MATERI HUKUM PIDANA PENGERTIAN ASAS DAN
BAHAN KULIAH HUKUM
PIDANA
PENGANTAR DAN PENGERTIAN
HUKUM PIDANA
OLEH : AIRI SAFRIJAL,
S.H.,M.H.
UIN
ISTILAH, RUANG
LINGKUP DAN
PENGERTIAN
Istilah hkm
pid mrpkan trjmhan dr
bhsa
Belanda “Strafrecht”. Straf brti pidana,
recht brti hukum. Straf sndri scra harfiah
brti hukuman. Jk digbungkan keduanya
akn brti hukum hukuman. Istilah dmkian
dianggap tdk lazim mnrut tata bahasa,
mk istilah “hukum hukuman” itu diganti
dg hukum pidana.
Hukum pidana dapat dibagi:
1. Hukum Pidana Objektif (Ius Poenale)
2. Hukum Pidana Subjektif (Ius Poeniendi)
1. Hkm pid objektif adl sjmlah prtran yg
mngndung lrngan2 dan khrusan2 dimna
thdp plnggaran2 diancam dg hukuman.
Hkm pid objektif ini dibgi ke dlm hkm
pid materil dan hkm pid formil. Hkm
pid materil adl hkm yg mntkan ttg :
Prbtan2 yg dpt dipidana;
Siapakah yg dpt dipidana, atau siapakah
yg dpt dipertanggungjawabkan; dan
Jnis hkman apakah yg dpt dijtuhkan kpd
org yg mlanggar uu.
2. Hukum Pidana Subjektif (Ius Poeniendi)
adl atran hkm yg mntkan hak negara utk
memidana atau mnjtuhkan pid kpd
seseorang, yaitu:
Hak utk mngncam prbtan2 dg pid, hak ini
brda pd pmbuat UU.
Hak utk mnjtuhkan pid, hak ini brda di
tangan hakim, utk menghukum org yg
terbukti bersalah.
Hak utk mlksnakan pid, hak ini trltak
ditangan jaksa, utk mlksnakan putusan
hakim.
TUJUAN HUKUM PIDANA
Tujuan hkm pid mnrut Wirjono Projodikoro adl
utk mmnuhi rasa keadilan. Tujuan hkm pid adl
sbg :
Utk menakut-nakuti org jngn smpai mlkkan
kjhtan, baik scra menakut-nakuti org bnyk
(generale preventie) maupun menakut-nakuti
org tttu yg sdh mlkkan kjhtan agar dikmdian
hr tdk mlkkan kjhtan lagi (speciale preventie).
Utk mendidik atau mprbaiki org2 yg sdh
menandakan ska mlkkan kjhtan agar mjd org
yg baik tabiatnya shgga brmfaat bg masy.
FUNGSI HUKUM PIDANA
Scra umum hkm pid berfungsi utk mngtur dan
mnylggrakan khdpan masy agar dpt terciptanya dan
terpeliharanya kttiban umum. Dan Scra khusus sbg
bgian hkm publik, hkm pid berfungsi utk :
Mlndungi kpntingan hkm dr prbtan atau prbtan2 yg
mnyerang atau mmprkosa kpntingan hkm tsb;
Mmberi dsar legitimasi bg ngra dlm rngka ngra
mnjlankan fungsi prlindungan ats brbgai kpntingan
hkm; dan
Mngatur dan mbtasi kekuasaan ngra dlm rngka ngra
mnjlankan fungsi prlindungan ats kpntingan hkm.
Lnjtan....,
Kpntingan hkm yg wjib
dilindungi itu ada 3 macam,
yaitu :
Kpntingan hkm per-orangan
(individule belangen);
Kpntingan hkm masy (sosiale
belangen); dan
Kpntingan hkm negara
(staatsbelangen)
ASAS LEGALITAS
Pasal
1 ayat (1) KUHP mnytkan: “Tiada
suatu
prbtan
yg
bleh
di-hkm
melainkan atas kekuatan atran pid dlm
UU yg trdhulu dr prbtan itu”. Ktntuan
ayat ini memuat asas yg tercakup dlm
rumusan: “Nullum delictum, nulla
poena sine praevia lege punali” yang
artinya
tiada
kejahatan,
tiada
hukuman
pidana
tanpa
undangundang hukum pidana terlebih dahulu.
ASAS LEGALITAS=Pasal 1
KUHP
(1) Tiada suatu perbuatan dapat
dipidana,
kecuali
berdasarkan
kekuatan
ketentuan
perundangundangan pidana yang telah ada
sebelumnya.
(2) Jika ada perubahan dalam
perundang-undangan
sesudah
perbuatan dilakukan, maka terhadap
terdakwa diterapkan ketentuan yang
paling menguntungkan .
Asas-asas dalam
Pasal 1 ayat (1 ) KUHP
1. Asas Legalitas
2. Asas Larangan berlaku surut
3. Asas Larangan
penggunaan Analogi
ASAS LARANGAN BERLAKU
SURUT
Undang-undang
pidana berjalan
ke depan dan tidak ke belakang :
X
--------- UU Pidana
-------------
Larangan berlaku surut (dan pengecualiannya) dalam berbagai ketentuan
Nasional
Ps 28i UUD 1945
Ps 18 (2) dan Ps 18 (3) UU No. 39 Tahun 1999
Ps 43 UU No. 26 Tahun 2000
Perpu 1/2002 & 2/2002 UU 15/2003 ; UU
16/2003
Internasional
Ps 15 (1) dan (2) ICCPR
Ps 22, 23, dan 24 ICC
RUANG LINGKUP BERLAKUNYA
HUKUM PIDANA
1. Asas Teritorialitas (Teritorialiteit beginsel)
Ktntuan asas ini dicntumkan dlm Pasal 2 yg
mnytakan bhw “Ktntuan pid dlm uu Indo brlku bg
setiap org yg di dlm wlyah Indo mlkkan tindak
pidana”. (lht Psl 3 KUHP yg mmprluas pngrtian
brlkunya hkm Pidana Indo)
2. Asas Nasionalitas Aktif (actief nationaliteit
beginsel)
Asas kpntingan nasional dlm atran pid disebut
“Nasionalitas Aktif” atau “Asas Personalitas
(personaliteit beginsel) dan dicantumkan dlm Pasal
5 ayat (1) yg mnytkan, bhw Ktntuan dlm UU Indo
brlku bg warga ngra Indo yg di luar Indo mlkkan
tindak pidana seperti :
Lnjtan....,
bg
wrga ngra yg mlkkan tindak pidana
di luar wlyah Indo yg mnyngkut
keamanan negara, kedudukan Kepala
Negara, penghasutan utk mlkkan
tindak pidana, tdk mmnuhi kwjban
militer, prkwinan mlbihi jmlh yg
ditntkan dan pembajakan, mk plkunya
dpt ditntut mnrut atran hkm pidana
Indo olh pengadilan Indo. (lht 160, 16,
240, 279, 450 dan 451 KUHP)
3. Asas Nasionalitas Pasif (pasief
nasionaliteit beginsel)
Asas ini dsb “asas perlindungan” yg mntukan
bhw brlkunya uu hkm pidana sesuatu negara
disandarkan kpd kptingan hkm dr negara yg
brsngkutan. Asas ini adl didsarkan bhw tiap2
negara yg berdaulat brhak utk mlndungi
kpntingan hkmnya, walaupun dilkkan olh org di
luar negara tsb (state’s sovereignty). Asas ini
diatur dlm Pasal 4 sub 1e, 2e dan 3e, Pasal 7 dan
Pasal 8 KUHP, spti makar mati thdp kepala
negara, pemalsuan mata uang atau surat
berharga Indonesia. (lht Psl 7 dan psl 8 KUHP)
4. Asas universalitas
(universaliteit beginsel)
Asas ini mntkan bhw uu hkm pidana
dr suatu negara dpt dibrlkukan thdp
siapa sj yg mlkkan plnggaran thdp
kttiban hkm slruh dunia. Dlm KUHP
asas ini tercantum dlm Pasal 4 sub
4e, slah satunya kjhtan pmbjakan di
laut (piracy), walaupun kjhtan tsb
dilkkan di laut bebas.
Pengertian Hukum Pidana
(1)
Prof. Moeljatno
Hkm
Pid adl bgian dr kslruhan hkm yg
brlku di suatu negara, yg mngdakan dsar2
dan aturan untuk :
1) mnntukan prbtan2 mna yg tdk blh
dilkkan, yg dilarang, dg disertai ancaman
atau sanksi brpa pid tttu bgi barang siapa
mlnggar lrngan tsb; Criminal Act.
2) mnntukan kpn dan dlm hal2 apa kpd
mrk yg tlh mlnggar lrngan2 itu dpt
diknakan atau dijatuhi pid sbgmna yg tlh
diancamkan ; Criminal Liability/Criminal
Responsibility.
1) dan 2) = Substantive Criminal Law /
3) mnntukan dg cra bgmna pengenaan pid itu dpt
dilksnkan apbla ada org yg disngka tlh mlnggar
lrngan tsb. Criminal Procedure/ Hukum Acara Pidana
Pengertian Hukum Pidana (2)
Prof. Pompe
Hkm Pid adl smua atran2 hkm yg mntukan
thdp prbtan2 apa yg shrusnya dijatuhi pid,
dan apakah macamnya pidana itu
Pengertian Hukum Pidana
(3)
Prof. Simons
Hkm
Pid adl ksmuanya prntah2
dan lrngan2 yg diadakan olh ngra
dan yg diancam dg suatu nestapa
(pidana) barang siapa yg tdk
mntaatinya, ksmuanya atran2 yg
mntkan syarat2 bg akibat hkm itu
dan
ksmuanya
atran2
utk
mngdakan
(menjatuhi)
dan
mnjlankan pidana tsb.
Pengertian Hukum Pidana
(4)
Prof. Van Hamel
Hkm
Pid adl smua dsar2 dan
atran2 yg dianut olh suatu ngra
dlm mnylggrakan ktrtiban hkm
(rechtsorde) yaitu dg mlrang apa
yg btntangan dg hkm dan
mngenakan suatu nestapa kpd yg
mlnggar lrngan2 tsb.
Pembagian Hukum Pidana
Hukum Pidana Materiil (Hukum
Pidana)
Ilmu Hukum Pidana & Ilmu-ilmu
lainnya
Kriminologi
0byek studinya -->
kejahatan, penjahat, reaksi masyarakat
terhadap kejahatan & penjahat
Kriminalistik
:
: mmpljri kjhtan.
Ilmu Forensik : ilmu pnylidikan.
Psikiatri Kehakiman : mmpljri
jiwa.
Sosiologi Hukum : mpljri
hkm&masyarakat.
KUHP dan Sejarahnya
Andi
Utrecht
-
-Jaman VOC
-Jaman Daendels
-Jaman Raffles
-Jaman Komisaris
Jenderal
-Tahun 1848-1918
-KUHP tahun 1915
-sekarang
-
Hamzah
Jaman VOC
Jaman Hindia
Belanda
Jaman Jepang
Jaman
Kemerdekaan
Jaman Hindia Belanda
Dualisme
dlm H. Pidana
1. Ptsan Raja Belanda 10/2/1866 (S.1866
no.55) --> Org Eropa
2. Ordonnantie 6 Mei 1872 (S.1872) -->
Org Indo&Timur Asing
Unifikasi :
Wetboek van Strafrecht voor
Nederlandsch - Indie
- Ptsan Raja Belanda 15/10/1915 Berlaku
1/1/1918 disrtai
- Ptsan Raja Belanda 4/5/1917 (S.1917
no. 497) : mngtur prlihan dr H. Pid lma
Jaman Jepang
WvSI
masih berlaku
Osamu Serei (UU) No.
1 Tahun 1942, berlaku
7/3/1942
H. Pidana formil yang
mengalami banyak
perubahan
Jaman Kemerdekaan
UUD
1945 Ps. II
Aturan Peralihan
Segala Badan
Negara dan
Peraturan yang ada
masih berlaku
selama belum
diadakan yang baru
menurut UUD ini
(1)
Jaman Kemerdekaan
UU
(2)
No. 1 Tahun 1946 : Penegasan
tentang Hukum Pidana yang berlaku di
Indonesia
Berlaku di Jawa-Madura (26/2/1946)
PP No. 8 Tahun 1946 : Berlaku di
Sumatera
UU No. 73 Tahun 1958 : “ Undangundang tentang menyatakan
berlakunya UU No. 1 Tahun 1946
tentang Peraturan Hukum Pidana untuk
seluruh wilayah RI dan mengubah Kitab
SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA DI
INDONESIA
KUHP
(beserta UU
yang merubah &
menambahnya)
UU Pidana di luar
KUHP
Ketentuan Pidana
dalam Peraturan
perundangundangan nonpidana
KUHP
Buku
103)
I : Ketentuan Umum (ps 1 – ps
Pasal 103 Ketentuan-ketentuan
dalam Bab I sampai Bab VIII buku I
juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan
yang oleh ketentuan perundangundangan lainnya diancam dengan
pidana, kecuali jika oleh undangundang ditentukan lain
Buku
II : Kejahatan (ps 104 – 488)
Buku
III : Pelanggaran (ps 489 – 569)
Beberapa UU yang merubah &
menambah KUHP
UU
No.1/1946 : brlkunya KUHP, prbhan
bbrpa istilah, pnghpusan bbrpa pasal,
pnmbahan pasal-pasal baru : Bab IX - XVI
UU No. 20/1946 : tmbhan jnis pid Ps 10 a
KUHP --> pidana Tutupan
UU drt No. 8/1955 : menghapus Ps 527
UU No. 73/1958 : mnytakan UU No.
1/1946 brlku di slruh Indo, tmbhan Ps 52a,
142a, 154a
UU drt No. 1/1960 : mnmbah ancaman pid
dri Ps 188, 359, 360 mjd 5 Tahun penjara
atau 1 tahun kurungan
Beberapa UU yang merubah &
menambah KUHP
Perpu
No. 16/1960 : pnmbahan nilai
thdp bbrpa kjhtan ringan : Ps 364,
373, 379, 384, 407 (1)
Perpu No. 18/1960 : pid denda
dilipatgandakan 15 X
UU No. 1/PNPS/1965 : tmbhan Ps 156
a
UU No. 7/1974 : tmbhan sanksi utk
judi Ps 303 mjd 10 jta& denda 25 juta,
Ps 542 (1) mjd Kjhtan, Ps 303 bis pid
mjd 4 thn, denda 10 juta.
UU No. 4/1976 prbhan dan pnmbahan
ttg Kjhtan pnrbangan : Ps 3, Ps 4
angka 4, Ps 95a, 95b,95c, Bab XXIX A.
