Budaya Organisasi Yang Diterapkan Pt. Pupuk Iskandar Muda Kantor Pemasaran Wilayah Sumatera Utara Chapter III IV

BAB III
PEMBAHASAN
A. Budaya Organisasi
1. Pengertian Budaya Organisasi
Dalam mengelola perusahaan, para manajer di Indonesia pada
umumnya sudah mengenal dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen
modern, seperti misalnya penggunaan pendekatan struktur, sistem, strategi,
MBO, dan sebagainya, meskipun ada juga beberapa perusahaan yang masih
dikelola secara tradisional. Namun ternyata masih banyak para pakar dan
praktisi yang kurang perhatiannya terhadap budaya organisasi (budaya
perusahaan), padahal budaya organisasi dapat digunakan sebagai salah satu
alat manajemen untuk mencapai efisiensi, efektivitas, produktivitas, etos kerja,
seperti yang ditunjukkan di berbagai perusahaan di Jepang, Amerika, dan
beberapa negara Eropa, dan ternyata dapat membuat perusahaan berhasil
efektif.
Penggunaan istilah budaya organisasi dengan mengacu pada budaya
yang berlaku dalam perusahaan, karena pada umumnya perusahaan itu dalam
bentuk organisasi, yaitu kerjasama antara beberapa orang yang membentuk
kelompok atau satuan kerjasama tersendiri. Penelitian yang dilakukan ini
mengenai budaya organisasi yang berlaku pada perusahaan. Dalam
pembicaraan selanjutnya yang disebut budaya organisasi, diartikan atau

sinonim dengan budaya perusahaan. Jika disebut budaya perusahaan, diartikan

Universitas Sumatera Utara

pula budaya yang berlaku dalam organisasi yang melakukan kegiatan
perusahaan. Jadi istilah budaya organisasi dan istilah budaya perusahaan
dalam penelitian ini juga saling mengganti.
Budaya organisasi dapat didefenisikan sebagai perangkat sistem nilainilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions),
atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para
anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalahmasalah organisasinya. Budaya organisasi juga disebut budaya perusahaan,
yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-norma yang telah relatif lama
berlakunya, dianut bersama oleh para anggota organisasi (karyawan) sebagai
norma

perilaku

dalam

menyelesaikan


masalah-masalah

organisasi

(perusahaan). Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan
menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai orang per orang di dalam
organisasi.
Menurut Schein dalam Wirawan (2008) budaya organisasi adalah pola
asumsi dasar yang ditemukan atau dikembangkan oleh suatu kelompok orang
selagi mereka belajar untuk menyelesaikan problem-problem, menyesuaikan
diri dengan eksternal, dan berintegrasi dengan lingkungan internal.
Menurut Robert G. Owen dalam Wirawan (2008) budaya organisasi
adalah norma yang menginformasikan anggota organisasi mengenai apa yang
dapat diterima dan apa yang tidak dapat diterima, nilai-nilai dominan yang
dihargai di atas yang lainnya, asumsi dasar dan kepercayaan yang dianut
bersama oleh anggota organisasi, peraturan main yang harus dipelajari jika

Universitas Sumatera Utara

orang ingin dapat sejalan dan diterima sebagai anggota organisasi, dan filsafat

yang mengarahkan organisasi dalam berhubungan dengan karyawan dan
kliennya.
Pendapat lain dikemukakan Susanto (2007) yang menyatakan bahwa:
Budaya organisasi adalah sebagai nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber
daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha
penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga masing-masing anggota
organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus
bertindak dan berperilaku.
Menurut McKenna dan Beech (2000) budaya perusahaan merupakan
nilai, kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dipegang anggota dalam suatu
organisasi. Dengan kata lain budaya organisasi adalah norma-norma dan
kebiasaan yang diterima sebagai suatu kebenaran oleh semua orang dalam
organisasi. Budaya organisasi menjadi acuan bersama diantara manusia dalam
melakukan interaksi dan organisasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, budaya organisasi dapat
dikatakan sebagai aturan main yang ada dalam perusahaan yang akan menjadi
pegangan dari sumber daya manusia dalam menjalankan kewajibannya dan
nilai-nilai untuk berperilaku dalam organisasi. Nilai-nilai tersebut tercermin
dalam perilaku dan sikap mereka sehari-hari selama mereka berada dalam
organisasi tersebut dan sewaktu mewakili organisasi berhadapan dengan pihak

luar.

Universitas Sumatera Utara

Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak
tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk
melakukan aktivitas kerja. Secara tidak sadar tiap-tiap orang dalam suatu
organisasi mempelajari budaya yang berlaku di dalam organisasinya. Apalagi
bila ada seorang karyawan baru untuk dapat diterima oleh lingkungan kerja
baru tempat bekerja, karyawan baru harus berusaha mempelajari apa yang
dilarang dan apa yang diwajibkan, apa yang baik dan apa yang buruk, apa
yang benar dan apa yang salah, dan apa yang harus dilakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan di dalam organisasi tempat bekerja. Jadi, budaya
organisasi mensosialisasikan dan menginternalisasi pada para anggota
organisasi.
McKenna dan Beech (2000) membagi budaya organisasi atau budaya
perusahaan atas beberapa komponen pembentuk, yaitu:
1. Filosof, yang menjadi panduan penetapan kebijakan organisasi baik
yang berkenaan dengan karyawan ataupun klien.
2. Nilai-nilai dominan yang dipegang oleh perusahaan.

3. Norma-norma yang diterapkan dalam bekerja.
4. Aturan main untuk berelasi dengan baik dalam organisasi yang harus
dipelajari oleh anggota baru agar dapat diterima oleh organisasi.
5. Tingkah laku khas tertentu dalam berinteraksi yang rutin dilakukan.
Perasaan atau suasana yang diciptakan dalam organisasi.
Dengan menggali komponen-komponen pembentuk ini, diharapkan
akan memperoleh gambaran global dari budaya organisasi tertentu. Gambaran

Universitas Sumatera Utara

ini menjadi dasar organisasi tersebut, bagaimana masalah diselesaikan di
dalamnya, dan cara para anggota perusahaan diharapkan berperilaku.
Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan-tujuan perusahaan,
sebaliknya yang lemah akan menghambat atau bertentangan dengan tujuantujuan perusahaan. Dalam suatu perusahaan yang memiliki budaya organisasi
yang kuat, nilai-nilai bersama dipahami secara mendalam, dianut, dan
diperjuangkan oleh sebagian besar para anggota organisasi (karyawan
perusahaan). Budaya yang kuat sangat berpengaruh terhadap perilaku dan
efektivitas kinerja perusahaan sebagaimana dinyatakan oleh Robbins (2008),
karena menimbulkan antara lain sebagai berikut:
1. Nilai-nilai


kunci

yang

saling

menjalin,

tersosialisasikan,

menginternalisasi, menjiwai anggota perusahaan, dan merupakan
kekuatan yang tidak tampak;
2. Perilaku-perilaku karyawan secara tidak disadari terkendali dan
terkoordinasi oleh kekuatan yang informal atau tidak tampak;
3. Para anggota perusahaan merasa komit dan loyal pada organisasi;
4. Adanya musyawarah dan kebersamaan atau kesetaraan dalam hal-hal
yang berarti sebagai bentuk partisipasi, pengakuan, dan penghormatan
terhadap karyawan;
5. Semua kegiatan berorientasi atau diarahkan kepada misi atau tujuan

organisasi;
6. Para karyawan merasa senang, karena diakui dan dihargai martabat
dan kontribusinya, yang sangat rewarding;

Universitas Sumatera Utara

7. Adanya koordinasi, integrasi, dan konsistensi yang menstabilkan
kegiatan-kegiatan perusahaan;
8. Berpengaruh kuat terhadap organisasi dalam tiga aspek: pengarahan
perilaku dan kinerja organisasi, penyebarannya pada para anggota
organisasi, dan kekuatannya, yaitu menekan para anggota untuk
melaksanakan nilai-nilai budaya;
9. Budaya berpengaruh terhadap perilaku individual maupun kelompok.
Meskipun budaya organisasi dinyatakan dan dibuktikan di Jepang dan
Amerika sebagai kekuatan yang ampuh terhadap keberhasilan perusahaan,
tetapi para praktisi dan akademisi di Indonesia pada umumnya belum tampak
antusias untuk mempermasalahkannya. Budaya organisasi masih dipandang
belum menduduki tempat sebagai salah satu faktor yang penting seperti
strategi, motivasi, struktur, sistem imbalan, MBO, dan sebagainya.
Barangkali masih banyak yang bertanya benarkah budaya organisasi

berdampak pada keberhasilan perusahaan? Kita lihat bagaimana mengenai
beberapa penelitian yang telah dilakukan di Indonesia dan di negara lain
mengenai kaitan antara budaya dan keberhasilan perusahaan.
Jadi, budaya organisasi yang benar-benar dikelola sebagai alat
manajemen akan berpengaruh dan menjadi pendorong bagi karyawan untuk
berperilaku prositif, dedikatif, dan produktif. Nilai-nilai budaya itu tidak
tampak, tetapi merupakan kekuatan yang mendorong perilaku untuk
menghasilkan efektivitas kinerja.

Universitas Sumatera Utara

2. Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Rivai (2005) fungsi budaya perusahaan adalah:
a. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya
budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara suatu organisasi
dengan organisasi yang lain.
b. Budaya memberikan identitas bagi anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dari
pada kepentingan individu.
d. Budaya itu mengingatkan kemantapan sistem sosial.

e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang
memandu serta membentuk sikap dan perilaku karyawan.
3. Manfaat Budaya Organisasi
Perkembangan dan kesinambungan suatu perusahaan akan sangat
bergantung pada budaya perusahaan. Susanto (2007) mengemukakan
bahwa budaya suatu perusahaan dapat dimanfaatkaan sebagai andalan
daya saing suatu perusahaan dalam menghadapi perubahan dan tantangan.
Budaya organisasi juga dapat dijadikan sebagai rantai pengikat untuk
menyamakan persepsi atau arah pandang anggota organisasi terhadap
suatu permasalahan sehingga akan menjadi satu kekuatan untuk mencapai
suatu tujuan.
Beberapa manfaat budaya organisasi yang dikemukakan oleh
Robins (2005), sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Membatasi peran yang membedakan antara organisasi yang
satu dengan organisasi yang lain. Setiap organisasi mempunyai
peran yang berbeda sehingga perlu memiliki akar budaya yang
kuat dalam sistem dan kegiatan yang ada dalam organisasi.

2. Menimbulkan rasa memiliki identitas bagi para anggota
organisasi. Dengan budaya organisasi yang kuat, anggota
organisasi akan merasa memiliki identitas yang merupakan
cirri khas organisasi.
3. Mementingkan

tujuan

bersama

daripada

mengutamakan

kepentingan individu.
4. Menjaga stabilitas organisasi. Kesatuan komponen-komponen
organisasi yang dieratkan oleh pemahaman budaya yang sama
akan membuat kondisi organisasi relatif stabil.
Keempat manfaat tersebut menunjukkan bahwa budaya organisasi
dapat membentuk perilaku dan tindakan karyawan dalam menjalankan

aktivitasnya di dalam organisasi, sehingga nilai-nilai yang ada dalam
budaya organisasi perlu ditanamkan sejak dini pada setiap individu
organisasi.

Universitas Sumatera Utara

4. Asas-asas Budaya Organisasi
Menurut Sutrisno (2010), asas-asas budaya organisasi adalah:
a. Asas Tujuan
Perusahaan yang paling berhasil ialah yang menetapkan tujuannya
untuk menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat bagi
pelanggannya, dan yang dapat membangkitkan semangat dan
motivasi kerja para karyawannya. Pimpinan perusahaan harus
mempunyai pendangan yang luhur mengenai tujuan perusahaan
dan membangkitkan para karyawan untuk bekerja kea arah tujuan
itu. Para karyawan dapat dibangkitkan semangat dan energinya
untuk memfokuskan pada produk dan pelanggan, yaitu produk
yang sebaik mungkin, dan pelanggan yang sepuas mungkin.
b. Asas Konsensus
Suatu perusahaan yang sukses di masa depan ialah yang
pimpinannya berhasil membuat kearifan kolektif dalam membuat
keputusan, yaitu keputusan bersama yang dibuat sebaik mungkin.
Keputusan consensus adalah keputusan kelompok, yang pada
umumnya lebih kompleks, berjangka panjang, strategis, dan
dicapai dengan pertimbangan cermat dari pengetahuan orang
banyak yang dilibatkan. Keputusan consensus itu lebih baik,
kreatif, lebih tegas, dan diikuti oleh tindakan-tindakan terpadu
dibandingka dengan keputusan-keputusan otoriter, komando, atau
konsultasi.

Adalah

tugas

manajer

masa

kini

untuk

Universitas Sumatera Utara

mengembangkan proses konsensus, karena perusahaan-perusahaan
terkemuka yang berhasil mengakui bahwa keberhasilannya itu
karena keputusan-keputusan didasarkan atas konsensus.
c. Asas Keunggulan
Keunggulan merupakan semangat yang menguasai kehidupan dan
jiwa seseorang atau perusahaan. Keinginan atau motivasi
keunggulan adalah proses yang tidak pernah berakhir yang
memberikan kepuasan tersendiri. Keunggulan hanya dapat dicapai
sebagai hasil dari kemampuan mempelajari dan menanggapi
keadaan lingkungan dengan cara-cara yang kreatif dan produktif.
Manajer yang berhasil, menciptakan budaya keunggulan dan
melaksanakannya dengan perjuangan yang konstan dengan
mengembangkan tiga unsure, yaitu: standar, motivasi, dan umpan
balik.
d. Asas Kesatuan
Kita semua adalah pekerja, tetapi juga manajer. Begitu juga
sebaliknya. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, tidak lagi
terpecah-pecah dalam kelas-kelas secara tradisional. Sudah
waktunya para karyawan berpartisipasi dalam manajemen dan
melakukan pekerjaan yang produktif, karena tuntutan dunia
perusahaan modern sekarang tidak lagi membedakan antara
pekerja yang menggunakan otak melulu dengan pekerjaan yang
menggunakan otot saja. Usaha mempertahankan membedakan

Universitas Sumatera Utara

kelas-kelas dalam perusahaan akan tetap menjadi penghalang
untuk

terciptanya

produktivitas,

terutama

pada

sector

manufacturing. Pembedaan-pembedaan yang salah dan tidak
menyenangkan itu baik antara manajemen dan non-manajemen,
maupun antara kelompok atau kelas yang satu dengan yang
lainnya, hanya meninggalkan bibit-bibit kebencian, ketidakpuasan,
dan ketidak-efisienan dalam manajemen. Oleh sebab itu perasaan
dibedakan harus diubah menjadi perasaan satu, demi keberhasilan
perusahaan.
e. Asas Prestasi
Hukum utama bagi perilaku manusia adalah bahwa perilaku
merupakan fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya, dan perilaku
yang dihargai akan meningkatkan prestasi. Bila kita menghargai
prestasi orang lain atau meghargai prestasi pekerja, maka kita akan
memperoleh kembali prestasi dari orang lain yang kita hargai.
Menghargai prestasi karyawan dapat dilakukan dalam bentuk
pemberian upah, gaji, promosi, bonus, pemilikan saham, profit
sharing, keselamatan kerja, surat penghargaan, kesempatan
mengikuti latihan, dan sebagainya. Semua ini adalah bentuk
imbalan atau penghargaan yang harus didistribusikan atas dasar
prestasi.

Imbalan-imbalan

ini

adalah

bentuk

biaya

bagi

perusahaan, tetapi akan kembali dalam bentuk laba yang

Universitas Sumatera Utara

disebabkan oleh prestasi balik yang diberikan oleh para karyawan
individual. Ini harus dibudayakan dalam perusahaan.
f. Asas Empiri
Keberhasilan perusahaan di masa datang dan juga saat ini
tergantung pada kemampuan untuk berpikir realistik, jelas, kritis,
dan kreatif. Untuk itu diperlukan data nyata atas dasar empiri,
sepanjang waktu, yang perlu diketahui dan dilihat oleh para
karyawan, dapat disusun dalam bentuk statistik, dan dapat
dianalisis untuk keperluan pengambilan keputusan.
g. Asas Keakraban
Keakraban adalah kemampua berbagi rasa dengan cara yang untuk
dan penuh percaya, yang pada gilirannya akan memberikan
penghargaan

yang

tulus

kepentingan-kepentingan

dan

penuh

pribadi

perhatian
yang

mengenai

bersangkutan.

Keakrabanlah yang memungkinkan timbulnya kepercayaan,
pengorbanan, dan loyalitas. Keakraban adalah kemampuan untuk
memberi dan menerima cinta, merupakan benang merah yang
tidak tampak baik di antara karyawan, antara karyawan dan
manajer, maupun antara semua organisasi, apabila ada hubunganhubungan yang sehat di antara individu-individu di dalam
organisasi.

Universitas Sumatera Utara

h. Asas Integrasi
Kepemimpinan itu membutuhkan pengikut. Pengikut mengikuti
pemimpinnya, atau bawahan mengikuti atasannya, karena yakin
bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh pemimpin atau
atasannya itu benar. Kepercayaan dan keyakinan hanya dapat
dibangkitkan apabila pemimpin bertindak atas dasar integritas,
antara lain jujur, bertanggung jawab, konsisten, adil, dan mampu.
Organisasi

yang

memiliki

integritas

dapat

memperoleh

kepercayaan dari pihak lain. Integritas sangat diperlukan dalam
perusahaan modern sekarang ini, karena integritas dapat
menimbulkan kekuatan untuk menciptakan dan memobilisasi
energi luar, terlebih dalam era globalisasi sekarang ini.
5. Elemen Budaya Organisasi
Menurut McKenna Beech (2000) terdapat tiga elemen budaya
organisasi:
a. Artifak (artifact), adalah budaya organisasi tingkat pertama,
yaitu hal-hal yang dilihat, didengar, dan dirasa ketika seseorang
berhubungan dengan suatu kelompok baru. Artifak bersifat kasat
mata (visible), misalnya lingkungan fisik organisasi, cara
berperilaku, cara berpakaian, dan lain-lain. Karena antara
organisasi yang satu dengan organisasi lainnya artifaknya
berbeda-beda, maka anggota baru dalam suatu organisasi perlu

Universitas Sumatera Utara

belajar dan memberikan perhatian terhadap budaya organisasi
tersebut.
b. Nilai (expoused values), merupakan alasan yang diberikan oleh
sebuah organisasi untuk mendukung caranya melakukan sesuatu.
Ini adalah budaya organisasi tingkat kedua yang mempunyai
tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada artifak. Pada tingkat
ini, baik organisasi maupun anggota organisasi memerlukan
tuntunan strategi, tujuan, dan filosofi dari pemimpin organisasi
untuk bersikap dan bertindak.
c. Asumsi dasar (basic assumption), merupakan bagian penting dari
budaya organisasi. Asumsi ini merupakan reaksi yang dipelajari
yang bermula dari nilai-nilai yang didukung karena merupakan
keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota suatu
organisasi seperti kepercayaan, persepsi ataupun perasaan yang
menjadi sumber nilai dan tindakan. Budaya organisasi tingkat
ketiga ini menetapkan cara yang tepat untuk melakukan sesuatu
dalam sebuah organisasi yang seringkali dilakukan lewat asumsi
yang tidak diucapkan.

Universitas Sumatera Utara

6. Kecocokan Individu dan Budaya Organisasi
Budaya organisasi dapat mempengaruhi cara orang bertingkah laku,
cara menggambarakan pekerjaannya, cara bekerja dengan koleganya, dan
cara memandang masa depannya dengan wawasan yang luas yang
ditentukan oleh norma, nilai, dan kepercayaannya (Sutrisno: 2010).
Berbagai penelitian mengenai perilaku organisasi menunjukkan bahwa
peran budaya organisasi mendukung efektivitas organisasi dan respons
individu. Kecocokan anggota organisasi dengan budaya yang berlaku
dapat meningkatkan produktivitas, kepuasan dalam bekerja, performance,
komitmen organisasi, dan keinginan untuk tetap tinggal di perusahaan. Ini
menunjukkan bahwa kecocokan individu dengan budaya organisasi dapat
memprediksi meningkatkan kinerja, kepuasan, dan perputaran tenaga kerja
antar berbagai macam jabatan.
7. Sosialisasi Budaya Organisasi
Strategi implementasi budaya yang homogen di organisasi dapat
dilakukan melalui sosialisasi budaya organisasi. Dalam strategi ini,
perusahaan melakukan tindakan manipulasi budaya/persepsi. Hal-hal yang
dianggap memberi pengaruh buruk pada karyawan akan diarahkan agar
memberikan pengaruh baik, sehingga hasil dari tindakan ini akan
memberikan kondisi yang paling ideal yang harus dilakukan oleh seluruh
anggota perusahaan.
Sosialisasi

dapat

diartikan

sebagai

proses

dimana

individu

ditransformasikan dari pihak luar untuk berpartisipasi sebagai anggota

Universitas Sumatera Utara

organisasi yang efektif. Jadi dalam proses ini terjadi transformasi atau
perubahan diri individu yang semula dari luar organisasi agar mampu
berpartisipasi secara aktif dalam organisasi.
Para ilmuwan memandang sosialisasi sebagai suatu aktivitas yang
dilakukan

oleh

organisasi

untuk

mengintegrasikan

tujuan-tujuan

organisasional dan individual. Dalam pengertian ini terdapat dua
kepentingan atau tujuan, yaitu kepentingan individual dan organisasional.
Dengan kata lain, proses sosialisasi akan berhasil bila ada partisipasi dari
karyawan dan dukungan organisasi dalam proses tersebut.
Sosialisasi mencakup suatu kegiatan dimana anggota organisasi
mempelajari seluk beluk organisasi dan bagaimana mereka harus
berinteraksi dan berkomunikasi di antara anggota organisasi untuk
menjalankan semua aktivitas organisasi. Pada umumnya, sosialisasi
menyangkut dua masalah, yaitu makro dan mikro. Masalah makro
berkaitan dengan pekerjaan yang akan dihadapi oleh karyawan dan
masalah mikro menyangkut kebijakan, struktur, dan budaya organisasi.
Keberhasilan proses sosialisasi budaya organisasi akan tergantung
pada dua hal utama (Sutrisno, 2010), yaitu:
1. Derajat keberhasilan mendapatkan kesesuaian dari nilai-nilai yang
dimiliki oleh karyawan baru terhadap organisasi.
2. Metode sosialisasi yang dipilih oleh manajemen puncak di dalam
implementasinya.

Universitas Sumatera Utara

Oleh karena itu, organisasi harus mampu mengajak karyawan terutama
karyawan baru untuk melakukan penyesuaian terhadap budaya organisasi
yang menjadi pedoman dalam pencapaian kinerja yang tinggi. Di samping
itu, organisasi yang dibantu oleh manajemen puncak harus mampu
melakukan sosialisasi terhadap sumber daya manusia yang ada agar hasil
dari proses sosialisasi tersebut akan mempunyai dampak positif terhadap
produktivitas, komitmen terhadap organisasi, dan turnover dari sumber
daya manusia yang dimiliki. Pada akhirnya implementasi dari sosialisasi
budaya organisasi akan mendukung dan mendorong sumber daya manusia
untuk mencapai sasaran yang diinginkan organisasi.
Sebagian besar organisasi melakukan proses sosialisasi sebagai
aktivitas penting yang harus dilakukan untuk mencapai kesesuaian dan
keselarasan

individu

organisasi

dengan

budaya

dan

lingkungan

organisasinya. Tujuan dari sosialisasi terhadap anggota organisasi adalah:
1. Membentuk suatu sikap dasar, kebiasaan, dan nilai-nilai yang dapat
memupuk kerja sama, integritas, dan komunikasi dalam organisasi.
2. Memperkenalkan budaya organisasi dengan anggota organisasi.
3. Meningkatkan komitmen dan daya inovasi karyawan terhadap
organisasi.
Sosialisasi budaya organisasi juga memiliki manfaat yang dapat kita
lihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sisi karyawan dan organisasi. Bagi
karyawan, sosialisasi dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
organisasi yang dimasuki, sehingga hal ini dapat membantu karyawan

Universitas Sumatera Utara

dalam membuat keputusan yang tepat sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Selain itu, sosialisasi budaya organisasi dapat memberikan manfaat bagi
karyawan untuk memudahkan mereka dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan, pekerjaan, dan anggota organisasi yang lain, sehingga dapat
menumbuhkan komitmen karyawan terhadap organisasi yang pada
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi secara
keseluruhan.
Bagi

organisasi,

sosialisasi

dapat

digunakan

untuk

mengkomunikasikan semua hal yang berhubungan dengan aktivitas
organisasi dan budaya organisasi sehingga apa yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan oleh karyawan untuk memahami segala sesuatunya
mengenai organisasi. Proses sosialisasi juga dapat digunakan untuk
mendapatkan sumber daya manusia yang sesuai dengan organisasi dan
mempunyai potensi tinggi untuk lebih berkembang. Pemilihan karyawan
yang sesuai dengan organisasi akan mempermudah penanaman nilai-nilai
budaya organisasi, sehingga akan memberikan dampak pada upaya untuk
memperkuat budaya organisasi.
Proses sosialisasi budaya organisasi terutama ditujukan untuk
karyawan baru yang akan bergabung dengan perusahaan karena mereka
belum mengenal budaya organisasi tersebut secara komprehensif. Luthan
(1995) menjelaskan bahwa proses sosialisasi budaya dapat dilakukan
melalui tahap-tahap sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Seleksi terhadap calon karyawan perusahaan, dimana sejak awal
pemilihan calon karyawan apakah calon karyawan tersebut akan
dapat menerima kultur perusahaan atau justru akan merusak kultur
yang telah terbentuk. Dengan demikian, diharapkan kultur
perusahaan akan tetap dapat dipertahankan.
2. Penempatan karyawan pada suatu pekerjaan tertentu, bahkan pada
pekerjaan yang paling mudah sekalipun dengan tujuan agar mereka
dapat menghargai koleganya di perusahaan, dan menghargai
norma-norma serta nilai-nilai yang berlaku, sehingga diharapkan
terbentuknya rasa kesatuan di antara karyawan.
3. Pendalaman bidang pekerjaan, ini dimaksudkan agar seseorang
dapat memahami dengan baik apa yang menjadi tugas dan
tanggung

jawabnya

masing-masing,

dan

dalam

tahap

ini

diharapkan karyawan tersebut akan semakin menyatu dengan
budaya organisasi yang ada di perusahaan masing-masing.
4. Penilaian kinerja dan pemberian penghargaan, dimaksudkan agar
para karyawan yang telah melakukan pekerjaan dapat sesuai
dengan ketentuan yang merupakan salah satu norma budaya dan
dapat lebih intensif dalam menerapkannya di masa mendatang.
Bentuk penghargaan yang diberikan oleh perusahaan harus
disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.
5. Menanamkan kesetiaan kepada nilai-nilai yang dimiliki organisasi,
misalnya

kesediaan

berkorban

untuk

kelangsungan

hidup

Universitas Sumatera Utara

perusahaan, seperti merelakan dirinya untuk mengurangi jam kerja
demi tersedianya pekerjaan bagi rekan kerja yang lain. Pada
langkah kelima ini karyawan harus yakin bahwa pengorbanan yang
mereka lakukan memiliki nilai yang penting bagi tercapainya
tujuan individu dan organisasi.
6. Memperluas cerita dan berita tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan budaya organisasi, misalnya cerita tentang
pemutusan hubungan kerja kepada seorang karyawan yang
melakukan

penyalahgunaan

wewenang/jabatannya

untuk

kepentingan pribadinya, meskipun karyawan tersebut sebenarnya
sangat potensial bagi perusahaan. Berita yang disampaikan seperti
ini menekankan betapa pentingnya moral bagi setiap karyawan,
dan nilai moral ini tidak dapat ditebus hanya dengan potensi yang
dimiliki.
7. Pengakuan atas kinerja dan promosi, yang diberikan kepada
karyawan yang telah melaksanakan tugas, kewajibannya, dan
tanggung jawabnya secara baik serta dapat menjadi teladan bagi
karyawan lain, khususnya bagi karyawan yang baru bergabung
dengan perusahaan. Untuk dapat memberikan pengakuan ini,
organisasi harus memiliki criteria yang baku, dapat diterapkan
secara konsisten serta dapat diikuti secara transparan oleh
karyawan yang lain. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai

Universitas Sumatera Utara

tolok ukur, seperti: technical ability, human relation skill/team
work, personality, potentiality, managerial skill.

B. Budaya Organisasi di PT Pupuk Iskandar Muda Kantor Pemasaran
Wilayah Sumatera Utara
PT Pupuk Iskandar Muda yang berpusat di Provinsi Aceh telah
mendeklarasikan budaya-budaya yang berlaku bagi perusahaan dan wajib
untuk diikuti oleh seluruh pemangku kepentingan dalam perusahaan
tersebut. Budaya ini juga harus diikuti atau dipatuhi oleh seluruh kantor
pemasaran yang telah dibangun, termasuk di Kantor Pemasaran Wilayah
Sumatera Utara. Budaya-budaya tersebut adalah:
1. Berpikir
Karyawan PT PIM perlu berpikir positif, kreatif dan inovatif. Setiap
ide diungkapkan secara konseptual dan berkesinambungan. Berobsesi
: " Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus
lebih baik dari hari ini ".
2. Berkarya
Setiap Karyawan harus berkeyakinan bahwa bekerja adalah sebagian
dari ibadah. Artinya setiap karyawan harus mampu memberikan nilai
tambah optimal dalam segala aspek kehidupannya. Oleh sebab itu,
dalam menjalankan tugas harus berpikir jujur, disiplin, loyalitas tinggi,
mawas diri serta penuh tanggungjawab.

Universitas Sumatera Utara

3. Berdoa
Sebagai umat beragama, setiap karyawan PT PIM menyadari
sepenuhnya bahwa semua hasil yang dicapai bukan karena hasil usaha
manusia semata, tetapi juga berkat ridho dan restu dari Allah SWT.
4. Bersyukur
Mensyukuri suatu hasil karya yang dicapai diyakini merupakan suatu
ungkapan yang mulia disisi Allah. Bagi keluarga besar PT PIM,
bersyukur merupakan suatu kewajiban atas apapun bentuk, sifat dan
ukuran karya yang telah dicapai.
Jika dinilai dari segi elemen budaya organisasi yang
diterapkan di perusahaan ini, maka PT Pupuk Iskandar Muda
memiliki beberapa budaya, yaitu:
1. Artifak
Dilihat dari makna logonya, PT PIM sangat menjunjung
tinggi nilai keuletan, ketahanan, kejujuran, ketekunan, memiliki
keagungan cita-cita dan kedalaman berpikir, memiliki kesucian,
dan keluhuran budi. Dari segi cara berpakaian, PT PIM tidak
menyamaratakan

semua

cara

berpakaian

karyawan,

tetapi

membedakannya dilihat dari segi jabatannya. Karyawan yang
memiliki jabatan lebih tinggi akan berbeda cara berpakaian atau
keseragamannya dengan karyawan yang jabatannya lebih rendah.
Ini bukan bermaksud untuk menganggap bahwa karyawan yang

Universitas Sumatera Utara

satu lebih unggul dari yang lain, tetapi semata-mata hanya untuk
memudahkan mengenali karyawan yang berbeda jabatannya.
2. Nilai
Jika dilihat dari segi nilai yang dianut budaya organisasi,
maka akan dipahami bahwa PT PIM memiliki kebijakan-kebijakan
atau komitmen tertentu yang diharapkan dapat menjadi tuntunan
seluruh karyawan dan pemangku kepentingan dalam mencapai
tujuan organisasi. Komitmen tersebut adalah:
a. Menjamin kepuasan pelanggan dengan sasaran 6T (enam
tepat), yaitu: tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat
harga, tepat tempat dan tepat jenis dalam rangka mencapai
Misi Perusahaan.
b. Mencegah

pencemaran

lingkungan

yang

berdampak

signifikan dengan cara mengendalikan: emisi udara, limbah
cair, dan limbah padat serta kebisingan.
c. Mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
kerusakan properti dengan cara mengendalikan secara
efektif potensi bahaya pada setiap kegiatan perusahaan
sehingga tercipta budaya kerja yang aman.
d. Menaati peraturan perundangan yang berlaku, serta
menanamkan

budaya

kerja

perusahaan

pada

setiap

karyawan yaitu: Berfikir, Berkarya, Berdoa, dan Bersyukur.

Universitas Sumatera Utara

e. Berperan

aktif

dalam Corporate

Social

Responsibility secara berkelanjutan.
f. Mengimplementasikan dan mengoptimalkan Teknologi
Informasi (TI) secara efektif dan efisien untuk mendukung
efisiensi proses bisnis perusahaan, dengan menerapkan
Kebijakan Tata Kelola TI dalam pengelolaan sumber daya
TI dan mendukung penyelenggaraan GCG.
g. Menghindari perusahaan dari risiko signifikan yang dapat
menghambat

pencapaian

tujuan

perusahaan

dengan

menerapkan Manajemen Risiko secara berkelanjutan untuk
mencapai keunggulan kinerja perusahaan.
Komitmen ini dikomunikasikan kepada seluruh karyawan, rekanan,
pemasok (stakeholder) untuk dipahami dan dipatuhi, serta dievaluasi
secara berkelanjutan.
3. Asumsi Dasar
Jika dinilai dari asumsi dasar, maka budaya yang dimiliki
perusahaan ini adalah bahwa seluruh karyawan harus Berpikir,
Berkarya, Berdoa, dan Bersyukur. Dari segi hubungan sesama
karyawan, perusahaan ini khususnya di Kantor Pemasaran
Wilayah Sumatera Utara memiliki hubungan yang cukup dekat
seperti keluarga sehingga saling memotivasi satu sama lain.
Itulah budaya-budaya yang diterapkan PT Pupuk Iskandar Muda
yang harus dipatuhi oleh seluruh pemangku kepentingan perusahaan dan

Universitas Sumatera Utara

juga harus dipatuhi oleh seluruh kantor pemasaran. Namun, adakalanya
budaya-budaya yang telah ditetapkan ini tidak selamanya dan tidak
semuanya mampu dipatuhi, ada saja karyawan yang melanggar nilai-nilai
yang telah diberlakukan yang tentu saja itu akan mengganggu pencapaian
tujuan organisasi. Budaya yang bernilai positif seharusnya bersifat kuat
dan dijunjung tinggi, sebaliknya budaya yang bernilai negatif seharusnya
bersifat lemah dan seharusnya karyawan meninggalkannya. Penulis
menganalisis ada beberapa bentuk penyimpangan budaya yang dilakukan
karyawan PT PIM khususnya di Kantor Pemasaran Wilayah Sumatera
Utara. Beberapa penyimpangan tersebut adalah:
1. Masih ada karyawan yang tidak tepat waktu datang ke kantor.
Perusahaan yang telah dibuka pada pukul 07.00 pagi, namun masih
ada karyawan yang datang ke kantor pada pukul 08.00 pagi.
2. Karyawan seringkali melakukan kecurangan dengan sering menitip
absen (karena keterlambatannya) kepada karyawan yang lain yang
sukarela melakukannya.
3. Karyawan sering melakukan aktivitas di luar dari kewajibannya,
seperti tertidur, membuka situs-situs komputer yang tidak mendukung
kinerjanya, istirahat di waktu yang belum diperbolehkan untuk
istirahat, sering meninggalkan kantor dan tidak jelas pergi kemana
sehingga atasan yang kadang membutuhan karyawan tersebut pun
susah untuk didapatkan, karyawan pulang lebih dulu dari jam
seharusnya yaitu pukul 16.00 sore.

Universitas Sumatera Utara

4. Ada beberapa karyawan yang memiliki hubungan yang kurang bagus
disebabkan karena berbedanya karakteristik dan cara pandang mereka
terhadap sebuah permasalahan. Oleh sebab itu, pernah terjadi konflik
antarsesama karyawan dan komunikasi mereka menjadi tidak
terhalang.
Namun, ada beberapa budaya yang melekat di perusahaan ini yang
menarik untuk dibahas dalam penelitian ini. Budaya-budaya inilah yang
membedakan perusahaan ini dengan perusahaan yang lain dan membuat karyawan
yang bekerja disana merasa nyaman seperti kantor adalah rumah kedua bagi para
karyawan. Beberapa budaya tersebut adalah:
1. Suasana kerja di dalam kantor ini terasa sangat begitu kekeluargaan. Tidak
ada rasa canggung terhadap sesama karyawan tanpa terkecuali juga kepada
pimpinan. Bahkan karyawan yang memiliki jabatan yang lebih rendah
sudah menganggap bahwa atasan para karyawan-karyawan tersebut sudah
seperti orang tua sendiri.
2. Aktivitas kerja di kantor ini cenderung informal dan tidak kaku. Sesama
karyawan juga sering bercanda satu sama lain sehingga suasana kantor
menjadi begitu cair dan para tamu yang berkunjung kesanapun tidak
merasa canggung. Namun ada saatnya suasana kantor menjadi formal jika
menyangkut pekerjaan-pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
3. Sesama karyawan begitu penuh dengan kasih sayang, saling membantu
jika ada yang mengalami kesulitan, saling berbagi, saling terbuka satu
sama lain dan tidak ada kesenjangan sosial diantara semua karyawan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis mengenai bagaimana budaya organisasi
yang diterapkan PT Pupuk Iskandar Muda Kantor Pemasaran Wilayah
Sumatera Utara, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Budaya organisasi dapat dikatakan sebagai aturan main yang ada
dalam perusahaan yang akan menjadi pegangan dari sumber daya
manusia dalam menjalankan kewajibannya dan nilai-nilai untuk
berperilaku dalam organisasi.
2. Budaya organisasi mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas,
artinya budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara suatu
organisasi dengan organisasi yang lain.
3. PT Pupuk Iskandar Muda mengadopsi budaya Berpikir, Berkarya,
Berdoa, dan Bersyukur. Budaya inipun diterapkan di semua kantor
perwakilannya.
4. Pada PT Pupuk Iskandar Muda juga menerapkan elemen-elemen
budaya organisasi berupa artifak, nilai, dan asumsi dasar.
5. Budaya organisasi yang baik sangat mempengaruhi tingkah laku dan
semangat kerja karyawan untuk mencapai tujuan organisasi PT Pupuk
Iskandar Muda.

Universitas Sumatera Utara

B. Saran
Setelah memberikan kesimpulan, juga diberikan saran yang kiranya
akan menjadi bahan masukan bagi PT Pupuk Iskandar Muda Kantor
Pemasaran Wilayah Sumatera Utara, yakni:
1. Pimpinan PT Pupuk Iskandar Muda Kantor Pemasaran Wilayah
Sumatera Utara lebih menguatkan budaya yang melekat di perusahaan,
misalnya dengan cara pimpinan memberikan contoh perilaku yang
positif agar diikuti oleh seluruh karyawan dan menjadi kebiasaan di
perusahaan tersebut, atau bisa juga dengan cara mensosialisasikannya.
2. Hendaknya pegawai diberikan pemahaman tentang budaya yang
diterapkan di perusahaan tersebut dan diberi peringatan jika berani
melanggar aturan-aturan sebagai budaya perusahaan tersebut untuk
memperlancar tercapainya tujuan perusahaan.
3. Hendaknya ada kegiatan rutin di perusahaan untuk mengetahui
keluhan-keluhan karyawan jika ada karyawan yang merasa bahwa ada
budaya menyimpang yang dilestarikan di perusahaan.
4. Hendaknya pimpinan lebih tegas kepada karyawan yang sering datang
tidak tepat waktu, selalu memanfaatkan karyawan lainnya untuk
mengisi daftar hadir akibat dari keterlambatannya, dan yang selalu
pulang lebih dulu sebelum jamnya. Ini dilakukan semata-mata agar
tujuan perusahaan bisa dicapai dengan efektif dan efisien.
5. Pimpinan hendaknya melarang semua karyawan tanpa kecuali agar
tidak melakukan pekerjaan selain dari pekerjaan kantor, seperti tertidur

Universitas Sumatera Utara

di kantor, dan membuka situs-situs yang bukan untuk menunjang
aktivitas kantor.
6. Pimpinan hendaknya memastikan bahwa tidak ada konflik sosial antar
karyawan karena hal itu akan menghambat kinerja karyawan.

Universitas Sumatera Utara