AJARAN AGAMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KES

MATERI PERKULIAHAN

PENDIDIKAN AGAMA

AJARAN AGAMA YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KESEHATAN
OLEH :
MUZIBURRAHMAN, S. Pd. I

AKADEMI KEBIDANAN YAYASAN KARYA HUSADA MANDIRI
BANJARBARU
2015

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
 Untuk mengetahui dan memahami ajaran agama yang berhubungan
dengan kesehatan.
2. Tujuan Khusus
 Untuk memenuhi tugas kelompok pendidikan agama dan ke’aisyiyahan
 Untuk mengetahui pengertian ibadah
 Untuk mengetahui pengaruh


ibadah yang berhubungan dengan

kesehatan
 Untuk mengetahui manfaat sholat dan puasa bagi kesehatan
 Untuk mengetahui pengertian akhlak terpuji
 Untuk mengetahui macam-macam akhlak terpuji
 Untuk mengetahui tentang akhlak manusia kepada yang Pencipta
 Untuk mengetahui tentang akhlak manusia kepada sesama manusia
 Untuk mengetahui tentang akhlak manusia kepada dirinya sendiri

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam lingkungan masyarakat banyak sekali berbagai macam budaya yang
berpengaruh dalam suatu kepercayaan yang di anutnya seperti Agama atau
kepercayaan. Karena penduduk di Indonesia beragam suku serta agama yang di
anutnya Pemerintahpun juga berperan penting untuk mengatur kebebasan
memeluk agama sesuai kepercayaan masing – masing yang di atur dalam UUD
1945 bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan

mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan
untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Agama juga
berhubungan dengan kesehtan karena ada penyakit yang di sebabkan karena virus
dan bakteri tapi ada juga penyakit yang diakibabkan karena jiwa atau hati.
Penyakit tersebutlah yang dinamakan dengan penyakit hati atau penyakit mental,
untuk mengatasi penyakit tersebut diperlukan menejemen hati atau mental yang
baik. Hal ini yang membuat penlis mengambil sebuah judul yaitu” agama dan
masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan” yang di harapkan dapat
bermanfaat untuk pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ibadah
1. Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta
tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai
banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain
adalah:
 Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para Rasul-Nya.

 Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
 Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang
zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling
lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa
khauf

(takut),

raja’

(mengharap),

mahabbah

(cinta),


tawakkal

(ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah
qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah
(lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah
badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam
ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.
2. Pengaruh Ibadah Terhadap Kesehatan
Manusia terdiri dari 2 unsur yang terdiri atas jasmani dan rohani,
kedua unsur tersebut saling terkait, saling berhubungan dan tidak dapat
dipisahkan. Dikarenakan apabila salah satu unsur ada yang terganggu maka
keseimbangan didalam kehidupan akan terganggu juga.

Di dalam kegiatan sehari-hari manusia sehari-hari manusia sering
kali dihadapkan berbagai macam masalah dari hal yang paling kecil sampai
yang paling besar, dari yang simple sampai yang paling rumit dan kompleks.
Yang bisa menyebabkan atau menimbulkan sebab-sebab gangguan
kejiwaan, oleh karena itu banyak media-media sebagai sarana solusi untuk
mengatasi masalah-masalah dalam kejiwaan. Macam-macam media yang