UU Pidana di luar KUHP
UU
Anti Subversi, UU No.
11/PNPS/1963 (Sdh dihapus)
UU Pmbrntasan T.P. Korupsi, UU
No. 20/2001 jo UU No. 31/1999
UU Tindak Pid Ekonomi, UU No.
7/drt/1955
Perpu 1/2002 UU 15/2003 Anti
Terorisme
UU Money Laundering
Contoh UU non pidana yang memuat sanksi
pidana
UU
UU
UU
UU
UU
UU
UU
UU
UU
UU
Lingkungan
Pers
Pendidikan Nasional
Perbankan
Pajak
Partai Politik
pemilu
Merek
Kepabeanan
Pasar Modal
PERBUATAN PIDANA
Prbtan pidana mrpkan prbtan yg dilrang olh suatu
atran hkm lrngan yg diatur dlm hkm pidana.
Moeljatno yg mngutip pndpt Simons mnrangkan
bhw strafbaar feit adl kelakuan (handeling) yg
diancam dg pidana, yg brsfat mlwan hkm, yg
brhubngan dg kslahan&yg dilkkan olh org yg
mmpu bertanggungjawab.
Ketut Wirawan mngtakan bhw Prbtan pidana sring
dsb dg bbrpa istilah spti tindak pidana, peristiwa
pidana, dan delict. Dimaksud dg prbtan pidana
ialah suatu prbtan atau rangkaian prbtan yg dpt
dikenakan hukuman pidana..
Lnjtan....,
Suatu
peristiwa hukum yg dpt dinytkan
sbg peristiwa pidana kalau mmnuhi
unsur obyektif dan unsur subyektif :
unsur obyektif, yaitu adanya suatu tindakan
(perbuatan) yg brtntangan dg hkm atau
prbtan yg dilrang olh hkm dg ancaman
pidananya.
unsur
subyektif, yaitu adanya prbtan
seseorang atau bbrpa org yg berakibat pd
hal yg tdk dikhndaki olh uu
Lnjtan....,
Syarat yg hrs dipnhi (sbg unsur obyektif
dan subyektif yang dipersyaratkan) dlm
suatu peristiwa pidana ialah:
Hrs ada prbtan org atau bbrpa org;
Prbtan itu hrs brttangan dg hukum;
Prbtan itu hrs sesuai dg apa yg dsbtkan dlm
ktntuan hukum;
Hrs trbkti ada kesalahan yg dpt diprtnggung
jawabkan; dan
Hrs trsdia ancaman hkman thdp prbtan yg
dilkkan yg trmuat dlm prtran hkm yg berlaku.
UNSUR2 TINDAK PIDANA
Unsur-Unsur Tindak
Bbrpa Teoritisi
Pidana
Mnrut
Menurut Moeljatno, unsur-unsur
tindak pidana adalah :
a. Perbuatan;
b. Yang dilarang (oleh aturan hukum)
c. Ancaman pidana (bagi yang
melanggar larangan)
Teori2 ttg Faktor Pnybab
Trjdinya Tindak Pidana
PENGERTIAN KAUSALITAS
Tiap2 prstwa psti ada sbabnya tdk
mngkin tjd bgt sja, dpt jga suatu prstwa
mnmbulkan prstwa yg lain. Disamping
hal tsb diatas dpt jga tjd satu prstwa
sbg akibat stu prstwa atau bbrpa prstwa
yg lain. Mslh sebab&akibat tsb dsb dg
nama causalitas, yg brsal dri kata
“causa” yg artinya adl sebab.
Hal sebab-akibat
Hubungan logis antara sebab dan akibat
lnjtan....,
Yg mjd fkus prhtian ahli hkm pid (bkn makna di
atas), ttpi makna yg dpt dilekatkan pd pngrtian
kausalitas agr mrk dpt mnjwb persoalan siapa yg
dpt dimintai pertanggungjawaban atas suatu
akibat tertentu
Manfaat Ajaran Causaliteit :
Dpt mbntu pra hkim utk dpt lbh cermat dlm
mnjtuhkan ptsan. Krn dlm prsdangan pastinya tjd
argumentasi antra pnntut umum dg penasihat
hukum terdakwa
Kapankah diperlukan ajaran Kausalitas ?
Ilmu hkm pid mngnal bbrp dlik yg pting
dlm hal kausalitas yaitu:
1. DELIK FORMIL
Delik formil adl delik yg tlh dianggap pnuh dg
dilkkannya suatu pbuatan yg dilrang&diancam
dg suatu hukuman. Delik formal ini yg
prmusannya menitikberatkan pd prbuatan yg
dilrang&diancam pid oleh uu. (rumusan dari
perbuatannya jelas)
Misal : Pasal 362 KUHP ttg Pencurian yg
dilrang dlm prbtannya adl mngmbil brg mlik
org lain atau Pasal 242 KUHP yg dilrang
mmbrikan ktrngan palsu dlm sumpah.
DELIK MATERIIL
delik materiil adl delik yg tlah dianggap slsai
dg ditmbulkannya akibat yg dilrang&diancam
dg hkman&uu. delik ini yg prmsannya
mntikbratkan pd akbt yg dilrang&diancam pid
olh uu. (rumusan dari akibat perbuatan).
Misal : Pasal 338 KUHP : yg dilrang dlm delik
ini adl mnybbkan matinya orang lain. Atau
Pasal 351 KUHP : yg dilrang dlm delik ini adl
mnmbulkan sakit atau luka pd orang lain.
Jd dlm Delik formal prbuatan itulah yg
dilrang dan pd delik materiil yg
ditkankan adl akibat dr prbuatan itu.
2.
Delik
yg terkualifikasi/dikwalifisir :
tndak pid yg krn situasi&kondisi
khusus yg brkaitan dg plksnaan
tndkan yg brsngktan/krn akibat2
khusus yg dimnculkannya, diancam
dg sanksi pid yg lbh brat ktmbang
sanksi yg diancamkan pd delik pokok
tsb.
(pengkualifikasian delik jg dpt dilkkan
ats dsar akibat yg mncul stlh delik
tttu dilkkan, mis. Ps 351 (1) Ps 351
(2)/ Ps 351 (3)
Ajaran Kausalitas
Conditio
Sine Qua
Non/Ekuivalensi dan
bedingungtheorie (Von Buri)
Teori-teori Individualisasi / Causa
Proxima : Birkmeyer , G.E.
Mulder
Teori-teori menggeneralisasi :
teori Adekuat (Von Kries, Simons,
Pompe, Rumelink)
Teori Relevansi : Langemeyer
Ajaran Conditio Sine Qua Non=
dri Van Buri
Smua
faktor yaitu smua syarat,
yg trut srt mnybbkan suatu
akibat&yg tdk dpt dihlngkan dri
rngkaian faktor2 ybs. Harus
dianggap causa (sebab) akibat
itu.
Smua syarat nilainya sama
(ekuivalensi)
Ada bbrpa sebab
Syarat = sebab
Teori-teori Individualisasi / Causa
Proxima
Birkmeyer
:
Teori ini berpangkal dari teori Conditio
Sine Qua Non . Di dalam rangkaian
syarat-syarat yang tidak dapat
dihilangkan untuk timbulnya akibat, lalu
dicari syarat manakah yang dalam
keadaan tertentu itu, yang paling
banyak membantu untuk terjadinya
akibat.
G.E Mulder :
Sebab adalah syarat yang paling dekat
dan tidak dapat dilepaskan dari akibat.
Teori-teori
menggeneralisasi
Von
Bar : teori ini tdk mnyoal tndkan mna atau
kjdian mna yg in concreto mmbrikan pngruh
(fisik/psikis) pling mnntkan. Yg diprsoalkan adl
apkah stu syrat yg scra umum dpt dipndng
mngkibtkan tjdinya prstiwa spti yg brsngktan
mngkin ditmkan dlm rngkaian kausalitas yg ada.
Rumelink (Teori Adequat Objectif) :
Faktor yg ditnjau dr sdut objektif, hrs (perlu) ada
utk tjdinya akibat. Ihwal probabilitas tda
bdsarkan pd apa yg dikthui/mngkin dikthui pd
wkt mlkkan tndkannya, mlainkan pd fakta yg
objektif pd wkt itu ada, entah dikthuinya/tdk – jd
pd apa yg kmdian trbkti mrpkan situasi&kondisi
yg mlngkupi prstwa tsb.
lanjutan
Von
Kries (Teori Adequat
Subjectif) : Sebab adl kslrhan
faktor positif &negatif yg tdk dpt
diksmpingkan tnpa skligus
mniadakan akibat. Sebab =
syarat-syarat yg dlm
situasi&kondisi ttntu mmlki
kcndrungan utk mmnculkan
akibat ttntu, biasanya mmnculkan
akibat itu, atau scra objectif
mmpbsar kmngkinan mnculnya
akibat tsb.
Teori Relevansi
Langemeijer
Teori ini ingin menerapkan ajaran
von Buri dengan memilih satu
atau lebih sebab dari sekian yang
mungkin ada, yang dipilih sebabsebab yang relevan saja , yakni
yang kiranya dimaksudkan
sebagai sebab oleh pembuat
undang-undang.
STELSEL PIDANA
Jenis-jenis
pidana dapat
dilihat dalam stelsel
pidana yang diatur
dalam Pasal 10 KUHP,
yaitu:
1. Pidana pokok
2. Pidana tambahan.
1. Jenis Hukuman Pokok :
Pidana mati;
Pidana penjara;
Pidana kurungan;
Pidana Denda; dan
Pidana Tutupan.
2. Jenis Hukuman Tambahan :
Pencabutan hak-hak tertentu;
Perampasan barang-barang tertentu;
Pengumuman putusan hakim.
A. JENIS-JENIS HUKUMAN MATI :
a.1. Pidana Mati
Pid mati adl pid yg trbrat dr smua pid yg
dicntmkan thdp brbgai kjhtan yg sngt brat,
mslnya pmbnuhan brncna (Psl 340 KUHP),
pncrian dg kkrasan (Psl 365 ayat (4),
pmbrontakan yg diatur dlm Psl 124 KUHP.
a.2. Pidana Penjara
Pid adl pid yg mbtasi kmrdekaan /kbbasan ssorg,
yaitu brpa hkman pnjara dan krungan. Hkman
pnjara minimum satu hari dan maksimum
seumur hidup. (lht Pasal 12 KUHP ).
a.3. Pidana Kurungan
Pid kurungan adl pid lbih ringan dr pid pnjara.
Lbih ringan antara lain, dlm hal mlkkan pkjaan
yg diwjbkan dan kebolehan mbwa peralatan yg
dibtuhkan trhkum shri-hri, mis : tmp tdr, slmut,
dll. Lmanya pid krngan skrang2nya satu hari
dan paling lama satu tahun, (lht Psl 18 KUHP).
a.4. Pidana Denda
Pid Denda adl Hkman denda selain diancamkan
pd plku plnggaran jg diancamkan thdp kjhtan
yg adakalanya sbg alternative atau kumulatif.
Sejarah singkat lhirnya pid tutupan dlm KUHP.
a.5. Pidana Tutupan (Muncul dari Peristiwa 3 Juli
1946)
Sbgmna dikthui, pid tutupan sbg slh satu jenis pid
pokok blm diknal dlm Wetboek Van Strafrecht voor
Nederlandsch Indie (WvSNI) yg dibrlkkan di Belanda
sejak 1 Januari 1918. Pid tutupan br diadakan pd tgl
30 Oktober 1946 brdsarkan UU No. 20 Tahun 1946
ttg pnmbahan jnis hkman pokok dg hkman tutupan.
Dlm pnjlsan UU No. 20 Tahun 1946 antara lain
disebutkan :
“Peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan
politik pada waktu belakangan ini memberi
keinsyafan kepada Pemerintah, bahwa jenis
hukuman pokok yang ada dalam KUHP yang
sekarang berlaku, tidaklah lengkap adanya
dan tidak pula mencukupi kebutuhan”.
Lnjtan....,
Sjrah
singkat ttg Peristiwa 3 Juli 1946, yaitu mrpkan
suatu prcobaan prbutan kekuasaan atau kudeta yg
dilkkan oleh pihak oposisi- klmpok Prstuan Perjuangan
thdp pmrtahan Kabinet Sjahrir II di Indonesia. Usaha yg
dimotori klmpok Tan Malaka ini maksudnya mendesak
Presiden agar mau menggnti kabinet. Krn Kabinet
Sjahrir dianggap trllu bnyk mbrikan konsesi kpd
Belanda. Apalagi stlah pidato Bung Hatta yg mbcorkan
bhw akn diadakan prndingan bru dg Belanda dimna
antara lain akn dicapai kspkatan Wil RI akn mlpti sbtas
Jawa dan Sumatera saja. Bgi klmpok Tan Malaka yg
mnginginkan kmrdekaan 100 % atau tdk ada kompromi
dg pihak Imperialis dan Kolonialis itu, kebijaksanaan
pmrintah yg dianggap mau menerima tekanan luar itu,
hrs dibereskan. Maka kaum militer bekerja sama dg
kaum politik utk mlkkan apa yg dinamakan"Peristiwa 3
Juli".
Lnjtan....,
a.5. Pidana Tutupan
Pid tutupan adl pid yg disediakan bg
para politisi yg mlkkan kjhtan yg
disbbkan olh ideologi yg dianutnya. Ttpi
dlm praktek peradilan dewasa ini tdk
prnh ktntuan tsb di terapkan.
Pid tutupan dimksud dpt mnggntikan
hukuman penjara dlm hal org yg mlkkan
kjhtan diancam dg hukuman penjara krn
terdorong oleh maksud yg patut
dihormati.
B. JENIS-JENIS HUKUMAN TAMBAHAN
1. Pencabutan hak-hak tertentu
Hal
ini
diatur
dlm
Psl
35
KUHP
yg
brbnyi
:
(1) Hak si brslah, yg blh dicbut dlm ptsan hakim dlm hal yg
ditntkan
dlm
KUHP/UU
umum
lainnya,
ialah
:
1. Mnjbat sgla jbtan/jbtan tertentu;
2. Masuk balai tentara;
3. Mmlih dan blh dipilih pd pmlihan yg dilkkan krn UU umum;
4. Mjd penasehat/wali, atau wali pengawas atau pengampu atau
pengampu pengawas atas org lain yg bkn ankanya sendiri;
5. Kekuasaan bapak, perwalian, dan pengampuan atas anaknya
sendiri;
6. Melakukan pekerjaan tertentu;
(2) Hakim berkuasa memecat seorang pegawai negeri dari
jabatannya apabila dalam undang-undang umum ada ditunjuk
pembesar lain yang semata-mata berkuasa melakukan
pemecatan itu.
