PROPOSAL 123 DF PENGARUH STRUKTUR MODAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang

Perusahaan manufaktur merupakan suatu cabang industri yang mengaplikasikan
mesin, peralatan, dan tenaga kerja serta sebagai medium proses untuk mengubah
bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijual.
Perusahaan manufaktur memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan
perekonomian Indonesia terutama dalam era industrialisasi yang sarat dengan
persaingan antarindustri yang semakin ketat.
Pada beberapa tahun terakhir ini, Badan Pusat Statistik (2014) mencatat
bahwa kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di
Indonesia adalah yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lain, seperti
pertanian, pertambangan, jasa, dan lain-lain. Selain itu, setiap tahunnya industri
manufaktur terus mengalami pertumbuhan. Berikut data pertumbuhan nilai PDB
seluruh sektor usaha pada tahun 2008-2013 (dalam Milyar Rupiah).

2500000.00


Pertanian
Pertambangan &

1972523.6
Penggalian

2000000.00
1500000.001376441.7

1477541.5

1599073.1

Manufaktur
Listrik, Gas, & Air
Bersih
Konstruksi

1000000.00


Perdagangan, Hotel,
& Restoran
Pengangkutan &
Komunikasi

500000.00

Keuangan, Real
Estate, Jasa Perusahaan

0.00
2008

2009

2010 1806140.5
2011

Jasa-jasa
2152592.9

2012
2013

Gambar 1.1: Grafik PDB seluruh Sektor Usaha di Indonesia tahun 2008-2013
Sumber: http://www.bps.go.id (diakses pada Agustus 2014)
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa pendapatan usaha sektor
manufaktur adalah yang terbesar dibandingkan sektor-sektor lainnya. Selan itu, ini
juga menunjukkan bahwa secara umum kinerja perusahaan manufaktur di
Indonesia mengalami peningkatan yang positif dan dapat dihandalkan untuk
menjadi salah satu sektor penggerak roda perekonomian di Indonesia.
Berkembangnya eksistensi perusahaan manufaktur di Indonesia dapat dilihat
dari banyaknya jumlah perusahaan manufaktur, baik yang berbentuk Perusahaan
Perseorangan, Perusahaan Persekutuan, dan Perseroan Terbatas (PT) terbuka atau
PT tertutup. Adapun khususnya pada penelitian ini, akan dibahas mengenai PT
terbuka (tbk) atau yang disebut juga perusahaan publik (go public). Perseroan
Terbatas adalah suatu bentuk badan hukum yang diciptakan atas dasar hukum
yang berlaku di mana terdapat pemisahan antara pemilik dan manajer (Sartono,
2010: 17). Perusahaan yang telah go public tersebut menjual sahamnya kepada

2


pihak ketiga sebagai salah satu cara manajemen untuk meningkatkan sumber
pendanaannya guna memperluas skala produksi serta menciptakan kerjasama dan
hubungan baik dengan berbagai pihak terkait (stakeholders), seperti investor,
kreditor, pemerintah, pemasok, manajemen, dan masyarakat lainnya.
Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan industri manufaktur yang telah
go public, salah satunya dapat dinilai dari tingkat profitabilitas yang merupakan
salah satu indikator penilaian kinerja perusahaan. Berikut ini nilai rata-rata laba
bersih dari 40 objek penelitian pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 20082013.
1,775,439.5
Rata-rata Laba Bersih Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun1,679,251.4
2008-2013
(dalam Juta Rupiah)
5
1,549,247.6
7
8
1,800,000.00
1,600,000.00
Rata-Rata

1,400,000.00
Laba Bersih
1,200,000.00
914,316.15
1,000,000.00
% Pertum644,703.26
buhan Laba
800,000.00
600,000.00
400,000.00
41.82
41.74
19.54
8.39
5.73
200,000.00
0.00
2008
2009 1,295,980.9
2010

2011
2012
2013
1

Gambar 1.2: Grafik Rata-rata laba bersih perusahaan manufaktur tahun 2008-2013
Sumber: Laporan keuangan dari 40 perusahaan manufaktur (diolah kembali)
Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa tahun 2008 sampai tahun 2013
secara rata-rata laba bersih dari perusahaan manufaktur mengalami pertumbuhan
yang positif. Akan tetapi, masalahnya adalah persentase peningkatan setiap tahun
selalu berkurang, mulanya persentase pertumbuhan sebesar 41,82 persen di tahun
2008, lalu terus berkurang hingga 5,73 persen di tahun 2013. Dari hal ini,
3

diharapkan manajemen perusahaan dapat lebih cermat dan memperhatikan faktorfaktor penyebab dari penurunan tingkat profitabilitas ini. Hal ini penting karena
jika penurunan persentase profitabilitas terus berlanjut maka pada beberapa tahun
ke depan bisa saja tingkat profitabilitas menjadi negatif atau merugi.
Besar kecilnya profitabilitas perusahaan tersebut bisa disebabkan oleh
berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik ditinjau dari sudut kinerja manajer
keuangan, pemarasan, personalia atau Sumber Daya Manusia, maupun faktor

lainnya di perusahaan tersebut. Khususnya dari sudut pandang manajemen
keuangan, manajer keuangan perlu memperhatikan faktor-faktor yang bisa
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Adapun merujuk dari beberapa
teori, buku teks, jurnal, dan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa terdapat
beragam faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas, di antaranya yaitu
struktur modal, likuiditas, ukuran atau skala perusahaan, efisiensi manajemen
modal kerja, aktivitas operasi, umur perusahaan, dan variabel-variabel lainnya.
Dari beberapa faktor tersebut, penelitian ini lebih berfokus pada sebuah
konsep profitabilitas seperti yang dinyatakan oleh Brigham & Houston (2009:
107) bahwa “profitabilitas merupakan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan
keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio-rasio profitabilitas akan
menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada
hasil-hasil operasi”. Dari definisi profitabilitas tersebut, dapat diartikan bahwa
likuiditas, mananajemen aktiva atau aset, dan utang merupakan beberapa indikator
atau faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

4

Selain dari konsep profitabilitas, ketertarikan pada penelitian ini disebabkan
karena pengamatan pada fenomena yang sebenarnya terjadi di perusahaan

manufaktur. Penelitian dilakukan dengan mengamati laporan keuangan beberapa
perusahaan manufaktur, dimana laporan keuangan selama beberapa tahun ke
belakang bisa digunakan untuk melihat adanya tren-tren yang terjadi. Jika tren
menunjukkan perkembangan yang lebih baik maka perusahaan mungkin berada
pada jalur yang tepat, dan begitupun sebaliknya.
Tabel 1.1 dan gambar 1.3 di bahwah ini merupakan rangkuman data
keuangan perusaaan manufaktur yang terkait dengan variabel-variabel bebas yang
dihipotesiskan dapat mempengaruhi profitabilitas (diproksi dengan return on
investment-ROI), yaitu struktur modal (long term debt to equity ratio-LTDER),
efisiensi manajemen modal kerja (diproksi dengan Cach Conversion Cycle-CCC),
likuiditas (current ratio), dan ukuran perusahaan (diproksi dengan logaritma
natural dari total aset).
Tabel 1.1
Nilai Rata-rata, CCC, Current Ratio, Ln Tota Aset, dan ROI
pada Perusahaan Manufaktur Tahun 2008-2013
Tahun
2008
2009
2010
2011

2012
2013

5

LTDER
(%)
85.15
54.78
36.54
30.80
34.73
46.09

CCC
(hari)
90.16
87.52
116.60
90.28

97.46
136.57

Current
Ratio (%)
206.11
222.83
211.11
213.05
201.03
197.67

Ln. Total
Aset (Rp)
15.66561
15.73792
15.93023
16.14785
16.32270
16.50783


ROI
(%)
6.15
10.10
10.67
11.30
10.67
9.49

Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur (idx.co.id dan
http://aksei.ksei.co.id)

250
200
150
100
50
0

6.15
2008

10.1
2009

10.67
2010

11.3
2011

10.67
2012

LTDE
(%)
CCC
(hari)
CR (%)
LnTA
(Rp)
ROI (%)

9.49
2013

Gambar 1.3: Grafik nilai rata-rata LTDE, CCC, CR, LnTA, dan ROI dari 40
perusahaan manufaktur di BEI tahun 2008-3013 (diolah dari tabel di atas).
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa secara umum rata-rata
profitabilitas yang diukur dengan ROI (grafik batang wara biru muda) di
perusahan manufaktur mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga tahun
2011. Akan tetapi, ROI sedikit menurun di tahun 2012, yaitu mulanya 11,30
persen di tahun 2011, lalu menjadi 10,67 persen di tahun 2012. Selanjutnya, pada
tahun 2013 rata-rata ROI menurun juga menjadi 9,49 persen. Jadi masalahnya
adalah bahwa pada dua tahun terakhir, tingkat return on investment (ROI) pada
beberapa perusahaan manufaktur mengalami penurunan.
Struktur modal adalah perbandingan jumlah utang dengan ekuitas sebagai
sumber pendanaan pada suatu periode tertentu. Fenomena pada variabel struktur
modal di atas menunjukkan bahwa rata-rata rasio LTDER mengalami penurunan
dari tahun 2008 hingga 2011, lalu meningkat pada tahun 2012 dan 2013. Jika

6

dihubungkan dengan nilai ROI, artinya jika jumlah utang lebih kecil dibandingkan
jumlah ekuitas maka ROI akan semakin tinggi. Sebaliknya, jika rasio utang
terhadap ekuitas semakin besar maka profitabilitas akan semakin kecil.
Fenomena struktur modal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan bahwa
“penggunaan utang yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas, di lain pihak,
utang yang tinggi juga akan meningkatkan risiko, karena adanya beban bunga
yang tetap harus dibayarkan” (Hanafi, 2010: 41). Akan tetapi, fenomena ini
tampaknya tidak relevan dengan teori pertukaran (trade-off theory) yang
menyatakan bahwa “perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan utang
dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan (Brigham &
Houston, 2011: 183) .
Efisiensi manajemen modal kerja mengukur seberapa efisien perusahaan
memperoleh dan mengelola modal kerja jangka pendeknya mulai dari pembelian
bahan baku sampai pada proses produksi, penjualan barang jadi hingga menerima
pendapatan. Pada variabel efisiensi manajemen modal kerja yang diproksi dengan
rata-rata jumlah hari siklus konversi kas (cash conversion cycle-CCC), dapat
dilihat bahwa nilai CCC cukup berfluktuasi. Ketika jumlah CCC menurun di
tahun 2011, jumlah ROI menjadi meningkat. Namun, berbeda di tahun 2013,
ketika jumlah CCC meningkat, jumlah ROI menurun. Dimana pada teori
manajemen modal kerja dinyatakan bahwa “semakin singkat CCC, maka semakin
baik karena hal ini akan menurunkan beban bunga, selanjutnya laba serta harga
akan sahamnya membaik” (Brigham & Houston, 2011: 259- 261).

7

Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendek, dengan melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap
kewajiban lancarnya. Fenomena pada rasio likuiditas di atas menunjukkan bahwa
kenaikan dan penurunannya sebagian besar sejalan dengan kenaikan dan
penurunan pada profitabilitas. Akan tetapi, masalahnya adalah fenomena ini
berbeda dengan teori mengenai hubungan likuiditas dengan profitabilitas seperti
yang dinyatakan oleh Hanafi (2010: 37-38) berikut ini.
“Rasio lancar yang tinggi menunjukkan kelebihan aktiva lancar (likuiditas
tinggi dan resiko rendah), tetapi mempunyai pengaruh yang tidak baik
terhadap profitabilitas, dimana perusahaan kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan tambahan laba karena dana yang seharusnya digunakan untuk
investasi yang lebih menguntungkan justru dicadangkan untuk memenuhi
likuiditas perusahaan”.
Ukuran perusahaan (firm size) dapat dinilai dari jumlah aset perusahaan
tersebut. Adapun aset (assets) merupakan sumber ekonomi organisasi yang akan
dipakai untuk menjalankan kegiatannya. Fenomena pada variabel ukuran
perusahaan tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan total aset dari tahun
2008 sampai tahun 2013. Pada tahun 2008 sampai 2011, peningkatan jumlah aset
selalu sejalan dengan peningkatan ROI. Hanya pada tahun 2012 dan 2013
peningkatan jumlah aset tidak diikuti dengan peningkatan profitabilitas.
Selain dari melihat keterkaitan fenomena dengan teori pada setiap variabel
penelitian tersebut, alasan lain dilakukan penelitian ini adalah karena melihat pada
beberapa penelitian sebelumnya yang masih terdapat perbedaan hasil. Pada
penelitian Mathur Neil (2011) yang meneliti tentang pengaruh struktur modal

8

terhadap profitabilitas hasilnya menunjukkan bahwa “terdapat pengaruh yang
positif dari struktur modal terhadap profitabilitas, dimana semakin tinggi rasio
utang dengan ekuitas maka profitabilitas akan semakin tinggi”. Akan tetapi,
berbeda dengan penelitian Irina Berzkalne (2014) yang meneliti variabel struktur
modal dengan profitabilitas, hasilnya menunjukkan bahwa “terdapat hubungan
yang negatif antara struktur modal dengan profitabilitas”.
Pada penelitian oleh Muneeb Ahmad Attari & Kashif Raza (2012) yang
meneliti tentang pengaruh Cash Conversion Cycle terhadap profitabiitas, hasilnya
menunjukkan bahwa “terdapat hubungan positif yang signifikan antara siklus
konversi kas dengan profitabilitas perusahaan”. Akan tetapi, berbeda dengan
penelitian Dr. Mohammad Fawzi Shubita (2013) yang meneliti pengaruh Cash
Conversion Cycle terhadap profitabilitas, hasilnya menunjukkan bahwa “terdapat
hubungan negatif antara manajemen modal kerja terhadap profitabilitas”.
Fenomena pada perusahaan manufaktur yang dikaitkan dengan teori yang
ada, serta masih terdapat ketidakkonsistensian (inconsistency) pada hasil
penelitian-penelitian terdahulu tersebut merupakan alasan dilakukan penelitian ini.
Oleh karena itu, judul penelitian ini yaitu “Pengaruh Struktur Modal, Efisiensi
Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan terhadap
Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.”

9

2.
1.

Perumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh secara parsial dari struktur modal, efisiensi
manajemen modal kerja, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap
profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

2.

Indonesia ?
Bagaimanakan pengaruh secara simultan dari struktur modal, efisiensi
manajemen modal kerja, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap
profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

3.
1.

Indonesia ?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari dari struktur modal, efisiensi
manajemen modal kerja, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap
profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

2.

Indonesia ?
Untuk mengetahui pengaruh secara simultan dari struktur modal, efisiensi
manajemen modal kerja, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap
profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

4.
4.1
1.

Indonesia?
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Bermanfaat bagi pihak akademisi untuk mempelajari lebih mendalam
mengenai teori-teori manajemen keuangan yang dikaitkan secara langsung

2.

dengan fenomena sebenanya terjadi di lapangan.
Bermanfaat dalam menguji teori dan mengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya teori-teori yang berkaitan dengan variabel penelitian serta dapat

4.2
1.

berguna bagi perkembangan penelitian-penelitian selanjutnya.
Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pihak manajemen
perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur dalam rangka menjaga dan

10

meningkatkan kinerjanya yang terkait dengan profitabilitas. Manajemen
perusahaan diharapkan dapat terus memperhatikan faktor-faktor yang dapat
2.

bepengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait
(stakeholders), seperti investor, kreditor, pemerintah, pemasok, institusi
terkait, masyarakat, dan pihak-pihak terkait lainnya dalam menilai kinerja
perusahaan manufaktur tersebut. Hal ini sebagai tambahan pengetahuan,

terutama saat mereka akan menjalin kerja sama dengan perusahaan tersebut.
5.
Tinjauan Pustaka
5.1 Landasan Teori
5.1.1 Struktur Modal
Istilah struktur modal seperti yang dikutip dari Sartono (2010: 225) bahwa
“struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Struktur modal adalah
perimbangan antara jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang
jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa. Sementara struktur keuangan
adalah perimbangan antara total utang dengan modal sendiri”.
Penentuan struktur modal akan menyebabkan pertukaran antara risiko dan
pengembalian, yaitu jika utang dalam jumlah yang besar akan meningkatkan
risiko yang ditanggung oleh pemegang saham. Akan tetapi, dengan banyak utang
akan meningkatkan perkiraan pengembalian atas ekuitas karena semakin besar
dana yang bisa digunakan untuk berinvestasi pada bisnis yang bisa meningkatkan
profitabilitas perusahaan.
Struktur modal biasanya diukur dengan rasio komposisi total utang dan total
ekuitas dalam pendanaan perusahaan. Rasio struktur modal yang tinggi
menunjukkan proporsi modal sendiri (ekuitas) yang rendah untuk membiayai

11

aktiva perusahaan. Semakin besar proporsi utang jangka panjang dibandingkan
jumlah ekuitas maka semakin besar risiko yang akan dihadapi perusahaan. Oleh
karena besarnya resiko maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang
semakin tinggi.
Adapun merujuk dari Brigham & Houston (2011: 153) dinyatakan bahwa
jika ingin tumbuh, perusahaan membutuhkan modal, dan modal tersebut datang
dalam bentuk utang atau sekuritas. Pendanaan dengan utang memiliki dua
keunggulan penting yaitu:
1.

Bunga yang dibayarkan atas utang dapat menjadi pengurang pajak,
sementara dividen yang dibayarkan atas saham bukan pengurang pajak. Hal

2.

ini akan menurunkan biaya relatif utang.
Pengembalian atas utang jumlahnya tetap, sehingga pemegang saham tidak
ikut menerima laba perusahaan jika perusahaan meraih keberhasilan yang

1.

luar biasa.
Akan tetapi, penggunaan utang juga memiliki kelemahan, yaitu:
Penggunaan utang dalam jumlah yang besar akan meningkatkan risiko

2.

perusahaan, yang meningkatkan biaya dari utang maupun ekuitas.
Jika perusahaan mengalami masa-masa yang buruk dan laba operasinya
tidak mencukupi untuk menutup beban bunga, pemegang saham terpaksa
harus menutupi kekurangan tersebut; jika tidak bisa, perusahaan tersebut
akan bangkrut. Masa-masa yang baik mungkin ada di ujung jalan, tetapi
utang yang terlalu banyak dapat membuat perusahaan tidak dapat
mencapainya dan akan menghabiskan ekuitas pemegang saham.
Pendekatan Modgliani dan Miller (MM) merupakan awal teori struktur

modal yang dikenal dengan “theory of capital structure irrelevance”. Maksud dari
12

teori ini adalah struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. Pada kesimpulan teori ini dinyatakan bahwa struktur modal yang
optimal dapat dicapai dengan menyeimbangkan keuntungan perlindungan pajak
dengan beban biaya sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar. Dapat
diartikan bahwa terdapat trade-off antara biaya dan manfaat atas penggunaan
utang. “Semakin besar proporsi utang akan semakin besar perlindungan pajak
yang diperoleh, tetapi semakin besar pula biaya kebangkrutan yang mungkin
timbul” (Sartono, 2010: 247).
Pada pecking order theory yang dipopulerkan oleh Myers dan Majluf
(1984), bahwa “companies prioritize their sources of financing, first preferring
internal financing, and then debt, lastly raising equity as a last resort. “ Artinya,
perusahaan memprioritaskan sumber pendanaannya, yaitu pertama dengan sumber
dana internal, lalu dengan utang, dan terakhir dengan ekuitas sebagai sumber
terakhir. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat
hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki
sumber dana internal yang berlimpah.
Teori lain yang terkait dengan struktur modal adalah teori keagenan
(agency theory). Teori keagenan membahas mengenai adanya konflik kepentingan
antaragen di perusahaan (agency problem) yang biasanya terjadi antara manajer
dan pemegang saham atau antara debtholders dan stockholders. Agency problem
potensial untuk terjadi dalam perusahaan di mana manajer memiliki kurang dari
seratus persen saham perusahaan.

13

Di perusahaan besar, agency problem sangat potensial terjadi karena
proporsi kepemilikan perusahaan oleh manajer sangat relatif kecil. Dalam
kenyataannya tidak jarang tindakan manajer bukannya memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham melainkan memperbesar skala perusahaan dengan
cara ekspansi atau membeli perusahaan lain. Motif utamanya adalah dengan
semakin besarnya skala perusahaan maka pertama, meningkatnya keamanan
posisi manajer dari ancaman pengambilalihan oleh perusahaan lain. Kedua, untuk
meningkatkan power, status, dan gaji manajer.
Konflik antara kreditur (debtholders) dan pemegang saham (stockholders)
yaitu di mana kreditur memiliki hak atas sebagian laba yang diperoleh perusahaan
dan sebagian aset perusahaan terutama dalam kasus kebangkrutan.Sementara itu,
pemegang saham memegang pengendalian perusahaan yang mungkin akan sangat
menentukan profitabilitas dan risiko perusahaan.
5.1.2 Manajemen Modal Kerja
Menurut Brigham & Houston (2011: 257-258), “modal kerja adalah seluruh aset
jangka pendek, atau aset lancar seperti kas, efek yang dapat diperjualbelikan,
persediaan, dan piutang usaha”. Manajemen modal kerja melibatkan penentuan
tingkat kas, efek yang dapat diperjualbelikan, piutang usaha, serta persediaan yang
optimal dan mendanai aset-aset tersebut dengan semurah mungkin. Semakin cepat
modal kerja berputar maka makin tinggi laba yang diperoleh. Artinya, semakin
efisien waktu perputaran modal kerja maka semakin besar dampaknya terhadap
peningkatan profitabilitas perusahaan.

14

“Efisiensi manajemen modal kerja artinya adalah efisien dalam pengelolaan
modal kerja akan tercermin dengan biaya minimum” (Sartono: 2010: 2). Ini dapat
diartikan bahwa majememen modal kerja akan efisien jika modal kerja
dipergunkan dan diolah dengan cara yang bisa meminimalkan biaya operasional
dan termasuk waktu atau siklus perputaran modal kerja yang lebih cepat.
Penelitian mengenai manajemen modal kerja ini diproksi dengan
pengukuran siklus konversi kas (cash conversion cycle - CCC) adalah berapa lama
dana terikat dalam modal kerja, atau berapa lama waktu antara pembayaran untuk
modal kerja dan penagihan kas dari penjualan modal kerja tersebut. Sebagian
besar perusahaan mengikuti suatu “siklus modal kerja” di mana perusahaan
tersebut membeli atau memproduksi persediaan, memilikinya selama beberapa
waktu, dana pada akhirnya menjual serta menerima kas.
Informasi atau indikator yang digunakan untuk menghitung CCC yaitu:
1.

Periode konversi persediaan (inventory conversion period-ICP), yaitu ratarata waktu yang dibutuhkan untuk mengubah bahan mentah menjadi barang

2.

jadi dan kemudian menjualnya.
Periode penerimaan rata-rata (average collection period-ACP), yaitu ratarata waktu yang dibutuhkan untuk mengubah piutang perusahaan menjadi
kas, atau untuk menagih kas setelah menjadi penjualan. Periode ini sebagai
waktu yang diberikan kepada pelanggan untuk membayar barang setelah
penjualan. ACP disebut juga jumlah hari penjualan belum tertagih (days

3.

sales outstanding-DSO).
Periode penangguhan utang (payables deferral period-PDP), yaitu rata-tara
waktu antara pembelian bahan baku dan tenaga kerja dengan pembayaran

15

kasnya. Periode ini adalah berapa lama waktu yang diberikan oleh pemasok
kepada perusahaan untuk membayar pembeliannya.
Dengan menggabungkan ketiga indikator di atas, maka jumlah siklus
perputaran kas (cash conversion cycle-(CCC) akan terbentuk. Cara menghitung
CCC adalah dengan menjumlahkan periode konversi persediaan dengan periode
penerimaan rata-rata dan dikurangi dengan periode penangguhan utang.
Hubungan efisiensi manajemen modal kerja dengan profitabilitas dapat
dianalisis dari teori yang dinyatakan oleh Brigham & Houston (2011: 259- 261)
berikut ini.
“Semakin singkat CCC maka semakin baik karena hal ini akan menurunkan
beban bunga. Jika perusahaan dapat menjual barang lebih cepat, menagih
piutang lebih cepat, atau menangguhkan utangnya lebih lama tanpa
mengganggu penjualan atau meningkatnya biaya operasi, maka nilai CCC
perusahaan akan turun, beban bunga turun, dan laba serta harga sahamnya
membaik.”
5.1.3 Likuiditas
Merujuk dari Subramanyam & Wild (2010: 239-242) bahwa “likuiditas (liquidity)
mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
kas jangka pendek. Selan itu, likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya”. Secara umum, jangka pendek
dianggap sebagai periode hingga satu tahun meskipun jangka waktu ini dikaitkan
siklus operasi normal suatu perusahaan yang mencakup siklus pembelian,
produksi, penjualan, dan penagihan.

16

Bagi pemegang saham perusahaan, kurangnya likuiditas dapat meramalkan
hilangnya kendali pemilik atau kerugian investasi modal. Saat pemilik perusahaan
memiliki kewajiban tak terbatas misalnya, pada perusahaan perseorangan atau
persekutuan, kurangnya likuiditas akan membahayakan aset pribadi mereka. Bagi
kreditor perusahaan, kurangnya likuiditas dapat menyebabkan penundaan
pembayaran bunga dan pokok pinjaman atau bahkan tidak dapat ditagih sama
sekali. Selain itu, pelanggan serta pemasok produk dan jasa perusahaan juga
merasakan masalah likuiditas jangka pendek. Implikasinya antara lain mencakup
ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kontrak serta dapat merusak
hubungan dengan pelanggan dan pemasok penting.
Aset lancar (current Assets) adalah kas dan aset lain yang secara wajar
dapat (1) direalisasikan sebagai kas atau (2) dijual atau digunakan selama satu
tahun (atau dalam siklus operasi normal perusahaan jika lebih dari satu tahun).
Akun aset lancar pada neraca biasanya terdiri atas kas, efek (jatuh tempo dalam
satu tahun fiskal), piutang, persediaan, dan beban dibayar di muka. Kewajiban
Lancar (current liabilities) merupakan kewajiban yang diharapkan akan dilunasi
dalam waktu satu tahun. Kewajiban lancar mencakup utang usaha, wesel bayar,
pinjaman bang jangka pendek, utang pajak dan beban yang masih harus dibayar.
Ukuran relatif yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah rasio
lancar (current ratio). Adapun relevansi dari rasio lancar tersebut mencakup
kemampuan untuk mengukur:

17

1.

Kemapuan memenuhi kewajiban lancar. Makin tinggi jumlah aset lancar
terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar

2.

tersebut akan dibayar;
Penyangga kerugian. Makin besar penyangga, makin kecil resikonya. Rasio
lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup
penurunan nilai aset lancar non-kas pada saat aset tersebut dilepas atau

3.

dilikuidasi;
Cadangan dana lancar. Rasio lancar sebagai ukuran tingkat keamanan
terhadap ketidakpatian dan kejutan atas arus kas perusahaan, seperti
pemogokan dan kerugian luar biasa yang dapat membahayakan arus kas
secara sementara dan tidak terduga.
Pengukuran likuiditas yang umum digunakan dalam praktik adalah dengan

menggunakan rasio lancar, yaitu perbandingan antara jumlah ativa lancar dengan
utang lancar dalam satu periode tertentu. “Rasio antara aktiva lancar dengan utang
lancar yang rendah menunjukkan likuiditas jangka pendek yang rendah.
Sebaliknya, rasio lancar yang tinggi menunjukkan kelebihan aktiva lancar, yaitu
likuiditas tinggi dan resiko rendah” (Hanafi, 2010: 36-37).
5.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (firm’s size) dapat dinilai dari jumlah aset perusahaan tersebut.
Aset (assets) merupakan sumber ekonomi organisasi yang akan dipakai untuk
menjalankan kegiatannya. Aset sebagai manfaat ekonomis yang akan diterima di
masa mendatang, atau akan dikuasai oleh perusahaan sebagai hasil dari transaksi
atau kejadian tertentu. Atribut pokok suatu aset adalah kemampuan memberikan

18

jasa atau manfaat (terkait profit) pada organisasi yang memakai aset tersebut
(Hanafi, 2010: 29).
Total aset atau total aktiva terdiri atas: (1) aset lancar (jangka waktu kurang
dari satu tahun), seperti kas, piutang, persediaan, dan lain-lain, dan (2) aset tidak
lancar atau aset tetap (jangka waktu lebih dari satu tahun), seperti peralatan,
mesin, gedung, tanah, dan lain-lain. Aset ini digunakan oleh perusahaan untuk
proses produksi guna menghasilkan output dan laba. Dengan memiliki aset yang
banyak dan disertai pengelolaan yang efisien, perusahaan bisa memperoleh
manfaat dari aset tersebut khususnya terkait dengan peningkatan profitabilitas
perusahaan.
Alasan pentingnya aset adalah karena aset merupakan salah satu sumber
modal bagi perusahaan dalam memproduksi barang dan atau jasa. Selain itu, aset
dapat digunakan sebagai jaminan jika perusahaan ingin meminjam dana dari pihak
asing guna meningkatkan output atau hasil produksinya. Dengan kepemilikan aset
yang memadai dan dengan pengelolaan yang efektif dan efisien, maka perusahaan
bisa mencapai tujuannya untuk meningkatkan profitabilitas dan harga sahamnnya.
5.1.5 Profitabilitas
“Profitabilitas

adalah

kemampuan

perusahaan

memperoleh

laba

dalam

hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri” (Sartono,
2010: 114). Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen
yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan. Oleh
karena itu, analisis profitabilitas sangat penting khususnya bagi investor jangka

19

panjang, misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benarbenar akan diterima dalam bentuk dividen.
Pentingnya penilaian profitabilitas ini sesuai dengan pernyatakan Gitman
(2003: 61) berikut ini.
“Salah satu hal yang menjadi daya tarik investor pada perusahaan
manufaktur

adalah

dilihat

dari

kinerja

perusahaan

yaitu

tingkat

profitabilitas. Tanpa Laba, sebuah perusahaan akan sulit menarik pendanaan
eksternal. Pemilik modal, kreditor, dan manajemen sangat memperhatikan
pertumbuhan laba karena sebagai tingkat pengembalian yang sangat penting
di pasaran”.
Ini artinya, para pihak yang terkait tersebut sangat memperhatikan kinerja
perusahaan karena jika kinerjanya baik, maka profitabilitas pun bisa positif dan
guna memberikan pengembalian (return) seperti yang mereka harapkan.
Terdapat beberapa rasio untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan, di
antaranya adalah (1) Gross Profit Margin-GPM, (2) Net Profit Margin-NPM, (3)
Return On Investment-ROI atau Reurn On Assets-ROA, dan (4) Return On EquityROE. Adapun penelitian ini menggunakan rasio tingkat pengembalian investasi
(return on investment), yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bersih dari setiap aset yang digunakan.
Selain itu, merujuk dari Subramanyam & Wild (2010: 143) bahwa ukuran
return on investment (ROI), dapat membandingkan keberhasilan perusahaan atas
pengelolaan investasi modal atau asetnya. Ukuran ini juga memungkinkan kita
menilai pengembalian perusahaan relatif terhadap risiko investasi modal serta
membandingkan pengembalian atas investasi modal dengan pengembalian
20

investasi alternatif. Analisis ini menentukan kemampuan perusahaan untuk meraih
keberhasilan, memperoleh pendanaan, membayar kreditor, dan memberikan
imbalan kepada pemilik. Pengembalian atas investasi modal ini juga digunakan
dalam berbagai area dalam analisis, termasuk efektivitas manajerial, tingkat
profitabilitas, serta perencanaan dan pengendalian.
Pengembalian atas investasi merupakan indikator penting atas kekuatan
perusahaan dalam jangka panjang. Angka ini menggunakan ukuran ringkasan
utama dari laporan laba rugi (laba) dan neraca (pendanaan) untuk menilai
profitabilitas. Ukuran profitabilitas ini memiliki keunggulan seperti dapat
mengungkapkan pengembalian atas investasi modal secara efektif dari berbagai
perspektif kontributor pendanaan yang berbeda (kreditor dan pemegang saham).
Untuk

meningkatkan

profitabilitas,

perusahaan

harus

bijak

dalam

mengambil keputusan serta mempertimbangkan manfaat dan risiko yang mungkin
terjadi. Jika untuk meningkatkan margin laba dengan menaikkan harga jual maka
hal ini akan berdampak pada jumlah unit terjual. Pengurangan beban operasi yang
berhubungan dengan biaya pemasaran sebagai usaha untuk meningkatkan
profitabilitas juga biasanya berdampak pada jumlah permintaan produk. Selain
itu, harga jual, pemasaran, penelitian dan pengembangan, produksi, dan sejumlah
area usaha lainnya harus dikelola secara efektif untuk memaksimalkan
profitabilitas.
5.2

21

Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Azlina (2009) yang berjudul “Pengaruh
Tingkat Perputaran Modal Kerja, Struktur Modal, dan Skala Perusahaan Terhadap
Profitabilitas”. Hasilnya menunjukkan bahwa “secara simultan, tingkat perputaran
modal kerja, struktur modal, dan skala perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas. Sedangkan secara parsial, hanya tingkat perputaran modal
kerja dan struktur modal yang berpengaruh terhadap profitabilitas”.
Penelitian Kamaliah et al (2009) berjudul “Analisis Pengaruh Rasio
Aktivitas, Leverage Keuangan, Ukuran, dan Umur Perusahaan Terhadap
Profitabilitas Perusahaan Wholesale And Retail Trade yang Terdaftar di BEI”.
Hasilnya menunjukkan bahwa “secara simultan semua variabel bebas berpengaruh
terhadap profitabilitas. Sedangkan secara parsial, Inventory turn over, DER, dan
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas, tetapi total assets turn
over dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas”.
Penelitian oleh Yusralaini et al (2009)

yang berjudul “Pengaruh

Perputaran Modal Kerja, Struktur Modal, Umur Perusahaan, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Profitabilas pada Perusahaan Automotive and Allied Product
di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa “secara parsial,
hanya variabel struktur modal dan ukuran perusahaan yang berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas perusahaan”.
Penelitian Mathur Neil (2011) yang berjudul “The Effect of Capital
Structure on Profitability: Evidence from the United States”. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa “terdapat hubungan yang positif antara beberapa rasio utang
(debt ratios) terhadap profitabilitas”.
22

Penelitian oleh Muneeb Ahmad Attari & Kashif Raza (2012) yang berjudul
“The Optimal Relationship of Cash Conversion Cycle with Firm Size and
Profitability”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa “terdapat hubungan positif
yang signifikan antara siklus konversi kas dengan profitabilitas perusahaan”.
Penelitian oleh Ebrahim Mansoori & Datin Dr. Joriah Muhammad (2012)
yang berjudul “The Effect Of Working Capital Management On Firm’s
Profitability: Evidence From Singapore”. Hasilnya menunjukkan bahwa “terdapat
hubungan negatif antara Cash Connersion Cycle dengan Profitabilitas”.
Penelitian oleh Chikashi Tsuji (2013) yang berjudul “Corporate
Profitability and Capital Structure: The Case of the Machinery Industry Firmsof
the Tokyo Stock Exchange”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa “terdapat
hubungan yang negatif antara leverage ratio terhadap profitabilitas”.
Penelitian oleh Dr. Mohammad Fawzi Shubita (2013) yang berjudul
“Working Capital Management and Profitability: A case of Indusrial Jordanian
Companies”. Hasilnya menunjukkan bahwa “terdapat hubungan negatif yang
signifikan antara manajemen modal kerja dengan profitabilitas perusahaan”.
Penelitian oleh Ibrahim Awad dan Fahema Jayyar (2013) yang berjudul
“Working Capital Management, Liquidity and Profitability of the Manufacturing
Sector in Palestine: Panel Co-Integration and Causality”. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa “terdapat hubungan dua arah yang sama atau positif antara
manajemen modal kerja dan profitabilitas, dan terdapat hubungan yang tidak
searah atau negatif antara likuiditas dengan profitabilitas”.

23

Penelitian oleh Irina Berzkalne (2014) yang berjudul “Relationship between
Capital Structure and Profitability–Causality and Characteristics”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa “terdapat hubungan negatif antara struktur
modal dengan profitabilitas”.

24

Tabel 5.1
Rangkuman Penelitian Sebelumnya
No

Peneliti

Judul Penelitian

Variabel

1

Nur AzlinaDosen FE
Universitas Riau
(2009)

Pengaruh Tingkat
Perputaran
Modal Kerja,
Struktur Modal,
dan Skala
Perusahaan
Terhadap
Profitabilitas

Independen :
Tingkat
Perputaran Modal
Kerja, Total Debt
to Equity ratio,
dan Skala
Perusahaan

Sumber:
Jurnal Pendidikan
Ekonomi Dan
Bisnis. Vol 1,
No.02. Juli, 2009.
Hal.107-114.
2

Kamaliah, Nasrizal
Akbar, dan Lexinta
Kinanti
(2009)
Sumber:
Jurnal Ekonomi.

Pengaruh Rasio
Aktivitas,
Leverage
Keuangan,
Ukuran, dan
Umur Perusahaan
Terhadap
Profitabilitas

Kesimpulan

Perbedaan
Peneitian
Perbedaan variabel
manajemen modal
kerja, yaitu diproksi
dengan Rasio
Perputaran Modal
Kerja Bersih.

Dependen:
Return On
Investment (ROI)

Persamaan
Penelitian
Secara simultan, tingkat
Sama
perputaran modal kerja,
menggunakan
struktur modal, dan skala struktur modal
perusahaan berpengaruh dan skala
signifikan terhadap
perusahaan
profitabilitas.
sebagai
Sedangkan secara parsial, variabel bebas,
hanya tingkat perputaran serta ROI
modal kerja dan struktur sebagai
modal yang berpengaruh variabel
terhadap profitabilitas.
terikat.

Independen:
Inventory Turn
Over (ITO), Total
Assets Turn Over,
Debt to Equity
Ratio (DER),
Ukuran, dan
Umur Perusahaan

Secara simultan, Semua
variabel independen
berpengaruh terhadap
profitabilitas.
Sedangkan secara parsial,
ITO, DER, dan Ukuran
perusahaan berpengaruh
terhadap profitabilitas.

Perbedaan pada
proksi profitabilitas,
yaitu dengan ROE.
Pada ariabel
bebasnya memakai
rasio aktivitas dan
umur perusahaan.

Sama-sama
menggunakan
struktur modal
dan ukuran
perusahaan
sebagai
variabel bebas.

Sampel: 29
perusahaan Property
and Real Estate
(2003-2007)

Issue view 100-Vol
17, No 03.

3

Yusralaini, Amir
Hasan, dan Imelga
Helen
(2009)
Sumber: Jurnal
Ekonomi. Volume
17, Nomor 3,
Desember 2009.
Hal. 35-48.

4

Perusahaan
Wholesale And
Retail Trade di
BEI

Pengaruh
Perputaran Modal
Kerja, Struktur
Modal, Umur
Perusahaan, dan
Ukuran Perusahaan
terhadap
Profitabilas pada
Perusahaan
Automotive and
Allied Product di
BEJ

Mathur Neil
(2011)
Sumber:
International

26

The Effect of
Capital Structure
on Profitability:
Evidence from

Dependen: ROE

Independen:
Perputaran Modal
Kerja Bersih,
DER, Umur
Perusahaan, dan
Ukuran
Perusahaan

Total Assets Turn Over
dan Umur Perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas.

Sampel: 13
perusahaan
wholesale and Retail
di BEI (2003-2007)
Sama-sama
menggunakan
variabel
struktur modal,
ukuran
perusahaan,
dan ROI

Berbeda pada
variabel perputaran
modal kerja dan
umur perusahaan

Dependen:
ROI

Secara Simultan, semua
variabel bebas
berpengaruh terhadap
profitabilitas.
Sedangkan secara parsial,
hanya variabel struktur
modal dan ukuran
perusahaan yang
berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas.

Independen:
short-term debt to
total assets, longterm debt to total
assets, and total

Terdapat hubungan
positif antara: (i) shortterm debt to total assets
terhadap ROE, (ii) total
debt to total assets

Persamaan
pada
pengukuran
rasio struktur
modal.

Perbedaan pada
proksi profitabilitas:
penelitian Mathur
dengan ROE.
Sampel: 272

Sampel: 18
Perusahaan
Automotive and
Allied Product di
BEJ tahun 20032006

Journal of
Management. Vol.
28.4 (December
2011): 3-15,194.

5

6

27

the United States

debt to total
assets
Dependen: Retur
On Equity (ROE)

terhadap ROE; dan (iii)
total debt to total assets
terhadap ROE

Terdapat hubungan
positif yang signifikan
antara CCC dengan
profitabilitas

Muneeb Ahmad
Attari & Kashif
Raza
(2012)
Sumber:
International
Journal of
Academic Research
In Business and
Social Science.
April 2012, Vol. 2,
No. 4. Pg. 189-203.

The Optimal
Relationship of
Cash Conversion
Cycle with Firm
Size and
Profitability

Independen:
Cash Conversion
Cycle (CCC)

Ebrahim Mansoori
& Datin Dr. Joriah
Muhammad
(2012)
Sumber:
Interdiciplinary

The Effect Of
Working Capital
Management On
Firm’s
Profitability:
Evidence From

Independen:
Cash Conversion
Cycle (CCC)

Dependen:
Firm Size dan
ROA

Dependen:
Return On Assets

Terdapat hubungan
negatif antara CCC
dengan profitabilitas

American firms
listed on New York
Stock Exchange
(2005 – 2007)

Sama-sama
menggunakan
variabel CCC
sebagai
variabel bebas

Penggunaan dua
variabel terikat, yaitu
Firm Size dan ROA

Sama-sama
menggunakan
variabel CCC
sebagai
variabel bebas
dan ROA

Model regresinya
digunakan 4 model,
dan ditambahkan
variabel bebas lain,
seperti Size,
Leverage, Growth

Sampel: 4 Industries
of Karachi Stock
Exchange (20062010)

7

Journal Of
Contemporary
Research In
Business. Sept.
2012. Vol.4, No.5.
Pg.472-486.

Singapore

(ROA)

Chikashi Tsuji
(2013)

Corporate
Profitability and
Capital
Structure: The
Case of the
Machinery
Industry Firms of
the Tokyo Stock
Exchange

Independen:
Debt ratios
Variabel kontrol:
LnSize, TANG,
OLD.

Working Capital
Management and
Profitability: A
case of Indusrial
Jordanian
Companies

Independen:

Sumber:
International
Journal of Business
Administration.
May 12, 2013. Vol.
4, No. 3.
8

Dr. Mohammad
Fawzi Shubita
(2013)
Sumber:
International Journal
of Business and
Science. Vol. 4. No. 8
(Special issue-July

28

Terdapat hubungan yang
negatif antara struktur
modal dengan
profitabilitas

sebagai
veriabel terikat

dan DGP.
Sampel: 92 firms
Listed in Singapore
Stock Market
Exchange (20042011)

Sama-sama
menggunakan
ROA sebagai
variabel terikat

Berbeda pada
pengukuran struktur
modal.
Sampel: Machinery
Industry Firms in
the Tokyo Stock
Exchange (19812011)

Dependen: ROA

number of day’s
account
receibavle,day’s
inventories, day’s
account payable,
and Net Trade
Cycle.

Terdapat pengaruh
negatif yang signifikan
anatara manejemen
modal kerja dengan
profitabilitas.

Sama-sama
menggunakan
ROA sebagai
variabel
terikat.

Perbedaan pada
rasio-rasio variabel
bebasnya.
Sampel: 39
perusahaan industri
di Amman Stock
Exchange- Jordania
(2004-2011)

2013).

9

Ibrahim Awad and
Fahema Jayyar
(2013)
Sumber: Journal of
Modern Economy.
October 2013.
No. 4.10
: 662671

10

Irina BerzkalneUniversity Of Latvia

(2014)
Sumber :
International
Journal of
Academic Research
In Business and
Social Science.
Summer, 2014. Vol.
22. No.1.

29

Dependen: ROA
Working Capital
Management,
Liquidity and
Profitability of the
Manufacturing
Sector in
Palestine: Panel
Co-Integration
and Causality.

Independen:
CCC, Curent
Ratio.

Relationship
between Capital
Structure and
Profitability –
Causality and
Characteristics

Independen:
Ratio of: Long
Term Debt, Short
Term Debt, and
Total Debt.

Dependen:
Net Profit Margin
(NPM)

Dependen:
Return On Assets,
Return On Sale,
Return On Equity.

Terdapat hubungan dua
arah yang sama atau
positif antara manajemen
modal kerja dan
profitabilitas, dan
terdapat hubungan yang
tidak searah atau negatif
antara likuiditas dengan
profitabilitas.

Sama-sama
menggunakan
variabel CCC
dan Current
Ratio

Berbeda pada proksi
profitabilitasnya

Terdapat pengaruh
negatif yang signifikan
antara struktur modal
(short term debt to total
asset ratio) dengan
profitabilitas (ROA).

Menggunakan
proksi
profitabilitas
yang sama,
yaitu return on
assets (ROA)

Struktur modal pada
penelitian saya
menggunakan long
term debt to equity
ratio.

