FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN

JURNAL PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI
CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MACCINI SAWAH KOTA
MAKASSAR

Oleh :
KARTINA1, MARLINAH2, M. ASKAR3

Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin
Makassar
3
Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin
Makassar
1
2

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
Kartina, Marlinah, M. Askar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

1

2013
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS
MACCINI SAWAH KOTA
MAKASSAR
Kartina1, Marlinah2, M. Askar3
ABSTRAK
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Pengetahuan adalah hasil
pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga
menghasilkan pengetahuan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. Keteraturan antenatal adalah
kedisplinan/kepatuhan ibu hamil untuk melakukan pengawasan sebelum anak lahir terutama
ditujukan pada anak. Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu
benda atau mahluk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja puskesmas Maccini Sawah Kota
Makassar. Jenis penelitian ini adalah Analitik Asosiaitf dengan rancangan Cross Sectional
Study menggunakan desain uji Chi Square korelasi dengan interval kemaknaan α 0.10. Sampel
terdiri atas 76 orang yang diambil menggunakan teknik Purposive Sampling yang sesuai
dengan kriteria sampel. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan
(p=0.048, OR : 4.3), tingkat pendidikan (p=0.021, OR : 6.8), jumlah kunjungan antenatal
(p=0.011, OR : 6.9) dan usia (p=0.003, OR : 0.1) dengan pemberian imunisasi campak.
Kesimpulan penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan,
pendidikan, jumlah kunjungan antenatal dan usia dengan pemberian imunisasi camapak di
wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.
Kata Kunci : Imunisasi Campak, Pengetahuan, Pendidikan, Kunjungan Antenatal, Usia

Kartina, Marlinah, M. Askar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

2


PENDAHULUAN
Imunisasi bukanlah hal baru dalam dunia kesehatan di Indonesia, namun tetap saja
sampai kini banyak orangtua masih ragu–ragu dalam memutuskan apakah anaknya akan
diimunisasi atau tidak. Kebingungan tersebut cukup beralasan, banyak kabar dan mitos yang
kontroversial beredar, mulai dari alergi, autis, hingga kejang–kejang akibat imunisasi,
(Proverawati dan Andhini, 2010).
Program imunisasi nasional dikenal sebagai Pengembangan Program Imunisasi (PPI)
dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1977. Program PPI merupakam program pemerintah
dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional yaitu Universal Child
Immunization (UCI) pada akhir 1982. UCI secara nasional dicapai pada tahun 1990, yaitu
cakupan DTP3 Polio 3 dan campak minimal 80%, Sebelum umur 1 tahun. Sedangkan cakupan
untuk DTP3 Polio 1 dan BCG minimal 90% (I.G.N. Gde Ranuh, dkk, 2011).
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan
seseoarang secara aktif terhadap suatu penyakit. Imunisasi sendiri sebetulnya sudah
berlangsung cukup lama, menurut Hikayat Raja Pontus, sang Raja melindungi dirinya dari
keracunan makanan dengan minum darah itik, sedangkan penggunaan hati anjing gila untuk
pengobatan rabies menjadi basis pendekatan pembuatan vaksin rabies. Vaksin pertama kali
dikenalkan oleh Edward Jenner, seorang dokter dari Inggris (Proverawati dan Andini, 2010).
Penyakit campak disebabkan oleh karena virus campak. Virus campak termasuk