2. Perampasan Barang Tertentu
Krn suatu ptsan prkara mngnai diri trpdna, mk
brang yg dirampas itu adl brang hsl kjhtan
atau brang mlik trpdna yg dirampas itu adl
brang hsl kjhtan/brang mlik trpdna yg dignkan
utk mlksnkan kjhtannya, (lht Psl 39 KUHP ).
3. Pengumuman Putusan Hakim
Hkman
tambahan
ini
dimksudkan
utk
mngmumkan kpd khalayak ramai (umum) agr
dg dmkian masy umum lbh brhti2 thdp si
terhukum. Jd cra2 mnjlankan pngmuman ptsan
hakim dimuat dlm ptsan, (lht Psl 43 KUHP).
PIDANA BERSYARAT
Pengertian
Pidana Bersyarat
Istilah pidana bersyarat diknal olh masy Ind dg
istilah hkman janggelan/hkman percobaan. Dlm
Kamus Umum Inggris-Indonesia istilah probation
ditrjmahkan dg percobaan. Mnrut Black Law
Dictionary, Probation brti suatu ptsan hakim
pengadilan brpa pnjthan pid ats prbtan jahat, nmn
trpdna ttap bebas bergaul dlm masy dg
pengawasan ptgas probation dg kwjban mbuat
lpran thdp tngkhlaku trpidna dlm jangka wkt
percobaan. probation mrpkan suatu sstm pmbinaan
trpidna ats prbtan jahatnya, nmn trpidna ttap bbas
bergaul
dlm
masy
di
bwh
pengawasan
umum. (dasar hkmnya lht Psl 14a s/d Psl 14f KUHP).
PELEPASAN BERSYARAT
Pengertian
Pelepasan Bersyarat
pmbbasan bersyarat adl proses pmbnaan
narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan.
(dsr hkmnya Psl 15 dan Psl 16 KUHP srt Psl 14,
22, dan Pasa1 29 UU No. 12 Thn 1995 ttg
Pemasyarakatan. Pmbbsan bersyarat dpt
dibrkan jk sdh :
1. telah menjalani 2/3 lama pidana,minimal 9
bulan;
2. syarat umum : tidak mengulangi tindak pidana
dan perbuatan lainyang tidak baik;dan
3. jika terpidana melanggar syarat, pelepasan
bersyarat dapat dicabut.
pembebasan bersyarat bertujuan :
1. mmbngkitkan
motivasi/drongan pd dri
Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan
kearah pencapaian tujuan pembinaan;
2. mberi ksmptan bg Narapidana dan Anak
Didik Pemasyarakatan utk pnddkan dan
ketrampilan gna mprsiapkan dri hdp mndiri
di tngah masy stlah bbas mnjlani
pidana;dan
3. mndorong masy utk berperanserta secara
aktif
dlm
penyelenggaraan
pemasyarakatan.
Persyaratan dalam pembebasan Bersyarat :
a. Persyaratan substantif
• tlh mnjukan ksdaran&pnysalan ats kslhan yg mnybbkan
dijatuhi
pidana;
• tlh mnjukan prkmbangan budi pekerti&moral yg positif;
• brhsil mngkuti prgram kegiatan pmbinaan dg tekun dan
brsmngat;
• masy tlh dpt mnrima program kegiatan pembinaan
narapidana yg bersangkutan;
• slma mnjlankan pid, Narapidana atau Anak Pidana tdk
prnh mdpt hkman disiplin skrang2nya dlm wkt 9
(sembilan) bln terakhir.
• masa pid yg tlh dijalani : utk pmbbasan bersyarat,
narapidana tlh mnjlani 2/3( dua pertiga) dr masa
pidananya, stlh dikrngi masa tahanan dan remisi dihitung
sjk tgl ptsan pengadilan mprleh kekuatan hkm tetap.
dengan ketentuan 2/3 (duapertiga) tersebuttidak kurang
dari 9 (sembilan) bulan.
Persyaratan administratif
• salinan putusan pengadilan (ekstrak vania);
• surat ktrngan asli dr Kejaksaan bhw narapidana yg
brsngktan tdk mpnyai prkra dg tindak pid lainnya;
• lpran pnltian kemasyarakatan (Litmas) dr BAPAS ttg
phk keluarga yg akn mnrima narapidana, keadaan
masy sktarnya dan pihak lain yg ada hbngannya dg
narapidana;
• Surat ktrangan kshtan dr psikolog/dr dokter bhw
narapidana sht baik jasmani maupun jiwanya, dll.
• bagi Narapidana atau Anak Pidana Warga Negara
Asing diperlukan syarat tambahan :
surat
ktrngan
snggup
mnjmin
Kedutaan
Besar/Konsulat Negara org asing yg brsngktan;
- Surat rekomendasi dr Kepala Kantor Imigrasi
setempat.
TEORI PEMIDANAAN DAN
PENANGGULANGANNYA
TEORI PEMIDANAAN
Pnrpan sanksi pid dlm arti umum
mrpkan bgian asas legalitas, yg
berbunyi: nullum delictum, nulla
poena, sine preavia lege poenali.
(lht Psl 1 ayat (1) KUHP ttg Asas
Legalitas)
Van
Hamel sprti yg dikutip olh Lamintang yg
dimaksud dg pemidanaan yaitu :
Pemidanaan adalah suatu penderitaan yang
bersifat khusus, yang telah dijatuhkan oleh
kekuasaan
yang
berwenang
untuk
menjatuhkan pidana atas nama negara
sebagai penanggung jawab dari ketertiban
hukum umum bagi seorang pelanggar, yakni
semata-mata karena orang tersebut telah
melanggar suatu peraturan hukum yang
harus ditegakkan oleh negara.
Edwin Sutherland yg dikutip Soedjono D,
mnytkan bhw alasan negara mlkkan atau
mnjtuhkan hukuman thdp pelaku tindak
pidana adalah karena :
1.
2.
3.
4.
Hukuman dijtuhkan dg dasar hrs
mnjukkan
dan
mndukung
prbtan/tndakan
mprthankan
tatib
dlm masy;
Hukuman hrs dpt mncegah tjdinya
prbtan2
yg
dpt
mnimbulkan
kekacauan;
Negara hrs mprthankan tatib masy
yg ada;dan
Negara hrs mprthankan ketentraman
dlm masy apbla ketentraman itu
dilanggar.
Dlm hbngannya dg pemidanaan dikenal 3
teori yaitu:
1. Teori absolut atau teori pembalasan;
2. eori relatif atau teori tujuan;dan
3. Teori gabungan.
Ad. 1. Teori absolut atau teori pembalasan
Mnrut teori ini, stiap kjhtan hrs diikuti dg pid,
tdk blh tdk, tnpa twar-mnwar. Seorang dpt di
pid krn tlh mlkkan kjhtan. Kgtan pembalasan,
atau dsb jg sbg vergelding yg mnrut bnyk org
dijlskan sbg alsan utk mempidana suatu
kjhtan. Kepuasan hti yg dijdikan suatu ukuran,
ttpi faktor lainnya kurang diperhatikan.
Mnrut
Adami Chazawi, tndkan pembalasan di
dlm hkm pid mpnyai dua arah yaitu:
Ditjukan kpd pnjhatnya (Subjektif dr pmblsan).
Ditjukan utk mmnuhi kepuasan dr prsaan
dndam di klngan masy (sudut objektif dr
pembalasan).
Ad. 2. Teori Relatif atau teori tujuan.
Dsar dr teori relatif atau tujuan bhw pid adl
alat utk mngakkan tatib (hukum). Jd tjuan pid
adl tatib dan utk mngakkan tatib itu diperlukan
pidana.
Adami
Chazawi mngmkakan dua sifat
pncgahan teori tujuan ini, yaitu:
1. Pencegahan Umum
Teori ini brtjuan utk mnkuti org agr tdk
mlkkan kejahatan. Slain ditjukan utk plku
jg ditjukan utk masy umum.
2. Pencegahan Khusus
Teori ini jg tjuan pmidanaan adl mncegah
pelaku kjhtan yg tlh di pid agar ia tdk
mnglang lgi mlkkan kjhtan, dan mncegah
agr org yg tlh brniat bruk utk tdk
mwjudkan niatnya mlkkan lgi kejahatan.
Lnjtan....,
Tjuan yg hndak dicpai dr teori ini dg mnjtuhkan
pidana, yg sifatnya ada tiga macam, yaitu:
1. menakuti si pelaku
2. memperbaiki si pelaku
3. membuat si pelaku tidak berdaya.
Ad.
3.
Teori
Gabungan
(VerenigingsTheorien).
Teori gbngan mrpkan kombinasi antara teori
pmblasan dan teori tjuan yaitu hukuman atas
dsr pmblasan maupun prthanan thdp tata tertib
masyarakat.
Lnjtan....,
Utrecht
mmbagi teori gabungan dlm
tiga glngan, yaitu:
◦ mnitikberatkan pmblasan ttpi mmbalas
tdk blh mlampaui btas (apa yg prlu) dan
sdh ckp utk mprthankan masy;
◦ mnitikberatkan prthanan tatib masy ttpi
tdk blh lbh berat dr pd suatu pdritaan yg
beratnya ssuai dg beratnya prbtan;dan
◦ menganggap kedua asas tsb hrs
dititikberatkan.
PENANGGULANGAN KJHTAN
Pd
dsarnya pnnggulangan kjhtan itu
ada dua cara, yaitu tindakan
preventif dan tindakan represif.
1. Tindakan Preventif
Tindakan preventif
yaitu suatu
upaya utk mcgah agr ssorg tdk
mkkan kjhtan tsb.
Pncgahan kjhtan mrpkan tndakan yg
mlbatkan smua unsur di dlmnya.
Pnnggulangan kjhtan scra preventif dpt
dilkkan dg 2 cara yaitu:
a. Cara moralistik, dilkkan dg mnyebarluaskan
ajran2 agama dan moral, prndang2an yg baik,
sarana2 lain yg dpt mengekang nafsu ssorg utk
berbuat jahat.
b. Cara aboliolistik, brsha mnnggulangi kjhtan dg
mbrantas sebab-musababnya.
2. Tindakan Represif
Tindakan represif adl sgla tndakan yg dilkkan olh
aparatur pngak hkm ssdah tjdnya tindak pid.
Tndakan represif ini dilkkan mllui proses
pengadilan yg tlh ditntkan, yaitu :
Lnjtan....,
Tahap
penyidikan oleh Polri.
Tahap pntutan dilkkan Jaksa sbg
PU.
Tahap pmriksaan di dpn sidang
pngdilan oleh hakim.
Tahap plksanaan ptsan pengadilan
olh
Jaksa
dan
lembaga
permasyarakatan dg diawasi olh
Ketua Pengadilan yg bersangkutan.
Terdapat
bbrpa syarat yg prlu diprhtikan
olh pemerintahan agar pnnggulangan
kjhtan dpt lbh brhsil. Syarat-syarat tsb adl
:
Sistem organisasi Kepolisian yang baik;
Pelaksanaan peradilan yang lebih efektif,
Hukum yang berwibawa
Pengawasan dan pencegahan kejahatan
yang lebih terkoordinir,
Partisipasi
masyarakat
dalam
penggolongan kejahatan
TUJUAN HUKUM PIDANA
Menurut para ahli tujuan hukum pidana
adl :
Memenuhi rasa keadilan (WIRJONO
PRODJODIKORO)
Melindungi masyarakat (social
defence) (TIRTA AMIDJAJA)
Melindungi kepentingan individu (HAM)
dan kepentingan masyarakat dengan
negara (KANTER DAN SIANTURI)
Menyelesaikan konflik (BARDA .N)
TUJUAN PIDANA MENURUT LITERATUR
INGGRIS
Reformation, yaitu mprbaiki/mrhabilitasi
pnjhat mjd org baik&brgna bg masy.
Restraint, yaitu mengasingkan pelanggar dr
masy shngga timbul rasa aman masy.
Retribution, yaitu pmblasan thdp plnggar
krn tlh mlkkan kjhtan.
Deterrence, yaitu menjera atau mencegah
shngga baik terdakwa sbg individual
maupun org lain yg potensi mjd pnjahat
akn jera atau tkut utk mlkkan kjhtan, mlhat
pid yg dijatuhkan kpd terdakwa.
KEPENTINGAN HUKUM YG WJB DILINDUNGI
IADA TIGA MACAM
Kpntingan hukum perorangan (individuale
belangen) msalnya kpntingan hkm thdp hak
hidup (nyawa), kpntingan hkm atas tubuh,
kpntingan hkm akan hak milik benda, kpntingan
hkm thdp harga diri dan nama baik, kpntingan
hkm thdp rasa susila, dsb.
Kpntingan hkm masyarakat (sociale of
maatschapppelijke belangen), msalnya kpntingan
hkm thdp keamanan dan ketertiban umum,
ketertiban berlalu lintas di jalan raya, dsb.
Kpntingan hkm negara (staatsbelangen),
msalnya kpntingan hkm thdp keamanan dan
kslmatan negara, kpntingan hkm thdp negara2
sahabat, kpntingan hkm thdp martabat kpla
negara dan wakilnya, dsb.
DASAR-DASAR
PENIADAAN,
PEMBERATAN,
PERINGANAN, DAN
HAPUSNYA HAK
MENUN TUT DAN
MENJALANKAN PIDANA
Dasar2 Peniadaan
Pidana
Mnrut
Adami Chazawi, dsar2 peniadaan atau
penghapusan pidana (strafuitslutingsgronden)
di dlm KUHP dibedakan antara yg brsifat
umum dan khusus.
I. DSAR2 PENIADAAN/PNGHPUSAN PID
SCRA UMUM
Tdk dipidananya ssorg ats plnggaran kttuan
pid yg brsifat umum disbbkan tdk dpt
ditntutnya si pembuat
(vervolgingsuitslutingsgronden) krn alsan
pemaaf dan dihapuskannya prbtan si
pembuat krn alsan pembenar.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bab III KUHP mnntukan tujuh alasan
(dasar) yg mnybabkan tdk dpt
dipidananya si pembuat ini, ialah:
adanya ktdkmampuan brtnggungjwab si
pembuat, (Pasal 44 ayat (1) )
adanya daya paksa (overmacht, Pasal 48)
adanya pbelaan trpaksa (noodweer, Pasal 49
ayat (1) )
adanya pbelaan trpaksa yg mlmpaui batas
(noodweerexcess, Pasal 49 ayat (2))
krn sbb mjlankan perintah UU (Pasal 50)
krn mlksnakan printah jbtan yg sah (Pasal 51
ayat (1))
krn mnjlankan prntah jbtan yg tdk sah dg
i’tikad baik (Pasal 51 ayat (2))
Dari tujuh alasan tsb di atas, kmdian
dibagi mjd dua alasan, yaitu:
1. Alasan pemaaf (schulduitsluitingsgronden)
Alasan ini brsifat subjektif&melekat pd diri
orgnya, khususnya mngnai sikap batin
sblm/pd saat akan berbuat. Alasan pemaaf
ini terdiri dri :
ktdkmampuan bertanggung jawab;
pmbelaan trpaksa yg melampaui batas; dan
mjlankan prntah jbtan yg tdk sah dg i’tikad
baik.