berkembang saat ini, antara lain: Psikologi, terapi kejiwaan, yoga, dll.
Secara psikis, ibadah sangat cocok sebagai mediator dalam
merileksasikan dan menentramkan kejiwaan. Definisi ibadah menurut
pengamatan saya yang dilihat dari segi riilnya, ibadah yaitu sebagai
kegiatan-kegiatan kerohanian yang dilakukan oleh umat islam maupun umat
beragama lainnya untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu Tuhan
Yang Maha Esa. Tapi pada kenyataannya walaupun ibadah terkesan hanya
untuk mendapatkan pahala atau untuk sekedar menjalankan kewajiban
sebagai umat beragama. Tetapi disisi lain saya melihat umat beragama yang
beribadah hanya sebagai sarana rileksasi, dikarenakan dalam ibadah bisa
mengembalikan pikiran dan stamina yang sudah terpakai karena kegiatan
rutinitas sehari-hari, sehingga pikiran menjadi normal kembali dan hati
menjadi tenang, serta membuat manusia lebih bersemangat menjalankan
kegiataan rutinitas sehari-hari.
Karena ini pelajaran tentang masalah fiqh, jadi saya mengambil dua
sample ibadah sebagai sarana kesehatan dari ajaran agama Islam, yaitu
shalat dan puasa. walaupun masih banyak Ibadah-ibadah yang lain yang bisa
dijadikan sebagai pembahasan.
SHALAT
Salat memang merupakan bagian dari perintah Allah kepada orangorang yang beriman. Dengan mengingat Allah, kita pun membuka jalan

untuk keluar dari segenap persoalan atau masalah yang kita hadapi. Allah
adalah Sang Maha Penolong. Segala sesuatu adalah mudah bagi-Nya. Kita
sendiri adalah dalam kekuasaan-Nya dan akan berpulang kepada-Nya.
Dengan mengingat Allah dalam salat, kita menyadarkan diri kembali akan

’fakta-fakta’ ini; kita menyadarkan diri kembali akan kebesaran Allah,
sehingga kita melihat segenap masalah yang kita hadapi adalah kecil dan
mudah di hadapan Allah. (Ingat, dalam salat, kita mengulang-ulang ucapan
Allâhu akbar, yang berarti: Allah Mahabesar; segala sesuatu yang ada di
dunia ini kecil, dan Allahlah Yang Besar). Oleh karena itu, menjalankan
salat sebenarnya juga berarti membuka jalan bagi datangnya pertolongan.

   
    


45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (Al Baqarah :
45)








    

   
153. Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu1, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.(Al Baqarah :
153)

Salat dengan demikian menjadikan muslim lebih siap menghadapi
hidup dan problematikanya dibanding sebelumnya. Kesiapan ini terwujud
salah satunya karena aktivitas mengingat Allah itu membuat hati kita
tenteram.


















   
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.(Ar-Ra’du: 28)

1 Ada pula yang mengartikan: mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.


Pada sisi lain, ketenteraman hati ini sangatlah bermanfaat bagi
kesehatan psikis kita. Berbagai penyakit mental orang zaman sekarang acap
kali adalah dampak dari hilangnya perasaan tenteram di hati mereka.
Melalui salat, ketenteraman ini bisa kita peroleh. Wajar bila para pakar ilmu
jiwa berhasil menunjukkan berbagai pengaruh positif aktivitas menjalankan
salat terhadap kesehatan mental pelakunya.
Kesehatan psikis telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap
kesehatan fisik. Ini berarti aktivitas salat juga akan berdampak secara tidak
langsung pada kesehatan tubuh kita. Akan tetapi, para pakar kesehatan pun
telah menunjukkan bahwa salat (terutama gerakan-gerakan salat) memiliki
pengaruh-langsung yang nyata pada kesehatan jasmani. Dengan demikian,
salat itu menyehatkan tidak saja bagi kondisi kejiwaan, namun pula bagi
kondisi badan. Kesehatan raga dan jiwa yang seimbang tentu akan
memudahkan orang untuk menghindari perbuatan-melanggar-batas dan
kemungkaran (sehingga salat memang benar mencegah orang dari fakhsyâ’
dan munkar [sesuai surah al-‘Ankabût ayat 45]).
PUASA
Menjalankan ibadah puasa adalah sebuah kewajiban bagi umat
muslim, namun jika dilihat dari sisi kesehatan dibalik nilai ibadah yang

