PENGARUH SIKAP PENGETAHUAN DAN PRAKTIK VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 01 MAYONG JEPARA

PENGARUH SIKAP, PENGETAHUAN, DAN PRAKTIK VULVA
HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA
PUTRI DI SMPN 01 MAYONG JEPARA
Wiwit Rofika Rahman, Noor Hidayah, Noor Azizah
Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Muhammadiyah Kudus

ABSTRAK
Latar Belakang: 75% wanita dunia termasuk remaja di Indonesia mengalami keputihan.
Sedikitnya 90% perempuan di Indonesia berpotensi untuk terserang keputihan, termasuk remaja
putri. Pada tanggal 22 November 2013, peneliti melakukan studi pendahuluan di SMPN 01
Mayong Jepara, pada 21 siswi kelas VII. Diperoleh 17 siswi pernah mengalami keputihan
patologis, sedangkan 4 siswi belum pernah mengalami keputihan fisiologis maupun patologis.
Tujuan dan Ruang Lingkup: Mengetahui pengaruh sikap, pengetahuan, dan praktik vulva
hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMPN 01 Mayong, Jepara.
Metode: Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental (observasional), dengan
rancangan penelitian cross sectional.
Hasil Penelitian: Hasil bivariat didapatkan nilai p value pada sikap 0.036, pengetahuan 0.426,
praktik 0.088. Hasil mutivariat didapatkan nilai p value sikap 0.052 dan p value praktik 0.097.
Kesimpulan dan Saran: Ada hubungan antara sikap vulva hygiene dengan kejadian keputihan.
Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan praktik vulva hygiene dengan kejadian keputihan.
Antara variabel sikap vulva hygiene dan praktik vulva hygiene tidak ada yang berpengaruh

(berkontribusi) dan tidak ada yang paling berpengaruh dengan kejadian keputihan. Diharapkan
petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja
melalui kunjungan ke berbagai sekolah.
Kata Kunci
:Sikap, Pengetahuan, Praktik Vulva Hygiene, dan Keputihan.
Daftar Pustaka :53 (2003-2013)

Pengaruh Sikap, Pengetahuan, Dan Praktik Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara
Wiwit Roika Rahman, Noor Hidayah, Noor Azizah

117

PENDAHULUAN
43,3 juta jiwa remaja berusia 15-24
tahun berperilaku tidak sehat, dan ini
merupakan salah satu resiko penyebab
terjadinya keputihan. Data statistik hasil
penelitian di Jawa Tengah tahun 2009,
menunjukkan bahwa 2,9 juta jiwa remaja

putri berusia 15-24 tahun, 45% mengalami
keputihan dan pada tahun 2010 meningkat
3,1 juta jiwa. Sedangkan data hasil
penelitian dari Dinas kesehatan Kabupaten
Demak, jumlah remaja yang dilayani dalam
program kesehatan reproduksi terdapat
89.815 jiwa, 29,8% (26.797) mengalami
kejadian keputihan pada remaja putri (Profil
Dinkes Jateng, 2010).
Data hasil penelitian sebelumnya pada
tahun 2003 oleh Ikke Handayani di SLTP
Jakarta Timur terdapat 93,4% mengalami
keputihan karena kurangnya pengetahuan
tentang kebersihan genitalia (Handayani,
2003), dan berdasarkan kutipan dari Rabita,
menurut Wiwit
(2008) di SMAN 02
Semarang didapatkan bahwa 48 (96%)
remaja putri mengalami keputihan, dan
yang tidak sekitar 23 (47,9%) juga

disebabkan
kurangnya
pengetahuan
merawat organ genitalia eksterna (Rabita,
2010).
Penting sekali bagi para remaja putri
sejak dini merawat kebersihan genitalia
dengan vulva hygiene secara tepat.
Sebelum seseorang melakukan perilaku
menjaga kebersihan organ genitalia yaitu
vulva hygiene, terdapat 3 tahap yang harus
dilalui, yaitu sikap, pengetahuan dan
praktik atau tindakan. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan
tertentu
sebagai
suatu
penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo,
2010). Sikap dan pengetahuan remaja putri

yang kurang tentang vulva hygiene, seperti
perilaku yang buruk saat Buang Air Besar
(BAB) atau Buang Air Kecil (BAK)
membersihkannya dengan air yang tidak
bersih
dan
salah
arah
saat
membersihkannya, memakai pembersih
sabun, pewangi atau pembilas secara
berlebihan, memakai celana dalam yang
ketat dan tidak menyerap keringat, jarang
mengganti celana dalam, jarang mengganti
pembalut, hal tersebut dapat menjadi
pencetus keputihan yang disebabkan karena