2. Alasan pembenar
(rechtsvaardingingsgronden)
Alasan ini bersifat objektif&melekat pd
prbuatannya/hal2 lain di luar batin si
pembuat. Alasan pembenar ini terdiri dari:
adanya daya paksa
adanya pembelaan terpaksa
sebab menjalankan perintah UU
sebab menjalankan perintah jabatan yang
sah
PERBDAAN ANTRA ALASAN PEMAAF DG
ALASAN PEMBENAR YAITU :
Pd alasan pemaaf si plku tdk di pid mskipun
prbtannya trbkti mlnggar uu. Artinya
prbtannya itu ttap brsifat mlwan hkm, nmn
krn hlang/hpusnya kslahan pd diri si plku,
prbtannya itu tdk dpt diprtnggungjwbkan
kpdnya atau si plku dimaafkan ats prbtannya
tsb. Contohnya : org gila yg mlkkan
pmbunuhan atau perkosaan. Sdngkan pd
alasan pembenar, tdk dipidananya si plku krn
prbtannya dibnarkan/prbtan tsb kehilangan
sifat mlwan hkmnya, mskpun
knytaannya
prbtan si plku tlh mmnuhi unsur2 tndak pid
ttpi krn hpusnya sifat mlwan hkm pd prbtan
itu, si plku tdk dpt di pid. Contohnya : seorang
algojo yg mengeksekusi mati terhukum pid
mati krn mjlankan perintah jabatan.
II. DASAR DIPERBERATNYA
PIDANA
Dasar
Pemberatan Pidana
Umum
Undang-undang mengatur
tentang tiga dasar (alasan) yang
menyebabkan diperberatnya
pidana umum, ialah:
Ad. 1. karena jabatan
Ad. 2. karena menggunakan
bendera kebangsaan
Ad. 3. karena pengulangan
Lnjtan....,
Ad. 1. Alasan karena Jabatan
Pemberatan karena jabatan ditentukan
dalam Pasal 52 KUHP yang rumusan
lengkapnya adalah: “Bilamana seorang
pejabat karena melakukan tindak pidana
melanaggar suatu kewajiban khusus dari
jabatannya atau pada waktu melakukan
tindak pidana memakai kekuasaan,
kesempatan atau sarana yang diberikan
kepadanya
karena
jabatannya,
pidananya dapat ditambah sepertiga.”
a.
Dsar pmberat pid tsb dlm Pasal 52 ini trltak pd
keadaan jbtan dr kualitas si pembuat (pejabat atau
pegawai negeri) mngnai empat hal ialah dlm mlkkan
tindak pid dengan :
Mlnggar suatu kwjiban khusus dr jabatannya,
contoh : Seorang polisi yg diprintah brtgas di Pos
Keamanan sebuah Bank, mk dia dibbani tgs khusus,
utk mnjga keamanan, keselamtan bank bsrta slruh
org yg brhbungan dg bank tsb dimna dia brtgas. Akn
ttpi kwjiban khusus tsb dpt pla dilnggarnya dg
mlkkan tindak pid yg justru mnyerang
kslmatan&keamanan bank itu. Msalnya dia
berkomplotan dg org lain utk mrampok bank tsb, dia
mberi informasi dan mrancang kjhtan itu srt brlaku
pasif utk mberi ksmpatan pd tman2nya dlm
mnjlankan aksi perampokan tsb.
b. Memakai kekuasaan jabatannya, Suatu
jabatan publik disamping mmbeban kwjiban khusus
dan kwjiban umum dr jbtannya, suatu kekuasaan
yg mlkat&timbul dr jbtan yg dipangku. Kekuasaan
ini jg dpt dislahgnakan pmangkunya utk mlkkan
suatu kjhtan tttu yg bhubngan dg kekuasaan itu.
Contoh : seorang Penyidik krn jbtannya, dia
mmliki kekuasaan utk mnngkap&mnahan seorang
tersangka. Dg kekuasaan ini dia mnangkap seorang
musuh pribadi yg dibencinya dan menahannya
tnpa mprdulikan ada atau tidaknya alasan
pnahanannya
atau
merekayasa
alasan
dr
tindakannya itu. Oknum polisi ini dapat diperberat
pidananya dengan ditambah sepertiga dari 8 tahun
penjara (333 ayat 1 KUHP).
c. menggunakan kesempatan karena
jabatannya.
Pegawai
negeri
dlm
mlksnakan
tgs
pkrjaan
brdsarkan
hak&kwjiban jbtan yg dipangkunya, jg
dpt trjdinya prbtan yg mlnggar UU, apbla
ksmptan ini dislahgnakan utk mlkkan
tindak pid. Misalnya, seorang penyidik
pmbantu dlm mlksnakan penyitaan
barang2 perhiasan di toko perhiasan,
ktka itu dia mpnyai ksmpatan utk
mngambil dg mlwan hkm sbgian dr
perhiasan yg disitanya tsb.
d. Menggunakan sarana yg dibrikan krn
jabatannya. Seorang pegawai negeri dlm
mjlnkan kwjban&tgas jbtannya dibrikan sarana2
tttu dan sarana mna dpt dignakan utk mlkkan
tindak pid tttu. Di sini dpt diartikan
mnylahgunakan sarana dr jbtannya utk mlkkan
suatu tindak pid. Misalnya, seorang polisi yg
diberi hak menguasai senjata api, dan dg senjata
api itu dia menembak mati musuh pribadi yg
dibencinya. Mka dpt diprberat pid penjara yg
dijtuhkan kpdanya dg ditambah sepertiga dr 15
thn (Psl 338 KUHP) atau sampai maksimum 20
tahun.
Lnjtan....,
Ad. 2. Dasar Pemberatan Pidana dg
Menggunakan Sarana Bendera
Kebangsaan
Mlkukan suatu tindak pidana dg
menggunakan sarana bendera kebangsaan
dirumuskan dlm Pasal 52 a, KUHP yg bunyi
lengkapnya adalah :
“Bilamana pada waktu melakukan
kejahatan digunakan bendera kebangsaan
Republik Indonesia, pidana untuk kejahatan
tersebut dapat ditambah sepertiga.”
Ad. 3. Dsar Pmbratan Pid krn
Pnglangan pid (Recidive). Mngnai
pnglangan KUHP mngtur:
• Pertama, mnybutkan dg mnglmpokkan
tindak2 pidana tttu dg syarat2 tttu yg dpt
tjdi pnglangannya. Pengulangan hny trbtas
pd tindak pid-tindak pid tttu yg disbtkan
dlm Pasal 486, 487, 488 KUHP; dan
• Di luar klmpok kjhtan dlm Pasal 386, 387
dan 388 itu, KUHP jg mnntukan bbrpa
tindak pid khusus tttu yg dpt tjdi
pnglangan, misalnya Pasal 216 ayat (3),
489 ayat (2), 495 ayat (2), 501 ayat (2),
512 ayat (3) KUHP.
III. DASAR-DASAR DIPERINGANNYA
PIDANA BAGI PEMBUAT
1. Dasar-dasar yang Menyebabkan
Diperingannya Pidana Umum
Menurut KUHP: Belum Berumur 16 Tahun. Diatur
dlm Bab III Buku I KUHP ttg hal2 yg mnghapuskan,
mengurangkan atau memberatkan pidana. Ttg hal
yg memperingan pidana dimuat dalam Pasal 45,
46 dan 47. akn ttpi sejak brlkunya UU No. 3 Tahun
1997 ttg Pengadilan Anak, ketiga pasal itu tlh tdk
berlaku lagi (Pasal 67). UU ini jg tlh dignti dg
dikeluarkannya UU No 11 Thn 2012 ttg Sistem
Peradilan Anak.
2. Dsar2 yg Mnybabkan Diperingannya Pid
Khusus
Disebagian tindak pid tttu, ada pla dicntumkan dasar
peringanan tttu, yg hny brlaku khusus thdp tindak
pid yg disbtkan itu sja, dan tdk brlaku umum utk
segala macam tindak pid. Dasar peringan pidana
khusus ini tersebar di dlm pasal-pasal KUHP. Contoh :
tindak pid dlm bentuk pokok : pembunuhan (338),
penganiayaan (351 ayat 1), pencurian (362),
penggelapan (372), penipuan (378). Pd bbrapa
tindak pid dlm jenis yg sama, ada dlm bentuk yg lbih
ringan (kadang disebut tindak pidana ringan), yaitu
pembunuhan dalam hal yang meringankan (341),
penganiayaan ringan (352), pencurian ringan (364),
penggelapan ringan (373), penipuan ringan (379).
HAL YANG MENYEBABKAN
HAPUSNYA HAK UNTUK
MENUNTUT DAN MENAJALANI
HUKUMAN
1. Hapusnya Hak Negara untuk
Menuntut Pidana
Penuntut Umum (PU) dlm hal2 tttu
tdk mpnyai hak utk mnntut pidana
thdp ssorg yg tlh mlkkan tindak pid
dikarenakan bbrapa hal yaitu:
Ne bis in idem (Pasal 76)
Meninggalnya si pembuat (Pasal 77)
Lampau waktu atau kadaluarsa
(Pasal 78-80)
Penyelesaian di luar pengadilan,
yaitu dengan dibayarnya denda
maksimum dan biaya-biaya bila
penuntutan telah dimulai (Pasal 82:
bagi pelanggaran yang hanya
diancam pidana denda)
2. Hapusnya Hak Negara untuk
Menjalankan Pidana/Hukuman
Mskipun suatu ptsan pmdanaan tlh
mpnyai kktan hkm, ada dua hal yg
mnybbkan hapusnya hak negara utk
mnjlnkan pid dlm KUHP. Pertama, diatur
dlm Pasal 83 KUHP, krn mninggalnya si
terpidana dan kedua, krn daluarsa
diatur dlm Pasal 84 KUHP. Sdngkan dsar
hapusnya hak negara mnjlnkan pidana di
luar KUHP adl grasi yg dibrikan olh
Presiden dg mprhtikan prtmbangan
Mahkamah Agung (MA), Pasal 14 UUD
1945 jo UU No. 22 Thn 2002 ttg Grasi.
CONCURCUS/PERBARENGAN
TINDAK PIDANA
Pengertian
Concursus atau perbarengan tindak pid
ialah tjdinya dua atau lbih tindak pid
olh stu org di mna tindak pid yg dilkkan
prtma kali blm dijtuhi pid, atau antara
tindak pid yg awal dg tindak pid
brkutnya blm dibtasi olh suatu ptsan
hakim. Jdi concursus adL ssorg mlkkan
bbrapa tindak pid dan di antara tindak
pid tsb blm mpnyai ptsan hakim yg
mproleh kekuatan hukum tetap (in
kracht).
Ilmu hukum pidana mengenal 3 (tiga)
bentuk concursus /jg dsb 3 ajaran,
yaitu :
1. Concursus idealis (eendaadsche
samenloop); tjd apbla ssorg mlkkan satu
prbtan&trnyata satu prbtan tsb mlnggar
bbrpa ktntuan hkm pidana.
2. Concursus realis (meerdaadsche
samenloop); tjd apbla ssorg skligus
merealisasikan bbrpa prbtan.
3. Perbuatan lanjutan (voortgezette
handeling); tjd apbla ssorg mlkkan prbtan
yg sama bbrapa kali, dan di antara prbtan2
itu tdpt hub yg sdmikian eratnya shngga
rangkaian prbtan itu hrs dianggap sbg
prbtan lanjutan.
1. Concursus Idealis. Diatur dlm
Pasal 63 KUHP yg bunyinya sbb :
(1) Jka satu prbtan trmsuk dlm lbih
dr satu norma pid, yg dipkai hny slah
stu dr norma pid itu; jka hkmannya
berlainan, yg dipkai adl norma pid yg
diancam pidananya yg trbrat.
(2) Jka bg suatu prbtan yg trmsuk
dlm norma pid umum, ada suatu
norma pid khusus, norma pid khusus
ini saja yg hrs dipakai.
Lnjtan....,
Bbrpa
contoh dr pndpat HazewinkelSuringa yg termuat dlm Psl 63 KUHP
:
◦ Seorang guru berbuat cabul dengan
muridnya yang masih di bawah umur.
Kejadian tersebut melanggar tindak
pidana perlindungan terhadap anak dan
salah menggunakan kekuasaan
◦ Seseorang melakukan pemerkosaan di
jalan umum. Kejadian tersebut
melanggar tindak pidana pemerkosaan
dan kesusilaan di hadapan umum.
2. Concursus Realis. Diatur dlm Pasal
65, 66 dan 67 KUHP. Pasal 65 KUHP
berbunyi :
◦ Dlm hal gbngan bbrpa prbtan yg hrs
dipndang sbg prbtan yg msing2 brdri
sndri&mrpkan bbrpa kjhtan yg atasnya
ditntukan hkman pokok yg sjnis, mka satu
hkman sj yg dijatuhkan (Psl 65 (1) KUHP).
◦ Lama yg trtinggi dr hkman itu adl jmlh
hkman2 trtinggi ats prbtan itu, ttpi tdk blh
lbh dr hkman yg trbrat ditmbah sepertiga.
3. Prbtan Lnjutan (Voortgezette
Handeling), diatur dlm Pasal 64 KUHP
yakni :
Dlm hal antara bbrpa prbtan, mskpun prbtan
itu msing2 mrpkan kjhtan/plnggaran, ada
sdmikian hbngannya shngga hrs dipndang sbg
satu prbtan yg brlanjut, mka hnylah satu atran
hkm sja yg dibrlkukan, jka brlainan, mka
dipakai atran dg hkman pokok yg trberat.
Tirtaamidjaja mbri contoh prbtan brlanjut
tsb sbb : misalnya A hendak berzina dg
seorang prmpuan B yg tlh bersuami ; A
mlksnakan mksudnya itu dg bbrpakali berzina
dg prmpuan itu dlm selang wkt yg tdk terlalu
lama.
Lnjtan....,
Para pakar pd umunya
berpendapat “perbuatan
berlanjut” sbgmna diatur dlm
Pasal 64 KUHP, terjadi apabila :
kejahatan atau pelanggaran
tersendiri itu adalah pelaksanaan
dari satu kehendak yang
terlarang;
kejahatan atau pelanggaran itu
sejenis; dan
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH
PIDANA
PENGANTAR DAN PENGERTIAN
HUKUM PIDANA
OLEH : AIRI SAFRIJAL,
S.H.,M.H.