didalam family paramyxoviridae. Virus campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah
rusak pada suhu lingkungan 37 ℃ .
World Health Organization (WHO) dengan programnya expanded programe on
immunization telah mencanangkan target global untuk mereduksi insidens campak sampai
90,5% dan mortalitas sampai 95,5% dari pada tingkat pre-EPI (Expanded Programon
Immunization) pada tahun 1995. Beberapa negara berhasil hampir mendekati fase eliminasi.
Beberapa macam jadwal imunisasi dan strategi telah digunakan, tetapi ada beberapa negara
yang tidak berhasil. Kegagalan ini biasanya disebabkan oleh kegagalan dalam
mengimplementasikan rencana strategi secara adekuat. Prioritas utama untuk penanggulangan
penyakit campak adalah melaksanakan program imunisasi lebih efekif. Eradikasi campak,
didefenisikan sebagai pemutusan rantai penularan secara global sehingga imunisasi dapat
dihentikan, secara teori adalah mungkin oleh karena tidak adanya binatang reservoir dan
pemberian imunisasi sangat efektif (I.G.N. Gde Ranuh, dkk, 2011).
Strategi untuk reduksi kematian akibat penyakit campak adalah (1) pencapaian dan
mempertahankan angka cakupan, (2) mengusahakan agar semua anak mendapat kesempatan
imunisasi campak yang kedua, (3) mengimplementasikan surveilens yang didukung fasilitas
laboratorium dan (4) melaksanakan program penatalaksana kasus secara adekuat di klinik
(I.G.N. Gde Ranuh, dkk, 2011).
Berdasarkan laporan dirjen PP da PL. Depkes RI tahun 2009, pada tahun 2008 masih
terdapat banyakkasus campak di seluruh provinsi di Indonesia (Dirjen PP dan PL Depkes RI).

Demikian juga, kejadian luar biasa campak masih sering terjadi di Indonesia. Pada tahun 2008,
beberapa KLB terjadi terutama pada daerah dengan cakupan imunisasi campak yang rendah,
misalnya Bangka Balitung terjadinya enam kali (KLB) kejadian luar biasa (Rezeki, 2011).
Menurut Depkes RI, Pada tahun 2010 Indonesia telah mencapai cakupan imunisasi
campak sebesar 93,61%. Dengan demikian Indonesia telah mampu mencapai target imunisasi
campak yang telah ditentukan oleh WHO. Dari 33 provinsi di Indonesia, 20 provinsi telah
mencapai cakupan imunisasi campak ≥ 90%, 10 provinsi mencapai cakupan 80-90%, dan 4
provinsi lainnya masih di bawah 80%, bahkan ada yang baru mencapai cakupan 68,34%.
Cakupan tertinggi dicapai kepulauan Bangka Balitung,Jambi, NTB, dan di Yogyakarta yaitu
masing–masing sebesar 100%. Sedangkan cakupan rendah adalah di Papua Barat (68,34%)
(Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Menurut hasil Riskesdas 2010, anak usia 12–23 bulan yanng mendapatkan imunisasi
campak sebesar 74,4%. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah di Yogyakarta (96,4%) dan
Sulawesi Utara (90%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).

Kartina, Marlinah, M. Askar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

3


Cakupan imunisasi campak di Sulawesi Selatan pada tahun 2010 telah memenuhi
target provinsi yaitu 93,08% (melebihi 3,08% dari target provinsi). Namun masih terdapat 11
kabupaten/kota yang belum memenuhi target provinsi (dibawah 90%), antara lain Kabupaten
Selayar, Bulukumba, Jeneponto, Bone, Sidrap, Enrekang, Luwu, Luwu Utara, Tator, Palopo dan
Toraja Utara. Tetapi dua kabupaten/kota yang telah memenuhi target nasional (100%) yaitu
Bantaeng, Maros, Pare-pare, Enrekang (Reski, 2011).
Menurut data laporan bulanan tahun terakhir Puskesmas Maccini Sawah Makassar
pada tahun 2011 dengan sasaran bayi 366 dengan jumlah bayi imunisasi campak 365 dengan
cakupan 99%. Sedangkan yang didapatkan data bulanan tahun terakhir berdasarkan laporan
puskesmas tahun 2012 dengan sasaran bayi 325 orang jumlah yang imunisasi campak
sebanyak 313 orang atau hannya 64%. Berdasarkan data yang berikut dari tahun 2011 sampai
2012, masih banyak ibu yang tidak membawa bayinya imunisasi sesuai umur dan jadwal
pemberiannya. Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut
mengenai faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak di Puskesmas
Maccini Sawah Kota Makssar.
BAHAN DAN METODE
Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel
Jenis penelitian ini adalah Analitik Asosiatif dangan rancangan cross sectional. Lokasi penelitian
di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar. Penelitian dilakukan pada tanggal
26 Juni s.d 26 Juli 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang

mempunyai bayi umur 9–11bulan sebanyak 325 orang di wilayah kerja Puskesmas Maccini
Sawah Kota Makassar. Sampel sebanyak 76 orang responden yang didapatkan dengan
menggunakan teknik Purposive Sampling.
Untuk mendapatkan jawaban yang sesuai, maka peneliti memberikan beberapa kriteria sampel
antara lain :
1. Kriteria Inklusi
a. Ibu yang mempunyai anak umur 9 bulan sampai 11 bulan
b. Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah.
c. Ibu yang bersedia mejadi responden.
2. Kriteria Eksklusi
a. Bayi itu menderita sakit pada saat penelitian berlangsung
b. Ibu tidak ada di tempat penelitian saat penelitian dilaksanakan.
c. Ibu yang tidak bisa membaca
Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner dengan berpedoman pada literatur yang ada pada Puskesmas
Maccini Sawah Kota Makassar.
2. Prosedur Penarikan Sampel
a. Data Primer

Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti.
b. Data Sekunder
Untuk data sekunder diperoleh dari literatur yang terkait di wilayah kerja Puskesmas
Maccini Sawah Kota Makassar.
Pengolahan Data
1. Recana Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesioner.
b. Koding
Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban akan diberikan
simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban dengan pengkodean.
c. Tabulating

Kartina, Marlinah, M. Askar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

4

Menyusun data-data kedalam tabel yang sesuai sebelum dilakukan analisis.

2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian terutama untuk melihat tampilan
distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel.
b. Analisis Bivariat
Dilakukan tiap-tiap variabel independen dan variabel dependen dengan
menggunakan uji Chi-square program SPSS.
HASIL PENELITIAN
1. Analisa Bivariat
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini
Sawah Kota Makassar Tahun 2013
Pekerjaan Responden
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Pegawai Negeri Sipil

9

11,8


Swasta

13

17,1

Ibu Rumah Tangga

45

59,2

Lainnya

9

11,8

Total

76
100,0
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan Tabel 5.1, maka diketahui bahwa kelompok pekerjaan yang paling
banyak adalah Ibu Rumah Tangga dengan jumlah responden sebanyak 45 orang (59,2%),
sedangkan kelompok pekerjaan responden yang paling sedikit adalah Pegawai Negeri Sipil
dan pekerjaan lainnya yang masing-masing berjumlah 9 orang responden (11,8%).
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini
Sawah Kota Makassar Tahun 2013
Agama Responden
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Islam

67

88,2

Non Islam

9

11,8

Total
76
100,0
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan Tabel 5.2, maka diketahui bahwa Agama responden yang paling
banyak adalah Islam dengan jumlah responden sebanyak 67 orang (88,2%), sedangkan
Agama responden yang paling sedikit adalah Non Islam dengan jumlah responden
sebanyak 9 orang (11,8%).
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas
Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013
Pengetahuan
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Cukup

56

73,7

Kurang

20

26,3

Total
76
100,0
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan Tabel 5.3, maka diketahui bahwa dari total 76 orang responden, 56
orang responden (73,7%) dengan pengetahuan kategori yang cukup, dan 20 orang lainnya
(26,3%) dengan pengetahuan kategori yang kurang.

Kartina, Marlinah, M. Askar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

5

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini
Sawah Kota Makassar Tahun 2013
Pendidikan
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Tinggi

65

85,5

Rendah

11

14,5

Total
76
100,0
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan Tabel 5.4, maka diketahui bahwa dari total 76 orang responden, 64
orang (84,2%) dengan kategori pendidikan yang tinggi, dan 11 orang (14,5%) dengan
kategori pendidikan yang rendah.
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja
Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013
Jumlah Kunjungan Antenatal
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Cukup

55

72,4

Kurang

21

27,6

Total
76
100,0
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan Tabel 5.5, maka diketahui bahwa dari total 76 orang responden, 55
orang (72,4%) dengan jumlah kunjungan antenatal kategori cukup, dan 21 orang lainnya
(27,6%) dengan jumlah kunjungan antenatal kategori kurang.
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Umur ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini
Sawah Kota Makassar Tahun 2013
Umur ibu

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Tua

31

40,8

Muda

45

59,2

Total
76
100,0
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan Tabel 5.6, maka diketahui bahwa dari total 76 orang responden, 31 orang
(40,8%) dengan kategori umur ibu yang tua, dan 45 orang (59,2%) lainnya dengan kategori
umur ibu yang muda.
Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja
Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013
Pemberian Imunisasi Campak
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Imunisasi

67

88,2

Tidak Imunisasi

9

11,8

76

100,0

Total
Sumber : Data Primer 2013

Kartina, Marlinah, M. Askar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

6

Berdasarkan Tabel 5.7, maka diketahui bahwa dari total 76 orang responden, 67
orang (88,2%) dalam kategori di imunisasi, dan 9 orang (11,8%) lainnya dalam kategori
tidak di imunisasi.

2. Analisa Bivariat
Tabel 5.8
Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja
Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013
Pemberian Imunisasi
Campak
Total
Tdk.
Pengetahuan
OR
P
Imunisasi
Imunisasi
n
%
n
%
n
%
Cukup
52
68.4
4
5.2
56
73.7
Kurang
15
19.7
5
6.6
20
26.3
4,3
0,048
Total
67
88.2
9
11.8
76
100,0
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan Tabel 5.8, maka diketahui bahwa dari total 56 orang (73,7%) yang
dalam kategori pengetahuan yang cukup, 52 orang responden (68,4%) dalam kategori di
imunisasi dan 4 orang lainnya (5.2%) dalam kategori tidak di imunisasi. Sedangkan dari
total 20 orang (26,3%) yang dalam kategori pengetahuan yang kurang, 15 orang (19,7%)
dalam kategori di imunisasi dan 5 orang lainnya (6,6%) dalam kategori tidak di imunisasi.
Setelah dilakukan analisis uji statistik menggunakan uji Chi Square korelasi
Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p = 0,048 dimana p < α 0,10, maka dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.
Dari nilai Odd Ratio 4.3, menunjukkan bahwa responden yang dalam kategori
pengetahuan yang cukup berpeluang 4.3 kali di imunisasi campak jika dibandingkan
dengan responden dengan kategori pengetahuan yang kurang.
Tabel 5.9
Hubungan Pendidikan dengan Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja
Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013
Pemberian Imunisasi Campak
Total
Pendidikan
Imunisasi
Tdk. Imunisasi
OR
p
n

%

n

%

N

%

Tinggi

60

78,9

5

6,6

65

85,5

Rendah

7

9,2

4

5,3

11

14,5

6,8

0,021

Total
67
88,2
9
11,8
76
100,0
Sumber : Data Primer 2013
Dari Tabel 5.9, maka diketahui bahwa dari total 65 orang (85,5%) dengan kategori
pendidikan yang tinggi, 60 orang (78,9%) dalam kategori di imunisasi dan 5 orang lainnya
(6,6%) dalam kategori tidak di imunisasi. Sedangkan dari total 11 orang responden (14,5%)
dengan kategori pendidikan yang rendah, 7 orang responden (9,2%) dalam kategori di
imunisasi dan 4 orang lainnya (5,3%) dalam kategori tidak di imunisasi.

Kartina, Marlinah, M. Askar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

7

Setelah dilakukan analisis uji statistik menggunakan uji Chi Square korelasi
Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p = 0,021 dimana p < α 0,10, maka dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan
pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.
Dari nilai Odds ratio 6,8, menunjukkan bahwa responden yang dalam kategori
pendidikan yang tinggi berpeluang 6,8 kali di imunisasi jika dibandingkan dengan
responden yang dalam kategori pendidikan yang rendah.
Tabel 5.10
Hubungan Jumlah Kunjungan Antenatal dengan Pemberian Imunisasi Campak di
Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013
Pemberian Imunisasi Campak
Jumlah
Total
Tdk.
Kunjungan
Imunisasi
OR
p
Imunisasi
Antenatal
n
%
n
%
N
%
Cukup

52

68,4

3

3,9

55

72,4

Kurang

15

19,7

6

7,9

21

27,6

6,9

0,011

Total
67
88,2
9
11,8
76
100,0
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan Tabel 5.10, maka diketahui bahwa dari total 55 orang (72,4%) yang
dalam kategori kunjungan antenatal yang cukup, 52 orang (68,4%) dalam kategori di
imunisasi dan 3 orang lainnya (3,9%) dalam kategori tidak di imunisasi. Sedangkan dari
total 21 orang (27,6%) yang dalam kategori kunjungan antenatal yang kurang, 15 orang
(19,7%) dalam kategori di imunisasi dan 6 orang lainnya (7,9%) dalam kategori tidak di
imunisasi.
Setelah dilakukan analisis uji statistik menggunakan uji Chi Square korelasi
Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p = 0,011 dimana p < α 0,10, maka dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah kunjungan antenatal
dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota
Makassar.
Berdasarkan nilai Odds ratio 6,9, menunjukkan bahwa responden yang dalam
kategori jumlah kunjungan antenatal yang cukup berpeluang 6,9 kali di imunisasi jika
dibandingkan dengan responden yang dalam kategori jumlah kunjungan antenatal yang
kurang.
Tabel 5.11
Hubungan Usia dengan Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas
Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013
Pemberian Imunisasi Campak
Total
Usia
Imunisasi
Tdk. Imunisasi
OR
p
n

%

n

%

n

%

Tua

23

30,3

8

10,5

31

40,8

Muda

44

57,9

1

1,3

55

59,2

3,06

0,003

Total
57
88,2
9
11,8
76
100,0
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan Tabel 5.11, maka diketahui bahwa dari total 31 orang (40,8%) yang
dalam kategori usia yang tua, 23 orang (30,3%) dalam kategori di imunisasi dan 8 orang
lainnya (10,5%) dalam kategori tidak di imunisasi. Sedangkan 55 orang (59,2%) yang
dalam kategori usia yang muda, 44 orang (57,9%) dalam kategori di imunisasi dan 1 orang
(1,3%) lainnya dalam kategori tidak di imunisasi.
Setelah dilakukan analisis uji statistik menggunakan uji Chi Square korelasi
Fisher’s Exatc Test didapatkan nilai p = 0,003 dimana p < α 0,10, maka dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pemberian
imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.

Kartina, Marlinah, M. Askar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

8

Berdasarkan nilai Odds ratio 3,06, menunjukkan bahwa responden yang dalam
kategori usia yang muda berpeluang 3,06 kali di imunisasi jika dibandingkan dengan
responden yang dalam kategori usia yang tua.
PEMBAHASAN
1. Hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas
Maccini Sawah Kota Makassar.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exact Test
didapatkan nilai p = 0,048 dimana p < α 0,10, maka dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi
campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar. Dengan demikian
hipotesa alternatif yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima karena p < α 0,10.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Kristiyanasari,
W (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seorang ibu akan
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada
perilakunya. Ibu dengan pengetahuan imunisasi yang baik kemungkinan akan melengkapi
status imunisasi anaknya.
Menurut Rostini C (2011) menyatakan bahwa minimnya pengetahuan tentang
pentingnya imunisasi akan berdampak pada ketidaklengkapan status imunisasi pada anak.
Pemahaman tentang pentingnya imunisasi perlu diberikan kepada setiap orang tua agar
penyakit-penyakit tertentu akibat tidak mendapatkan imunisasi dapat dihindari sedini
mungkin. Hal ini karena pangetahuan yang dimiliki oleh orang tua akan berpengaruh pada
perilakunya.
Hasil penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arvitarius
(2012) yang dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang
Pemberian Imunisasi pada bayi (0-11 Bulan) di Desa Karanganyar Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang” yang menyatakan bahwa dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada anak usia 0 – 11
bulan didapatkan sebagian besar berpengetahuan cukup. Dimana pengetahuan ibu tentang
pengertian reaksi samping imunisasi adalah lebih dari setengahnya berpengetahuan baik,
dan sebagian kecil berpengetahuan cukup, hal ini dimungkinkan didukung oleh pendidikan
yang diterima responden. Sedangkan dengan adanya informasi baru itu mengenai suatu
hal akan memberi landasan pengetahuan baru. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada bayi.
Juga penelitian yang dilakukan oleh Yusnidar (2012) yang dalam penelitiannya
berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Lingkungan IX Kelurahan Sidorame Barat II
Medan Perjuangan Tahun 2012” yang menyatakan bahwa masih kurangnya cakupan
imunisasi di Indonesia menjadi masalah penting dalam menurunkan angka kematian bayi.
Tingkat pengetahuan ibu yang masih kurang tentang imunisasi berpengaruh pada perilaku
dan tindakan ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan guna mendapatkan
imunisasi. Kelengkapan imunisasi dasar pada bayi sebagian besar adalah lengkap yaitu 30
orang (76,9%). Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di Lingkungan IX
Kelurahan Sidorame Barat II Medan Perjuangan tahun 2012 (p X² tabel dan
nilai p < 0,05. Kesimpulan ada hubungan positif antara tingkat pendidikan formal ibu
dengan status imunisasi dasar bayi di Kecamatan Kwadungan Ngawi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berpendapat bahwa pendidikan
seseorang akan sejalan dengan pengetahuan yang dia miliki, dan pengetahuan akan
sejalan dengan perilaku seseorang. Apabila pendidikannya baik, maka mainstream yang
akan terbentuk dipemahaman juga akan baik. Apabila pemahaman seseorang tentang
imunisasi baik, maka seseorang akan cenderung untuk melengkapi status imunisasinya.
3. Hubungan jumlah kunjungan antenatal dengan pemberian imunisasi campak di Puskesmas
Maccini Sawah Kota Makassar.
Berdasarkan analisis bivariat, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exact Test
didapatkan nilai p = 0,011 dimana p < α 0,10, maka dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah kunjungan antenatal dengan
pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.
Dengan demikian, hipotesis alternative dalam penelitian ini di terima karena p < α 0,10.
Menurut Prawirohardjo (2006) menyatakan bahwa salah satu manfaat pelayanan
antenatal adalah untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu serta bayi dengan memberikan pendidikan, supleman dan imunisasi. Keuntungan
antenatal adalah untuk dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga
ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Firzana
(2013) yang menyatakan bahwa kurangnya kunjungan antenatal care dapat berdampak
pada kelengkapan imunisasi TT yang didapat saat kehamilan. Rendahnya hasil cakupan
imunisasi TT lengkap pada ibu hamil berarti akan mengurangi daya guna imunisasi ini
dalam menimbulkan kekebalan dan melindungi bayi dan ibu hamil dari penyakit tetanus.
Keadaan ini dengan sendirinya akan mengurangi keberhasilan program imunisasi secara
keseluruhan.

Kartina, Marlinah, M. Askar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

10

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berpendapat bahwa semakin baik
status kunjungan antenatal seorang ibu, maka kecenderungan kelengkapan status
imunisasi anaknya juga baik.
4. Hubungan usia ibu dengan pemberian imunisasi campak di Puskesmas Maccini Sawah
Kota Makassar.
Berdasarkan analisis bivariat, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exact Test
didapatkan nilai p = 0,003 dimana p < α 0,10, maka dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pemberian imunisasi campak di
wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar. Dengan demikian hipotesa
alternatif yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima karena p < α ,10.
Usia adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai dengan
ulang tahun yang terakhir. Usia merupakan konsep yang masih abstrak bahkan cenderung
menimbulkan variasi dalam pengukurannya (Zaluchu, 2008).
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Reza (2009)
yang menyatakan bahwa status imunisasi akan semakin baik seiring dengan peningkatan
usia ibu. Semakin tua usia seorang ibu maka pengetahuan dan pengalaman terhadap
status kesehatan akan semakin baik.
Menurut Lienda (2009) menyatakan bahwa ibu yang berusia lebih tua cenderung
untuk memberikan perhatian yang lebih akan kesehatan anaknya, termasuk pemberian
imunisasi.
Hasil penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Danuri
(2009) yang dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Antara Usia, Pengetahuan dan Sikap
Ibu Batita dengan Kelengkapan Status Imunisasi di Desa Ambowetan Kecamatan Ulujami
Kabupaten Pemalang” yang menyatakan bahwa Angka kematian bayi di Indonesia menurut
hasil sensus penduduk tahun 2000 masih cukup tinggi, yaitu 41 per 1000 kelahiran hidup.
Menurunkan angka kematian bayi merupakan prioritas yang tinggi dalam pembangunan di
Indonesia, karena dianggap sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan, salah
satu program yang mempunyai daya ungkit besar trehadap penurunan angka kematian bayi
adalah imunisasi. Faktor perilaku terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan praktik
serta kedewasaan. Melalui uji hubungan Chi-Square korelasi hasil penelitian menunjukan
bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan kelengkapan status imunisasi (p=0,008).
Semakin matang usia seorang ibu, maka semakin baik status imunisasi anaknya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berpendpat bahwa semakin matang
usia seorang ibu, maka kecenderungan untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap
anak-anaknya semakin tinggi, termasuk dalam hal imunisasi.
KESIMPULAN PENELITIAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan tujuan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan
pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar, maka
dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi camapak di wilayah kerja
Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.
2. Ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja
Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar
3. Ada hubungan antara jumlah kunjungan antenatal dengan pemberian imunisasi campak di
wilayah kerja puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar
4. Ada hubungan antara usia dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja
puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, maka peneliti memberikan
saran antara lain sebagai berikut :
1. Kepada petugas kesehatan baik itu perawat, dokter, bidan dan tenaga kesehatan lainnya
agar lebih meningkatkan pemberian informasi kepada masyarakat tentang imunisasi agar
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat dihindari sedini mungkin.

Kartina, Marlinah, M. Askar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

11

2. Kepada masyarakat agar lebih mengupayakan ke arah yang lebih baik untuk meningkatkan
perilaku kesehatan khususnya di wilayah kerja puskesmas Maccini Sawah agar lebih
memperhatikan lagi tentang imunisasi, karena dengan imunisasi banyak kemudian penyakit
yang dapat dicegah.
3. Kepada masyarakat khususnya ibu hamil agar lebih mengupayakan pengawan sebelum
anak lahir dengan melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin untuk kesejahteraan ibu
dan anak.
4. Kepada usia ibu yang masih muda agar lebih bermotivasi lagi untuk melengkapai imunisasi
anaknya, karena dengan imunisasi penyakit apat dicegah.

Kartina, Marlinah, M. Askar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

12

DAFTAR PUSTAKA
Ardaniah, 2013. Pendidikan Kesehatan. Bahan Ajar Keperawatan Anak. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember.
Arif B, 2009. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu. (Online) (http://blospot.com/06.)
Arvitarius, 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian Imunisasi pada
bayi (0-11 Bulan) di Desa Karanganyar Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Citra D, 2010. Sikap dan Perilaku Ibu terhadap Imunisasi : Bandung.
Comelia A, 2013. Gambaran Karakteristik Ibu Mengenai Pengetahuan Imunisasi.
http://jurnalpendidikanbidan.com/35/januari.
Danuri, 2009. Hubungan Antara Usia, Pengetahuan dan Sikap Ibu Batita dengan Kelengkapan
Status Imunisasi di Desa Ambowetan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.
Skripsi tidak diterbitkan. (Online) (http://eprints.undip.ac.id/20654/, di akses pada 10
Juli 2013).
Depkes RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010.
Dian
A,
2009.
Kontribusi
Pengetahuan
Ibu
terhadap
Imunisasi
Anak.
http://Jurnalpembangunanmanusia.com/1/april.
Dahlan, 2006. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 2. PT. Arkans: Jakarta
Febi Angzila Fatmayati, 2008. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Status
Imunisasi Dasar Bayi Di Kecamatan Kwadungan Ngawi. Skripsi tidak diterbitkan.
Digital Library. Universitas Sebelas Maret.
Fida, Maya, 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. D-Medika.
Firzanah, F. 2013. Jurnal Kebidanan Universitas Mayjen Sungkono Mojokerto. (Online)
(http://unimasd3bidan.blogspot.com/2013/06/hubungan-antara-tingkatpengetahuan-ibu.html, di akses pada 07 Juli 2013).
Gde Ranuh, I.G.N, dkk. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Edisi 4. Ikatan Dokter Anak
Indonesia: Jakarta.
Hardiwinoto, 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. http://blogspot.com.05.
Hidayat A. A. A. 2007. Riset keperawat dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika : Jakarta.
Hidayat, R.D, 2009. Ilmu Perilaku Manusia : Pengantar Psikologi untuk Tenaga Kesehatan.
Trans Info Medika : Jakarta
Kristiyanasari, W. 2010. Gizi Ibu dan Balita. Nuha Medika : Yogyakarta
Lienda, 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi pada Anak Usia 12 –
23 Bulan. Skripsi FKM UI (Online) (http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/, di
akses pada 07 Juli 2013).
Maryanti Dwi, dkk, 2011. Buku Ajar Neonatus Bayi dan Balita. Trans Info Medika : Cilacap.
Mira, 2010. Hubungan Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Pada Ibu Hamil.
http://library.esaunggul.ac.id/13/2013
Notoatmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta
Notoatmodjo S, 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta : Jakarta.
Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2.
Salemba Medika : Jakarta.
Proverawati A, dkk, 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Nuha Medika : Yogyakar.
Reski,
2011.
Kejadian
Imunisasi
Dasar
Pada
Balita.
http://www.idai.or.id/imunisasi/artikel/18/agustus/2011
Reza (2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Dasar pada Anak di
Puskesmas
Pauh
Kota
Padang.
Tesis
FKM
UI
(Online)
(http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/, di akses pada 07 Juli 2013).
Rostini, C. 19 Juli 2011. Pengetahuan Imunisasi dan Vaksinasi Minim. (Online)
(http://www.bumn.go.id/biofarma/kontribusi/indonesia-pengetahuan-imunisasi-danvaksinasi-minim/, di akses pada 07 Juli 2013).
Sarwono P, 2008. Ilmu Kebidanan. Graha Ilmu: Surabaya.

Kartina, Marlinah, M. Askar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

13

Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 1. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Yusnidar, 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Lingkungan IX Kelurahan Sidorame
Barat II Medan Perjuangan Tahun 2012. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas
Sumatra Utara
Zaluchu, 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cipta Pustaka Media : Bandung

Kartina, Marlinah, M. Askar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

14