118

beberapa faktor antara lain infeksi, benda

asing, tumor dan normal (Ratna, 2010).
Perlu adanya pemberian informasi atau
penyuluhan kesehatan tentang kesehatan
reproduksi bagi remaja putri untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
mereka akan pentingnya menjaga dan
merawat kebersihan diri terutama organ
reproduksi termasuk resiko bila tidak dijaga
(Departemen Kesehatan RI, 2003).
Studi pendahuluan di SMPN 01
Mayong Jepara, pada tanggal 22 November
2013 terhadap 21 siswi kelas VII. Diperoleh
17 siswi pernah mengalami keputihan
patologis, 13 diantaranya disertai dengan
bau, berwarna putih susu dan kekuningan,
berbentuk cair serta berlendir dalam jumlah
sedikit maupun banyak, dan 4 diantaranya
berwarna putih susu, berbentuk cair dan
lendir serta tidak berbau. Sedangkan 4 siswi
belum pernah mengalami keputihan

fisiologis maupun patologis. Para siswi
dalam membersihkan alat kemaluan
menggunakan air serta sabun, dan ada yang
sebagian dengan mengganti celana dalam.
Semua siswi yang diwawancara, dan
diobservasi dengan kuesioner tidak
mengetahui tentang keputihan secara benar
(pengertian kebersihan daerah kemaluan,
tujuan dari kebersihan daerah kemaluan,
akibat jika alat kemaluan selalu lembab,
menyikapi bau pada kemaluan, dll).
Tujuan Penelitian
Mengetahui factor- factor yang
berpengaruh terhadap kejadian keputihan
pada remaja putri di SMPN 01 Mayong,
Jepara.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan (Guru) dan UKS
Memberikan
informasi

dan
pengetahuan kepada pendidikan (guru)
serta unit kesehatan sekolah tentang sikap,
pengetahuan dan praktik vulva hygiene,
untuk memperhatikan kebersihan diri
(vulva hygiene), sehingga dapat mencegah
dan mengetahui penanganan keputihan
pada remaja putri.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai
pusat
pengembangan
kesehatan masyarakat dan juga memberikan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) terhadap kesehatan reproduksi
remaja.

Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 2, No. 2, November 2014; 117-126

3. Bagi Peneliti

Menambah
pengalaman
dan
pengetahuan
dalam
melaksanakan
penelitian khususnya tentang pengaruh
sikap, pengetahuan dan praktek vulva
hygiene dengan kejadian keputihan pada
remaja putri sebagai tugas akhir dalam
rangka menempuh Program Pendidikan
Sarjana Keperawatan.
4. Bagi Institusi
Hasil penelitian dapat digunakan
sebagai
salah
satu
acuan
bahan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam

melaksanakan penelitian lebih lanjut.
.
METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah non eksperimental
(observasional) bersifat studi korelasi yang
bertujuan merumuskan hipotesis hubungan
kausal variable sikap, pengetahuan dan
praktik vulva hygiene terhadap kejadian
keputihan. Pendekatan waktu pengumpulan
data adalah cross sectional yaitu suatu
penelitian dimana variable yang yang
termasuk factor resiko dan efek diobservasi
sekaligus pada waktu yang bersamaan .
Populasi dalam penelitian ini adalah siswi
kelas VII dengan jumlah 177 di SMPN 01
Mayong Jepara. Sedangkan sampel dengan
menggunakan
rumus Taro Yamane
(Sastroasmoro, 2008) di dapatkan sejumlah

64 siswi.
Kriteria inklusi dalam penelitian ii
adalah Siswi SMPN 01 Mayong Jepara
kelas VII yang hadir pada saat dilakukan
penelitian baik sudah pernah menstruasi
atau belum menstruasi
HASIL PENELITIAN
1. Dari 57 remaja putri yang mengalami
keputihan patologis memiliki sikap
vulva hygiene yang baik lebih banyak
yaitu 36 orang (97.3%) dibandingkan
yang memiliki sikap kurang yaitu 21
orang (77.8%). 7 Remaja putri yang
mengalami
keputihan
fisiologis
memiliki sikap vulva hygiene yang baik
lebih sedikit yaitu 1 orang (2.7%) dan
yang memiliki sikap vulva hygiene yang
kurang yaitu 6 orang (22.2%).

Hasil analisis chi square setelah
crosstabulating (tabel silang) tidak

memenuhi syarat untuk diuji dengan uji
chi square karena sel yang nilai
expected-nya kurang dari lima ada 50%
jumlah sel. Oleh karena itu, uji yang
dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu
fisher dengan nilai Sig. adalah 0.036,
yang berarti dapat diambil kesimpulan
Ha diterima dan Ho ditolak, yaitu ada
hubungan sikap dengan kejadian
keputihan pada remaja putri di SMPN
01 Mayong Jepara
2. Dari 57 remaja putri yang mengalami
keputihan
patologis
memiliki
pengetahuan vulva hygiene yang baik
lebih banyak yaitu 30 orang (93.8%)
dibandingkan
yang
memiliki
pengetahuan kurang yaitu 27 orang
(84.4%). 7 Remaja putri yang
mengalami
keputihan
fisiologis
memiliki pengetahuan vulva hygiene
yang baik lebih sedikit yaitu 2 orang
(6.2%) dan yang memiliki pengetahuan
vulva hygiene yang kurang yaitu 5 orang
(15.6%).
Hasil analisis chi square setelah
crosstabulating (tabel silang) tidak
memenuhi syarat untuk diuji dengan uji
chi square karena sel yang nilai
expected-nya kurang dari lima ada 50%
jumlah sel. Oleh karena itu, uji yang
dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu
fisher dengan nilai Sig. adalah 0.426,
yang berarti dapat diambil kesimpulan
Ho gagal ditolak (diterima) atau Ha
ditolak, yaitu tidak ada hubungan
pengetahuan dengan kejadian keputihan
pada remaja putri di SMPN 01 Mayong
Jepara.
3. Dari 57 remaja putri yang mengalami
keputihan patologis memiliki praktik
vulva hygiene yang baik lebih banyak
yaitu 39 orang (95.1%) dibandingkan
yang memiliki praktik vulva hygiene
yang kurang yaitu 18 orang (78.3%). 7
Remaja putri yang mengalami keputihan
fisiologis memiliki praktik vulva
hygiene yang baik lebih sedikit yaitu 2
orang (4.9%) dan yang memiliki praktik
vulva hygiene yang kurang yaitu 5 orang
(21.7%).
Hasil analisis chi square setelah
crosstabulating (tabel silang) tidak
memenuhi syarat untuk diuji dengan uji

Pengaruh Sikap, Pengetahuan, Dan Praktik Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara
Wiwit Roika Rahman, Noor Hidayah, Noor Azizah

119

chi square karena sel yang nilai
expected-nya kurang dari lima ada 50%
jumlah sel. Oleh karena itu, uji yang
dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu
fisher dengan nilai Sig. adalah 0.088,
yang berarti dapat diambil kesimpulan
Ho gagal ditolak (diterima) atau Ha
ditolak, yaitu tidak ada hubungan
praktik dengan kejadian keputihan pada
remaja putri di SMPN 01 Mayong
Jepara.
4. Melalui proses statistik regresi logistik,
hasil signifikan dari variabel sikap dan
praktik lebih dari 0.05, sikap dengan p
value (sig.) 0.052, Exp(B) 0.110 dan
praktik dengan p value (sig.) 0.097,
Exp(B) 0.217, maka dapat disimpulkan
bahwa kedua variabel diatas yaitu sikap
dan praktik, tidak ada yang berpengaruh
dengan kejadian keputihan dan tidak ada
yang paling berpengaruh dengan
kejadian keputihan.
PEMBAHASAN
1. Sikap Remaja Putri di SMPN 01
Mayong Jepara
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
bahwa responden yang memiliki sikap
baik sebanyak 37 orang (57.8%) dan
yang memiliki sikap kurang sebanyak
27 orang (42.2%).
Sikap adalah reaksi atau respon yang
masih tertutup terhadap stimulus atau
objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap yang
ada dalam diri seseorang memerlukan
unsur respon dan stimulus. Kepuasan
merupakan respon dari stimulus yang
diterima. Output sikap pada seseorang
dapat berbeda, jika suka maka seseorang
akan mendekat, mencari tahu, dan
bergabung, sebaliknya jika tidak suka,
maka seseorang akan menghindar dan
menjauh (Budiman, 2013).
Permasalahan yang di temukan
pada sikap responden tentang vulva
hygiene yaitu saat menstruasi, banyak
responden yang tidak setuju untuk
mengganti pembalut 3-4 jam sekali
setiap hari. Dibuktikan dengan hasil
kuesioner 37.5% yang menyatakan tidak
setuju terhadap sikap tersebut, 4%
menyatakan sangat tidak setuju,
sedangkan 26.5% menyatakan sangat

120

setuju dan 31.3% menyatakan setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa masih ada
sebagian besar responden yang memiliki
sikap kurang.
2. Pengetahuan Remaja Putri di SMPN 01
Mayong Jepara
Berdasarkan
hasil
penelitian
diperoleh bahwa responden yang
memiliki pengetahuan yang sama antara
baik maupun kurang, yaitu sebanyak 32
orang (50.0%) untuk pengetahuan baik,
dan
32
orang
(50.0%)
untuk
pengetahuan kurang.
Menurut Notoatmojdo (2003),
pengetahuan adalah hasil dari tahu dan
terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Dalam Kamus Basar bahasa
Indonesia (2005), pengetahuan adalah
sesuatu yang diketahui berkaitan dengan
proses pembelajaran. Proses belajar
dipengaruhi berbagai faktor dari dalam,
seperti motivasi dan faktor luar berupa
sarana informasi yang tersedia, serta
keadaan sosial budaya (Budiman, 2013).
Permasalahan yang ditemukan pada
pengetahuan responden tentang vulva
hygiene yaitu apabila vagina sering
dibersihkan menggunakan sabun atau
pembersih, maka yang akan terjadi
vagina menjadi wangi, dengan jawaban
sebanyak 52%. Hal ini menunjukkan
bahwa banyak responden yang memiliki
pengetahuan kurang, karena penggunaan
sabun akan merubah pH normal vagina
sehingga mempercepat pertumbuhan
jamur atau bakteri.
Hasil jawaban responden tentang
pengetahuan keputihan sebanyak 59%
menjawab benar, yang seharusnya
menjawab salah terhadap pertanyaan
keputihan yang normal adalah keputihan
yang membuat gatal dan tidak nyaman
di daerah alat kemaluan.
3. Praktik Vulva Hygiene Remaja Putri di
SMPN 01 Mayong Jepara
Berdasarkan
hasil
penelitian
diperoleh bahwa responden yang
memiliki praktik vulva hygiene yang
baik sebanyak 41 orang (64.1%), dan
yang memiliki praktik vulva hygiene
yang kurang sebanyak 23 orang
(35.9%).

Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 2, No. 2, November 2014; 117-126

Praktik vulva hygiene merupakan
tindakan perawatan kebersihan pada
organ eksterna (Tarwanto, 2006). Faktor
yang mempengaruhi personal hygiene
menurut Bieber (2013), dalam hal ini
yaitu vulva hygiene antara lain: body
image (citra tubuh), praktik sosial, status
sosial ekonomi, pengetahuan, variabel
kebudayaan, pilihan pribadi, dan kondisi
fisik. Faktor-faktor tersebut mampu
berjalan selaras apabila dapat diterima
oleh individu itu sendiri dan lingkungan
sekitar (Notoatmodjo, 2010).
Permasalahan yang ditemukan pada
praktik responden tentang vulva hygiene
yaitu, bahwa 34.3% responden jarang
menggunakan celana dalam berbahan
katun atau kaos yang menyarap keringat,
42.2% responden selalu membersihkan
alat kemaluan menggunakan air yang
ada di bak atau ember, dan 39.1%
responden jarang mengganti pembalut
setiap 3-4 jam sekali setiap hari saat
menstruasi.
Hasil
jawaban
responden
menunjukkan bahwa masih banyak yang
memiliki
praktik
yang
kurang.
Penggunaan celana dalam selain
berbahan katun dan kaos, tidak akan
menyarap keringat dan membuat daerah
alat
kemaluan
terlalu
lembab.
Sedangkan, jika menggunakan air yang
menggenang untuk membersihkan alat
kemaluan, dikhawatirkan air tersebut
tidak bersih serta terdapat bakteri, dan
penggunaan pembalut terlalu lama akan
membuat alat kemaluan tidak nyaman
dan gatal.
Hal tersebut
dapat
mengganggu flora normal yang terdapat
dalam daerah kewanitaan.
4. Kejadian Keputihan Remaja Putri di
SMPN 01 Mayong Jepara
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan bahwa responden yang
mengalami
keputihan
patologis
sebanyak 57 orang (89.1%), dan yang
mengalami keputihan fisiologis yaitu 7
orang (10.9%).
Keputihan mempunyai kata lain
yaitu:
Leukorea,
Leukorrhea,
Leucorrhea,
Leucorrhoea,
Leukorrhagia, The Whites, Whites,
White Discharge, Fluor Albus. Beberapa

definisi keputihan adalah cairan atau
lendir
putih
kekuningan
yang
dikeluarkan dari alat-alat genitalyang
tidak berupa darah, produk berlebihan
yang berupa lendir putih yang berasal
dari vagina, dan pelepasan produk
vagina atau saluran leher rahim yang
berwarna putih, keputihan, kental, mirip
lendir, biasanya akibat infeksi vagina
(Anurogao, 2011). Sesuai dengan
kutipan American Jurnal (2010),
menyatakan bahwa “Leukorrhea adalah
keluarnya cairan berwarna kuning atau
kuning-hijau dari vagina. Douching
(membasuh vagina) biasanya tidak
dianjurkan karena dapat mengganggu
pertumbuhan bakteri normal di vagina,
karena vagina sangat sensitif, dan untuk
menghindari iritasi harus menggunakan
pakaian dalam berbahan katun dan
menghindari pemakaian celana ketat”
(Celester, 2010).
Permasalahan yang ditemukan pada
penelitian ini adalah banyak responden
yang mengalami keputihan patologis.
67% mengalami keputihan disertai gatal,
59% mengalami keputihan disertai bau,
76.6% mengalami keputihan berwarna
putih susu, dan 80% mengalami
keputihan berbentuk cair disertai lendir.
Selain
karena
ketidaktahuan
responden
dalam
merawat
dan
membersihkan
alat
kewanitaan,
sehingga
dapat
memicu
berkembangbiaknya jamur ataupun
bakteri, keputihan juga salah satu gejala
dari infeksi pada vagina yang
menyebabkan terjadinya perubahan
biokomia (jumlah pathogen lebih
banyak) tersebut sudah memenuhi
terjadinya infeksi, namun jika imunitas
yang terbentuk tinggi tinggi maka
infeksi tidak terjadi. Adapun yang
menyebabkan imunitas lemah antara lain
stress, pemakaian obat antibiotik, pola
makan yang buruk, dan memiliki
riwayat penyakit genetik atau menular.
5. Hubungan Sikap dengan Kejadian
Keputihan Pada Remaja Putri di SMPN
01 Mayong Jepara
Penelitian ini diperoleh hasil bahwa
uji fisher menunjukkan nilai p value atau
Sig. adalah 0.036, yang berarti dapat

Pengaruh Sikap, Pengetahuan, Dan Praktik Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara
Wiwit Roika Rahman, Noor Hidayah, Noor Azizah

121

diambil kesimpulan Ha diterima dan Ho
ditolak, yaitu ada hubungan sikap
dengan kejadian keputihan pada remaja
putri di SMPN 01 Mayong Jepara.
Teori yang mendukung penelitian
ini adalah teori yang dikemukakan
Bloom, bahwa perilaku dibagi menjadi
tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sikap sebagai ranah afektif
yang selanjutnya akan menimbulkan
respon dan akan diteruskan untuk
mengambil suatu tindakan terhadap
objek (Notoatmodjo, 2010). Sikap
dikategorikan menjadi tiga orientasi
pemikiran, yaitu berorientasi pada
respon, berorientasi pada kesiapan
respon, berorientasi pada skema triadic.
Sikap berorientasi pada respon adalah
perasaan memihak atau tidak memihak.
Sikap berorientasi pada kesiapan respon
adalah kesiapan bereaksi pada objek
dengan cara tertentu (Budiman, 2013).
Hasil penelitian terdahulu yang
mendukung penelitian ini adalah
penelitian Hani Handayani (2011) di
Madrasah Tsanawiyah Pembangunan,
bahwa
dalam penelitiannya
ada
hubungan antara sikap dengan perilaku
remaja putri terhadap kebersihan organ
genitalia eksterna, dengan p value 0.017,
sikap kurang serta perilaku kurang
(50.0%) dan sikap baik serta perilaku
baik (70.9%). Hasil penelitian yang
serupa dari Aristha (2013) di Desa
Gumelar Kecamatan Balung Jember,
didapatkan bahwa ada hubungan antara
sikap dengan kejadian keputihan,
dengan p value 0.006, sikap baik 54%
dan sikap buruk 46%.
Teori dan hasil penelitian terdahulu
mendukung hasil penelitian ini, bahwa
sikap yang baik kemungkinan besar
akan memberikan pandangan seseorang
untuk berperilaku baik pula, sehingga
dalam hal ini lebih meminimalkan
kemungkinan terjadinya keputihan.
6. Hubungan
Pengetahuan
dengan
Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri
di SMPN 01 Mayong Jepara
Penelitian ini diperoleh hasil bahwa
uji fisher menunjukkan nilai p value atau
Sig. adalah 0.426, yang berarti dapat
diambil kesimpulan Ho gagal ditolak

122

(diterima) atau Ha ditolak, yaitu tidak
ada hubungan pengetahuan dengan
kejadian keputihan pada remaja putri di
SMPN 01 Mayong Jepara.
Teori yang mendukung penelitian
ini adalah bahwa tingginya pendidikan
seseorang,
akan
memudahkannya
menerima informasi, sehingga wawasan
dan pengetahuan yang dimiliki semakin
banyak untuk meningkatkan kesehatan.
Teori
dari
Kurniawan
(2008)
menjelaskan
bahwa
tingginya
pengetahuan tentang kesehatan organ
reproduksi wanita, tidak menjamin
mempunyai perilaku yang baik untuk
meningkatkan status
kesehatannya
(Kurniawan, 2008). Pengetahuan adalah
informasi atau maklumat yang diketahui
atau disadari oleh seseorang. Tahapan
pengetahuan antara lain: tahu (know),
memahami (comprehension), aplikasi
(application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), dan evaluasi (evaluation)
(Budiman, 2013).
Hasil penelitian terdahulu yang
mendukung penelitian ini adalah
penelitian Aristha (2013) di Desa
Gumelar Kecamatan Balung Jember,
yang menyatakan tidak ada hubungan
pengetahuan dengan kejadian keputihan,
dengan p value > 0.05, pengetahuan baik
74% dan pengetahuan buruk 26%.
Teori dan hasil penelitian terdahulu
mendukung hasil penelitian ini, bahwa
pengetahuan
tidak
mempunyai
hubungan yang bermakna dengan
kejadian keputihan. Banyak faktor yang
dapat
mempengaruhinya
selain
pengetahuan
menjaga
kebersihan
kewanitaan.
Faktor-faktor
pemicu
keputihan antara lain: genetik (seperti
DM), riwayat penyakit sebelumnya.
Faktor pengetahuan dipengaruhi oleh
internal (umur dan intelegensia) dan
eksternal
(pendidikan,
lingkungan,
pengalaman, informasi, dll). Hal itu
dapat pula terjadi karena pola hidup
sehari-hari, status ekonomi, sosial dan
budaya, serta aktivitas seksual yang
tidak terkaji dalam penelitian ini.

Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 2, No. 2, November 2014; 117-126

Hubungan Praktik vulva hygiene
dengan Kejadian Keputihan Pada
Remaja Putri di SMPN 01 Mayong
Jepara
Penelitian ini diperoleh hasil bahwa
uji fisher menunjukkan nilai p value atau
Sig. adalah 0.088, yang berarti dapat
diambil kesimpulan Ho gagal ditolak
(diterima) atau Ha ditolak, yaitu tidak
ada hubungan praktik dengan kejadian
keputihan pada remaja putri di SMPN
01 Mayong Jepara.
Teori yang mendukung penelitian
ini adalah teori dari Notoatmodjo (2010)
menerangkan bahwa praktik atau
tindakan seseorang sebelum dijadikan
perilaku baru, sebelumnya melalui tahap
kesadaran,
tertarik,
menimbangnimbang, mencoba, dan mengadopsi.
Tindakan seseorang diawali dari
stimulus, baik dalam maupun luar
dirinya. Jika tertarik terhadap stimulus
tersebut,
maka
individu
akan
menimbang-nimbang dan mencoba
melakukannya untuk dijadikan perilaku
baru yang diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari (Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian terdahulu yang
mendukung penelitian ini adalah
penelitian Donatila (2011) di SMA
Negeri 4 Semarang, yang menyatakan
bahwa perilaku
tidak mempunyai
hubungan yang bermakna dengan
kejadian keputihan, dengan p value
1.000, perilaku baik 95.3%.
Teori dan hasil penelitian terdahulu
mendukung hasil penelitian ini, bahwa
perilaku baik, kurang maupun buruk,
memegang peranan terhadap kejadian
keputihan, karena perilaku adalah
tindakan nyata yang telah dilakukan
responden.
7. Pengaruh Sikap, Pengetahuan, dan
Praktik Vulva Hygiene dengan Kejadian
Keputihan Pada Remaja Putri di SMPN
01 Mayong Jepara
a. Pengaruh sikap vulva hygiene
dengan kejadian keputihan pada
remaja putri di SMPN 01 Mayong
Jepara
Hasil penelitian analisa pengaruh
sikap vulva hygiene dengan kejadian
keputihan tidak terbukti. Hal ini

dapat ditunjukkan dari nilai uji
regresi logistik sebesar 0.110, dengan
sig. (p value) 0.052 yang lebih besar
dari pada 0.05. Dapat disimpulkan
bahwa antara variabel sikap vulva
hygiene tidak berpengaruh positif
dan tidak signifikan dengan kejadian
keputihan.
b. Pengaruh pengetahuan vulva hygiene
dengan kejadian keputihan pada
remaja putri di SMPN 01 Mayong
Jepara
Hasil uji bivariat didapatkan bahwa
variabel pengetahuan vulva hygiene
tidak terdapat hubungan dengan
kejadian keputihan. Hal ini dapat
ditunjukkan dari nilai fisher, dengan
Sig. (p value) 0.426, yang berarti
dapat diambil kesimpulan Ho gagal
ditolak (diterima) atau Ha ditolak,
yaitu
tidak
ada
hubungan
pengetahuan
dengan
kejadian
keputihan. Dapat diambil kesimpulan
bahwa variabel pengetahuan tidak
bisa dijadikan pengaruh dengan
keputihan, karena yang dapat
dimasukkan dalam uji multivariat
(pengaruh) adalah variabel yang pada
analisis bivariat mempunyai nilai p
kurang dari 0.25.
c. Pengaruh praktik vulva hygiene
dengan kejadian keputihan pada
remaja putri di SMPN 01 Mayong
Jepara
Hasil penelitian analisa pengaruh
praktik vulva hygiene dengan
kejadian keputihan tidak terbukti.
Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai
uji regresi logistik sebesar 0.217,
dengan sig. (p value) 0.097 yang
lebih besar dari pada 0.05. Dapat
disimpulkan bahwa antara variabel
praktik
vulva
hygiene
tidak
berpengaruh positif dan tidak
signifikan
dengan
kejadian
keputihan.
KESIMPULAN
1. Hasil penelitian uji analisa fisher
variabel sikap vulva hygiene terdapat
hubungan yang bermakna dengan
kejadian keputihan. Dibuktikan dengan

Pengaruh Sikap, Pengetahuan, Dan Praktik Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara
Wiwit Roika Rahman, Noor Hidayah, Noor Azizah

123

2.

3.