UIN
ISTILAH, RUANG
LINGKUP DAN
PENGERTIAN
Istilah hkm
pid mrpkan trjmhan dr
bhsa
Belanda “Strafrecht”. Straf brti pidana,
recht brti hukum. Straf sndri scra harfiah
brti hukuman. Jk digbungkan keduanya
akn brti hukum hukuman. Istilah dmkian
dianggap tdk lazim mnrut tata bahasa,
mk istilah “hukum hukuman” itu diganti
dg hukum pidana.
Hukum pidana dapat dibagi:
1. Hukum Pidana Objektif (Ius Poenale)
2. Hukum Pidana Subjektif (Ius Poeniendi)
1. Hkm pid objektif adl sjmlah prtran yg
mngndung lrngan2 dan khrusan2 dimna
thdp plnggaran2 diancam dg hukuman.
Hkm pid objektif ini dibgi ke dlm hkm
pid materil dan hkm pid formil. Hkm
pid materil adl hkm yg mntkan ttg :
Prbtan2 yg dpt dipidana;
Siapakah yg dpt dipidana, atau siapakah
yg dpt dipertanggungjawabkan; dan
Jnis hkman apakah yg dpt dijtuhkan kpd
org yg mlanggar uu.
2. Hukum Pidana Subjektif (Ius Poeniendi)
adl atran hkm yg mntkan hak negara utk
memidana atau mnjtuhkan pid kpd
seseorang, yaitu:
Hak utk mngncam prbtan2 dg pid, hak ini
brda pd pmbuat UU.
Hak utk mnjtuhkan pid, hak ini brda di
tangan hakim, utk menghukum org yg
terbukti bersalah.
Hak utk mlksnakan pid, hak ini trltak
ditangan jaksa, utk mlksnakan putusan
hakim.
TUJUAN HUKUM PIDANA
Tujuan hkm pid mnrut Wirjono Projodikoro adl
utk mmnuhi rasa keadilan. Tujuan hkm pid adl
sbg :
Utk menakut-nakuti org jngn smpai mlkkan
kjhtan, baik scra menakut-nakuti org bnyk
(generale preventie) maupun menakut-nakuti
org tttu yg sdh mlkkan kjhtan agar dikmdian
hr tdk mlkkan kjhtan lagi (speciale preventie).
Utk mendidik atau mprbaiki org2 yg sdh
menandakan ska mlkkan kjhtan agar mjd org
yg baik tabiatnya shgga brmfaat bg masy.
FUNGSI HUKUM PIDANA
Scra umum hkm pid berfungsi utk mngtur dan
mnylggrakan khdpan masy agar dpt terciptanya dan
terpeliharanya kttiban umum. Dan Scra khusus sbg
bgian hkm publik, hkm pid berfungsi utk :
Mlndungi kpntingan hkm dr prbtan atau prbtan2 yg
mnyerang atau mmprkosa kpntingan hkm tsb;
Mmberi dsar legitimasi bg ngra dlm rngka ngra
mnjlankan fungsi prlindungan ats brbgai kpntingan
hkm; dan
Mngatur dan mbtasi kekuasaan ngra dlm rngka ngra
mnjlankan fungsi prlindungan ats kpntingan hkm.
Lnjtan....,
Kpntingan hkm yg wjib
dilindungi itu ada 3 macam,
yaitu :
Kpntingan hkm per-orangan
(individule belangen);
Kpntingan hkm masy (sosiale
belangen); dan
Kpntingan hkm negara
(staatsbelangen)
ASAS LEGALITAS
Pasal
1 ayat (1) KUHP mnytkan: “Tiada
suatu
prbtan
yg
bleh
di-hkm
melainkan atas kekuatan atran pid dlm
UU yg trdhulu dr prbtan itu”. Ktntuan
ayat ini memuat asas yg tercakup dlm
rumusan: “Nullum delictum, nulla
poena sine praevia lege punali” yang
artinya
tiada
kejahatan,
tiada
hukuman
pidana
tanpa
undangundang hukum pidana terlebih dahulu.
ASAS LEGALITAS=Pasal 1
KUHP
(1) Tiada suatu perbuatan dapat
dipidana,
kecuali
berdasarkan
kekuatan
ketentuan
perundangundangan pidana yang telah ada
sebelumnya.
(2) Jika ada perubahan dalam
perundang-undangan
sesudah
perbuatan dilakukan, maka terhadap
terdakwa diterapkan ketentuan yang
paling menguntungkan .
Asas-asas dalam
Pasal 1 ayat (1 ) KUHP
1. Asas Legalitas
2. Asas Larangan berlaku surut
3. Asas Larangan
penggunaan Analogi
ASAS LARANGAN BERLAKU
SURUT
Undang-undang
pidana berjalan
ke depan dan tidak ke belakang :
X
--------- UU Pidana
-------------
Larangan berlaku surut (dan pengecualiannya) dalam berbagai ketentuan
Nasional
Ps 28i UUD 1945
Ps 18 (2) dan Ps 18 (3) UU No. 39 Tahun 1999
Ps 43 UU No. 26 Tahun 2000
Perpu 1/2002 & 2/2002 UU 15/2003 ; UU
16/2003
Internasional
Ps 15 (1) dan (2) ICCPR
Ps 22, 23, dan 24 ICC
RUANG LINGKUP BERLAKUNYA
HUKUM PIDANA
1. Asas Teritorialitas (Teritorialiteit beginsel)
Ktntuan asas ini dicntumkan dlm Pasal 2 yg
mnytakan bhw “Ktntuan pid dlm uu Indo brlku bg
setiap org yg di dlm wlyah Indo mlkkan tindak
pidana”. (lht Psl 3 KUHP yg mmprluas pngrtian
brlkunya hkm Pidana Indo)
2. Asas Nasionalitas Aktif (actief nationaliteit
beginsel)
Asas kpntingan nasional dlm atran pid disebut
“Nasionalitas Aktif” atau “Asas Personalitas
(personaliteit beginsel) dan dicantumkan dlm Pasal
5 ayat (1) yg mnytkan, bhw Ktntuan dlm UU Indo
brlku bg warga ngra Indo yg di luar Indo mlkkan
tindak pidana seperti :
Lnjtan....,
bg
wrga ngra yg mlkkan tindak pidana
di luar wlyah Indo yg mnyngkut
keamanan negara, kedudukan Kepala
Negara, penghasutan utk mlkkan
tindak pidana, tdk mmnuhi kwjban
militer, prkwinan mlbihi jmlh yg
ditntkan dan pembajakan, mk plkunya
dpt ditntut mnrut atran hkm pidana
Indo olh pengadilan Indo. (lht 160, 16,
240, 279, 450 dan 451 KUHP)
3. Asas Nasionalitas Pasif (pasief
nasionaliteit beginsel)
Asas ini dsb “asas perlindungan” yg mntukan
bhw brlkunya uu hkm pidana sesuatu negara
disandarkan kpd kptingan hkm dr negara yg
brsngkutan. Asas ini adl didsarkan bhw tiap2
negara yg berdaulat brhak utk mlndungi
kpntingan hkmnya, walaupun dilkkan olh org di
luar negara tsb (state’s sovereignty). Asas ini
diatur dlm Pasal 4 sub 1e, 2e dan 3e, Pasal 7 dan
Pasal 8 KUHP, spti makar mati thdp kepala
negara, pemalsuan mata uang atau surat
berharga Indonesia. (lht Psl 7 dan psl 8 KUHP)
4. Asas universalitas
(universaliteit beginsel)
Asas ini mntkan bhw uu hkm pidana
dr suatu negara dpt dibrlkukan thdp
siapa sj yg mlkkan plnggaran thdp
kttiban hkm slruh dunia. Dlm KUHP
asas ini tercantum dlm Pasal 4 sub
4e, slah satunya kjhtan pmbjakan di
laut (piracy), walaupun kjhtan tsb
dilkkan di laut bebas.
Pengertian Hukum Pidana
(1)
Prof. Moeljatno
Hkm
Pid adl bgian dr kslruhan hkm yg
brlku di suatu negara, yg mngdakan dsar2
dan aturan untuk :
1) mnntukan prbtan2 mna yg tdk blh
dilkkan, yg dilarang, dg disertai ancaman
atau sanksi brpa pid tttu bgi barang siapa
mlnggar lrngan tsb; Criminal Act.
2) mnntukan kpn dan dlm hal2 apa kpd
mrk yg tlh mlnggar lrngan2 itu dpt
diknakan atau dijatuhi pid sbgmna yg tlh
diancamkan ; Criminal Liability/Criminal
Responsibility.
1) dan 2) = Substantive Criminal Law /
3) mnntukan dg cra bgmna pengenaan pid itu dpt
dilksnkan apbla ada org yg disngka tlh mlnggar
lrngan tsb. Criminal Procedure/ Hukum Acara Pidana
Pengertian Hukum Pidana (2)
Prof. Pompe
Hkm Pid adl smua atran2 hkm yg mntukan
thdp prbtan2 apa yg shrusnya dijatuhi pid,
dan apakah macamnya pidana itu
Pengertian Hukum Pidana
(3)
Prof. Simons
Hkm
Pid adl ksmuanya prntah2
dan lrngan2 yg diadakan olh ngra
dan yg diancam dg suatu nestapa
(pidana) barang siapa yg tdk
mntaatinya, ksmuanya atran2 yg
mntkan syarat2 bg akibat hkm itu
dan
ksmuanya
atran2
utk
mngdakan
(menjatuhi)
dan
mnjlankan pidana tsb.
Pengertian Hukum Pidana
(4)
Prof. Van Hamel
Hkm
Pid adl smua dsar2 dan
atran2 yg dianut olh suatu ngra
dlm mnylggrakan ktrtiban hkm
(rechtsorde) yaitu dg mlrang apa
yg btntangan dg hkm dan
mngenakan suatu nestapa kpd yg
mlnggar lrngan2 tsb.
Pembagian Hukum Pidana
Hukum Pidana Materiil (Hukum
Pidana)
Ilmu Hukum Pidana & Ilmu-ilmu
lainnya
Kriminologi
0byek studinya -->
kejahatan, penjahat, reaksi masyarakat
terhadap kejahatan & penjahat
Kriminalistik
:
: mmpljri kjhtan.
Ilmu Forensik : ilmu pnylidikan.
Psikiatri Kehakiman : mmpljri
jiwa.
Sosiologi Hukum : mpljri
hkm&masyarakat.
KUHP dan Sejarahnya
Andi
Utrecht
-
-Jaman VOC
-Jaman Daendels
-Jaman Raffles
-Jaman Komisaris
Jenderal
-Tahun 1848-1918
-KUHP tahun 1915
-sekarang
-
Hamzah
Jaman VOC
Jaman Hindia
Belanda
Jaman Jepang
Jaman
Kemerdekaan
Jaman Hindia Belanda
Dualisme
dlm H. Pidana
1. Ptsan Raja Belanda 10/2/1866 (S.1866
no.55) --> Org Eropa
2. Ordonnantie 6 Mei 1872 (S.1872) -->
Org Indo&Timur Asing
Unifikasi :
Wetboek van Strafrecht voor
Nederlandsch - Indie
- Ptsan Raja Belanda 15/10/1915 Berlaku
1/1/1918 disrtai
- Ptsan Raja Belanda 4/5/1917 (S.1917
no. 497) : mngtur prlihan dr H. Pid lma
Jaman Jepang
WvSI
masih berlaku
Osamu Serei (UU) No.
1 Tahun 1942, berlaku
7/3/1942
H. Pidana formil yang
mengalami banyak
perubahan
Jaman Kemerdekaan
UUD
1945 Ps. II
Aturan Peralihan
Segala Badan
Negara dan
Peraturan yang ada
masih berlaku
selama belum
diadakan yang baru
menurut UUD ini
(1)
Jaman Kemerdekaan
UU
(2)
No. 1 Tahun 1946 : Penegasan
tentang Hukum Pidana yang berlaku di
Indonesia
Berlaku di Jawa-Madura (26/2/1946)
PP No. 8 Tahun 1946 : Berlaku di
Sumatera
UU No. 73 Tahun 1958 : “ Undangundang tentang menyatakan
berlakunya UU No. 1 Tahun 1946
tentang Peraturan Hukum Pidana untuk
seluruh wilayah RI dan mengubah Kitab
SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA DI
INDONESIA
KUHP
(beserta UU
yang merubah &
menambahnya)
UU Pidana di luar
KUHP
Ketentuan Pidana
dalam Peraturan
perundangundangan nonpidana
KUHP
Buku
103)
I : Ketentuan Umum (ps 1 – ps
Pasal 103 Ketentuan-ketentuan
dalam Bab I sampai Bab VIII buku I
juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan
yang oleh ketentuan perundangundangan lainnya diancam dengan
pidana, kecuali jika oleh undangundang ditentukan lain
Buku
II : Kejahatan (ps 104 – 488)
Buku
III : Pelanggaran (ps 489 – 569)
Beberapa UU yang merubah &
menambah KUHP
UU
No.1/1946 : brlkunya KUHP, prbhan
bbrpa istilah, pnghpusan bbrpa pasal,
pnmbahan pasal-pasal baru : Bab IX - XVI
UU No. 20/1946 : tmbhan jnis pid Ps 10 a
KUHP --> pidana Tutupan
UU drt No. 8/1955 : menghapus Ps 527
UU No. 73/1958 : mnytakan UU No.
1/1946 brlku di slruh Indo, tmbhan Ps 52a,
142a, 154a
UU drt No. 1/1960 : mnmbah ancaman pid
dri Ps 188, 359, 360 mjd 5 Tahun penjara
atau 1 tahun kurungan
Beberapa UU yang merubah &
menambah KUHP
Perpu
No. 16/1960 : pnmbahan nilai
thdp bbrpa kjhtan ringan : Ps 364,
373, 379, 384, 407 (1)
Perpu No. 18/1960 : pid denda
dilipatgandakan 15 X
UU No. 1/PNPS/1965 : tmbhan Ps 156
a
UU No. 7/1974 : tmbhan sanksi utk
judi Ps 303 mjd 10 jta& denda 25 juta,
Ps 542 (1) mjd Kjhtan, Ps 303 bis pid
mjd 4 thn, denda 10 juta.
UU No. 4/1976 prbhan dan pnmbahan
ttg Kjhtan pnrbangan : Ps 3, Ps 4
angka 4, Ps 95a, 95b,95c, Bab XXIX A.
UU Pidana di luar KUHP
UU
Anti Subversi, UU No.