dijalankan sebulan penuh tiap tahun ini, juga tersimpan banyak manfaat.
Kesehatan merupakan nikmat yang tidak dapat dinilai dengan harta benda.
Untuk menjaga kesehatan, tubuh perlu diberikan kesempatan untuk istirahat.
Puasa, yang mensyaratkan pelakunya untuk tidak makan, minum, dan
melakukan perbuatan-perbuatan lain yang membatalkan puasa dari terbitnya
fajar hingga terbenamnya matahari sangat bermanfaat untuk menjaga
kesehatan jasmani dan rohani pelakunya.
Puasa dapat mencegah penyakit yang timbul karena pola makan
yang berlebihan. Makanan yang berlebihan gizi, belum tentu baik untuk
kesehatan seseorang. Kelebihan gizi atau overnutrition mengakibatkan
kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif seperti kolesterol

dan trigliserida tinggi, jantung koroner, kencing manis (diabetes mellitus),
dan lain-lain.
Pengaruh puasa terhadap kesehatan jasmani meliputi berbagai aspek
kesehatan, diantaranya yaitu:
1. Memberikan kesempatan istirahat kepada alat pencernaan.
2. Menyeimbangkan kadar asam dan basa dalam tubuh.
3. Memperbaiki fungsi hormon, meremajakan sel-sel tubuh.
4. Membersihkan tubuh dari racun dan kotoran (detoksifikasi).

5. Menambah jumlah sel darah putih.
6. Meningkatkan fungsi organ tubuh.

B. Akhlak Terpuji
1. Pengertian Akhlak
Diterjemah dari kitab Is’af thalibi Ridhol Khllaq bibayani Makarimil
Akhlaq. Akhlak adalah sifat-sifat dan perangai yang diumpamakan pada
manusia sebagai gambaran batin yang bersifat maknawi dan rohani. Dimana
dengan gambaran itulah manusia dibangkitkan disaat hakikat segala sesuatu
tampak dihari kiamat nanti. Akhlak adalah kata jamak dari khuluk yang
kalau dihubungkan dengan manusia, kata khuluk lawan kata dari kholq.
Perilaku dan tabiat manusia baik yang terpuji maupun yang tercela disebut
dengan akhlak. Akhlak merupakan etika perilaku manusia terhadap manusia
lain, perilaku manusia dengan Allah SWT maupun perilaku manusia
terhadap lingkungan hidup. Segala macam perilaku atau perbuatan baik
yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut akhlakul kharimah atau
akhlakul mahmudah. Acuhannya adalah Al-Qur’an dan Hadist serta berlaku
universal.
Menurut Al-Ghazali :

 Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran lebih dahulu.
 Akhlak umumnya disama artikan dengan arti kata budi pekerti,
kesusilaan atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, atau tidak berbeda
pula dengan arti kata ethic (etika)
2. Macam-macam Akhlak Terpuji
Akhlakul karimah (sifat-sifat terpuji) ini banyak macamnya,
diantaranya adalah husnuzzan, gigih, berinisiatif, rela berkorban, tata karma
terhadap makhluk Allah, adil, ridho, amal shaleh, sabar, tawakal, qona’ah,
bijaksana, percaya diri, dan masih banyak lagi. Husnuzzan adalah
berprasangka baik atau disebut juga positive thinking. Lawan dari kata ini
adalah su’uzzan yang artinya berprasangka buruk atau negative thinking.
Gigih atau kerja keras serta optimis termasuk diantara akhlak mulia yakni
percaya akan hasil positif dalam segala usaha.
Berinisiatif adalah perilaku yang terpuji karena sifat tersebut berarti
mampu berprakarsa melakukan kegiatan yang positif serta menhindarkan
sikap terburu-buru bertindak kedalam situasi sulit, bertindak dengan
kesadaran sendiri tanpa menunggu perintah, dan selalu menggunakan nalar
ketika bertindak di dalam berbagai situasi guna kepentingan masyarakat.
Rela berkorban artinya rela mengorbankan apa yang kita miliki demi
sesuatu atau demi seseorang. Semua

ini apabila dengan maksud atau

dilandasi niat dan tujuan yang baik. Tata karma terhadap sesama makhluk
Allah SWT ini sangat dianjurkan kepada makhluk Allah karena ini adalah
salah satu anjuran Allah kepada kaumnya. Adil dalam bahasa arab
dikelompokkan menjadi dua yaitu kata al-‘adl dan al-‘idl.Al-‘adl adalah
keadilan yang ukurannya didasarkan kalbu atau rasio, sedangkan al-‘idl
adalah keadilan yang dapat diukur secara fisik dan dapat dirasakan oleh
pancaindera seperti hitungan atau timbangan. Ridho adalah suka, rela, dan
senang.

Konsep ridho kepada Allah mengajarkan manusia untuk menerima
secara suka rela terhadap sesuatu yang terjadi pada diri kita. Amal Shaleh
adalah perbuatan lahir maupun batin yang berakibat pada hal positif atau
bermanfaat. Sabar adalah tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak
disenangi dengan sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Allah SWT. Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam
menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan. Qona’ah adalah
merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat
ketidakpuasan atau kekurangan..
Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang yang
dilakukan dengan cara hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu
permasalahan yang terjadi,baik itu terjadi pada dirinya sendiri ataupun pada
orang lain.
Percaya diri adalah keadaan yang memastikan akan kemampuan
seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan karena ia merasa memiliki
kelebihan baik itu kelebihan postur tubuh, keturunan, status social,
pekerjaan ataupun pendidikan.
C. Akhlak Kepada Sang Pencipta
Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber
dalam kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya
dengan segala isinya, Allah adalah pengatur alam semesta yang demikian
luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan
manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar
dalam diri setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realita bahwa
Allah lah yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak.
Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau
dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika
seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan
mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya,
jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan

pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.
Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah:

1. Taat terhadap perintah-perintah-Nya.
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika
kepada Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya.
Sebab bagaimana mungkin ia tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang
telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah berfirman (QS. An
Nisa : 65):











       

    

   

65. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya .

Karena taat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seoran
muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan
salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah
SAW juga menguatkan makna ayat diatas dengan bersabda:
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya
(keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qur’an dan
sunnah)." (HR. Abi Ashim al-syaibani).
2. Memiliki rasa tanggung jawab atas amanahyang diembankan padanya.
Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah
SWT, adalah memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan
padanya. Karena pada hakekatnya, kehidupan inipun merupakan amanah
dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang mukmin senantiasa meyakini,

apapun yang Allah berikan padanya, maka itu merupakan amanah yang
kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari Allah. Dalam sebuah hadits,
Rasulullah SAW pernah bersabda:
Dari ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda,
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab
terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang amir (presiden/ imam/ ketua) atas
manusia, merupakan pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan
ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita juga
merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan juga anak-anaknya, dan
ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah
pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa
yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggung
jawab atas apa yang dipimpinnya." (HR. Muslim)
3. Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.
Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap
Allah SWT, adalah ridha terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan
pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada
maupun oleh keluarga yang tidak mampu, bentuk fisik yang Allah berikan
padanya, atau hal-hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang
muslim senantiasa yakin (baca; tsiqah) terhadap apapun yang Allah berikan
pada dirinya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupa keburukan. Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
"sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya
adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia
bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi
dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa
hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Bukhari)
Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau
pandangan kita terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu

yang kita anggap baik justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang
buruk ternyata malah memiliki kebaikan bagi diri kita.
4. Senantiasa bertaubat kepada-Nya.
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat
lalai dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh
karena itulah, etika kita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam
‘kelupaan’ sehingga berbuat kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera
bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. Al
Imran : 135)

   














    
     
 
135. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
Menganiaya diri sendiri2, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada
Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui.

5. Obsesinya adalah keridhaan ilahi.
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan
memiliki obsesi dan orientasi dalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah
SWT. Dia tidak beramal dan beraktivitas untuk mencari keridhaan atau
pujian atau apapun dari manusia. Bahkan terkadang, untuk mencapai
keridhaan Allah tersebut, ‘terpakasa’ harus mendapatkan ‘ketidaksukaan’

2 Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya
menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah
melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.

dari para manusia lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah
menggambarkan kepada kita:
"Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan ‘adanya’ kemurkaan
manusia, maka Allah akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan
barang siapa yang mencari keridhaan manusia dengan cara kemurkaan
Allah, maka Allah akan mewakilkan kebencian-Nya pada manusia." (HR.
Tirmidzi, Al-Qadha’I dan ibnu Asakir).
Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang
terdapat dalam dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan
iman, otientasi yang dicarinya tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak
akan perduli, apakah Allah menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting
ia dipuji oleh orang lain.
6. Merealisasikan ibadah kepada-Nya.
Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim
terhadap Allah SWT adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah
SWT. Baik ibadah yang bersifat mahdhah, ataupun ibadah yang ghairu
mahdhah. Karena pada hakekatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari adalah
ibadah kepada Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an Allah berberfirman (QS. Adz Dzariyat: 56):











 
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.

Oleh karenanya, segala aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan
lain sebagainya merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap
Allah. Sehingga ibadah tidak hanya yang memiliki skup mahdhah saja,
seperti shalat, puasa haji dan sebagainya. Perealisasian ibadah yang paling
penting untuk dilakukan pada saat ini adalah beraktivitas dalam rangkaian
tujuan untuk dapat menerakpak hukum Allah di muka bumi ini. Sehingga

Islam menjadi pedoman hidup yang direalisasikan oleh masyarakat Islam
pada khususnya dan juga oleh masyarakat dunia pada umumnya.
7. Banyak membaca al-Qur’an.
Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim
terhadap Allah adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi
ayat-ayat, yang merupakan firman-firman-Nya. Seseeorang yang mencintai
sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga
dengan mukmin, yang mencintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu
menyebut-nyebut Asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firmanfirman-Nya. Apalagi menakala kita mengetahui keutamaan membaca AlQur’an yang dmikian besxarnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW
mengatakan kepada kita:
"Bacalah

Al-Qur’an,

karena

sesungguhnya

Al-Qur’an

itu

dapat

memberikan syafaat di hari kiamat kepada para pembacanya." (HR.
Muslim)
Adapun bagi mereka-mereka yang belum bisa atau belum lancar
dalam membacanya, maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga
dapat membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata
dalam membaca Al-Qur’an tersebut, maka Allah pun akan memberikan
pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW
bersabda:
"Orang (mu’min) yang membaca Al-Qur’an dan ia lancar dalam
membacanya, maka ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi suci.
Adapun orang mu’min yang membaca Al-Qur’an, sedang ia terbata-bata
dalam membacanya, lagi berat (dalam mengucapkan huruf-hurufnya), ia
akan mendapatkan pahala dua kali lipat." (HR. Bukhori Muslim)
D. Akhlak Kepada Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan
perlakuan sesama manusia. Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk
larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau

mengambil harta tanpa alasan yang benar, tetapi juga sampai kepada menyakiti
hati dengan cara menceritakan aib sesorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu
benar atau salah. Dalam hal ini Allah berfiman dalam Al-Qur'an surat AlBaqarah ayat 263 yakni:

     
     

 
263. Perkataan yang baik dan pemberian maaf 3 lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi
Maha Penyantun.

Di sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang hendaknya
didudukan secara wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika
bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah
ucapan yang baik, hal ini dijelaskan dalam surat an-Nur ayat 24 yakni :

















 
24. pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa
yang dahulu mereka kerjakan.

E. Akhlak Kepada Diri Sendiri
Paling tidak, seorang muslim adalah pemimpin bagi dirinya sendiri.
Siapapun dia, seorang muslim tentu akan dimintai pertanggung jawaban atas
apa yang telah diperbuat terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itulah, Islam
memandang bahwa setiap muslim harus menunaikan etika dan akhlak yang
baik terhadap dirinya sendiri, sebelum ia berakhlak yang baik terhadap orang
lain. Dan ternyata hal ini sering dilalaikan oleh kebanyakan kaum muslimin.

3 Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian
ma'af ialah mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima.

Secara garis besar, akhlak seorang muslim terhadap dirinya dibagi menjadi tiga
bagian; terhadap fisiknya, terhadap akalnya dan terhadap hatinya. Karena
memang setiap insan memiliki tiga komponen tersebut, dan kita dituntut untuk
memberikan hak kita terhadap diri kita sendiri dalam ketiga unsur yang
terdapat dalam dirinya tersebut:
1. Terhadap Fisiknya
Setiap insan, Allah berikan anugerah berupa fisik yang sempurna.
Kesempurnaan fisik manusia ini, Allah katakan sendiri dalam Al-Qur'an
(QS. At Tiin : 4) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya. Kesempurnaan fisik ini, merupakan sesuatu
yang harus disyukuri. Karena Allah hanya memberikannya pada manusia.
Adapun salah satu cara dalam mensyukurinya adalah dengan menunaikan
hak yang harus diberikan pada fisik kita tersebut, yang sekaligus
merefleksikan etika kita terhadap fisik kita sendiri. Diantara hal tersebut
adalah:
a. Seimbang dalam mengkonsumsi makanan.
b. Membiasakan diri untuk berolah raga & hidup teratur.
c. Tidak melakukan hal-hal yang memberikan madharat bagi fisik dan
kesehatannya.
d. Bersih fisik dan pakaian.
2. Terhadap Akalnya.
Sebagaimana fisik, akal memiliki hak yang harus kita tunaikan. Akal
juga membutuhkan 'makanan', sebagaimana fisik membutuhkannya. Namun
kebutuhan tersebut jelas berbeda dengan kebutuhan fisik. Oleh karenanya,
kita perlu memberikan porsi kepada kita, sebagaimana kita memberikannya
pada fisik.
3. Terhadap Haatinya/Ruhiyahnya
Hati juga merupakan unsur penting dalam diri setiap insan, yang
memiliki hak yang sama sebagaimana akal dan fisik. Hati membutuhkan
makanan sebagaimana akal dan fisik membutuhkannya. Oleh karena itulan,
setiap muslim dituntut untuk memberikan porsi yang sama terhadap

ruhiyahnya sebagaimana ia telah memberikan pada fisik dan akalnya.
Berikut adalah beberapa hal yang patut direalisasikan seorang muslim
terhadap ruhiyahnya.
1. Mengisi ruhiyahnya dengan ibadah.
2. Mengikatkan diri dengan tempat-tempat dan teman
3. Memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di
muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur
hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam
memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif1, harmonis, jelas dan
logis. Salah satu kelebihan Islam yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah
perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu maupun
masyarakat.
Agama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a =
tidak gama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang
dapat membebaskan manusia dari kekacauan.

Ibadah secara bahasa

(etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’
(terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Dalam melakukan Ibadah banyak hikmah yang kita ambil
manfaatnya bagi kesehatan kita. Ibadah bukan hanya semata-semata untuk
Allah atau sekedar mendapatkan pahala, tetapi Ibadah bisa sebagai mediator
dalam kesehatan.
Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan
prilaku yang musti di tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan seharihari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat
yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap
muslim (masyarakat sebab maju mundurnya suatu bangsa atau Negara amat
tergantung kepada akhlak tersebut.
B. Saran
Sebagai manusia Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh kita
demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak
asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam
menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan

agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya
dan meninggalkan larangan-Nya.

DAFTAR PUSTAKA
-

http://Mihwanudin.wordpress.com

-

http://Makalahmajanii.blogspot.com

-

http://Id.shvoong.com/books/guidance self improvement

-

http://Guruit07.blogspot.com

-

http://Makalahdanskripsi.com

-

http://anakciremai.com/2009/01/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html

-

http://tugas2kuliah.wordpress.com/2011/12/10/makalah-pendidikan-agama-islamhubungan-filsafat-dengan-islam/

-

http://an-naba.com/kesehatan-dalam-pandangan-islam/

-

Ali,mohammad Daud:”pendidikan agama islam”jakarta 1997.

-

Aizid,Rizem. 2011. Manfaat Sholat Bagi Kesehatan dan Kecantikan. Yogyakarta

-

Yacub,Hamzah.1983..Etika islam.Bandung