4.

nilai sig. 0.036 yang lebih kecil dari
0.05.
Hasil penelitian uji analisa fisher
variabel pengetahuan vulva hygiene
tidak
terdapat
hubungan
yang
bermakna dengan kejadian keputihan.
Dibuktikan dengan nilai sig. 0.426
yang lebih besar dari 0.05.
Hasil penelitian uji analisis fisher
variabel praktik vulva hygiene tidak
terdapat hubungan yang bermakna
dengan kejadian keputihan. Dibuktikan
dengan nilai sig. 0.088 yang lebih
besar dari 0.05.
Hasil penelitian uji analisa regresi
logistik variabel sikap dan praktik
vulva hygiene dengan kejadian
keputihan tidak terbukti. Ditunjukkan
dengan nilai sig. sikap 0.052 yang
lebih besar dari 0.05, dan nilai sig.
praktik 0.097 yang lebih besar dari
0.05. Dapat disimpulkan bahwa antara
variabel sikap vulva hygiene dan
praktik vulva hygiene tidak ada yang
berpengaruh atau tidak ada yang
berkontribusi dan tidak ada yang
paling berpengaruh dengan kejadian
keputihan

SARAN
1. Bagi Pendidikan (Guru) dan UKS
Diharapkan pendidik (guru) serta unit
kesehatan sekolah dapat memberikan
informasi
yang
tepat
tentang
sikapuntuk mengganti pembalut 3-4
jam sekali setiap hari saat menstruasi,
pengetahuan tentang vagina yang tidak
boleh selalu dibersihkan menggunakan
sabun atau pembersihdan praktik vulva
hygiene penggunaan celana dalam
berbahan
katun
dan
kaos,
membersihkan
alat
kemaluan
menggunakan
air
yang
tidak
menggenang (mengalir), agar para
siswi memperhatikan kebersihan diri
(vulva hygiene), sehingga dapat
mencegah dan mengetahui penanganan
keputihan pada remaja putri.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan petugas kesehatan dapat
mengembangkan program Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
dengan
memberikan
penyuluhan

124

3.

4.

tentang kesehatan reproduksi bagi
remaja melalui kunjungan ke berbagai
sekolah.
Karena
ditemukan
permasalahan tentang vulva hygiene
pada sikap responden 37.5% tidak
setuju untuk mengganti pembalut 3-4
jam sekali setiap hari saat menstruasi,
pada pengetahuan responden 52%
vagina dibersihkan menggunakan
sabun atau pembersih, dan pada
praktik responden 34.3% menggunkan
celana dalam selain berbahan katun
dan kaos, 42.2% membersihkan alat
kemaluan
menggunakan
air
menggenang, serta 39.1% jarang
mengganti pembalut sesuai anjuran
saat menstruasi.
Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat
mengembangkan kemampuan dalam
penelitian dan dijadikan sebagai salah
satu referensi tambahan untuk
melakukan penelitian lanjutan.
Bagi Institusi (Stikes Muhammadiyah
Kudus)
Diharapkan dapat dijadikan sebagai
salah satu acuan dan sumber informasi
bagi mahasiswa lain mengenai Sikap,
Pengetahuan, dan Praktik Vulva
Hygiene dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri.

DAFTAR PUSTAKA
Anurogao, D. (2011). 45 Penyakit
Aneh dan Khusus; Seluk Beluk dan Solusi
Praktis Terhadap Penyakit Aneh dan
Khusus yang Wajib Kita Tahu. Yogyakarta:
C.V ANDIOFFSET.
Arikunto, S. (2006). Prosedur
Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek .
Jakarta, Toronto: Rineka Cipta.
Astuti, M. P. (2009). About Us:
Keputihan pada Anak. Retrieved Oktober
26, 2013, from Keputihan pada Anak Web
Site: http://www.keputihanpada anak.com
Ayurai. (2009, April 06). About Us:
Hubungan Antara Vulva Hygiene dengan
Kejadian Keputihan. Retrieved Oktober 26,
2013, from Hubungan antara Vulva
Hygiene dengan Kejadian Keputihan:
http://ayurai.wordpress.com
Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 2, No. 2, November 2014; 117-126

Behrman, Richard E., et.al. (2004).
Nelson Texbook of Pediatrics 17th ed.
Philadelphia: Saunders.
Bieber, F. (2013, Maret). About Us:
Makalah Personal Hygiene. Retrieved
November 09, 2013, from Makalah
Personal
Hygiene
Web
Site:
http://fadillahbieber.blogspot.com
Budiman & Riyanto, Agus. (2013).
Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan
dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Celester, R. N. (2010). By The Way,
Doctor: What Can I Do about Chronic
Leukorrhea. Harvard Health Publications,
Harvard Women's Health Watch.
Dahlan, M. S. (2013). Statistik untuk
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Damaiyanti, M. (2008). Komunikasi
Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.
Bandung: Refika Aditama.
Departemen Kesehatan RI. (2003).
Asuhan Kesehatan Reproduksi pada
Remaja. Jakarta: Buletin Departemen
Kesehatan RI.
Djoerban, Z. (2011). Cegah Sejak
Dini. Jakarta: Mahaka Publishing.
Dorland, W. A. (2011). Kamus Saku
Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.
Egan, M dan Lipsky. (2009). About
Us: Vaginitis. Retrieved Oktober 26, 2013,
from
Vaginitis
Web
Site:
http://kesrepro.info.com
Febiliawanti. (2009, Oktober 26).
About Us: Kenali Ciri Keputihan Abnormal
. Retrieved Oktober 26, 2013, from Kenali
Ciri Keputihan Abnormal Web Site:
http://kesehatan.kompas.com
Hanafiah, M. J. (2009). Haid dan
Siklusnya. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Handayani, I. (2003). Gambaran
Perilaku Menjaga Kebersihan Alat
Reproduksi dan Faktor-Faktor yang
Berhubungan Pada Siswi SLTP di Jakarta
Timur . Jakarta: Skripsi.
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu
Kesehatan untuk Pendidikan kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika
(2007).
Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika.

Hutahaean, S. (2013). Perawatan
Antenatal. Jakarta: Salemba Medika.
Katharini. (2009). Hubungan Personal
Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada
Siswi SMU Muhammadiyah Metro Tahun
2009. Jurnal Kesehatan "Metro Sai Wawai"
, vol 11 No 2.
kurniawan. (2008). Faktor-Faktor
yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan
Reproduksi Remaja di SMAN 01
Purbalingga Kab. Purbalingga. Tidak
Dipublikasikan. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Marrazzo.
(2003).
Vulvovaginal
Candidiasis. British Medical Journal Vol.
326 , 993-994.
Medlineplus. (2009). About Us:
Vaginal Discharge. Retrieved Oktober 26,
2013, from Vaginal Discharge Web Site:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/
article/003158.html.
Mutiarach, D. (2012, Desember 12).
About Us: Makalah Pertumbuhan dan
Perkembangan Remaja. Retrieved Oktober
26, 2013, from Makalah Pertumbuhan dan
Perkembangan Remaja.
Notoatmodjo, S. (2010). Konsep
Perilaku Kesehatan: Dalam Promosi
kesehatan Teori & Aplikasi edisi revisi
2010. Jakarta: Rineka Cipta.
(2005). Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Ed 3. Jakarta: Rineka
Cipta.
(2007). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Ocviyanti, D. (2008). About Us:
Kesehatan Reproduksi Wanita. Retrieved
November 25, 2011, from Kesehatan
Reproduksi
Wanita
Web
Site:
http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/
detail.aspx?x=healthwomen&y=cybermed/
0/0/14/732.
Perry & Potter. (2005). Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik
edisi 4. Jakarta: EGC.
Puradini. (2012, Januari 19). About
Us: Bakterial Vaginosis. Retrieved
November 02, 2013, from Bakterial
Vaginosis
Web
Site:
http://puradini.wordpress.com

Pengaruh Sikap, Pengetahuan, Dan Praktik Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara
Wiwit Roika Rahman, Noor Hidayah, Noor Azizah

125

Purwaningsih, Wahyu, dkk. (2010).
Asuhan
Keperawatan
Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rabita. (2010). Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri tentang Perawatan Alat
Genitalia Eksterna. Medan.
Rachmawati, E. (2009, April 15).
About Us: Anakpun Bisa Alami Keputihan,
Kenali Gejalanya. Retrieved Oktober 26,
2013, from Anakpun Bisa Alami
Keputihan, Kenali Gejalanya.
Rahmawati, A. (2012, Oktober). About
Us: vulva Hygiene. Retrieved November
02, 2013, from Vulva Hygiene Web Site:
http://astikarahmawati.blogspot.com
Ratna. (2010). Pentingnya Menjaga
Organ Kewanitaan. Jakarta: Indeks.
Reeder, Sharon J., dkk. (2011).
Keperawatan
Maternitas:
Kesehatan
Wanita, Bayi, dan Keluarga. Jakarta: EGC.
Rianto, Agus. Aplikasi Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Riwidikdo, H. (2008). Aplikasi
Statistika Terapan. Yogyakarta: Mitra
Cendekia Press.
(2009).
Statistik
Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Press.
Romauli, S. (2011). Buku Ajar Askep
1: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.

126

Rudolph, Abraham M., dkk. (2006).
Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol 1. Ed. 20.
Jakarta: EGC.
Sastroasmoro, S. (2008). Dasar-Dasar
Metodelogi Penelitian Klinis. Jakarta: Bina
Rupa Aksara .
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: CV ALFABETA.
Sulistyaningsih.
(2011).
Metode
Penelitian
Kebidanan
KualitatifKuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sunyoto, D. (2011). Analisis Data
untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Suparyanto. (2010). About Us:
Keputihan. Retrieved Oktober 26, 2013,
from
Keputihan
Web
Site:
http://dr.suparyanto.blogspot.com
Tarwanto, W. (2006). Kebutuhan
Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: salemba Medika.
Uliyah, Musrifatul dan Hidayat, A.
Aziz Alimul. (2006). Keterampilan Dasar
Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: salemba
Medika.
Widyastuti.
(2009).
Kesehatan
reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.
Wong, D. L. (2008). Wong's Essentials
of Pediatric Nursing 6th ed. Mosby: Inc.

Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 2, No. 2, November 2014; 117-126