11/PNPS/1963 (Sdh dihapus)
UU Pmbrntasan T.P. Korupsi, UU
No. 20/2001 jo UU No. 31/1999
UU Tindak Pid Ekonomi, UU No.
7/drt/1955
Perpu 1/2002 UU 15/2003 Anti
Terorisme
UU Money Laundering
Contoh UU non pidana yang memuat sanksi
pidana
UU
UU
UU
UU
UU
UU
UU
UU
UU
UU
Lingkungan
Pers
Pendidikan Nasional
Perbankan
Pajak
Partai Politik
pemilu
Merek
Kepabeanan
Pasar Modal
PERBUATAN PIDANA
Prbtan pidana mrpkan prbtan yg dilrang olh suatu
atran hkm lrngan yg diatur dlm hkm pidana.
Moeljatno yg mngutip pndpt Simons mnrangkan
bhw strafbaar feit adl kelakuan (handeling) yg
diancam dg pidana, yg brsfat mlwan hkm, yg
brhubngan dg kslahan&yg dilkkan olh org yg
mmpu bertanggungjawab.
Ketut Wirawan mngtakan bhw Prbtan pidana sring
dsb dg bbrpa istilah spti tindak pidana, peristiwa
pidana, dan delict. Dimaksud dg prbtan pidana
ialah suatu prbtan atau rangkaian prbtan yg dpt
dikenakan hukuman pidana..
Lnjtan....,
Suatu
peristiwa hukum yg dpt dinytkan
sbg peristiwa pidana kalau mmnuhi
unsur obyektif dan unsur subyektif :
unsur obyektif, yaitu adanya suatu tindakan
(perbuatan) yg brtntangan dg hkm atau
prbtan yg dilrang olh hkm dg ancaman
pidananya.
unsur
subyektif, yaitu adanya prbtan
seseorang atau bbrpa org yg berakibat pd
hal yg tdk dikhndaki olh uu
Lnjtan....,
Syarat yg hrs dipnhi (sbg unsur obyektif
dan subyektif yang dipersyaratkan) dlm
suatu peristiwa pidana ialah:
Hrs ada prbtan org atau bbrpa org;
Prbtan itu hrs brttangan dg hukum;
Prbtan itu hrs sesuai dg apa yg dsbtkan dlm
ktntuan hukum;
Hrs trbkti ada kesalahan yg dpt diprtnggung
jawabkan; dan
Hrs trsdia ancaman hkman thdp prbtan yg
dilkkan yg trmuat dlm prtran hkm yg berlaku.
UNSUR2 TINDAK PIDANA
Unsur-Unsur Tindak
Bbrpa Teoritisi
Pidana
Mnrut
Menurut Moeljatno, unsur-unsur
tindak pidana adalah :
a. Perbuatan;
b. Yang dilarang (oleh aturan hukum)
c. Ancaman pidana (bagi yang
melanggar larangan)
Teori2 ttg Faktor Pnybab
Trjdinya Tindak Pidana
PENGERTIAN KAUSALITAS
Tiap2 prstwa psti ada sbabnya tdk
mngkin tjd bgt sja, dpt jga suatu prstwa
mnmbulkan prstwa yg lain. Disamping
hal tsb diatas dpt jga tjd satu prstwa
sbg akibat stu prstwa atau bbrpa prstwa
yg lain. Mslh sebab&akibat tsb dsb dg
nama causalitas, yg brsal dri kata
“causa” yg artinya adl sebab.
Hal sebab-akibat
Hubungan logis antara sebab dan akibat
lnjtan....,
Yg mjd fkus prhtian ahli hkm pid (bkn makna di
atas), ttpi makna yg dpt dilekatkan pd pngrtian
kausalitas agr mrk dpt mnjwb persoalan siapa yg
dpt dimintai pertanggungjawaban atas suatu
akibat tertentu
Manfaat Ajaran Causaliteit :
Dpt mbntu pra hkim utk dpt lbh cermat dlm
mnjtuhkan ptsan. Krn dlm prsdangan pastinya tjd
argumentasi antra pnntut umum dg penasihat
hukum terdakwa
Kapankah diperlukan ajaran Kausalitas ?
Ilmu hkm pid mngnal bbrp dlik yg pting
dlm hal kausalitas yaitu:
1. DELIK FORMIL
Delik formil adl delik yg tlh dianggap pnuh dg
dilkkannya suatu pbuatan yg dilrang&diancam
dg suatu hukuman. Delik formal ini yg
prmusannya menitikberatkan pd prbuatan yg
dilrang&diancam pid oleh uu. (rumusan dari
perbuatannya jelas)
Misal : Pasal 362 KUHP ttg Pencurian yg
dilrang dlm prbtannya adl mngmbil brg mlik
org lain atau Pasal 242 KUHP yg dilrang
mmbrikan ktrngan palsu dlm sumpah.
DELIK MATERIIL
delik materiil adl delik yg tlah dianggap slsai
dg ditmbulkannya akibat yg dilrang&diancam
dg hkman&uu. delik ini yg prmsannya
mntikbratkan pd akbt yg dilrang&diancam pid
olh uu. (rumusan dari akibat perbuatan).
Misal : Pasal 338 KUHP : yg dilrang dlm delik
ini adl mnybbkan matinya orang lain. Atau
Pasal 351 KUHP : yg dilrang dlm delik ini adl
mnmbulkan sakit atau luka pd orang lain.
Jd dlm Delik formal prbuatan itulah yg
dilrang dan pd delik materiil yg
ditkankan adl akibat dr prbuatan itu.
2.
Delik
yg terkualifikasi/dikwalifisir :
tndak pid yg krn situasi&kondisi
khusus yg brkaitan dg plksnaan
tndkan yg brsngktan/krn akibat2
khusus yg dimnculkannya, diancam
dg sanksi pid yg lbh brat ktmbang
sanksi yg diancamkan pd delik pokok
tsb.
(pengkualifikasian delik jg dpt dilkkan
ats dsar akibat yg mncul stlh delik
tttu dilkkan, mis. Ps 351 (1) Ps 351
(2)/ Ps 351 (3)
Ajaran Kausalitas
Conditio
Sine Qua
Non/Ekuivalensi dan
bedingungtheorie (Von Buri)
Teori-teori Individualisasi / Causa
Proxima : Birkmeyer , G.E.
Mulder
Teori-teori menggeneralisasi :
teori Adekuat (Von Kries, Simons,
Pompe, Rumelink)
Teori Relevansi : Langemeyer
Ajaran Conditio Sine Qua Non=
dri Van Buri
Smua
faktor yaitu smua syarat,
yg trut srt mnybbkan suatu
akibat&yg tdk dpt dihlngkan dri
rngkaian faktor2 ybs. Harus
dianggap causa (sebab) akibat
itu.
Smua syarat nilainya sama
(ekuivalensi)
Ada bbrpa sebab
Syarat = sebab
Teori-teori Individualisasi / Causa
Proxima
Birkmeyer
:
Teori ini berpangkal dari teori Conditio
Sine Qua Non . Di dalam rangkaian
syarat-syarat yang tidak dapat
dihilangkan untuk timbulnya akibat, lalu
dicari syarat manakah yang dalam
keadaan tertentu itu, yang paling
banyak membantu untuk terjadinya
akibat.
G.E Mulder :
Sebab adalah syarat yang paling dekat
dan tidak dapat dilepaskan dari akibat.
Teori-teori
menggeneralisasi
Von
Bar : teori ini tdk mnyoal tndkan mna atau
kjdian mna yg in concreto mmbrikan pngruh
(fisik/psikis) pling mnntkan. Yg diprsoalkan adl
apkah stu syrat yg scra umum dpt dipndng
mngkibtkan tjdinya prstiwa spti yg brsngktan
mngkin ditmkan dlm rngkaian kausalitas yg ada.
Rumelink (Teori Adequat Objectif) :
Faktor yg ditnjau dr sdut objektif, hrs (perlu) ada
utk tjdinya akibat. Ihwal probabilitas tda
bdsarkan pd apa yg dikthui/mngkin dikthui pd
wkt mlkkan tndkannya, mlainkan pd fakta yg
objektif pd wkt itu ada, entah dikthuinya/tdk – jd
pd apa yg kmdian trbkti mrpkan situasi&kondisi
yg mlngkupi prstwa tsb.
lanjutan
Von
Kries (Teori Adequat
Subjectif) : Sebab adl kslrhan
faktor positif &negatif yg tdk dpt
diksmpingkan tnpa skligus
mniadakan akibat. Sebab =
syarat-syarat yg dlm
situasi&kondisi ttntu mmlki
kcndrungan utk mmnculkan
akibat ttntu, biasanya mmnculkan
akibat itu, atau scra objectif
mmpbsar kmngkinan mnculnya
akibat tsb.
Teori Relevansi
Langemeijer
Teori ini ingin menerapkan ajaran
von Buri dengan memilih satu
atau lebih sebab dari sekian yang
mungkin ada, yang dipilih sebabsebab yang relevan saja , yakni
yang kiranya dimaksudkan
sebagai sebab oleh pembuat
undang-undang.
STELSEL PIDANA
Jenis-jenis
pidana dapat
dilihat dalam stelsel
pidana yang diatur
dalam Pasal 10 KUHP,
yaitu:
1. Pidana pokok
2. Pidana tambahan.
1. Jenis Hukuman Pokok :
Pidana mati;
Pidana penjara;
Pidana kurungan;
Pidana Denda; dan
Pidana Tutupan.
2. Jenis Hukuman Tambahan :
Pencabutan hak-hak tertentu;
Perampasan barang-barang tertentu;
Pengumuman putusan hakim.
A. JENIS-JENIS HUKUMAN MATI :
a.1. Pidana Mati
Pid mati adl pid yg trbrat dr smua pid yg
dicntmkan thdp brbgai kjhtan yg sngt brat,
mslnya pmbnuhan brncna (Psl 340 KUHP),
pncrian dg kkrasan (Psl 365 ayat (4),
pmbrontakan yg diatur dlm Psl 124 KUHP.
a.2. Pidana Penjara
Pid adl pid yg mbtasi kmrdekaan /kbbasan ssorg,
yaitu brpa hkman pnjara dan krungan. Hkman
pnjara minimum satu hari dan maksimum
seumur hidup. (lht Pasal 12 KUHP ).
a.3. Pidana Kurungan
Pid kurungan adl pid lbih ringan dr pid pnjara.
Lbih ringan antara lain, dlm hal mlkkan pkjaan
yg diwjbkan dan kebolehan mbwa peralatan yg
dibtuhkan trhkum shri-hri, mis : tmp tdr, slmut,
dll. Lmanya pid krngan skrang2nya satu hari
dan paling lama satu tahun, (lht Psl 18 KUHP).
a.4. Pidana Denda
Pid Denda adl Hkman denda selain diancamkan
pd plku plnggaran jg diancamkan thdp kjhtan
yg adakalanya sbg alternative atau kumulatif.
Sejarah singkat lhirnya pid tutupan dlm KUHP.
a.5. Pidana Tutupan (Muncul dari Peristiwa 3 Juli
1946)
Sbgmna dikthui, pid tutupan sbg slh satu jenis pid
pokok blm diknal dlm Wetboek Van Strafrecht voor
Nederlandsch Indie (WvSNI) yg dibrlkkan di Belanda
sejak 1 Januari 1918. Pid tutupan br diadakan pd tgl
30 Oktober 1946 brdsarkan UU No. 20 Tahun 1946
ttg pnmbahan jnis hkman pokok dg hkman tutupan.
Dlm pnjlsan UU No. 20 Tahun 1946 antara lain
disebutkan :
“Peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan
politik pada waktu belakangan ini memberi
keinsyafan kepada Pemerintah, bahwa jenis
hukuman pokok yang ada dalam KUHP yang
sekarang berlaku, tidaklah lengkap adanya
dan tidak pula mencukupi kebutuhan”.
Lnjtan....,
Sjrah
singkat ttg Peristiwa 3 Juli 1946, yaitu mrpkan
suatu prcobaan prbutan kekuasaan atau kudeta yg
dilkkan oleh pihak oposisi- klmpok Prstuan Perjuangan
thdp pmrtahan Kabinet Sjahrir II di Indonesia. Usaha yg
dimotori klmpok Tan Malaka ini maksudnya mendesak
Presiden agar mau menggnti kabinet. Krn Kabinet
Sjahrir dianggap trllu bnyk mbrikan konsesi kpd
Belanda. Apalagi stlah pidato Bung Hatta yg mbcorkan
bhw akn diadakan prndingan bru dg Belanda dimna
antara lain akn dicapai kspkatan Wil RI akn mlpti sbtas
Jawa dan Sumatera saja. Bgi klmpok Tan Malaka yg
mnginginkan kmrdekaan 100 % atau tdk ada kompromi
dg pihak Imperialis dan Kolonialis itu, kebijaksanaan
pmrintah yg dianggap mau menerima tekanan luar itu,
hrs dibereskan. Maka kaum militer bekerja sama dg
kaum politik utk mlkkan apa yg dinamakan"Peristiwa 3
Juli".
Lnjtan....,
a.5. Pidana Tutupan
Pid tutupan adl pid yg disediakan bg
para politisi yg mlkkan kjhtan yg
disbbkan olh ideologi yg dianutnya. Ttpi
dlm praktek peradilan dewasa ini tdk
prnh ktntuan tsb di terapkan.
Pid tutupan dimksud dpt mnggntikan
hukuman penjara dlm hal org yg mlkkan
kjhtan diancam dg hukuman penjara krn
terdorong oleh maksud yg patut
dihormati.
B. JENIS-JENIS HUKUMAN TAMBAHAN
1. Pencabutan hak-hak tertentu
Hal
ini
diatur
dlm
Psl
35
KUHP
yg
brbnyi
:
(1) Hak si brslah, yg blh dicbut dlm ptsan hakim dlm hal yg
ditntkan
dlm
KUHP/UU
umum
lainnya,
ialah
:
1. Mnjbat sgla jbtan/jbtan tertentu;
2. Masuk balai tentara;
3. Mmlih dan blh dipilih pd pmlihan yg dilkkan krn UU umum;
4. Mjd penasehat/wali, atau wali pengawas atau pengampu atau
pengampu pengawas atas org lain yg bkn ankanya sendiri;
5. Kekuasaan bapak, perwalian, dan pengampuan atas anaknya
sendiri;
6. Melakukan pekerjaan tertentu;
(2) Hakim berkuasa memecat seorang pegawai negeri dari
jabatannya apabila dalam undang-undang umum ada ditunjuk
pembesar lain yang semata-mata berkuasa melakukan
pemecatan itu.
