Analisis Yuridis Kepemilikan Hak Atas Tanah Sempadan Pantai Daerah Pantai Cerita Pandeglang Banten Oleh PT. Mutiara Hitam Pertiwi Chapter III V

69

BAB III
PROSEDUR PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH SEPADAN PANTAI DI
DAERAH PANTAI CARITA PANDEGLANG BANTEN OLEH PT. MUTIARA
HITAM PERTIWI

A. Tinjau Umum
1.

Prosedur Pendaftaran Tanah
Ruang lingkup bumi menurut UUPA adalah permukaan bumi, dan tubuh bumi

dibawahnya serta yang berada di bawah air. Permukaan bumi sebagai bagian dari
bumi juga disebut tanah. Tanah yang dimaksudkan disini bukan mengatur tanah
dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah
dalam pengertian yuridis yang disebut hak-hak penguasaan atas tanah.80
Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada yang mempunyai
hak untuk menggunakan atau mengambil manfaat dari tanah yangdihakinya. Dalam
hukum tanah sebutan ”tanah” dipakai dalam arti yuridis,sebagai suatu pengertian
yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA. DalamPasal 4 ayat (1) Undang-undang

Pokok Agararia (UUPA) disebutkan bahwa :
”Atas dasar hak menguasai dari negara, sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2
ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah,
yang dapat diberikan kepada dan dipunyai orang-orang, baik sendirimaupun bersamasama dengan orang lain serta badan-badan hukum”. Negara sebagai organisasi
kekuasaan mengatur sehingga membuat peraturan, kemudian menyelenggarakannya,

80

Wayan Suhendra, Hukum Pertanahan Indonesia, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1994), hal. 20

69

Universitas Sumatera Utara

70

artinya menyelenggarakanpenggunaan dan peruntukan, persediaan dan pemeliharaan
dari bumi, air,ruang angkasa, diantara kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Demikian


juga

negara

mempunyai

kewenangan

menentukan

dan

mengatur(menetapkan dan membuat peraturan-peraturan) hak-hak apa saja yang
dapat dikembangkan dari hak menguasai negara tersebut dan selanjutnya menentukan
dan mengatur, bagaimana seharusnya hubungan antara orang atau badan hukum
dengan bumi, air, ruang angkasa yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan hak
menguasai dari negara, maka negara dalam hal ini adalah pemerintah dapat
memberikan hak-hak atas tanah kepada seseorang,beberapa orang secara bersamasama atau suatu badan hukum. Pemberian hak berarti pemberian wewenang untuk
mempergunakan tanah dalam batas-batasyang diatur oleh peraturan perundangan,
maka hak atas tanah adalah hak untuk mempergunakan tanahnya.

Dengan demikian jelaslah bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah
permukaan bumi. Sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagiantertentu
permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuranpanjang lebar. Dengan
demikian maka yang dipunyai dengan hak atas tanahitu adalah tanahnya, dalam arti
sebagian tertentu dari permukaan bumi. Tetapi wewenang menggunakan dengan
sumber pada hak tersebut diperluas hingga meliputi juga penggunaan sebagian tubuh
bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang yang ada diatasnya. Dalam
membicarakan macam-macam hak atas tanah tersebut terdapat konsepsi yang hakiki

Universitas Sumatera Utara

71

dalam hukum bahwa bila ada hak di situ ada kewajiban dan sebaliknya, maka dengan
adanya hak atas tanah lahirlah kewajiban atas tanah).81
Berdasarkan hak menguasai dari negara, maka negara dalam hal ini adalah
pemerintah dapat memberikan hak-hak atas tanah kepada seseorang, beberapa orang
secara bersama-sama atau suatu badan hukum. Pemberian hak berarti pemberian
wewenang untuk mempergunakan tanah dalam batas-batas yang diatur oleh peraturan
perundangan, maka hak atas tanah adalah hak untuk mempergunakan tanahnya saja,

sedangkan benda-benda lain di dalam tanah seperti misalnya minyak dan lain-lain
tidak termasuk. Hal terakhir ini diatur khusus dalam beberapa peraturan perundangan
lain, yaitu undang-undang.
Dengan demikian jelaslah bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah
permukaan bumi. Sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu
permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang lebar.
Dengan demikian maka yang dipunyai dengan hak atas tanah itu adalah tanahnya,
dalam arti sebagian tertentu dari permukaan bumi. Tetapi wewenang menggunakan
dengan sumber pada hak tersebut diperluas hingga meliputi juga penggunaan
sebagian tubuh bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang yang ada diatasnya.
Dalam membicarakan macam-macam hak atas tanah tersebut terdapat
konsepsi yang hakiki dalam hukum bahwa bila ada hak di situ ada kewajibandan

81

Ahmad Ihsan Suyuthi, Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Secarasistematik Melalui Program
lmpdp (landmanagement and policy developmentproject) di Kecamatan Ringinarum Kabupaten
Kendal, Skripsi, Universitas Negeri Semarang Fakultas Hukum Negeri Semarang 2011 hal 28

Universitas Sumatera Utara


72

sebaliknya, maka dengan adanya hak atas tanah lahirlah kewajiban atastanah.
Kewajiban yang dapat dipenuhi dari pemegang hak atas tanah adalah sebagai berikut:
1. Tanah yang dikuasainya itu tidak ditelantarkan.
2. Tanah yang dikuasainya itu harus selalu ada fungsi sosial, dalam arti selalu
dapat juga bermanfaat bagi orang lain atau kepentingan umum bila sewaktuwaktu diperlukan seperti yang disebutkan dalam Pasal 6 UUPA bahwa semua
hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.
3. Tanah yang dikuasai atau yang digunakan itu, tidak digunakan
untukkepentingan apapun juga yang sifatnya merugikan atau mengganggu
kepentingan umum.Macam-macam hak atas tanah yang disebutkan dalam
Pasal 4 ayat(1) UUPA dijabarkan dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA, yaitu:
a.

