ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGA (1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE-

EKLAMPSIA BERAT (PEB) DI RUANG BERSALIN RSD dr. SOEBANDI JEMBER KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh : Dina Apriliani 15.401.11.007 AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN BANYUWANGI 2014

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE

EKLAMPSIA BERAT (PEB) DI RUANG BERSALIN RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Diajukan kepada Prodi DIII Kebidanan Akademi Kesehatan Rustida Untuk memenuhi salah satu persyaratan Dalam menyelesaikan Program Ahli Madya Kebidanan

Disusun Oleh : Dina Apriliani 15.401.11.007 AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN BANYUWANGI 2014

MOTTO

“Intelligence is not the

determinant of success, but hard

work is the real determinant of your succes .”

Kecerdasan bukan penentu kesuksesan,

tetapi kerja keras merupakan penentu kesuksesanmu yang sebenarnya

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Hal ini tidak lepas dari do’a dan bantuan orang-orang tersayang disekitar. Saya persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini untuk :

1. Dua kekasih hati yang senantiasa setia menyayangi, mendo’akan saya sejak pertama kali menangis dan menghirup udara di dunia sampai saat ini, Bapak Sujono dan Ibu Sri Astuti. Dina bangga memiliki kalian.

2. Kakak tersayang yang selalu mendo’akan, Titik Enggaryani Amd.Kep dan Mas Maryoto, adik keponakanku yang lucu dan gendut Moh. Rizky Enggar Pratama

3. Abang izul dan keluarga tercinta yang senantiasa sabar dalam memberikan dukungan dan do’a

4. Ibu Sayektiningsih, S.ST,.MM Selaku Pembimbing 1 dan ibu Kurnia Retno Wulansari S. ST yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

5. Sahabat tersayang Lilik mbul, mb mino (karina), bia (hama), dan teman-teman MOR angkatan ke-2 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih sudah 3 tahun bersama menempuh susah dan senang bersama-sama. Jangan pernah lupakan semua kisah tentang kita ya… Dina sayang kalian.

6. Dan semua pihak yang terlibat dalam kelancaran penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih banyak.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’ alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Pre-Eklamsia Berat (PEB) Di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember“ dapat diselesaikan guna memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi D-III Kebidanan AKES RUSTIDA.

Dalam penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan, dan dukungan, baik materi, maupun spiritual dari berbagai pihak yang telah banyak membantu. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Anis Yuliastutik, S. Kep. Ns. M. Kes., selaku Direktur Akademi Kesehatan RUSTIDA.

2. Ibu Hj. Srianingsih, S.Pd. S.ST. M.Kes., selaku Kepala Prodi D-III Kebidanan Akademi Kesehatan RUSTIDA.

3. Ibu Hj. Yuni Ermita Djatmiko, M.Kes., selaku Direktur RSD dr. Soebandi Jember yang telah memberikan ijin dan fasilitas dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Siti Aminah, S.ST selaku pembimbing klinik yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Sayektiningsih, S.ST., MM selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Ibu Kurnia Retno, S.ST selaku dosen pembimbing Asuhan Kebidanan yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Segenap staf dosen dan karyawan Akademi Kesehatan RUSTIDA yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu serta dedikasi yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran di Akademi Kesehatan RUSTIDA.

8. Bapak, ibu, dan kakak yang telah memberikan semangat, harapan, do’a dan materi selama mengikuti pendidikan.

9. Teman – temanku dan semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas budi semua pihak yang telah memberikan kesempatan dan bantuan selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca demi menuju kesempurnaan. Dengan harapan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Krikilan, 25 Maret 2014

Dina Apriliani

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent Lampiran 2 Lembar Persetujuan Lampiran 3 Lembar Pengesahan Asuhan Kebidanan Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5 Dokumentasi Lampiran 6 Lembar Konsultasi Lampiran 7 Lembar Observasi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bentuk dari upaya pembangunan di bidang kesehatan adalah peningkatan kesehatan ibu dengan program yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) (Depkes RI, 2007). Pre-eklampsia eklampsia merupakan penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di Indonesia. Pre-eklampsia adalah masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus karena penyakit yang ditandai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria yang terjadi pada kehamilan kurang lebih

20 minggu terkadang disertai konvulsi sampai koma sehingga dapat memengaruhi mortalitas ibu dan janin (Chapman dan Charles, 2009; h. 201).

Menurut WHO pada tahun 2012, angka kejadian Pre-eklampsia sekitar 0,51% - 38,4%. Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 2012 menyebutkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 359 per 100.000 kh. Sedangkan menurut Poehjati, dkk (2005;

h. 64) jumlah AKI di Indonesia sangat bervariasi dan Jawa Timur menduduki peringkat ketiga yaitu 98,9 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu kabupaten yang mengalami angka kematian ibu tertinggi di Jawa Timur adalah Kabupaten Jember. Di Kabupaten Jember pre-eklampsia/ eklampsia menduduki peringkat kedua penyebab kematian ibu dengan jumlah kejadian sebanyak 32 pada tahun 2011 (Data Sekunder Dinkes Jember : 2011).

Berdasarkan data rekam medik di RSD dr. Soebandi Jember di Ruang Bersalin dan Nifas pada tahun 2006-2010, didapatkan jumlah kasus kematian sebesar 24 kasus (2,29%) dengan rincian 3 kasus kematian pada pre-eklampsia dan 21 kasus kematian pada eklampsia.

Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap angiostensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi-sungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati, dan otak menurun 40- 60%. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitivitas terhadap oksitosin meningkat. Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan, tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada pre-eklampsia berat terjadi peningkatan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat. Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang hebat dari PIH, enzim-enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina menimbulkan symptom visual seperti skotoma (Blind spot) dan pandangan kabur.

Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Pulmonari edema dihubungkan dengan edema umum yang berat, komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri (Anik maryunani,2009).

Penatalaksanaan persalinan dengan pre-eklampsia berat di rumah sakit pada dasarnya dapat dilakukan secara spontan dengan catatan memperpendek kala II dengan bantuan bedah obstetri. Persalinan dengan pre-eklampsia berat dilakukan secara aktif apabila didapatkan satu atau lebih keadaan yang terjadi pada ibu, antara lain kehamilan > 37 minggu, adanya tanda-tanda impending, dan kegagalan terapi pada perawatan konservatif, sedangkan pada janin terjadi tanda-tanda fetal distress dan adanya tanda-tanda IUFD (Marmi dkk, 2011; h. 69).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan sebuah pertanyaan yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD d r. Soebandi Kabupaten Jember?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum Dapat menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Pre- Eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.

2. Tujuan Khusus Mampu melakukan : 2. Tujuan Khusus Mampu melakukan :

b. Interpretasi data dasar / diagnosa pada klien dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.

c. Identifikasi diagnosis dan masalah potensial pada klien dengan Pre- eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.

d. Tindakan kebutuhan segera pada klien dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.

e. Perencanaan pada klien dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.

f. Pelaksanaan pada klien dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.

g. Evaluasi pada klien dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.

D. Ruang Lingkup

1. Sasaran Adapun yang menjadi sasaran pada Karya Tulis Ilmiah karya tulis ilmiah ini adalah pada ibu bersalin dengan pre-eklampsia berat.

2. Tempat Lokasi pengambilan kasus pada karya tulis ini adalah di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.

3. Waktu Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan pada 24 Maret 2014 sampai 24 Mei 2014.

E. Manfaat

1. Bagi Tempat Penelitian Sebagai bahan masukan untuk RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember dalam meningkatkan mutu kesehatan pada ibu dengan Pre-eklampsia Berat.

2. Bagi Institusi Sebagai referensi dan bahan bacaan mahasiswa di perpustakaan AKES Rustida khususnya Prodi DIII Kebidanan, dan sebagai bahan masukan untuk karya tulis ilmiah yang akan datang.

3. Bagi Profesi Sebagai masukan dalam memberikan konseling pada ibu bersalin dengan pre-eklampsia berat sehingga pasien tidak merasa tertekan saat diberikannya asuhan kebidanan.

4. Bagi Penulis Untuk menambah pengetahuan dalam mengaplikasi ilmu selama pendidikan serta dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu bersalin dengan pre-eklampsia berat.

F. Pengumpulan Data Adalah cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data guna penyusunan penulisan, misal :

1. Observasi Yaitu dengan cara mengamati langsung keadaan klien melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, perkusi, palpasi, dan auskultasi untuk mendapatkan data obyektif.

2. Wawancara Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan komunikasi lisan yang didapat secara langsung dari klien dan keluarga untuk mendapatkan data subyektif.

3. Studi dokumentasi Yaitu pengumpulan data yang didapatkan dari buku status kesehatan klien yaitu meliputi catatan medik yang berhubungan dengan klien.

4. Studi kepustakaan Dilakukan dengan cara penggunaan buku-buku sumber untuk mendapatkan landasan teori yang berkaitan dengan kasus yang dihadapi, sehingga dapat membandingkan teori fakta di lahan praktik.

G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang yang meliputi masalah yang terjadi pada ibu bersalin dengan pre-eklampsia berat, skala kejadian pre- eklampsia berat, kronologi terjadinya pre-eklampsia berat dan solusi.

Rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, manfaat, metode memperoleh data, dan sistematika penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori pre-eklampsia meliputi pengertian, etiologi, penyebab, klasifikasi pre-eklampsia, penanganan pada ibu dengan pre- eklampsi berat dan patofisiologi pre-eklampsia berat. Manajemen asuhan kebidanan meliputi konsep asuhan kebidanan dengan 7 langkah Varney.

3. BAB III STUDI KASUS Bab ini berisi tentang kasus yang telah dilakukan asuhan kebidanan dengan metode 7 langkah Varney.

4. BAB IV PEMBAHASAN Bab ini berisi kasus atau masalah yang nyata dengan teori yang ada dan opini penulis tentang hal tersebut.

5. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan yang meliputi kesimpulan dan saran dari karya tulis ilmiah. DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Persalinan

1. Pengertian persalinan Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Winkjosastro, 2010; h. 334). Menurut Medforth,dkk (2013; h. 161) menyatakan bahwa persalinan merupakan proses fisiologis pengeluaran janin, plasenta, dan ketuban melalui jalan lahir berlangsung sejak awitan kontraksi uteri secara teratur sampai dilatasi serviks secara lengkap. Sedangkan menururt Mitayani (2009; h. 31) persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

2. Jenis-jenis persalinan Menurut Syaifudin (2007; h. 18) jenis-jenis persalinan antara lain :

a. Persalinan Spontan Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

b. Persalinan Buatan Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya : ekstraksi dengan forsep, vakum, atau dilakukan operasi Sectio Caesarea.

c. Persalinan Anjuran Persalinan berlangsung setelah tindakan seperti pemecahan ketuban, pemberian oksitosin atau prostaglandin.

3. Teori-teori persalinan Faktor yang memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan (Saifudin, 2007), antara lain :

a. Teori Penurunan Hormon Akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron sehingga timbul his.

b. Teori Distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.

c. Teori Iritasi Mekanik Dibelakang serviks terletak ganglion sevikalis, bila ganglion ini ditekan oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi uterus.

d. Teori Plasenta Menjadi Tua Akibat plasenta tua menyebabkan turunnya kadar progesteron yang mengakibatkan ketegangan pada pembuluh darah dan timbul kontraksi.

e. Teori Prostaglandin Protaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi sebab permulaan persalinan karena menyebabkan kontraksi pada miometrium.

f. Teori Oksitosin Internal Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga terjadi kontraksi Braxton Hicks.

g. Teori Berkurangnya Nutrisi Teori ini ditemukan pertama kali oleh Hippocrates. Bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.

4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Persalinan

a. Power Tenaga utama ( power) pada persalinan antara lain :

1) Kontraksi His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding uterus.

2) Retraksi Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang menetap setelah terjadinya kontraksi.

3) Tenaga sekunder – Mengejan Tenaga perpaduan dari otot perut dan diafragma digunakan dalam kala II persalinan.

b. Passage (lintasan) Dibagi menjadi 2 yaitu lintasan keras dan lintasan lunak.

1) Lintasan keras (hard passages) 1) Lintasan keras (hard passages)

b) Ruang panggul (kavum pelvik) Ruang panggul merupakan saluran diantara pintu atas panggul dan pintu bawah panggul.

c) Pintu bawah panggul (Pelvic outlet) Pintu bawah panggul dibatasi oleh 2 spina iskhiadika. Jarak antara kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9,5 – 10 cm.

2) Lintasan Lunak (Soft Passages) Bagian jalan lahir yang lunak adalah segmen bawah uterus os serviks ekterna vagina dan vulva setelah terjadi dilatasi serviks yang berbentuk jalan lahir yang bersambung dengan kepala janin yang menimbulkan dilatasi vagina dan vulva.

c. Passenger Passenger terdiri dari :

1) Janin Keadaan janin yang memengaruhi persalinan antara lain :

a) Kelainan bentuk dan besar janin seperti anensefalus, hidrosefalus, janin makrosomia.

b) Kelainan pada letak kepala : presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi dan kelainan oksiput.

c) Kelaianan letak janin : letak sungsang, letak lintang, letak mengelak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat).

2) Plasenta Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram.

3) Air ketuban Air ketuban berfungsi sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin, sebagai “bantalan” untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar, melindungi janin dari infeksi,menstabilkan perubahan suhu, dan menjadi sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas.

5. Tanda Persalinan Menurut Medforth,dkk (2013) tanda persalinan dibagi menjadi 3, antara lain :

a. Show, yaitu pengeluaran mukus tercampur darah yang dikeluarkan per vagina menutupi saluran serviks.

b. Kontraksi, dimulai dengan pengencangan, tetapi menjadi lebih lama dan lebih kuat serta teratur saat persalinan berlanjut.

c. Ketuban pecah spontan tanpa intervensi.

6. Tahapan Persalinan Persalinan dibagi dalam 4 tahap/ Kala yaitu :

a. Kala I Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat hingga serviks membuka lengkap (10cm) (Wiknjosastro, 2008). Lama kala I untuk primigravida ± 12 jam dan multigravida ± 8 jam (Asri, 2010).

Proses ini terbagi dalam dua fase yaitu :

1) Fase laten yaitu fase saat serviks membuka sampai 3 cm, pada primigravida ± 8 jam sedangkan pada multigravida ± 5-6 jam.

2) Fase aktif yaitu fase saat serviks membuka dari 3 sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering. Fase ini dibagi menjadi 3, antara lain:

a) Fase akselerasi (fase percepatan) : dari pembukaan 3 cm – 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.

b) Fase kemajuan maksimal : dari pembukaan 4 cm – 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.

c) Fase deselerasi (berkurangnya kecepatan) : dari pembukaan 9 cm – 10 cm dicapai dalam 2 jam (Wirakusumah dkk, 2011). Kemajuan pembukaan pada primigravida ± 1 cm/jam, sedangkan pada multigravida kemajuan pembukaan 2 cm/jam (Asri, 2010).

b. Kala II Kala II dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir (Asri, 2010). Proses ini biasanya berlangsung ± 50 menit pada primigravida dan ± 20 menit pada multigravida (Wirakusumah dkk, 2011). Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :

1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

2) Ibu merasakan adanya tekanan pada rektum dan vaginanya

3) Perineum menonjol

4) Vulva – vagina dan sfingter ani membuka

5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah (Wiknjosastro, 2008).

c. Kala III Kala II dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Lamanya kala uri ±8,5 menit, dan pelepasan plasenta 2-3 menit (Wirakusumah dkk, 2011). Tiga tanda lepasnya plasenta :

1) Uterus menjadi bundar

2) Semburan darah mendadak dan singkat

3) Memanjangnya bagian talipusat yang lahir Perdarahan dalam kala uri ± 250 cc, perdarahan dikatakan patologis jika melebihi 500 cc (Wirakusumah dkk, 2011).

d. Kala IV Kala IV dimulai saat lahirnya plasenta sampai dua jam pertama post partum (Asri, 2010). Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.

7. Patofisiologi persalinan spontan

Gambar 2.3 Patofisiologi persalinan Sumber : Manuaba (2009)

B. Tinjauan Teori Pre-eklampsia

1. Pengertian Pre-eklampsia Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Hanifa Wiknjosastri, 2007;

h. 325). Sedangkan menurut Mochtar (2007; h. 228) pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : proteinuria, hipertensi, dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Sedangkan definisi pre-eklampsia menurut Wibowo dan Rachimhadi (2006; h 136) adalah hipertensi yang disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.

2. Klasifikasi Pre-eklampsia dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Pre-eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema pada umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas (Nugroho, 2011). Gejala klinis pre-eklampsia ringan meliputi :

1) Hipertensi : sistolik /distolik 140/90 mmHg

2) Proteteinuria : secara kuantitatif lebih 0’3gr / liter dalam 24 jam atau secara kuantitatif positif 2 (+2)

3) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan

4) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda tanda pre- eklampsia berat (Nugroho, 2011).

b. Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya pertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. (Nugroho, 2011). Pre-eklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :

1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih

2) Proteinuria ≥ 5gr per liter

3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam

4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium

5) Terdapat edema paru dan sianosis (mukhtar 2007).

3. Etiologi Penyebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Zweifel (2004) dalam Manuaba (2007), mengemukakan bahwa hipertensi dalam kehamilan, tidak dapat diterangkan dengan satu faktor atau teori, tetapi merupakan multifaktor. O leh Zweifel disebut “disease of theory ”. Adapun teori-teori itu antara lain :

1) Teori Genetik Pre-eklampsia kemungkinan diturunkan dari ibu kandung. Pada kehamilan kedua pre-eklampsia-eklampsia sedikit berulang, kecuali mendapat suami baru.

2) Teori Iskemia Region Uteroplasenter Invasi sel trofoblas dapat menimbulkan dilatasi pembuluh darah pada kehamilan normal, sehingga plasenta berfungsi normal dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan O2.

Pada pre-eklampsia terjadi invasi sel trofoblas hanya sebagian pada arteri spiralis di daerah endometrium-desidua. Akibatnya terjadi gangguan fungsi plasenta karena sebagian besar arteri spiralis di daerah miometrium tetap dalam keadaan konstriksi sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk nutrisi dan O2. Karena terjadi iskemia region uteroplasenter, dianggap terjadi pengeluaran toksin khusus yang menyebabkan terjadinya gejala pre-eklampsia- eklampsia sehingga disebut “toksemia gravidarum”.

3) Teori Radikal Bebas dan Kerusakan Endotel Oksigen yang labil distribusinya, menimbulkan “produk metabolisme” di samping radikal bebas, dengan ciri terdapat “elektron bebas”. Elektron bebas ini akan mencari pasangan dengan merusak jaringan, khususnya endotel pembuluh darah. Antiradikal bebas yang dapat dipakai untuk menghalangi kerusakan membran sel, sebagai antiaksi dan vitamin C dan E. Radikal bebas adalah proksidase lemak-asam lemah jenuh (kuning). Kerusakan membran sel akan merusak dan membunuh sel endotel. Sumber radikal bebas terutama plasenta yang “iskemia”.

4) Teori Trombosit Plasenta pada kehamilan normal membentuk derivate prostaglandin dari asam arakidonik secara seimbang, yang menjamin aliran darah menuju janin antara lain tromboksan (TxA2) yang menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah sehinga menyebabkan agregasi dan adhesi trombosit pada endotel pembuluh darah yang rusak.

Kemudian prostasiklin (PG12) menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga menghalangi agregasi dan adhesi trombosit pada endotel pembuluh darah (Manuaba, 2007).

4. Faktor resiko Pre-eklampsia menurut Nugroho (2011) lebih banyak terjadi pada :

a. Primigravida (terutama remaja (19-24 tahun) dan wanita diatas 35 tahun)

b. Wanita gemuk

c. Wanita dengan hipertensi esensial

d. Wanita yang mengalami penyakit ginjal, kehamilan ganda, polihidramnion, diabetes, mola hidatidosa

e. Wanita yang mengalami riwayat pre-eklampsia dan eklampsia pada kehamilan sebelumnya

f. Riwayat eklampsia keluarga

5. Patofisiologi Patofisiologi pre-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik (systemic vascular resistance), peningkatan curah- jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada pre-eklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta.

Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Vasospasme merupakan bagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang mnyertai pre-eklampsia. vasospasme arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami pre-eklampsia mudah menderita edema paru. Pre-eklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik di mana temuan khas hipertensi dan proteinuria merupakan akibat hiperfungsi ginjal (Bobak, dkk. 2004; h. 629).

6. Komplikasi Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi yang biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan eklampsia (Prawiroharjo, 2011) :

a. Solusio plasenta Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia

b. Hipofibrinogenemia Pada pre-eklampsia berat Chapman dan Charles (2013; h. 311) menemukan 23 % hipofibrinogenemia, maka dari itu dianjurkan untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.

c. Hemolisis Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal dengan ikterus.

d. Perdarahan otak Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.

e. Kelainan mata Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

f. Edema paru-paru Komplikasi ini disebabkan karena payah jantung.

g. Nekrosis hati Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia dan eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penemuan enzim-enzimnya.

h. Sindroma HELLP Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet.

i. Kelainan ginjal Kelainan ini berupa anuria, gagal ginjal, serta endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotel tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.

j. Komplikasi lain Antara lain lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang, pneumonia aspirasi, DIC (disseminated intravascular coogulation), prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

7. Penanganan Menurut Chapman&Charles penanganan penderita pre-eklampsia berat dibagi menjadi 2 unsur:

a. Sikap terhadap penyakitnya, yaitu terapi medisinalis

b. Sikap terhadap kehamilannya, yaitu konservatif (mempertahankan kehamilan) dan aktif (terminasi kehamilan)

a. Sikap terhadap penyakit: pengobatan medikamentosa Penderita segera masuk rumah sakit untuk rawat inap. Perawatan penderita selama di rumah sakit antara lain :

1) Penderita dianjurkan tidur baring miring kiri.

2) Monitoring input cairan (melalui oral ataupun infuse) dan output (melalui urin). Penderita pre-eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria. Cairan yang diberikan pada penderita dapat berupa: 5% Ringer-dekstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan <125 cc/jam, atau infus dekstrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus ringer laktat (60-125 cc/jam) 500 cc. Untuk mempermudah monitoring output dilakukan pemasangan folley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam.

3) Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung yang sangat asam.

4) Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

5) Pemberian obat anti konvulsan 5) Pemberian obat anti konvulsan

ada beberapa cara, yaitu:

a) Loading dose

4 gram MgSO 4 40% intravena selama 15 menit

b) Maintenance dose Diberikan infuse 6 gram dalam larutan ringer setiap 6 jam; atau diberikan 4 atau 5 gram i.m, selanjtunya maintenance dose diberikan 4 gram i.m setiap 4-6 jam.

c) Syarat pemberian MgSO 4

(a) Reflek patella (+) (b) Frekuensi pernapasan > 16 x/menit (c) Produksi urin > 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau > 500

cc/24 jam (d) Tersedia antidotum MgSO 4 bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10% = 1 gram kalsium glukonas (10% dalam 10 cc) diberikan i.v. 3 menit

d) MgSO 4 dihentikan apabila ada tanda-tanda intoksikasi atau setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir.

e) Bila terjadi refrakter terhadap MgSO 4 maka diberikan salah satu obat berikut: thiopental sodium, sodium amobarbial, diazepam, atau fenitoin.

b) Diazepam Diazepam diberikan apabila tidak tersedia MgSO 4. Pemberian diazepam berisiko terjadi depresi pernapasan neonatal. Pemberian diazepam melalui intravena:

1. Dosis awal

10 mg i.v. selama 2 menit. Jika kejang berulang, ulangi dosis awal.

2. Dosis pemeliharaan 400 mg dalam 500 ml larutan Ringer Laktat per infus.

6) Pemberian antihipertensi Jika tekanan diastolik ≥ 110 mmHg, diberikan obat antihipertensi. Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan diastolik

diantara 90-100 mmHg dan mencegah perdarahan serebral. Obat antihipertensi yang dianjurkan adalah nifedipin 10-20 mg, diulangi

30 menit bila perlu. Dosis pemberian maksimum 120 mg per 24 jam. Nifedipin tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya boleh diberikan per oral.

b. Sikap terhadap kehamilannya Menurut Chapman&Charles (2013; h. 315) perawatan penderita dengan pre-eklampsia terhadap kehamilannya dibagi menjadi :

1) Penanganan Konservatif Kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian medikamentosa.

Penanganan ini dilakukan apabila kehamilan < 35 minggu, tidak ada tanda-tanda impending eklampsia, keadaan janin baik.

Pemberian MgSO 4 loading dose secara i.m. MgSO 4 dapat dihentikan bila keadaan ibu sudah mencapai tanda-tanda pre- eklampsia ringan. Apabila dalam 6 jam selama pengobatan terdapat peningkatan tekanan darah atau 24 jam tidak ada perbaikan, maka terapi dianggap gagal dan lakukan penangan aktif.

2) Penanganan Aktif Penderita harus segera dirawat di rumah sakit, penderita ditangani secara aktif apabila ada tanda-tanda satu atau lebih kriteria. Kriteria penanganan pre-eklampsia berat secara aktif. (1) Kehamilan ≥ 37 minggu (2) Ada tanda impending eklampsia (3) Kegagalan terapi konservatif (4) Gawat janin atau pertumbuhan janin terhambat. (5) Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan Cara terminasi kehamilan didasarkan pada prinsip memperpendek kala II.

8. Patofisiologi pre-eklampsia berat

Gambar 2.4 Patofisiologi Preeklampsia Sumber : Manuaba (2009)

C. Tinjauan Teori Induksi Persalinan

2. Pengertian Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medikasi, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut dikerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu (Winkjosastro 2007: 73). Sedangkan menurut Damayanti (2009), induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan(dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada).

3. Etiologi Indikasi induksi persalinan bisa berasal dari anak atau dari ibu.

a. Indikasi yang berasal dari ibu adalah :

1) Kelainan hipertensi pada kehamilan, diabetes, wanita diabetik yang hamil memiliki risiko mengalami komplikasi

2) Perdarahan antepartum seperti solusio plasenta dan plasenta previa lateralis.

b. Indikasi yang berasal dari janin antara lain kehamilan lewat waktu, ketuban pecah dini, IUFD, restriksi pertumbuhan intrauteri, isoimunisasi dan penyakit kongenital janin yang mayor, seperti anenchepalus, hidrochepalus.

4. Kontraindikasi Kontraindikasi dari induksi persalinan ada yang absolute dan relatif.

a. Kontraindikasi absolut antara lain disproposi sefalopelvik absolute, gawat janin, plasenta previa totalis, vasa previa, presentasi abnormal, riwayat seksio sesaria klasik sebelumnya, presentasi bokong.

b. Kontraindikasi yang sifatnya relatif antara lain perdarahan antepartum, grande multiparietas, riwayat seksio sesaria sebelumnya, malposisi dan malpresentasi.

5. Klasifikasi Induksi persalinan terbagi atas:

a. Secara Medis

1) Infus oksitosin Syarat – syarat pemberian infuse oksitosin antara lain kehamilan aterm, ukuran panggul normal, tidak ada CPD, janin dalam presentasi kepala, servik telah matang. Tabel 2.1 Skor Bishop

servik Pendataran

kepala diukur dari Hodge III

servik Posisi servik

Ke

Searah sumbu Ke

arah

belakang

jalan lahir

depan

Tehnik Infus Oksitosin :

1) Semalam sebelum drip oksitosin, hendaknya penderita sudah tidur pulas

2) Pagi harinya penderita diberi pencahar

3) Infus oksitosin hendaknya dilakukan pagi hari dengan observasi yang baik

4) Disiapkan cairan RL 500 cc yang diisi dengan sintosinon 5 IU

5) Cairan yang mengandung 5 IU sintosinon dialirkan secara intravena melalui infus dengan jarum abocath no 18 G

6) Tetesan dimulai dengan 8 mU permenit dinaikkan 4 mU setiap 15 menit. Tetesan maksimal diperbolehkan sampai kadar oksitosin 30-

40 mU

7) Observasi secara cermat kemungkinan timbulnya tetania uteri, rupture uteri membakat, dan tanda-tanda gawat janin

8) Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat maka kadar tetesan oksitosin dipertahankan.

9) Infus dipertahankan sampai persalinan selesai yaitu sampai 1 jam setelah lahirnya plasenta

10) Evaluasi kemajuan pembukaan servik dengan pemeriksaan dalam

2) Pemberian Prostagladin Prostagladin dapat merangsang otot-otot termasuk juga otot rahim. Prostagladin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan dapat diberikan secara intravena atau oral.

3) Cairan hipertonik intra uteri Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati.

b. Secara manipulatif (Amniotomi) Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban.

6. Komplikasi Menurut Prawirohardjo(2011), komplikasi induksi persalinan adalah :

a. Terhadap Ibu Kegagalan induksi, kelelahan ibu dan krisis emosional, inersia uteri partus lama, tetania uteri (tamultous lebar) yang dapat menyebabkan solusio plasenta, ruptur uteri dan laserasi jalan lahir lainnya, infeksi intra uterin.

b. Terhadap janin Trauma pada janin oleh tindakan, prolapsus tali pusat., Infeksi intrapartum pada janin.

D. Tinjauan Teori Persalinan dengan Vakum Ekstraksi

1. Definisi Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya. (Prawirohardjo, 2001 : 80). Eniyati (2013 : 67) menjelaskan bahwa ekstraksi vakum seperti juga ekstraksi forsep, merupakan suatu alat yang dipakai untuk memegang kepala janin yang masih berada dalam jalan lahir.

Jadi persalinan ekstraksi vakum adalah persalinan buatan dengan menggunakan alat yang dipasang pada kepala janin yang masih berada di jalan lahir.

2. Indikasi

a. Ibu Untuk memperpendek kala II; pasien penyakit jantung kompensata, penyakit paru-paru fibrotik, kala II yang memanjang (partus tak maju, ibu kelelahan, toksemia gravidarum, ruptur uteri iminens.

b. Janin Gawat janin (Prawirohardjo, 2007:82)

3. Kontraindikasi

a. Ibu misalnya pada keadaan ruptur uteri membakat, penyakit-penyakit di mana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan, misalnya payah jantung, pre-eklampsia berat.

b. Janin, misal letak muka, after coming head, janin preterm (Prawirohardjo, 2007:82).

4. Bentuk dan bagian-bagian ekstraktor vakum Prawirohardjo (2007 : 80) menjelaskan tentang bagian-bagian ekstraktor vakum, antara lain :

1. Mangkuk (Cup) Bagian yang dipakai untuk membuat caput sucsedaneum artifisialis.

2. Botol Tempat membuat tenaga negatif (vakum).

3. Karet penghubung

4. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang

5. Pemegang (extraction handle)

6. Pompa penghisap (vacuum pump)

5. Syarat

a. Presentasi belakang kepala

b. Janin cukup bulan

c. Pembukaan lengkap

d. Pembukaan > 7 cm ( hanya pada multigravida)

e. Penurunan kepala di H III-IV atau 1/5 – 2/5

f. Harus ada kontraksi rahim dan ada tenaga mengejan (Saifudin dkk, 2010; h. p-20)

6. Prosedur

a. Persetujuan tindakan medis

b. Persiapan alat-alat sebelum tindakan : untuk pasien, penolong (operator dan asisten), dan bayi.

c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan.

d. Periksa dalam untuk menilai posisi kepala bayi dengan meraba sutura sagitalis dan ubun-ubun kecil/posterior.

e. Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan pasang pada kepala bayi dengan titik tengah mangkok pada sutura sagitalis ± 1 cm anterior dari ubun-ubun kecil.

f. Nilai apakah diperlukan episiotomi. Jika episiotomi tidak diperlukan pada saat pemasangan mangkok, mungkin diperlukan pada saat perineum meregang, ketika kepala akan lahir.

g. Pastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepitt.

h. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau negatif – 0,2 kg/cm² (Malmstrom), dan periksa aplikasi mangkok (minta asisten menurunkan tekanan secara bertahap).

i. Setelah 2 menit naikkan hingga skala 60 (silastik) atau negatif – 0,6 kg/cm² (Malmstrom), periksa aplikasi mangkok, tunggu 2 menit lagi.

j. Periksa adakah jaringan vagina yang terjepit, jika ada turunkan tekanan dan lepaskan jaringan yang terjepit tersebut. k. Setelah mencapai tekanan negatif yang maksimal, lakukan traksi searah dengan sumbu panggul dan tegak lurus pada mangkok. l. Tarikan dilakukan pada puncak his dengan mengikuti sumbu jalan lahir. Pada saat penarikan (pada puncak his) minta pasien meneran. Posisi tangan : tangan luar menarik pengait, ibu jari tangan dalam pada mengkok, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi.

m. Tarikan bisa diulangi sampai 3 kali saja. n. Lakukan pemeriksaan di antara kontraksi ( DJJ dan aplikasi mangkok) o. Saat sub oksiput sudah berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas

hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka, dan dagu. Segera lepaskan mangkok vakum dengan membuka tekanan negaitf.

p. Selanjutnya kelahiran bayi dan plasenta dilakukan seperti pertolongan persalinan normal. q. Eksplorasi jalan lahir dengan menggunakan spekulum sim’s atas dan bawah untuk melihat apakah ada robekan pada dinding vagina atau perpanjangan luka episiotomi. Kriteria ekstraksi vakum gagal

1) Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali. Mangkuk lepas waktu traksi kemungkinan disebabkan :

a) Tenaga vakum terlalu rendah a) Tenaga vakum terlalu rendah

c) Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mengkuk sehingga mangkuk tidak dapat mencengkam dengan baik.

d) Bagian-bagian jalan lahir (vagina, servik) ada yang terjepit ke dalam mangkuk.

e) Kedua tangan, kiri dan kanan penolong tidak bekerjasama dengan baik.

f) Traksi terlalu kuat

g) Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung.

h) Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas waktu traksi, harus diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan melakukan koreksi.

2) Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir. Setiap aplikasi vakum harus dianggap sebagai ekstraksi vakum percobaan. Jangan lanjutkan jika tidak terdapat penurunan kepala pada setiap tarikan (Saifuddin dkk, 2010; p-21 ).

7. Komplikasi Prawirohardjo (2007 : 87) menjelaskan tentang komplikasi pada ibu maupun pada janin yang mungkin terjadi akibat persalinan dengan ekstraksi vakum, antara lain :

a. Ibu Perdarahan, trauma jalan lahir, infeksi.

b. Janin Eksoriasi kulit kepala, chepalhematoma, subgaleal hematoma, nekrosis kulit kepala (scalpnecrosis).

E. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah kebidanan yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada pasien (Sulistyawati, 2010; h. 201).

I. PENGKAJIAN

A. DATA SUBYEKTIF: Data yang diperoleh dari hasil anamnesa pasien.

1. IDENTITAS / BIODATA PASIEN (Suami, Istri)

a) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak salah dalam memberikan penanganan (Ambarwati, 2010; h. 176).

b) Umur Menurut studi ATE (2008) dalam Chapman dan Charles (2013) usia ibu > 35 tahun memperparah risiko pre-eklampsia. Menurut riwayat, ibu dibawah usia 20 tahun dilaporkan berisiko tinggi, meskipun studi terkini pada ibu di bawah usia 19 tahun yang melahirkan memperlihatkan angka pre-eklampsia yang rendah, namun kebanyakan partisipannya adalah primigravida.

c) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati, 2010; h. 176).

c) Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Ambarwati, 2010; h. 176).

d) Suku/bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ambarwati, 2010; h. 176).

e) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena hal ini juga berpengaruh terhadap gizi pasien (Ambarwati, 2010; h. 176).

f) Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (Ambarwati, 2010; h. 176).

2. Keluhan Utama Kaji keluhan utama yang membuat ibu datang periksa secara fisik maupun psikologis (Ambarwati, 2010; h. h. 177). Pada kasus ibu bersalin dengan pre-eklampsia berat umumnya mengeluh adanya tanda tanda persalinan seperti kontraksi yang terus menerus.

Serta mengeluarkan lendir bercampur darah (blood slym) diikuti dengan nyeri epigastrium, penambahan berat badan yang berlebihan, kenaikan tekanan darah serta gejala subjektif seperti pusing, dan gangguan penglihatan (Chapman dan Charles; 2013. h. 312).

3. Riwayat Kesehatan

a. Sekarang (berhubungan dengan masalah atau alasan datang) (Hani, 2011; h. 130). Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan kehamilan seperti jantung, diabetes mellitus, hipertensi, anemia (dll). Pada primigravida beresiko terjadinya pre-eklampsia (Sulistyawati, 2010; h. 163).

b. Dahulu Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu pernah memiliki penyakit menular atau keturunan: diabetes melitus, thypoid, hepatitis, hipertensi, penyakit jantung koroner, TB, dan untuk mengetahui apakah klien sudah pernah mengalami operasi sebelumnya (Ambarwati, 2010; h. 178). Menurut Duley dkk (2005) dalam Chapman dan Charles (2013) memiliki riwayat gemelli meningkatkan risiko pre-eklampsia lebih dari dua kali lipat. Sama halnya dengan memiliki riwayat mola hidatidosa, hidramnion, gestase, anemia sangat rentan terjadi pre-eklampsia (Hani, 2011).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga Menurut Lie (2004) dalam Chapman dan Charles 2013 terdapat jalur genetik ; riwayat keluarga, yaitu ibu atau saudara perempuan yang mengalami pre-eklampsia akan meningkatkan risiko hingga 4-8 kali lipat.

5. Riwayat menstruasi Anamnesis haid memberikan kesan tentang faal alat reproduksi/ kandungan, meliputi hal-hal berikut ini : umur menarche, frekuensi, siklus, lamanya, jumlah darah keluar, karakteristik darah (misal bergumpal), HPHT, disminorea (Hani dkk, 2011; h. 130).

6. Riwayat Pernikahan Dikaji berapa kali menikah, umur berapa menikah dengan suami, lama pernikahan. (Ambarwati, 2010; h. 178). Menurut Mc Cowan, dkk (2004) dalam Chapman dan Charles (2013) menyatakan bahwa pasangan baru akan mengembalikan risiko pre-eklampsia sama seperti pada primigravida.

7. Riwayat ANC

a. HPHT, dikaji untuk mengetahui usia kehamilan dan hari perkiraan lahir.

b. Gerakan janin, dikaji untuk mengetahui apakah ibu sudah merasakan gerakan janinnya, sejak usia berapa minggu/bulan, dan apakah gerakannya aktif. Hal ini berkaitan dengan kehidupan janin didalam uterus.

c. Obat yang dikonsumsi, dikaji untuk mengetahui obat yang dikonsumsi ibu selama hamil.

d. Masalah/keluhan selama hamil

Pasien dengan pre-eklampsia berat akan mengalami keluhan seperti nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, hipertensi pada saat kehamilannya (Chapman dan Charles; 2013. h. 310).

e. ANC Menurut CHEMAC (2006) dalam Chapman dan Charles monitoring ante natal yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadinya pre- eklampsia berat.

f. Penyuluhan yang pernah didapat Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah mendapat penyuluhan atau belum selama hamil.

g. Imunisasi TT Dikaji berapa kali ibu melakukan imunisasi TT yang berkaitan dengan proteksi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum dan melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Hani, 2011; h. 133).

8. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

a. Kehamilan Dikaji untuk mengetahui primipara atau multipara, berapa usia kehamilan ibu saat melahirkan kehamilan yang lalu.

b. Persalinan Dikaji untuk mengetahui penolong persalinan yang lalu, jenis persalinan; Spontan, SC, forcep, atau vacum ekstraksi ; tempat dilakukannya persalinan; penyulit yang menyertai misalnya riwayat pre- eklampsia pada kehamilan yang lalu (Hani ; 2011. h. 133).

Shenna dan Chappel (2002) dalam Chapman dan Charles (2013) mengatakan bahwa ibu yang mengalami pre-eklampsia pada kehamilan yang lalu berisiko 2 kali lipat pada kehamilan yang selanjutnya.

c. Nifas Dikaji untuk mengetahui pemenuhan nutrisi ibu ke bayi melalui ASI berapa lama dan penyulit yang menyertainya (Hani, 2011; h. 133).

d. Anak Jenis kelamin, berat badan, panjang badan, kelainan kongenital bayi dan komplikasi yang lain seperti (ikterus, status bayi saat lahir hidup/ mati), status kehidupan bayi (Hani, 2011; Wiknjosastro, 2006).

9. Pola Kebiasaan Sehari-hari (sebelum hamil dan saat inpartu)

a. Pola Nutrisi Dikaji untuk mengetahui makanan yang biasa dikonsumsi dan porsi

makan dalam sehari. Pada ibu hamil dengan Pre-eklampsia Berat makanan diet biasanya

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25