2. Perampasan Barang Tertentu
Krn suatu ptsan prkara mngnai diri trpdna, mk
brang yg dirampas itu adl brang hsl kjhtan
atau brang mlik trpdna yg dirampas itu adl
brang hsl kjhtan/brang mlik trpdna yg dignkan
utk mlksnkan kjhtannya, (lht Psl 39 KUHP ).
3. Pengumuman Putusan Hakim
Hkman
tambahan
ini
dimksudkan
utk
mngmumkan kpd khalayak ramai (umum) agr
dg dmkian masy umum lbh brhti2 thdp si
terhukum. Jd cra2 mnjlankan pngmuman ptsan
hakim dimuat dlm ptsan, (lht Psl 43 KUHP).
PIDANA BERSYARAT
Pengertian
Pidana Bersyarat
Istilah pidana bersyarat diknal olh masy Ind dg
istilah hkman janggelan/hkman percobaan. Dlm
Kamus Umum Inggris-Indonesia istilah probation
ditrjmahkan dg percobaan. Mnrut Black Law
Dictionary, Probation brti suatu ptsan hakim
pengadilan brpa pnjthan pid ats prbtan jahat, nmn
trpdna ttap bebas bergaul dlm masy dg
pengawasan ptgas probation dg kwjban mbuat
lpran thdp tngkhlaku trpidna dlm jangka wkt
percobaan. probation mrpkan suatu sstm pmbinaan
trpidna ats prbtan jahatnya, nmn trpidna ttap bbas
bergaul
dlm
masy
di
bwh
pengawasan
umum. (dasar hkmnya lht Psl 14a s/d Psl 14f KUHP).
PELEPASAN BERSYARAT
Pengertian
Pelepasan Bersyarat
pmbbasan bersyarat adl proses pmbnaan
narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan.
(dsr hkmnya Psl 15 dan Psl 16 KUHP srt Psl 14,
22, dan Pasa1 29 UU No. 12 Thn 1995 ttg
Pemasyarakatan. Pmbbsan bersyarat dpt
dibrkan jk sdh :
1. telah menjalani 2/3 lama pidana,minimal 9
bulan;
2. syarat umum : tidak mengulangi tindak pidana
dan perbuatan lainyang tidak baik;dan
3. jika terpidana melanggar syarat, pelepasan
bersyarat dapat dicabut.
pembebasan bersyarat bertujuan :
1. mmbngkitkan
motivasi/drongan pd dri
Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan
kearah pencapaian tujuan pembinaan;
2. mberi ksmptan bg Narapidana dan Anak
Didik Pemasyarakatan utk pnddkan dan
ketrampilan gna mprsiapkan dri hdp mndiri
di tngah masy stlah bbas mnjlani
pidana;dan
3. mndorong masy utk berperanserta secara
aktif
dlm
penyelenggaraan
pemasyarakatan.
Persyaratan dalam pembebasan Bersyarat :
a. Persyaratan substantif
• tlh mnjukan ksdaran&pnysalan ats kslhan yg mnybbkan
dijatuhi
pidana;
• tlh mnjukan prkmbangan budi pekerti&moral yg positif;
• brhsil mngkuti prgram kegiatan pmbinaan dg tekun dan
brsmngat;
• masy tlh dpt mnrima program kegiatan pembinaan
narapidana yg bersangkutan;
• slma mnjlankan pid, Narapidana atau Anak Pidana tdk
prnh mdpt hkman disiplin skrang2nya dlm wkt 9
(sembilan) bln terakhir.
• masa pid yg tlh dijalani : utk pmbbasan bersyarat,
narapidana tlh mnjlani 2/3( dua pertiga) dr masa
pidananya, stlh dikrngi masa tahanan dan remisi dihitung
sjk tgl ptsan pengadilan mprleh kekuatan hkm tetap.
dengan ketentuan 2/3 (duapertiga) tersebuttidak kurang
dari 9 (sembilan) bulan.
Persyaratan administratif
• salinan putusan pengadilan (ekstrak vania);
• surat ktrngan asli dr Kejaksaan bhw narapidana yg
brsngktan tdk mpnyai prkra dg tindak pid lainnya;
• lpran pnltian kemasyarakatan (Litmas) dr BAPAS ttg
phk keluarga yg akn mnrima narapidana, keadaan
masy sktarnya dan pihak lain yg ada hbngannya dg
narapidana;
• Surat ktrangan kshtan dr psikolog/dr dokter bhw
narapidana sht baik jasmani maupun jiwanya, dll.
• bagi Narapidana atau Anak Pidana Warga Negara
Asing diperlukan syarat tambahan :
surat
ktrngan
snggup
mnjmin
Kedutaan
Besar/Konsulat Negara org asing yg brsngktan;
- Surat rekomendasi dr Kepala Kantor Imigrasi
setempat.
TEORI PEMIDANAAN DAN
PENANGGULANGANNYA
TEORI PEMIDANAAN
Pnrpan sanksi pid dlm arti umum
mrpkan bgian asas legalitas, yg
berbunyi: nullum delictum, nulla
poena, sine preavia lege poenali.
(lht Psl 1 ayat (1) KUHP ttg Asas
Legalitas)
Van
Hamel sprti yg dikutip olh Lamintang yg
dimaksud dg pemidanaan yaitu :
Pemidanaan adalah suatu penderitaan yang
bersifat khusus, yang telah dijatuhkan oleh
kekuasaan
yang
berwenang
untuk
menjatuhkan pidana atas nama negara
sebagai penanggung jawab dari ketertiban
hukum umum bagi seorang pelanggar, yakni
semata-mata karena orang tersebut telah
melanggar suatu peraturan hukum yang
harus ditegakkan oleh negara.
Edwin Sutherland yg dikutip Soedjono D,
mnytkan bhw alasan negara mlkkan atau
mnjtuhkan hukuman thdp pelaku tindak
pidana adalah karena :
1.
2.
3.
4.
Hukuman dijtuhkan dg dasar hrs
mnjukkan
dan
mndukung
prbtan/tndakan
mprthankan
tatib
dlm masy;
Hukuman hrs dpt mncegah tjdinya
prbtan2
yg
dpt
mnimbulkan
kekacauan;
Negara hrs mprthankan tatib masy
yg ada;dan
Negara hrs mprthankan ketentraman
dlm masy apbla ketentraman itu
dilanggar.
Dlm hbngannya dg pemidanaan dikenal 3
teori yaitu:
1. Teori absolut atau teori pembalasan;
2. eori relatif atau teori tujuan;dan
3. Teori gabungan.
Ad. 1. Teori absolut atau teori pembalasan
Mnrut teori ini, stiap kjhtan hrs diikuti dg pid,
tdk blh tdk, tnpa twar-mnwar. Seorang dpt di
pid krn tlh mlkkan kjhtan. Kgtan pembalasan,
atau dsb jg sbg vergelding yg mnrut bnyk org
dijlskan sbg alsan utk mempidana suatu
kjhtan. Kepuasan hti yg dijdikan suatu ukuran,
ttpi faktor lainnya kurang diperhatikan.
Mnrut
Adami Chazawi, tndkan pembalasan di
dlm hkm pid mpnyai dua arah yaitu:
Ditjukan kpd pnjhatnya (Subjektif dr pmblsan).
Ditjukan utk mmnuhi kepuasan dr prsaan
dndam di klngan masy (sudut objektif dr
pembalasan).
Ad. 2. Teori Relatif atau teori tujuan.
Dsar dr teori relatif atau tujuan bhw pid adl
alat utk mngakkan tatib (hukum). Jd tjuan pid
adl tatib dan utk mngakkan tatib itu diperlukan
pidana.
Adami
Chazawi mngmkakan dua sifat
pncgahan teori tujuan ini, yaitu:
1. Pencegahan Umum
Teori ini brtjuan utk mnkuti org agr tdk
mlkkan kejahatan. Slain ditjukan utk plku
jg ditjukan utk masy umum.
2. Pencegahan Khusus
Teori ini jg tjuan pmidanaan adl mncegah
pelaku kjhtan yg tlh di pid agar ia tdk
mnglang lgi mlkkan kjhtan, dan mncegah
agr org yg tlh brniat bruk utk tdk
mwjudkan niatnya mlkkan lgi kejahatan.
Lnjtan....,
Tjuan yg hndak dicpai dr teori ini dg mnjtuhkan
pidana, yg sifatnya ada tiga macam, yaitu:
1. menakuti si pelaku
2. memperbaiki si pelaku
3. membuat si pelaku tidak berdaya.
Ad.
3.
Teori
Gabungan
(VerenigingsTheorien).
Teori gbngan mrpkan kombinasi antara teori
pmblasan dan teori tjuan yaitu hukuman atas
dsr pmblasan maupun prthanan thdp tata tertib
masyarakat.
Lnjtan....,
Utrecht
mmbagi teori gabungan dlm
tiga glngan, yaitu:
◦ mnitikberatkan pmblasan ttpi mmbalas
tdk blh mlampaui btas (apa yg prlu) dan
sdh ckp utk mprthankan masy;
◦ mnitikberatkan prthanan tatib masy ttpi
tdk blh lbh berat dr pd suatu pdritaan yg
beratnya ssuai dg beratnya prbtan;dan
◦ menganggap kedua asas tsb hrs
dititikberatkan.
PENANGGULANGAN KJHTAN
Pd
dsarnya pnnggulangan kjhtan itu
ada dua cara, yaitu tindakan
preventif dan tindakan represif.
1. Tindakan Preventif
Tindakan preventif
yaitu suatu
upaya utk mcgah agr ssorg tdk
mkkan kjhtan tsb.
Pncgahan kjhtan mrpkan tndakan yg
mlbatkan smua unsur di dlmnya.
Pnnggulangan kjhtan scra preventif dpt
dilkkan dg 2 cara yaitu:
a. Cara moralistik, dilkkan dg mnyebarluaskan
ajran2 agama dan moral, prndang2an yg baik,
sarana2 lain yg dpt mengekang nafsu ssorg utk
berbuat jahat.
b. Cara aboliolistik, brsha mnnggulangi kjhtan dg
mbrantas sebab-musababnya.
2. Tindakan Represif
Tindakan represif adl sgla tndakan yg dilkkan olh
aparatur pngak hkm ssdah tjdnya tindak pid.
Tndakan represif ini dilkkan mllui proses
pengadilan yg tlh ditntkan, yaitu :
Lnjtan....,
Tahap
penyidikan oleh Polri.
Tahap pntutan dilkkan Jaksa sbg
PU.
Tahap pmriksaan di dpn sidang
pngdilan oleh hakim.
Tahap plksanaan ptsan pengadilan
olh
Jaksa
dan
lembaga
permasyarakatan dg diawasi olh
Ketua Pengadilan yg bersangkutan.
Terdapat
bbrpa syarat yg prlu diprhtikan
olh pemerintahan agar pnnggulangan
kjhtan dpt lbh brhsil. Syarat-syarat tsb adl
:
Sistem organisasi Kepolisian yang baik;
Pelaksanaan peradilan yang lebih efektif,
Hukum yang berwibawa
Pengawasan dan pencegahan kejahatan
yang lebih terkoordinir,
Partisipasi
masyarakat
dalam
penggolongan kejahatan
TUJUAN HUKUM PIDANA
Menurut para ahli tujuan hukum pidana
adl :
Memenuhi rasa keadilan (WIRJONO
PRODJODIKORO)
Melindungi masyarakat (social
defence) (TIRTA AMIDJAJA)
Melindungi kepentingan individu (HAM)
dan kepentingan masyarakat dengan
negara (KANTER DAN SIANTURI)
Menyelesaikan konflik (BARDA .N)
TUJUAN PIDANA MENURUT LITERATUR
INGGRIS
Reformation, yaitu mprbaiki/mrhabilitasi
pnjhat mjd org baik&brgna bg masy.
Restraint, yaitu mengasingkan pelanggar dr
masy shngga timbul rasa aman masy.
Retribution, yaitu pmblasan thdp plnggar
krn tlh mlkkan kjhtan.
Deterrence, yaitu menjera atau mencegah
shngga baik terdakwa sbg individual
maupun org lain yg potensi mjd pnjahat
akn jera atau tkut utk mlkkan kjhtan, mlhat
pid yg dijatuhkan kpd terdakwa.
KEPENTINGAN HUKUM YG WJB DILINDUNGI
IADA TIGA MACAM
Kpntingan hukum perorangan (individuale
belangen) msalnya kpntingan hkm thdp hak
hidup (nyawa), kpntingan hkm atas tubuh,
kpntingan hkm akan hak milik benda, kpntingan
hkm thdp harga diri dan nama baik, kpntingan
hkm thdp rasa susila, dsb.
Kpntingan hkm masyarakat (sociale of
maatschapppelijke belangen), msalnya kpntingan
hkm thdp keamanan dan ketertiban umum,
ketertiban berlalu lintas di jalan raya, dsb.
Kpntingan hkm negara (staatsbelangen),
msalnya kpntingan hkm thdp keamanan dan
kslmatan negara, kpntingan hkm thdp negara2
sahabat, kpntingan hkm thdp martabat kpla
negara dan wakilnya, dsb.
DASAR-DASAR
PENIADAAN,
PEMBERATAN,
PERINGANAN, DAN
HAPUSNYA HAK
MENUN TUT DAN
MENJALANKAN PIDANA
Dasar2 Peniadaan
Pidana
Mnrut
Adami Chazawi, dsar2 peniadaan atau
penghapusan pidana (strafuitslutingsgronden)
di dlm KUHP dibedakan antara yg brsifat
umum dan khusus.
I. DSAR2 PENIADAAN/PNGHPUSAN PID
SCRA UMUM
Tdk dipidananya ssorg ats plnggaran kttuan
pid yg brsifat umum disbbkan tdk dpt
ditntutnya si pembuat
(vervolgingsuitslutingsgronden) krn alsan
pemaaf dan dihapuskannya prbtan si
pembuat krn alsan pembenar.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bab III KUHP mnntukan tujuh alasan
(dasar) yg mnybabkan tdk dpt
dipidananya si pembuat ini, ialah:
adanya ktdkmampuan brtnggungjwab si
pembuat, (Pasal 44 ayat (1) )
adanya daya paksa (overmacht, Pasal 48)
adanya pbelaan trpaksa (noodweer, Pasal 49
ayat (1) )
adanya pbelaan trpaksa yg mlmpaui batas
(noodweerexcess, Pasal 49 ayat (2))
krn sbb mjlankan perintah UU (Pasal 50)
krn mlksnakan printah jbtan yg sah (Pasal 51
ayat (1))
krn mnjlankan prntah jbtan yg tdk sah dg
i’tikad baik (Pasal 51 ayat (2))
Dari tujuh alasan tsb di atas, kmdian
dibagi mjd dua alasan, yaitu:
1. Alasan pemaaf (schulduitsluitingsgronden)
Alasan ini brsifat subjektif&melekat pd diri
orgnya, khususnya mngnai sikap batin
sblm/pd saat akan berbuat. Alasan pemaaf
ini terdiri dri :
ktdkmampuan bertanggung jawab;
pmbelaan trpaksa yg melampaui batas; dan
mjlankan prntah jbtan yg tdk sah dg i’tikad
baik.