Sampel: 11
manufacturing firms
listed in the
Palestine Sequrity
Exchange (20072012)

Sampel: 36 bluechip companies
listed on the Baltic
Stock Exchange
(2007-2010)

5.3 Hubungan Antarvariabel dan Hipotesis
5.3.1 Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas
Hubungan struktur modal dengan profitabilitas seperti yang dikutif dari
Subramanyam & Wild (2010: 263-265), bahwa Struktur modal merupakan
pendanaan ekuitas dan utang pada suatu perusahaan yang sering dihitung
berdasarkan besaran relatif berbagai sumber dana. Penggunaan utang yang terlalu
besar akan menghambat inisiatif dan fleksibilitas manajemen untuk mengejar
kesempatan yang menguntungkan. Semakin besar rasio utang terhadap ekuitas,
berarti semakin besar komposisi utang, dimana utang memiliki beban yaitu bunga.
Selanjutnya, semakin besar beban yang dikeluarkan sehingga ini bisa berdampak
pada penurunan profitabilitas perusahaan.
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chikashi Tsuji
(2013) dan Irina Berzkalne (2014), hasilnya menunjukkan bahwa “terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara struktur modal dengan profitabilitas”.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dibuat hipotesis:
H1: Struktur modal berpengaruh terhadap profitabilitas.
5.3.2 Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Manajemen modal kerja yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk
pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. “Apabila
perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan
meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan
pendapatan dan keuntungan” (Sartono, 2010: 385).
Efisiensi manejemen modal kerja yang diproksi dengan siklus konversi kas
diartikan jika semakin lama kas berputar maka semakin lama penagihan kas yang

tertanam dalam persediaan dan piutang, sehingga kemungkinan mendapatkan kas
semakin lama. Dengan siklus kas yang macet maka sumber dana modal kerja
untuk aktivitas operasi selanjutnya akan semakin lama, lalu bisa berdampak pada
pendapatan perusahaan.
Dari penelitian oleh Dr. Mohammad Fawzi Shubita (2013), hasilnya
menunjukkan “terdapat pengaruh negatif signifikan antara siklus konversi kas
terhadap profitabilitas”. Berdasarkan uraian tersebut, dibuat hipotesis:
H2: Siklus perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas.
5.3.3 Pengaruh Likuiditas terhadap Profitabilitas
Merujuk dari Subramanyam & Wild (2010: 241) bahwa “likuiditas adalah
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya”.
Pentingnya likuiditas dapat dilihat dari pertimbangan dampak yang berasal dari
ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya
likuiditas akan menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari
diskon atau kesempatan mendapatkan keuntungan. Selanjutnya, masalah ini dapat
mengarah pada penjualan investasi dan aset lainnya yang dipaksakan, dan
kemungkinan yang paling parah mengarah pada insolvabilitas dan kebangkrutan.
Pada penelitian Monika Bolek dan Wojciech Wilinski (2012) hasilnya
menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
perusahaan. Dari uraian tersebut dapat dibuat sebuah hipotesis:
H3: Likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas.
5.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas
Ukuran perusahaan sebagai salah satu faktor yang membedakan antara suatu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Menurut Hanafi (2010: 29), “dengan

31

memiliki aset yang banyak disertai pengelolaan yang efisien maka perusahaan
bisa memperoleh manfaat dari aset tersebut yaitu terkait dengan profitablitas
perusahaan”. Alasannya adalah dengan adanya sumber daya yang besar maka
perusahaan dapat melakukan investasi, baik untuk aktiva lancar maupun aktiva
tetap serta pemenuhan permintaan dan penjualan bisa meningkat sehingga laba
perusahaan pun bisa meningkat.
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur azlina (2009)
serta dari Kamaliah, et al (2009), hasilnya menunjukan bahwa “terdapat pengaruh
positif yang signifikan dari ukuran perusahaan terhadap profitabilitas”. Dari
uraian tersebut, dapat dibuat hipotesis:
H4: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas.
5.4 Kerangka Pemikiran

Struktur Modal
(Long Term Debt to Equity Ratio)
Efisiensi Manajemen Modal Kerja
(Cash Conversion Cycle)

PROFITABILITAS (Return

On Investment)

Likuiditas
(Current Perusahaan
Ratio)
Ukuran
(Ln Total Assets)

Gambar 5.1: Kerangka Pemikiran (Rangkuman Hubungan Antarvariabel)
6
Metode Penelitian
6.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelian eksplanasi (explaination research), yaitu
penelitian yang dimaksud untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap
populasinya atau menjelaskan hubungan atau pengaruh satu atau lebih variabel

32

dengan variabel yang lain. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan sampel
dan hipotesis yang akan diuji dengan menggunakan pengujian statistik inferensial,
yaitu uji asosiasi atau hubungan antara dua atau lebih variabel yang diamati.
Pada pengujian statistik inferensial akan dilakukan analisis regresi dan
korelasi untuk mengetahui bagaimana pengaruh struktur modal, efisiensi
manajemen modal kerja, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas
pada perusahaan manufaktur. Analisis ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis
yang didukung oleh teori-teori yang ada dengan menggunakan alat uji statistik.
Pada analisis data secara statistik akan dilakukan analisis statistik deskriptif
dan statistik inferensial. Statistik deskriptif bertujuan menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa dilakukan
uji signifikansi untuk membuat kesimpulan atau generalisasi. Data tersebut akan
disajikan dengan tabel, grafik, nilai mean (rata-rata), median (nilai tengah),
maksimum, minimum, persentase, varian dan standar deviasi. Sedangkan pada
analisis statistik inferensial akan dilakukan analisis statistik parametrik yang
bertujuan menguji parameter populasi dengan terlebih dahulu melakukan uji
asumsi klasik.
Alat analisis statistik dalam pengolahan data adalah menggunakan program
statistik Microsoft Excel dan EVIEWS. Penggunaan program tersebut disesuaikan
dengan jenis data penelitian yang digunakan yaitu data panel (pooled data), yaitu
“gabungan data time series dan cross-section” (Ajija et al, 2012: 8). Data time
series yaitu jumlah tahun dari data sampel penelitian dan data cross-section yaitu
jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian.

33

6.2

Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu berupa data dokumentasi
laporan keuangan perusahaan sektor manufaktur. Sumber data penelitian ini
adalah website resmi Bursa Efek Indonesia, website IDX yaitu www.idx.com, dan
http://akses.ksei.co.id, serta dari beberapa website khusus dari perusahaan
bersangkutan.
6.3

Rancangan Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, di mana menurut sumber www.sahamok.com (2014) bahwa
terdapat 135 perusahaan. Jenis sampel penelitian adalah nonprobability sample
dimana pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu
berdasarkan pertimbangan (justification) dari peneliti. Perusahaan yang dijadikan
sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.

Perusahaan bergerak di bidang manufaktur yang berasal dari semua sektor

b.

perusahaan manufaktur.
Perusahaan melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering IPO) selambat-lambatnya pada tahun 2008 agar dapat dipastikan laporan

c.

keuangannya telah diterbitkan sejak tahun 2008.
Perusahaan menerbitkan laporan