Hak milik
Menurut Pasal 20 UUPA yang dimaksud hak milik adalah hak turun
temurun terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah
dengan mengingat fungsi sosial, yang dapat beralih dan dialihkan kepada
pihak lain.

b. Hak Guna Usaha
Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
oleh negara, dalam jangka waktu paling lama 25 tahun atau 35 tahun,
yang bila diperlukan masih dapat diperpanjang lagi dengan 25 tahun,
guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan, luasnya paling
sedikit 5 Hektar. (Pasal 28 ayat (1), (2) dan Pasal 29 UUPA). Aturan
pelaksanaannya yaitu PP No. 40 Tahun 1996 dari Pasal 2 sampai Pasal
18.
c. Hak Guna Bangunan
Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan
jangka waktu paling lama 30 tahun, yang bila diperlukan dapatn
diperpanjang lagi 20 tahun (Pasal 35 ayat (1) dan (2) UUPA). Aturan
pelaksanaannya yaitu PP No. 40 Tahun 1996 Pasal 19 sampai Pasal 38.
d. Hak Pakai
Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil
daritanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang
lain,yang memberikan wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam
keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya
atau dalam perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak

bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini
(Pasal 41 UUPA). Aturan pelaksanaannya yaitu PP No. 40 Tahun 1996
Pasal 39 sampai Pasal 58.

Universitas Sumatera Utara

73

e.

Hak Sewa
Dalam Pasal 44 UUPA disebutkan seseorang atau suatu badan hukum
mempunyai hak sewa atas tanah, apabila ia berhak mempergunakan tanah
milik orang lain untuk keperluan bangunan, dengan membayar kepada
pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa.
f. Hak Membuka Tanah dan Hak Memungut Hasil Hutan
Hak membuka tanah dan hak memungut hasil hutan hanya dapat dipunyai
oleh warga negara Indonesia dan diatur dengan Peraturan Pemerintah hal
ini diatur dalam Pasal 46 UUPA.
g. Hak-hak lain yang termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan

ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara
sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 53 UUPA. Orang yang dapat
mempunyai hak atas tanah adalah yang dapat mempunyai hubungan yang
sepenuhnya dengan tanah, dengan kata lain yang dapat mempunyai hak
atas tanah secara penuh dan luas (semua macam hak) adalah Warga
Negara Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, yakni untuk
mendapat manfaat dan hasilnya baik bagi dirinya sendiri maupun
keluarganya.
Disamping negara dengan kekuasaannya dapat memberikan hak atas tanah
kepada seseorang atau suatu Badan Hukum, negara dapat pula mencabut hak atas
tanah tersebut.
Dan dalam wawancara tentang kepemilikan tanah yang telah tidak sesuai
dengan ketentuan sehingga merubah hasil sebenarnya dan perosesnya sesuai dengan
yang umum sehingga82 yang fakta mengikuti tetapi tanah kepmilikan tidak sesuai
dengan luasnya atas tanah dan kepemilikan harusnya dapat di patok atas kejadian
penelitian yang tanah abrasi sehingga dapat melakukan penimbunan untuk
memulihkan tanah seperti semula atau dalam hal ini ditegaskan dalam Pasal 18
Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) yaitu: untuk kepentingan umum, termasuk
kepentingan Bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas
82


Wawancara dengan Aryo Nodya P.Residen Manager Mutiaara Cottages ,13 September

2016

Universitas Sumatera Utara

74

tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak yang diatur dengan
Undang-undang.83
2.

Legalitas Sertifikat Hak Atas Tanah Secara Umum.
a.

b.

c.


d.

e.

Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah yang
dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah atau
Peraturan Pemerintah ini.
Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek
pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah
suatu desa/kelurahan.
pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam
wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau
massal.
Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk
menyesuaikan data fisik dan yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah,
daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertipikat dengan perubahanperubahan yang terjadi kemudian.
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi:

1. pengumpulan dan pengolahan data fisik,.
2. pembuktian hak dan pembukuannya,.
3. penerbitan sertifikat,.
4. penyajian data fisik dan data yuridis;
5. penyimpanan daftar umum dan dokumen.
Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu rencana kerja dan

dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri. Dalam hal suatu
desa/kelurahan belum ditetapkan sebagai wilayah pendaftaran tanah secara sistematik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) UUPA, pendaftarannya dilaksanakan melalui
pendaftaran tanah secara sporadik. Sedangkan pendaftaran tanah secara sporadik
dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan.

83

Ibid

Universitas Sumatera Utara

75

B. Pemeliharaan data tanah (maintenance)
Merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan
data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah
dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian. Kegiatan
pemeliharaan data tanah meliputi: pendaftaran peralihan dan pembebanan hak serta
pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya. Data fisik: keterangan
mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar,
termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya.
Data yuridis: keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah
susun yang didaftar, pemegang haknya, dan hak pihak lain serta beban-beban lain
yang membebaninya.
C. Pendaftaran Tanah Secara Sistematik
1.

Pendaftaran Tanah secara Sistematik
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara

serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam
wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Ajudikasi (Pasal 1 Angka 8 PP
24/1997). Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran tanah untuk
pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data
yuridis mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah untuk keperluan
pendaftaran :
Pelaksana adalah Kepala Kantor, kecuali ditetapkan lain, dibantu :
1. PPAT

Universitas Sumatera Utara

76

2.

2. Panitia Ajudikasi
3. Pejabat Pembuat Ikrar Wakaf
4. Pejabat Kantor Lelang
5. Lurah
Inisiatif pelaksanaan pendaftaran tanah
1. Dalam rangka program pemerintah, dilaksanakan oleh Panitia Ajudikasi yang
dibentuk oleh kepala BPN.
2. Swadaya masyarakat, dilaksanakan oleh Panitia Ajudikasi yang dibentuk oleh
kanwil.
Panitia Ajudikasi perlu dibentuk, sebab dalam pelaksanaan pendafataran

secara sistematik umumnya bersifat massal dan besar-besaran, sehingga dalam
pelaksanaannya Kepala kantor perlu dibantu oleh suatu panitia yang khusus untuk itu,
sehingga tugas rutin Kepala kantor tidak terganggu.

a. Prosedur Pendaftaran Tanah menurut PerMen Agraria/Kepala BPN 3/1997)
Penetapan lokasi (Pasal 46). Menteri negara agraria menetapkan lokasi
pendafataran tanah secara sistematik atas usul kanwil, satuannya adalah
wilayah desa/kelurahan, dengan pertimbangan:
b. Sebagian wilayahnya sudah didaftara secara sistematik
c. Jumlah bidang tanah yang terdaftar relatif kecil sekitar 30 % dari perkiraan
bidang tanah yang ada.
d. Daerah pengembangan perkotaan yang tingkat pembangunannya tinggi
Dengan adanya kepastian hukum bidang tanah tersebut, maka akan84
menguntungkan pemerintah, swasta maupun pemilik tanah, karena jika diperlukan
untuk pembangunan, sudah ada kepastian hukumnya.
a. Daerah pertanian yang produktif
b. Tersedia titik-titik kerangka dasar nasional

84

Ibid

Universitas Sumatera Utara

77

Peta dasar pendaftaran yang memuat pemetaan bidang-bidang tanah yangn
sudah terdaftar haknya dalam bentuk peta indeks grafis, jika belum ada maka
pembuatan peta dasar pendaftaran dapat dilakukan bersamaan dengan pengukuran
dan pemetaan bidang tanah.
D. Pendaftaran Tanah Secara Sporadik
Dasar Hukum
1. PP 24/1997 Pasal 1 angka 11, Pasal 13-32
2. Per Men Agraria/Kepala BPN No. 3/1997
Definisi Pendaftaran Tanah (PP 24/1997 Pasal 1 angka 1) :
Adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus
menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam
bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan

rusun

termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah
ada haknya dan hak milik atas Satuan Unit Rumah Susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya.
1.

Macam Pendaftaran Tanah

a.

Pendaftaran tanah untuk pertama kali
Adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap objek pendaftaran

tanah yang belum terdaftar berdasarkan PP 10/1961 maupun PP 24/1997, dapat
dilakukan baik secara sistematik maupun sporadik

Universitas Sumatera Utara

78

b.

Pemeliharaan data pendaftaran tanah
Adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data

yuridis dalam peta pendaftaran, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertipikat
dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian.
Definisi Pendaftaran Tanah Secara Sporadik (PP 24/1997 Pasal 1 angka 11)
Adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertamakali mengenai satu atau beberapa
objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan
secara individual atau massal. Berarti pula seluruh biaya dibebankan kepada
pemohon. Pelaksana Pendaftaran Tanah Tugas pendaftaran tanah dilakukan oleh
Kapala Kantor Kota/kabupaten, kecuali kegiatan-kegitan tertentu yang oleh PP
24/1997 atau peraturan perundang undangan yang bersangkutan ditugaskan kepada
pejabat lain.
Pejabat yang membantu Kapala kantor:
1.

Panitia A
Melaksanakan penelitian data yuridis dan penetapan batas-batas tanah yang

dimohon.
2.

PPAT
Membuat akta jual beli, jika tanah yang dimohon diperoleh berdasarkan jual

beli.
3.

Kepala Desa/Lurah
Membantu membuat Kutipen Letter C, Riwayat Tanah, menandatangani

sporadik, berita acara pengukuran, sebagai anggota Panitia A, ikut meneliti data

Universitas Sumatera Utara

79

yuridis, membuat surat keterangan waris, jika diperlukan, menandatangani
pengumuman.
4.

Camat
Sebagai PPAT sementara, membantu dalam menandatangani keterangan

waris.
Pendaftaran Tanah yang termasuk Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
c.

Pendaftaran atas bidang tanah yang belum terdaftar
Pendaftaran pemberian Hak Atas Tanah Negar
Pendaftaran pemberian HPL
Pendaftaran wakaf Hak Milik
Pendaftaran Hak Milik ast Satuan Rumah susun
Pendaftaran pemberian HGB atau Hak Pakai atau Tanah Hak Milik
Pendaftaran Pemberian HT

Prosedur Pendaftaran Tanah Secara Sporadik (PP 24/1997)
Diajukan secara individual atau massal oleh pihak yang berkepentingan [Pasal

13 (4), yaitu pihak yang berhak atas bidang tanah yang bersangkutan atau kuasanya.
Permen Agraria/Kep BPN 3/1997 pihak yang berkepentingan adalah pemegang hak
dan pihak lain yang mempunyai kepentingan atas bidang tanah85
1. Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran (Pasal 15 dan 16), menjadi dasar
pembuaan peta pendaftaran. Untuk kepentingan ini BPN menyelenggarakan
pemasangan, pengukuran, pemetaan dan pemeliharaan titik-titik dasar teknik
nasional di setiap kabupaten/kota.

85

https://www.scribd.com/doc/207849184/Status-Kepemilikan-Tanah-hasil-Reklamasi-diWilayah-Psisir-dan-Pulau-Pulau-Kecil di akses tanggl 28 Oktober 2016

Universitas Sumatera Utara

80

2. Penetapan Batas Bidang-Bidang Tanah (Pasal 17-19)
Dilakukan dengan memperhatikan batas-batas bidang tanah yang telah
terdaftar bersangkutan, jika ada yang tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya maka sedapat mungkin disetujui oleh pemegang hak yang
berbatasan. Guna penetapan batas-batas, maka BPN juga membuat berita
acara mengenai dilakukannya pengukuran.
3. Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dan Pembuatan Peta Pendaftaran
(Pasal 20)
4. Pembuatan Daftar Tanah (Pasal 21)
Bidang tanah yang sudah dipetakan atau diberi nomor pendaftarannya
dibukukan dalam daftar tanah.
5. Pembuatan (Pasal 22), untuk keperluan pendaftaran haknya
6. Pembuktian Hak Baru (Pasal 23)
Berasal dari konversi hak, dibuktikan dengan bukti tertulis, keterangan saksi,
jika tidak tersedia alat pembuktian yabng lengkap dapat dilakukan dengan pernyataan
penguasaan fisik selama 20 Tahun berturut-berturut, dengan syarat :
Penguasaan dilakukan dengan itikad baik secara terbuka dikuatkan oleh
kesaksian orang yang dapat dipercaya (umumnya oleh lurah) Tidak ada permasalahan
dalam hal penguasaan baik sebelum maupun setelah pengumuman. Pengumuman
Hasil Penelitian Yuridis dan Hasil Pengukuran (Pasal 26-27), jika ada pihak yang
berkeberatan, maka disarankan untuk menyelesaikan secara musyawarah, jika tidak

Universitas Sumatera Utara

81

berhasil, maka diselsaikan di pengadilan Pengesahan Hasil Pengumuman (Pasal 28),
disahkan dalam suatu berita acara sebagai dasar untuk :
a. Pembukuan HAT dalam buku tanah
b. Pengakuan HAT
c. Pemberian HAT
Pembukuan dalam buku tanah serta pencatatannya pada surat ukur merupakan
bukti bahwa hak yang bersangkutan beserta pemegang hak dan bidang tanah yang
diuraikan dalam surat ukur secara hukum telah terdaftar.
Jika ada yang belum lengkap dibuat catatan yang akan dihapus bila, telah dilengkapi
atau dalam jangka waktu 5 tahun tidak ada pengajuan gugatan ke pengadilan.
Jika ada sengketa, maka akan dibuat catatan, yang akan hapus jika telah ada
kesepakatan damai atau 90 hari setelah terima pemberitahuan tidak diajukan gugatan
di pengadilan.
2. Penerbitan Sertifikat
Dilakukan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan, jika ada
catatan-catatan maka penerbitan akan ditangguhkan Individual di Tanda Tangan
Kepala kantor, Massal di tanda tangan Kepala seksi pengukuran dan pendaftaran
tanah an, Kkan. Penjabaran Prosedur Pendaftaran Tanah Menurut Permen
Agraria/Kepala BPN 3/1997 .
1.

Permohonan untuk dilakukan :
a) Pengukuran bidang tanah untuk keperluan tertentu, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

82

1) Persiapan permohonan hak baru
2) Pemecahan, pemisahan dan penggabungan
3) Pengembalian batas
4) Penataan batas dalam rangka konsolidasi
5) Inventaris pemilikan dan penguasaan dalam rangka pengadaan tan
6) Lain2 dengan persetujuan pemegang hak
b) Pendaftaran hak baru
c) Pendaftaran hak lama
Permohonan dengan di sertai dokumen asli yang membuktikan adanya hak,
yaitu :
a) Grosse akta hak eigendom yang telah dibubuhi catatan, untuk dikonversi
menjadi Hak Milik
b) Grosse akta hak eigendom yang sejak berlakunya UUPA sampai tanggal
pendaftaran tanah dilaksanakan menurut ketentuan PP 10/1961 di daerah
yang bersangkutan.
c) Surat tanda milik berdasrkan peraturan swapraja yang bersangkutan
d) SHM berdasarkan PerMen Agraria 9/1959
e) SK pemberian Hak Milik, baik sebelum atau sejak berlakunya UUPA
yang tidak disertai kewajiban pendaftaran, tapi semua kewajibannya telah
dipenuhi
f)

Petuk PBB/Landrente, girik dsb sebelum berlakunya PP 10/1961

Universitas Sumatera Utara

83

g) Akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan dengan dengan saksi
lurah sebelum berlakunya PP 24/1997, disertai alas hak yang dialihkan
h) Akta pemindahan hak yang dibuat PPAT, yang tanahnya belum
dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan
i)

Akta ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak dimulainya PP 28/1977,
berikut alas haknya

j)

Risalah lelang

k) Surat penunjukan pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang diambil
pemerintah atau Pemda.
l)

Surat Keterangan riwayat tanah yang dibuat kantor PBB, berikut alas
haknya.

m) Lain-lain pembuktian tertulis sesuai pasal II, VI dan VII ketentuan
konversi UUPA
Jika bukti kepemilikan tidak lengkap maka bukti yang lain dilengkapi dengan
pernyataan yang bersangkutan, dan keterangan dari minimal 2 saksi yang bukan
keluarga (sampai derajat ke 2 vertikal dan horisontal).
Jika bukti kepemilikan tidak ada maka permohonan disertai :
a) Surat pernyataan pemohon mengenai :
-

Menguasai secara nyata 20 tahun berturut-turut, atau

memperolah

penguasaan dari pendahulunya sehingga pemohon dan pendahulu berjumlah
20 tahun
-

Penguasaan dengan itikad baik

-

Penguasaan tidak pernah diganggu gugat

-

Tanah tidak dalam sengketa

Universitas Sumatera Utara

84

-

Jika apa yang dinyatakan tidak benar, maka bersedia menerima sanksi baik
pidana maupun perdata

-

Keterangan Lurah berikut 2 saksi86

2. Pengukuran (Pasal 77-81)
Tanggung jawab Kepala kantor, untuk keperluan optimasi dan kemampuan
teknologi petugas ukur, maka :
a. 10 ha – 1.000 ha dilakukan oleh Kanwil
b. Lebih dari 1.000 ha oleh BPN, hasilnya disampaikan ke Kepala kantor
Contradictoire delimitasi : didasarkan pada penunjukan oleh pemegang hak
atasu tanah yang bersangkutan dan disetujui oleh para pemegang hak atas tanah yang
berbatasan.
E. Syarat-Syarat Dalam Permohonan Hak Atas Tanah Sempadan Pantai
1.

Syarat Umum
Persyaratan yang berlaku sesuai dengan ketentuan pertanahan yang umum.

2.

Syarat Khusus
Persyaratan yang berlaku karena kekhususan sifat dari objek hak atas tanah

tersebut.
a) Adanya Bangunan Fisik, dilengkapi dengan Izin Mendirikan Bangunan.
b) Peruntukan Sesuai Dengan Tata Ruang.
c) Tidak mengganggu fungsi lindung dari suatu kawasan yang telah
ditetapkan sebagai kawasan lindung.
d) Tidak mengganggu fungsi perairan disekitarnya yang telah ditetapkan oleh
Lembaga Terkait.
e) Tidak mengganggu keberadaan alur-pelayaran umum dan perlintasan,
alur-pelayaran masuk pelabuhan, serta zona keamanan dan keselamaatan
sarana bantu pelayaran yang terdapat pada wilayah perairan tersebut.87

86

Ibid

Universitas Sumatera Utara

85

1. Bagan Alur Permohonan Izin Lokasi88
BUPATI
KAB.PANDEGLANG

BAGIAN HUKUM

KEPALA BPTPM

PEMOHON

PETUGAS BPTPM

RAPAT PEMBAHASAN DAN
PENINJAUAN LAPANGAN

DITOLAK

DI SETUJUI

BPTPM
BPTPM

1. Surat Permohonan Izin dari pemohon
1 .BERKAS
PERMOHONAN
2. BERITA ACARA

2. Berkas Permohonan
3. Berita Acara Peninjauan Kembali
4. Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan dari kantor Pertanahan
Kab.PandeGlang.
5. Rekomendasi Hasil Studi Analisis Dampak Lalu lintas,
6. Lampiran Peta Lokasi
7. Naskah Keputusan Bupati tentang Pemberian Izin
Lokasi/Penetapan Lokasi
8. Penyampaian Naskah Keputusan Bupati Tentang Pemberian I
Lokasi Kebagian Hukum Setda Kab. P andeglang.

87

https://www.scribd.com/doc/207849184/Status-Kepemilikan-Tanah-hasil-Reklamasi-diWilayah-Psisir-dan-Pulau-Pulau-Kecil di akses tanggl 28 Oktober 2016
88
BPTPM Kab. Pandeglang

Universitas Sumatera Utara

86

2. Persyaratan Pembuatan Izin Lokasi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Surat Permohonan sesuai format
Surat Pernyataan
Biodata Perusahaan/Ketetapan Instansi
Proposal kegiatan sesuai format
Foto copy Permohonan
Foto copy NPWP Pemohon
Peta Orientasi Lokasi dan /atau gambar/Bentuk tanah yang di mohon
Pertimbangan rencana pemanfaatan tata ruang dari Dinas tata ruang,
bangunan dan perumahan
i. Risalah pertimbanag teknis pertanahan dari kantor pertanahan kab.Pandeglang
j. Hasil studi analisis dampak lalu lintas dari konsultan dan/atau rekomendasi
hasil studi analisis dampak lalu lintas dari dinas perhubungan, komunikasi dan
informatika
k. Surat pengesahan menteri hukum dan HAM (untuk PT)
l. Kartu anggota REI provinsi Banten (untuk perumaham)
m. Foto copy surat persetujuan penanaman modal (ijin prinsi) dari
presiden/menteri negara pengerak dana investasi/gubernur Banten/Kepala
BKPMD
n. Foto copy surat persetujuan penanaman modal (ijin prinsip) dari
depertemen/instansi teknis
o. Site plan/Master plan berbentuk soft copy dan hard copy

Permohonan persyaratan administrasi dan teknis dalam mengajukan
pembuatan ijin lokasi dan peruntukan di kabupaten pandeglang.89

89

BPTPM Kab. Pandeglang

Universitas Sumatera Utara

87

BAB IV
LEGALITAS SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH YANG DIMILIKI OLEH
PT.MUTIARA HITAM PERTIWI

A. Tinjauan Umum
1.

Legalitas Sertifikat Hak Atas Tanah secara Umum
Sertipikat memiliki banyak fungsi bagi pemiliknya. Dari sekian fungsi yang

ada, dapat dikatakan bahwa fungsi utama dan terutama dari sertipikat adalah sebagai
alat bukti yang kuat, demikian dinyatakan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA,
karena itu, siapapun dapat dengan mudah membuktikan dirinya sebagai pemegang
hak atas tanah bila telah jelas namanya tercantum dalam sertipikat itu. Selanjutnya
dapat membuktikan mengenai keadaan-keadaan dari tanahnya itu misalnya luasnya,
batas-batasnya, ataupun segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang tanah
dimaksud. Apabila dikemudian hari terjadi tuntutan hukum di pengadilan tentang hak
kepemilikan/penguasaan atas tanah, maka semua keterangan yang dimuat dalam
sertipikat hak atas tanah itu mempunyai kekuatan pembuktian yangkuat dan
karenanya hakim harus menerima sebagai keteranganketerangan yang benar,
sepanjang tidak ada bukti lain yang mengingkarinya atau membuktikan sebaliknya.
Tetapi jika ternyata ada kesalahan didalamnya, maka diadakanlah perubahan
/pembetulan seperlunya.
Dalam hal ini yang berhak melakukan pembetulan bukanlah pengadilan
melainkan instansi yang menerbitkannya yakni Badan Pertanahan Nasional (BPN)
dengan jalan pihak yang dirugikan mengajukan permohonan perubahan sertipikat
87

Universitas Sumatera Utara

88

dengan melampirkan surat keputusan pengadilan yang menyatakan tentang adanya
kesalahan dimaksud. Selain fungsi utama tersebut diatas, sertipikat memiliki banyak
fungsi lainnya yang sifatnya subjektif tergantung daripada pemiliknya. Sebut saja,
misalnya jika pemiliknya adalah pengusaha, maka sertipikat tersebut menjadi sesuatu
yang sangat berarti ketika ia memerlukan sumber pembiayaan dari bank karena
sertipikat dapat dijadikan sebagai jaminan untuk pemberian fasilitas pinjaman untuk
menunjang usahanya. Demikian juga contoh-contoh lainnya masih banyak yang kita
bisa sebutkan sebagai kegunaan dari adanya sertipikat tersebut.
Yang jelas bahwa sertipikat hak atas tanah itu akan memberikan rasa aman
dan tenteram bagi pemiliknya karena segala sesuatunya mudah diketahui dansifatnya
pasti serta dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
2.

Pengertian Sertipikat
Berdasarkan pengertian pada Pasal 1 angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 1997 sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (2) huruf c Undang-Undang Pokok Agraria untuk hak atas tanah, hak
pengelolaan, tanah wakaf, hakmilik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan
yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. Adapun
yang dimaksud Pasal 19 ayat (2) huruf c pada Undang-Undang Pokok Agraria dalam
pengertian sertipikat, yaitu pemberian surattanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat, mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat
didalamnya, sepanjang data fisik dan yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada
dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan, dikatakan demikian karena

Universitas Sumatera Utara

89

selama tidak ada bukti lain yang membuktikan ketidakbenaranya, maka keterangan
yang ada dalam sertipikat harus dianggap benar dengan tidak perlu bukti tambahan,
sedangkan alat bukti lain tersebut hanya dianggap sebagai alat bukti permulaan dan
harus dikuatkan oleh alat bukti yang lainnya. Jadi sertipikat merupakan surat tanda
bukti hak yang merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai macam hak, subyek
hak maupun tanahnya. Penerbitan sertipikat dan diberikan kepada yang berhak
dimaksudkan
Agar pemegang hak dapat dengan mudah membuktikan haknya. Sedangkan
fungsi sertipikat adalah sebagai alat pembuktiankepemilikan hak atas tanah.
3.

Sertipikat Sebagai Alat Bukti yang Kuat
Menurut Undang-Undang Pokok Agraria sebagai landasan hukum bidang

pertanahan di Indonesia, Pasal 19 ayat (2) sub. C sertipikat sebagai alat pembuktian
yang kuat. Pengertian dari sertipikat sebagai alat pembuktian yang kuat adalah bahwa
data fisik dan data yuridis yang sesuai dengan data yang tertera dalam Buku Tanah
dan Surat Ukur yang bersangkutan harus dianggap sebagai data yang benar kecuali
dibuktikan sebaliknya oleh Pengadilan. Sehingga selama tidak bisa dibuktikan
sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang tercantum didalamnya harus diterima
sebagai data yang benar, baik dalam melakukan perbuatan hukum sehari-hari,
maupun dalam berperkara dipengadilan, sehingga data yang tercantum benar-benar
harus sesuai dengan surat ukur yang bersangkutan, karena data yang diambil berasal
dari surat ukur dan buku tanah tersebut.

Universitas Sumatera Utara

90

Hal ini lebih diperkuat lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 dalam ketentuan Pasal 32 yang menyebutkan bahwa :
a. Ayat (1) :
sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di
dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data
yang ada dalam Surat Ukur dan Buku Tanah hak yang bersangkutan;
b. Ayat (2) :
dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah
atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan
itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa
mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak
tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat
itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat
dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan
gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan
sertipikat tersebut.
Ketentuan Pasal 32 tersebut adalah dalam rangka memberikan jaminan
kepastian hukum di bidang pertanahan menjadi tampak dan dirasakan arti praktisnya
sungguhpun sistem publikasi yang digunakan adalah sistem negatif.90
Sedangkan surat ukur adalah salinan memuat gambar tanah yang melukiskan
batas tanah, tanda-tanda batas maka yang terpenting surat ukur harus memuat :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Nomor pendaftaran;
Nomor dan tahun surat ukur atau buku tanah;
Nomor pajak jika mungkin;
Uraian tentang letak tanah;
Uraian tentang keadaan tanah;
Luas tanah.

90

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia,2003 Penerbit Djambatan hal 482

Universitas Sumatera Utara

91

Hal-hal yang dapat dibuktikan dalam sertipikat hak atas tanah tersebut adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

Jenis hak atas tanah;
Pemegang hak;
Keterangan fisik tentang tanah;
Beban di atas tanah;
Peristiwa hukum yang terjadi dengan tanah.
Jelaslah apabila seseorang memiliki sertipikat hak atas tanah akan merasa

terjamin akan kepastian hak atas tanah yang dimiliknya, sebab apabila terjadi
pelanggaran atas tanah hak miliknya maka pemilik tanah dapat menuntut haknya
kembali.
B. Status Objek Tanah Yang Abrasi
Banyaknya tanah hilang akibat abrasi di sepanjang pesisir Tuban tidak
menjadi perhatian Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kantor Tuban. Institusi yang
berwenang menetapkan hak atas tanah tersebut bahkan tidak memiliki data sama
sekali tentang tanah-tanah hilang tersebut. Padahal, para pemegang hak atas tanah
yang telah tidak diketahui wujud fisiknya tersebut sampai sekarang masih diwajibkan
membayar pajak.
Sampai tidak tahu berapa luasan tanah yang hilang karena abrasi. Tidak
pernah mendata. Yang tahu Kelurahan labuhan atau Kepala Desa Cerita Kabupaten
Pandeglang.
Menurut BPN mengurus tanah-tanah yang musnah karena proses alam
tersebut. pemegang hak atas tanah yang mestinya menyadari bahwa tanahnya rawan
dan tidak menelantarkannya sehingga musnah terkena abrasi. juga menyayangkan
mengapa pemegang hak atas tanah tidak melapor atau memohon penghapusan hak

Universitas Sumatera Utara

92

atas tanahnya yang musnah tersebut agar tidak lagi terbebani pajak, tanpa bisa
memperoleh manfaat dari obyek pajak tersebut.91
Masyarakat tidak tahu regulasi ini. Kalau kemudian upaya pengembalian
keadaan tanah mereka dihentikan Pemerintah, pasti konflik yang terjadi, mereka
merasa merehabilitasi tanahnya sendiri untuk kembali menjadi semula sesuai dengan
kepemilikan atas tanah sempadan pantai tersebut.
Dan juga meminta BPN agar secepatnya melakukan pendataan atas tanah
yang hilang karena abrasi, kemudian menghapus hak atas tanah tersebut. Sebab dalam
Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 tahun 1960 yang menjadi rujukan semua
regulasi pertanahan, disebutkan tanah yang hilang secara alami karena abrasi atau
bencana alam, sehingga batas-batasnya tidak diketahui dan keadaan fisiknya berubah,
maka tanah tersebut dikuasai negara.
Ketidak pedulian BPN tersebut memang patut disesalkan. Pendamping
Masyarakat Nelayan dan Pesisir, seharusnya BPN pro-aktif mensosialisasikan
regulasi terkait hak atas tanah itu kepada masyarakat, sehingga masyarakat tahu dan
tidak merasa dirugikan lantaran terus membayar pajak sementara tanahnya berkurang.
Kepedulian BPN, bisa mencegah munculnya akibat hukum yang bisa memunculkan
konflik. “ Pemilik hak tanah banyak yang kemudian mereklamasi tanahnya yang
hilang. Ini bisa menimbulkan konsekwensi hukum karena aturan sekarang, reklamasi
tidak boleh dilakukan tanpa ijin Pemerintah,. Dalam Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah
91

Wawancara dengan Lurah Carita, Tanggal 13 September 2016

Universitas Sumatera Utara

93

Pesisir92, jelas disebut upaya reklamasi bisa dilakukan hanya atas seizin Pemerintah
Pusat apabila kawasan pesisir itu dalam kawasan strategis nasional. Di luar kawasan
strategis nasional itu, izin harus didapat dari Pemerintah Daerah. Berdasarkan
ketentuan peraturan kementerian kelautan ada batas-batas kewenangan kepemilikan
atas tanah sempadan pantai untuk dilakukan reklamasi atau penimbuna terhadap
tanah yang abrasi di karenakan faktor alam yang begitu exstrim. Berarti status objek
tanah yang berkurang karena abrasi harus dilakukan pengukuran ulang kembali
dengan, membuat permohonan ke badan pertanahan setempat untuk melakukan
pengukuran ulang objek tanah tersebut.
Hal ini

menjadi

penghalang untuk pembanngunan

dan

pelestarian

pembangunan tanah sempadan pantai waktu jangka panjang, jika tidak ada penangan
yang tegas, jika ketidak pedulian BPN terhadap tanah sempadan pantai maka
pembanguna dan pelestarian periwisata terganggu, dan masyarakat atau perusahaan
asing maupun investor asing enggan membuat pembangunan di tanah sempadan
tanah pantai, disebabkan sulitnya memperoleh tanah yang hilang akibat abrasi untuk
dikembalikan.
C. Legalitas Kepemilikan Tanah yang Abrasi
Hak milik sebagai salah satu lembaga hukum dalam hukum tanah telah diatur
baik dalam hukum tanah sebelum UUPA maupun dalam UUPA. Sebelum berlakunya
UUPA, ada dua golongan besar hak milik atas tanah, yaitu hak milik menurut hukum

92

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2013 tentang Perizinan
Reklamasi di Wilayah Pesisir

Universitas Sumatera Utara

94

adat dan hak milik menurut hukum Perdata Barat yang dinamakan hak Eigedom.
Peralihan hak atas tanah dapat melalui jual beli, tukar-menukar, hibah atau karena
pewarisan. Dalam Pasal 26 ayat (1) ditentukan bahwa : “Jual beli, penukaran,
penghibahan, pemberian dengan wasiat, dan perbuatan-perbuatan lain yang
dimaksudkan untuk memindahkan hak milik serta pengawasannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah”.40 Jual beli tanah menurut PP No. 24 tahun 1997 tentang
Pendaftaran tanah, harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh seorang
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), dan setelah akta tersebut ditandatangani oleh
para pihak maka harus didaftarkan..93
Legalitas kepemilikan tanah yang abrasi secara hukumnya adalah sah secara
hukum akan tetapi nilai objek tanah tersebut berkurang dari luasnya dan nilai jualnya.
Analisis tentang objek tanah yang nilai objek tanah telah berubah dalam hal ini
diperlukannya pengukuran ulang objek tanah tersebut, setelah melakukan pengukuran
ulang maka dilakukan pencoretan luas tanah yang tertera didalam buku sertifikat
tanah dari luas tanah sebelumnya dan mengganti dengan hasil pengukuran ulang yang
sebenarnya dengan adanya catatan keterangan dibuku sertifikat tanah tersebut bahwa
objek tanah tersebut telah berkurang akibat abrasi.
Luas tanah PT Mutiara Hitam Pertiwi yang berkurang akibat abrasi adalah 2
(Dua) meter dari batas tanah milik PT Mutiara Hitam Pertiwi .

93

Lihat Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Pokok Agraria

Universitas Sumatera Utara

95

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.

Kedudukan hak atas tanah yang dimiliki oleh PT Mutiara Hitam Pertiwi adalah
sah berdasarkan sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) No 72 yang dikeluarkan
oleh Badan Pertanahan Nasional.

2.

Prosedur pendaftaran hak atas tanah sempadan pantai diajukan secara sporadik
di mana pengajuannya dilakukan secara individual oleh pihak yang
berkepentingan (PT Mutiara Hitam Pertiwi). Prosedur tersebut harus sesuai
dengan ketentuan PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah yang
meliputi Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran, Penetapan Batas Bidang-Bidang
Tanah, Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dan Pembuatan Peta
Pendaftaran, Pembuatan Daftar Tanah, Pembuatan uintuk keperluan pendaftaran
haknya, dan Pembuktian Hak Baru. Syarat permohonan

dalam kepemilikan

tanah sempadan pantai secara umum sesuai dengan pendaftan tanah yang umum,
dan ada yang khusus yang berisi pengaturan mengenai adanya bangunan fisik,
peruntukan sesuai dengan tata ruang, tidak mengganggu fungsi kawasan lindung,
tidak mengganggu fungsi perairan, dan tidak menggangggu keberadaan alur
pelayaran umum dan perlintasan. Setelah memenuhi prosedur dan syarat-syarat
pendaftaran tanah, kemudian dilanjutkan dengan melakukan Permohonan Izin
Lokasi ke BPTPM.

95

Universitas Sumatera Utara

96

3.

Legalitas Sertifikat Hak Guna Bangunan No 72 yang luas tanahnya 76.306 m2
atas nama PT Mutiara Hitam Pertiwi adalah sah secara hukum namun pengaruh
abrasi, luas tanah yang disertifikat tidak sama dengan realita yang ada karena
sudah berkurang.

B. Saran
1.

Perlu dilakukan sosialisasi bagaimana pendaftaran tanah sempadan pantai baik
perorangan maupun badan hukum oleh pihak badan pertanahan nasional.

2.

Perlu diketahui abrasi menjadi ancaman serius dan pasti akan terus merambah ke
wilayah daratan. Namun disisi lain masyarakat disana masih banyak yang ingin
tetap bertahan. Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan (pantai)
akibat aktivitas gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini pemadatan
daratan mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang air laut sehingga
garis pantai berubah.

3.

Perlu dalam kepemilikan tanah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan peraturan hukum yang mengatur lain, sehingga sah menurut
hukum. Dan sertifikat hak atas tanah sepadan pantai sesuai dengan prosedur
maka sertifikat legal dan sah dimata hukum.

Universitas Sumatera Utara