2. Alasan pembenar
(rechtsvaardingingsgronden)
Alasan ini bersifat objektif&melekat pd
prbuatannya/hal2 lain di luar batin si
pembuat. Alasan pembenar ini terdiri dari:
adanya daya paksa
adanya pembelaan terpaksa
sebab menjalankan perintah UU
sebab menjalankan perintah jabatan yang
sah
PERBDAAN ANTRA ALASAN PEMAAF DG
ALASAN PEMBENAR YAITU :
Pd alasan pemaaf si plku tdk di pid mskipun
prbtannya trbkti mlnggar uu. Artinya
prbtannya itu ttap brsifat mlwan hkm, nmn
krn hlang/hpusnya kslahan pd diri si plku,
prbtannya itu tdk dpt diprtnggungjwbkan
kpdnya atau si plku dimaafkan ats prbtannya
tsb. Contohnya : org gila yg mlkkan
pmbunuhan atau perkosaan. Sdngkan pd
alasan pembenar, tdk dipidananya si plku krn
prbtannya dibnarkan/prbtan tsb kehilangan
sifat mlwan hkmnya, mskpun
knytaannya
prbtan si plku tlh mmnuhi unsur2 tndak pid
ttpi krn hpusnya sifat mlwan hkm pd prbtan
itu, si plku tdk dpt di pid. Contohnya : seorang
algojo yg mengeksekusi mati terhukum pid
mati krn mjlankan perintah jabatan.
II. DASAR DIPERBERATNYA
PIDANA
Dasar
Pemberatan Pidana
Umum
Undang-undang mengatur
tentang tiga dasar (alasan) yang
menyebabkan diperberatnya
pidana umum, ialah:
Ad. 1. karena jabatan
Ad. 2. karena menggunakan
bendera kebangsaan
Ad. 3. karena pengulangan
Lnjtan....,
Ad. 1. Alasan karena Jabatan
Pemberatan karena jabatan ditentukan
dalam Pasal 52 KUHP yang rumusan
lengkapnya adalah: “Bilamana seorang
pejabat karena melakukan tindak pidana
melanaggar suatu kewajiban khusus dari
jabatannya atau pada waktu melakukan
tindak pidana memakai kekuasaan,
kesempatan atau sarana yang diberikan
kepadanya
karena
jabatannya,
pidananya dapat ditambah sepertiga.”
a.
Dsar pmberat pid tsb dlm Pasal 52 ini trltak pd
keadaan jbtan dr kualitas si pembuat (pejabat atau
pegawai negeri) mngnai empat hal ialah dlm mlkkan
tindak pid dengan :
Mlnggar suatu kwjiban khusus dr jabatannya,
contoh : Seorang polisi yg diprintah brtgas di Pos
Keamanan sebuah Bank, mk dia dibbani tgs khusus,
utk mnjga keamanan, keselamtan bank bsrta slruh
org yg brhbungan dg bank tsb dimna dia brtgas. Akn
ttpi kwjiban khusus tsb dpt pla dilnggarnya dg
mlkkan tindak pid yg justru mnyerang
kslmatan&keamanan bank itu. Msalnya dia
berkomplotan dg org lain utk mrampok bank tsb, dia
mberi informasi dan mrancang kjhtan itu srt brlaku
pasif utk mberi ksmpatan pd tman2nya dlm
mnjlankan aksi perampokan tsb.
b. Memakai kekuasaan jabatannya, Suatu
jabatan publik disamping mmbeban kwjiban khusus
dan kwjiban umum dr jbtannya, suatu kekuasaan
yg mlkat&timbul dr jbtan yg dipangku. Kekuasaan
ini jg dpt dislahgnakan pmangkunya utk mlkkan
suatu kjhtan tttu yg bhubngan dg kekuasaan itu.
Contoh : seorang Penyidik krn jbtannya, dia
mmliki kekuasaan utk mnngkap&mnahan seorang
tersangka. Dg kekuasaan ini dia mnangkap seorang
musuh pribadi yg dibencinya dan menahannya
tnpa mprdulikan ada atau tidaknya alasan
pnahanannya
atau
merekayasa
alasan
dr
tindakannya itu. Oknum polisi ini dapat diperberat
pidananya dengan ditambah sepertiga dari 8 tahun
penjara (333 ayat 1 KUHP).
c. menggunakan kesempatan karena
jabatannya.
Pegawai
negeri
dlm
mlksnakan
tgs
pkrjaan
brdsarkan
hak&kwjiban jbtan yg dipangkunya, jg
dpt trjdinya prbtan yg mlnggar UU, apbla
ksmptan ini dislahgnakan utk mlkkan
tindak pid. Misalnya, seorang penyidik
pmbantu dlm mlksnakan penyitaan
barang2 perhiasan di toko perhiasan,
ktka itu dia mpnyai ksmpatan utk
mngambil dg mlwan hkm sbgian dr
perhiasan yg disitanya tsb.
d. Menggunakan sarana yg dibrikan krn
jabatannya. Seorang pegawai negeri dlm
mjlnkan kwjban&tgas jbtannya dibrikan sarana2
tttu dan sarana mna dpt dignakan utk mlkkan
tindak pid tttu. Di sini dpt diartikan
mnylahgunakan sarana dr jbtannya utk mlkkan
suatu tindak pid. Misalnya, seorang polisi yg
diberi hak menguasai senjata api, dan dg senjata
api itu dia menembak mati musuh pribadi yg
dibencinya. Mka dpt diprberat pid penjara yg
dijtuhkan kpdanya dg ditambah sepertiga dr 15
thn (Psl 338 KUHP) atau sampai maksimum 20
tahun.
Lnjtan....,
Ad. 2. Dasar Pemberatan Pidana dg
Menggunakan Sarana Bendera
Kebangsaan
Mlkukan suatu tindak pidana dg
menggunakan sarana bendera kebangsaan
dirumuskan dlm Pasal 52 a, KUHP yg bunyi
lengkapnya adalah :
“Bilamana pada waktu melakukan
kejahatan digunakan bendera kebangsaan
Republik Indonesia, pidana untuk kejahatan
tersebut dapat ditambah sepertiga.”
Ad. 3. Dsar Pmbratan Pid krn
Pnglangan pid (Recidive). Mngnai
pnglangan KUHP mngtur:
• Pertama, mnybutkan dg mnglmpokkan
tindak2 pidana tttu dg syarat2 tttu yg dpt
tjdi pnglangannya. Pengulangan hny trbtas
pd tindak pid-tindak pid tttu yg disbtkan
dlm Pasal 486, 487, 488 KUHP; dan
• Di luar klmpok kjhtan dlm Pasal 386, 387
dan 388 itu, KUHP jg mnntukan bbrpa
tindak pid khusus tttu yg dpt tjdi
pnglangan, misalnya Pasal 216 ayat (3),
489 ayat (2), 495 ayat (2), 501 ayat (2),
512 ayat (3) KUHP.
III. DASAR-DASAR DIPERINGANNYA
PIDANA BAGI PEMBUAT
1. Dasar-dasar yang Menyebabkan
Diperingannya Pidana Umum
Menurut KUHP: Belum Berumur 16 Tahun. Diatur
dlm Bab III Buku I KUHP ttg hal2 yg mnghapuskan,
mengurangkan atau memberatkan pidana. Ttg hal
yg memperingan pidana dimuat dalam Pasal 45,
46 dan 47. akn ttpi sejak brlkunya UU No. 3 Tahun
1997 ttg Pengadilan Anak, ketiga pasal itu tlh tdk
berlaku lagi (Pasal 67). UU ini jg tlh dignti dg
dikeluarkannya UU No 11 Thn 2012 ttg Sistem
Peradilan Anak.
2. Dsar2 yg Mnybabkan Diperingannya Pid
Khusus
Disebagian tindak pid tttu, ada pla dicntumkan dasar
peringanan tttu, yg hny brlaku khusus thdp tindak
pid yg disbtkan itu sja, dan tdk brlaku umum utk
segala macam tindak pid. Dasar peringan pidana
khusus ini tersebar di dlm pasal-pasal KUHP. Contoh :
tindak pid dlm bentuk pokok : pembunuhan (338),
penganiayaan (351 ayat 1), pencurian (362),
penggelapan (372), penipuan (378). Pd bbrapa
tindak pid dlm jenis yg sama, ada dlm bentuk yg lbih
ringan (kadang disebut tindak pidana ringan), yaitu
pembunuhan dalam hal yang meringankan (341),
penganiayaan ringan (352), pencurian ringan (364),
penggelapan ringan (373), penipuan ringan (379).
HAL YANG MENYEBABKAN
HAPUSNYA HAK UNTUK
MENUNTUT DAN MENAJALANI
HUKUMAN
1. Hapusnya Hak Negara untuk
Menuntut Pidana
Penuntut Umum (PU) dlm hal2 tttu
tdk mpnyai hak utk mnntut pidana
thdp ssorg yg tlh mlkkan tindak pid
dikarenakan bbrapa hal yaitu:
Ne bis in idem (Pasal 76)
Meninggalnya si pembuat (Pasal 77)
Lampau waktu atau kadaluarsa
(Pasal 78-80)
Penyelesaian di luar pengadilan,
yaitu dengan dibayarnya denda
maksimum dan biaya-biaya bila
penuntutan telah dimulai (Pasal 82:
bagi pelanggaran yang hanya
diancam pidana denda)
2. Hapusnya Hak Negara untuk
Menjalankan Pidana/Hukuman
Mskipun suatu ptsan pmdanaan tlh
mpnyai kktan hkm, ada dua hal yg
mnybbkan hapusnya hak negara utk
mnjlnkan pid dlm KUHP. Pertama, diatur
dlm Pasal 83 KUHP, krn mninggalnya si
terpidana dan kedua, krn daluarsa
diatur dlm Pasal 84 KUHP. Sdngkan dsar
hapusnya hak negara mnjlnkan pidana di
luar KUHP adl grasi yg dibrikan olh
Presiden dg mprhtikan prtmbangan
Mahkamah Agung (MA), Pasal 14 UUD
1945 jo UU No. 22 Thn 2002 ttg Grasi.
CONCURCUS/PERBARENGAN
TINDAK PIDANA
Pengertian
Concursus atau perbarengan tindak pid
ialah tjdinya dua atau lbih tindak pid
olh stu org di mna tindak pid yg dilkkan
prtma kali blm dijtuhi pid, atau antara
tindak pid yg awal dg tindak pid
brkutnya blm dibtasi olh suatu ptsan
hakim. Jdi concursus adL ssorg mlkkan
bbrapa tindak pid dan di antara tindak
pid tsb blm mpnyai ptsan hakim yg
mproleh kekuatan hukum tetap (in
kracht).
Ilmu hukum pidana mengenal 3 (tiga)
bentuk concursus /jg dsb 3 ajaran,
yaitu :
1. Concursus idealis (eendaadsche
samenloop); tjd apbla ssorg mlkkan satu
prbtan&trnyata satu prbtan tsb mlnggar
bbrpa ktntuan hkm pidana.
2. Concursus realis (meerdaadsche
samenloop); tjd apbla ssorg skligus
merealisasikan bbrpa prbtan.
3. Perbuatan lanjutan (voortgezette
handeling); tjd apbla ssorg mlkkan prbtan
yg sama bbrapa kali, dan di antara prbtan2
itu tdpt hub yg sdmikian eratnya shngga
rangkaian prbtan itu hrs dianggap sbg
prbtan lanjutan.
1. Concursus Idealis. Diatur dlm
Pasal 63 KUHP yg bunyinya sbb :
(1) Jka satu prbtan trmsuk dlm lbih
dr satu norma pid, yg dipkai hny slah
stu dr norma pid itu; jka hkmannya
berlainan, yg dipkai adl norma pid yg
diancam pidananya yg trbrat.
(2) Jka bg suatu prbtan yg trmsuk
dlm norma pid umum, ada suatu
norma pid khusus, norma pid khusus
ini saja yg hrs dipakai.
Lnjtan....,
Bbrpa
contoh dr pndpat HazewinkelSuringa yg termuat dlm Psl 63 KUHP
:
◦ Seorang guru berbuat cabul dengan
muridnya yang masih di bawah umur.
Kejadian tersebut melanggar tindak
pidana perlindungan terhadap anak dan
salah menggunakan kekuasaan
◦ Seseorang melakukan pemerkosaan di
jalan umum. Kejadian tersebut
melanggar tindak pidana pemerkosaan
dan kesusilaan di hadapan umum.
2. Concursus Realis. Diatur dlm Pasal
65, 66 dan 67 KUHP. Pasal 65 KUHP
berbunyi :
◦ Dlm hal gbngan bbrpa prbtan yg hrs
dipndang sbg prbtan yg msing2 brdri
sndri&mrpkan bbrpa kjhtan yg atasnya
ditntukan hkman pokok yg sjnis, mka satu
hkman sj yg dijatuhkan (Psl 65 (1) KUHP).
◦ Lama yg trtinggi dr hkman itu adl jmlh
hkman2 trtinggi ats prbtan itu, ttpi tdk blh
lbh dr hkman yg trbrat ditmbah sepertiga.
3. Prbtan Lnjutan (Voortgezette
Handeling), diatur dlm Pasal 64 KUHP
yakni :
Dlm hal antara bbrpa prbtan, mskpun prbtan
itu msing2 mrpkan kjhtan/plnggaran, ada
sdmikian hbngannya shngga hrs dipndang sbg
satu prbtan yg brlanjut, mka hnylah satu atran
hkm sja yg dibrlkukan, jka brlainan, mka
dipakai atran dg hkman pokok yg trberat.
Tirtaamidjaja mbri contoh prbtan brlanjut
tsb sbb : misalnya A hendak berzina dg
seorang prmpuan B yg tlh bersuami ; A
mlksnakan mksudnya itu dg bbrpakali berzina
dg prmpuan itu dlm selang wkt yg tdk terlalu
lama.
Lnjtan....,
Para pakar pd umunya
berpendapat “perbuatan
berlanjut” sbgmna diatur dlm
Pasal 64 KUHP, terjadi apabila :
kejahatan atau pelanggaran
tersendiri itu adalah pelaksanaan
dari satu kehendak yang
terlarang;
kejahatan atau pelanggaran itu
sejenis; dan
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH