendidikan di tingkatan
sekolah yang dipimpin.
Menurut Mulyasa (2007: 24), pengertian kepala sekolah adalah salah satu
komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Kepala Sekolah adalah penanggung jawab atas penyelenggaraan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan lainnya,

pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana juga sebagai supervisor
pada sekolah yang dipimpinnya. Jika dilihat dari syarat guru untuk menjadi
Kepala Sekolah, Kepala Sekolah bisa dikatakan sebagai jenjang karier dari jabatan
fungsional guru. Apabila seorang guru memiliki kompetensi sebagai Kepala
Sekolah dan telah memenuhi persyaratan atau tes tertentu maka guru tersebut
dapat memperoleh jabatan Kepala Sekolah.
Dari pendapat sejumlah ahli di atas dapat disimpulkan, Kepala Sekolah adalah
guru yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah. Meskipun guru
yang mendapat tugas tambahan Kepala Sekolah merupakan orang yang paling
betanggung jawab terhadap aplikasi prinsip-prinsip administrasi pendidikan yang
inovatif di sekolah. Sebagai orang yang mendapatkan tugas tambahan berarti
tugas pokok Kepala Sekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga pengajar
dan pendidik, maksudnya dalam suatu sekolah seorang Kepala Sekolah harus
mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau memberikan
pelajaran atau mengajar bidang studi tertentu atau memberikan bimbingan. Berarti
dalam hal ini, Kepala Sekolah memiliki dua fungsi yaitu sebagai tenaga
kependidikan dan tenaga pendidik.
B. Pengertian Guru
Menurut Noor Jamaluddin (1978:1), Guru adalah pendidik, yaitu orang
dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak

didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya,
mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah

khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri
sendiri. Menurut Drs. Moh. Uzer Usman (1996:15) menjelaskan guru adalah
setiap orang yang bertugas dan berwenang dalam dunia pendidikan dan
pengajaran pada lembaga pendidikan formal. Menurut Ahmadi (1977:109)
menguraikan pendidik adalah sebagai peran pembimbing dalam melaksanakan
proses belajar mengajar. Menurut E. Mulyasa (2003:53) menjelaskan bahwa
pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan menurut Purwanto
(1997:138), orang yang diserahi tanggung jawab sebagai pendidik di dalam
lingkungan sekolah adalah guru.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan
kata lain, dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik.

Menurut Suparlan (2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang
tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua
aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.
Namun, Suparlan (2008:13) juga menambahkan bahwa secara legal formal, guru
adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari pemerintah
maupun pihak swasta untuk mengajar. Selain pengertian guru menurut Suparlan,
Imran juga menambahkan rincian pengertian guru dalam desertasinya. Menurut
Imran (2010: 23), guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan, guru adalah seseorang yang
telah memperoleh surat keputusan (SK) baik dari pihak swasta atau pemerintah
untuk menggeluti profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas
utamanya untuk mengajar dan mendidik siswa pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah, yang tujuan utamanya
untuk mencerdaskan bangsa dalam semua aspek. Guru sebagai pengelola kegiatan
proses belajar mengajar dimana dalam hal ini guru bertugas untuk mengarahkan
kegiatan belajar siswa agar bisa mencapai tujuan pembelajaran.
C. Profesionalisme Guru

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan
yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Guru yang profesional adalah orang
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan,
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai
guru
dengan
kemampuan
yang maksimal. Profesionalisme guru merupakan
kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam
bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang
yang menjadi mata pencaharian. Dengan profesionalisme guru, maka guru masa

depan tidak tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang
menonjol selama ini, tetapi beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing
(counselor), dan manajer belajar (learning manager). (Kunandar, 2011:50)
Dengan demikian keprofesionalisme guru sangat diharapkan mendapat tempat
yang penting di kalangan sekolah, baik dari kepala sekolah, sesama pendidik dan
kependidikan, peserta didik dan orang tua untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia baik dari segi akhlak maupun dari segi kompetensi sebagai
pendidik.
Menurut Undang-Undang PERMENDIKNAS No. 16 Tahun 2007, untuk
menjadi guru yang profesional dituntut untuk memiliki 4 kompetensi, diantaranya
adalah:
1. Kompetensi Sosial
2. Kompetensi Kepribadian
3. Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi pemahaman
wawasan atau landasan kependidikan, pengembangan kurikulum,
perancangan pembelajaran, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi
hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya,
4. Kompetensi Profesional yang mencakup:
a. Penguasaan materi pelajaran, mencakup bahan yang akan diajarkan dan
dasar keilmuan dari bahan pelajaran tersebut
b. Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan
c. Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.
Sedangkan kemampuan profesional yang harus dimiliki guru dalam proses
belajar mengajar meliputi:

a. menguasai bahan atau materi pelajaran
b. mengelola program belajar mengajar
c. mengelola kelas
d. menggunakan media sumber
e. menguasai landasan-landasan kependidikan
f. mengelola interaksi belajar menajar
g. menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
h. mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluha
i. mengenal dan menjalankan administrasi sekolah
j. memahami
prinsip - prinsip
dan
mentafsirkan hasil-hasil
penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran
Berbagai upaya yang harus dipikirkan dan dijalankan guna peningkatan mutu
pendidikan adalah peningkatan proses belajar mengajar yang sangat tergantung
kepada profesionalisme guru sebagai sumber daya manusia. Guru dituntut untuk
memiliki berbagai keterampilan dalam menghantarkan siswa untuk mencapai
tujuan yang direncanakan. Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh guru
yang professional adalah:


a. Penguasaan materi pelajaran
Untuk memperoleh hasil yang baik maka guru bukan hanya perlu
menguasai sekedar materi tertentu, tetapi perlu penguasaan yang lebih luas
dari materi yang disajikan.
b. Kemampuan menerapkan prinsip-prinsip psikologi
Para ahli pendidikan maupun ahli psikologi mengakui tentang adanya
perbedaan yang dimiliki oleh setiap individu, meliputi perbedaan bakat,
minat, sikap, harapan dan aspek-aspek kepribadian lainnya. Prinsip-prinsip
psikologi yang bertalian dengan belajar dapat memberikan strategi belajar
mengajar yang tepat bagi guru.
c. Kemampuan menyelenggarakan proses belajar mengajar
Bekal teoritis dan praktis adalah merupakan disiplin ilmu yang dapat
menunjang pemahaman tentang konsep belajar mengajar. Guru harus
memahami berbagai model mengajar secara teoritis dan selanjutnya dapat
memilih model-model yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
d. Kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi baru
Secara formal maupun professional tugas guru seringkali menghadapi
berbagai permasalahan yang timbul akibat adanya berbagai perubahan
yang terjadi di lingkungan tugas profesionalnya. Perubahan itu misalnya

perubahan kurikulum, pembaharuan sistim pengajaran, adanya peraturan
perundang-undangan yang baru dan lain sebagainya. Kemampuan
menyesuaikan diri dengan berbagai pembaharuan ini sebenarnya
merupakan sikap positif yang berkaitan dengan keberadaan lingkungan
profesinya.
Disamping itu guru yang professional mempunyai beberapa karakeristik,
yaitu:
a.
Komitmen terhadap profesionalitas yang melekat pada dirinya seperti
sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja.
b.
Menguasai ilmu dan mampu mengembangkan serta menjelaskan
fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya
atau sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi serta
implementasi.
c.
Mendidik dan meyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, serta
mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak
menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
d.
Mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri, atau menjadi pusat
panutan dan konsultan bagi peserta didiknya.
e.
Memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbaharui
pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan.
f.
Mampu bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang
berkelanjutan.
D. Peningkatan Profesionalisme Mengajar Guru
Peningkatan profesionalisme mengajar guru merupakan suatu upaya yang
dilakukan dalam meningkatkan profesional guru yang dimiliki, sehingga
diperoleh peningkatan dengan dibuktikan oleh peningkatan pelayanannya sebagai

pengajar. Dalam hal ini seorang guru diarahkan untuk memiliki kemampuan yang
lebih baik. Peningkatan profesionalisme mengajar guru dimaksudkan untuk
mengembangkan suatu jaringan dan sistem pembinaan kreatif dengan melibatkan
secara aktif seluruh pembina guru dalam suatu kegiatan peningkatan profesional
terpadu. Peningkatan profesionalisme mengajar guru dilakukan sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas dan kesesuaian program pendidikan, baik kualitas
mengajar guru, kualitas belajar siswa maupun kesesuaian bahan dan cara
pengajaran dengan tuntutan kebutuhan siswa, masyarakat dan nasional. Lebih
lanjut dikemukakan Kemendikbud (2014:10) bahwa pembinaan profesionalisme
mengajar guru merupakan alternatif dipilih untuk meningkatkan kualitas yang
meliputi pengetahuan, wawasan, keterampilan, krativitas, komitmen, pengabdian
serta disiplin guru.
Peningkatan profesionalisme mengajar guru harus lebih ditekankan kepada
peningkatan kualitas guru itu sendiri, sehingga guru tersebut dapat meningkatkan
kemampuan dalam melaksanakan tugasnya untuk mengelola pendidikan, baik di
bidang administratif, yang berupa kelengkapan guru dalam edukatif yang
merupakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Melalui peningkatan
profesionalisme mengajar guru tersebut, maka guru diharapkan mampu
mempertahankan profesi mengajar yang dimiliki, meningkatkan prestasi ke arah
yang lebih baik dan mampu mengadakan inovasi-inovasi yang baru dalam
melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Peningkatan ini pula memungkinkan
suatu pengembangan yang mampu membawa guru ke arah kemajuan dan mampu
mengiringi perubahan yang terjadi di lingkungannya, sehingga produktivitas atau
kinerj yang dihasilkannya mampu memberikan kepuasan yang optimal bagi
konsumen pendidikan dengan ditentukan oleh peningkatan mutu pendidikan.
E. Tujuan Peningkatan Profesionalisme Mengajar Guru
Peningkatan profesionalisme mengajar guru bukanlah merupakan suatu
rangkaian yang tidak memiliki makna, melainkan memiliki tujuan yang benarbenar diarahkan untuk membantu, mendorong dan memberikan kesempatan untuk
meningkatkan keprofesionalannya, sehingga dapat memperbaiki pelayanannya
sebagai pengajar. Hal tersebut senada dengan pernyataan Satori (2011:67) bahwa
peningkatan profesionalisme mengajar guru sebagai usaha yang sifatnya
memberikan bantuan, dorongan dan kesempatan pada pegawai untuk
meningkatkan profesinalismenya agar dapat melaksanakan tugas utamanya
dengan lebih baik yaitu memperbaiki kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan
mutu hasil belajar mengajar. Dari pernyataan tersebut, maka dapat diketahui
bahwa peningkatan kemampuan profesionalisme mengajar guru memiliki tujuan
sebagai peningkatan kemampuan guru yang masih kurang sesuai dengan tuntutan
profesi, di samping menambah dan meningkatkan mutu profesional agar lebih
baik, serta memelihara kemampuan guru yang sudah sesuai dengan tuntutan
profesinya. Peningkatan profesionalisme mengajar guru sudah sesuai dengan
tuntutan profesinya. Peningkatan profesionalisme mengajar guru diarahkan untuk
mengubah perilaku, menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap guru
sesuai dengan tuntutan profesi. Lebih lanjut dikemukakan Kemendikbud (2014:3)
bahwa fokus peningkatan profesionalisme mengajar guru adalah memberikan

kesempatan kepada guru untuk mengembangkan kemampuan mengelola kegiatan
belajar mengajar, supaya pengembangan sikap dan kemampuan anak menjadi
lebih optimal.
Dalam peningkatan profesionalisme mengajar guru harus ditujukan atau
difokuskan ke dalam peningkatan kemampuan profesional guru baik secara
edukatif maupun edukatif. Seperti yang tertera dari pengertian tersebut, maka
peningkatan diarahkan kepada pengembangan kemampuan guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar agar kemampuan peserta didik semakin meningkat baik
dalam ilmu pengetahuan, keterampilan dan yang lebih penting lagi adalah dalam
sikap anak. Karena sikap seseorang anak sudah mencerminkan bagaimana
peningkatan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru dan guru kepada
anak didiknya, yang dikenal dengan nama sistem peningkatan. Berdasarkan
uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa
kecenderungan peningkatan ditujukan kepada peningkatan kemampuan
profesionalisme mengajar guru sebagai sumber daya yang mendapat perhatian
besar dalam organisasi. Sejalan dengan uraian tersebut, Ahmad (2010:56)
berpendapat bahwa pada prinsipnya peningkatan yang dilakukan terhadap
individu berkaitan dengan usaha perbaikan dan pengembangan dalam pelaksanaan
tugas.
Hal tersebut bahwa peningkatan benar-benar merupakan upaya yang serius
untuk meningkatkan kualitas kerja, sebagaimana dikemukakan Husnan (2011:74)
bahwa tujuan peningkatan pegawai adalah untuk memperbaiki efektivitas
kerjanya dalam mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan. Perbaikan efektivitas
kerja dapat dilakukan dengan cara memperbaiki pengetahuan, keterampilan dan
sikap pegawai itu sendiri terhadap tugas-tugasnya. Guru merupakan pusat dari
produktifitas sekolah.
Sesuai dengan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa pada dasarnya
peningkatan profesionalisme mengajar guru merupakan upaya yang dilakukan
lembaga atau organisasi dalam meningkatkan efektivitas kerjanya. Dengan adanya
peningkatan tersebut diharapkan guru mampu meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap pegawai dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.
Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum, konsep,
hakekat dan tujuan yang diutarakan pakar tersebut dapat diambil benang
merahnya antara lain: suatu proses perbaikan, upaya peningkatan dan
pengembangan, inti dari implementasi pendidikan, dapat diterapkan di setiap
organisasi untuk kepentingan pelayanan. Sedangkan secara khusus peningkatan
yang dilakukan bertujuan untuk mengatasi kesulitan dalam bekerja, memperbaiki
kualitas pekerjaan, meningkatkan dan mengembangkan kualitas kerja individu.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan kajian literatur. Jenis
literatur menurut tingkat ketajaman analisisnya dapat dibagi 3 golongan, yaitu:
a) Literatur primer
Literatur primer adalah karya tulisan asli yang memuat kajian
mengenai sebuat teori baru, atau penjelasan suatu gagasan dalam berbagai
bidang. Literatur primer bisa berupa artikel majalah ilmiah, laporan
penelitian, disertasi, paten, standard, makalah seminar dan lain-lain.
b) Literatur sekunder
Literatur sekunder merupakan literatur yang berisi informasi
mengenai literatur primer. Literatur sekunder menawarkan literatur primer
dengan cara meringkas atau menbuat indeks, jadi literatur sekunder tidak
berisi pengetahuan baru, melainkan hanya mengulang dan menata
pengetahuan yang sudah ada. Literatur ini termasuk dalam jenis koleksi
referensi seperti kamus, ensiklopedi, thesaurus, direktori, majalah abstrak,
majalah indeks, bibliografi, tinjauan literatur, termasuk juga pangkalan
data dan lain-lain.
c) Literatur tersier
Literatur tersier adalah literatur yang memuat informasi yang
merupakan petunjuk untuk memperoleh literatur sekunder. Yang termasuk
literatur tersier adalah bibliografi dari bibliografi, direktori dari direktori
dan lain - lain.
Berdasarkan penjelasan diatas, makalah yang dibuat ini menggunakan
kajian literatur berupa jenis literatur primer yaitu dengan menggunakan artikel,
makalah, laporan penelitian dan jurnal.

PEMBAHASAN
A. Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesionalisme Mengajar
Guru
Kepala Sekolah sebagai pemimpin dalam pendidikan formal perlu memiliki
wawasan kedepan. Menurut Soebagio kepemimpinan pendidikan memerlukan
perhatian yang utama, karena melalui kepemimpinan yang baik kita harapkan
akan lahir tenaga-tenaga berkualitas dalam berbagai bidang sebagai pemikir,
pekerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Hal yang terpenting bahwa melalui pendidikan kita menyiapkan
tenaga-tenaga yang terampil, berkualitas, dan tenaga yang siap pakai memenuhi
kebutuhan masyarakat bisnis dan industri serta masyarakat lainnya.
Pada dasarnya kepala sekolah melakukan tiga fungsi yaitu membantu para
guru memahami, memilih, dan merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai,
menggerakkan para guru, para karyawan, para siswa, dan anggota masyarakat
untuk mensukseskan program-program pendidikan di sekolah, menciptakan
sekolah sebagai lingkungan kerja yang harmonis, sehat, dinamis, nyaman
sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas dan
memperoleh kepuasan kerja yang tinggi.
Dari pendapat tersebut menunjukkan betapa pentingnya kepala sekolah
sebagai sosok pimpinan yang diharapkan dapat mewujudkan harapan bangsa.
Oleh karena itu diperlukan seorang kepala sekolah yang mempunyai wawasan
kedepan dan kemampuan yang memadai dalam menggerakkan organisasi sekolah.
Dalam peranannya sebagai seorang pendidik, kepala sekolah harus mampu
menanamkan, memajukan, dan meningkatkan nilai mental, moral, fisik dan
artistik kepada para guru atau tenaga fungsional yang lainnya, tenaga administrasi
(staf) dan kelompok para siswa atau peserta didik. Untuk menanamkan
peranannya ini kepala sekolah harus menunjukkan sikap persuasif dan
keteladanan.
Sikap persuasif dan keteladanan inilah yang akan mewarnai kepemimpinan
termasuk di dalamnya pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap
guru yang ada di sekolah tersebut. Kepala sekolah sebagai edukator, supervisor,
motivator yang harus melaksanakan pembinaan kepada para karyawan, dan para
guru di sekolah yang dipimpinnya karena faktor manusia merupakan faktor sentral
yang menentukan seluruh gerak aktivitas suatu organisasi, walau secanggih
apapun teknologi yang digunakan tetap faktor manusia yang menentukannya.
Dalam fungsinya sebagai penggerak para guru, kepala sekolah harus mampu
menggerakkan guru agar kinerjanya menjadi meningkat karena guru merupakan
ujung tombak untuk mewujudkan manusia yang berkualitas. Guru akan bekerja
secara maksimum apabila didukung oleh beberapa faktor diantaranya adalah
kepemimpinan kepala sekolah.
Di sudut lain, menurut Ahmad (2010:23) dijelaskan bahwa tugas pimpinan
sebagai pembuat kebijakan bagi lembaga tertentu seperti sekolah dasar secara
umum memberikan masukan mengenai kebutuhan guru. Sasaran yang ingin
dicapai berkaitan dengan profesionalisme mengajar guru meliputi: merencanakan

kegiatan belajar mengajar sesuai dengan strategi belajar aktif, mengelola kegiatan
belajar mengajar yang menantang dan menarik, menilai kemajuan anak belajar,
memberikan umpan balik yang bermakna, membuat dan menggunakan alat bantu
mengajar, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, membimbing dan
melayani siswa yang mengalami kesulitan belajar terutama bagi siswa yang
lamban dan yang pandai, mengelola kelas, sehingga tercipta lingkungan belajar
yang menyenangkan dan menyusun serta mengelola catatan kemajuan anak.
Sementara menurut Usman (2014:23) dikemukakan bahwa kewajiban guru
dalam meningkatkan profesionalisme mengajarnya semata-mata bukan tugas guru
itu sendiri, peranan kepala sekolah sangat berarti dalam rangka memberikan
arahan dan petunjuk teknis atau operasional atas pekerjaan yang dilakukan. Secara
umum tugas-tugas tersebut meliputi: memberikan penjelasan dengan rinci tentang
pola kegiatan belajar mengajar, memberikan penjelasan mengenai penyusunan
perencanaan program pengajaran sebagai perangkat pembelajaran yang
merupakan salah satu keterampilan mengajar yang perlu dikuasai dan memberikan
gambaran umum mengenai beberapa pendekatan dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar, metode mengajar serta evaluasinya. Selanjutnya Junarsih
(2012:4) mengatakan bahwa kendala umum yang dihadapi kepala sekolah dalam
menyelenggarakan sekolah dasar, termasuk peningkatan profesionalisme
mengajar guru berkenaan dengan masalah dana, sarana dan prasarana, media
belajar, dukungan orang tua murid yang rendah, respon proaktif dari guru serta
keterbukaan komunikasi.
Upaya kepala sekolah dalam peningkatan kemampuan guru atau pendidik dan
tenaga kependidikan merupakan suatu kewajiban dan mempunyai komitmen
secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan (Undang-undang
Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Dengan demikian melaksanakan tugas dan fungsi
pendidikan secara proporsional baik guru maupun kepala sekolah sudah menjadi
kewajiban dalam rangka mencerdaskan insan manusia Indonesia. Sebagai
pendidik, kepala sekolah juga dituntut untuk menjadi teladan dalam rangka
meningkatkan kinerja atau mutu yang diharapkan bagi guru maupun siswa.
Kepala Sekolah yang komitmen dengan kompetensi guru menurut Daryanto
(2011:30) adalah: “Kepala sekolah yang menunjukan komitmen tinggi dan fokus
terhadap pengembangan kurikulum dan dengan kompetensi kegiatan belajar
mengajar di sekolah tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi
yang dimiliki gurunya, sekaligus juga berusaha akan memfasilitasi dan
mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan
kompetensinya”.
B. Teknik Peningkatan Profesionalisme Mengajar Guru
Teknik peningkatan profesionalisme mengajar guru dianggap merupakan
alat yang dipergunakan dalam mencapai situasi pembelajaran yang kondusif
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam hal ini kepala sekolah
menggunakan teknik yang dianggap sesuai dengan kebutuhan. Teknik
peningkatan yang efektif dilakukan dengan penekanan pada kualitas pembelajaran
dan prestasi belajar siswa dengan cara peningkatan langsung, secara individual,
rapat rutin, percatur wulan, tahunan, pemantauan langsung ke dalam kelas dan

masukan dari KKS. Teknik peningkatan yang efektif adalah jika peningkatan itu
mengarah kepada kemampuan dasar guru dan permasalahan yang dihadapinya.
Teknik yang dipergunakan meliputi:
1. Teknik kelompok
a. Mengadakan Pertemuan/ Rapat (meetings)
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya
menjalankan tugas-tugasnya berdasarkan rencana yang telah
disusunnya. Termasuk didalam perencanaan itu antara lain
mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru.
Berbagai hal dapat dijadikan bahan dalam rapat-rapat yang
diadakan dalam rangka kegiatan supervisi seperti hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan
kurikulum, pembinaan administrasi atau tata laksana sekolah,
termasuk BP3 atau POMG dan pengelolaan keuangan sekolah.
b. Penataran Dan Seminar
Salah satu wadah untuk meningkatkan kemampuan guru
dan staf sekolah adalah dengan penataran. Dalam klasifikasi
pendidikan, penataran dikategorikan sebagai in- service training,
sebagai jenis lain dari pre-service training, yang merupakan
pendidikan sebelum yang bersangkutan diangkat menjadi
pegawai yang resmi. Sedangkan cara yang baik mengikuti seminar
adalah apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh, serius, dan
cermat mengikuti presentasi dan acara tanya jawab.
2. Teknik Perseorangan/ Individu (individual tahnique)
Beberapa kegiatan teknik individual/ perseorangan antara lain:
a. Mengadakan Kunjungan Kelas (classroom visitation)
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas adalah seorang
kepala sekolah datang ke kelas dimana guru sedang mengajar. Ia
mengadakan peninjauan terhadap suasana belajar di kelas. Tujuan
kunjungan kelas ialah untuk menolong guru-guru dalam hal
pemecahan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Jenis
kunjungan kelas ada 3 cara yaitu:
1. Perkunjungan tanpa diberitahu sebelumnya (unannounced
visitation)
2. Perkunjungan dengan memberitahu (announced visitation)
3. Perkunjungan atas dasar undangan guru (visits upon
invitation)
b. Observasi Kelas (class-room observation)
Dalam
melaksanakan
perkunjungan,
supervisor
mengadakan observasi. Maksudnya meneliti suasana kelas selama
pelajaran
berlangsung.
Observasi
kelas (classroom
observation) yaitu kegiatan supervisi yang dilakukan dengan cara
menunggu guru (calon guru) yang sedang mengajar di kelas mulai
dari awal hingga akhir pelajaran. Observasi dibedakan menjadi 2
jenis yaitu:

1. Observasi langsung (seorang guru yang sedang mengajar di
observasi langsung oleh supervisor)
2. Observasi tidak langsung (orang yang di observasi dibatasi
oleh ruang kaca, dimana murid-murid tidak mengetahui).
3. Percakapan Pribadi (individual conference)
Menurut Adam dan Dickey mengatakan bahwa salah satu alat yang
penting dalam supervisi adalah individual-conference, sebab dalam
individual-conference seorang supervisor dapat bekerja secara
individual dengan guru dalam memecahkan problem- problem pribadi
yang berhubungan dengan jabatan mengajar (personal and professional
problems) misalnya: pemilihan dan pemakaian alat-alat pelajaran
tentang penentuan dan penggunaan metode mengajar dan sebagainya
Dan juga jika ada permasalahan atau guru yang kurang mampu
melaksanakan tugasnya, maka kepala sekolah memberikan arahan
yang sifatnya peningkatan kemampuan profesional kepada guru,
sehingga dapat menyelesaikan masalahnya serta dapat melaksanakan
tugas dengan sebaik-baiknya.
C. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesionalisme Mengajar
Guru
Guru merupakan pusat dari produktifitas sekolah. Guru merupakan kunci bagi
seluruh upaya pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan. Guru merupakan
satu-satunya komponen yang dapat merubah komponen-komponen lainnya
menjadi bervariasi (Arikunto, 1990).
Upaya pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru dapat dilakukan
melalui berbagai upaya, antara lain; (1) pemberian kesempatan mengikuti
pendidikan dan latihan dalam jabatan, (2) menyediakan program pembinaan yang
teratur, dan (3) menyiapkan forum akademik guru, di samping kegiatan supervisi
(Gaffar, 1987). Upaya-upaya pengembangan profesional guru tersebut dapat
ditinjau dari dua segi yaitu secara internal, berupa upaya pengembangan
profesional yang bersumber dari diri guru itu sendiri, dan secara eksternal, berupa
upaya lembaga atau pimpinan yang mendorong dan membina guru-guru untuk
mengembangkan profesinya.
Strategi pembinaan kepala sekolah harus bisa memimpin bawahannya dengan
melakukan berbagai kegiatan, baik interaksi antar pemimpin dan bawahan juga
teknik komunikasi yang tepat dan kepribadian yang positif, sehingga apa yang
diinginkan dapat diikuti dengan baik dan terah. Dengan demikian tugas yang
begitu banyak yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dapat didelegasikan
kepada guru tentunya dengan tepat, artinya guru dapat melaksanakan tugas sesuai
dengan kemampuan dan yang kita harapkan.
Upaya pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru secara eksternal
telah banyak dilakukan, terutama melalui berbagai kegiatan penataran dan latihan.
Akan tetapi, upaya-upaya tersebut kurang memberi efek terhadap mutu
pendidikan. Hal ini disebabkan banyak guru yang mengikuti penataran dan latihan
itu bukan karena motivasi dari dirinya sendiri, melainkan karena ditugaskan atau
diwajibkan oleh atasannya (Aboedhari, 1995). Selain pelaksanaan penataran dan

latihan, pembinaan kepada guru-guru telah dilakukan melalui kegiatan supervisi
untuk meningkatkan kompetensi profesional guru dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar. Namun, layanan supervisi yang bersifat membantu tidak dengan
sendirinya menghilangkan kesenjangan antara kualitas guru dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.
D. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Proses Peningkatan Profesionalisme
Mengajar Guru Serta Upaya Pemecahannya
1. Lemahnya
Motivasi
Guru
Mengembangkan
Kemampuan
Profesionalnya
Kendala yang dihadapi dalam peningkatan dan pengembangan
kemampuan profesionalisme mengajar guru di sekolah yaitu lemahnya
motivasi yang dimiliki oleh pihak guru dalam mengadakan peningkatan
kemampuan profesionalnya. Lemahnya motivasi dalam meningkatkan
kemampuan mereka beralasan karena sibuknya waktu dalam melakukan
pengajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka upaya yang dilakukan kepala
sekolah adalah mendorong dan memotivasi guru untuk aktif dalam KKG
(Kelompok Kerja Guru). Dalam hal ini kepala sekolah mengadakan
pendekatan dan meyakinkan pada guru tentang pentingnya sikap profesional
dalam mengajar dan sikap tersebut dapat diperoleh guru melalui keaktifannya
di KKG.
2. Kurangnya Sarana dan Prasarana Peningkatan Profesionalisme
Mengajar Guru yang Mendukung
Kendala lain yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam melakukan
peningkatan kemampuan profesionalisme mengajar guru di sekolah adalah
kurangnya sarana dan prasarana peningkatan profesionalisme mengajar guru.
Selama ini kegiatan peningkatan yang dilakukan kepala sekolah adalah
melalui prosedur yang sederhana dan sarana maupun prasarana yang terbatas.
Peningkatan ini memerlukan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga
dalam pelaksanaannya mampu diwujudkan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Sarana dan prasarana tersebut akan mempengaruhi hasil
peningkatan, dikarenakan kepala sekolah merasa kesulitan untuk melakukan
peningkatan.
Untuk mengatasi hal ini, maka upaya yang dilakukan kepala sekolah
dalam mengoptimalkan fungsi supervisi pendidikan dan melakukan kerjasama
dengan “Dewan Sekolah” untuk memenuhi kebutuhan akan sarana dan
prasaran peningkatan profesionalisme mengajar guru.
3. Intensitas Waktu Peningkatan Profesional yang Masih Kurang
Peningkatan profesionalime mengajar guru yang dilakukan oleh kepala
sekolah seharusnya dilakukan secara kontinu sesuai dengan program yang
telah ditetapkan. Dalam hal ini kepala sekolah lebih cenderung melaksanakan
peningkatan profesionalisme melalui rapat sekolah, padahal yang lebih
penting adalah melalui kunjungan kelas yang ditindaklanjuti oleh pembicaraan
individual. Untuk mengatasi hal tersebut, maka upaya yang dilakukan kepala
sekolah adalah membuat jadwal khusus untuk melaksanakan peningkatan

kemampuan profesional guru. Oleh karena itu dengan jadwal tersebut kepala
sekolah mengetahui waktu pelaksanaan peningkatan profesionalisme mengajar
guru. Pola dan teknik peningkatan profesionalisme mengajar guru yang
dilakukan oleh kepala sekolah dirasakan sudah cukup efektif, karena
menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang digunakan, yaitu metode
langsung dengan teknik kelompok dan individual. Demikian pula tujuan yang
diharapkan langsung menyentuh terhadap permasalahan guru mengenai
kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran secara lebih baik. Kepala
sekolah telah cukup memahami apa yang seharusnya dilakukan dan diberikan
kepada guru mengenai cara-cara melaksanakan tugas sebagai pengajar yang
profesional. Keadaan tersebut didukung oleh pendidikan, pengalaman dan
kemampuan kepala sekolah sendiri yang cukup profesional. Dengan demikian
secara keseluruhan bahwa peningkatan profesionalisme mengajar guru dapat
dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh kepala sekolah. Permasalahanpermasalahan yang ditemui pada saat peningkatan profesionalisme mengajar
guru yang dilakukan kepala sekolah pada dasarnya tidak begitu mengganggu
terhadap jalannya program peningkatan apabila penanganannya dilakukan
dengan baik. Tentunya kepala sekolah memerlukan kesiapan mental dan
kemampuan dalam menangani permasalahan yang ada, sehingga tetap
pelaksanaan program peningkatan berjalan dengan baik. Keberhasilan dari
upaya mengatasi permasalahan akan sangat ditentukan oleh adanya suatu
kerjasama yang baik antara guru, kepala sekolah dan pengawas. Dengan itikad
baik dalam menajukan pendidikan itulah yang akan menjadi kekuatan dalam
mencapai keberhasilan peningkatan profesionalisme mengajar guru. Dalam
menghadapi permasalahan itu juga, kepala sekolah diharapkan lebih optimal
melaksanakan kegiatan peningkatan sesuai dengan program dan prosedur yang
telah ditetapkan, sehingga permasalahan dapat diatasi dengan baik dan lancar.

PENUTUP
Kesimpulan
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas
suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Peranan
kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme mengajar guru dianggap
merupakan cara yang paling efektif dari segi waktu dan biaya, mengingat hal
tersebut merupakan tanggung jawab dan tugas yang harus dilaksanakan oleh
kepala sekolah. Aspek-aspek yang perlu dtingkatkan sehubungan dengan
profesionalisme mengajar guru berhubungan dengan merencanakan kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan strategi belajar aktif, mengelola kegiatan belajar
mengajar yang menantang dan menarik, menilai kemajuan anak belajar,
memberikan umpan balik yang bermakna, membuat dan menggunakan alat bantu
mengajar, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, membimbing dan
melayani siswa yang mengalami kesulitan belajar terutama bagi siswa yang
lamban dan yang pandai, mengelola kelas, sehingga tercipta lingkungan belajar
yang menyenangkan dan menyusun serta mengelola catatan kemajuan anak.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi sehubungan dengan peningkatan
profesionalis mengajar guru adalah menyangkut: motivasi guru yang rendah,
sarana dan prasarana peningkatan yang kurang memadai serta waktu yang kurang
untuk melaksanakan peningkatan.
Upaya pembinaan dan pengembangan
profesionalisme guru dapat dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain (1)
pemberian kesempatan mengikuti pendidikan dan latihan dalam jabatan, (2)
menyediakan program pembinaan yang teratur, dan (3) menyiapkan forum
akademik guru, di samping kegiatan supervisi.
Namun demikian, permasalahan tersebut telah dapat dicarikan alternatif
pemecahannya yang sesuai. Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
meningkatkan profesionalisme mengajar guru antara lain: melalui metode
langsung dalam bentuk teknik kelompok dan individual. Teknik kelompok melalui
pelaksanaan rapat supervisi, teknik individual melalui kunjungan kelas dan
ditindaklanjuti dengan pembicaraan individual. Pembicaraan tersebut bertujuan
untuk membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi guru dalam
melaksanakan tugasnya.
Saran
Saran-saran yang diberikan sehubungan dengan peranan kepala sekolah
dalam meningkatkan profesionalisme mengajar guru di sekolah adalah hendaknya
kepala sekolah lebih memberikan kebebasan kepada guru untuk mengembangkan
kemampuannya, hendaknya kepala sekolah lebih mengoptimalkan peningkatan
terutama dalam kaitannya dengan pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru
dan hendaknya peningkatan yang dilakukan kepala sekolah tidak hanya mengacu
kepada yang sifatnya KBM saja, tetapi juga administrasi dan moral kerja guru.

REFERENSI
Lpmpjateng. Peranan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesionalisme
Mengajar Guru Di Sekolah. http://lpmpjateng.go.id/web/index.php/arsip/karyatulis-ilmiah/912-peranan-kepala-sekolah-dalam-meningkatkan-profesionalismemengajar-guru-di-sekolah. Diakses pada Kamis, 19 November 2015
Edison, Andi. Proposal Judul : Upaya Kepala Sekolah Dalam Peningkatan
Profesionalisme. http://andiedison.blogspot.co.id/2013/04/proposal-judul-upayakepala-sekolah.html. Diakses pada Kamis, 19 November 2015
Maradona , Dieago's Armando. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru.
http://cucuk-haji-ramin05.blogspot.co.id/2011/12/trims-atas-kunjungannyasilahkan.html. Diakses pada Kamis, 19 November 2015
Wulandari, Rita. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru Pai Dalam Proses Pembelajaran Di Sma Muhammadiyah 4
Yogyakarta. http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4346. Diakses pada Kamis, 19
November 2015
Mu’min, Abdul.. Peranan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesionalisme
Guru Di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang. repository.uinjkt.ac.id/.../101518ABDUL%20MU'MI. Diakses pada Kamis, 19 November 2015
J, Tadius. Dkk. Peranan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru.
jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/.../4449. Diakses pada Kamis, 19
November 2015
Yuliana, Masluyah Suib, Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru Di Sma Negeri 1 Mempawah Hilir.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/5192. Diakses pada Kamis,
19 November 2015
Mulyana, Yayan.. Peran Kepala Sekolah Dasar Dalam Pengembangan
Profesionalisme Guru. http://repository.unib.ac.id/id/eprint/321. Diakses pada
Jumat, 27 November 2015
Dahlan, Hendriansyah. Pengertian Literatur dan Jenis Literatur.
http://hendriansdiamond.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-literatur-danjenis.html. Diakses pada Rabu, 9 Desember 2015
Prima, H. Guru. eprints.uny.ac.id/8404/3/BAB%202-07201241005.pdf. Diakses
pada Minggu, 13 Desember 2015

Trigonal Media. Pengertian Guru Menurut Para Ahli.
http://www.trigonalmedia.com/2015/03/pengertian-guru-menurut-para-ahli.html.
Diakses pada Minggu, 13 Desember 2015
Informasi Pendidikan. Pengertian Dan Definisi Guru. http://www.informasipendidikan.com/2013/07/pengertian-dan-definisi-guru.html. Diakses pada
Minggu, 13 Desember 2015